BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
2
memecahkan masalah yang dihadapinya dengan memberikan
penatalaksanaan untuk mengatasi halusinasi. Penatalaksanaan yang diberikan
antara lain meliputi farmakologis dan non-farmakologis. Penatalaksanaan
farmakologis antara lain dengan memberikan obat-obatan antipsikotik.
Adapun penatalaksanaan non-farmakologis dari halusinasi dapat meliputi
pemberian terapi-terapi modalitas (Direja, 2011).
Peran perawat dalam menangani halusinasi di rumah sakit salah
satunya melakukan penerapan standar asuhan keperawatan yang mencakup
penerapan strategi pelaksanaan halusinasi. Strategi pelaksanaan adalah
penerapan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada pasien
yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani.
Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi mencakup kegiatan mengenal
halusinasi, mengajarkan pasien menghardik halusinasi, bercakap-cakap
dengan orang lain saat halusinasi muncul, melakukan aktivitas terjadwal
untuk mencegah halusinasi, serta minum obat dengan teratur (Akemat dan
Keliat, 2010).
Hasil dari beberapa penelitian menunjukan pemberian asuhan
keperawatan sesuai standar dengan penerapan strategi pelaksanaan halusinasi
di rumah sakit memberikan dampak perbaikan pada kondisi pasien, serta
membantu menurunkan tanda dan gejala halusinasi. Pasien gangguan jiwa
yang menjalani rawat inap di rumah sakit banyak yang menunjukan perbaikan
pada kondisinya dan di perbolehkan untuk pulang, akan tetapi banyak juga
pasien yang kembali lagi ke rumah sakit, hal ini sebagian besar di sebabkan
kurangnya pengarahan terhadap keluarga pasien terkait dengan penanganan
dirumah menjelang pasien pulang.
3
farmakologis banyak yang menunjukan perbaikan pada kondisinya dan
dinyatakan sembuh, akan tetapi banyak juga pasien yang kembali lagi ke
rumah sakit. Sehingga timbul pertanyaan penulis, “Bagaimana Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi di
Ruang Merpati RSJ Prof. HB Saanin kota Padang? ”
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4
C. MANFAAT PENULISAN
1. Profesi perawat
2. Klien
3. Keluarga
4. Penulis
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP HALUSINASI
1. DEFINISI
6
Respon Adaptif Respon Maladaptif
a. Respon adaptif
b. Respon transisi
7
3) Emosi berlebihan/dengan kurang pengalaman berupa reaksi
emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.
c. Respon maladaptif
3. FASE-FASE HALUSINASI
8
menanggapi adanya rangsangan dari luar. Menurut Direja, (2011).
Halusinasi berkembang melalui empat fase yaitu fase comforting, fase
condemming, fase controlling, dan fase conquering. Adapun penjelasan
yang lebih detail dari keempat fase tersebut adalah sebagai berikut :
a. Fase Pertama
Perilaku Klien :
b. Fase Kedua
9
Perilaku Klien :
c. Fase Ketiga
Perilaku Klien :
d. Fase Keempat
10
Perilaku Klien :
4. ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
2) Faktor Sosikultural
3) Faktor Biokimia
11
seperti Buffofenondan Dimetytranferase (DMP). Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
Misalnya terjadi ketidakseimbangan Acetylcholin dan Dopamin.
4) Faktor psikologis
b. Faktor Presipitasi
1) Faktor Biologis
12
Ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara
biologis berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
a. Data Subyektif :
b. Data Obyektif.
2) Bicara sendiri.
3) Tertawa sendiri.
13
5) Menutup telinga.
6) Mulut komat-kamit.
6. JENIS-JENIS HALUSINASI
a. Halusinasi pendengaran
b. Halusinasi penglihatan
c. Halusinasi penciuman
d. Halusinasi pengecapan
14
Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan
menjijikan seperti darah, urine, atau feses.
e. Halusinasi Perabaan
f. Halusinasi Senestetik
g. Halusinasi Kinestetik
7. POHON MASALAH
15
8. PSIKODINAMIKA HALUSINASI
16
Pada halusinasi seseorang akan mempersepsikan objek luar yang
sebenarnya tidak ada. Objek halusinasi mungkin dirasakan pada jarak yang
sedemikian jauh, seperti ada benda-benda langit yang berada di dekatnya
atau adanya suara-suara yang tidak dapat didengar oleh orang normal.
9. PENATALAKSANAAN
a. Terapi Farmakologi
1. Haloperidol (HLP)
2) Indikasi
3) Mekanisme kerja
4) Kontra indikasi
5) Efek samping
17
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, mulut kering dan
anoreksia.
2. Chlorpromazin
2) Indikasi
3) Mekanisme Kerja
4) Kontra Indikasi
5) Efek Samping
3. Trihexypenidil (THP)
1) Klasifikasi antiparkinson
2) Indikasi
18
Segala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidal berkaitan
dengan obat antiparkinson
3) Mekanisme kerja
4) Kontra indikasi
5) Efek samping
19
ini dilakukan pada klien halusinasi yang mulai menunjukan perilaku
kekerasan diantaranya : marah-marah/mengamuk.
1. PENGKAJIAN
b. Faktor predisposisi
1) Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan
melalui kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang
keberapa yang menjadi factor penentu gangguan ini sampai
sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen
schizoprenia adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi
genetik tambahan No.4,8,5 dan 22 (Buchanan dan Carpenter,2002).
Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami
schizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
schizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %,
seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami schizofrenia
20
berpeluang 15% mengalami schizofrenia, sementara bila kedua
orang tuanya schizofrenia maka peluangnya menjadi 35 %.
2) Faktor Biologi.
Ditemukan bahwa korteks pre frontal dan korteks limbik
pada klien schizofrenia tidak pernah berkembang penuh.
Ditemukan juga pada klien schizofrenia terjadi penurunan volume
dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmitter dopamin
berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotin.
3) Studi neurotransmitter.
Schizofrenia diduga juga disebabkan oleh ketidak
seimbangan neurotransmitter dimana dopamin berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotin.
4) Psikologis.
Beberapa kondisi pikologis yang menjadi factor
predisposisi schizofrenia antara lain anak yang di pelihara oleh ibu
yang suka cemas, terlalu melindungi, dingin dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
c. Factor presipitasi
Merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa
tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa
malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak
adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada
umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress
seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan
social dan spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas
motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
21
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif
maupun maladaptive
g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan
adalah:
1. Jenis halusinasi
22
- Menutup hidung
2. Isi halusinasi
4. Respon halusinasi
23
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu
muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau
dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada
keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan
mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
24