OLEH :
UCI SRI WAHYUNI,S.KEP
1741312049
1. Pengertian
Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) atau Penyakit Paru Obstruktif
Menahun (PPOM) adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup
bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth,
2002).
a. Letak paru-paru
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum
pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum/ hampa udara
sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit
cairan (eskudat) yang berguna untuk meminyaki permukaannya (pleura),
menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada dimana
sewaktu bernapas bergerak.
Sirkulasi pulmonar berasal dari ventrikel kanan yang tebal dinding 1/3
dan tebal ventrikel kiri, Perbedaan ini menyebabkan kekuatan kontraksi
dan tekanan yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan
tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi ventrikel kiri. Selain aliran
melalui arteri pulmonal ada darah yang langsung mengalir ke paru-paru
dad aorta melalui arteri bronkialis. Darah ini adalah darah kaya oksigen
(oxygen-nated) dibandingkan dengan darah pulmonal yang relatif
kekurangan oksigen.
Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu sampai menjadi vena
pulmonalis dan sejajar dengan cabang tenggorok yang keluar melalui
tampuk paru-paru ke serambi jantung kiri (darah mengandung 02), sisa dari
vena pulmonalis ditentukan dari setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan
1. Kapasitas total. Yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada
inspirasi sedalam-dalamnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat
tergantung pada beberapa hal: Kondisi paru-paru, umur, sikap dan
bentuk seseorang.
2. Kapasitas vital. Yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah
ekspirasi maksima.l Dalam keadaan yang normal kedua paru-paru
dapat menampung udara sebanyak 5 liter.
3. Waktu ekspirasi. Di dalam paru-paru masih tertinggal 3 liter udara.
Pada waktu kita bernapas biasa udara yang masuk ke dalam paru-paru
2.600 cm3 (2 1/2 liter).
4. Jumlah pernapasan. Dalam keadaan yang normal: Orang dewasa: 16
18 x/menit, Anak-anak kira-kira : 24 x/menit, Bayi kira-kira : 30
x/menit, Dalam keadaan tertentu keadaan tersebut akan berubah,
misalnya akibat dari suatu penyakit, pernafasan bisa bertambah cepat
dan sebaliknya.
c. Fisiologi Pernafasan
3. Klasifikasi
1) Patofisiologi Emfisema
B. Bronchitis kronik
Bronchitis adalah penyakit pernapasan dimana selaput lendir pada
saluran-saluran bronchial paru meradang. Ketika selaput yang teriritasi
membengkak dan tumbuh lebih tebal, hal ini menyebabkan penyempitan
bronkus, berakibat pada serangan-serangan batuk yang disertai oleh dahak dan
sesak napas
2) Pemeriksaan Penunjang
C. Asma bronkiale
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas
cabang-cabang trakeobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan. Keadaan
ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-saluran napas secara periodic
dan reversible akibat bronkospasme.
1) Patofisiologi Asma
Batuk
Dispnea
3) Pemeriksaan Penunjang
D. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan bronkiolus kronik yang
mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan
obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari
saluran pernapasan atas, dan tekanan terhadap tumor, pembuluh darah yang
berdilatasi dan pembesaran nodus limfe.
5. Manifeastasi Klinik
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien PPOK.
Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian
berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang
pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen
seiring dengan semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama,
sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali,
hal ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak
inilah yang biasanya membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak
dirasakan memberat saat melakukan aktifitas dan pada saat mengalami eksaserbasi
akut.
Gejala-gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi:
6. Patofisiologi
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air
sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi
dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru.
Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah,
sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan
ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta
gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter
yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV),
sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa
detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap
kapasitas vital paksa (VEP1/KVP) (Sherwood, 2001).
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap
rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu,
silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta
metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini
mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus
kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus
berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan
menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan.
Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari
ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan
adanya peradangan (GOLD, 2009).
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan
kronik pada paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-
struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan
Uci Sri Wahyuni
1741312049
kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada
ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara
pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka
udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps (GOLD, 2009).
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa
eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan
dimediasi oleh neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan
Neutrophil Chemotactic Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan
antiprotease, sehingga terjadi kerusakan jaringan (Kamangar, 2010). Selama
eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya
ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan
adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi
mukus.Kelainan perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol
(Chojnowski, 2003).
7. WOC (terlampir)
8. Komplikasi
a. Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55
mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan
mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada
tahap lanjut timbul cyanosis.
b. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang
muncul antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
c. Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa.
Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya
dyspnea.
d. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini
g. Infeksi berulang
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan radiologi
1) Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang
parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut
adalah bayangan bronkus yang menebal.
Corak paru yang bertambah
2) Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:
Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia
dan bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular
dan pink puffer.
Corakan paru yang bertambah.
Pemeriksaan faal paru
10. Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan penderita PPOM perlu diperhatikan faktor-faktor yang
dapat memperjelek perjalanan penyakit, yang harus dicegah terjadinya pada
penderita. Apabila faktor-faktor tadi sudah ada pada penderita, hendaknya
diusahakan meniadakannya atau menguranginya.
4) Nutrisi
o Kehilangan berat badan dan fat-free mass (FFM) sering terjadi pada pasien
PPOK stabil
o Underweight resiko kematian lebih besar
o Kriteria kehilangan berat badan yang dimaksud : * >10% dalam 6 bulan
terakhir atau >5% dalam sebulan terakhir
o Terapi nutrisi menjadi efektif bila disertai latihan atau rangsang anabolik
lain.
5) Operasi (Bullectomy dan Lung Volume Reduction)
Pembedahan kadang-kadang membantu untuk PPOK pada kasus tertentu.
Bullectomy A adalah operasi pengangkatan bula, ruang berisi udara besar yang
dapat squash dimana paru-paru sekitarnya lebih normal. Lung volume operasi
juga merupakan pengurangan serupa, bagian dari paru-paru yang sangat rusak
oleh emfisema dikeluarkan, tersisa relatif paru-paru yang baik dan bekerja
lebih baik. transplantasi paru-paru kadang-kadang dilakukan untuk PPOK
berat, khususnya pada orang yang lebih muda.
6) Masalah tidur
o Terjadi desaturasi oksigen yang disebabkan karena penyakit itu sendiri.
Desaturasi oksigen ini terjadi lebih banyak pada waktu tidur daripada
sewaktu latihan
o Kualitas tidur berkurang secara obyektif dan subyektif
o Penatalaksanaan gangguan tidur difokuskan pada cara meminimalisasikan
batuk dan sesak.
o Obat-obat hipnotik sebaiknya dihindarkan pada pasien PPOK
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Identitas klien meliputi: Nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, pekerjaan,
alamat, nama penanggung jawab, hubungan dengan pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Batuk dan sesak nafas, sesak bertambah berat , Sesak nafas dan batuk tidak
berhubungan dengan aktivitas dan sesak nafas dan batuk pada waktu setelah
berbaring atau tiduran, duduk, berdiri maupun berjalan. Beberapa bulan yang lalu
batuk berdahak, kental berwarna putih kekuningan serta agak berbau.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Sesak nafas sebelumnya, mempunyai riwayat Asthma Bronkiale. Klien
mempunyai riwayat perokok.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga yang mengindap penyakit yang sama dengan klien atau
yang mempunyai riwayat Asthma Bronkiale.
k. Pemeriksaan dada
1. Paru
Secara umum ditanyakan bentuk dadanya, keadaan paru yang meliputi
simetris apa tidaknya, pergerakan nafas, ada/tidaknya fremitus suara,
krepitasi serta dapat dilihat batas pada saat perkusi didapatkan bunyi
3. Jantung
Pemeriksaan jantung yang diperiksa adalah denyut apeks/iktus kordis dan
aktivitas ventrikel, getaran bising (thriil), dan bunyi jantung.
l. Pemeriksaan abdomen
Data yang dikumpulkan adalah data pemeriksaan tentang ukuran atau bentuk
perut, dinding perut, bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau adanya
nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa, ginjal, kandung
kencing yang ditentukan ada tidaknya dan pembesaran pada organ tersebut,
kemudian pemeriksaan pada daerah anus, rektum serta genetalianya.
m. Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Chest X-Ray :
Dapat menunjukkan hiperinflation paru, flattened diafragma, peningkatan ruang
udara retrosternal, penurunan tanda vaskular/bulla (emfisema), peningkatan
bentuk bronchovaskular (bronchitis), normal ditemukan saat periode remisi
(asthma)
b. Pemeriksaan Fungsi Paru : Dilakukan untuk menentukan penyebab dari dyspnea,
menentukan abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau restriksi,
memperkirakan tingkat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek dari terapi, misal :
bronchodilator.
c. TLC : Meningkat pada bronchitis berat dan biasanya pada asthma, menurun pada
emfisema.
d. Kapasitas Inspirasi : Menurun pada emfisema
e. FEV1/FVC : Ratio tekanan volume ekspirasi (FEV) terhadap tekanan kapasitas
vital (FVC) menurun pada bronchitis dan asthma.
f. ABGs : Menunjukkan proses penyakit kronis, seringkali PaO2 menurun dan
PaCO2 normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema) tetapi seringkali
menurun pada asthma, pH normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan
sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asthma).
g. Bronchogram : Dapat menunjukkan dilatasi dari bronchi saat inspirasi, kollaps
bronchial pada tekanan ekspirasi (emfisema), pembesaran kelenjar mukus
(bronchitis)
h. Darah Komplit : Peningkatan hemoglobin (emfisema berat), peningkatan
eosinofil (asthma).
i. Kimia Darah : Alpha 1-antitrypsin dilakukan untuk kemungkinan kurang pada
emfisema primer.
j. Sputum Kultur : Untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen,
pemeriksaan sitologi untuk menentukan penyakit keganasan atau allergi.
k. ECG : Deviasi aksis kanan, gelombang P tinggi (asthma berat), atrial disritmia
(bronchitis), gel. P pada Leads II, III, AVF panjang, tinggi (bronchitis, emfisema),
axis QRS vertikal (emfisema)
l. Exercise ECG, Stress Test : Menolong mengkaji tingkat disfungsi pernafasan,
mengevaluasi keefektifan obat bronchodilator, merencanakan/evaluasi program.
Fisioterapi Dada
Intervensi :
Jelaskan kontraindikasi
fisioterapi dada
Lakukan fisioterapi dada
setidaknya 2 jam setelah makan
Pantau respiratori dan status
cardiac
Uci Sri Wahyuni
1741312049
Dorong batuk sebelum dan
sesudah tindakan
2. Gangguan pertukaran Status Repirasi : Manajemen Asam Basa
gas b.d ketidaksamaan Pertukaran gas Intervensi :
ventilasi perfusi Indikator : Pertahankan kepatenan jalan
(obstruksi jalan nafas RR normal nafas
oleh sekret, spasme Irama pernafasan Posisikan pasien untuk
bronkus) normal mendapatkan ventilasi yang
Status mental dalam adekuat
rentang yang Pantau PH arteri, PaCO2 dan
diharapkan HCO3 untuk menentukan tipe
Mudah bernafas ketidakseimbangan dan
Tidak ada dispnea
mekanisme kompensasi
saat istirahat
Tidak ada gelisah fisiologis
Tidak sianosis Pantau pola respiratori
Tidak samnolen Pantau status hemodinamik
PaO2 dalam batas Pantau status neurologik
Pantau kehilangan asam
normal Pantau intake dan output
PaCO2 dalam batas Laksanakan terapi oksigen
normal
pH arteri dalam batas
normal Manajemen Jalan Nafas
Saturasi O2 dalam Intervensi :
batas normal
Posisikan pasien untuk
End Tidal CO2 dalam
memaksimalkan potensi
rentang yang
ventilasi
diharapkan
Foto sinar X dada Auskultasi bunyi nafas, catat
dalam rentang yang area yang berkuirang atau tidak
diharapkan ada ventilasi
Keseimbangan
Pantau pernafasan dan status
perfusi ventilasi
oksigenasi
Atur pemasukan cairan untuk
mengoptimalkan keseimbangan
cairan
Monitor Nutrisi
Intervensi :
Berat badan pasien
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Mendapatkan ukuran
antropometri dari komposisi
tubuh (seperti : BMI, ukuran
pinggang)
Monitor kecenderungan naik
dan turun berat badan
Identifikasi perubahan dalam
berat badan
Menentukan jumlah yang tepat
dari kenaikan berat badan
selama periode antepartum
Monitor turgor kulit dan
mobilitas
Identifikasi abnormalitas pada
kulit (seperti banyak memar,
penyembuhan luka yang tidak
baik, dan perdarahan)
Identifikasi abnormalitas pada
Uci Sri Wahyuni
1741312049
rambut (seperti kering, tipis,
rambut kasar, dan mudah
patah)
Monitor mual dan muntah
Identifikasi abnormalitas pada
eliminasi (seperti diare, darah,
mukus, dan nyeri dan
ketidakteraturan eliminasi)
Monitor intake diet dan kalori
Identifikasi perubahan terbru
nafsu makan dan aktifitas.
5. Intoleransi aktivitas b.d Toleransi Aktivitas Terapi Aktivitas
ketidakseimbangan Indikator : Intervensi :
antara suplai dengan Saturasi oksigen Kaji tanda dan gejala yang
kebutuhan oksigen dalam rentang yang menunjukan ketidaktoleransi
diharapkan dalam terhadap aktivitas dan
respon aktivitas memerlukan pelaporan
Heart rate dalam terhadap perawat dan dokter
rentang yang Tingkatkan pelaksanaan
diharapkan dalam ROM pasif sesuai indikasi
respon aktivitas Buat jadwal latihan aktivitas
RR dalam rentang secara bertahap untuk pasien
yang diharapkan dan berikan periode istirahat
dalam respon Berikan suport dan libatkan
aktivitas keluarga dalam program
Tekanan darah terapi
dalam rentang yang Berikan berikan reinforcemen
diharapkan dalam untuk pencapaian aktivitas
respon aktivitas sesuai program latihan
Kolaborasi ahli fisioterapi
Management Diri
Sendiri-Penyakit Kronis.
Manajemen Energi
Indikator :
Intervensi :
Gunakan strategi
Uci Sri Wahyuni
1741312049
untuk meningkatkan Bantu pasien untuk
kesenangan hidup. mengidentifikasi pilihan-
Gunakan strategi
pilihan aktivitas
untuk mengontro
Rencanakan aktivitas untuk
nyeri.
Seimbangkan periode dimana pasien
Batasi pengunjung
Dorong bedrest
C. Evaluasi
1. Tidak terjadinya peningkatan produksi sekret, ventilasi/ oksigenasi adekuat untuk
kebutuhan, pencapaian klirensi jalan nafs
2. Tidak terjadi gangguan pertukaran gas, mempertahankan tingkat oksigen yang
adekuat untuk keperluan tubuh
3. Terjadi perbaikan dalam pola pernafasan
I. PENGERTIAN WSD
Water Seal Drainage ( WSD ) merupakan suatu intervensi yang penting untuk
memperbaiki pertukaran gas dan pernapasan pada periode pasca operatif yang dilakukan
pada daerah thorax khususnya pada masalah paru-paru.
WSD adalah suatu tindakan invansif yang dilakukan dengan memasukan suatu
kateter/ selang kedalam rongga pleura ,rongga thorax,mediastinum dengan maksud untuk
mengeluarkan udara, cairan termasuk darah dan pus dari rongga tersebut agar mampu
mengembang atau ekspansi secara normal.
Bedanya tindakan WSD dengan tindakan punksi atau thorakosintesis adalah
pemasangan kateter / selang pada WSD berlangsung lebih lama dan dihubungkan dengan
suatu botol penampung.
Kerugian :
Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol
Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara sehingga dapat terjadi
kebocoran udara.
Kerugian :
Perakitan lebih kompleks sehingga lebih mudah terjadi kesalahan pada pada
perakitan dan pemeliharaan
Sulit untuk digunakan jika pasien ingin melakukan mobilisasi
Kerugian :
Mahal
Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage bila unit terbalik.
Fluther valve
Keuntungan :
Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik
Kurang satu ruang untuk mengisi
Tidak ada masalah dengan penguapan air
Penurunan kadar kebisingan
Kerugian
Mahal
b. Tujuan
1. Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura ) keluar dari rongga pleura
2. Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura
3. Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura ( reflux drainage) yang dapat
menyebabkan pneumotoraks
4. Mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan jalan mempertahankan
tekanan negatif pada intra pleura.
4. PENGKAJIAN
a. Sirkulasi
- Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( aritmia )
- Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder
- Hipertensi / hipotensi
Uci Sri Wahyuni
1741312049
b. Nyeri
Subyektif :
- Nyeri dada sebelah
- Serangan sering tiba-tiba
- Nyeri bertambah saat bernafas dalam
- Nyeri menyebar ke dada, badan dan perut
Obyektif :
- Wajah meringis
- Perubahan tingkah laku ( pergerakan hati-hati pada daerah yang sakit, prilaku
distraksi )
c. Respirasi
Subyektif :
- Riwayat sehabis pembedahan dada, trauma
- Riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi paru.
- Kesulitan bernafas
- Batuk
Obyektif :
- Takipnoe
- Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal.
- Fremitus menurun pada sisi yang abnormal
- Perkusi dada : hipersonor
- Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
- Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan daerah dada, berkeringat,
d. Rasa aman
- Riwayat fraktur / trauma dada
- Kanker paru, riwayat radiasi / khemotherapi
e. Integritas ego
- cemas, ketakutan, gelisah
f. Pengetahuan
- Riwayat keluarga yang mempunyai resiko tinggi seperti TB, Ca.
- Pengetahuan tentang penyakit, pengobatan, perawatan.
Persiapan klien
a. Beritahu klien tentang tujuan tindakan dan prosedur tindakan pemasangan WSD
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta,
EGC.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Potter & Perry. (2002). Buku ajar fundamental keperawatan :konsep, proses,
danpraktik volume 2, edisi 4. Jakarta: EGC.
Uci Sri Wahyuni
1741312049
Sariani, S. (2013).Perawatan WSD. Diaksespadatanggal 30 Oktober 2017
darihttp://www.scribd.com/doc/151239977/1/A-PENGERTIAN
Saryono.(2013). Water Seal Drainage (WSD).Diaksespadatanggal 30 Oktober 2017
darihttp://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/Kuliah/modul%20/Modul%20B3%20%2Water
%20Seal%20Drainage.pdf
Smeltzer C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and Suddarths,
Ed 8 Vol 1. Jakarta: EGC.