Anda di halaman 1dari 68

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BP.MS DENGAN DIABETES MILLITUS TIPE II


DI RUANG AYODYA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SANJIWANI GIANYAR

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
KETUT SASTRAWAN ( 2214201136 )
GUSTI AYU SRI MUDAWATI ( 2214201138 )
NI MADE RINI ( 2214201140 )
I PUTU WAHYU ARSANDI ( 2214201142 )
PUTU CYNTHIA DEWI ( 2214201144 )
I GEDE APRILLEO SUARDIKA ( 2214201148 )
NI PUTU AYU MITHA PRATAMA DEWI ( 2214201146 )
EUSEBIO APARICIOFREITAS DE FATIMA G. ( 2214201150 )

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN PROGRAM B


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. karena dengan rahmat
dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
dengan judul” ASUHAN KEPERAWATAN PADA BP.MS DENGAN DIABETES MILLITUS
TIPE II DIRUANG AYODYA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANJIWANI GIANYAR”
yang di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Keperawatan Dewasa.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Kami sadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang telah
membaca makalah ini, demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Bali, 27 Agustus 2023

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4

B. Tujuan Penulisan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi 5
B. Klasifikasi 5
C. Etiologi 6
D. Patofisiologi 7
E. Faktor Predisposisi 10
F. Pemeriksaan Penunjang 13
G. Prognosis 15
H. Penatalaksanaan 15
I. Konsep Keperawatan 18

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian 29
B. Diagnosa Keperawatan 31
C. Intervensi 39
D. Implementasi 46
E. Evaluasi 61

BAB IV PEMBAHASAN 62

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 67

B. Saran 67

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang dikenal
oleh masyarakat Indonesia dengan nama penyakit kencing manis. DM adalah penyakit
gangguan metabolik yang terjad’i secara kronis atau menahun karena tubuh tidak
mempunyai hormon insulin yang cukup akibat gangguan pada sekresi insulin, hormon
insulin yang tidak bekerja sebagaimana mestinya atau keduanya (Kemenkes RI, 2014).
Mufeed Jalil Ewadh (2014) menyebutkan bahwa DM adalah penyakit gangguan
metabolik dengan ciri ditemukan konsentrasi glukosa yang tinggi di dalam darah
(hiperglikemia).
World Health Oragnization atau WHO (2016) menyebutkan bahwa Penyakit ini
ditandai dengan munculnya gejala khas yaitu poliphagia, polidipsia dan poliuria serta
sebagian mengalami kehilangan berat badan. DM merupakan penyakit kronis yang sangat
perlu diperhatikan dengan serius. DM yang tidak terkontrol dapat menyebabkan beberapa
komplikasi seperti kerusakan mata, ginjal pembuluh darah, saraf dan jantung.
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes Mellitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan ciri hiperglikemia yang terjadi
karena beberapa sebab yaitu karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-
duanya (Perkeni, 2011). Didefinisikan sebagai DM jika pernah didiagnosis menderita
kencing manis oleh dokter atau belum pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh
dokter tetapi dalam 1 bulan terakhir mengalami gejala sebagai berikut, yaitu sering lapar,
sering haus, sering buang air kecil dalam jumlah banyak dan berat badan turun
(Riskesdas, 2013).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus

4
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Memahami konsep medis diabetes melitus
b. Memahami konsep keperawatan diabetes melitus

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang
disebabkan oleh ketidakmampuan dari organ pancreas untuk memproduksi insulin atau
kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut. Abnormalitas pada metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang ditemukan pada penderita penyakit diabetes mellitus
terjadi dikarenakan kurangnya aktivitas insulin pada sel target.(Kerner and Brückel,
2014).
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar
glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh
untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan
insulin oleh pancreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut seperti ketoasidosis diabetic.
Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular
kronis (penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan
dengan kejadian penyakit makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit
vaskuler perifer.(brunner and suddarth, 2002: 109).
Jadi dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus adalah gangguan metabolic yang
ditandai dengan jumlah glukosa dalam darah melebihi batas normal (Hiperglikemia) yang
disebabkan oleh ketidakmampuan dari organ pancreas untuk memproduksi insulin.

B. Klasifikasi
Diabetes melitus dapat diklasifikasikan dalam klasifikasi umum sebagai berikut:

5
1. Diabetes melitus tipe 1 biasanya mengarah ke defisiensi insulin absolut yang
disebabkan oleh kerusakan pada sel β pankreas.
2. Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin yang menyebabkan
kerusakan progresif pada sekresi hormon insulin.
3. Diabetes melitus gestasional terdiagnosa pada kehamilan trimester kedua atau ketiga
dan biasanya tidak permanen. Setelah melahirkan akan kembali dalam keadaan
normal.

Diabetes melitus tipe lain, seperti diabetes neonatal, adanya penyakit cystic fibrosis,
pengaruh obat atau pasca transplantasi (ADA, 2016).

C. Etiologi
Menurut price (2009 : 112 ) ,diabetes mellitus digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) yaitu karena faktor genetik. Penyakit
ini timbul karena kerusakan immunologik pada sel-sel yang memproduksi insulin
pada sel beta pankreas. Diabetes millitus tipe ini disebabkan oleh beberapa faktor :

a. Berkurangnya sekresi insulin


b. Tertekannya sel-sel pulau langerhans
c. Usia muda
d. Kekurusan

2. NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)


Disebabkan karena berkembangnya jumlah tempat reseptor yang responsive insulin
pada membran sel. Hal ini disebabkan obesitas yang terjadi pada usia lebih dari 30
tahun merupakan faktor risiko. Diabetes millitus tipe ini disebabkan oleh beberapa
faktor :
a. Faktor herediter
b. Degenerasi
c. Obesitas
d. Resistensi insulin

6
Etiologi atau factor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat heterogen, akan
tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai peran utama dalam
mayoritas Diabetes Melitus (Riyadi, 2011).

Adapun faktor – faktor lain sebagai kemungkinan etiologi penyakit Diabetes Melitus
antara lain :
a. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai dengan terjadinya
kegagalan pada sel Bmelepas insulin.
b. Faktor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel B, antara lain agen yang
mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat serta gula yang
diproses secara berlebih, obesitas dan kehamilan.
c. Adanya gangguan sistem imunitas pada penderita / gangguan sistem imunologi
d. Adanya kelainan insulin
e. Pola hidup yang tidak sehat

D. Patofisiologi

Diabetes melitus yang merupakan penyakit dengan gangguan pada metabolisme


karbohidrat, protein dan lemak karena insulin tidak dapat bekerja secara optimal, jumlah
insulin yang tidak memenuhi kebutuhan atau keduanya. Gangguan metabolisme tersebut
dapat terjadi karena 3 hal yaitu pertama karena kerusakan pada sel-sel beta pankreas
karena pengaruh dari luar seperti zat kimia, virus dan bakteri. Penyebab yang kedua
adalah penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas dan yang ketiga karena
kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer (Fatimah, 2015).
Insulin yang disekresi oleh sel beta pankreas berfungsi untuk mengatur kadar
glukosa darah dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang tinggi akan menstimulasi sel beta
pankreas untuk mengsekresi insulin (Hanum, 2013). Sel beta pankreas yang tidak
berfungsi secara optimal sehingga berakibat pada kurangnya sekresi insulin menjadi
penyebab kadar glukosa darah tinggi. Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas sangat
banyak seperti contoh penyakit autoimun dan idiopatik (NIDDK, 2014).
Gangguan respons metabolik terhadap kerja insulin disebut dengan resistensi
insulin. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan reseptor, pre reseptor dan post

7
reseptor sehingga dibutuhkan insulin yang lebih banyak dari biasanya untuk
mempertahankan kadar glukosa darah agar tetap normal. Sensitivitas insulin untuk
menurunkan glukosa darah dengan cara menstimulasi pemakaian glukosa di jaringan otot
dan lemak serta menekan produksi glukosa oleh hati menurun. Penurunan sensitivitas
tersebut juga menyebabkan resistensi insulin sehingga kadar glukosa dalam darah tinggi
(Prabawati, 2012).
Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada proses filtrasi yang
melebihi transpor maksimum. Keadaan ini mengakibatkan glukosa dalam darah masuk ke
dalam urin (glukosuria) sehingga terjadi diuresis osmotik yang ditandai dengan
pengeluaran urin yang berlebihan (poliuria). Banyaknya cairan yang keluar menimbulkan
sensasi rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang melalui urin dan resistensi insulin
menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah menjadi energi sehingga
menimbulkan rasa lapar yang meningkat (polifagia) sebagai kompensasi terhadap
kebutuhan energi. Penderita akan merasa mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada
kompensasi terhadap kebutuhan energi tersebut (Hanum, 2013).
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah
tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup
sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan gula dalam darah yang menyebabkan
terjadinya hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu
dalam darah.Glukosa dalam tubuh dibentuk di dalam hati dari makanan yang dikonsumsi
ke dalam tubuh. Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh pankreas yang
berfungsi untuk memfasilitasi atau mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan
mengatur produksi dan penyimpanannya. Defisiensi insulin ini menyebabkan
penggunaan glukosa dalam tubuh menurun yang akan menyebabkan kadar glukosa darah
dalam plasma tinggi atau hiperglikemi. Keadaan hiperglikemi ini akan menyebabkan
terjadinya glukosuria dikarenakan glukosa gagal diserap oleh ginjal ke dalam sirkulasi
darah dimana keadaan ini akan menyebabkan gejala umum diabetes mellitus yaitu
polyuria, polydipsia, dan polyphagia.(Kerner and Brückel, 2014)

8
Pathway
1. Pathway

Reaksi Autoimun Obesitas, Usia, Genetik, Pola hidup salah

DM tipe I DM tipe II

Sel beta pancreas hancur


Sel beta pancreas hancur

Difisiensi Insulin

Ketidakstabilan Metabolisme Lipolisis meningkat Kadar glukosa


oksigenasi protein menurun dalam darah
meningkat
Gliserol asam lemak
Ketidakseimbangan
betas meningkat
ventilasi-perfusi Merangsang Hiperglikemia
hipotalamus
PO2 menurun
Aterosklerois Ketogenesis Ketidakstabilan
Viskositas
kadar glukosa darah
Perut lapar dan haus
Gangguan Ketonuria darah meningkat
pertukaran gas

Polidipsi & polifagi


Ketoasidosis Aliran darah
melambat
- Nyeri abdomen
Penurunan Defisit Nutrisi
- Mual muntah
metabolisme tubuh - Hiperventilasi
Iskemic
- Nafas bau keton
jaringan
- koma

Kelemahan
Perfusi
Makro vaskuler Mikro vaskuler perifer
Aktivitas tidak
menurun efektif
Jantung Serebral
Retina

keletihan
Miocard Penyumbatan Retina diabetik
infark pada otak
Gangguan penglihatan

Nyeri akut Stroke


Resiko cidera

Nekrosis luka

Gangren

Gangguan integritas
kulit/jaringan
9
Penyakit DM dapat menimbulkan berbagai gejala-gejala pada penderita. Gejala-
gejala yang muncul pada penderita DM sangat bervariasi antara satu penderita dengan
penderita lainnya bahkan, ada penderita DM yang tidak menunjukkan gejala yang khas
penyakit DM sampai saat tertentu. Gejala-gejala DM tersebut telah dikategorikan
menjadi gejala akut dan gejala kronis (Fitriyani, 2015).
Gejala akut DM pada permulaan perkembangan yang muncul adalah banyak
makan (poliphagia), banyak minum (polidipsia) dan banyak kencing (poliuria). Keadaan
DM pada permulaan yang tidak segera diobati akan menimbulkan gejala akut yaitu
banyak minum, banyak kencing dan mudah lelah.
Gejala kronik DM adalah Kulit terasa panas, kebas, seperti tertusuk-tusuk jarum,
rasa tebal pada kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, penglihatan memburuk
(buram) yang ditandai dengan sering berganti lensa kacamata, gigi mudah goyah dan
mudah lepas, keguguran pada ibu hamil dan ibu melahirkan dengan berat bayi yang lebih
dari 4 kilogram.

F. Faktor Predisposisi

Yang termasuk faktor predisposisi/faktor risiko DM menurut Perkeni (2011) yaitu: Faktor
risiko yang tidak bisa dimodifikasi (unmodifiable risk factor) adalah Faktor risiko yang
sudah ada dan melekat pada seseorang sepanjang kehidupannya. Sehingga faktor risiko
tersebut tidak dapat dikendalikan oleh dirinya. Faktor risiko DM yang tidak dapat di
modifikasi antara lain:
1. Ras dan etnik
Ras atau etnik yang dimaksud contohnya seperti suku atau kebudayaan setempat
dimana suku atau budaya dapat menjadi salah satu factor risiko DM yang berasal dari
lingkungan sekitar (Masriadi,2012).
2. Riwayat keluarga dengan DM
Seorang anak yang merupakan keturunan pertama dari orang tua dengan DM (Ayah,
ibu, laki-laki, saudara perempuan) beresiko menderita DM. Bila salah satu dari kedua
orang tuanya menderita DM maka risiko seorang anak mendapat DM tipe 2 adalah
15% dan bila kedua orang tuanya menderita DM maka kemungkinan anak terkena

10
DM tipe 2 adalah 75%. Pada umunya apabila seseorang menderita DM maka saudara
kandungnya mempunyai resiko DM sebanyak 10% (Kemenkes, 2008). Ibu yang
terkena DM mempunyai resiko lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal
ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari seorang
ibu (Trisnawati & Soedijono, 2013).
3. Usia
Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan meningkatnya
usia. Pada usia lebih dari 45 tahun sebaiknya harus dilakukan pemeriksaan DM.
Diabetes seringkali ditemukan pada masyarakat dengan usia yang sudah tua karena
pada usia tersebut, fungsi tubuh secara fisiologis makin menurun dan terjadi
penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh untuk
mengendalikan gluskosa darah yang tinggi kurang optimal (Gusti & Ema, 2014).
4. Riwayat kelahiran
Melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi yaitu lebih dari 4000 gram atau
riwayat pernah menderita diabetes mellitus gestasional (DMG) berpotensi untuk
menderita DM tipe 2 maupun gestasional. Wanita yang pernah melahirkan anak
dengan berat lebih dari 4 kg biasanya dianggap sebagai praDiabetes
(Kemenkes,2008).
Melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu kurang dari 2,5 kg. Bayi yang
lahir dengan berat badan rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding dengan
bayi lahir dengan berat badan normal. Seseorang yang lahir dengan BBLR dimungkinkan
memiliki kerusakan pankreas sehingga kemampuan pankreas untuk memproduksi insulin
akan terganggu. Hal tersebut menjadi dasar mengapa riwayat BBLR seseorang dapat
berisiko terhadap kejadian BBLR (Kemenkes, 2008).
Faktor risiko yang bisa dimodifikasi :
1. Berat badan berlebih (IMT > 23 kg/m2).
Obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi
yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan subkutan tirai usus, organ vital jantung,
paru-paru, dan hati). Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan.
Indeks masa tubuh orang dewasa normalnya ialah antara 18,5-25 kg/m2. Jika lebih

11
dari 25 kg/m2 maka dapat dikatakan seseorang tersebut mengalami obesitas (Gusti &
Erna, 2014).

2. Obesitas abdominal
Kelebihan lemak di sekitar otot perut berkaitan dengan gangguan metabolik, sehingga
mengukur lingkar perut merupakan salah satu cara untuk mengukur lemak perut
(Balkau, 2014). Seorang yang mengalami obesitas abdominal (Lingkar perut pria >90
cm sedangkan pada wanita >80 cm) maka berisiko 5,19 kali menderita Diabetes
Mellitus Tipe 2. Hal ini dapat dijelaskan bahwa obesitas sentral khususnya di perut
yang digambarkan oleh lingkar pinggang dapat memprediksi gangguan akibat
resistensi insulin pada DM tipe 2 (Trisnawati dkk, 2013).

Pada orang yang menderita obesitas, dalam tubuhnya terjadi peningkatan pelepasan asam
lemak bebas (Free Fatty Acid/FFA) dari lemak visceral yaitu lemak pada rongga perut
yang lebih resisten terhadap efek metabolik insulin dan juga lebih sensitive terhadap
hormon lipolitik. Peningkatan FFA menyebabkan hambatan kerja insulin sehingga terjadi
kegagalan uptake glukosa ke dalam sel yang memicu peningkatan produksi glukosa
hepatik melalui proses glukoneosis (Kemenkes, 2008).

Peningkatan jumlah lemak abdominal mempunyai korelasi positif dengan hiperinsulin


dan berkorelasi negatif dengan sensitivitas insulin (Kemenkes, 2008). Itulah sebabnya
mengapa obesitas pada abdominal menjadi berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus
tipe 2.

1. Kurangnya aktivitas fisik.


Kurang aktivitas fisik dan berat badan berlebih merupakan faktor yang paling utama
dalam peningkatan kejadian Diebets Mellitus tipe 2 di seluruh dunia (Rios, 2010).
Menurut WHO yang dimaksud dengan aktifitas fisik adalah kegiatan paling sedikit 10
menit tanpa berhenti dengan melakukan kegiatan fisik ringan, sedang maupun berat.
Kegiatan fisik dan olahraga teratur sangatlah penting selain untuk menghidari obesitas,
juga untuk mencegah terjadinya diabetes Mellitus tipe 2. Pada waktu melakukan aktivitas
dan bergerak, otot-otot memakai lebih banyak glukosa daripada pada waktu tidak
bergerak. Dengan demikian kosentrasi glukosa darah akan menurun. Melalui

12
olahraga/kegiatan jasmani, insulin akan bekerja lebih baik, sehingga glukosa dapat masuk
ke dalam sel-sel otot untuk digunakan (Soegondo, 2008).
1. Hipertensi (> 140/90 mmHg)
Disfungsi endotel merupakan salah satu patofisiologi umum yang
menjelaskan hubungan yang kuat antara tekanan darah dan kejadian Diabetes
Mellitus tipe 2. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penanda disfungsi
endotel berhubungan dengan durasi lamanya menderita Diabetes dan disfungsi
endotel berkaitan erat dengan hipertensi (Conen dkk, 2007). Beberapa literatur
mengaitkan hipertensi dengan resistensi insulin. Pengaruh hipertensi terhadap
kejadian Diabetes mellitus disebabkan oleh penebalan pembuluh darah arteri yang
menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi menyempit. Hal ini yang akan
menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam darah ke sel menjadi
terganggu. Seorang yang hipertensi berisiko 2,3 kali untuk terkena Diabetes
Mellitus tipe 2 (Wiardani, 2010).
2. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL)
Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko utama dari aterosklerosis
dan penyakit jantung koroner. Arteosklerosis dapat menyebabkan aliran darah
terganggu. Dislipidemia adalah salah satu komponen dalam trias sindrom
metabolik selain Diabetes dan hipertensi (Pramono, 2009).
3. Diet tak sehat (unhealthy diet)
Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan meningkatkan risiko
menderita prediabetes dan akhirnya menderita diabetes mellitus tipe 2.
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes :
4. Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau penderita mempunyai
keadaan klinis lain yang mungkin masih terkait dengan resistensi insulin.
5. Penderita sindrom metabolik yang memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu
(TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya.
6. Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti penyakit stroke, PJK, atau PAD
(Peripheral Arterial Diseases).

13
F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Prosedur dan persiapan Interpretasi


Gula darah puasa Puas mulai tengah malam Kriteria diagnostik untuk
(GDP) : 70 – 110 diabetes millitue >
mg/dL plasmavena 140mg/dL palni sedikit
dalam 2x pemeriksaan atau
> 140 mg/dL disertai gejala
klasik hiperglikemia atau
CGT : 115 : 140 mg/dL
Gula darah 2 jam Gula darah diukur 2jam Digunakan untuk skrining
postprandial < 140 setelah makan berat atau 2 atau evaluasi pengobatan,
mg/dL jam setelah mendapat 100 bukan diagnostik
gr gula
Gula darah sewaktu : Digunakan untuk skrining
140 mg/dL bukan diagnostik
Tes intoleransi glukosa Puasa mulai tengah malam, Kriteria diagnotik unuk
oral (TTGO).GD < GDP diambil diberi 75 mg diabetes millitus , GDP :
115mg/dL glukosa, sampel darah (dan 140 mg/dL. Tapi gula
urine) ditampung pada ½ 1, darah 2 jam dan
dan 2 jam kadangkadang pemeriksaan lainya > 200
pada2, 4, dan 5 jam mg/dL dalam 2x
berikut. pemeriksaan untuk 165
GDP < 140 mg/dL 2 jam
natara 140-200 mg/dL dan
pemeriksaan untuk IGT :
GDP < 140 mg/dL . TTGO
dilakukan hanya pada

14
pasien yang bebas diit dan
beraktivitaas fisik 3 hari
sebelum tes, tidak
dianjurkan pad (1)
hiperglekimia yang sedang
puasa (2) orang yang
mendapat thiazide, dilantin
propanolol, lasix, tiroid,
estrogen, pil KB, steroid
(3) pasien yang dirawat
Tes toleransi glukosa Sama untuk TTGO Dilakukan jika TTGO
intravena (TTGI) merupakan kontra indikasi
kelainan gastrointestinal
yang mempengaruhi
glukosa

G. Prognosis

Prognosis dari DM bergantung pada pola hidup yang dilakukan oleh pasien dalam
mengontrol kadar gula nya. Pasien dengan kontrol glikemik ketat (HbA1c < 7%), tanpa
disertai riwayat gangguan kardiovaskuler, dan juga tidak ada gangguan mikrovaskuler
serta makrovaskuler akan mempunyai harapan hidup lebih lama. Namun jika pasien
memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler dan telah menderita diabetes lama (≥ 15 tahun)
akan mempunyai harapan hidup lebih singkat, walaupun telah melakukan kontrol
glikemik ketak sekalipun (Khardori, 2017). DM dapat menyebabkan mortalitas dan
morbiditas karena dapat berkomplikasi pada penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal,
gangguan pembuluh darah perifer, gangguan saraf (neuropati), dan retinopati.
Pengontrolan kadar glikemik merupakan cara efektif untuk pencegahan DM (Khardori,
2017).

15
H. Theraphy / Penatalaksanaan

Tujuan daripada penatalaksanaan diabetes mellitus adalah untuk meningkatkan


tingkat daripada kualitas hidup pasien penderita diabetes mellitus, mencegah terjadinya
komplikasi pada penderita, dan juga menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit
diabetes mellitus. Penatalaksanaan diabetes mellitus dibagi secara umum menjadi lima
yaitu: (PERKENI, 2015).
1. Edukasi
Diabetes mellitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan kuat. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan
partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat.Tim kesehatan harus mendampingi
pasien dalam menuju perubahan perilaku.Untuk mencapai keberhasilan perubahan
perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif, pengembangan keterampilan dan
motivasi.Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes.Edukasi
secara individual atau pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti
perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan Perilaku hampir sama dengan proses
edukasi yang memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi, dan
evaluasi.
Edukasi terhadap pasien diabetes mellitus merupakan pendidikan dan pelatihan
yang diberikan terhadap pasien guna menunjang perubahan perilaku, tingkat
pemahaman pasien sehingga tercipta kesehatan yang maksimal dan optimal dan
kualitas hidup pasien meningkat. (PERKENI, 2015)
2. Terapi Nutrisi Medis (Diet)
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki
kebiasaan aktivitas sehari-hari untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik,
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencapai kadar serum lipid
yang optimal, memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan
berat badan yang memadai dan meningkatkan tingkat kesehatan secara keseluruhan
melalui gizi yang optimal. Standar dalam asupan nutrisi makanan seimbang yang
sesuai dengan kecukupan gizi baik adalah sebagai berikut : (PERKENI, 2015)

16
- Protein : 10 – 20 % total asupan energy

- Karbohidrat : 45 – 65 % total asupan energy

- Lemak : 20 – 25 % kebutuhan kalori, tidak boleh melebihi 30 % total asupan


energy
- Natrium : < 2300 mg perhari

- Serat : 20 – 35 gram/hari

Salah satu kunci keberhasilan pengaturan makanan ialah asupan makanan dan
pola makan yang sama sebelum maupun sesudah diagnosis,serta makanan yang tidak
berbeda dengan teman sebaya atau denganmakanan keluarga.Jumlah kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh disesuaikan dengan faktor-faktor jenis kelamin, umur,
aktivitas fisik, stress metabolic, dan berat badan. Untuk penentuan status gizi, dipakai
penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus yang dipakai dalam penghitungan
adalah IMT = BB(kg)/TB(m2).(PERKENI, 2015)
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani dilakukan teratur sebanyak 3
- 4 kali seminggu selama kurang lebih 30 - 45 menit, dengan total kurang lebih 150
menit perminggu. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
Latihan jasmani yang dimaksud ialahjalan, bersepeda santai, jogging, berenang.
(PERKENI, 2015).
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran
jasmani.Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah sebelum
melakukan kegiatan jasmani. Jika kadar glukosa darah <100 mg/dl pasien dianjurkan
untuk menkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu, jika kadar glukosa darah 90-250
mg/dL, tidak diperlukan ekstra karbohidrat (tergantung lama aktifitas dan respons
individual).dan jika >250 mg/dl dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas jasmani.
(PERKENI, 2015)
4. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pola pengaturan makanan dan
latihan jasmani.Terapi farmakologis terdiri dari obat hipoglikemik oral dan injeksi

17
insulin.Pemberian obat oral atau dengan injeksi dapat membantu pemakaian gula
dalam tubuh penderita diabetes.
5. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Golongan sulfonilurea dapat menurunkan kadar gula darah secara adekuat pada
penderita diabetes tipe-2, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe-1. Contohnya adalah
glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula
darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan
efektivitasnya.Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin
tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos bekerja
dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.Obat hipoglikemik per-oral
biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe-2 jika diet dan oleh raga gagal
menurunkan kadar gula darah dengan cukup.(PERKENI, 2015).

6. Injeksi Insulin
Terapi insulin digunakan ketika modifikasi gaya hidup dan obat hipoglikemik oral
gagal untuk mengontrol kadar gula darah pada pasien diabetes.Pada pasien dengan
diabetes tipe-1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan
insulin pengganti.Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan, insulin
dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan per-oral.Ada lima jenis
insulin dapat digunakan pada pasien dengan diabetes mellitus berdasarkan pada
panjang kerjanya. Ada Insulin Kerja Cepat, Kerja Pendek, Kerja Menengah, Kerja
Panjang, dan Campuran. (PERKENI, 2015).

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


i. Pengkajian
a. Identitas
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status
perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Keluhan Utama

18
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh – sembuh, adanya nyeri pada luka atau luka tidak
terasa nyeri
(2) Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya
(3) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
c. Pemeriksaan fisik 6B
a) B1( Breathing )
Tachypnea, dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut.
b) B2 ( Blood )
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, palpitasi, hipertensi
atau hipotensi, takikardi atau bradikardi, aritmia, dapat menyebabkan pembesaran
tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik).
c) B3 ( Brain )
Pusing, pening, sakit kepala, reflek tendon menurun, gangguan penglihatan,
anastesia atau kebas, impotensi (pada pria), kacau mental, disorientasi, mengantuk
(somnolen), letargi, stupor sampai koma.
d) B4 ( Bladder )
Poliuria, nokturia, dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi
hipovolemia berat, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih bila ada infeksi pada saluran perkemihan
e) B5 (Bowel)
Rasa haus atau banyak minum (polidipsi), rasa lapar (polifagi), mual, muntah,
anoreksia, perubahan berat badan.
f) B6 Bone

19
Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, penurunan kekuatan otot, parastesia,
kesemutan, ulkus pada ekstremitas dan penyembuhannya lama, kulit kering atau
bersisik, gatal, turgor kulit jelek, nyeri.

ii. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada kasus Diabetes Mellitus berdasarkan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016) adalah sebagai berikut:
1) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia.
2) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin.
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-
kapiler.
4) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
6) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan mobilitas.

iii. Rencana Tindakan dan Rasionalisasi


1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
sirkulasi darah ke perifer adekuat.
Kriteria hasil:
a. Tanda vital dalam rentang normal. Td: 110-125/60-80 mmHg, Suhu: 36,5-37,50c,
Nadi: 60-100 x/menit, RR: 16-20 x/menit.
b. Denyut nadi perifer menurun
c. Warna kulit pucat menurun
d. Nyeri ekstremitas menurun
e. Kelemahan otot menurun
f. Nekrosis menurun
Rencana tindakan:
Observasi
1) Monitor tekanan darah.
2) Monitor nadi (frekuesni, kekuatan, irama).

20
3) Monitor pernapasn (frekuensi, kedalaman)
4) Monitor suhu tubuh.
5) Monitor oksimentri nadi.
6) Monitor tekanan nadi (selisih TDS dan TDD).
7) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital.
Terapeutik
1) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien.
2) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1) Jelaskan tujuan prosedur pemantauan.
2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.

2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kadar
glukosa darah dalam rentang normal.
Kriteria hasil:
a. Kesadaran meningkat
b. Pusing menurun
c. Lelah/lesu menurun
d. Keluhan lapar menurun
e. Gemetar menurun
f. Berkeringat menurun
g. Rasa haus menurun
h. Kesulitan bicara menurun
i. Kadar glukosa dalam darah membaik
j. Kadar glukosa dalam urine membaik
k. Palpitasi membaik
l. Jumlah urine membaik
Rencana tindakan:
Observasi
1) Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia.

21
2) Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat (mis. Penyakit
kambuhan).
3) Monitor kadar glukosa darah, Jika perlu.
4) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. Poliuria, polidipsia, polifagia,
kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala).
5) Monitor intake dan output cairan.
6) Monitor keton urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik dan
frekuensi nadi.
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk.
3. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik.
Edukasi
1. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL.
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri.
3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga.
4. Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu.
5. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. Penggunaan insulin, obat oral, monitor asupan,
cairan penggantian karbohidrat, dan bantuan profesional kesehatan).
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu.
2. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu.
3. Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
ventilasi dan oksigenasi pada jaringan adekuat.
Kriteria Hasil:
a. Dyspnea menurun
b. Bunyi napas tambahan menurun
c. Gelisah menurun

22
d. Nafas cuping hidung menurun
e. Sianosis membaik
f. Pola napas membaik
Rencana tindakan:
Observasi
1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
2) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
Cheyne-strokes, Biot, ataksik)
3) Monitor kemampuan batuk efektif
4) Monitor adanya produksi sputum
5) Monitor adanya sumbatan jalan napas
6) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7) Auskultasi bunyi napas
8) Monitor saturasi oksigen
9) Monitor nilai AGD
10) Monitor hasil x-ray thorax
Terapeutik
1) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
2) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2) Informasikan hasil pemantauan. jika perlu
Kolaborasi
1) Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2) Kolaborasi penggunaan oksigen saat beraktivitas dan/atau tidur

i. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nafsu
makan meningkat.
Kriteria hasil:
a) Keinginan makan meningkat

23
b) Asupan makan meningkat
c) Asupan cairan meningkat
d) Energi untuk makan meningkat
e) Kemampuan merasakan makanan meningkat
f) Kemampuan menikmati makanan meningkat
g) Asupan nutrisi meningkat
h) Stimulus untuk makan meningkat
Rencana tindakan:
Observasi
1) Periksa status gizi, status alergi, program diet. Kebutuhan dan kemampuan
pemenuhan kebutuhan gizi.
2) Identifikasi kemampuan dan waktu yang tepat menerima informasi.
Terapeutik
1) Persiapkan materi dan media seperti jenis-jenis nutrisi, tabel makanan penukar,
cara mengelola, cara menakar makanan.
2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
3) Berikan kesempatan untuk bertanya.
Edukasi
1) Jelaskan pada pasien dan keluarga alergi makanan, makanan yang harus dihindari,
kebutuhan jumlah kalori, jenis makanan yang dibutuhkan pasien.
2) Ajarkan cara melaksanakan diet sesuai program (mis. Makanan tinggi protein,
rendah garam, rendah kalori).
3) Jelaskan hal-hal yang dilakukan sebelum memberikan makan (mis. Perawatan
mulut, penggunaan gigi palsu, obat-obatan yang harus diberikan sebelum makan).
4) Demonstrasikan cara membersihkan mulut.
5) Demonstrasikan cara mengatur posisi saat makan.
6) Ajarkan pasien atau keluarga memonitor asupan kalori dan makanan (mis.
Menggunakan buku harian).
7) Ajarkan pasien dan keluarga memantau kondisi kekurangan nutrisi.
8) Anjurkan mendemonstrasikan cara memberi makan, mnghitung kalori,
menyiapkan makanan sesuai program diet.

24
ii. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan mampu
berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan dan mampu melakukan perawatan diri
sendiri
Kriteria Hasil:
a) Saturasi oksigen meningkat
b) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
c) Kecepatan berjalan meningkat
d) Jarak berjalan meningkat
e) Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
f) Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
g) Toleransi dalam menaiki tangga
h) Keluhan lelah menurun
i) Dyspnea saat aktivitas menrun
j) Dyspnea setelah beraktivitas menurun
k) Tekana darah membaik
l) Frekuensi napas membaik
m) EKG iskemia membaik

Rencana tindakan :
Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola dan jam tidur
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)

25
2) Lakukan latihan rentang gerak pasih dan/atau aktif
3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

iii. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan mobilitas.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
epidermis dan dermis meningkat.
Kriteria hasil:
a) Elastisitas meningkat
b) Perfusi jaringan meningkat
c) Kerusakan jaringan menurun
d) Kerusakan lapisan kulit menurun
e) Nyeri menurun
f) Perdarahan menurun
g) Kemerahan menurun
h) Suhu kulit membaik
Rencana tindakan:
Observasi
1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, sushu lingkungan ekstrim,
penurunan mobilitas).
Terapeutik
1) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring.

26
2) Lakukan pemijatan pada area tulang, jika perlu.
3) Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare.\
4) Gunakan produk berbahan pretolium atau minyak pada kulit kering.
5) Gunakan produk berbahan ringan, alami, dan hipoalergik pada kulit sensitif.
6) Hindari produk berasar alcohol pada kulit kering.
Edukasi
1) Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotion, serum).
2) Anjurkan minum air yang cukup.
3) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
4) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur.
5) Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
6) Njurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah.
7) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya.

4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia.
a. Tanda vital dalam rentang normal. Td: 110-125/60-80 mmHg, Suhu: 36,5-
37,50c, Nadi: 60-100 x/menit, RR: 16-20 x/menit.
b. Denyut nadi perifer menurun
c. Warna kulit pucat menurun
d. Nyeri ekstremitas menurun
e. Kelemahan otot menurun
f. Nekrosis menurun

b. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin.


a) Kesadaran meningkat
b) Pusing menurun
c) Lelah/lesu menurun
d) Keluhan lapar menurun
e) Gemetar menurun

27
f) Berkeringat menurun
g) Rasa haus menurun
h) Kesulitan bicara menurun
i) Kadar glukosa dalam darah membaik
j) Kadar glukosa dalam urine membaik
k) Palpitasi membaik
l) Jumlah urine membaik

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.


a) Dyspnea menurun
b) Bunyi napas tambahan menurun
c) Gelisah menurun
d) Nafas cuping hidung menurun
e) Sianosis membaik
f) Pola napas membaik

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.


a) Keinginan makan meningkat
b) Asupan makan meningkat
c) Asupan cairan meningkat
d) Energi untuk makan meningkat
e) Kemampuan merasakan makanan meningkat
f) Kemampuan menikmati makanan meningkat
g) Asupan nutrisi meningkat
h) Stimulus untuk makan meningkat

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen.
a) Saturasi oksigen meningkat
b) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat

28
c) Kecepatan berjalan meningkat
d) Jarak berjalan meningkat
e) Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
f) Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
g) Toleransi dalam menaiki tangga
i) Keluhan lelah menurun
j) Dyspnea saat aktivitas menrun
k) Dyspnea setelah beraktivitas menurun
l) Tekana darah membaik
m) Frekuensi napas membaik
n) EKG iskemia membaik

f. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan mobilitas.


a) Elastisitas meningkat
b) Perfusi jaringan meningkat
c) Kerusakan jaringan menurun
d) Kerusakan lapisan kulit menurun
e) Nyeri menurun
f) Perdarahan menurun
g) Kemerahan menurun
h) Suhu kulit membaik

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATANPADA BP.MS DENGAN DIABETES MILLITUS TIPE II


DI RUANG AYODYA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 25 AGUSTUS 2023

I. PENGKAJIAN
1. Identitas
1. Identitas Pasien

29
Nama :Bp.MS
Umur : 67 Tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku Bangsa : Bali
Alamat : Br.Manukaya Tampaksiring Gianyar
Tanggal Masuk : 24 Agustus 2023( pk. 10.00 wita )
Tanggal Pengkajian ......................................................................................................:
25 Agustus 2023 ( pk. 10.00 wita )
No. Register : 6444xx
Diagnosa Medis : DM Tipe II

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Bp.A
Umur : 42 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Anak kandung
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Br. Manukaya Tampaksiring Gianyar

2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama (Saat MRS)
Pasien mengatakan badannya terasa lemas, merasa pusing sampai tidak bisa berdiri,
berkeringat dingin, dan muntah lebih dari 3 kali saat dirumah, isi muntahan hanya air saja
2. Keluhan saat pengkajian
Pasien mengatakan badannya masih terasa lemas, kepalanya masih pusing, namun sudah
tidak berkeringat dingin, dan sudah tidak muntah.
3. Riwayat penyakit sekarang

30
Pasien datang ke IGD RSUD pada tanggal 24 Agustus 2023 jam 10.00 wita dengan
keluhan lemas, pusing sampai tidak bisa berdiri, dan muntah lebih dari 3 kali , sejak
pk.06.00. Isi muntahan hanya air saja. Kemudian oleh anaknya di bawa ke IGD RSUD
Sanjiwani Gianyar, di IGD pasien dipasangkan infus dan disarankan untuk opname.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


1. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan memiliki penyakit DM sejak 3 tahun yang lalu dan sedang menjalani
pengobatan insulin ( novorapid), dengan dosis 3x 8IU, dan terakhir kali dirawat inap di
RSUD Sanjiwani Gianyar sekitar 6 bulan yang lalu, dengan keluhan yang sama setelah
sempat banyak makan dan terlambat menyuntikkan novorapid. Pasien rutin kontrol
setiap bulan di poliklinik penyakit dalam. Riwayat penyakit yang lain pasien
mengatakan tidak ada.
2. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat
3. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok, minum kopi maupun alkohol

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit yang sama
dengan seperti yang dialami pasien saat ini, juga tidak ada memiliki penyakit seperti
hipertensi , penyakit jantung, dan yang lainnya.

4. Diagnosa Medis dan therapi


Diagnosa Medis: DM Tipe II

Therapy: Diet NS Tim DM 1700 kalori, 50 gram protein


Tanggal Nama Obat Dosis Rute Indikasi
awal
diberikan

31
24 Agustus IVFD Nacl 0.9% 20 Tpm IV Cairan isotonik
2023
24 Agustus Lantus 1x 10 IU SC Long action
2023
24 Agustus Ranitidin 2x 1 ampul IV Histamin antagonis
2023 H2,untuk
menurunkan
sekresi asam
lambung
24 Agustus Paracetamol flash K/P IV Antibiotik
2023 analgetik
24 Agustus Novorapid 3x8 unit SC Untuk mengurangi
2023 tingkat gula darah
tinggi

Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan bila sakit biasa memeriksakan diri ke dokter praktek swasta didekat
rumahnya, dan kontrol setiap bulan ke poliklinik penyakit dalam RSUD Sanjiwani
Gianyar.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
 Sebelum sakit ( sebelum opname)
Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu nasi,sayur,lauk, minum air 1,5 liter
sehari( 1 botol air mineral)
 Saat sakit :
Pasien mengatakan makan 3x sehari sesuai yang diberikan rumah sakit,namun hanya
bisa ½ porsi saja, minum 1.5 liter / hari ( 1 botol air mineral), dan mengeluh masih
mual.

c. Pola Eliminasi
1. BAB
32
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB tidak ada gangguan, Pasien mengatakan BAB
1x perhari yaitu pada pagi hari dengan kosistensi lembek
 Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit pasien belum BAB sejak kemarin

2. BAK
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit BAK 3- 4 kali sehari dengan warna kuning jernih
 Saat sakit :
Pasien mengatakan BAK 4x sehari dengan warna urine kuning jernih, urine
ditampung dalam botol bekas air mineral, dalam 24 jam didapatkan 1400 cc
d. Pola Gerak dan aktivitas
 Aktivitas : ADL tampak dibantu oleh istrinya.
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √

0: Mandiri, 1: Alat bantu, 2: Dibantu orang lain, 3: Dibantu orang lain dan alat, 4:
Tergantung total.

e. Pola kognitif dan persepsi


 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada keluhan nyeri, pasien bisa melihat,
membau, mendengar dan mengecap dengan baik.
 Saat sakit :
Pasien mengatakan saat ini merasa pusing dan mual, serta nafsu makannya menurun.

33
f. Pola Persepsi-Konsep diri
Citra tubuh : Pasien mengatakan menyukai semua bagian dari tubuhnya
Identitas diri : Pasien mengatakan bernama Bp.MS, umur 67 tahun, berasal dari
Manukaya, Tampaksiring, Gianyar
Peran diri : Pasien mengatakan dirinya adalah seorang suami, ayah dan
kakek, dan merupakan bagian dari anggota keluarga yang saat ini tidak bisa ikut dalam
kegiatan rumah, dan merasa tidak berdaya.Pasien tampak gelisah.
Ideal diri : Pasien mengatakan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi
yang sedang dihadapi, merasa tidak berdaya.
Harga diri : Pasien mengatakan tidak malu dengan penyakitnya

g. Pola Tidur dan Istirahat


 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan tidur dari jam 22.00 mulai tidur dan bangun jam 05.30
 Saat sakit :
Pasien mengatakan sulit tidur karena perbedaan situasi tempat, dan 1 ruangan pasien
bertiga

h. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan dirinya adalah seorang bapak, seorang suami, dan seorang
kakek.Hubungan pasien dengan anaknya dan istri serta keluarganya yang lain baik.

i. Pola Seksual-Reproduksi
Pasien mengatakan sudah menjalani kehidupan rumah tangga dan merasa bahagia
dengan kehidupan rumah tangganya, serta sudah mempunya 2 orang anak.
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Pasien mengatakan ketika mempunyai masalah, selalu menceritakan kepada istri dan
anaknya, dan saat ini merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapinya,
dan merasa tidak berdaya.
k. Pola Nilai-Kepercayaan

34
Pasien mengatakan beragama Hindu dan bersembahyang saat upacara keagamaan, dan
berdoa untuk kesembuhannya.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah, wajah tampak pucat
Tingkat kesadaran : komposmetis , BB 70 kg. TB 170cm
GCS= 15 (E: 4 M: 6 V: 5)
b. Tanda-tanda Vital : TD =100/60mmHg, Nadi = 80x/menit, RR =18x/menit , Suhu
=360C , Sp O2 98%
c. Keadaan fisik
 Kepala dan Leher
 Kepala:
Inspeksi: Penyebaran rambut merata, warna rambut hitam dan sudah banyak ubanan,
tidak ada ketombe, kulit kepala bersih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

 Mata:
Inspeksi : Mata kanan dan kiri simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik,fungsi penglihatan normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

 Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, penghidu normal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Mulut
Inspeksi : bentuk simetris, mukosa bibir kering, mulut bersih, gigi lengkap

 Telinga
Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada pembengkakan, pendengaran normal

 Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar limfe, tiroid,tidak ada pembesaran vena
jugularis.

 Dada
 Paru

35
Inspeksi : Dada kanan dan kiri simetris, tidak ada otot bantu pernafasan
Palpasi : Vibrasi tachle premitus teraba
Perkusi : Suara paru sonor
Auskultasi : Suara paru vesikuler

 Jantung
Inspeksi : simetris kanan dan kiri,tidak ada lesi, tidak ada murmur dan
gollop
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Terdengar suara dullnes
Auskultasi : Suara jantung S1, S2 Reguler

 Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan, tidak ada lesi
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : Suara perkusi timpany
 Auskultasi : Suara bising usus terdengar 7x/ menit

 Genetalia
Tidak Terkaji

 Integumen
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi

 Ekstremitas
Atas
 Inspeksi :Tangan kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada
clubing finger, telapak tangan tampak pucat
 Palpasi : Akral dingin, CRT 3 detik, turgor kulit elastis.

Bawah
 Inspeksi : kaki simetris, telapak kaki tampak pucat
 Palpasi : Akral dingin, CRT 3 detik, turgor kulit elastis

d. Pemeriksaan Penunjang
 Data laboratorium yang berhubungan

NO Tanggal Jenis Pemeriksaan Lab Hail Nilai


Pemeriksaan Normal

36
1. 24 Agustus Hgb 9,9 g/dL 11.0 – 16.0
2023
Hct 36,2 % 37.0 – 34.0
Wbc 12,52 10ˆ3/uL 4 - 10
PLT 330 10ˆ3/uL 150 - 450
GDS 230 mg/dL
SGOT 13 U/L < 35
SPGT 8 U/L < 41
Ur 53,0 mg/dL 18 - 55
Cr 0,93 mg/dL 0,67 – 1,17
Na 136 mmol/l 135 - 147
K 3,8 mmol/l 3,5 – 5,0
Chlorida 98 mmol/l 95 – 108
Albumin 3,60 g/dL 3,5 – 5,2
3. 24 Agustus Rapid test IgM Non reaktif
2023
24 Agustus Rapid test IgG Non reaktif
2023
6. 24 Agustus GDP 170 mg/dL
2023
2JPP 191 mg/dL

5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
DATA Interpretasi MASALAH
(Sesuai dengan patofisiologi)
DS:- pasien mengatakan perub pola hidup Keletihan
badannya masih lemas dan
pusing
sel beta pankreas terganggu
- Pasien mengatakan
pemenuhan
inadekuat insulin
kebutuhannya dibantu
oleh istrinya
hiperglikemi
DO:Pasien tampak masih
lemah, dan hanya berbaring
ditempat tidur

37
DATA Interpretasi MASALAH
(Sesuai dengan patofisiologi)
- tampak tidak mampu glukagon meningkat
mempertahankan aktivitas
rutin hati tidak dapat menyimpan glukosa

- Tampak pemenuhan ADL


di bantu oleh istrinya, wajah sel tubuh kelaparan
tampak pucat, konjungtiva
anemis keletihan

DATA Interpretasi MASALAH


(Sesuai dengan patofisiologi)
DS:- Pasien mengatakan perubahan pola hidup Ketidakstabilan kadar
badannya terasa lemah, dan glukosa darah
kegagalan sel beta pankreas ( hiperglikemia)
merasa haus memproduksi insulin

DO:- mukosa mulut tampak defisiensi insulin

kering glukosa tidak dapat diserap oleh sel

-Gula darah puasa 170 mg/dL terjadi glukoneogenesis( pembuatan


glukosa dari asam amino,laktat dan
-Gula darah 2 jam PP 191 gliserol)
mg/dL tanpa insulin,glukosa tidak dapat
diserap oleh tubuh, glukosa menumpuk
dalam darah

Ketidakstabilan kadar glukosa darah

DS : Pasien mengatakan Defisiensi insulin Perfusi perifer tidak


badannya terasa lemas efektif
DO : pasien tampak lemas Penurunan pemakaian glukosa
-Akral pada ekstremitas atas

38
dan bawah teraba dingin
-wajah tampak pucat Hiperglikemi
-telapak kaki tampak pucat
-CRT 3 detik Viscositas darah meningkat

Aliran darah melambat

Iskemik jaringan

Perfusi perifer tidak efektif

DS : Pasien mengatakan Disfungsi pankreas Ansietas


merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang Penurunan kondisi fisiologis
dihadapi, merasa tidak
berdaya. Mengungkapkan kekhawatiran akibat
-Tampak gelisah kondisi yang dihadapi
-Wajah tampak pucat
Ansietas

B. TABEL DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN / MASALAH KOLABORATIF


BERDASARKAN PRIORITAS
N TANGGAL / DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL
O JAM TERATASI
DITEMUKAN
1. 25 Agustus Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
2023 hiperglikemia ditandai dengan, pasien
10.00 wita mengatakan badannya terasa lemas,pasien
tampak lemas, Akral pada ekstremitas atas dan
bawah teraba dingin, wajah tampak pucat,
telapak kaki tampak pucat, CRT 3dtk.

Ketidakstabilan kadar glukosa darah


2. 25 Agustus ( hiperglikemi) berhubungan dengan disfungsi
2023 pankreas ditandai dengan pasien mengatakan
badannya terasa lemas dan merasa haus, mukosa

39
N TANGGAL / DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL
O JAM TERATASI
DITEMUKAN
10.00 wita mulut tampak kering, gula darah puasa 170
mg/dL, gula darah 2 jam PP 191 mg/dL

3.
Keletihan berhubungan dengan kondisi
fisiologis ( penyakit kronis : DM) ditandai
dengan pasien mengeluh badan terasa lemas,
pasien mengatakan pemenuhan kebutuhannya
25 Agustus dibantu oleh istrinya, pasien tampak masih
2023
lemah, dan hanya berbaring di tempat
10.00 wita tidur,tampak tidak mampu melakukan aktivitas
rutin, tampak pemenuhan kebutuhan dibantu
oleh istrinya. wajah tampak pucat, konjungtiva
anemis.

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap


kematian ditandai dengan pasien mengatakan
khawatir dengan akibat kondisi yang
dihadapinya, merasa tidak berdaya, tampak
gelisah, dan wajah tampak pucat.

25 Agustus
2023
10.00 wita

C. PERENCANAAN (Rencana Keperawatan)

40
N Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
o Keperawatan
D ( SLKI ) ( SIKI )
x ( SDKI)

41
1. Perfusi perifer tidak Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama : 1. Untuk mengetahui
efektif berhubungan keperawatan selama 2 x Perawatan sirkulasi keadaan sirkulasi
perifer pada pasien,
dengan hiperglikemi 24 jam diharapkan
Observasi : sehingga bisa
ditandai dengan pasien perfusi perifer meningkat menentukan tindakan
mengatakan badannya dengan kriteria hasil: 1.Periksa sirkulasi yang tepat untuk
perifer( nadi perifer, edema, pasien.
terasa lemas, pasien keluhan lemas berkurang, pengisian kapiler, warna
tampak lemas, akral KU tampak membaik, kulit, suhu)
pada ekstremitas atas akral membaik 2.Untuk mengetahui
2.Monitor panas, kemerahan
kondisi ekstremitas
dan bawah teraba wajah pucat berkurang bengkak, pada ekstremitas.
pasien.
dingin, wajah tampak pucat pada telapak
Terapeutik :
pucat, telapak tangan tanagn dan kaki Agar tidak terjadi
-Hindari pemasangan infus keterbatasan perfusi
dan kaki pucat ,CRT 3 berkurang
atau pengambilan darah di
dtk Pengisian kapiler area keterbatasan perfusi Agar terhindar dari
membaik < 3 dtk. infeksi
-Lakukan pencegahan infeksi
Agar kebutuhan
-Lakukan hidrasi yang tepat cairan pasien
pada pasien terpenuhi

Program diet yang


Edukasi: tepat dapat membantu
memperbaiki sistem
Anjurkan program diet yang metabolisme tubuh,
tepat sesuai 3 J ( jadwal, sehingga dapat
jumlah dan jenis) sesuai diet memperbaiki perfusi
dari RS perifer.

2 Ketidakstabilan kadar Setelah diberikan asuhan Intervensi utama: 1.Untuk mengetahui


glukosa darah keperawatan selama 3 x Manajemen hiperglikemi penyebab
hiperglikemi,
( hiperglikemi) 24 jam diharapkan Observasi
sehingga dapat
berhubungan dengan kestabilan kadar glukosa 1.Identifikasi kemungkinan dilakukan tindakan
disfungsi pankreas darah meningkat dengan penyebab hiperglikemi pencegahan
selanjutnya.
ditandai dengan pasien kriteria hasil : keluhan 2.Identifikasi situasi yang
2.Mengetahui

42
mengatakan badannya lemas menurun, keluhan menyebabkan kebutuhan keadaan yang
terasa lemas, dan haus menurun, kadar insulin meningkat menyebabkan
kebutuhan insulin
merasa haus, mukosa gula darah dalam batas
meningkat, sehingga
mulut tampak kering, normal bisa dihindari hal –
gula darah puasa 170 GDS = 100 – 130mg/dL hal tersebut
3.Monitor kadar gula 3.Untuk mengetahui
mg/dL, gula darah 2 2 JAM PP =120-160 darah( pagi 06.00 dan 21.00)
kadar glukosa darah
jam PP 191 mg/dL mg/dL sehingga bisa
menentukan dan
berkolaborasi tentang
pemberian insulin.
4.Monitor tanda dan gejala 4. mengetahui tanda
hiperglikemi( malaise, dan gejala, untuk
polyuria,polifagia, dan menentukan tindakan
polydipsia, sakit kepala) yang segera dapat
diberikan untuk
menstabilkan kadar
gula darah pasien

5.Monitor intake dan output 5.Mengetahui


cairan keseimbangan cairan
tubuh pasien untuk
menentukan
pemberian cairan
pasien.

Terapeutik
6.Memenuhi
6.Berikan asupan cairan oral kebutuhan cairan
sesuai kebutuhan tubuh
7.Agar mendapatkan
7.Konsultasikan dengan
penanganan segera
medis jika ada tanda
untuk menjaga agar
hiperglikemi tetap atau
kondisi kadar gula
memburuk
darah pasien normal
8.Agar pasien
mengenali sedini
Edukasi mungkin tanda dan
8.Mengingatkan untuk gejala hiperglikemi,

43
memonitor tanda dan gejala sehingga bisa
bila terjadi peningkatan kadar mendapatkan
glukosa darah pertolongan segera ,
atau sedini mungkin
dapat mengontrol diri
agar menghindari
penyebab kenaikan
kadar gula darah.

9.Anjurkan kepatuhan
terhadap diet
9. Faktor diet adalah
salah satu penentu
keadaan gula darah
pasien tetap bisa
dijaga untuk stabil.

10.Ajarkan dan ingatkan


kembali pengelolaan 10.Pengelolaan
diabetes(penggunanan diabetes sangat
insulin,monitor asupan penting, karena hal
cairan, dan penggantian ini akan terus
karbohidrat) dilakukan untuk
menjaga kestabilan
kadar gula darah.
11.Laksanakan tindakan
delegatif pemberian insulin 11. untuk menjaga
novorapid, dan Lantus sesuai kadar gula darah tetap
dosis. stabil.

3.
Intervensi Utama
Keletihan berhubungan 1.Untuk menentukan
Manjemen energi tindakan penanganan
dengan kondisi

44
fisiologis( penyakit Observasi yang tepat.
kronis: DM dan Setelah diberikan asuhan 1.Identifikasi hal – hal yang 2. Agar dapat
menentukan seberapa
anemia) ditandai keperawatan selama mengakibatkan kelelahan
kegiatan yang dapat
dengan pasien 2x24 jam diharapkan 2.Monitor kelelahan fisik dan dilakukan oleh pasien
mengeluh badan terasa keletihan menurun emosional dan seberapa tingkat
ketergantungan
lemas, pasien dengan kriteria : keluhan Terapeutik
pasien
mengatakan pemenuhan badan lemas
3.Sediakan lingkungan yang
kebutuhannya dibantu menurun,pasien 3.Membantu pasien
nyaman dan rendah stimulus
beristirahat dengan
oleh istrinya,pasien menunjukkan kemudahan
cukup, mempercepat
tampak masih lemah, melakukan pemenuhan pemulihan tenaga.
dan hanya berbaring kebutuhan secara mandiri 4.Lakukan latihan rentang 4.Latihan rentang
gerak pasif dan aktif sesuai gerak bertahap
ditempat tidur, tampak secara bertahap, warna
kemampuan pasien membantu
tidak mampu wajah pucat menurun peregangan agar
melakukan aktivitas badan terasa lebih
rutin, tampak Edukasi segar

pemenuhan kebutuhan 5.Anjurkan melakukan 5.Melakukan aktivitas


dibantu oleh istrinya, kegiatan secara bertahap secara bertahap,
wajah tampak pucat, membantu menjaga
ketersediaan energi
konjungtiva anemis.
tubuh agar tidak
kelelahan
6.Anjurkan menghubungi
perawat jika keluhan tidak
6.Agar bisa
berkurang
menentukan
Kolaborasi penanganan yang
tepat untuk pasien
7.Kolaborasi dengan ahli gizi 7. Nutrisi yang
tentang cara meningkatkan tercukupi merupakan
asupan makanan sumber energi agar
bisa memenuhi
kebutuhan tubuh
untuk melakukan
aktivitas.
4. Ansietas Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama
berhubungan keperawatan selama2x

45
dengan ancaman 24 jam diharapkan Reduksi Ansietas
terhadap kematian tingkat ansietas menurun Observasi 1.Identifikasi yang
ditandai dengan : dengan kriteria: tepat memudahkan
1.Identifikasi saat tingkat untuk memberikan
pasien mengatakan -Verbalisasi khawatir stress
tindakan keperawatan
khawatir dengan akibat kondisi yang berubah( kondisi,waktu,stress
akibat kondisi yang diahadapi menurun or) 2.Untuk mengatahui
hal yang dirasakan
dihadapinya,merasa -Verbalisasi tidak 2.Monitor tanda tanda
oleh pasien
tidak berdaya menurun ansietas( verbal nonverbal)
3.Membantu pasien
berdaya,tampak -Perilaku gelisah 3.Identifikasi pengambilan
menentukan hal yang
gelisah, dan wajah menurun keputusan bisa dilakukan secara
tampak pucat. - Wajah pucat berkurang mandiri untuk
mengurangi
kecemasan

Terapeutik 4.Hubungan saling


percaya yg baik
4.Ciptakan suasana terpeutik
antara pasien dan
untuk menumbuhkan
petugas,
kepercayaan
memudahkan petugas
menggali tentang
kecemasan pasien,
sehingga dapat
menentukan tindakan
keperawatan yang
tepat.

5.Rasa empati
petugas penting
5.Pahami situasi yang dalam memberikan
membuat pasien merasa asuhan keperawatan
ansietas
6.Menumbuhkan rasa
6.Gunakan pendekatan yang percaya pasien
tenang dan meyakinkan terhadap asuhan
keperawatan yg
diberikan perawat.

7.Support sistem
7.Libatkan dukungan yang baik, membantu

46
keluarga yang dibutuhkan mengurangi ansietas
keluarga( istri dan anaknya) pasien.

Edukasi 8.Agar pasien paham


tentang prosedur dan
8.Jelaskan setiap prosedur sensasi yg mungkin
termasuk sensasi yg mungkin dialami dari prosedur
dialami tersebut.

9.Agar pasien
9.Informasikan secara factual memahami tindakan
mengenai pengobatan, dan untuk dirinya.
perawatan yg dilakukan 10. Meningkatkan
10.Latih tehnik relaksasi ketenangan dan
napas dalam membuat pasien lebih
rileks.
Kolaborasi
11.pemberian obat
11.Kolaborasi pemberian obat ansietas jika
ansietas bila diperlukan diperlukan membantu
mengurangi ansietas
pasien.

47
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Jam No Tindakan Keperawatan Evaluasi Proses Ttd


Dx
25 Agustus 1. Mengobservasi tanda-tanda DS: Pasien mengeluh masih
2023 vital pasien, dan memeriksa merasa lemas.
10.00 wita sirkulasi perifer DO: TD : 100/60mmHg
N :80x/menit S :36oC
RR : 18x/mnt Sp O2 : 98%
CRT 3 detik, telapak kaki
pucat . acral teraba dingin

1. Melakukan hidrasi yang DS:-


tepat pada pasien( merawat DO : infus tampak menetes
infus dan mengawasi tetesan lancar,terpasang Nacl 0,9 % 20
infus tepat) tpm makro
3. Melatih rentang gerak pasif DS : Pasien mengatakan bisa
aktif sesuai kemampuan menggerakkan memutar bahu
pasien DO : pasien tampak bisa
melakukan gerakan memutar
bahu

2. Anjurkan kepatuhan DS : pasien mengatakan akan


Pk. 12.00 terhadap diet yang diberikan mengikuti anjuran yang
Wita oleh RS diberikan.

4. Menjelaskan tindakan yang DS : pasien mengatakan


akan dilakukan memberikan mengerti dan mengijinkan
injeksi Novorapid 8 IU pada pemberian injeksi.
lengan kiri, dan sensasi DO : Pasien tampak kooperatif
yang sedikit sakit dengan penjelasan yang

48
diberikan.

2. Memberikan injeksi DS:-


Novorapid 8 IU / SC pada DO : obat novorapid sudah
lengan kiri diberikan / SC
Injeksi Ranitidin 1 ampul Ranitidin /IV

1. Menganjurkan program diet DS:Pasien mengatakan nafsu


yang tepat sesusi 3J ( sesuai makannya menurun, masih
diet dari RS) mual, dan hanya bisa
menghabiskan ½ porsi makanan
yang diberikan oleh RS.
DO:
Paien tampak bisa
menghabiskan setengah porsi
makanan dari RS

2 Memonitor intake dan DS Pasien mengatakan makan


Pk.12.00 wita output hanya bisa 1/ 2 porsi yang
diberikan oleh RS
DO : balance cairan 6 jam dari
pk 06.00- 12.00
Infus : 360 cc
Minum : 690 cc
Urine 850 cc
BC (+) 200 cc
PU: 2,0 cc / jam

3 Menyediakan lingkungan DS: Pasien mengatakan akan


Pk. 13.00 yang nyaman dan rendah beristirahat
stimulus(membatasi DO : pasien tampak beristirahat.
pengunjung)

1,2,3 Mengukur vital sign dan DS : pasien mengatakan


Pk. 16.00 memeriksa sirkulasi perifer badannya masih lemas
DO : pasien tampak lemah,
suhu 36oC, nadi 80 x/ mnt,
respirasi 18x/ menit, TD 100 /
60 mmHg, Sp O2 98%.
Acral teraba masih dingin,

49
tampak pucat , CRT 3 detik.
Memberikan KIE agar DS: pasien mengatakan akan
pasien menggunakan kaos memakai kaos kaki
kaki, agar kaki lebih hangat DO : Pasien tampak dipakaikan
kaos kaki oleh istrinya.
4 Melatih tehnik relaksasi DS: Pasien mengatakan akan
Pk. 17.00 wita napas dalam terus melatih tehnik relaksasi
napas dalam, dan merasa lebih
baikan
DO : pasien tampak melakukan
tehnik relaksasi napas dalam

3 Mengidentifikasi hal – hal DS : Pasien mengatakan


Pk.17.10 Wita yg mengakibatkan kelelahan kepalanya masih pusing, dan
nafsu makannya yang kurang,
sehingga merasa kelelahan
DO : pemenuhan kebutuhan
pasien tampak dibantu oleh
istrinya.

4 Memonitor tanda ansietas DS : Pasien mengatakan


verbal dan non verbal khawatir tentang akibat dari
keadaan sakitnya ( takut mati)
DO : tampak mengungkapkan
kekhawatirannya, tampak
gelisah, dan wajah tampak
pucat.
4 Melibatkan dukungan DS : -
keluarga istri dan anaknya DO : tampak istri pasien slalu
dalam perawatan kepada menunggui pasien, dan
pasien membantu kebutuhan pasien

4 Menciptakan suasana DS:-


terapeutik untuk membantu DO : pasien tampak mau
menumbuhkan kepercayaan menceritakan tentang
pasien terhadap petugas. kekhawatirannya terhadap
petugas.

50
4 Menginformasikan secara DS : Pasien mengatakan
Pk. 18.00 faktual pengobatan dan mengerti tentang penjelasan
perawatan yg akan yang diberikan, dan
dilakukan kepada pasien mengatakan akan mengikuti
anjuran dan pengobatan untuk
dirinya.
DO : Pasien tampak kooperatif
dalam perawatan yg diberikan.
2 Menjelaskan tindakan yang DS : pasien mengatakan
akan dilakukan memberikan mengerti dan mengijinkan
injeksi Novorapid 8 IU pada pemberian injeksi.
lengan kiri, dan sensasi DO : Pasien tampak kooperatif
yang sedikit sakit dengan penjelasan yang
diberikan. Injeksi sudah
diberikan / SC

2 Memonitor intake dan DS Pasien mengatakan makan


output hanya bisa 1/ 2 porsi yang
Pk.21.00 diberikan oleh RS
DO : balance cairan 6 jam dari
pk.12.00 – 18.00
Infus : 360 cc
Minum : 600 cc
Urine 800 cc
BC (+) 160 cc PU: 1,90 cc / jam
2 Menjelaskan tindakan DS : Pasien mengijinkan
Pk. 22.00 wita pengukuran GDS yg akan pemerikasaan kadar GDS
dilakukan dan sensasi DO : Hasil GDS : 169mg/dL
sedikit sakit yg mungkin
terasa dari lanset yg dipakai.
Melakukan Pengukuran
kadar GDS
2 Menjelaskan tindakan yang DS : pasien mengatakan
Pk.24.00 wita akan dilakukan memberikan mengerti dan mengijinkan
injeksi Lantus 10 IU pada pemberian injeksi.
lengan kiri, dan sensasi DO : Pasien tampak kooperatif
yang sedikit sakit dengan penjelasan yang
diberikan. Injeksi Lantus 10
IU/SC sudah diberikan

51
2 Memonitor intake dan DS –
output DO : balance cairan 6 jam dari
pk.18.00- 24.00
Infus : 360 cc
Minum : 500 cc
Urine 800 cc
BC (+) 60 cc PU: 1,90 cc / jam
Memberikan injeksi Obat sudah diberikan , reaksi
Ranitidin 1 ampul/IV allergi tidak ada.

1,2,3 Mengukur vital sign dan DS : pasien mengatakan


Sabtu memeriksa sirkulasi perifer badannya masih lemas, namun
sudah tidak pusing, dan merasa
26 Agustus
2023 dapat tidur.
DO : pasien tampak lemah,
10.00 wita suhu 36oC, nadi 80 x/ mnt,
respirasi 18x/ menit, TD 100 /
60 mmHg, Sp O2 98%.
Acral teraba hangat, tampak
pucat , CRT < 3 detik.
2 Memonitor intake dan DS –
output DO : balance cairan 6 jam dari
pk. 24.00 – 06.00 wita
Infus : 360 cc
Minum : 300 cc
Urine 1000 cc
BC (-) 340 cc PU: 2,38 cc / jam
BC 24 jam : ( - 420 cc)
Intake ( infus dan minum) 3530
Output ( urine dan IWL) 3950
1, 2 Menjelaskan tindakan DS : Pasien mengijinkan
pengukuran GDS yg akan pemerikasaan kadar GDS
dilakukan dan sensasi DO : hasil GDS 154 mg/dL
sedikit sakit yg mungkin
terasa dari lanset yg dipakai.
Melakukan Pengukuran
kadar GDS

2 Menjelaskan tindakan yang DS : pasien mengatakan

52
akan dilakukan memberikan mengerti dan mengijinkan
injeksi Novorapid 8 IU pada pemberian injeksi.
lengan kiri, dan sensasi DO : Pasien tampak kooperatif
yang sedikit sakit dengan penjelasan yang
diberikan. Injeksi sudah
diberikan / SC

1 Menganjurkan program diet DS:Pasien mengatakan nafsu


yang tepat sesusi 3J ( sesuai makannya agak membaik mual
diet dari RS) berkurang , dan bisa
menghabiskan ¾ porsi
makanan yang diberikan oleh
RS.
DO:
Pasien tampak bisa
menghabiskan ¾ porsi
makanan dari RS

Melatih rentang gerak pasif DS : Pasien mengatakan bisa


Pk. 10.00 wita aktif sesuai kemampuan menggerakkan memutar bahu
pasien dan pergelangan tangan, dan
bisa duduk ditempat tidur, dan
1,2 pusingnya berkurang
Pk.11.00 wita DO : pasien tampak bisa
melakukan gerakan memutar
bahu, dan pergelangan tangan,
dan tampak bisa duduk
ditempat tidur
Mengobservasi tanda-tanda DS: Pasien mengeluh masih
vital pasien, dan memeriksa merasa lemas, namun sudah
2 sirkulasi perifer tidak pusing
DO: TD : 100/60mmHg
Pk. 12.00 wita N :80x/menit S :36,2oC
RR : 18x/mnt Sp O2 : 99%
4 CRT< 3 detik, telapak kaki
pucat . acral teraba hangat
Anjurkan kepatuhan DS : pasien mengatakan akan
terhadap diet yang diberikan mengikuti anjuran yang
oleh RS diberikan.

53
Menjelaskan tindakan yang DS : pasien mengatakan
2 akan dilakukan memberikan mengerti dan mengijinkan
injeksi Novorapid 8 IU pada pemberian injeksi.
lengan kiri, dan sensasi DO : Pasien tampak kooperatif
yang sedikit sakit dengan penjelasan yang
1 diberikan.

Memberikan injeksi DS:-


Novorapid 8 IU / SC pada DO : obat sudah diberikan / SC
lengan kiri
2
Menganjurkan program diet DS:Pasien mengatakan nafsu
yang tepat sesusi 3J ( sesuai makannya membaik, mual
diet dari RS) sudah berkurang, dan bisa
menghabiskan ¾ porsi makanan
yang diberikan oleh RS.
Memonitor intake dan DS Pasien mengatakan makan
output hanya bisa 1/ 2 porsi yang
diberikan oleh RS
3 DO : balance cairan 6 jam dari
Pk.13.00 wita pk 06.00- 12.00
Infus : 360 cc
Minum : 700 cc
Urine 800 cc
BC (+) 260 cc
PU: 1,90 cc / jam
Memberikan injeksi Obat sudah diberikan /IV,
ranitidin 1 ampul reaksi allergi tidak ada.

4 Menyediakan lingkungan DS: Pasien mengatakan akan


Pk.15.00 wita yang nyaman dan rendah beristirahat
stimulus(membatasi DO : pasien tampak beristirahat.
pengunjung)
Menciptakan suasana DS:Pasien mengatakan lebih
terapeutik untuk membantu baikan, dan merasa lebih tenang
menumbuhkan kepercayaan DO : pasien tampak lebih
pasien terhadap petugas. tenang

4
Menginformasikan secara DS : Pasien mengatakan

54
faktual pengobatan dan mengerti tentang penjelasan
perawatan yg akan yang diberikan, dan
dilakukan kepada pasien mengatakan akan mengikuti
anjuran dan pengobatan untuk
dirinya.
1,2,3 DO : Pasien tampak kooperatif
dalam perawatan yg diberikan

Memonitor tanda ansietas DS : Pasien mengatakan merasa


verbal dan non verbal lebih tenang, dan akan
mengikuti pengobatan agar
2 sembuh
Pk.16.00 wita DO : tampak lebih tenang dan
wajah pucat tampak berkurang.

Mengukur vital sign dan DS : pasien mengatakan


memeriksa sirkulasi perifer badannya masih lemas, tapi
sudah tidak pusing
DO : pasien tampak lemah,
2 suhu 36,4oC, nadi 80 x/ mnt,
Pk.18.00 wita respirasi 18x/ menit, TD 110 /
70 mmHg, Sp O2 98%.
Acral teraba hangat, pucat
berkurang , CRT< 3 detik.
Menjelaskan tindakan yang DS : pasien mengatakan
akan dilakukan memberikan mengerti dan mengijinkan
injeksi Novorapid 8 IU pada pemberian injeksi.
lengan kiri, dan sensasi DO : Pasien tampak kooperatif
2 yang sedikit sakit dengan penjelasan yang
diberikan. Injeksi sudah
diberikan / SC

Memonitor intake dan DS Pasien mengatakan makan


output hanya bisa ¾ porsi yang
diberikan oleh RS
2 DO : balance cairan 6 jam dari
pk.12.00 – 18.00
Infus : 360 cc
Minum : 700 cc
Urine 700 cc

55
BC (+) 360 cc
PU 1,60 cc

Menjelaskan tindakan DS : Pasien mengijinkan


pengukuran GDS yg akan pemerikasaan kadar GDS
dilakukan dan sensasi DO : Hasil GDS : 162mg/dL
Pk.21.00 wita 2 sedikit sakit yg mungkin
terasa dari lanset yg dipakai.
Melakukan Pengukuran
kadar GDS
Menjelaskan tindakan yang DS : pasien mengatakan
akan dilakukan memberikan mengerti dan mengijinkan
injeksi Lantus 10 IU pada pemberian injeksi.
Pk. 22.00 wita lengan kiri, dan sensasi DO : Pasien tampak kooperatif
yang sedikit sakit dengan penjelasan yang
diberikan. Injeksi Lantus 10
1,2,3 IU/SC sudah diberikan

Memonitor intake dan DS –


output DO : balance cairan 6 jam dari
pk.18.00- 24.00
Pk.24.00 wita Infus : 360 cc
Minum : 550 cc
Urine 900 cc
BC (+) 10 cc PU: 2,14 cc / jam
2 Memberikan injeksi Obat sudah diberikan , reaksi
Ranitidin 1 ampul/IV allergi tidak ada.

Mengukur vital sign dan DS : pasien mengatakan


memeriksa sirkulasi perifer badannya masih lemas, namun
sudah tidak pusing, dan merasa
27 Agustus dapat tidur.
2023 DO : pasien tampak lemah,
10.00 wita suhu 36oC, nadi 80 x/ mnt,
respirasi 18x/ menit, TD 100 /
Pk.06.00 wita 60 mmHg, Sp O2 98%.
Acral teraba hangat, tampak
pucat , CRT < 3 detik.
Memonitor intake dan DS –

56
output DO : balance cairan 6 jam dari
pk. 24.00 – 06.00 wita
Infus : 360 cc
Minum : 400 cc
Pk.06.00 wita Urine 800 cc
BC (-) 40 cc PU: 1,90 cc / jam

BC 24 jam : ( + 90cc)
2 Intake ( infus dan minum) 3790
Output ( urine dan IWL) 3700
PU = 1,90 cc/jam

Menjelaskan tindakan DS : Pasien mengijinkan


pengukuran GDS yg akan pemerikasaan kadar GDS
dilakukan dan sensasi DO : Hasil GDS : 130mg/dL
sedikit sakit yg mungkin
1 terasa dari lanset yg dipakai.
Melakukan Pengukuran
kadar GDS

Pk.07.00 wita Menjelaskan tindakan yang DS : pasien mengatakan


akan dilakukan memberikan mengerti dan mengijinkan
injeksi Novorapid 8 IU pada pemberian injeksi.
lengan kiri, dan sensasi DO : Pasien tampak kooperatif
yang sedikit sakit dengan penjelasan yang
1 diberikan. Injeksi sudah
diberikan / SC

Menganjurkan program diet DS:Pasien mengatakan nafsu


yang tepat sesusi 3J ( sesuai makannya sudah baik, sudah
diet dari RS) tidak mual , dan bisa
menghabiskan 1 porsi makanan
yang diberikan oleh RS.
DO:
Pasien tampak bisa
menghabiskan 1 porsi makanan
dari RS

Pk.10.00 wita Melatih rentang gerak pasif DS : Pasien mengatakan bisa

57
aktif sesuai kemampuan menggerakkan memutar bahu
pasien dan melatih tehnik dan pergelangan tangan, dan
relaksasi napas dalam bisa duduk ditempat tidur,
sudah bisa kencing ke kamar
mandi, berjalan dipegang
istrinya. dan sudah tidak
1,2,3 pusing.
Pasien mengatakan tetap
melakukan tehnik relaksasi
napas dalam, dan merasa lebih
tenang menghadapi kondisinya.
DO : pasien tampak bisa
melakukan gerakan memutar
bahu, dan pergelangan tangan,
dan tampak bisa duduk
ditempat tidur, dan berjalan
kekamar mandi, dibantu
istrinya.

Mengobservasi tanda-tanda DS: Pasien mengatakan sudah


vital pasien, dan memeriksa lebih baikan, dan sudah tidak
sirkulasi perifer pusing
DO: TD : 110/70mmHg
2 N :80x/menit S :36,4oC
Pk.10.00 wita RR : 18x/mnt Sp O2 : 99%
CRT< 3 detik, telapak kaki,
tampak merah muda,acral
teraba hangat
Anjurkan kepatuhan DS : pasien mengatakan akan
terhadap diet yang diberikan mengikuti anjuran yang
oleh RS diberikan.
4
Pk.11.00 wita

Menjelaskan tindakan yang DS : pasien mengatakan


akan dilakukan memberikan mengerti dan mengijinkan
injeksi Novorapid 8 IU pada pemberian injeksi.
lengan kiri, dan sensasi DO : Pasien tampak kooperatif
Pk. 12.00 wita 2 yang sedikit sakit dengan penjelasan yang
diberikan.

58
Memberikan injeksi DS:-
1 Novorapid 8 IU / SC pada DO : obat sudah diberikan / SC
lengan kiri

Menganjurkan program diet DS:Pasien mengatakan nafsu


yang tepat sesusi 3J ( sesuai makannya membaik, sudah
2 diet dari RS) tidak mual, dan bisa
menghabiskan 1 porsi makanan
yang diberikan oleh RS.
Memonitor intake dan DS Pasien mengatakan makan
output habis 1 porsi yang diberikan
oleh RS
DO : balance cairan 6 jam dari
pk 06.00- 12.00
Infus : 360 cc
Minum : 500 cc
Urine 700 cc
BC (+) 160 cc
PU: 1,60 cc / jam
3 Memberikan injeksi Obat sudah diberikan /IV,
ranitidin 1 ampul reaksi allergi tidak ada.

Menyediakan lingkungan DS: Pasien mengatakan akan


4 yang nyaman dan rendah beristirahat
stimulus(membatasi DO : pasien tampak beristirahat.
pengunjung)
Pk.13.00 wita Menciptakan suasana DS:Pasien mengatakan lebih
terapeutik untuk membantu baikan, dan merasa lebih tenang
menumbuhkan kepercayaan DO : pasien tampak lebih
4 pasien terhadap petugas. tenang
Pk.15.00 wita

Menginformasikan secara DS : Pasien mengatakan


faktual pengobatan dan mengerti tentang penjelasan
perawatan yg akan yang diberikan, dan
dilakukan kepada pasien mengatakan akan mengikuti
anjuran dan pengobatan untuk
dirinya.
4 DO : Pasien tampak kooperatif

59
dalam perawatan yg diberikan

Memonitor tanda ansietas DS : Pasien mengatakan merasa


verbal dan non verbal lebih tenang, dan akan
mengikuti pengobatan agar
sembuh
1,2,3 DO : tampak lebih tenang dan
wajah pucat tampak berkurang.

Mengukur vital sign dan DS : pasien mengatakan baikan,


memeriksa sirkulasi perifer sudah tidak pusing
DO : pasien tampak baik, suhu
36,4oC, nadi 80 x/ mnt, respirasi
18x/ menit, TD 110 / 70 mmHg,
Pk.16.00 wita Sp O2 98%.
2 Acral teraba hangat, pucat
berkurang , CRT< 3 detik.

Menjelaskan tindakan yang DS : pasien mengatakan


akan dilakukan memberikan mengerti dan mengijinkan
injeksi Novorapid 8 IU pada pemberian injeksi.
lengan kiri, dan sensasi DO : Pasien tampak kooperatif
Pk.18.00 wita yang sedikit sakit dengan penjelasan yang
2 diberikan. Injeksi sudah
diberikan / SC

Memonitor intake dan DS :Pasien mengatakan makan


output habis 1 porsi yang diberikan
oleh RS, dan sudah bisa makan
sendiri
DO : balance cairan 6 jam dari
pk.12.00 – 18.00
Infus : 360 cc
Minum : 700 cc
2 Urine 1000 cc
BC (+) 60 cc
PU 2,38 cc
Menjelaskan tindakan DS : Pasien mengijinkan
pengukuran GDS yg akan pemerikasaan kadar GDS
dilakukan dan sensasi DO : Hasil GDS : 162mg/dL

60
sedikit sakit yg mungkin
terasa dari lanset yg dipakai.
2 Melakukan Pengukuran
Pk. 22.00 wita kadar GDS
DS : pasien mengatakan
Menjelaskan tindakan yang mengerti dan mengijinkan
akan dilakukan memberikan pemberian injeksi.
injeksi Lantus 10 IU pada DO : Pasien tampak kooperatif
lengan kiri, dan sensasi dengan penjelasan yang
yang sedikit sakit diberikan. Injeksi Lantus 10
IU/SC sudah diberikan
2
Pk.24.00 wita
DS –
Memonitor intake dan DO : balance cairan 6 jam dari
output pk.18.00- 24.00
Infus : 360 cc
Minum : 500 cc
Urine 900 cc
BC (- 40 cc)PU: 2,1 cc / jam
28 Agustus Obat sudah diberikan , reaksi
2023 1,2,3 Memberikan injeksi allergi tidak ada.
10.00 wita Ranitidin 1 ampul/IV
DS : pasien mengatakan
Pk.06.00 wita Mengukur vital sign dan badannya sudah terasa baikan,
memeriksa sirkulasi perifer sudah tidak pusing, dan merasa
2 dapat tidur.
DO : KU pasien baik, suhu
36,5oC, nadi 80 x/ mnt, respirasi
18x/ menit, TD 110 / 70 mmHg,
Sp O2 99%.
Acral teraba hangat, tampak
merah muda , CRT < 3 detik.
DS –
Memonitor intake dan DO : balance cairan 6 jam dari
output pk. 24.00 – 06.00 wita
Infus : 360 cc
Minum : 390 cc
Urine 700 cc
4 BC (+) 50 cc PU: 1,66cc / jam

61
BC 24 jam : ( -270cc)
Intake ( infus dan minum) 3530
Output ( urine dan IWL) 3800
PU = 1,96 cc/jam
DS : Pasien mengijinkan
pemerikasaan kadar GDS
Menjelaskan tindakan DO : Hasil GDS : 125mg/dL
pengukuran GDS yg akan
dilakukan dan sensasi
sedikit sakit yg mungkin
terasa dari lanset yg dipakai.
1 Melakukan Pengukuran
kadar GDS
Pk.07.00 wita

Menjelaskan tindakan yang DS : pasien mengatakan


akan dilakukan memberikan mengerti dan mengijinkan
injeksi Novorapid 8 IU pada pemberian injeksi.
lengan kiri, dan sensasi DO : Pasien tampak kooperatif
yang sedikit sakit dengan penjelasan yang
diberikan. Injeksi sudah
1 diberikan / SC

Menganjurkan program diet DS:Pasien mengatakan nafsu


yang tepat sesusi 3J ( sesuai makannya sudah baik, sudah
diet dari RS) tidak mual , dan bisa
menghabiskan 1 porsi makanan
yang diberikan oleh RS.
DO:
Pasien tampak bisa
menghabiskan 1 porsi makanan
Pk.10.00 wita dari RS

Melatih rentang gerak pasif DS : Pasien mengatakan bisa


aktif sesuai kemampuan menggerakkan memutar bahu
pasien dan pergelangan tangan, dan
bisa duduk ditempat tidur,
1,2,3 sudah bisa kencing ke kamar
mandi, berjalan dipegang

62
istrinya. dan sudah tidak
pusing.
DO : pasien tampak bisa
melakukan gerakan memutar
bahu, dan pergelangan tangan,
dan tampak bisa duduk
ditempat tidur, dan berjalan
kekamar mandi, dibantu
istrinya.

Mengobservasi tanda-tanda DS: Pasien mengatakan sudah


vital pasien, dan memeriksa lebih baikan, dan sudah tidak
sirkulasi perifer pusing
DO: TD : 110/70mmHg
N :80x/menit S :36,5oC
RR : 18x/mnt Sp O2 : 99%
CRT< 3 detik, telapak kaki,
tampak merah muda,acral
teraba hangat

63
E. Evaluasi Keperawatan
Tgl/Jam No Evaluasi Ttd
Dx
29 Agustus 4. S: Pasien mengatakan merasa lebih baikan, dan merasa
2023 lebih tenang, dalam menghadapi kondisinya.
Pk.10.00 wita O : Ku tampak membaik, tidak tampak pucat, tidak tampak
gelisah
A: Masalah teratasi
P: pertahankan kondisi pasien
29 Agustus 3 S: Pasien mengatakan sudah bisa duduk dan berjalan ke
2023 kamar mandi untuk kencing berjalan dibantu istrinya, dan
Pk.10.00 wita sudah tidak merasa pusing, sudah bisa makan sendiri sambil
duduk
O: KU tampak membaik, pasien tampak mampu berjalan ke
kamar mandi dengan dipegang istrinya, tampak bisa makan
sendiri, wajahnya sudah tidak pucat.
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi pasien
29 Agustus 2 S: Pasien mengatakan sudah merasa baikan, tidak ada
2023 pusing, nafsu makannya membaik
Pk.10.00 wita O:Ku pasien tampak baik, wajah tidak pucat, GDS 130
mg/Dl. Acral hangat
A: Masalah teratasi
P: pertahankan kondisi pasien
29 Agustus 1 S: Pasien mengatakan sudah baikan, dan sudah tidak merasa
2023 pusing

64
Pk.10.00 wita O: Ku tampak baik, wajah sudah tidak pucat, acral hangat,
warna acral merah muda, TD 110/70 mmHg
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi, pertahankan kondisi pasien

BAB 4
PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus tipe II meliputi pengkajian, diagnosa,
perencanaan, intervensi, dan evaluasi. Beberapa diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
dengan diabetes mellitus tipe II antara lain:

1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia ditandai dengan, pasien
mengatakan badannya terasa lemas,pasien tampak lemas, Akral pada ekstremitas atas dan
bawah teraba dingin, wajah tampak pucat, telapak kaki tampak pucat, CRT 3dtk.
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah ( hiperglikemi) berhubungan dengan disfungsi pankreas
ditandai dengan pasien mengatakan badannya terasa lemas dan merasa haus, mukosa mulut
tampak kering, gula darah puasa 170 mg/dL, gula darah 2 jam PP 191 mg/Dl
3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis ( penyakit kronis : DM) ditandai dengan
pasien mengeluh badan terasa lemas, pasien mengatakan pemenuhan kebutuhannya dibantu
oleh istrinya, pasien tampak masih lemah, dan hanya berbaring di tempat tidur,tampak tidak
mampu melakukan aktivitas rutin, tampak pemenuhan kebutuhan dibantu oleh istrinya. wajah
tampak pucat, konjungtiva anemis.
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian ditandai dengan pasien
mengatakan khawatir dengan akibat kondisi yang dihadapinya, merasa tidak berdaya, tampak
gelisah, dan wajah tampak pucat.
Perencanaan keperawatan meliputi pemeriksaan gula darah, ketidakstabilan kadar
glukosa darah, keletihan, ansietas selain itu pemberian diet nutrisi yang tercukupi merupakan
sumber energi agar bisa memenuhi kebutuhan tubuh untuk melakukan aktivitas. Evaluasi

65
dilakukan Pasien melaporkan bahwa ia merasa lebih baik dan lebih tenang dalam
menghadapi kondisinya. Selain itu, pasien juga mengatakan bahwa ia sudah bisa duduk dan
berjalan ke kamar mandi untuk buang air kecil dengan dibantu oleh istrinya, serta sudah tidak
merasa pusing dan sudah bisa makan sendiri sambil duduk. Hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa kondisi pasien membaik, tidak tampak pucat, dan tidak tampak gelisah. Berdasarkan
hal ini, dapat disimpulkan bahwa masalah yang ada telah teratasi. Untuk menjaga kondisi
pasien, perlu dilakukan tindakan lanjutan dan mempertahankan kondisi yang telah dicapai.
Selain itu, pasien juga melaporkan bahwa ia merasa lebih baik, tidak merasa pusing, dan
nafsu makannya membaik. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kondisi pasien baik,
wajahnya tidak pucat, dan gula darahnya dalam rentang normal. Dalam hal ini, masalah juga
telah teratasi dan perlu dilakukan langkah-langkah untuk mempertahankan kondisi pasien.
Pasien juga melaporkan bahwa ia sudah merasa baik dan tidak merasa pusing. Hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa kondisi pasien baik, wajahnya tidak pucat, suhu
ekstremitas normal, dan tekanan darah dalam rentang normal. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa masalah yang ada telah teratasi dan perlu dilakukan intervensi lanjutan
serta mempertahankan kondisi pasien.
Intervensi utama dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus tipe II
meliputi perawatan sirkulasi, manajemen hiperglikemia, manajemen energi, dan reduksi
ansietas. Untuk perawatan sirkulasi, observasi yang dilakukan meliputi pemeriksaan sirkulasi
perifer seperti nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna kulit, dan suhu, serta monitoring
panas, kemerahan, dan bengkak pada ekstremitas. Terapeutik yang dilakukan meliputi
hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi, lakukan
pencegahan infeksi, dan lakukan hidrasi yang tepat pada pasien. Selain itu, edukasi yang
diberikan adalah anjurkan program diet yang tepat sesuai dengan jadwal, jumlah, dan jenis
makanan yang dianjurkan oleh rumah sakit. Untuk manajemen hiperglikemia, observasi yang
dilakukan meliputi identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia, identifikasi situasi
yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat, monitoring kadar gula darah, dan
monitoring tanda dan gejala hiperglikemia seperti malaise, polyuria, polifagia, polydipsia,
dan sakit kepala. Terapeutik yang dilakukan meliputi memberikan asupan cairan oral sesuai
kebutuhan dan berkonsultasi dengan medis jika ada tanda hiperglikemia yang tetap atau
memburuk. Edukasi yang diberikan meliputi mengingatkan untuk memonitor tanda dan

66
gejala bila terjadi peningkatan kadar glukosa darah, anjurkan kepatuhan terhadap diet, dan
ajarkan pengelolaan diabetes seperti penggunaan insulin, monitoring asupan cairan, dan
penggantian karbohidrat. Untuk manajemen energi, observasi yang dilakukan meliputi
identifikasi hal-hal yang mengakibatkan kelelahan dan monitoring kelelahan fisik dan
emosional. Terapeutik yang dilakukan meliputi menyediakan lingkungan yang nyaman dan
rendah stimulus serta melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif sesuai kemampuan
pasien. Edukasi yang diberikan adalah anjurkan melakukan kegiatan secara bertahap dan
menghubungi perawat jika keluhan tidak berkurang. Kolaborasi yang dilakukan adalah
dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan. Untuk reduksi ansietas,
observasi yang dilakukan meliputi identifikasi saat tingkat stress berubah, monitoring tanda-
tanda ansietas, dan identifikasi pengambilan keputusan. Terapeutik yang dilakukan meliputi
menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan, memahami situasi yang
membuat pasien merasa ansietas, dan menggunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan serta melibatkan dukungan keluarga yang dibutuhkan. Edukasi yang diberikan
meliputi menjelaskan setiap prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami, informasikan
secara factual mengenai pengobatan dan perawatan yang dilakukan, dan latih teknik relaksasi
napas dalam. Kolaborasi yang dilakukan adalah dengan pemberian obat ansietas bila
diperlukan.

BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula darah karena kerusakan insulin, gangguan aktivitas insulin atau
kekurangan sekresi insulin di dalam tubuh. DM tipe 2 terjadi karena perilaku pola makan
yang tidak benar. DM tipe 2 terjadi dengan adanya peningkatan kadar gula darah didalam
tubuh. Penderita DM tipe 2 memiliki risiko terjadinya komplikasi penyakit lainnya seperti
stroke, jantung, penyempitan pembuluh darah dan bahkan kanker. Penanganan DM meliputi
perawatan diri, pengaturan pola makan, aktivitas fisik, pemantauan kadar gula darah, dan
pengobatan. Asuhan keperawatan pada pasien DM meliputi pengkajian, diagnosa,
perencanaan, intervensi, dan evaluasi. Beberapa diagnosa keperawatan yang muncul pada

67
pasien dengan DM tipe 2 antara lain perfusi perifer tidak efektif, ketidakstabilan kadar
glukosa darah, keletihan, dan ansietas. Intervensi utama dalam asuhan keperawatan pada
pasien dengan DM tipe 2 meliputi perawatan sirkulasi, manajemen hiperglikemia,
manajemen energi, dan reduksi ansietas.

B. SARAN
Selalu mengingatkan kepada pasien DM tentang pentingnya menjaga pola konsumsi yang
baik, dengan memperhatikan diet makanan secara teratur, serta melakukan aktivitas fisik
yang cukup. Selain itu, perlu dilakukan pemantauan kadar gula darah secara berkala dan
menjaga keteraturan minum obat.

DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika

Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura dan
Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Bhandary B, Rao S & Sanal., 2013. The Effect of Perceived Stress and Family Functioning on
People with Type 2 Diabetes Mellitus. Journal of Clinical and Diagnostic Research.
Vol. 7(12), pp. 2929-2931

American Diabetes Association (ADA), 2012. Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. Diabetes Care volume 35 Supplement 1 pp. 64-71.

Oktavianus&Febriana Sartika Sari. 2014. Sistem Kardiovaskuler Dewasa. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wijaya Andra Sefari & Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah .Yogyakarta:
Nuha Medika.

68

Anda mungkin juga menyukai