EFUSI PLEURA
2. Anatomi Paru-paru
7. Klasifikasi
Efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu :
a. Efusi pleura transudate
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membran
pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan di sebabkan oleh
faktor sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan
pleura.
b. Efusi pleura eksudat
Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh
kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat (Morton,
2012).
8. Manifestasi Klinik
a. Batuk
b. Dispnea bervariasi
c. Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)
d. Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.
e. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang
mengalami efusi.
f. Perkusi meredup diatas efusi pleura.
g. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.
h. Fremitus fokal dan raba berkurang.
9. Komplikasi
a. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan
drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura
parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan
fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan
mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada
dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu
dilakukan untuk memisahkan membran-membran pleura tersebut.
b. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna
yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat
jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul
akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses
penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura,
atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan
penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan
fibrosis.
d. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh
tekanan ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan
mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
e. Empiema
Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran
yang mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh
infeksi yang menyebar dari paru-paru dan menyebabkan
akumulasi nanah dalam rongga pleura. Cairan yang terinfeksi
dapat mencapai satu gelas bir atau lebih, yang menyebabkan
tekanan pada paru-paru, sesak napas dan rasa sakit.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan cairan di pleura paru.
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen injury fisik
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan memasukkan, mencerna
dan mengabsorpsi makanan
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai dengan kebutuhan oksigen.
e. Resiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan Airway Management
an pola nafas keperawatan selama 3x24
jam pasien menunjukkan a. Posisikan pasien untuk
keefektifan jalan nafas memaksimalkan ventilasi
dibuktikan dengan kriteria b. Identifikasi pasien perlunya
hasil : pemasangan alat jalan nafas
Respiratory status : buatan
Ventilation c. Lakukan fisioterapi dada jika
Respiratory status : perl
Airway patency d. Keluarkan sekret dengan batuk
Vital sign Status atau suctio
a. Frekuensi pernafasan e. Auskultasi suara nafas, catat
sesuai yang adanya suara tambahan
diharapkan
f. Monitor respirasi dan status
b. Ekspansi dada
simetris. oksigen.
c. Bernafas mudah. g. Posisikan pasien untuk
d. Pengeluaran sputum mengurangi dispneu.
e. Tidak didapatkan
penggunaan otot Respiratory monitoring
tambahan. a. Monitoring frekuensi, irama dan
f. Tidak didapatkan
kedalaman nafas.
ortopneu
g. Tidak didapatkan nafas b. Monitoring gerakan dada, lihat
pendek. kesimetrisan.
c. Monitor pola nafas : takipneu
d. Beri terapi pengobatan
respirasi.
Nyeri akut NOC : Pain management :
berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Lakukan pengkajian nyeri
dengan agen keperawatan selama 3 x 24 secara komprehensif termasuk
cedera fisik jam, nyeri hilang/terkendali lokasi, karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan faktor
Pain Level, presipitasi
Pain control b. Observasi reaksi nonverbal dari
Comfort level ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi
a. Mengenali faktor terapeutik untuk mengetahui
penyebab
pengalaman nyeri pasien
b. Mengenali lamanya
sakit (skala, d. Kaji kultur yang mempengaruhi
intensitas, frekuensi respon nyeri
dan tanda nyeri) e. Evaluasi pengalaman nyeri
c. Menggunakan metode masa lampau
non-analgetik untuk f. Evaluasi bersama pasien dan
mengurangi nyeri tim kesehatan lain tentang
d. Melaporkan nyeri
ketidakefektifan kontrol nyeri
berkurang dengan
menggunakan masa lampau
manajemen nyeri g. Bantu pasien dan keluarga
e. Menyatakan rasa untuk mencari dan menemukan
nyaman setelah nyeri dukungan
berkurang h. Kontrol lingkungan yang dapat
f. Tanda vital dalam mempengaruhi nyeri seperti
rentang normal
suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
i. Kurangi faktor presipitasi nyeri
j. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
k. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
l. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
m. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
n. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
q. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Ketidakseimb Setelah dilakukan tindakan Nutritional management
angan nutrisi keperawatan selama 2x24 a. Kaji adanya alergi makanan
kurang dari jam diharapkan klien dapat b. Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan terpenuhi kebutuhan untuk menentukan jumlah kalori
tubuh nutrisinya, dengan kriteria dan nutrisi yang dibutuhkan
berhubungan hasil: pasien
dengan Nutritional status: c. Berikan makanan yang terpilih
ketidakmamp Adequacy of nutrient d. Monitor jumlah nutrisi dan
uan Nutritional Status : food kandungan kalori
memasukkan and Fluid Intake e. Berikan informasi tentang
, mencerna Nutritional Status : kebutuhan nutrisi
nutrient intake
dan f. Timbang berat badan secara
Weight Control
mengabsorps rutin
i makanan a. intake zat gizi (nutrien) g. Monitor turgor kulit
b. Intake zat makanan h. Monitor mual dan muntah
dan cairan i. Monitor kalori dan intake nutrisi
c. Berat badan normal
DAFTAR PUSTAKA
Judith M. Wilkinson, P. A. (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:
EGC.