Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA DM

Untuk memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Penyakit Tidak Menular

Di bimbing oleh Ibu Dr. Susi Milwati,SKp,MPd

Nama kelompok 4 :

1. Shucma Rahmawati P17210204210

2. Dwi Indah Fitriani P17210204211

3. Ardina Eka Wahyuningtyas P17210204212

4. Andini Cahya Ningrum P17210204213

5. Dhino Ersa Cahyana P17210204214

6. Indry Maulina P17210204215

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PRODI D-3 KEPERAWATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

Februari 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas pentunjuk, rahmat dan hidayah-
Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk
melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Penyakit Tidak Menular.

Dalam menyelesaikan makalah ini, tidak akan bisa berjalan lancar tanpa
bantuan dari orang-orang yang berada di dekat kami yang telah memberikan
bimbingan dan dukungan sebagai bahan masukan. Untuk itu saya ucapkan banyak
terimahkasih kepada :

1. Ibu Dr. Susi Milwati,SKp,MPd selaku dosen matakuliah dalam penulisan


makalah ini.
2. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan moral dan materi.
3. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan hingga terselesainnya
makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah


ini. Untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun
berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak dan masyrakat luas.

Malang, 21 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
BAB I PENDAULUAN 4
1.1 Latar belakang 4
1.2 Tujuan 5
BAB II TINJAUAN TEORI 6
2.1 Pengertian 6
2.2 Etiologi 6
2.3 Klasifikasi 7
2.4 Manifestasi klinis 9
2.5 Patofisiologi 9
2.6 Penatalaksanaan medis 10
2.7 Konsep Asuhan keperawatan 12
2.7.1 Pengkajian 12
2.7.2 Diagnosa Keperawatan 15
2.7.3 Perencanaan 16
2.7.4 Implementasi 17
2.7.5 Evaluasi 17
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 18
BAB IV PENUTUP 19
4.1 Kesimpulan 19
4.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang


ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan
Bare,2015). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau
gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya (Iii & Konsep, 2016).
Data World Health Organization (2015) telah mencatat Indonesia dengan
populasi 230 juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal
jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai
14,7% di perkotaan dan 7,2 % di pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur
di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta
warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes. Menurut American
Diabetes Asociation (ADA,2015), DM dapat di klasifikasikan menjadi
beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2,Dm gestasional. Beberapa tipe
yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling banyak
ditemukan yaitu lebih dari 90-95%. Dimana faktor pencetus dari DM tipe 2
yakni berupa obesitas, mengosumsi makanan instan,terlalu banyak makan
karbohidrat, merokok dan stres, kerusakan pada sel prankreas dan kelainan
hormonal.
Menurut International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2015
terdapat 415 juta (8,8%) penderita DM di seluruh dunia dan diprediksikan
angka tersebut akan terus bertambah menjadi 642 juta (10,4%) penderita DM
tahun 2040. Sedangkan jumlah estimasi penyandang DM di Indonesia
diperkirakan sebesar 10 juta yang menempatkan Indonesia dalam urutan ke-7
tertinggi di dunia bersama China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan
Meksiko (IDF, 2015).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2017,
prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia berdasarkan wawancara yang
terdiagnosis dokter sebesar 2,5 % .DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar
3,0 %. (Kemenkes, 2017). Sementara , diSumatra Barat diperkirakan sebanyak
3,4 juta jiwa menderita penyakit diabetrs tipe II. Selain itu prevalensi nasional,
Sumatra Barat memiliki prevalensi total DM sebanyak 1,5% dimana berada
diurutan 16 dari 33 provinsi di Indonesia.
Peran perawat terhadap penyakit Diabetes Melitus adalah memberikan
asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya kuratif
yaitu memberikan pengobatan kepada pasien.

1.2 Tujuan

1. Tujuan umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan penulis dapat
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menerapkan asuhan
keperawatan yang bermutu pada pasien diabetes melitus.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai penulis setelah pelaksaan asuhan
keperawatan adalah :
1. Mampu memahami konsep teori asuhan keperawatan pada pasien
diabetes melitus
2. Mampu melakukan pengkajian dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien diabetes melitus
3. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes
melitus
4. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien diabetes
melitus
5. Mampu mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan pada
pasien diabetes melitus
6. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan pada
pasien diabetes melitus
7. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan
pada pasien diabetes melitus
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Diabetes Melitus (DM) menurut American Diabetes Association (ADA)


adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, disfungsi beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung
dan pembuluh darah(Azizah et al., 2019)
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena
adanya hiperglikemia yang dikarenakan organ pankreas tidak mampu
memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target
tersebut. Abnormalitas yang di temukan pada metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang ada pada penderita penyakit diabetes melitus
dikarenakan aktivitas insulin pada target sel kurang (Kerner and Bruckel,
2014). Diabetes melitus merupakan kelainan yang terjadi karena
meningkatnya kadar gula darah atau hiperglikemia. Diabetes melitus adalah
penyakit metabolik yang terjadi karena peningkatan kadar gula dalam darah
yang terjadi karena adanya kelainan sekresi insulin sehingga memperlambat
kerja insulin (Varena, 2019).

2.2 Etiologi

Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2


kategori klinis yaitu:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
a. Genetik
Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun
mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik
kearah terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini
ditentukan pada individu yang memiliki type antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses imunnya.
b. Imunologi
Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon
autoimum. Ini adalah respon abdomal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya sebagai jaringan asing.
c. Lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II) Menurut
Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga(Lestari et al., 2021)

2.3 Klasifikasi

Klasifikasi etiologis diabetes menurut American Diabetes Association


2018 dibagi dalam 4 jenis yaitu :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena
sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali
sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang
jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik
pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis. Faktor penyebab terjadinya
DM Tipe I adalah infeksi virus atau rusaknya sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan karena reaksi autoimun yang merusak sel-sel penghasil insulin
yaitu sel β pada pankreas, secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pada tipe I,
pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Penderita DM untuk bertahan
hidup harus diberikan insulin dengan cara disuntikan pada area tubuh
penderita. Apabila insulin tidak diberikan maka penderita akan tidak
sadarkan diri, disebut juga dengan koma ketoasidosis atau koma diabetic.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin
tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi
resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi
insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih
tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal
tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya
glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas
akan mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa.
Diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh kegagalan relatif sel β
pankreas dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β pankreas
tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya
terjadi defensiesi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada
rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Gejala
pada DM tipe ini secara perlahan-lahan bahkan asimptomatik. Dengan
pola hidup sehat, yaitu mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan olah
raga secara teratur biasanya penderita brangsur pulih. Penderita juga harus
mampu mepertahannkan berat badan yang normal. Namun pada penerita
stadium akhir kemungkinan akan diberikan suntik insulin.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah akibat faktor genetik fungsi sel
beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan
sindrom genetik lain yang berkaitan dengan penyakit DM. Diabetes tipe
ini dapat dipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan
HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).
4. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi
glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada
trimester kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan dengan
meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM gestasional memiliki
risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu
5-10 tahun setelah melahirkan(Lestari et al., 2021).

2.4 Manifestasi klinis

Tanda dan gejala pasien DM dibagi menjadi dua macam yaitu gejala
kronik dan gejala akut serta munculnya ulkus diabetic, yaitu :
1. Gejala akut yang timbul pada pasien DM berupa :
a. Pasien akan banyak mengkonsumsi makanan
b. Pasien akan banyak mengkonsumsi minum
c. Pasien akan lebih sering buang air kecil Apabila gejala tersebut tidak
segera ditangani maka akan timbul gejala lain seperti menurunnya
nafsu makan pasien dan berat badan akan turun, mudah merasa lelah,
pada keadaan tertentu pasien akan koma.
2. Gejala kronis yang muncul antara lain :
a. Pasien biasanya akan mengeluh kesemutan
b. Kulit pasien akan terasa panas
c. Kulit pasien terasa tebal
d. Mengalami kram
e. Cepat mengantuk
f. Pandangan pasien kabur
g. Gigi mudah goyang dan sering lepas
h. Pada wanita hamil kemungkinan terburuknya dalah keguguran dan
prematuritas (Darliana, 2017).

2.5 Patofisiologi
Pada diabetes tipe I, sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun, sehingga insulin tidak dapat diproduksi. Hiperglikemia puasa
terjadi karena produksi glukosa yang tidak dapat diukur oleh hati. Meskipun
glukosa dalam makanan tetap berada di dalam darah dan menyebabkan
hiperglikemia postprandial (setelah makan), glukosa tidak dapat disimpan di
hati. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak akan
dapat menyerap kembali semua glukosa yang telah disaring. Oleh karena itu
ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa yang disaring. Akibatnya, muncul
dalam urine (kencing manis). Saat glukosa berlebih diekskresikan dalam
urine, limbah ini akan disertai dengan ekskreta dan elektrolit yang berlebihan.
Kondisi ini disebut diuresis osmotik. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan buang air kecil (poliuria) dan haus (polidipsia).
Kekurangan insulin juga dapat mengganggu metabolisme protein dan
lemak, yang menyebabkan penurunan berat badan. Jika terjadi kekurangan
insulin, kelebihan protein dalam darah yang bersirkulasi tidak akan disimpan
di jaringan. Dengan tidak adanya insulin, semua aspek metabolisme lemak
akan meningkat pesat. Biasanya hal ini terjadi di antara waktu makan, saat
sekresi insulin minimal, namun saat sekresi insulin mendekati, metabolisme
lemak pada DM akan meningkat secara signifikan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan mencegah pembentukan glukosa dalam darah, diperlukan
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan oleh sel beta pankreas. Pada
penderita gangguan toleransi glukosa, kondisi ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan, dan kadar glukosa akan tetap pada level normal atau sedikit
meningkat. Namun, jika sel beta tidak dapat memenuhi permintaan insulin
yang meningkat, maka kadar glukosa akan meningkat dan diabetes tipe II akan
berkembang(Darliana, 2017).

2.6 Penatalaksanaan medis

Menurut (Mansjoer, A dkk. 2008) penataaksanaan medis yaitu tujuan


utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada
pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1. Diet

2. Latihan/ Olah raga.

3. Latihan jasmani
Teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½ jam. Adanya kontraksi otot
akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa ke
dalam sel. Penderita diabetes dengan kadar glukosa darah >250mg/dl
dan menunjukkan adanya keton dalam urine tidak boleh melakukan
latihan sebelum pemeriksaan keton urin menunjukkan hasil negatif dan
kadar glukosa darah mendekati normal. Latihan dengan kadar glukosa
tinggi akan meningkatkan sekresi glukagon, growth hormon dan
katekolamin. Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih
banyak glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.Untuk
pasien yang menggunakan insulin setelah latihan dianjurkan makan
camilan untuk mencegah hipoglikemia dan mengurangi dosis
insulinnya yang akan memuncak pada saat latihan.
4. Obat-Obatan
1. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral
(OHO)
o Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan
insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi
insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya
diberikan pada penderita dengan berat badan normal
dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat
badannya sedikit lebih.
o Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi
mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan
efektivitas insulin, yaitu :
1) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra
pankreatik
a. Menghambat absorpsi karbohidrat
b. Menghambat glukoneogenesis di hati
c. Meningkatkan afinitas pada reseptor
insulin
2) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan
jumlah reseptor insulin
a. Biguanida pada tingkat pascareseptor:
mempunyai efek intraselluler
5. Insulin

2.7 Konsep Asuhan keperawatan


2.7.1 Pengkajian

Menurut (Santosa, Budi. 2008)

1. Identitas klien, meliputi :

Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status


perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.

2. Keluhan utama

a. Kondisi hiperglikemi:

Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing,


dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.

b. Kondisi hipoglikemi
c. Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar,
sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan
daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan
emosional, penurunan kesadaran.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal


pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh,
kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh.
Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi,
anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang
disertai nyeri perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus,
pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan
masalah impoten pada pria.

4. Riwayat kesehatan dahulu

DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan


penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan
seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker,
kontrasepsi yang mengandung estrogen.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM

6. Pemeriksaan Fisik

a. Aktivitas dan Istirahat

Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot,


tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur. Tanda:
takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas, letargi, disorientasi, koma
b. Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard


akut, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus
pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda : takikardia,
perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels,
kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.

c. Integritas ego

Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah


finansial yang berhubungan dengan kondisi. Tanda :
ansietas, peka rangsang.

d. Eliminasi

Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa


nyeri terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan
abdomen, diare. Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri,
bising usus lemah, hiperaktif pada diare.

e. Makanan dan cairan

Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti


diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat,
penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik. Tanda:
kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi
abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton

f. Neurosensori

Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,


parastesia, gangguan penglihatan.Tanda: disorientasi,
mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks
tendon menurun, kejang.
g. Kardiovaskuler

Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD


postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)

h. Pernapasan

Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau


tanpa sputum.Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi
meningkat.

i. Seksualitas

Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme


pada wanita

j. Gastro intestinal

Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,


anseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus
lemah/menurun.

k. Muskulo skeletal

Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada


kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada
tungkai.

l. Integumen

Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung,


turgor jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat
banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulku
2.7.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d. ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)
3. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan
volume cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme
pengaturan
4. Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan.

2.7.3 Perencanaan

1. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan


volume cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme
pengaturan. kriteria hasil :
a. Terbebas dari edema, efusi, anaskara
b. Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru,
output jantung dan vital sign dalam batas normal
c. Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
d. Menjelaskan indikator kelebihan cairan
2. Nyeri akut. Kriteria hasil:
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam rentang normal
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuuhan tubuh.
Kriteria hasil:
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan usia
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Kriteria hasil:
a. TD normal (120/80 mmHg)
b. Tingkat kesadaran membaik
c. Tidak ada gerakan involunter
d. Fungsi sensorik dan motorik tidak ada gangguan

2.7.4 Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana


keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada
tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual,
kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan
kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada
pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan
perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan
rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.

2.7.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana


mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan
untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.
BAB III

TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian

ruang : Majaphit

no.RM : 1023xxx

tgl pengkajian : 11 februari 2022

a. Identitas pasien

nama : Ny. T

umur : 60 th

jenis kelamin : perempuan

agama : islam

status perkawinan : menikah

suku : jawa

pendidikan : SMP

pekerjaan : ibu rumah tangga

alamat : sumberporong, lawang, kab. malang

tgl masuk : 10 februari 2022

tgl pengkajian : 11 februari 2022

diagnosis medis : DM

b. Sumber informasi

nama : Tn. G

umur : 35 th

jenis kelamin : laki-laki

alamat : Sumberporong, lawang, kab. malang

hub dengan klien : anak


1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan masuk RS
Klien masuk rumah sakit melalui IGD pada tanggal 10
Februari 2022 dengan keluhan badan lemas, sering merasa
mudah lapar dan haus, buang air kecil lebih dari 10 x/hari.
berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
composmentis, TD 130/80 mmhg, n. 2 88x/menit, s: 36,3
derajat Celcius, RR : 20x/menit gds 448 mg/dl.
b. Riwayat penyakit sekarang
1. keluhan utama
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 11 Februari
2022 pukul 10. 00 WIB klien mengatakan badannya
terasa lemas, klien mengatakan lemasnya bertambah
apabila klien sedang beraktivitas, dan lemas nya
berkurang ketika beristirahat. pada saat pengkajian gds
361 mg/dl.
2. keluhan penyerta
klien mengatakan mudah lapar dan haus, dan sering ke
kamar kecil, BAK lebih dari 10x/hari.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap
makanan, riwayat kecelakaan dan riwayat perawatan selama
di rumah sakit. klien mengatakan tidak pernah mengalami
penyakit seperti sekarang ini. kalian mengatakan Ini baru
pertama kalinya klien seperti ini.
d. riwayat kesehatan keluarga
klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit seperti klien, dan tidak ada yang mengalami
penyakit menahun atau penyakit menular lainnya.
e. Riwayat psikososial spiritual
1) psikologis
klien mengatakan Dia adalah seorang ibu rumah tangga.
klien percaya penyakitnya akan segera sembuh titik klien
menerima keadaannya dan kondisinya sekarang. kondisi
emosional klien stabil. klien dapat beradaptasi dengan
baik terhadap lingkungan di rumah sakit.
2) Sosial
klien mengatakan keluarganya selalu mendukung
kesembuhan terhadap penyakitnya. klien mengatakan
semenjak sakit dia tidak bisa lagi bersosialisasi dengan
tetangganya.
3) Spiritual
sebelum sakit: klien mengatakan Ia rajin salat lima
waktu, klien mengatakan beragama Islam dan percaya
bahwa Tuhan itu ada.
saat sakit: klien mengatakan ia selalu berdoa agar
sakitnya cepat sembuh, klien beribadah di tempat tidur.
4) pengetahuan pasien dan keluarga
klien mengatakan belum paham tentang penyakit yang
dideritanya saat ini, perawatannya Bagaimana dan
pengobatannya seperti apa. Klien Mengatakan tidak tahu
penyebab penyakit yang dideritanya..
5) Lingkungan
kondisi lingkungan rumah baik dan tidak mempengaruhi
kesehatan saat ini, kondisi lingkungan sekitar rumah
baik. sinar matahari dan ventilasi cukup.
6) pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit
7) pola pemenuhan nutrisi dan cairan
1. pola nutrisi:
o sebelum masuk rumah sakit: klien mengatakan
sebelum sakit nafsu makannya baik, klien makan 3-4
kali/hari, klien selalu merasa lapar dan
menghabiskan porsi makanannya.
o sesudah masuk rumah sakit: klien mengatakan
semenjak sakit nafsu makannya menurun, klien
menghabiskan setengah sendok makan saja dari
porsi yang telah disediakan, klien mengatakan berat
badannya menurun, klien mengatakan sebelum sakit
berat badannya 55 kg dan setelah sakit bb klien
hanya 51 kg. klien mengatakan tidak mempunyai
alergi dan pantangan terhadap makanan apapun
2. pola cairan
o sebelum masuk rumah sakit: klien mengatakan sebelum
sakit minum air putih 7 sampai 8 gelas per hari dengan
jumlah 2000-2500 cc/hari
o sesudah masuk rumah sakit: klien mengatakan saat sakit
minum air putih 5 sampai 6 gelas per hari dengan
jumlah 1500cc/ hari klien terpasang ivfd NaCl
3. Pola eliminasi
o Sebelum masuk rumah sakit

BAK : klien mengatakan BAK lebih dari 6


sampai 8 x/hari dengan jumlah urine 2000
cc/hari warna urin jernih, baunya khas, klien
mengatakan tidak ada keluhan BAK

BAB : Klien mengatakan bab 1x/hari, dengan


konsistensi lunak berbentuk, warna kuning bau
khas, klien mengatakan tidak ada keluhan saat
BAB

sesudah masuk rumah sakit

BAK : klien mengatakan BAB lebih dari


10x/hari dengan jumlah urine kurang lebih
2500cc/hari, warna urine jernih, baunya khas,
klien tidak menggunakan kateter dan tidak ada
keluhan saat BAK
BAB : klien mengatakan saat masuk RS
sampai sekarang belum BAB

4. pola personal hygiene


o sebelum masuk rumah sakit: klien mengatakan
mandi 2-3 x/hari Pada pagi dan sore hari dengan
menggunakan sabun, klien mengatakan
menggosok gigi sebelum mandi dan mencuci
rambut setiap kali mandi
o sesudah masuk rumah sakit: klien mengatakan
selama dirawat di RS dia hanya dilap saja oleh
anaknya
5. Pola istirahat dan tidur
o sebelum masuk rumah sakit: klien mengatakan tidak
bisa tidur siang, klien mengatakan tidur malam 6 sampai
7 jam / hari
o sesudah masuk rumah sakit: klien mengatakan tidak bisa
tidur nyenyak, dan selalu terbangun karena sering BAK.
klien mengatakan hanya tidur 4-6 jam/hari
6. Pola aktivitas dan latihan
o sebelum sakit
klien mengatakan dapat melakukan aktivitas dengan
baik, klien tidak memiliki keterbatasan gerak, klien tidak
menggunakan alat bantu dalam gerak.
o Saat sakit
klien mengatakan Hanya berbaring saja di tempat tidur,
klien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh keluarga.
klien mengatakan Badannya lemas
7. pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
tidak ada pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan klien
dan klien juga tidak mengkonsumsi minuman keras dan
ketergantungan terhadap obat-obatan yang dapat mempengaruhi
kesembuhan klien.
8. Pengkajian fisik
 pemeriksaan umum
1. keadaan umum klien : klien tampak lemas dan pucat
2. kesadaran : compos mentis
3. suhu tubuh : 36, 3 derajat Celcius
4. tekanan darah : 130/80 mmhg
5. nadi/denyut jantung : 88 x/menit
6. pernafasan : 20x/menit
7. gds : 361 mg/dl

 pemeriksaan fisik persistem

1. sistem penglihatan

posisi mata simetris, konjungtiva an anemis, sklera


anikterik, lapang pandang bagus reaksi terhadap cahaya
+/+ dan ketajaman mata baik, tidak menggunakan alat
bantu penglihatan

2. sistem pendengaran

posisi daun telinga simetris, tidak ada Lesi, tidak ada


serumen, tidak ada pengeluaran darah maupun cairan,
tidak ada tanda-tanda radang, tidak menggunakan alat
bantu pendengaran

3. sistem wicara

klien tidak mengalami gangguan dan kesulitan dalam


berbicara

4. sistem pernafasan

bentuk dada simetris pada jalan nafas bersih, tidak ada


sesak dan klien tidak menggunakan alat bantu
pernafasan. frekuensi nafas 20x/menit, Irama nafas
teratur, jenis pernafasan spontan, klien tidak batuk dan
tidak terdapat sputum, suara nafas normal/vesicular, dan
tidak ada nyeri saat bernafas
5. sistem kardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer

nadi 88 x/menit, Irama teratur, tidak terdapat


distensi Vena jugularis baik kanan maupun kiri,
temperatur kulit hangat, pengisian kapiler 2
detik, tidak terdapat edema pada ekstremitas.

b. sirkulasi jantung

nadi 130x/menit, Irama teratur (lup/dup), tidak


terdapat kelainan pada bunyi jantung, klien
mengatakan nyeri apabila batuk

6. sistem neurologi

GCS: 15 E4 M6 V5, tingkat kesadaran composmentis,


tidak terjadi tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial, tidak ada gangguan neurologis (NI-NXII),
Tidak ada tanda-tanda iritasi meningkat, kekuatan otot
penuh, klien tampak lemah dan aktivitas dibantu oleh
keluarganya.

7. sistem pencernaan

klien tidak menggunakan gigi palsu tidak terdapat


carries, tidak tampak stomatitis, Lidah Tidak kotor,
saliva normal, klien mengatakan tidak nyeri perut, klien
mengatakan tidak mengalami diare dan konstipasi, tidak
teraba pembesaran hepar, dan abdomen tidak kembung.

8. sistem imunologi

tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada


leher

9. sistem endokrin

nafas bau keton, tidak terdapat luka gangren.

10. sistem urogenita


Klien mengatakan saat sakit lebih dari 10 x/hari, tidak
mengalami distensi kandung kemih, dan klien tidak
menggunakan kateterl

11.sistem integumen

rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih, kuku


terlihat pendek dan bersih, turgor kulit elastis, dan
bersih, tidak ada tanda-tanda radang dan infeksi pada
kulit

12.sistem muskuloskeletal

klien mengalami keterbatasan an dalam pergerakan kan


akibat kelemahan, klien mengatakan merasa lemas bila
beraktivitas, aktivitas dibantu keluarga

13.sistem reproduksi

Klien tidak mengalami gangguan seksualitas

4. Pemeriksaan Penunjang

o Hasil laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Leukosit 13.700 5.000-10.000/ul
Diff count
-bassof 0 0-1%
-eousinofil 0 1-4%
-N. staff 0 2-6%
-N. segmen 79 50-70%
-Limfosit 9 20-40%
-Monosit 12 2-8
Trombosit 147.000 150-400 x10 /ul

o Pemeriksaan GDS
Tanggal Hasil Nilai normal
11/02/2022 361 <200 mg/dl
12/02/2022 296 <200 mg/dl
13/02/2022 180 <200 mg/dl
2. Analisis data
No. Data fokus Masalah Etiologi
1. Ds : Defisit volume Diuresis osmotik,
- klien mengatakan cairan polyuria
badannya lemas
- klien mengatakan mudah
lapar dan haus
- klien mengatakan mudah
lapar dan haus
DO :
- Klien tampak lemas
- klien tampak berbaring di
tempat tidur
- klien BAK >10x/hari
- mukosa bibir kering
2. DS : Gangguan Intake yang tidak
-klien mengatakan tidak pemenuhan adekuat,
nafsu makan nutrisi kurang ketidakseimbangan
- klien mengatakan hanya dari kebutuhan insulin
menghabiskan ½ prosi
makan yang disediakan RS
DO :
- Klien tampak lemas
dan lesu
- BB Klien turun,
BB sebelum sakit 55
kg
BB Saat sakit 51 kg
- klien tampak tidak
menghabiskan porsi
makan yang telah
disediakan RS
- klien tampak tidak
nafsu makan
- gds 448 mg/dl
3. DS : Defisit Kurang terpajan /
pengetahuan tidak mengenal
- klien mengatakan mengenai sumber informasi
belum paham tentang kondisi
penyakitnya saat ini
- klien mengatakan
tidak tahu penyebab
penyakit yang
dideritanya saat ini
DO :
- klien sering bertanya
mengenai penyakitnya

3. Diagnosa keperawatan
1. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan diuresis
osmotik, polyuria (D.0036)
2. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat,
ketidakseimbangan insulin (D.0032)
3. Defisit pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan kurang
terpajan daring tidak mengenal sumber informasi (D.0111)

4. Rencana tindakan keperawatan


No. Dx keperawatan Kriteria hasil Intervensi
1. Defisit volume cairan Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan dengan asuhan keperawatan cairan:
diuresis osmotik, 3 x 24 jam masalah Observasi:
poliuria defisit volume
Ds : cairan dapat teratasi -monitor status
- klien mengatakan dengan kriteria hidrasi(frekuensi
badannya lemas hasil: nadi, kelembaban
- klien mengatakan mukosa, turgor
- turgor kulit kulit)
mudah lapar dan haus membaik
- klien mengatakan Terapeutik:
mudah lapar dan haus - keluaran urine
DO : normal -catat intake-
- Klien tampak lemas output dalam 24
- pola aktivitas jam
- klien tampak berbaring membaik
di tempat tidur -berikan asupan
- klien BAK >10x/hari cairan
- mukosa bibir kering
-berikan cairan
intravena
2. Resiko defisit nutrisi setelah dilakukan Manajemen
berhubungan dengan asuhan keperawatan nutrisi:
intake tidak adekuat, selama 3 x 24 jam
ketidakseimbangan Observasi:
resiko defisit nutrisi
insulin dapat teratasi -identifikasi
DS : dengan kriteria status nutrisi
-klien mengatakan tidak hasil:
nafsu makan -monitor asupan
- klien mengatakan - menunjukkan BB makanan
hanya menghabiskan ½ normal -Monitor berat
prosi makan yang
disediakan RS - kadar glukosa badan
DO : normal -monitor hasil
- Klien tampak lemas pemeriksaan
dan lesu labolatorium
- BB Klien turun, (GDS)

BB sebelum sakit Edukasi:


55 kg -ajarkan diet
BB Saat sakit 51 yang
kg diprogramkam

- klien tampak tidak


menghabiskan porsi Kolaborasi:
makan yang telah -kolaborasi
disediakan RS dengan ahli gizi
- klien tampak tidak untuk
nafsu makan menentukan
- gds 448 mg/dl jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang dibutuhkan
3. Defisit pengetahuan setelah dilakukan Edukasi
mengenai kondisi asuhan keperawatan kesehatan:
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam Observasi:
kurang terpajan masalah kurang
daring tidak pengetahuan teratasi -identifikasi
mengenal sumber dengan kriteria hasil kesiapan dan
informasi kemampuan
- klien dan keluarga menerima
DS : mengerti tentang informasi
- klien mengatakan penyakit
pengobatan, pola Terapeutik:
belum paham tentang
penyakitnya saat ini diet dll -sediakan materi
dan media
- klien mengatakan Pendidikan
tidak tahu penyebab Kesehatan
penyakit yang
dideritanya saat ini -jadwalan
Pendidikan
DO : Kesehatan sesuai
- klien sering bertanya kesepakatan
mengenai penyakitnya
-berikan
kesempatan
untuk bertanya
No. Tgl/Jam Implementasi Paraf Evaluasi
1 11/02/22 Catat masukan dan S:
pengeluaran cairan, -klien mengatakan
badannya lemas
Pertahankan untuk -klien mengatakan
memberikan cairan mudah lapar dan haus
paling sedikit 2500ml/h. -klien mengatakan sering
terpasang IV asering bak
O:
Observasi adanya -klien tampak lemas
perasaan kelelahan yang -klientampak berbaring
meningkat, di tempat tidur, aktivitas
dibantu keluarga
Kaji nadi ttv, turgor kulit -klien BAK >10x/h
dan membrane mukosa -mukosa bibir kering
ttv A:
Nadi:88x/m Masalahdefisit vol cairan
Td: 130/70 mmHg belum teratasi
S: 36,6 Oc P: lanjutkan intervensi
RR: 20x/m -kajimasukan dan
Membrane mukosa pengeluaran cairan
kering. -pertahankan untuk
memberikan cairan
paling sedikit 2500ml/h
-observasi adanya
perasaan kelelahanyang
meningkat
-Kaji ttv, turgor kulit, dan
membrane mukosa
2 11/02/22 Timbang bb setiap hari, S:
bb: 51 kg -klien mengatakan tidak
nafsu makan
Tentukan program diit -klienmengatakan bb nya
dan pola makan klien turun
Diit: 1900kkal -klien mengatakan hanya
menghabiskan ½ porsi
Observasi makan klien yang disediakan RS
O:
Obs TTV -klien tampak lemas lesu
Td: 130/70mmHg -BB klien turun
S: 36,3 oC Sebelum sakit 55kg
N: 88x/m Setelah sakit 51kg
RR: 20x/m -klientampak tidak
obs tanda-tanda menghabiskan porsi
hipoglikemia, pantau makan yang disediakan
pemeriksaan lab,darah RS
lengkap -GDS : 448mg/dl
GDS : 361mg/dl A: masalah gangguan
Kolaborasi dengan ahli nutrisi belum terpenuhi
gizi 60% CO2, 20% P: lanjutkan intervensi
protein, dan 20%lemak -timbang BB setiap hari
emetic sesuai indikasi -tentukan programdiit
dan pola makan klien
Diit telah dilaksanakan -obs makan klien
-obs ttv dan tanda
hipoglikemia, pantau
pemeriksaan lab, darah
lengkap
3 11/02/22 Catat tingkat S:
pengetahuan pasien -klien mengatakan belum
tentang penyakit, paham
prognosa, dan tentangpenyakitnya saat
pengobatannya ini
-klien mengatakan tidak
Lakukan pemberian tahu penyebab penyakit
Pendidikan Kesehatan yang diderita saat ini
secara bertahap dan O:
sesuai rencana pada -klien terlihat cemas dan
satuan acara sering bertanya mengenai
pembelajaran penyakitnya
A: masalah kurang
Diskusikan Bersama pengetahuan dan belum
pasien tentang teratasi
penyakitnya P: lanjutkan intervensi
-kaji tingkat pengetahuan
Tinjau ulang program pasien tentang penyakit,
pengobatan prognosa, dan
pengobatannya
Buat kesepakatan waktu -lakukan pemberian
pemberian edukasi pendidikankesehatan
secara bertahap dan
Berikan referensi sumber sesuaipada satuan acara
terkait penyakit yang pembelajaran
diderita klien -diskusikan Bersama
pasien tentang
berikan leaflet tentang penyakitnya
diabetes melitus -tinjau ulang program
pengobatan
1 12/02/22 Catat masukan dan S:
pengeluaran cairan, -klien mengatakan
badannya lemas
Pertahankan untuk -klien mengatakan
memberikan cairan mudah lapar dan cepat
palingsedikit 2500ml/h haus
-klien mengatakan sering
Observasi adanya BAK
perasaan kelelahan A: masalah deficit vol
meningkat cairan belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Kaji TTV -kaji masukan dan
Td: 130/70mmHg pengeluaran cairan
N: 88x/m -pertahankan untuk
S: 36,3 oC memberikan cairan
RR: 20x/m paling sedikit 2500ml/h
Turgor kulit dan -obs adanya perasaan
membrane mukosa kelelahan yang
kering meningkat
-kaji ttv dan turgor kulit
dan membrane mukosa
2 12/02/22 Timbang bb setiap hari, S:
bb: 51 kg -klien mengatakan tidak
nafsu makan
Tentukan programdiit -klienmengatakan bb nya
dan pola makan klien turun
Diit: 1900kkal -klien mengatakan hanya
menghabiskan ½ porsi
Observasi makan klien yang disediakan RS
O:
Obs TTV -klien tampak lemas lesu
Td: 130/70mmHg -BB klien turun
S: 36,3 oC Sebelum sakit 55kg
N: 88x/m Setelah sakit 51kg
RR: 20x/m -klientampak tidak
obs tanda-tanda menghabiskan porsi
hipoglikemia, pantau makan yang disediakan
pemeriksaan lab,darah RS
lengkap -GDS : 448mg/dl
GDS : 296mg/dl A: masalah gangguan
nutrisi belum teratasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi 60% CO2, 20% P: lanjutkan intervensi
protein, dan 20%lemak -timbang BB setiap hari
emetic sesuai indikasi -tentukan programdiit
dan pola makan klien
Diit telah dilaksanakan -obs makan klien
-obs ttv dan tanda
hipoglikemia, pantau
pemeriksaan lab, darah
lengkap
3. 12/02/22 Catat tingkat S:
pengetahuan pasien -klien mengatakan belum
tentang penyakit, paham
prognosa, dan tentangpenyakitnya saat
pengobatannya ini
Lakukan pemberian -klien mengatakan tidak
Pendidikan Kesehatan tahu penyebab penyakit
secara bertahap dan yang diderita saat ini
sesuai rencana pada O:
satuan acara -klien terlihat antusias
pembelajaran dan dalam berdiskusi
A: masalah kurang
Diskusikan Bersama pengetahuan belum
pasien tentang teratasi
penyakitnya P: lanjutkan intervensi
-kaji tingkat pengetahuan
Tinjau ulang program pasien tentang penyakit,
pengobatan prognosa, dan
pengobatannya
Buat kesepakatan waktu -lakukan pemberian
pemberian edukasi pendidikankesehatan
secara bertahap dan
Berikan referensi sumber sesuaipada satuan acara
terkait penyakit yang pembelajaran
diderita klien -diskusikan Bersama
pasien tentang
berikan leaflet tentang penyakitnya
diabetes melitus -tinjau ulang program
pengobatan
1 13/02/22 Catat masukan dan S:
pengeluaran cairan, -klien mengatakan
badannya sudah tidak
Pertahankan untuk lemas
memberikan cairan -klien mengatakan sudah
paling sedikit 2500ml/h. tidak sering bak
terpasang IV asering O:
-klien sudah mulai bisa
Observasi adanya beraktifitas
perasaan kelelahan yang -klien BAK 5-6x/h
meningkat, -mukosa bibir lembab
A:
Kaji nadi ttv, turgor kulit Masalah defisit vol cairan
dan membrane mukosa teratasi
ttv P: intervensi dihentikan
Nadi:88x/m
Td: 130/70 mmHg
S: 36,6 Oc
RR: 20x/m
Membrane mukosa
lembab
2. 13/02/22 Timbang bb setiap hari, S:
bb: 52 kg -klien mengatakan sudah
nafsu makan
Tentukan program diit -klien mengatakan bb nya
dan pola makan klien naik
Diit: 1900kkal -klien mengatakan hanya
menghabiskan porsi yang
Observasi makan klien disediakan RS
O:
Obs TTV -BB klien sudah
Td: 130/70mmHg meningkat
S: 36,3 oC -klien tampak
N: 88x/m menghabiskan porsi
RR: 20x/m makan yang disediakan
obs tanda-tanda RS
hipoglikemia, pantau -GDS : 180mg/dl
pemeriksaan lab,darah A: masalah gangguan
lengkap nutrisi teratasi
GDS : 180mg/dl
P: intervensi dihentikan
Kolaborasi dengan ahli
gizi 60% CO2, 20%
protein, dan 20%lemak
emetic sesuai indikasi

Diit telah dilaksanakan

3. 13/02/22 Catat tingkat S:


pengetahuan pasien -klien mengatakan sudah
tentang penyakit, paham tentang
prognosa, dan penyakitnya saat ini
pengobatannya -klien mengatakan sudah
tahu penyebab penyakit
Lakukan pemberian yang diderita saat ini
Pendidikan Kesehatan O:
secara bertahap dan -klien mampu
sesuai rencana pada menyebutkan penyebab
satuan acara dan pengobatan
pembelajaran penyakitnya
A: masalah kurang
Diskusikan Bersama pengetahuan sudah
pasien tentang teratasi
penyakitnya P: intervensi dihentikan

Tinjau ulang program


pengobatan

Buat kesepakatan waktu


pemberian edukasi

Berikan referensi sumber


terkait penyakit yang
diderita klien

berikan leaflet tentang


diabetes melitus
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit yang memiliki 2 tipe yaitu


diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 1 berasal dari faktor
genetik, lingkungan, usia dan faktor lain dan pada diabetes tipe 2 faktornya
antara lain gaya hidup dan obesitas. Adapun pengobatan yang dapat dilakukan
untuk penderita diabetes melitus yaitu dengan terapi insulin, mengonsumsi
obat diabetes, mencoba pengobatan alternatif, menjalani operasi dan
memperbaiki life style (pola hidup sehat) dengan memakan makanan yang
bergizi atau sehat serta berolahraga.
Dalam pembuatan asuhan keperawatan penulis mendapatkan adanya faktor
pendukung maupun faktor penghambat. Faktor pendukung ialah adanya
kerjasama yang baik antara perawat dengan tim kesehatan lain terhadap
penulis dan kerjasama pasien dengan keluarga. Sedangkan faktor penghambat
dalam pendokumentasian ialah pendokumentasian perawat ruangan masih
bersifat rutinitas dan belum memperhatikan perkembangan status kesehatan
pasien.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan


Diabetes Mellitus, maka penulis ingin memberikan saran antara lain :
1. Bagi profesi keperawatan
Meningkatkan riset dalam bidang keperawatan medikal bedah agar pada
saat menentukan perencananaan sera pelaksanaan dalam pemberian
asuhan keperawatan lebih tepat dan lebih spesifik dengan melihat
respon pasien dan keluarga pasien.
2. Bagi penulis Dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan lebih
cermat dalam mencari literatur dalam pembuatan makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, A. N., Setiyobroto, I., & Kurdanti, W. (2019). Konseling Gizi


Menggunakan Media Aplikasi Nutri Diabetic Care Untuk Meningkatkan
Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Gamping I
(Nutritional Counseling Using the Media Application Nutri Diabetic Care To
Improve Knowledge of the Patient. Skripsi Thesis, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta., 7–35. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/1352

Darliana, D. (2017). Manajemen asuhan keperawatan pada pasien diabetes


melitus: nursing care management of diabetes mellitus patients. Jurnal PSIK-
FK Unsyiah Vol. II No. 2, II(2).
http://jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/download/6371/5234

Iii, B. A. B., & Konsep, A. K. (2016). Sumber :Buku Ajar Ilmu Bedah, 2005.

Lestari, L., Zulkarnain, Z., & Sijid, S. A. (2021). Diabetes Melitus: Review
etiologi, patofisiologi, gejala, penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan
dan cara pencegahan. Prosiding Seminar Nasional Biologi, 7(1), 237–241.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/article/view/24229

Varena, M. (2019). Karya Tulis Ilmia Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus.


121.

Anda mungkin juga menyukai