BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian
insulin, kerja insulin atau kedua – duanya (PERKENI, 2015). Diabetes mellitus
adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pancreas tidak menghasilan cukup
insulin (hormone yang mengatur gula darah atau glukosa) atau ketika tubuh tidak
dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (WHO Global Report,
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan skresi insulin atau keduanya
(Smeltzer, 2013).
II.2 Etiologi
sebagai berikut:
a. Tipe I
antara lain :
1) Faktor genetik
2) Faktor Imunologi
terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum
3) Faktor lingkungan
b. Tipe II
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
Amerika).
9
II.3 Klasifikasi
berikut :
1. Autoimun
2. Idiopatik
pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi
Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan seperti infeksi virus atau
pankreas
disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin
Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non Insulin Dependent) ini tidak ada kerusakan
kadang insulin pada tingkat tinggi dari normal. Akan tetapi, tubuh manusia
resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak ada insulin yang cukup untuk
10
memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe ini sering terjadi pada dewasa yang
berumur lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum dengan peningkatan
usia. Obesitas menjadi faktor resiko utama pada diabetes tipe 2. Sebanyak
80% sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2 mengalami obesitas. Obesitas
dapat menyebabkan sensitivitas insulin menurun, maka dari itu orang obesitas
memerlukan insulin yang berjumlah sangat besar untuk mengawali kadar gula
darah normal
2. DNA mitokondria.
a) Pankreatitis.
b) Tumor/ pankreatektomi.
c) Pankreatopati fibrokalkulus.
5. Endokrinopati.
a) Akromegali.
b) Sindroma Cushing.
c) Feokromositoma.
d) Hipertiroidisme.
II.4 Patofisiologi
insulin pada jaringan lemak, otot, dan hati menybabkan respon reseptor
secara klinis. Sel beta pancreas masih dapat melakukan kompensasi bahkan
secara absolut. Kondisi resistensi insulin diperberat oleh produksi insulin yang
mati rasa atau kesemutan ditangan atau dikaki, kulit kering, lesi kulit atau
mual muntah, hiperfentilasi dan napas berbau buah. DKA yang tidak
klasik.
TTGO sulit untuk dilakukan berulang – ulang dan dalam praktek sangat
terganggu (GDPT).
didapatkan glukosa plasma 2 jam antara 140 – 199 mg/Dl (7,8 – 11,0
mmol/L).
plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dl (5,6 – 6,9 mmol/L) dan
2) Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dl (7,0 mmol/L)
3) Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dl (11,1 mmol/L) TTGO
salah satu criteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium
II.8 Komplikasi
sebagai berikut:
a. Komplikasi Akut
stress fisiologis.
15
2) Hipoglikemia
dalam darah rendah. Kadar glukosa dalam darah turun dibawah 50 mg/dl
kondisi ini menyebabkan sel – sel otak tidak mendapatkan cukup glukosa
insulin.
1) Retinopati diabetik
2) Glomelurosklerosis diabetik
3) Nefropati diabetik
Dapat melibatkan saraf perifer, saraf kranial, atau sistem saraf otonom dan
2.9 Penatalaksanaan
a. Edukasi
Diabetes tipe 2 umunya terjadi pada saat pola gaya hidup dan
ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarga).
c. Latihan Jasmani
d. Terapi Farmakologis
terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. Berdasarkan cara kerjanya
glinid
tiazolidindion
5) DPP-IV inhibitor
Saat ini dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara reagen
2.10 Pencegahan
terhadap tanda dan gejala yang perlu diwaspadai seperti banyak makan,
minum dan berkemih. Disamping itu kesadaran terhadap faktor resiko yang
khususnya dalam pola makan seimbang dan pola latihan fisik rutin dan
teratur dalam upaya mencegah obesitas sebagai faktor resiko utama diabetes
(Smeltzer, 2013).
tersedia. Waktu makan dan saat pemberian isulin harus ditetapkan setiap
a. Pengkajian
1. Umur
energy
6. Sejarah cidera kulit kecil yang terinfeksi atau memakai waktu yang
hingga 6,0
10. Hasil positif untuk keton kemih, albumin dan glukosa dalam urin
b. Diagnose Teoritis
mani
mencakup :
e. Intervensi Keperawatan
2. Perawatan kulit.
f. Evaluasi
ekstrim.