Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi
Anatomi fisiologi menurut Syaifudin (2006) adalah sebagai
berikut:
1. Saluran nafas bagian atas
a. Rongga hidung
Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami  tiga hal :
         Dihangatkan
         Disaring
         Dan dilembabkan
Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi ( terdiri
dari : Psedostrafied ciliated columnar epitelium yang berfungsi
menggerakkan partikel partikel halus kearah faring sedangkan
partikel yang besar akan disaring oleh bulu hidung, sel golbet dan
kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang masuk, 
pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal
tersebut dibantu dengan concha. Kemudian udara akan diteruskan
ke
b. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)
c. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan
faring,terdapat pangkal lidah)
d. Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran
makanan)
e. Laring
f. Terdiri dari tiga struktur yang penting
         Tulang rawan krikoid
         Selaput/pita suara
         Epilotis
         Glotis
2. Saluran nafas bagian bawah

a. Trhakea
Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾
cincin tulang rawan        seperti huruf C. Bagian belakang
dihubungkan  oleh membran fibroelastic menempel pada dinding
depan usofagus.
b. Bronkhi
Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat
percabangan ini disebut carina.Brochus kanan lebih pendek, lebar
dan lebih dekat dengan trachea.Bronchus kanan bercabang
menjadi : lobus superior, medius, inferior. Brochuskiri terdiri dari
: lobus superior dan inferior
c. Paru  
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian
samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi
oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu
paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-
paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.
Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura.
Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru
disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang
menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk
disebut pleura luar (pleura parietalis).Antara selaput luar dan
selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi
sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah
yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat
permeabel terhadap air dan zat-zat lain.
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan
pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis
dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk
pertukaran gas. Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang
halus dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika
dibanding dengan bronkus. Bronkiolus ini memiliki gelembung-
gelembung halus yang disebut alveolus. Bronkiolus memiliki
dinding yang tipis, tidak bertulang rawan, dan tidak bersilia.Gas
memakai tekanannya sendiri sesuai dengan persentasenya dalam
campuran, terlepas dari keberadaan gas lain (hukum Dalton).
Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih
mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium
berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak
bersilia.

d. Alveoli
Terdiri dari : membran alveolar dan ruang interstisial.
Membran alveolar :
         Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah
rongga alveoli
         Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang
menghasilkan surfactant.
         Anastomosing capillary, merupakan system vena dan arteri
yang saling berhubungan langsung, ini terdiri dari : sel
endotel, aliran darah dalam rongga endotel.
e. Sirkulasi Paru
Mengatur aliran darah vena – vena dari ventrikel kanan ke arteri
pulmonalis dan mengalirkan darah yang bersifat arterial melaului
vena pulmonalis kembali ke ventrikel kiri.
Kepatenan Ventilasi tergantung pada empat faktor :
1) Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi
jalan nafas akan menghalangi masuk dan keluarnya dari
dan ke paru-paru.
2)   Adekuatnya system syaraf pusat dan pusat pernafasan
3) Adekuatnya pengembangan dan pengempesan peru-peru
4) Kemampuan oto-otot pernafasan seperti diafpragma,

B. Definisi
Gagal nafas adalah terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi
oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga
menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan
peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45mmHg
(Hiperkapnia) (Smeltzer & Barre,2002).
Gagal nafas adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga
terjadi hipoksemia, hiperkapnea (peningkatan konsentrasi karbondioksida
arteri), dan asidosis (Muttaqin, 2008).

C. Etiologi
Menurut Hudak and Gallo (2010) etologi gagal nafas adalah
sebagai berikut:
1. Penyebab sentral
a. Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle
relaxans
b. Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
c. Kelainan diparu : edema paru, atelektasis, ARDS.
d. Kelainan tulang iga/thoraks : fraktur costae, pneumo thorax,
haematothoraks
e. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri
2. Penyebab perifer
a. Trauma kepala : contusio cerebri
b. Radang otak : encephalitis
c. Gangguan vaskuler : perdarahan otak, infark otak
d. Obat-obatan : narkotika, anestesi
e. Kadar oksigen (Pao2 < 8 kPa) atau CO2 (Paco2 > 6,7 kPa) arterial
yang abnormal digunakan untuk menentukan adanya gagal nafas.
Maka gagal nafas dibagi menjadi :
1.       Hipoksemia (tipe 1) : kegagalan transfer oksigen dalam
paru.
2.       Hipoksemia (tipe 2) : kegagalan ventilasi untuk
mengeluarkan CO2
D. Manifestasi Klinis
Menurut Price & Wilson manifestasi gagal nafas (2006) adalah sebagai
berikut:
1. Gagal nafas total
a. Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar / dirasakan.
b. Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan
sela iga serta tidak ada perkembangan dada pada inspirasi.
c. Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan
ventilasi buatan
2. Gagal nafas parsial
a. Terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, growing,
dan whizing.
b. Ada retraksi dada
c. Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
d. Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis
(Po2 menurun)
E. Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas
kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal
nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya
normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit
timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan
penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru
hitam (penyakit penambang batubara). Pasien mengalami toleransi
terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap.
Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya.
Pada gagal nafas kronik struktur paru mengalami kerusakan yang
ireversibel. Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas
vital, frekuensi penafasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih
dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena
"kerja pernafasan" menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan.
Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg). Penyebab
gagal nafas terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi
obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan
pernafasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus
pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis,
meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan
pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada
periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat
karena terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkan
atau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiod. Pnemonia atau
dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut (Corwin,
2009).
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang gagal nafas menurut Smeltzer & Barre, (2002)
adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan analisa gas darah arteri (AGD)
2. Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit serum, sitologi, urinalisis,
bronkogram, bronkoskopi.
3. Pemeriksaan rontgen dada untuk melihat keadaan patologik dan atau
kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
4. Pemeriksaan sputum, fungsi paru, angiografi, pemindahan ventilasi –
perfusi
5. Hemodinamik, Tipe 1 : peningkatan PCWP
6. EKG, Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi
kanan, disritmia
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal nafas menurut Wilkinson (2009) adalah sebagai
berikut:
1. Terapi oksigen: pemberian oksigen rendah nasal atau masker
2. Ventilator mekanik dengan memberikan tekanan positif kontinu
3. Inhalasi nebulizer
4. Pengobatan: bronkodilator, steroid,
5. Mengkaji status pernafasan (frekuensi nafas, bunyi nafas)
6. Fisioterapi dada
7. Pemantauan hemodinamik / jantung
8. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
H. Komplikasi
Komplikasi gagal nafas yang terjadi menurut Price & Wilson (2006)
adalah sebagai berikut:
1. Paru: emboli paru, fibrosis dan komplikasi sekunder penggunaan
ventilator (seperti, emfisema kutis dan pneumothoraks).
2. Jantung: cor pulmonale, hipotensi, penurunan kardiak output, aritmia,
perikarditis dan infark miokard akut.
3. Gastrointestinal: perdarahan, distensi lambung, ileus paralitik , diare
dan pneumoperitoneum. Stress ulcer sering timbul pada gagal napas.
4. Polisitemia (dikarenakan hipoksemia yang lama sehingga sumsum
tulang memproduksi eritrosit, dan terjadilah peningkatan eritrosit yang
usianya kurang dari normal).
5. Infeksi nosokomial: pneumonia, infeksi saluran kemih, sepsis.
6. Ginjal: gagal ginjal akut dan ketidaknormalan elektrolit asam basa.
7. Nutrisi: malnutrisi dan komplikasi yang berhubungan dengan
pemberian nutrisi enteral dan parenteral.
I. Asuhan Keperawatan teoritis
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
a) Peningkatan sekresi pernapasan
b) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2) Breathing
a) Distress pernapasan :pernapasancupinghidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
b)   Menggunakan otot aksesori pernapasan
c) Kesulitanbernafas : diaforesis, sianosis
3) Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi,
takikardia
b) Sakitkepala
c) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah,
kacau mental, mengantuk
d) Papiledema
e) Penurunan haluaran urine
f) Kapiler refill
g) Sianosis.
b. Pengkajian skunder
1) Pemeriksaanfisik head to toe.
2) Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
3) Eliminasi, Kaji haluaran urin, diare/konstipasi.
4) Makanan/cairan, Penambahan BB yang signifikan,
pembengkakan ekstrimitas oedema pada bagian tubuh.
5) Nyeri/kenyamanan Nyeri pada satu sisi, ekspresi
meringis.
6) Neurosensori, Kelemahan :perubahan kesadaran.

2. Diagnosa keperawatan
Menurut Wilkinson (2006) beberapa diagnosa yang dapat muncul
pada pasien gagal nafas adalah :
a. Pola nafas tidak efektif b.d. hiperventilasi
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi- ventilasi
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi secret
d. Disfungsional respon penyapihan ventilatori berhubungan dengan
penurunan motifasi; tak berdaya; pasien merasakan tidak nyaman
dalam kemampuan penyapihan
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen

Anda mungkin juga menyukai