Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


DENGAN DIABETES MELITUS DI RSUD KABUPATEN
TANGERANG
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Mata Kuliah : Ns. Widya Sepalanita S.Kep,M.Kep,Sp.KMB

Disusun oleh :
Oriza Sativa Manurung

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI PROFESI NERS
2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa Atas
berkat rahmat dan karunia – Nya, kami selaku penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah “Laporan pendahuluan Diabetes Melitus ”.
Disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Praktek Klinik mata
kuliah KMB dengan pokok bahasan “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Melitus di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2021”
yang mana dalam pelaksanaan pengerjaan serta penyusunan makalah ini didapati
dari hasil diskusi, buku, serta pencarian di internet terkait artikel – artikel yang
berhubungan dengan fraktur femur. Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih
kepada pihak – pihak yang terkait :
1. Ibu Ns. Widya Sepalanita ,S.Kep,M.Kep Sp.KMB, selaku Pembimbing
MK KMB yang telah memberikan bimbingan kepada kami sehingga
tersusunlah makalah ini.
2. Teman-teman kelompok KMB yang memberikan masukan dan dukungan
dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini jauh dari kata sempurna segala saran dan kritik sifatnya
membangun, senantiasa kami harapkan demi perbaikan makalah ini.

Tangerang, 08 Januari 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan ..................................................................................................... 3
1. Tujuan Umum ..................................................................................... 3
2. Tujuan khusus ..................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................... 4
A. Konsep Fraktur ........................................................................................ 4
1. Definisi ............................................................................................... 4
2. Etiologi ............................................................................................... 5
3. Klasifikasi ........................................................................................ 6
4. Patofisiologi dan Pathway ................................................................... 7
5. Manifestasi Klinik ............................................................................... 8
6. Penatalaksanaan Penunjang ................................................................. 8
7. Penatalaksanaan Keperawatan Manajemen Nyeri ............................... 12
8. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 17
9. Komplikasi .......................................................................................... 18
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan......................................................... 20
1. Pengkajian........................................................................................... 20
2. Diagnosis Keperawatan ....................................................................... 25
3. Intervensi ............................................................................................ 26
4. Implementasi....................................................................................... 30
5. Evaluasi............................................................................................... a
BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................... 32
A. Pengkajian ............................................................................................... 32
B. Analisa Data ............................................................................................ 50
C. Diagnosis Keperawatan............................................................................ 55
D. Intervensi Keperawatan............................................................................ 56
E. Implementasi Keperawatan ...................................................................... 61
F. Evaluasi ................................................................................................... 76
2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan

pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015).

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan

metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena kelainan

sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya ( ADA,2017)

Data World Health Organization (2015) telah mencatat Indonesia dengan

populasi 230 juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal

jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.

Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai

14,7% di perkotaan dan 7,2 % di pedesaan. Dengan asumsi penduduk

berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan

ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes.

Menurut American Diabetes Asociation (ADA,2015), DM dapat di

klasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2,Dm

gestasional. Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis

yang paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 90-95%. Dimana faktor

pencetus dari DM tipe 2 yakni berupa obesitas, mengosumsi makanan

instan,terlalu banyak makan karbohidrat, merokok dan stres, kerusakan pada

sel prankreas dan kelainan hormonal.

Laporan pendahuluan Asuhan


Keperawatan Dengan DM
Menurut International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2015 terdapat

415 juta (8,8%) penderita DM di seluruh dunia dan diprediksikan angka

tersebut akan terus bertambah menjadi 642 juta (10,4%) penderita DM tahun

2040. Sedangkan jumlah estimasi penyandang DM di Indonesia diperkirakan

sebesar 10 juta yang menempatkan Indonesia dalam urutan ke-7 tertinggi di

dunia bersama China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Meksiko

(IDF, 2015).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui ashan keperawatan pada pasien diabetes

melitus

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai penulis setelah pelaksaan

asuhan keperawatan adalah :

1. Mampu memahami konsep teori asuhan keperawatan pada

pasien diabetes melitus

2. Mampu melakukan pengkajian dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien diabetes melitus

3. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan pada pasien

diabetes melitus

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi penulis

Makalah ini dapat dipergunakan sebagai bahan reverensi asuhan

keperawatan pada pasien DM

1.3.2 Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian dapat menjadi referensi dan rujukan dalam


pembuatan ataupun pengaplikasian asuhan keperawatan keluarga

dengan pasien diabetes melitus


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR

2.1.1 Pengertian

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang

ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat

kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan

Bare,2015). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau

gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi

karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya

(ADA,2017)

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika

pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak

efisien menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang

mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula

darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu

panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh,

khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit jantung

koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal)

(WHO, 2011)

Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan

peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur

tingkatannya oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas

(Shadine, 2010)

20
2.1.2 Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Prankreas

Sumber : Gongzaga 2010

Gambar 2.2 DM tipe I DM tipe II

Sumber : Gongzaga 2010

Menurut Gonzaga.B (2010), prankreas terletak melintang dibagian atas

abdomen dibelakang glaster didalam ruang retroperitonial. Disebelah kiri

ekor prankreas mencapai hiluslinpa diarah kronio dorsal dan bagian kiri

atas kaput prankreas dihubungkan dengan corpus oleh leher prankreas

yaitu bagian prankreas yang lebar biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri

dan vena mesentrika superior berada dibagian kiri prankreas ini disebut

processus unsinatis prankreas.


A. Pulau Langerhans

Gambar 2.3 Pulau Langerhans

Sumber : Gongzaga (2010)

Pulau langerhans mengandung 3 jenis sel utama yakni sel-alfa, sel

beta dan sel delta. Sel beta mencakup kira kira 60% dari semua sel

terletak terutama ditengah setiap pulau dan mensekresikan

insulin.granula sel Bmerupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma

sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies 1 sengan yang lain.

Dalam sel B, muloekus insulin membentuk polimer komplek dengan

seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena

perbedaan ukuran polimer atau akregat sel dari isulin. Insulin

disintesis dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke

aparatus kolgi, tempat ini dibungkus didalam granula yang diikat

membran. Kranula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu proses

yang sel mengeluarkan insulin kedaerah luar gengang exsosotosis.


2.1.3 Etiologi

Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan

kedalam 2 kategori klinis yaitu:

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)

a. Genetik

Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun

mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan

genetik kearah terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik

ini ditentukan pada individu yang memiliki type antigen HLA

(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen

yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses

imunnya. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)

b. Imunologi

Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon

autoimum. Ini adalah respon abdomal dimana antibodi terarah

pada jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan

tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan asing. (Smeltzer

2015 dan bare,2015)

c. Lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang

menimbulkan destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)


2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)

Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II

masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam

proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :

 Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65

th)

 Obesitas

 Riwayat keluarga

2.1.4 Manifestasi Klinis

Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya

seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang

dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis

yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana

peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan

air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung

gula (glucose),sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.


Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan

menjadi 2 yaitu:

1) Gejala akut penyakit DM

Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak

menunjukan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala

yang ditunjukan meliputi:

a) Lapar yang berlebihan atau makan banyak(poliphagi)

Pada diabetes,karena insulin bermasalah pemaasukan gula

kedalam sel sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk

pun kurang itun sebabnya orang menjadi lemas.

b) Sering merasa haus(polidipsi)

Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air

atau dehidrasi.untu mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus

sehingga orang ingin selalu minum dan ingin minum manis,

minuman manis akan sangat merugikan karena membuat

kadar gula semakin tinggi.

c) Jumlah urin yang dikeluarkan banyak(poliuri)

Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah akan

keluar bersama urin,untu menjaga agar urin yang keluar, yang

mengandung gula,tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air

sebanyak mungkin ke dalam urin sehingga volume urin yang

keluar banyak dan kencing pun sering.Jika tidak diobati maka


akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu

makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat

(turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan

bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI,

2015) .

2) Gejala kronik penyekit DM

Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI,

2015) adalah:

a) Kesemutan

b) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum

c) Rasa tebal dikulit

d) Kram

e) Mudah mengantuk

f) Mata kabur

g) Biasanya sering ganti kaca mata

h) Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita

i) Gigi mudah goyah dan mudah lepas

j) Kemampuan seksual menurun

k) Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau

kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir

lebih dari 4kg

2.1.5 Patofisiologi

Menurut Smeltzer Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe I terdapat

ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel sel beta

prankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.Hiperglikemi puasa


terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping

glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dihati meskipun

tetap berada dalam darah menimbulkan hiperglikemia prospandial.jika

kosentrasi glukosa daram darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat

menyerap kembali glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa

tersebut muncul dalam urine(glikosuria). Ketika glukosa yang

berlebihan dieksresikan kedalam urine,ekresi ini akan disertai

pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini

dinamakan diuresis ostomik,sebagai akibat dari kehilangan cairan

berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dal

berkemih(poliurea),dan rasa haus (polidipsi). (Smeltzer 2015 dan

Bare,2015).

DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik

utama adalah terjadinya hiperglikemia kronik. Meskipun pula

pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan

yang sangat penting dalam munculnya DM tipe II. Faktor genetik ini

akan berinterksi dengan faktor faktor lingkungan seperti gaya hidup,

obesitas,rendah aktivitas fisik,diet, dan tingginya kadar asam lemak

bebas(Smeltzer 2015 dan Bare,2015). Mekanisme terjadinya DM tipe II

umunya disebabkan karena resistensi insulin dan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus pada permukaan

sel.sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,terjadi

suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.

Resistensi insulin DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel.

Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin


dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,harus terjadi

peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. (Smeltzer 2015 dan

Bare,2015).

2.1.6 pathway

Lingkungan, Genetik , Imunologi,Obesitas, Usia

Penurunan kadar insulin

Penggunaan glukosa sel menurun, glukagon meningkat Rendahnya informasi

Hiperglikemia Kurang pengetahuan

Resiko infeksi

Sel kelaparan Mual muntah, Diuresis osmotik


anoreksia Mikroangiopati

Poliuri
Sklerosis mikrovaskuler

Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan Kekurangan volume cairan Neuron

Sel saraf sensori iskemik


Mata
Parestesi, kebas,
kesemutan
Penurunan perfusi retina, pengendapan
sorbitol (lensa keruh)

Perubahan persepsi
sensori perabaan
Gangguan fungsi penglihatan

Perubahan persepsi sensori penglihatan


2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan darah

Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah

No Pemeriksaan Normal

1 Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl

2 Glukosa darah puasa >140 mg/dl

3 Glukosa darah 2 jam setelah makan >200 mg/dl

(Menurut WHO (World Health Organization) ,2015)

2. Pemeriksaan fungsi tiroid

peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan

kebutuhan akan insulin.

3. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan

dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna

pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

4. Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai

dengan jenis kuman.

2.1.8 Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksan DM yaitu:

29
a. Diet

Penentuan jumlah kalori diet DM harus disesuaikan oleh status gizi

penderita,penetuan gizi dilaksankan dengan menghitung percentage of

relative body weight( BPR=berat badan normal) dengan rumus:

BPR= BB(kg) X 100%

TB(cm) -100

Keterangan :

1) Kurus (underweight) :BPR<90%

2) Normal (ideal) :BPR 90% -110%

b. Edukasi/penyuluhan

Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan

pencegahannya.

c. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara

(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus

diberikan obat obatan

d. Pemantauan gula darah

Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan untuk

mengevaluasi pemberian obat pada diabetes.

e. Melakukan perawatan luka

B. Penatalaksanaan Medis

a. Terapi dengan Insulin

Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak berbeda

dengan pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi

untuk terapi kombinasi yang digunakan dalam mempertahankan kontrol

glikemik.
b. Obat Antidiabetik Oral

1. Sulfonilurea

Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi

kedua yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena

adanya non ionic-binding dengan albumin sehingga resiko interaksi

obat berkurang demikian juga resiko hiponatremi dan hipoglikemia

2. Golongan Biguanid Metformin

3. pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika digunakan tanpa
obat lain, namun harus digunakan secara hati-hati 3. 3. Penghambat Alfa
Glukosidase/Acarbose

Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase, suatu

enzim pada lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosa dan

karbohidrat kompleks. Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan

menghasilkan penurunan peningkatan glukosa postprandial.Walaupun

kurang efektif dibandingkan golongan obat yang lain, obat tersebut

dapat dipertimbangkan pada pasien lanjut usia yang mengalami

diabetes 19 ringan. Efek samping gastrointestinal dapat membatasi

terapi tetapi juga bermanfaat bagi mereka yang menderita sembelit.

Fungsi hati akan terganggu pada dosis tinggi, tetapi hal tersebut tidak

menjadi masalah klinis.


4. Thiazolidinediones Thiazolidinediones

memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat meningkatkan

efek insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha reseptor. Rosiglitazone

telah terbukti aman dan efektif untuk pasien lanjut usia dan tidak

menyebabkan hipoglekimia. Namun, harus dihindari pada pasien

dengan gagal jantung. Thiazolidinediones adalah obat yang relatif .

2.1.9 Komplikasi

Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe II akan

menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi menjadi

dua berdasarkan lama terjadinya yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik

(Smeltzel dan Bare, 2015; PERKENI , 2015)

a. Komplikasi Akut

o Ketoasidosis Diabetik (KAD)

KAD merupakan komplikasi akut DM yang di tandai dengan peningkatan

kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai dengan adanya

tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma

meningkat (300-320 mOs/Ml) dan terjadi peningkatan anion gap

(PERKENI,2015).

o Hipoglikemi

Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah hingga

mencapai <60 mg/dL. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik

(berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar) dan gejala neuro-

glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun sampai koma) (PERKENI,

2015).
o Hiperosmolar Non Ketonik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-

1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala asidosis,osmolaritas plasma sangat

meningkat (330-380 mOs/ml),plasma keton (+/-), anion gap normal atau

sedikit meningkat (PERKENI, 2015).

b. Komplikasi Kronis (Menahun)

Menurut Smeltzer 2015,kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri

dari:

o Makroangiopati: pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi,

pembuluh darah otak

o Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati diabetik)

dan Pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)

o Neuropatid : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di mana

serat-serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera atau penyakit

o Komplikasi dengan mekanisme gabungan: rentan infeksi, contohnya

tuberkolusis paru, infeksi saluran kemih,infeksi kulit dan infeksi kaki.

dan disfungsi ereksi.

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN

2.1.1 Pengkajian

Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian

perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data

tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap

berikutnya, meliputi nama pasien,umur, keluhan utama

1. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada

esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan seperti mau


muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.

b. Riwayat kesehatan lalu

Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung

seperti Infark miokard

c. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM

2. Pengkajian Pola Gordon

a. Pola persepsi

Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan

tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak

gangren pada kaki diabetik, sehingga menimbulkan persepsi negatif

terhadap diri dan kecendurangan untuk tidak mematuhi prosedur

pengobatan dan perawatan yang lama,lebih dari 6 juta dari penderita DM

tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan mereka takut

akan terjadinya amputasi (Debra Clair,Jounal Februari 201)

b. Pola nutrisi metabolik

Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin

maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan

keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan

menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan

terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengarui

status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor

kulit jelek , mual muntah.

c. Pola eliminasi

Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang

menyebabkan pasien sering kencing(poliuri) dan pengeluaran glukosa


pada urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.

d. Pola ativitas dan latihan


Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan

tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan

sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada

tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktivitas

sehari hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.

e. Pola tidur dan istirahat

Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang luka,sehingga

klien mengalami kesulitan tidur

f. Kongnitif persepsi

Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa pada

luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami

penurunan, gangguan penglihatan.

g. Persepsi dan konsep diri

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita

mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh ,

lamanya perawatan, banyaknya baiaya perawatan dan pengobatan

menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada

keluarga (self esteem)

h. Peran hubungan

Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita

malu dan menarik diri dari pergaulan.

i. Seksualitas

Angiopati daoat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi sehingga

menyebabkan gangguan potensi sek,gangguan kualitas maupun ereksi seta


memberi dampak dalam proses ejakulasi serta orgasme. Adanya perdangan
pada vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko

lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropatai.

j. Koping toleransi

Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan tidak

berdaya karena ketergantungan menyebabkan reasi psikologis yang

negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat menyebabkan

penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang

kontruktif/adaptif.

k. Nilai kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka

pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi

mempengarui pola ibadah penderita.

3. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan Vital Sign

Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah

dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal,

Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika

terjadi infeksi.

b. Pemeriksaan Kulit

Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika

kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi

komplikasi kulit terasa gatal.

c. Pemeriksaan Kepala dan Leher


Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar

tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5-2

cmH2.

d. Pemeriksaan Dada (Thorak)

Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan cepat dan

dalam.

e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)

Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.

f. Pemeriksaan Abdomen Dalam

batas normal

g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Sering

BAK

h. Pemeriksaan Muskuloskeletal

Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan

i. Pemeriksaan Ekstremitas

Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa baal

j. Pemeriksaan Neurologi

GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin

2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik

3. Infeksi b.d peningkatan Leukosit

4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas

39
40
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn S DENGAN DIABETES MELITUS DI RUANG PENYAKIT

DALAM RSU KAB TANGERANG TAHUN 2021

I. BIODATA

Identitas Pasien
Initial Pasien : Tn S
Usia : 60 th
Jenis kelamain : laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan Bank
Status pernikahan : Kawin
NO RM : 1908653
Tgl Pengkajian : 11 Januari 2021

Penanggung Jawab
Initial : Ny N
Usia : 56 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Hub dengan Pasien : Istri

II. KELUHAN UTAMA


Pasien mengatakan pertama kali datang ke RSUD Kab Tangerang melalui IGD sebelum di rawat di
Ruang penyakit dalam dengan keluhan muntah-muntah, tidak nafsu makan.

III. RIWAYAT KESEHATAN

Riwayat Penyakit Sekarang


Pada saat pengkajian klien mengatakan mual dan muntah dan sudah selama 20 tahun mendapatkan
insulin. Diperoleh GDS pasien 300 gr/dl, pasien mengatakan 3 minggu yang lalu berhenti
menggunakan insulin diakrenakan menggunakan obat herbal.

Riwayat Penyakit dahulu


Klien mengatakan sudah mengidap DM sejak 20 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan ada keturunan DM di keluarga nya, yaitu ibu dan ayah nya.

Genogram

v
Keterangan

: laki laki

: Perempuan

: Klien

Meninggal

: serumah

IV. AKTIVITAS / ISTIRAHAT


Gejala (subjektif)

Pekerjaan : Pensiunan Bank


Aktivitas/ hobi : Olahraga
Aktivitas waktu luang :pasien mengatakan bila ada waktu luang biasa berolahraga
Keterbatasan karena kondisi : sakit
Tidur Jam : 21.00 WIB
Tidur siang : pasien mengatakan tidak tidur siang
Kebiasaan tidur : pasien mengatakan sering terbangun saat malam hari
Tanda (objektif)
Respons terhadap aktivitas yang teramati : pasien tidak melakukan aktivitas apapun selama sakit.pasien
tampak lemah. Kardiovaskular 110/70 mmHg, Pernapasan 28x/menit HR: 80 x/m
Status mental (mis.,menarik diri/ letargi) : -
Pengkajian neuromuskular : tidak ada kelainan
Massa/ tonus otot: tonus otot pasien pada ektremitas bawah yaitu di pedis sinistra
Rentang gerak : rentang gerak aktif, Kekuatan otot : 3
Deformitas : tidak ada deformitas

V. SIRKULASI

Gejala (Subjektif)

Riwayat tentang : Hipertensi tidak ada, Masalah jantung : tidak ada


Demam rematik : tidak ada, Edema mata kaki/ kaki : tidak ada
Flebitis : tidak ada flenitis, Penyembuhan lambat : -
Klaudikasi : -
Ekstremitas : Kesemutan ada, Kebas : ada
Batuk/ hemoptisis : -
Perubahan frekuensi/ jumlah urine : 1000cc
Tanda (Objektif)

TD : 110/70 mmHg
Tekanan nadi : 80x/menit,
S : 38,5°C
Rr : 28 ×/menit
Gap auskultatori : -
Nadi (palpasi) : Karotis : teraba Temporal :teraba
Jugularis : teraba, Radialis : teraba
Femoralis : teraba Popliteal : teraba
Dorsalis pedis : teraba
Bunyi jantung : Frekuensi 80x/menit
Irama : teratur, Kualitas : -
Friksi gesek : -, Murmur : -
Distensi vena jugularis : tidak ada
Ekstremitas : suhu : 37C, Warna : tidak pucat/sianosis
Pengisian kapiler : crt <2 detik
Tanda Homan’s : - Varises :-
Abnormalitas kuku : tidak ada
Penyebaran/ kualitas rambut : distribusi rambut merata, rambut rontok, berminyak, rambut tampak kering
membran mukosa : lembab, Bibir : lembab
Punggung kuku: bersih
Konjungiva : anemis Sklera : ikterik
Diaforesis : -

VI. INTEGRITAS EGO


Gejala (Subjektif)
Faktor stres : kedaaan emosi pasien terlihat stabil pada saat berbicara
Cara menangani stres : pasien mengatakan bila sedang banyak masalah akan berbagi cerita dengan istri untuk
menghilangkan stress yang ada.
Masalah-masalah finansial : tidak ada
Status hubungan : hubungan pasien dengan keluarga baik
Faktor-faktor budaya : tidak ada
Agama : islam,
Kegiatan keagamaan : pasien mengatakan sering tidak mengerjakan sholat 5 waktu saat sehat dan sakit
Gaya hidup : merokok, Perubahan terakhir : -
Perasaan-perasaan : Ketidak berdayaan: pasien mengatakan yakin bahwa penyakitnya dapat disembuhkan
dan selalu berdoa kepada Allah untuk diangkat penyakitnya.
Tanda (Obyektif)
Status emosional (beri tanda cek untuk yang sesuai)
Tenang : - Cemas : √ Marah : -
Menarik diri : -, Takut : -
Mudah tersinggung : - Tidak sabar :-
Euforik : -
Respons-respons fisiologis yang terobservasi : pasien tampak cemas
VII. ELIMINASI
Gejala (Subjektif)
Pola BAB : tidak ada BAB sejak di rumah sakit, Penggunaan laksatif : -
Karakter fases : - BAB terakhir : dirumah sebelum sakit
Riwayat perdarahan : tidak ada, Hemoroid :
Konstipasi : tidak ada - Diare :
Pola BAK : selama sakit bak menggunakan selang pipis, Inkontimensia/ kapan :-
Dorongan: -Frekuensi : -, Retensi :-
Karakter urine : konsistensi cair, bau khas urine, warna kuning jernih
Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : tidak ada
Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak ada
Penggunaan diuretik : tidak ada
Tanda (Objektif)
Abdomen : Nyeri tekan pada epigastrium
Massa : tida ada masa, Ukuran/ lingkar abdomen :-
Bising usus : 18x/menit, Hemoroid : -
Perubahan kandungan kemih :-, BAK terlalu sering : pasien terpasang kateter
VIII. MAKANAN/ CAIRAN
Gejala (Subjektif)
Diit biasa (tipe) : diit tinggi kalori tinggi protein, Jumlah makanan per hari : 3x/hari
Makan terakhir/ masukan : 2 sendok nasi, Pola diit : teratur
Kehilangan selera makan : pasien mengatakan tidak nafsu makan, Mual/ muntah :mual
Nyeri ulu hati/ salah cerna : tidak ada nyeri tekan pada abdomen pada epigastrium
Alergi/ intoleransi makanan : tidak ada pantangan makanan
Masalah-masalah mengunyah/ menelan :-
Gigi : 32 buah
Berat badan biasa : 51 kg Perubahan berat badan tidak ada
Penggunaan diuretik tidak ada
Tanda (Objektif)
Berat badan sekarang 51kg, Tinggi badan : 160cm
Turgor kulit : sedang , Kelembaban/ kering membran mukosa : membrane mukosa kering
Edema : Umum : - , Dependen :-
Periorbital : - Asites : tidak ada
Distensi vena jugularis : tidak ada
Pembesaran tiroid : tidak ada, hernia/ massa : tidak ada, Halitosis :-
Kondisi gigi/ gusi : baik, tidak ada perdarahan pada gusi
Penampilan lidah : tampak kotor
Membran mukosa : kering
Bising usus : 18x/menit
Bunyi napas : wheezing
Urin S/ A atau Kemstiks :-

IX. HIGIENE
Aktivitas sehari-hari : Tergantung, dibantu oleh istri
Mobilitas : pasien hanya ditempat tidur saja, Makan : 2 sendok nasi
Hegiene : rambut tampak kotor, Berpakaian : kurang rapi
Toileting : belum BAB selama sakit, BAK lewat selang pipis
Waktu mandi yang diinginkan jam : -
Pemakaian alat bantu/ prostetik : -
Tanda (Objektif)
Penampilan umum : sedang
Cara berpakaian rapi, Kebiasaan pribadi :-
Bau badan : -, Kondisi kulit kepala: rambut rontok
Adanya kutu: tidak ada
X. NEUROSENSORI
Gejala (Subjektif)
Rasa ingin pingsan/ pusing : tidak ada
Sakit kepala : Lokasi nyeri : tidak ada, Frekuensi : -
Kesemutan/ kebas/ kelemahan (lokasi) : sering sekali kesemutan, pedis sinistra terkadang nyeri tekan tidak
ada
Stroke (gejala sisa) :-
Kejang : - Tipe : -, Frekuensi: -
Status postikal : - , Cara mengontrol :,
Glaukoma : -, Katarak : -,
Telinga : tidak ad kehilangan pendegaran
Epistaksis: tidak ada
Tanda (Objektif)
Status mental :
Terorientasi/ disorientasi : Waktu : 08.00, Tempat : rs, rawat inap, Orang : perawat, istri pasien
Kesadaran: composmentis, Mengantuk Letargi :-
Stupor : - , Koma : -,
Kooperatif : pasien kooperatif, Menyerang :-, Delusi :-,
Halusinasi : tidak ada, Afek (gambarkan) :-
Kaca mata :-, Kontak lensa :-, Alat bantu dengar :-,
Ukuran/ rekasi pupil : Ka/ Ki : reflek cahaya +/+
Facial drop : -,Menelan :-,
XI. NYERI/ KETIDAKNYAMANAN
Gejala (Subjektif)
Lokasi: pasien mengatakan nyeri di daerah sendi mata kaki persendian, intensitas (1-10 dimana 10 sangat
nyeri) : skala nyeri 5 Frekuensi: tidak tentu, Kualitas : sedang, Durasi : nyeri datang tiba-tiba Penjalaran :
nyeri menjalar pada bagian persendian
Faktor-faktor pencetus : pasien mengatakan nyeri pada saat beraktivitas
Tanda (Objektif)
Mengkerutkan muka : pasien tampak meringis
Menjaga area yang sakit : pasien tampak menjaga area yang sakit.
Respons emosional : pasien tampak cemas

XII. PERNAPASAN
Gejala (Subjektif)
Dispnea yang berhubungan dengan batuk/ sputum :tidak ada
Riwayat bronkitis : tidak ada
Asma : tidak ada
Tuberkulosis : tidak ada, Emifisema : tidak ada
Pneumonia kambuhan : tidak ada
Pemanjanan terhadap udara berbahaya : tidak ada
Perokok : pasien merokok Pak/ hari :1-2 bungkus Lama dalam tahun :-
Penggunaan alat bantu pernapasan :-, Oksigen : -
Tanda (Objektif)
Pernapasan : Frekuensi :28x/menit Simetris :ekspansi dinding dada simetris
Penggunaan otot-otot asesori : tidak ada Napas cuping hidung :tidak ada
Fremitus : -
Bunyi napas : vesikuler
Egofoni :-
Sianosis : -, Jari tubuh : tidak ada sianosis
Karakteristik sputum : -
Fungsi mental/ gelisah : pasien tampak gelisah

XIII. KEAMANAN
Gejala (Subjektif)
Alergi/ sensitivitas : ada, alergi dingin, Reaksi :-
Perilaku resiko tinggi : ya
Periksaan :-
Tranfusi darah/ jumlah :-,
Kapan :-,
Gambaran reaksi :-,
Riwayat cedera kecelakaan : tidak ada
Fraktur/ dislokasi :tidak ada fraktur
Artritis/ sendi tak stabil : pasien mengatakan nyeri pada persendian
Masalah punggung : tidak ada
Perubahan pada tahi lalat :- Pembesaran nodus : -
Kerusakan penglihatan, pendengaran : penglihatan dan pendengaran mulai menurun
Protese :- Alat ambulatori :-
Tanda (Objektif)
Suhu tubuh :38,5C Diaforesis :-
Integritas kulit :
Luka pedis sinistra: kedalama
Jaringan parut :tidak ada Kemerahan : ada

Laserasi : tidak ada Ulserasi : ada

Ekimosis : tidak ada Lepuh : ada

Luka bakar : (derajat/ persen) : tidak ada Drainase : ada

Tandai lokasi pada diagram di bawah ini :

Kekuatan Umum :sedang Tonus otot : 4

Cara berjalan : pasien bed rest ROM : aktiv

Parestesia/ paralisis :-

Hasil kultur, Pemeriksaan sistem imun : anti-CMV igG positif kons 247,4AU/ml

XIV. SEKSUALITAS
Aktif melakukan hubungan seksual : selama sakit tidak melakukan hubungan seksual

Penggunaan Kondom : -

Masalah-masalah/ kesulitan seksual : -

Perubahan terakhir dalam frekuensi/ minat : -

Pria

Gejala (Subjektif)

Rabas penis :-, Gangguan prostat :-,


Sukumsisi :ya, Vasektomi :-,

Melakukan pemeriksaan sendiri :- Payudara/ Testis :-

Prostoskopi/ pemeriksaan prostat terakhir : -

Tanda (Objektif)

Pemeriksaan :- Payudara/ penis/ testis :-

Kutil genital/ lest :-

XV. INTERAKSI SOSIAL


Gejala (Subjektif)

Status perkawinan :menikah Lama : 16 thn

Hidup dengan : istri dan ibu

Masalah-masalah/ stres : pasien tampak sering mengeluh masalah penyakitnya, meringis kesakitan karena sesak
nafas

Keluarga besar : hubungan pasien dengan keluarga baik

Orang pendukung lain :-

Peran dalam struktur keluarga : pasien sebagai laki-laki berperan sebagai kepala keluarga

Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit/ kondisi :pasien mengeluh dada sakit jika batuk.

Perubahan bicara : penggunaan alat bantu komunikasi : tidak ada

Adanya laringektomi : tidak ada

Tanda (Objektif)

Bicara : jelas :ya Tak jelas :-

Tidak dapat dimengerti :- Afasia : -

Pola bicara tak biasa/ kerusakan : -

Pengunaan alat bantu bicara :-

Komunikasi verbal/ nonverbal dengan keluarga/ orang terdekat lain : pasien menjawab pertanyaan dengan
kooperatif

Pola interaksi keluarga (perilaku) : hubungan pasien dengan keluarga baik

XVI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Interprestasi
Hematologi
Hemoglobin 13 g/dL 14.00-18.00 Normal
Leukosit 35,4 10^3/uL 4.0-10.5 Naik
Trombosit 389 10^3/uL 150-450 Normal
Keton darah 2,9 mmol/L 0,03-0,5 Naik
GDS 300 mg/dl 70-130 Naik
1. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Ketoasidosis Peningkatan laju
Keluarga pasien diabetikum metabolisme
mengatakan pasien muntah,
dan demam serta tidak nafsu B1 (becath)
makan
DO : Peningkatan suhu
- S: 38,5°C tubuh
- Pasien tampak gelisah
- RR : 20 x /m Hipertermi
- SpO2 : 94%
- TD: 110/70 mmhg
- Hasil kultur ditemukan:
E. Coli : 180.000/mm

2 DS : Diabetes Meilitus Infeksi


- Pasien mengatakan tidak
menggunakan insulin selama Hiperglikemia

2 minggu
Metaabolisme sel
- Keluarga pasien mengatakan
menurun
pasien menderaita diabetes
meilitus sejak 20 tahun
Strafase sel

DO :
Kemampuan sel
- Tampak terdapat luka ulkus menurun
DM pedis sinistra ukuran
luka 10 x 3 cm, eksudat Reantaang infeksi
seropurulenta, kwedalaman (Terdapat Luka)
luka kehilangan ketebalan
parsial Invasi kuman

- Jaringan nekrotik tampak


Infeksi
bewarna kuning
- Tidak ada aringan granulasI
- Terdapat kallus
- E.coli : 180.000/mm3
- Luka berbau

3. DS : Sel β tidak mampuKetidakstabilan kadar


- Pasien mengatakan luka di memproduksi glukosa darah
kaki nya terasa sakit muncul insulin

luka 2 minggu yll


- pasien mengatakan pasien
Defisiensi insulin
menderita Diabetes meilitus
sejak 20 tahun dan sudah
mendapat insulin selama 20 Transport glukosa
tahun ke jaringan
menurun
DO :
- Pasien tampak gelisah
- GDS : 300 mg/dl Ketidakstabilan
Nadi : 80 x/menit kadar glukosa
S : 38,5 C darah
RR : 20 x/menit
4. DS : penurunan kadar Resiko defisit nutrisi
Pasien mengatakan mual dan insulin
muntah
penggunaan
DO : glukosa sel
- Pasien tampak lemah menurun
- Membaran mukosa bibir
kering hiperglikemia

mual muntah

Resiko defisit
kekurangan nutrisi

2. DIAGNOSIS BERDASARKAN PRIOROTAS


1) Resiko hipertermia berhubugan dengan proses infeksi (D.0130) ditandai dengan peningkatan suhu tubuh

diatas normal
2) Infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (diabetes meilitus) d.d terdapat luka pada pedis sinistra

(D.0142)

3) Ketidakstabilan Glukosa Darah berhubungan dengan hipeglikemia ditandai dengan kadar glukosa dalam

darah tinggi (D.0027)

4) Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan gangguan metabolisme tubuh ditabdai dengan mual muntah

(D.0019)

FORMAT

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. S Nama Mahasiswa : Oriza sativa Manurung

Ruang : Penyakit Dalam NIM : P27906120027

No. M.R. : 00237896

No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan

Keperawatan
1. (D.0130)Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
Observasi
hipertermia b.d keperawatan selama 3 x 24
1. Monitor suhu tubuh
jam , diharapkan respon
proses infeksi dd pengobatan dapat 2. Monitor haluaran urine
3. Monitor kadar elektrolit
peningkatan suhu dipertahankan, suhu tubuh
dalam batas normal
tubuh diatas normal Terapeutik
- 1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Beri cairan oral
3. Berikan oksigen (jika perlu)

2. D.0142 L.14137 PENCEGAHAN INFEKSI (I.14539)


Setelah dilakukan tindakan Observasi
Infeksi b.d penyakit
keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
kronis (diabetes
jam diharapkan derajat sistemik
meilitus) infeksi berdasarkan Terapeutik
observasi atau sumber 1. Batasi jumlah pengunjung
informasi, de menurunngan
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
kriteria hasil :
3. Cuci tangan sebelum dan sesuah kontak dengan
1. Nyeri menurun (5)
pasien dan lingkungan pasien
2. TTV membaik (5)
4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
3. Kadar sel darah putih
membaik (5)
beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memriksa kondisi luka atau luka
operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan mrningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

PERAWATAN LUKA (I.14564)


Observasi
 Monitor karakteristik luka
Terapeutik
1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
2. Bersihkan dengan cairan NaCl
3. Bersihkan jaringan nekrotik
4. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi
5. Pasang balutan sesuai jenis luka
6. Pertahankan teknik streril saat melakukan
perawatan luka
7. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
8. Berikan suplemen vitamin dan mineral
9. Berikan terapi TENS, jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan prosedur perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur debridement
2. Kolaborasi pemberian antibiotik

3. (D. 0032) Resiko (L. 03030) Status nutrisi (I. 03115) Manajemen hiperglikemia
Setelah dilakukan Observasi
defisit nutrisi
tindakan keperawatan e. Monitor kadar gula darah
berhubungan dengan
selama… diharapkan f. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
gg metabolisme keadekuatan asupan g. Monitor intake dan output cairan
nutrisi untuk memenuhi h. Monitor keton urin
tubuh dalam
kebutuhan metabolisme Terpeutik
mengabsorbsi nutrien
membaik. Dengan i. Berikan asupan cairan oral
kriteria hasil: Edukasi
a. Porsi makanan yang j. Ajarkan pengolaan diabetes (penggunaan
dihabiskan 4 insulin, obat oral, pengantian karbohidrat)
(cukup meningkat) Kolaborasi
b. Berat badan 3 k. Kolaborasi pemberian insulin
(sedang) Kolaborasi cairan iv
c. Frekuensi makan 4
(cukup membaik)
d. Nafsu makan 4
(cukup membaik)
Membran mukosa 4
(cukup membaik)

1. IMPLEMENTASI

Melakukan pelaksanaan keperawatan berdasarkan intervensi yang telah dibuat selama 3 x 24


jam , yang terdiri dari intervensi berdasarkan standar intervensi keperawatan indonesia sesuai dengan

diagnosis yang diangkat pada kasus Tn. S

A. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Implementasi Keperawatan Hari Pertama
N Diagnosis Tindakan Keperawatan Respon Tanda Tangan
O Keperawatan
1. (D.0130)Resik - Memonitoring suhu tubuh S:
- Memberikan cairan oral Oriza
Kolaborasi - Pasien
o hipertermia
- Memberikan obat mengatakan
paracetamol 500 mg suhu tubuh
b.d proses
menurung
infeksi dd O:

peningkatan - TD :
110/100mmHg
- N : 90x/menit
suhu tubuh
- S : 37oC
- Rr :28x/menit
diatas normal
- Klien tampak
lemas
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan
2. D.0142 PERAWATAN LUKA (I.14564) S: oriza
Observasi - Klien
Infeksi b.d
 Monitor karakteristik luka mengatakan luka
penyakit kronis
Terapeutik nya tampak
(diabetes 1. Lepaskan balutan dan plester bersih dan tidak
meilitus) secara perlahan berbau
2. Bersihkan dengan cairan NaCl
3. Bersihkan jaringan nekrotik O:
4. Berikan salep yang sesuai ke - Luka terlihat
kulit/lesi bersih
5. Pasang balutan sesuai jenis
luka A : Masalah belum
6. Pertahankan teknik streril saat teratasi
melakukan perawatan luka P : Intervensi
7. Jadwalkan perubahan posisi Dilanjutkan
setiap 2 jam atau sesuai kondisi
pasien
8. Berikan suplemen vitamin dan
mineral
9. Berikan terapi TENS, jika perlu
Edukasi
3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4. Anjurkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
Kolaborasi
3. Kolaborasi prosedur debridement
4. Kolaborasi pemberian antibiotik

D.0032 I.03111 S: Oriza


Observasi - pasien
Risiko defisit 1. Monitor asupan dan keluarnya makanan mengatakan
nutrisi dan cairan serta kebutuhan kalori
masih susah
berhubungan
dengan proses
untuk makan dan
Terapeutik
peyakit masih sering
1. Timbang BB secara Rutin
mual
2. Dsikusikan perilaku makan dan jumlah
aktivitas fisik termasuk olahraga yang O:

sesuai TD : 110/100mmHg
N : 80x/menit
3. Lakukan kontrak perilaku(mis. Target S : 37oC
BB, tanggung jawab perilaku) Rr :20x/menit

4. Damping ke kamar mandi untuk


- Klien tampak
pengamatan perilaku memuntahkan
susah saat
kembali makanan
5. Berikan penguatan positif terhadap melakukan
keberhasilan target dan perubahan aktivitas
perilaku A : Masalah belum
6. Berikan konsekuensi jika tidak teratasi
mencapai target sesuai kontrak P : Intervensi
7. Rencanakan program pengobatan untuk Dilanjutkan
perawatan dirumah (mis. Medis,
konseling)

Edukasi
1. Anjurkan membuat catatan harian
tentang perasaan dan situasi pemicu
pengeluaran makanan (mis.
Pengeluaran yang disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
2. Ajarkan pengaturan diet yang tepat
3. Ajarkan keterampilan koping untuk
penyelesaian masalah perilaku makan

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
target BB, kebutuhan kalori dan pilihan
makanan

2. Implementasi Keperawatan Hari Kedua


N Diagnosis Tindakan Keperawatan Respon Tanda Tangan
O Keperawatan
1. (D.0130)Resik - Memonitoring suhu tubuh S:
- Memberikan cairan oral Oriza
Kolaborasi - Pasien
o hipertermia
- Memberikan obat mengatakan
paracetamol 500 mg suhu tubuh
b.d proses
menurung
infeksi dd O:

peningkatan - TD :
110/100mmHg
- N : 80x/menit
suhu tubuh
- S : 36.5oC
- Rr :28x/menit
diatas normal
- Klien tampak
lemas
A: Masalah teratasi
P: Intervensi
dihentikan
2. D.0142 PERAWATAN LUKA (I.14564) S: oriza
Observasi - Klien
Infeksi b.d
 Monitor karakteristik luka mengatakan luka
penyakit kronis
Terapeutik nya tampak
(diabetes 1. Lepaskan balutan dan plester bersih dan tidak
meilitus) secara perlahan berbau
2. Bersihkan dengan cairan NaCl
3. Bersihkan jaringan nekrotik O:
4. Berikan salep yang sesuai ke - Luka terlihat
kulit/lesi bersih
5. Pasang balutan sesuai jenis
luka A : Masalah belum
6. Pertahankan teknik streril saat teratasi
melakukan perawatan luka P : Intervensi
7. Jadwalkan perubahan posisi Dilanjutkan
setiap 2 jam atau sesuai kondisi
pasien
8. Berikan suplemen vitamin dan
mineral
9. Berikan terapi TENS, jika perlu
Edukasi
5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
6. Anjurkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
Kolaborasi
5. Kolaborasi prosedur debridement
6. Kolaborasi pemberian antibiotik

D.0032 I.03111 S: Oriza


Observasi - pasien
Risiko defisit 1. Monitor asupan mengatakan mual
nutrisi dan keluarnya makanan dan cairan
sudah berkurang
berhubungan serta kebutuhan kalori
dengan proses
O:

peyakit TD : 110/100mmHg
Terapeutik N : 80x/menit
1. Timbang BB secara Rutin S : 37oC
Rr :20x/menit
2. Dsikusikan perilaku makan dan jumlah
aktivitas fisik termasuk olahraga yang
- makanan yang
sesuai
disediakan habis
3. Lakukan kontrak perilaku(mis. Target
½ porsi
BB, tanggung jawab perilaku)
A : Masalah belum
4. Damping ke kamar mandi untuk
teratasi
pengamatan perilaku memuntahkan
kembali makanan P : Intervensi
5. Berikan penguatan positif terhadap Dilanjutkan
keberhasilan target dan perubahan
perilaku
6. Berikan konsekuensi jika tidak
mencapai target sesuai kontrak
7. Rencanakan program pengobatan untuk
perawatan dirumah (mis. Medis,
konseling)

Edukasi
2. Anjurkan
membuat catatan harian tentang
perasaan dan situasi pemicu
pengeluaran makanan (mis.
Pengeluaran yang disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
3. Ajarkan
pengaturan diet yang tepat
4. Ajarkan
keterampilan koping untuk
penyelesaian masalah perilaku makan

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target BB, kebutuhan
kalori dan pilihan makanan

B. CATATAN PERKEMBANGAN
TANGGAL DIAGNOSIS CATATAN PERKEMBANGAN TANDA
KEPERAWATAN TANGAN
13/01/2021 (D.0130)Resiko S = Pasien mengatakan sudah tidka
lemas lagi dan tidak demam oriza
hipertermia b.d O =
- Suhu tubuh menurun
proses infeksi dd
A = Masalah teratasi
P = Intervensi dihentikan
peningkatan suhu

tubuh diatas normal

13/01/2021 Infeksi b.d penyakit S = Pasien mengatakan luka nya


bersih dan nyeri berkurang di kaki Oriza
kronis (diabetes
kiri
meilitus) O=
- Nyeri menurun (4)
- Cairan berbau busuk
menurun(4)
- Nafsu makan meningkat (4)
- Pola napas membaik (5)
A = Masalah teratasi
P = Intervensi dihentikan

13/01/2021 D.0032 S = Pasien mengatakan


menghabiskan porsi makannya Oriza
O=
Risiko defisit nutrisi
- Porsi makanan yang
berhubungan dengan dihabiskan meningkat (5)
faktor psikologis : - Nyeri abdomen menurun
(5)
- Frekuensi makan membaik
keengganan untuk (5)
makan - Nafsu makan membaik (5)
A = Masalah teratasi.
P = Intervensi dihentikan

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA), (2013). Diakses tgl 11 juni 2017


Diabetes bacic. Http://www.diabetes.org/ diabetes-bacics

Biologi Gonzaga.(2010). Diakses tanggal 02 Februari 2010.


http://biologigonz.blogspost.com

(IDF). (2015) . Idf diabetes altas sixth edition. Diakses pada tanggal 15 april 2016 dari
http://www.idf.org/sites/default/files/Atlas-poster-2015_EN.pdf

PERKERNI.(2015).Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia. Jakarta :PERKERNI

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ).2017. Badan penelitian dan pengembangan


Kesehatan

PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta:
DPP PPNI

Shadine,M,2010. Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Penebit Keenbooks

Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC

Tarwoto, dkk, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta:
Trans Info Mediaq

Anda mungkin juga menyukai