PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
I. KONSEP DASAR
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk
secara lambat dari tahun ke tahun. Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase
eksaserbasi akut. Berbagai faktor berperan pada perjalanan penyakit ini, antara lain
faktor resiko yaitu faktor yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti
kebiasaan merokok, polusi udara, polusi lingkungan, infeksi, genetik dan perubahan
cuaca.
Derajat obtruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi komponen yang
memugkinkan adanya reversibilitas. Tahap perjalanan penyakit dan penyakit lain
diluar paru seperti sinusitis dan faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor
tersebut membuat perburukan makin lebih cepat terjadi. Untuk melakukan
penatalaksanaan PPOK perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut, sehingga
pengobatan PPOK menjadi lebih baik. Penyakit paru obstruksi kronik adalah
klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis,
emfisema dan asma, yang merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan
dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.
Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan
gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan
oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan
dalam masa observasi beberapa waktu.
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. DEFINISI
Sekitar 14 juta orang Amerika terserang PPOK dan Asma sekarang menjadi
penyebab kematian keempat di Amerika Serikat. Lebih dari 90.000 kematian
dilaporkan setiap tahunnya. Rata-rata kematian akibat PPOK meningkat cepat,
terutama pada penderita laki-laki lanjut usia. Angka penderita PPOK di Indonesia
sangat tinggi.
Pengaruh dari masing-masing faktor risiko terhadap terjadinya PPOK adalah saling
memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling dominan
V. KOMPLIKASI
VI. PATOFISIOLOGI
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air
sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi
dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru.
Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah,
sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan
ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta
gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter
yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV),
sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa
detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap
kapasitas vital paksa (VEP1/KVP) (Sherwood, 2001).
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen- komponen
asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu,
silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta
metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini
mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus
kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus
berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi
sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses
ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi
yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya
peradangan (GOLD, 2009).Komponen-komponen asap rokok juga merangsang
terjadinya peradangan kronik pada paru.Mediator-mediator peradangan secara
progresif merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas
saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara
kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan
(recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi
recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps
(GOLD, 2009).
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa
eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan
dimediasi oleh neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan
Neutrophil Chemotactic Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan
antiprotease, sehingga terjadi kerusakan jaringan (Kamangar, 2010). Selama
eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya
ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya
inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.Kelainan
perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol (Chojnowski, 2003).
VII. TANDA DAN GEJALA
a) Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:
1. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue
bloater).
2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).
b) Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:
1. Kelemahan badan
2. Batuk
3. Sesak napas
4. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi
5. Mengi atau wheeze
6. Ekspirasi yang memanjang
7. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut
8. Penggunaan otot bantu pernapasan
9. Suara napas melemah
10. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
11. Edema kaki, asites dan jari tabuh
X. PATHWAYS
Pencetus serangan (alergen,
emosi/obat-obatan, stress dan infeksi)
Preambilitas kapiler
A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor registrasi.
b. Keluhan utama
Biasanya pasien PPOK mengeluh sesak nafas dan batuk yang disertai sputum.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien PPOK mengeluhkan sesak napas, kelemahan fisik, batuk yang disertai
dengan adanya sputum.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya ada riwayat paparan gas berbahaya seperti merokok, polusi udara, gas hasil
pembakaran dan mempunyai riwayat penyakit seperti asma (Ikawati 2016).
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ditemukan ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat alergi (asma)
karna asma merupakan salah satu penyebab dari PPOK.
f. Pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Biasanya pada penderita PPOK terjadi
perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang
PPOK. Biasanya terdapat riwayat merokok karena merokok meningkatkan risiko
terjadinya PPOK 30 kali lebih besar ( Ikawati, 2016).
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya pada pasien PPOK terjadi penurunan nafsu makan.
3) Pola eliminasi
Pada pola eliminasi biasanya tidak ada keluhan atau gangguan
4) Pola istirahat dan tidur
Pola tidur dan istirahat biasanya terganggu karena karena sesak.
5) Pola aktifitas dan latihan
Pasien dengan PPOK biasanya mengalami penurunan toleransi terhadap aktifitas.
Aktifitas yang membutuhkan mengangkat lengan keatas setinggi toraks dapat
menyebabkan keletihan atau distress pernafasan (Suzanne, 2001).
6) Pola persepsi dan konsep diri
Biasa nya pasien merasa cemas dan ketakutan dengan kondisinya.
7) Pola sensori kognitif
Biasa nya tidak ditemukan gangguan pada sensori kognitif
8) Pola hubungan peran
Biasanya terjadi perubahan dalam hubungan intrapersonal maupun interpersonal .
9) Pola penanggulangan stress
Biasanya proses penyakit membuat klien merasa tidak berdaya sehingga menyebabkan
pasien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang adaptif.
10) Pola reproduksi seksual
Biasanya pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah akan
mengalami perubahan
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
mempengaruhi pola ibadah pasien.
g. Pemeriksaan fisik
1) Gambaran umum
Biasanya kesadaran pasien composmentis
2) Secara sistemik dari kepala sampai ujung kaki
a) Kepala
Biasanya rambut tidak bersih karena pasien dengan PPOK mengalami penurunan
toleransi terhadap aktifitas termasuk perawatan diri.
b) Mata
Biasanya mata simetris, sklera tidak ikterik
c) Telinga
Biasanya telinga cukup bersih,bentuk simetris dan fungsi pendengaran normal
d) Hidung
Biasanya hidung simetris, hidung bersih
e) Leher
Biasanya tidak ditemukan benjolan.
f) Paru
(1) Inspeksi
biasanya terlihat klien mempunya bentuk dada barrel chest penggunaan otot bantu
pernafasan
(2) Palpasi
biasanya premitus kanan dan kiri melemah
(3) Perkusi
bisanya hipersonor
(4) Auskultasi
biasanya terdapat ronkhi dan wheezing sesuai tingkat keparahan obstruktif
g) jantung
(1) inspeksi
bisanya ictus cordis tidak terlihat
(2) palpasi
biasanya ictus cordis teraba
(3) auskultasi
biasanya irama jantung teratur
h) abdomen
(1) inspeksi
biasanya tidak ada asites
(2) palpasi
biasanya hepar tidak teraba
(3) perkusi
biasanya timphany
(4) auskultasi
biasanya bising usus normal
i) ekstremitas
biasanya didapatkan adanya jari tabuh (clubbing finger) sebagai dampak dari
hipoksemia yang berkepanjangan (Muttaqin, 2012).
h. Pemeriksaan diagnostik
1) Pengukuran fungsi paru
a) Kapasitas inspirasi menurun dengan nilai normal 3500 ml
b) Volume residu meningkat dengan nilai normal 1200 ml
c) FEV1 (forced expired volume in one second) selalu menurun :
untuk menentukan derajat PPOK dengan nilai normal 3,2 L
d) FVC (forced vital capacity) awalnya normal kemudian
menurun dengan nilai normal 4 L
e) TLC (Kapasitas Paru Total) normal sampai meningkat sedang
dengan nilai normal 6000 ml
2) Analisa gas darah
PaO2 menurun dengan nilai normal 75-100 mmHg, PCO2
meningkat dengan nilai normal 35-45 mmHg dan nilai pH normal
dengan nilai normal 7,35-7,45
3) Pemeriksaan Laboratorium
a) Hemoglobin (Hb) meningkat dengan nilai normal pada wanita
12-14 gr/dl dan laki-laki 14-18 gr/dl , hematocrit (Ht)
meningkat dengan nilai normal pada wanita 37-43 % dan pada
laki-laki 40-48 %
b) Jumlah darah merah meningkat dengan nilai normal pada
wanita 4,2-5,4 jt/mm3 dan pada laki-laki 4,6-6,2 jt/mm3
c) Eosonofil meningkat dengan nilai normal 1-4 % dan total IgE
serum meningkat dengan nilai normal < 100 IU/ml
d) Pulse oksimetri , SaO2 oksigenasi meningkat dengan nilai
normal > 95 %.
e) Elektrolit menurun
4) Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan gram kuman / kultur adanya infeksi campuran .
kuman pathogen yang biasa ditemukan adalah streptococcus
pneumonia, hemophylus influenzae.
5) Pemeriksaan radiologi Thoraks foto (AP dan lateral) Menunjukkan adanya
hiperinflasi paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru (Muttaqin, 2012)
Pengkajian mencakup informasi tentang gejala-gejala terakhir dan manifestasi
penyakit sebelumnya. Berikut ini beberapa pedoman pertanyaan untuk mendapatkan
data riwayat kesehatan dari proses penyakit:
a) Sudah berapa lama pasien mengalami kesulitan pernapasan?
b) Apakah aktivitas meningkatkan dispnea?
c) Berapa jauh batasan pasien terhadap toleransi aktivitas?
d) Kapan pasien mengeluh paling letih dan sesak napas?
e) Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh?
f) Riwayat merokok?
g) Obat yang dipakai setiap hari?
h) Obat yang dipakai pada serangan akut?
i) Apa yang diketahui pasien tentang kondisi dan penyakitnya?
Data tambahan yang dikumpulkan melalui observasi dan pemeriksaan sebagai
berikut:
a) Frekuensi nadi dan pernapasan pasien?
b) Apakah pernapasan sama tanpa upaya?
c) Apakah ada kontraksi otot-otot abdomen selama inspirasi?
d) Apakah ada penggunaan otot-otot aksesori pernapasan selama pernapasan?
e) Barrel chest?
f) Apakah tampak sianosis?
g) Apakah ada batuk?
h) Apakah ada edema perifer?
i) Apakah vena leher tampak membesar?
j) Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum pasien?
k) Bagaimana status sensorium pasien?
l) Apakah terdapat peningkatan stupor? Kegelisahan?
Menurut Doenges (2012) pengkajian pada pasien dengan PPOK ialah :
a) Aktivitas dan istirahat :
Gejala :
1. Keletihan, kelemahan, malaise.
2. Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas.
3. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
4. Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan. Tanda :
5. Keletihan.
6. Gelisah, insomnia.
7. Kelemahan umum atau kehilangan masa otot
Sirkulasi Gejala :
1. Pembengkakan pada ekstrimitas bawah
2. Peningkatan tekanan darah.
3. Peningkatan frekuensi jantung atau takikardia berat atau disritmia.
4. Distensi vena leher atau penyakit berat.
5. Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
6. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan diameter AP dada)
7. Warna kulit atau membrane mukosa normal atau abu-abu atau sianosis, kuku
tabuh dan sianosis perifer.
8. Pucat dapat menunjukkan anemia
b) Integritas Ego
Gejala :
1. Peningkatan faktor resiko
2. Perubahan pola hidup
3. Makanan atau cairan
Tanda :
1. Mual atau muntah.
2. Nafsu makan buruk atau anoreksia (emfisema)
3. Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
4. Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan
menunjukkan edema (bronchitis).
c) Pernafasan
Gejala :
1. Nafas pendek, umumnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol
pada emfisema , khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit
nafas (asma), rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas (asma)
2. Lapar udara kronis.
3. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama saat bangun
selama minimal 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi
sputum (hijau, putih atau kuning) dapat banyak sekali (bronkhitis kronis).
4. Episode batuk hilang-timbul, biasanya tidak produktif pada tahap dini
meskipun dapat menjadi produktif (emfisema)
5. Riwayat pneumonia berulang, terpajan oleh polusi kimia atau iritan pernafasan
dalam jangka panjang misalnya rokok sigaret atau debu atau asap misalnya
asbes, debu batubara, rami katun, serbuk gergaji.
Faktor keluarga dan keturunan misalnya defisiensi alfa antritipsin (emfisema).
Penggunaan oksigen pada malam hari terus menerus Tanda :
1. Pernafasan biasanya cepat, dapat lambat, fase ekspirasi memanjang dengan
mendengkur, nafas bibir (emfisema).
2. Lebih memilih posisi 3 titik (tripot) untuk bernafas khususnya dengan
eksasebrasi akut (bronchitis kronis)
3. Penggunaan otot bantu pernafasan misalnya meninggikan bahu, retraksi fosa
supraklavikula, melebarkan hidung.
4. Dada dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (bentuk barrel
chest), gerakan diafragma minimal.
5. Bunyi nafas mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema), menyebar,
lembut, atau krekels lembab kasar (bronkhitis), ronki, mengi, sepanjang area
paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai
penurunan atau tak adanya bunyi nafas (asma).
6. Perkusi ditemukan hiperesonan pada area paru misalnya jebakan udara dengan
emfisema, bunyi pekak pada area paru misalnya konsolidasi, cairan, mukosa.
7. Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 sampai 5 kata sekaligus.
8. Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku. Keabu-abuan keseluruhan,
warna merah (bronkhitis kronis, biru menggembung). Pasien dengan emfisema
sedang sering disebut pink puffer karena warna kulit normal meskipun
pertukaran gas tak normal dan frekuensi pernafasan cepat.
9. Tabuh pada jari-jari (emfisema).
d) Keamanan
Gejala :
1. Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat atau faktor lingkungan.
2. Adanya atau berulangnya infeksi.
3. Kemerahan atau berkeringan (asma)
e) Seksual
Gejala : Penurunan libido.
f) Interaksi Sosial
Gejala :
1. Hubungan ketergantungan.
2. Kurang sistem pendukung.
3. Kegagalan dukungan dari atau terhadap pasangan atau orang terdekat.
4. Penyakit lama atau kemampuan membaik.
Tanda :
1. Ketidakmampuan untuk membuat atau mempertahankan suara karena distress
pernafasan.
2. Keterbatasan mobilitas fisik.
3. Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
g) Penyuluhan atau pembelajan
Gejala :
1. Penggunaan atau penyalahgunaan obat pernafasan.
2. Kesulitan menghentikan merokok.
3. Penggunaan alkohol secara teratur.
B. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga
dan infeksi bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan
kebutuhan oksigen.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan (SDKI) Luaran keperawatan (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI
1. D.0001 Bersihan jalan napas tidak efektif L. 01001 Bersihan jalan I.01006 Latihan batuk efektif
Definisi : ketidakmampuan membersihkan nafas
Observasi
secret atau obstruksi jalan napas untuk
Luaran tambahan :
mempertahankan jalan napas tetap paten. a. Identifikasi kemampuan batuk
Penyebab a. Control gejala
b. Monitor adanya retensi aputum
Fisiologis
b. Pertukaran gass
1. Spasme jalan napas c. Monitor tanda dan gejala infeksi
2. Hipersekresi jalan napas c. Respons alergi local saluran napas
3. Disfungsi neuromuskuler
d. Respon alergi sistemik d. Monitor input dan output cairan
4. Benda asing dalam jalan napas
9mis. Jumlah dan karakteristik)
5. Adanya jalan napas buatan e. Respons ventilasi
6. Sekresi yang tertahan mekanik Terapetuik
7. Hiperplasia dinding jalan napas
f. Tingkat infeksi a. Atur posisi semi fowler atau
8. Proses Infeksi
fowler
9. Respon alergi Setalah dilakukan tindakan
10. Efek agen farmakologis ( mis . keperawatan selama 1x24 jam, b. Pasang perlak dan bengkok di
anastesi ) diharapkan : pangkuan pasien
Situasional
a. Batuk efektif c. Buang secret pada tempat
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif meningkat sputum
3. Terpajan polutan
b. Produksi sputum Edukasi
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif
menurun
(tidak tersedia ) a. Jelaskan tujuan dan prosedur
Objektif c. Mengi menurun batuk efektif
1. Batuk tidak efektif
d. Wheezing menurun b. Anjurkan tarik napas dalam
2. Tidak mampu batuk
melalui hidung selama 4 detik,
3. Spuntum berlebih e. Dyspnea menurun
ditahan selama 2 derik kemudian
4. Mengi , wheezing dan/atau ronkhi
f. Ortopnea menurun keluarakan dri mulut dengan
kering
bibir mecucu (dibulatkan)
5. Mekoniuk dijalan napas ( pada g. Sulit bicara menurun
selama 8 detik
neonatus)
h. Sianosis menuurn
Gejala dan tanda minor c. Anjurkan mengulangi tarik
Subjektif i. Gelisah menurun napas dalam hingga 3 kali
1. Dispnea
j. Frekuensi napas d. Anjurkan batuk dengan kuat
2. Sulit bicara
membaik langsung setelah tarik napas
3. Ortopnea
Objektif k. Pola napas membaik dalam yang ke-3
1. Gelisah
Kolaborasi
2. Sianosis
3. Bunyi napas menurun a. Kolaborasi pemebrian mukolitik
4. Frekuensi napas berubah
atau ekspektoran, jika perlu
5. Pola napas berubah
2. D.0005 Pola Napas Tidak efektif L.01004 Pola napas I.01011 Manajemen Jalan Napas
Definisi : Inspirasi dan / atau ekspirasi yang Definisi : Inspirasi dan/atau Definisi Mengidentifikasi dan
tidak memberikan ventilasi adekuat ekspirasi yang memberikan mengelola kepatenan jalan napas
ventilasi adekuat
Penyebab: Tindakan
Kriteria hasil membaik
1. Depresi pusat pernapasan Observasi
1. Ventilasi semenit
2. Hambatan upaya napas ( mis .nyeri 1. Monitor pola napas ( frekuensi ,
saat bernapas , kelemahan otot 2. Kapasitas vital kedalaman , usaha napas )
pernapasan)
3. Diameter thoraks 2. Monitor sputum (jumlah , warna
3. Deformitas dinding dada anterior – posterior , aroma )
2. Cedera kepala
3. Trauma thoraks
5. Multiple sclerosis
6. Myasthenia gravis
7. Store
8. Kuadriplegla
9. Intoksikasi alkohol
Definisi : Lebihan atau kekurangan Definisi : Oksigenasi dan/atau Definisi Mengumpulkan dan
oksigenasi dan / atau eleminasi eliminasi karbondioksida pada menganalisis data untuk memastikan
karbondioksida pada membran alveolus - membran alveolus-kapiler kepatonan jalan napas dan koefektifan
kapiler dalam batas normal pertukaran gas
7. Kesadaran menurun
3. Asma
4. Pneumonia
5. Tuberkulosis paru
7. Asfiksia
9. Prematuritas
Definisi : Ketidakcukupan energi untuk Definisi : Respon fisiologis Definisi: Mengidentifikasi dan
melakukan aktivitas sehari-hari terhadap aktivitas yang mengelola penggunaanenergi untuk
membutuhkan tenaga mengatasi ataumencegah kelelahan dan
Penyebab :
mengoptimalkan prosespemulihan
Ekspektasi: Meningkat
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan
Tindakan:
kebutuhan oksigen Kriteria Hasil:
Observasi
2. Tirah baring 1. Frekuensi nadi 1. Monitor kelelahan fisik dan
emosional
3. Kelemahan 2. Saturasi oksigen
2. Monitor pola dan jam tidur
Imobilitas : 3. Kemudahan melakukan
aktivitas sehari-hari Terapeutik
1. Gaya hidup monoton
4. Kecepatan berjalan 1. Sediakan lingkungan nyaman
2. Gejala & Tanda Mayor
dan rendah stimulus (misal:
5. Jarak berjalan
3. Subjektif: cahaya, suara, kunjungan)
6. Kekuatan tubuh bagian
4. Mengeluh Lelah 2. Berikan aktifitas distraksi yang
atas
menenangkan
Objektif :
7. Kekuatan tubuh bagian
Edukasi
1. Frekuensi jantung meningkat >20% bawah
dari kondisi istirahat 1. Anjurkan tirah baring
8. Toleransi menaiki
2. Gejala & Tanda Minor tangga 2. Anjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap
Subjektif :
Kolaborasi
1. Dispnea saat/ setelah aktivitas
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
2. Merasa tidak nyaman setelah
tentang cara meningkatkan
beraktivitas
asupan makanan
3. Merasa lemah
Objektif :
4. Sianosis
6. Anemia
10. Aritmia
Hasil penelitian