Anda di halaman 1dari 50

FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI 2

GANGGUAN DAN OBAT PADA SISTEM RESPIRASI

DISUSUN OLEH:
G 701 15 248
G 701 17 016 ANNISA WULANDARI
G 701 17 026 ADHELA FRANSISKSA
G 701 17 061 CHRISTINE ERISKA TIMANG
G 701 17 081 DESTI ROSALIA
G 701 17 131 ADITYA RAHMAT FAJAR
G 701 17 142 GANDHY PRADIKA

PHARMACY A 2019
DEFINISI
RESPIRASI/PERNAPASAN

Proses pengambilan O2, pengeluaran CO2 dan


penggunaan energi yang dihasilkan oleh tubuh

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

Reaksi enzimatis, sebab dalam proses tersebut ada


satu enzim yang memegang peranan penting yaitu
sitokrom (enzim pernafasan).
ANATOMI ORGAN PENYUSUN
SISTEM PERNAPASAN
Rongga Hidung
• Rongga hidung (Cavum nasalis) berlapis
selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar
minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar
keringat (kelenjar sudorifera). Selain itu,
terdapat juga rambut pendek dan tebal, juga
terdapat konka yang mempunyai banyak
kapiler darah. Di sebelah belakang rongga
hidung terhubung dengan nasofaring melalui
dua lubang yang disebut choanae.
Faring
• Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada
bagian depan dan saluran pencernaan
(orofarings) pada bagian belakang. Pada
bagian belakang faring (posterior) terdapat
laring (tekak) tempat terletaknya pita suara
(pita vocalis).
Laring
• Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi
oleh tulang rawan. Laring berada diantara
orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah
satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis.
Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.
Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang
terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal.
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang
rawan yang membentuk jakun. Pangkal tenggorok
dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok
(epiglotis).
Trakea
• Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm,
terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada
(torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi
oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam
rongga bersilia. Batang tenggorok (trakea) terletak di
sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada,
batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang
tenggorok (bronkus). Di dalam paru- paru, cabang
tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang
sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus
berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-
paru (alveolus).
Bronkus
• Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea,
hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur
dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang
rawannya melingkari lumen dengan sempurna.
Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus,
yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Bronkus
sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga
bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan
bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua
bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke
dalam gelembung paru-paru atau alveolus.
Paru-Paru (Pulmo)
• Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di
bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di
bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot
kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan
(pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru
kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru
dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura.
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan
elastik, dan pembuluh darah. Setiap bronkiolus
terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus
respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada
dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-
gelembung yang disebut alveolus.
PENYAKIT PADA SISTEM
PERNAPASAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK)
Definisi
• Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), adalah
suatu keadaan yang ditandai oleh
keterbatasan aliran udara yang tidak
sepenuhnya reversibel. Keterbatasan aliran
udara ini biasanya progresif dan disertai
respons inflamasi abnormal paru terhadap
partikel atau gas toksik. PPOK merupakan
sebuah kelompok penyakit dengan gejala
klinis bronkhitis kronis dan emfisema
Epidemiologi
• Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
2013 menunjukan bahwa prevalensi PPOK di
Indonesia sebanyak 3,7%.
• Menurut World Health Organization (WHO)
tahun 2002 PPOK menempati urutan kelima
sebagai penyebab kematian di dunia dan WHO
memprediksi tahun 2030 PPOK akan
menempati urutan ketiga sebagai penyebab
kematian di dunia.
Etiologi
• Penyeab yaitu faktor pejamu dan pajanan
lingkungan. Penyakit biasanya timbul akibat
interaksi kedua faktor tersebut. Faktor pejamu
meliputi genetik, hipereaktivitas jalan napas
dan pertumbuhan paru. Pajanan lingkungan
meliputi kebiasaan merokok, polusi udara,
infeksi, debu dan bahan kimia di tempat kerja
serta status sosial ekonomi.
Patofisiologi
• Perubahan patologi pada PPOK mencakup saluran
nafas yang besar dan kecil bahkan unit respiratori
terminal. Secara gamblang, terdapat 2 kondisi pada
PPOK yang menjadi dasar patologi yaitu bronkitis
kronis dengan hipersekresi mukusnya dan emfisema
paru yang ditandai dengan pembesaran permanen dari
ruang udara yang ada, mulai dari distal bronkiolus
terminalis, diikuti destruksi dindingnya tanpa fibrosis
yang nyata. Penyempitan saluran nafas tampak pada
saluran nafas yang besar dan kecil yang disebabkan
oleh perubahan konstituen normal saluran nafas
terhadap respon inflamasi yang persisten.
Manifestasi Klinik
Bronkhitis Kronik Emfisema
• Batuk (produktif; hampir • Dispnea (biasanya parah)
sepanjang hari paling tidak • Penurunan berat badan
3 bulan/tahun dalam 2 • Batuk (bervariasi;
tahun yang berurutan) nonproduktif).
• Dispnea
• Sering mengalami
infeksisaluran nafas
Diagnosa
• Gambaran klinis
Anamnesis - Keluhan - Riwayat penyakit -
Faktor predisposisi
Pemeriksaan fisis

• Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan rutin
Pemeriksaan khusus
Asma
Definisi
• Asma merupakan kelainan penyumbatan
saluran pernapasan yang disebabkan oleh
alergi, seperti debu,bulu, ataupun rambut.
Kelainan ini dapat diturunkan. Kelainan ini
juga dapat kambuh jika suhu lingkungan.
Epidemiologi
• Asma bronkial dapat terjadi pada semua umur
namun sering dijumpai pada awal kehidupan.
Sekitar setengah dari seluruh kasus diawali
sebelum berumur 10 tahun dan sepertiga
bagian lainnya terjadi sebelum umur 40 tahun.
Angka ini dapat berbeda antara satu kota
dengan kota yang lain dalam negara yang
sama. Di Indonesia prevalensi asma berkisar
antara 5 – 7 %.
Etiologi
• Alergen berupa debu rumah (tungau) marupakan
pencetus tersering dari eksaserbasi asma.
• Faktor lingkungan yang berhubungan dengan
imune dan nonimunologi juga merupakan
pencetus daripada asma termasuk rokok dan
perokok pasif. Kira-kira 25% sampai 30% dari
penderita asma adalah seorang perokok. Hal ini
menyimpulkan bahwa merokok ataupun terkena
asap rokok akan meningkatkan morbiditas dan
keparahan penyakit dari penderita asma.
Patofisiologi
• Penyakit asma merupakan proses inflamasi dan
hipereaktivitas saluran napas yang akan
mempermudah terjadinya obstruksi jalan napas.
Kerusakan epitel saluran napas, gangguan saraf
otonom, dan adanya perubahan pada otot polos
bronkus juga diduga berperan pada proses
hipereaktivitas saluran napas. Peningkatan
reaktivitas saluran nafas terjadi karena adanya
inflamasi kronik yang khas dan melibatkan
dinding saluran nafas, sehingga aliran udara
menjadi sangat terbatas.
Manifestasi Klinik
• Batuk keras
• Suara mengi
• Sulit bernapas lega. Asma membuat Anda sulit
bernapas lega atau sering merasa kehabisan
napas (ngos-ngosan).
• Dada sesak.
Diagnosa
• Riwayat medis dan keluarga.
• Pemeriksaan fisik.
• Tes fungsi paru.
• Tes lainnya, seperti:
Tes alergi
Tes untuk mengukur seberapa sensitif saluran
pernapasan Anda
Rontgen dada atau EKG (electrocardiogram)
Tuberkulosis (TBC)
Definisi
• Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit paru-
paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri tersebut menimbulkan
bintil- bintil pada dinding alveolus. Jika
penyakit ini menyerang dan dibiarkan semakin
luas,dapat menyebabkan sel-sel paru-paru
mati. Akibatnya paru- paru akan kuncup atau
mengecil.
Epidemiologi
• TB merupakan salah satu dari sepuluh tertinggi penyebab
kematian di seluruh dunia. Sekitar dua milyar orang atau
1/3 penduduk dunia diperkirakan terkena TB laten.
• Dari 10,4 juta orang terkena TB di tahun 2015, 1,8 juta
berakhir dengan kematian (diantaranya ada 0,4 juta
kematian orang yang terkena TB dan HIV). Dari satu juta
anak-anak usia ≤14 tahun yang terkena TB, sebanyak
170.000 anak-anak meninggal akibat penyakit ini pada
tahun 2015.
• Lebih dari 95% kematian TB tersebut terjadi di negara-
negara berpendapatan rendah dan menengah, 60%
kematian tersebut ada pada enam negara, secara
berurutan: India, Indonesia, China, Nigeria, Pakistan dan
Afrika Selatan.
Etiologi
• Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri
Mycobacterium tuberculois. Ukuran dari
bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-
0,6 mikron. Sifat dari bakteri ini agak
istimewa, karena bakteri ini dapat bertahan
terhadap pencucian warna dengan asam dan
alkohol sehingga sering disebut dengan
bakteri tahan asam (BTA). Selain itu bakteri ini
juga tahan terhadap suasana kering dan
dingin.
Patofisiologi
• Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar
kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya. Cara penularan/Sumber penularan adalah pasien TB
BTA positif.
 Pada waktu batuk atau bersin
 Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama
 Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
 Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB
ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut.
Manifestasi Klinik
Gejala sistemik/umum: Gejala khusus:
• Batuk-batuk selama lebih dari 3 • Tergantung dari organ tubuh mana yang
minggu (dapat disertai dengan terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
darah) bronkus akan menimbulkan suara
“mengi”, dan sesak.
• Demam tidak terlalu tinggi yang • Kalau ada cairan dirongga pleura, dapat
berlangsung lama, biasanya disertai dengan keluhan sakit dada.
dirasakan malam hari disertai • Bila mengenai tulang, maka akan terjadi
keringat malam. Kadang-kadang gejala seperti infeksi tulang
serangan demam seperti • Pada anak-anak dapat mengenai otak
influenza dan bersifat hilang (lapisan pembungkus otak) dan disebut
timbul sebagai meningitis (radang selaput
otak), gejalanya adalah demam tinggi,
• Penurunan nafsu makan dan adanya penurunan kesadaran dan
berat badan kejang-kejang.
• Perasaan tidak enak (malaise),
lemah
Diagnosa
• Diagnosa dari tanda dan gejala, serta latar
belakang kehidupan pasien
• Reaksi tes kulit dengan elemen TB (PPD)
• Dokter dapat pula mengambil sinar X dan
sampel dahak, darah, atau urin untuk
memeriksa keberadaan bakteri MTB.
Kanker Paru-Paru
Definisi
• Kanker paru-paru adalah suatu kondisi dimana
sel-sel tumbuh secara tidak terkendali di
dalam. Kanker paru-paru merupakan salah
satu jenis kanker yang paling umum terjadi.
Sel- sel kanker pada paru-paru terus tumbuh
tidak terkendali. Penyakit ini lama- kelamaan
dapat menyerang seluruh tubuh.
Epidemiologi
• Kanker paru merupakan penyebab utama
keganasan di dunia, mencapai hingga 13 persen
dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker
paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh
kematian akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika
Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380
kasus baru pada tahun 2007 dan 160.390
kematian akibat kanker paru. Berdasarkan data
WHO, kanker paru merupakan jenis kanker
terbanyak pada laki-laki di Indonesia, dan
terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada
perempuan.
Etiologi
• Merokok merupakan faktor utama yang diketahui yang memicu
berkembangnya kanker paru-paru. Paparan terhadap asap rokok
secara berkala (perokok pasif) akan sangat meningkatkan risiko
terkena kanker paru-paru (2 hingga 3 kali lebih tinggi dari biasanya).
• Selain merokok, faktor-faktor berikut ini juga bisa meningkatkan
risiko terkena kanker paru-paru:
 Tidak adanya asupan buah-buahan segar dan sayuran secara
berkepanjangan, dan makanan kaya vitamin A dalam pola makan
seseorang
 Paparan terhadap uap minyak yang dihasilkan selama memasak
secara berkepanjangan
 Asupan makanan yang diawetkan atau dipanggang (barbekyu)
secara berkala.
 Paparan terhadap uap hasil bakaran dupa secara berkepanjangan
 Ras atau faktor keturunan
Patofisiologi
• Perubahan genetik yang terjadi pada kanker paru dikarenakan
mutasi pada tumor suppressor gene atau oncogene.
Ketidakseimbangan antara kedua gen tersebut memicu
berkembangnya sel kanker. Kanker paru terjadi mutasi pada
onkogen Ras yang memegang peran penting dalam proliferasi sel
dan tranduksi sinyal. Famili gen Ras yang sering mengalami mutasi
pada sel kanker adalah H-Ras, K-Ras dan N-Ras. Mutasi yang terjadi
pada K-Ras antara lain transversi G-C, transisi G-A dan transversi G-C
sedangkan mutasi pada N-Ras antara lain transverse T-G dan
transisi A-G. Mutasi Ras jarang terjadi pada SCLC dan terjadi 15-20%
NSCLC. Selain Ras, onkogen yang berperan dalam pertumbuhan
kanker paru adalah BCl-2 yang menurunkan regulasi apoptosis,
kematian sel kanker yang terprogram . Pada penderita kanker paru
juga ditemukan adanya mutasi tumor suppressor gene, p53 yaitu
transversi G-T.
Manifestasi Klinik
• Rasa lelah secara berkepanjangan
• Nafsu makan yang buruk dan penurunan berat badan
• Batuk kronis
• Mengi
• Dahak dengan darah
• Nyeri di dada
• Pasien yang menderita kanker paru-paru stadium lanjut
juga bisa mengalami hal-hal berikut ini: pembengkakan
kelenjar di leher, pembengkakan di leher, wajah, dan
tangan; distensi abdomen, nyeri tulang, sakit kepala,
epilepsi parsial atau hemiplegia (kelumpuhan satu sisi
tubuh)
Diagnosa
• Pemeriksaan fisik
• Tes pencitraan (spiral CT scan, PET scan) untuk melihat paru-paru,
• tes laboratorium yang disebut sitologi dahak untuk mengidentifikasi
tumor
• Untuk hasil yang paling akurat, dokter mungkin meminta biopsi.
Biopsi berarti dokter akan mengambil sampel kecil jaringan paru-
paru untuk dilihat di bawah mikroskop apakah memiliki sel-sel
kanker. Ada beberapa metode untuk memperoleh sampel:
– Bronkoskopi
– Aspirasi jarum
– Thoracentesis.
– Torakotomi.
OBAT-OBAT UNTUK PENYAKIT
SISTEM PERNAPASAN
Antihistamin
• Semua antihistamin memberikan manfaat
potensial pada terapi alergi nasal, rhinitis alergik.
Sifat antikolinergik pada kebanyakan
antihistamiin menyebabkan mulut kering dan
pengurangan sekresi, membuat zat ini berguna
untuk mengobati rhinitis yang ditimbulkan oleh
flu. Antihistamin juga mengurangi rasa gatal pada
hidung yang menyebabkan penderita bersin
banyak obat-obat flu yang dapat dibeli bebas
mengandung antihistamin, yang dapat
menimbulkan rasa mengantuk.
Mukolitik
• Mukolitik bekerja sebagai deterjen dengan
mencairkan dan mengencerkan secret
mukosayang kental sehingga dapat
dikeluarkan. Efek samping yang paling sering
terjadi adalah mual dan muntah, maka
penderita tukak lambung perlu waspada.
Wanita hamil dan selama laktasi boleh
menggunakan obat ini.
• Contoh obat : ambroxol, bromheksin.
Kromoglikat

• Kromoglikat sangat efektif sebagai obat pencegah


serangan asma dan bronchitis yang bersifat
alergis, serta konjungtivitis atau rhinitis alergica
dan alergi akibat bahan makanan. Efek samping
berupa rangsangan lokal pada selaput lender
tenggorok dan trachea, dengan gejala perasaan
kering, batuk-batuk, kadang-kadang kejang
bronchi dan serangan asma selewat. Wanita
hamil dapat menggunakan obat ini.
• Contoh obat : Natrium kromoglikat
Kortikosteroid

• Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator,


seperti peradangan dan gatal-gatal. Penggunaannya
terutama bermanfaat pada serangan asma akibat
infeksi virus, selian itu juga pada infeksi bakteri untuk
melawan reaksi peradangan. Untuk mengurangi
hiperreaktivitas bronchi, zat-zat ini dapat diberikan per
inhalasi atau peroral. Penggunaan oral untuk jangka
waktu lama hendaknya dihindari, karena menekan
fungsi anak ginjal dan dapat mengakibatkan
osteoporosis.
• Contoh obat : hidrokortison, deksamethason,
beklometason, budesonid.
Antiasma dan Bronkodilator

• spamolitis terhadap otot polos khususnya pada


bronchi, menstimuli jantung dan mendilatasinya
serta menstimulasi SSP dan pernapasan.
Reabsorpsi nya di usus tidak teratur. Efek
sampingnya yang terpenting berupa mual dan
muntah baik pada penggunaan oral maupun
parienteral. Pada overdosis terjadi efek sentral
(sukar tidur, tremor, dan kompulsi) serta
gangguan pernapasan juga efek kardiovaskuler.
• Contoh Obat : teofilin

Anda mungkin juga menyukai