Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DIABETES MILITUS

Makalah Ini Di Ajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pengampu :
Pujiani S.Kep.,Ns.,M.Kes.

Di susun oleh :
Khairun Nisak (7120009)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang maha Esa, karena dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang diberi judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Diabetes Militus ”.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan
Keluarga.

Selayaknya pepatah yang mengatakan “Kesalahan adalah milik manusia, dan Kesempurnaan
hanyalah milik Allah” maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca terhadap makalah ini, sehingga penulis dapat membuat karya yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang.

Jombang, 30 Agustus 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang terjadi baik saat pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin atau bila tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
insulin yang dihasilkan. Peningkatan glukosa darah yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal dan saraf
(WHO, 2016). Banyak orang yang masih menganggap penyakit ini merupakan penyakit
orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan. Banyak orang yang
tidak menyadari dirinya mengidap penyakit ini (Shanty, 2011: 23).

Di dunia sekitar 425 juta orang atau 8,8% dewasa berusia 20-79 tahun diperkirakan
menderita diabetes. Sekitar 79% tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Jumlah penderita meningkat menjadi 451 juta jika umurnya bertambah hingga 18-99
tahun. Diperkirakan pada tahun 2045, akan meningkat menjadi 693 juta orang pada usia
18-99 tahun atau 629 juta orang pada usia 20-79 tahun (IDF, 2017).

Indonesia menempati peringkat ke tujuh tertinggi bersama dengan China, India, Amerika
Serikat, Brazil, Rusia, dan Meksiko dengan jumlah penderita diperkirakan sebesar 10 juta
(IDF Atlas, 2015).

Berdasarkan data di atas mengenai masih tingginya penderita diabetes mellitus di


masyarakat. Oleh sebab itu, perlunya mengenal masalah pada anggota keluarga agar
diharapkan dapat dilakukan pencegahan, perawatan, maupun pengobatan bagi anggota
keluarga yang mengalami penyakit. Sebagai perawat perlu melakukan pendidikan
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan melalui promosi kesehatan mengenai
penyakit dan penatalaksanaannya baik secara farmakologi dan non farmakologi.
Sehubungan dengan itu, peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga
seharusnya melibatkan keluarga.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Menurut American Diabetes Association, 2010 (dalam Ernawati, 2013, p. 10), Diabetes


mellitus  merupakan suatu penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Tabel 2.1 Kriteria diagnostik gula darah menurut Shanty (2011, p. 25).
Bukan Diabetes Pra Diabetes Diabetes
Puasa <110 110-125 >126
Sewaktu <110 110-199 >200

2. 2 Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi diabetes mellitus  menurut Rumahorbo (2014, p. 14); Utami (2010, p. 14),
terdiri dari :
a. Diabetes mellitus tipe 1, yaitu diabetes tergantung insulin atau insulin
dependen diabetes mellitus  (IDDM). Penyebab utamanya adalah tubuh tidak
menghasilkan insulin atau hilangnya sel beta, penghasil insulin pada pulau-
pulau Langerhans pankreas. Penderita tergantung dengan insulin dari luar
tubuh karena pankreas tidak adekuat mencukupi kebutuhan tubuh.
b. Diabetes mellitus tipe II, yaitu diabetes tidak tergantung insulin atau non
insulin dependen diabetes mellitus (NIDDM), diabetes mellitus tipe II
disebabkan oleh berkurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas,
menurunnya aktifitas insulin di jaringan dan atau meningkatnya resistensi
jaringan terhadap insulin.
c. Diabetes mellitus tipe lain, yaitu diabetes  yang timbul akibat penyakit lain
yang mengakibatkan gula darah meningkat seperti infeksi berat, kelainan
pankreas, kelainan hormonal, karenaobat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,
dan kelainan genetik.
d. Gestasional Diabetes mellitus (GDM) yaitu intoleransi glukosa yang terjadi
selama kehamilan. Kondisi ini dapat terjadi bila pada trimester ke dua
kehamilan sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionic
somatomamotropin (HCS) meningkat untuk mensuplai asam amino dan
glukosa ke fetus.

2.3. Etiologi Diabetes Mellitus


Etiologi Diabetes mellitus menurut Padila (2012, p. 1), adalah :
a. Diabetes mellitus tipe 1
1) Faktor Genetik
Penderita tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes
mellitus  tipe 1
2) Faktor-faktor Imunologi
Adanya respon otoimun dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
3) Faktor Lingkungan
Virus atau toksik tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
b. Diabetes mellitus tipe II
Mekanisme yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan
dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor risiko :
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th).
2) Obesitas (kegemukan).
3) Riwayat keluarga.
4. Gejala Diabetes mellitus
Beberapa gejala penyakit diabetes menurut Shanty (2011, p. 25); Fady (2015, p.
8), adalah :
a. Banyak kencing (Poliuria)
Jika kadar gula dalam darah diatas 160-180 mg/dL, glukosa akan sampai
ke air kemih. jika kadarnya semakin tinggi, ginjal akan membuang air
tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Oleh
karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah berlebihan, penderita
akan sering berkemih dalam jumlah banyak.
b. Banyak minum (Polidipsi)
Awalnya, penderita diabetes mengalami poliuri. Karena sering berkemih,
akibatnya penderita merasakan haus yang berlebihan.
c. Banyak makan (Polifagia)
Sejumlah besar kalori akan hilang ke dalam air kemih sehingga
penderita diabetes akan mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengompensasi hal ini, penderita sering merasakan lapar yang luar biasa.
d. Lemas
Ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai
energi menyebabkan lemas pada penderita diabetes.

2.4. Komplikasi Diabetes Mellitus


Komplikasi yang dapat disebabkan oleh diabetes menurut Pudiastuti (2013, p.
56), yaitu :
a. Komplikasi yang dapat terjadi adalah serangan jantung dan stroke,
Kerusakan pada pembuluh darah matamenyebabkan gangguan penglihatan
akibat kerusakan pada retina mata (retinopati diabetikum), Kelainan
fungsi ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal.
b. Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera.
c. Berkurangnya aliran darah ke kulit dapat menyebabkan ulkus (borok) dan
semua penyembuhan luka berjalan lambat.
d. Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika
satu saraf mengalami kelainan fungsi (mononeuropati), maka sebuah
lengan atau tungkai bisa secara tiba-tiba menjadi lemah.
e. Jika saraf yang menuju tangan, tungkai dan kaki mengalami kerusakan
(polineuropati diabetikum), maka pada lengan dan tungkai dapat dirasakan
kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan.

2.5. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Penatalaksanaan diabetes  menurut Rumohorbo (2014, p. 25) Shanty (2011, p.
32), antara lain :
1) Edukasi
Edukasi penyandang diabetes dimaksudkan untuk memberi informasi
tentang gaya hidup yang perlu diperbaiki secara khusus memperbaiki
pola makan dan pola latian fisik. Informasi yang cukup akan
memperbaiki ketrampilan dan sikap penderita diabetes. Edukasi
pemantauan kadar glukosa darah juga diperlukan karena dengan
pemantauan kadar glukosa secara mandiri, penderita diabetes dapat
mengukur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara
optimal.
2) Terapi Gizi
Pengaturan zat gizi pada penyandang diabetes diarahkan pada gizi seimbang
serta pengaturan jumlah kalori, jenis makanan dan jadwal makan. Keteraturan
jadwal makan merupakan hal penting bagi penyandang diabetes yang
menggunakan obat hipoglikemik baik oral maupun injeksi.
3) Latihan Fisik
Latian fisik penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko
kardiovaskuler. Pemilihan jenis dan intensitas latian fisik memerlukan advis
tenaga kesehatan karena pada penyandang diabetes takaran latian fisik terkait
sangat erat dengan kadar glukosa darah khususnya bagi para pasien yang
mendapat terapi obat hipoglikemik dan pembatasan asupan kalori.
4) Farmakoterapi
Obat hipoglikemik dapat diberikan dalam bentuk tablet atau injeksi. Biasanya
diberikan pada penderita diabetes tipe II jika diet dan olahraga gagal
menurunkan kadar gula darah. Obat hipoglikemik oral (OHO) berdasarkan
cara kerjanya dibagi atas 4 golongan yaitu :
a. Pemicu sekresi insulin seperti Sulfonil Urea dan Glinid.
b. Penambah sensitivitas terhadap insulin seperti Metformin dan
Tiazolindion.
c. Penghambat Glukoneogenesis (Metformin).
d. Penghambat absorbs glukosa seperti penghambat glucosidase alfa.

2.6 Diit penyakit Diabetes Mellitus


Pengelolaan diit bagi penderita diabetes mellitus oleh Waspadji (2013, p. 72); Ernawati
(2013, p. 26), antara lain :
1) Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
ideal. Komposisi energi adalah 60-70% dari karbohidrat, 10- 15% dari protein
dan 20-25% dari lemak.
2) Penentuan status gizi berdasarkan IMT
IMT dihitung berdasarkan pembagian berat badan (dalam kilogram) dibagi
dengan tinggi badan (dalam meter) kuadrat. Klasifikasi status gizi berdasarkan
IMT :
a) Berat badan kurang : <18.5
b) Berat badan normal : 18,5-22,9
c) Berat badan lebih : >23.0
d) Dengan resiko : 23-24,9
e) Obesitas I : 25-29,9
f) Obesitas II : ≥ 30
3) Penentuan Status Gizi Berdasarkan Rumus Broca
Pertama-tama dilakukan perhitungan BBI (berat badan idaman)
berdasarkan rumus:
a) BBI : (tinggi badan – 100 ) – 10% Atau 90% x (TB dalam cm – 100) x 1
kg.
b) Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita dibawah 150
cm, rumus dimodifikasi menjadi: (TB dalam cm- 100) x 1 kg
2.7 Patofisiologi
Diabetes tipe I terjadi akibat ketidakmampuan sel-sel pankreasmemproduksi insulin yang
biasanya disebabkan oleh rusak nya sel-sel pankreas akibat proses autoimun. Ketika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam
urin (glukosuria). Kondisi tersebut akan disertai dengan dieresis osmotik yaitu
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan dengan meningkatnya frekuensi dalam
berkemih (poliuri) sehingga pasien juga akan merasa sering haus (polidipsi).
Pada Diabetes Mellitus tipe II terjadi penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin
(resistensi insulin). Hal ini diperberat oleh bertambahnya usia yang mempengaruhi
berkurangnya jumlah insulin dari sel-sel beta, lambatnya pelepasan insulin dan atau
penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin. Akibat defisiensi insulin adalah
pemecahan lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Asam lemak bebas Akan
diubah menjadi badan keton oleh hati. Badan keton bersifat asam dan bila bertumpuk
dalam sirkulasi darah akan menimbulkan asidosis metabolic. Ketosis dan asidosis
menimbulkan gejala gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah, dan nyeri abdomen.
(Smeltzer & Bare, 2002 dalam Fady, 2015; Rumahorbo, 2014; Ernawati, 2013)

Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat berlemak
dalam darah meningkat sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan
plak lemak di dalam pembuluh darah). Sirkulasi darah yang buruk
akibat aterosklerosis  yang melalui pembuluh darah besar (makro) bisa melukai otak,
jantung, dan pembuluh darah kaki, sedangkan yang melalui pembuluh darah kecil
(mikro) bisa melukai mata, ginjal, saraf, dan kulit serta memperlambat penyembuhan
luka. Kerusakan pada pembuluh darah mata bias menyebabkan gangguan penglihatan
akibat kerusakan retina mata (retinopati diabetikum). Berkurangnya aliran darah ke kulit
juga bias menyebabkan ulkus (borok) dan semua penyembuhan luka berjalan lambat.
Terjadinya ulkus diabetikum diawali adanya hiperglikemia pada penyandang diabetes
mellitus  yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.
Neuropati, baik neuropati sensorikmaupun motorik dan autonomik akan mengakibakan
perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah
terjadinya ulkus (Shanty, 2011; Rumahorbo, 2014).

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

3.1  Pengkajian Keperawatan Keluarga

A. Identifikasi Data
Pengkajian terhadap data umum keluarga menurut Sulistyo Andarmoyo, 2012 meliputi:
1) Nama kepala keluarga (KK)
Identifikasi siapa nama KK sebagai penanggung jawab penuh terhadap
keberlangsungan keluarga.
2) Alamat dan telepon
Identifikasi alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi sehingga memudahkan
dalam pemberian asuhan keperawatan.
3) Pekerjaaan dan pendidikan KK
Identifikasi pekerjaaan dan latar belakang pendidikan Kepala Keluarga dan anggota
keluarga yang lainnya sebagai dasar dalam menentukan tindakan keperawatan
selanjutnya.
4) Komposisi keluarga
Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga yang diidentifikasi sebagai bagian
dari keluarga mereka.
5) Genogram
Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan konstelasi
keluarga atau pohon keluarga dan genogram merupakan alat pengkajian informatif
yang digunakan untuk mengetahui keluarga, dan riwayat, serta sumber-sumber
keluarga
6) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi
dengan jenis tipe keluarga tersebut.
7) Suku bangsa
Asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
tersebut terkait dengan kesehatan
8) Agama
Mengkaji agama yang dianut keluarga serta keperacayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
9) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga
maupun anggota keluarga lainnya
Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
Dalam hal ini pertanyaan yang diajukan adalah status ekonomi:
1. Berapa jumlah pendapatan per bulan?
2. Darimana sumber-sumber pendapatan perbulan?
3. Berapa jumlah pengeluaran perbulan?
4. Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga?
5. Bila tidak, bagaimana keluarga mengaturnya?

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, dijelaskan mulai
lahir hingga saat ini yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit,
sumber pelayananan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan, termasuk juga dalam hal ini riwayat
perkembangan dan kejadian-kejadian dan pengalaman kesehatan yang unik atau
yang berkaiatan dengan kesehatan (perceraian, kematian, hilang, dll) yang terjadi
dalam kehidupan keluarga

4) Riwayat keluarga sebelumnya/asal


Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan
istri/keluarga asal kedua orang tua seperti apa kehidupan keluarga asalnya,
hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari ke dua orang tua)

C. Data Lingkungan

Data lingkungan meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai dari


pertimbangan bidang-bidang yang paling sederhana seperti aspek dalam rumah
hingga komunitas yang lebih luas dan kompleks di mana keluarga tersebut berada.

1) Karakteristik rumah

1. Gambar tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, dll).


Apakah keluarga memilki sendiri atau menyewa rumah ini.
2. Gambarkan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah).
Interior rumah meliputi jumlah kamar dan tipe kamar, penggunan
kamar dan bagaimana kamar tersebut diatur.
3. Di dapur, amati suplai air minum, penggunaan alat masak.
4. Di kamar mandi, amati sanitasi air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun
dan handuk.
5. Kaji pengaturan tidur di dalam rumah.
6. Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah.
7. Kaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah.
8. pengaturan privasi dan bagaimana keluarga
9. merasakan privasi mereka memadai.
10. Evaluasi ada dan tidak adanya bahaya-bahaya terhadap
11. keamanan rumah/lingkungan.
12. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.
13. Kaji perasaan puas/tidak puas dari anggota keluarga secara
14. keseluruhan dengan pengaturan/penataan rumah

D. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain
untuk mengubah perilaku.
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik cara formal
maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi keluarga
1. Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar dispilin, norma, budaya dan perilaku.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan
serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga
mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas
kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap
anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
4. Fungsi reproduksi
a. Berapa jumlah anak?
b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak?
c. Metode apa yang digunakan keluarga dalan mengendalikan jumlah anak?
5. Fungsi perawatan keluarga
Fungsi ini penting untuk mempertahankan keadaan kesehatan
anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
6) Stres dan koping keluarga
Stresor jangka pendek dan panjang
1. Sebutkan stressor jangka pendek (< 6 bulan) dan stresor jangka panjang (> 6
bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga. Apakah keluarga dapat mengatasi
stresor biasa dan ketegangan sehari-hari?
2. Bagaimana keluarga mengatasi tersebut? Jelaskan Strategi koping apa yang
digunakan oleh keluarga untuk menghadapi masalah-masalah? (koping apa yang
dibuat?) Apakah anggota keluarga berbeda dalam cara–cara koping terhadap
masalah-masalah mereka sekarang? Jelaskan
7) Pemeriksaan Fisik
Data selanjutnya yang harus dikumpulkan oleh perawat adalah data tentang
kesehatan fisik. Tidak hanya kondisi pasien, melainkan kondisi kesehatan seluruh
anggota keluarga.
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda-tanda vital. Biasanya pada penderita diabetes didapatkan berat badan
yang diatas normal/obesitas.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran pada leher, kondisi
mata, hidung, mulut dan apakah ada kelainan pada pendengaran. Biasanya pada
penderita diabetes mellitus ditemui penglihatan yang kabur/ganda serta diplopia
dan lensa mata yang keruh, telinga kadang-kadang berdenging, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah.
c. Sistem integumen
Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor kulit menurun,
kulit menjadi kering dan gatal. Jika ada luka atau maka warna sekitar luka akan
memerah dan menjadi warna kehitaman jika sudah kering. Pada luka yang susah
kering biasanya akan menjadi ganggren
d. Sistem pernafasan
Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya pada penderita
diabetes mellitus mudah terjadi infeksi pada sistem pernafasan.
e. Sistem kardiovaskuler
Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui perfusi jaringan menurun,
nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,hipertensi,
aritmia,kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi, polidipsi, mual, muntah,
diare, konstipasi, dehidrasi,perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen
dan obesitas.
g. Sistem perkemihan
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya poliuri, retensi urine,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem muskuluskletal
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya penyebaran lemak,
penyebaran massa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri,
adanya gangren di ekstremitas.
i. Sistem neurologis
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya penurunan sensoris,
anastesia, letargi, mengantuk, kacau mental, disorientasi dan rasa kesemutan pada
tangan atau kaki
3.2 Diagnosa Keperawatan Keluarga

1. Manajemen Kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidak mampuan


keluarga melakukan perawatan pada angggota keluarganya yang sakit
2. Kesiapan peningkatan koping keluarga berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
dalam mengenali masalah
3. Ketidak patuhan berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dala melakukan
perawatan pada anggota keluarga yang saki
4. Deficit pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam mengenali
masalah kesehatan

3.3 Intervensi

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, rencana intervensi

serta di lengkapi dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standart. Tujuan

dirumuskan secara spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, rasional dan menunjukkan

waktu. Rencana intervensi permulaan meliputi intervensi yang bersifat sportif edukatif

dan langsung kearah sasaran, sedangkan pada tingkat lanjut, meliputi sejumlah intervensi

terapi keluarga yang lebih bersifat psikososial dan tidak langsung.

a. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga melakukan perawatan pada angggota keluarganya yang sakit

Tujuan : setelah dilakukan kunjungan selama 2 minggu masalah manajemen kesehatan

keluarga diharapkan meningkat.


Kriteria hasil : manajemen kesehatan keluarga : kemampuan menjelaskan masalah

kesehatan yang di alami meningkat, aktivitas keluarga mengatasi masalah kesehatan tepat

menianngkat, verbalisasi kesulitan menjalan perawatan yang ditetapkan meningkat.

Intervensi :

1. Dukungan keluarga merencanakan keperawatan:

b) Identifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang Kesehatan

c) Identifikasi konsekuensi tidak melakukan Tindakan bersama keluarga

d) Identifikasi Tindakan yang dapat dilakukan keluarga

e) Motivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung upaya Kesehatan

f) Gunakan sarana dan fasilitas yang ada dalam keluarga

g) Informasikan Kesehatan yang ada dilingkungan keluarga

h) Anjurkan menggunakan fasilitas Kesehatan yang ada

i) Anjurkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga.

1) Dukungan koping keluarga

a) Identifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini

b) Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga

c) Fasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan peralatan yang diperlukan

untuk mempertahankan keputusan perawatan pasien

d) Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan

e) Informasikan kemajuan kondisi pasien secara berkala

f) Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia

2) Koordinasi diskusi keluarga


a) Identifikasi gangguan kesehatan setiap anggota keluarga

b) Libatkan keluarga dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang

tepat

c) Berikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d) Anjurkan anggota keluarga dala memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam

masyarakat

3) Pendampingan keluarga

a) Identifikasi kebutuhan keluarga terkait masalah kesehatan keluarga

b) Yakinkan keluarga bahwa anggota keluarganya akan di berikan pelayanan terbaik

c) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga

d) Ajarkan mekanisme koping yang dapat di jalakan keluarga

b. Kesiapan peningkatan koping keluarga berhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga dalam mengenali masalah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 minggu kunjungan di harakan

status koping keluarga membaik.

Kriteria hasil : setatus koping keluarga : keterpaparan informasi meningkat, prilaku

sehat membaik, prilaku bertujuan membaik.

Intervensi :

1) Dukungan koping keluarga :

a) Identifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini

b) dentifikasi beban prognosis secara psikologis

c) Identifikasi pemahaman tentang keputusan keperawatan setelah pulang

d) Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga, dan tenaga Kesehatan.


e) Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga

f) Informasikan kemajuan pasien secara berkala

2) Promosi koping

a) Identifikasi pemahaman keluarga mengenai proses penyakit yang di deritanya

b) identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial

c) diskusikan perubahan peran yang di alami

d) gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

e) fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan

f) anjurkan keluarga terlibat

c. Ketidak patuhan berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dala melakukan

perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawatan selama kurang lebih 2 minggu

kunjungan maka tingkat kepatuhan diharapkan meningkat.

Kriteria hasil : tingkat kepatuhan: verbalisasi kemauan, memnuhi program perawatan

atau pengobatan meningkat, verbalisasi mengikuti anjuran meningkat, prilaku

mengikuti program perawatan/pengobatan membaik, perilaku menjalankan anjuran

membaik.

Intervensi :

1) Dukungan kepatuhan program pengobatan

a) Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan

b) Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik.

c) Buat jadwal pendamping keluarga untuk bergantian menemani pasien selama

menjalani program pengobatan, jika perlu


d) Dokumentasi aktifitas selama menjalani proses pengobatan

e) Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani.

f) Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalani program

pengobatan.

g) Anjurkan keluarga dan pasien melakukan konsultasi kepelayanan Kesehatan

terdekat.

2) Dukungan tanggung jawab pada diri sendiri

a) Identifikasi presepsi tentang masalah kesehatan

b) Tingkatkan rasa tanggung jawab atas prilaku sendiri

c) Brikan penguatan dan umpan balik positif jika melaksanakan tanggung jawab

atau mengubah perilaku

d) Diskusikan konsekuensi apabila tidak melaksanakan tanggung jawab

3) Promosi kesadaran diri

a) Identifikasi respon yang ditunjukan berbgai situasi

b) Diskusikan nilai-nilai yang berkontribusi terhadap konsep diri

c) Diskusikan dampak penyakit pada konsep diri

d) Anjurkan meminta bantuan kepada orang lain sesuai dengan kebutuhannya

4) Promosi koping

a) Identifikasi pemahaman keluarga mengenai proses penyakit yang di deritanya

b) identifikasi keinginan dan kenutuhan terhadap dukungan sosial

c) diskusikan perubahan peran yang dialami


d) gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

e) fasilitasi keluarga dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan

f) anjurkan keluarga terlibat dalam proses perawatan

d. Deficit pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam

mengenali masalah kesehatan

Tujuan : setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama kurang lebih 2 minggu

kunjungan masalah tingkat pengetahuan membaik.

Kriteria hasil : tingkat pengetahuan : perilaku sesuai anjuran meningkat, verbalisasi

minat dalam belajar meningkat, kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu

topic meningkat, kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai

dengan topik meningkat, pertanyaan tentang masalah yamh dihadapi menurun,

presepsi keliru terhadap masalah menurun.

Intervensi :

1) Edukasi Kesehatan :

a) Identifikasi Kesehatan dan kemampuan menerima informasi

b) Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi

perilaku hidup bersih dan sehat

c) Sediakan materi dan media pendidika Kesehatan

d) Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai dengan kesepakatan

e) Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya

f) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatam

g) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat


h) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku bersih

dan sehat (PPNI T. P., 2016).

3.4 Implementasi Keperawatan Keluarga

Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan keperawatan pada keluarga

berdasarkan pada perencanaan sebelumnya. Tindakan keperawatan keluarga mencakup :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan kebutuhan

b. Menstimulasi keluarga memutuskan cara perawatan yang tepat.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga uang sakit.

d. Membantu keluarga menemukan cara untuk lingkungan yang baik.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas Kesehatan yang ada.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan Keluarga


Evaluasi merupakan langkah terakhr dari proses keperawatan dengan cara

melakukanidentifikasi sejauh mana tujuan dari recana keoerawatan tercapai atau tidak.

Dalam melakukan evaluasi perawat memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam

memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan mengambarkan

kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan menghubungkan tindakan

keperawatan pada kriteria hasil.

Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yang dilakukan dengan

mengevaluasi proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut

evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang di harapkan

disebut sebagai evaluasi hasil (Hidayat, 2014).


Evalaluasi tindakan berdasarkan diagnosa yang muncul :

a. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga melakukan perawatan pada angggota keluarganya yang sakit

Evaluasi : Manajemen kesehatan keluarga meningkat : 1) kemampuan

menjelaskan masalah kesehatan yang di alami meningkat, 2) aktivitas keluarga

mengatasi masalah kesehatan tepat meningkat.

b. Kesiapan peningkatan koping keluarga berhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga dalam mengenali masalah

Evaluasi : Status koping keluarga membaik : 1) keterpaparan informasi meningkat,

2) prilaku sehat membaik, 3) prilaku bertujuan membaik.

c. Ketidak patuhan berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dala melakukan

perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Evaluasi : Tingkat kepatuhan meningkat : 1) verbalisasi kemauan, memenuhi

program perawatan atau pengobatan meningkat, 2) verbalisasi mengikuti anjuran

meningkat, 3) prilaku mengikuti program perawatan/pengobatan membaik, 4) perilaku

menjalankan anjuran membaik

d. Deficit pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam

mengenali masalah kesehatan

Evaluasi : Tingkat pengetahuan membaik : 1) perilaku sesuai anjuran meningkat, 2)

verbalisasi minat dalam belajar meningkat, 3) kemampuan menjelaskan pengetahuan

tentang suatu topic meningkat, 4) kemampuan menggambarkan pengalaman

sebelumnya yang sesuai dengan topik meningkat, 5) pertanyaan tentang masalah yang

dihadapi menurun, 6) presepsi keliru terhadap masalah menurun.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan
tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik
akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh,
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme lemak dan protein.

Klasifikasi diabetes ada 2 yaitu :


1. Klasifikasi klinis
2. Klasifikasi risiko statistic

3.2 Saran
Berdasarkan uraian di atas di harapkan kita dapat lebih memahami makna
kesehatan,semoga informasi ini bisa membantu kita menghindari penyakit diabetes yang
sekarang bukan lagi hanya disebabkan oleh genetis. bila gejala-gejala tersebut pernah
anda/orang terdekat anda tangani, segerakan memeriksa kadar gula dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A dan Larraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Edisi 4. Jakarta : EGC

Suddart & Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta : EGC

Suddart & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 3. Jakarta : EGC

Neal, Michael J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis edisi 5. Surabaya : Erlangga

McPhee, Stephen J & William F. Ganong. 2011. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju
Kedokteran Klinis. Jakarta : EGC

Ikram, Ainal. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I
Edisi ketiga, Jakarta : FKUI

Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI

Arjatmo Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai


Penerbit FKUI

Nathan DM, Cleary PA, Backlund JY, et al. (December 2005)."Intensive diabetes treatment and
cardiovascular disease in patients with type 1 diabetes". The New England Journal of Medicine
353 (25): 2643 53. doi:10.1056/NEJMoa052187.PMC 2637991. PMID 16371630.

Nursing Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.

Nursing Outcomes Classification (NOC) : Fourth Edition.Missouri : Mosby Elsevier.

Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United Kingdom :
Markono Print Media.

Anda mungkin juga menyukai