Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat
berupa cairan transudat atau cairan eksudat (www.google.com).
Pleura adalah membrane tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis
dan pleura parietalis. (Sudoyo, Aru W. 2006)
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan
dalam rongga pleura. (Price, 2005)
Efusi pleura adalah adanya cairan yang berlebih dalam rongga pleura
baik transudat maupun eksudat. (Davey, 2005)
Jadi kesimpulan dari efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal atau
penimbunan cairan yang berlebih dalam rongga pleura baik transudat maupun
eksudat.

B . Anatomi dan fisiologi


1. Anatomi
Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk
kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus atas,
tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus
atas dan bawah Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada
atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru
atau hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura.
Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru
dalam dua lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru
(Sumber : Syaifudin, 2001)
dan lapisan parietal menutupi permukaan dalam dari dinding
dada.Paru- paru yaitu: paru-pau kanan, terdiri dara 3 lobus (belah paru),
lobus pulmo dekstra superior, lobus nedia, dan lobusinferior, tiap lobus
tersusun olh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari, pulmo sinester, lobus
superior, dan lobus inferior, tiap-tiap lobus terdiri dari belahan-belahan
yang lebih kecil bernama segment.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu: lima buah segment
pada lobus superior, dua buah segment pada lobus medialis tiga buah
segmen pada lobus inferior.Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan
paru-paru dalam menampung udara didalamnya.Kapasitas paru-paru dapat
dibedakan sebagai berikut: 1.Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat
megisi paru-paru pada inspirasi sedalam dalamnya. 2. Kapasitas vital yaitu
jumlah udara yang dapat dikrluarkan setelah ekspirasi maksimal.

2. Fisiologi
a. Pernapasan pulmoner
Merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang trjadi
pada pau-paru. Empat proses yang berhubugan dengan pernapasan
polmuner yaitu:
1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk
keseluruh tubuh, karbondiaksoda dari seluruh tubuh masuk ke paru-
paru
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa degan jumlah
yang tepat yang bias dicapai untuk semua bagian.
4) Difusi gas yang menembus mambran alveoli dan kapiler
karbondioksida. Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida,
konsentrasi dalam darah nenpengaruhi dan merangsang pusat
pernapasan terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam
pernapasan sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2
lebih banyak.

b. Pernafasan jaringan (Pernafasan interna)


Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen
dari seluruh tubuh masuk kedalam jaringan akhirnya mencapai kapiler,
darah mengeluarkan oksigen kedalam jaringan, mengambil
karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru terjadi pernafasan eksterna.

c. Daya muat paru-paru


Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500 ml – 5000 ml
(4,5 - 5 liter) udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan
ekspirasi) hanya 10 %, ± 500 ml disebut juga udara pasang surut (pidal
air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.

d. Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor
utama kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu
merangsang pusat pernafasan yang terletak di dalam medula oblongata
kalau dirangsang mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf
spinal. Otot pernafasan (otot diafragma atau interkostalis) pengendalian
oleh saraf pusat otomatik dalam medula oblongata mengeluarkan impuls
eferen keotot pernafasan melalui radik saraf servikalis diantarkan ke
diafragma oleh saraf prenikus. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik
pada otot diafragma dan inter costalis yang kecepatanya kira-kira 15 kali
setiap menit. Pengendalian secara kimia, pengendalian dan pengaturan
secara kimia meliputi frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan
pernafasan, pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka, sehingga kadar
alkali harus tetap dipertahankan, karbondioksida adalah produksi asam
dari metabolisme dan bahan kimia yang asam merangsang pusat
pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot
pernafasan.

e. Kecepatan pernafasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara normal
maka ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada
bayi adakalanya terbalik, inspirasi istirahat ekspirasi disebut juga
pernafasan terbalik Kecepatan.
f. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia
sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan
oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang
tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian, kalau penyediaan
oksigen berkurang akan menimbulkankacau pikiran dan anoksia
serebralis misalnya orang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup,
ruang kapal, kapal uap dan lain-lain, bila oksigen tidak mencukupi maka
warna darah merahnya hilang berganti kebiru-iruan misalnya yang terjadi
pada bibir, telinga, lengan dan kaki disebut sianosis.

C. Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi
transudat, eksudat dan hemoragis.
1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung
kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena
cava superior, tumor, sindroma meig.
2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor,
infark, paru, radiasi, penyakit kolagen.
3. Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,
tuberkulosis.
4. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral
dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik
dengan penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan
pada penyakit-penyakit dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma
nefrotik, asites, infarkparu, tumor dan tuberkolosis.

D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga
pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis
pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi
apabila tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada penderita
hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses
keradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan
jantung dan tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru.
Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas
alam kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain : (1)
penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang
tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga
menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura (3)
sangat menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi juga memungkinkan
transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab peradangan
apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura, yang memecahkan membran
kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam
rongga secara cepat.
E. Pathways

F. Manifestasi klinik
Manifestasi kinik yang muncul (Tierney, 2002 dan Tucker, 1998) )
adalah
1. Sesak nafas
2. Nyeri dada
3. Kesulitan bernafas
4. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
5. Keletihan
6. Batuk
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura ini adalah (Mansjoer, 2001)
1. Thorakosentasis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti
nyeri, dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,5 liter perlu
dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah
cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat
dilakukan 1 jam kemudian.
2. Pemberian anti biotik Jika ada infeksi.
3. Pleurodesis Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan
obat tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk
melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
4. Tirah baring
Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena
peningkatan aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga
dyspnea akan semakin meningkat pula.
5. Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya keganasan

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati
menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300 ml, akan tampak
cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di
mediatinum.
2. Ultrasonografi USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan
cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
3. Torakosentesis / fungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, sitologi,
berat jenis. fungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada
sela iga keterdapat cairan yang mungkin serosa (serotorak),berdarah
(hemotoraks), pus piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan
serosamungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil
radang).
4. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan
asam(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi
(glukosa,amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi
untuk sel-selmalignan, dan pH.
5. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

I. Pengkajian Fokus
1. Biodata
Umur, alamat, pekerjaan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemia
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya
tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada
dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan
mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan
ntuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut
c. Riwayat Penyakit Dahulu
TBC paru, Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit
seperti
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisia.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
3. Pola fungsional Gordon yang terkait
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui
status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan
minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan
mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan
penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi
akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan umumnya
lemah nutrisi dan metabolik

b. Pola persepsi sensori dan kognitif


Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan
sehingga menimbulkan rasa nyeri
c. Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi
dan akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping
itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien
dibantu oleh perawat dan keluarganya.
d. Istirahat dan tidur
Karena adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu
tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan
istitahatnya.

4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Pasien tampak sesak nafas
b. Tingkat kesadaran : Composmentis
c. TTV
RR : Takhipnea
N : Takhikardia
S : Jika ada infeksi bisa hipertermia
TD : Bisa hipotensia
e. Kepala : Mesochepal
f. Mata : Conjungtiva anemis

g. Hidung : Sesak nafas, cuping hidung

h. Dada : Gerakan pernafasan berkurang

i. Pulmo (paru-paru )

Inspeksi : Terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas


tampak penggunaan otot bantu nafas.

Palpasi : Vokal Fremitus menurun

Perkusi : Pekak (skonidulnes), redup

Auskultasi ; Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas

bagian yang terkena biasanya menurun.

J. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan paru.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri dada
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubugan dengan akumulasi sekret
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

K. Perencanaan Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan
paru.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif
KH : Tidak ada dispnea, tidak ada penggunaan otot bantu nafas,
RR normal (16 - 20 x/menit)
Intervensi :
a. Observasi pernafasan khususnya bunyi nafas
Rasional : Bunyi nafas dapat menurun
b. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan
Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimum
c. Anjurkan klien untuk tidak banyak aktivitas
Rasional : Aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan O2
d. Kolaborasi pemberian O2
Rasional : Alat membantu meningkatkan O2
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan nyeri dada
Tujuan : Tidak ada nyeri dada
KH : - keluhan nyeri berkurang
- skala nyeri menurun
Intervensi :
a. Kaji perkembangan nyeri
Rasional : Untuk mengetahui terjadiya komplikasi
b. Ajarkan klien tehnik relaksasi
Rasional: Untuk meringankan nyeri
c. Beri posisi yang nyaman
Rasional : Untuk memberikan kenyamanan klien
d. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk mengurangi rasa sakit
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubugan dengan akumulasi sekret
Tujuan : jalan nafas menjadi efektif
KH : - Tidak ada pengumpulan secret
- Tidak ada pengguaan alat bantu nafas
Intervensi :
a. Observasi karakteristik batuk
Rasional : Untuk mengetahui batuk apakah menetap atau tidak efektif
b. Ajarkan batuk efektif
Rasional : membantu pengeluaran secret
c. Berikan pasian posisi semi fowler
Rasional : Membantu memaksimalkan ekspansi paru.
d. Kolaborasi pemberian Oksigen
Rasional : Dapat meningkatkan intake oksigen
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

Tujuan : Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


KH : Nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastis
Intervensi :
a. Observasi nafsu makan klien
Rasional : Porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu makan
belum baik
b. Beri makan klien sedikit tapi sering
Rasional : Meningkatkan masukan secara perlahan
c . Beritahu klien pentingnya nutrisi
Rasional : Klien dapat memahami dan mau meningkatkan masukan
nutrisi
c. Pemberian diit TKTP
Rasional : Peningkatan energi dan protein pada tubuh sebagai
pembangun
Daftar Pustaka

Askep dengan Efusi Pleura-x- asuhankeperawatan.blogspot.com.htmrespirasi


(efusi pleura)/Laporan Pendahuluan Efusi Fleura.htm

Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and


Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2006.

respirasi (efusipleura)/EFUSI PLEURA _ TMC.htmBaughman C


Diane,Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 20008.

Anda mungkin juga menyukai