Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN GANGGUAN
KEBUTUHAN OKSIGEN
(ISPA,COPD,TBC, DAN EFUSI
PLEURA )

Kelompok 3
KELOMPOK 3
Dr. Santa Manurung, SKM, M.Kep

• Daffa Maharani Putri

2. Dara Siva Alfia

3. Devana Putri

4. Dinda Lusiana Wandini


Anatomi Fisiologi Saluran Pernapasan
• Hidung
Hidung adalah organ indra penciuman. Ujung saraf
yang mendeteksi penciuman berada diatap (langit-
langit) hidung di area lempeng kribriformis tulang
etmoid dan konka superior. Ujung saraf ini
distimulasi oleh bau diudara. Impuls saraf
dihantarkan oleh saraf olfaktorius ke otak dimana
sensasi bau dipersepsikan.
2. Faring

Anatomi Fisiologi Saluran Pernapasan


Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada
ketinggian tulang rawan krikoid.

Faring berada dibelakang hidung, mulut, dan laring serta


lebih lebar dibagian atasnya. Dari sini partikel halus akan
ditelan atau di batukkan keluar. Udara yang telah sampai ke
faring telah diatur kelembapannya sehingga hampir bebas
debu,bersuhu mendekati suhu tubuh. Lalu mengalir ke kotak
suara (Laring).
3. Laring

Anatomi Fisiologi Saluran Pernapasan


Terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang
dihubungkan oleh otot-otot yang
mengandung pita suara, selain fonasi laring juga
berfungsi sebagai pelindung. Laring berperan untuk
pembentukan suara dan untuk melindungi jalan
nafas terhadap masuknya makanan dan cairan.
Laring memiliki katup tulang rawan yang bertugas
menutup laring saat proses menelan yang disebut
Epiglotis.
4. Trakea

Anatomi Fisiologi Saluran Pernapasan


Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitilium
bersilia dan sel cangkir. Trakea hanya merupakan suatu pipa
penghubung ke bronkus. Dimana bentuknya seperti sebuah
pohon oleh karena itu disebut pohon trakeobronkial. Tempat
trakea bercabang menjadi bronkus di sebut karina. di karina
menjadi bronkus primer kiri dan kanan, di mana tiap bronkus
menuju ke tiap paru, Karina memiliki banyak saraf dan dapat
menyebabkan bronkospasme dan batuk berat jika
dirangsang.
5. Bronkus

Anatomi Fisiologi Saluran Pernapasan


Dua bronkus primer terbentuk oleh trakea yang
membentuk percabangan.

- Bronkus kanan, bronkus ini lebih lebar, lebih pendek,


dan lebih vertikal daripada bronkus kiri sehingga
cenderung sering mengalami obstruksi oleh benda asing.
Panjangnya sekitar 2,5 cm.

- Bronkus kiri, panjangnya sekitar 5 cm dan lebih sempit


daripada bronkus kanan.
6. Bronkeolus

Anatomi Fisiologi Saluran Pernapasan


Bronkheolus adalah percabangan dari bronkhus, saluran ini lebih
halus dan dindingnya lebih tipis. Bronkheolus kiri berjumlah 2,
sedangkan kanan berjumlah 3, percabangan ini akan membentuk
cabang yang lebih halus seperti pembuluh.

7. Alveolus
Berupa saluran udara buntu membentuk gelembung-gelembung
udara, dindingnya tipis setebal selapis sel, lembab dan berlekatan
dengan kapiler darah. Alveolus berfungsi sebagai permukaan
respirasi, luas total mencapai 100 m2 yang cukup untuk melakukan
pertukaran gas ke seluruh tubuh.
8. Paru-Paru

Anatomi Fisiologi Saluran Pernapasan


Berjumlah sepasang terletak di dalam rongga dada kiri
dan kanan. Paru-paru kanan (pulmo dexter) memiliki 3
lobus, sedangkan paru-paru kiri (pulmo sinister) memiliki
2 lobus. Di dalam paru-paru ini terdapat alveolus yang
berjumlah ± 300 juta buah. Bagian luar paru-paru
dibungkus oleh selaput pleura untuk melindungi paru-
paru dari gesekan ketika bernapas, berlapis 2 dan berisi
cairan pleura. Antara selaput luar dan selaput dalam
terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi
sebagai pelumas paru-paru.
PENGERTIAN PENYAKIT ISPA,COPD,TBC, DAN EFUSI FLEURA
• ISPA Merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dimana penderita yang
Terkena serangan infeksi ini sangat menderita, apa lagi bila udara lembab, Dingin
atau cuaca terlalu panas. (Saydam, 2011).
• Istilah Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary
desease (COPD) ditunjukan untuk mengelompokan penyakit-penyakit yang
mempunyai gejala yang berupa terhambatnya arus udara pernapasan.
• Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB ( M.
Tuberculosis) sebagian besar menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ
tubuh lainnya.
• Efusi pleura merupakan akumulasi cairan pleura yang tidak semestinya yang
disebabkan oleh pembentukan cairan pleura lebih cepat dari proses absorbsinya.

KONSEP DASAR PENYAKIT ISPA,COPD,TBC,


DAN EFUSI FLEURA
Etiologi Penyakit ISPA

ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran Nafas.
Penyebab lain adalah faktor lingkungan rumah, seperti halnya Pencemaran
udara dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian Rumah.
Pencemaran udara dalam rumah yang sangat berpengaruh terhadap Kejadian
ISPA adalah asap pembakaran yang digunakan untuk memasak. Dalam hal ini
misalnya bahan bakar kayu. Selain itu, asap rokok yang Ditimbulkan dari
salah satu atau lebih anggota yang mempunyai kebiasaan Merokok juga
menimbulkan resiko terhadap terjadinya ISPA (Depkes RI, 2002).
Manifestasi Klinis
MANIFESTASI KLINIS

Gejala ISPA berlangsung antara 1–2 minggu. Pada sebagian besar kasus, penderita
PENYAKIT ISPA

gejala akan mereda setelah minggu pertama. Gejala infeksi saluran pernapasan akut di
saluran pernapasan atas dan bawah bisa berbeda.

• Gejala yang timbul pada penderita ISPA yang terjadi di saluran pernapasan atas,
yaitu: Batuk, Bersin, Hidung tersumbat, Pilek, Demam, Mudah lelah, Sakit kepala,
Nyeri menelan, Pembesaran kelenjar getah bening
• Sementara itu, gejala yang timbul pada penderita ISPA yang terjadi di saluran
pernapasan bawah, yaitu: Batuk berdahak, Sesak napas, Demam
Patofisiologi

Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen ke dalam
tubuh serta menghembusksn udara yang banyak Mengandung karbondioksida sebagai sisa
oksidasi dari dalam tubuh.
Virus, bakteri dan mikoplasma terinspirasi melalui hidung terjadi edema Dan fasodilatasi pada
mukosa. Infiltrat sel monokuler menyertai, yang dalam 1-2 hari, menjadi polimorfonuklear
perubahan struktural dan fungsional silia Mangakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada
infeksi sedang sampai Berat epitel superfisial mengelupas. Ada produksi mukus yang banyak
sekali, Mula – mula encer, kemudian mengental dan berupa prurlen. Dapat juga ada
Keterlibatan anatomis saluran pernafasan atas, termasuk oklusi dan kelainan Rongga sinus.

PATOFISIOLOGI PENYAKIT ISPA


KOMPLIAKSI PENYAKIT ISPA
KOMPLIKASI
komplikasi penyakit ISPA menurut Dedi Prasityao
(2007) adalah:
• Meningitis
• OMA
• Mastoiditis
• Kematian
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium dan test diagnostik ISPA menurut Betz dan souwden (2000) :
-Pemeriksaan Radiologi (foto torak) adalah untuk mengetahui Penyebab dan mendiagnosa
secara tepat
-Pemeriksaan RSV adalah untuk mendiagnosis RSV (Respiratori Sinisial Virus)
-Gas Darah Arteri yaitu untuk mengkaji perubahan pada sistem saluran Pernafasan kandungan
oksigen dalam darah
-Jumlah sel darah putih normal atau meningkat.

b. Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian terutama pada jalan nafas:
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, Usaha serta irama dari
pernafasan.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENYAKIT ISPA


Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2002) :
a. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya,
PENATALAKSANAAN

melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak Menangis (bila menangis akan
meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas Dapat dilakukan
PENYAKIT ISPA

tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, Mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk Melihat
tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit.
b. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai Berikut :
• Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding Dada kedalam (chest indrawing).
• Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
• Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa Disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa
napas Cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan Pneumonia.
c. Pengobatan
• Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik Parenteral, oksigendan sebagainya.
• Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila Penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata
dengan Pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai Obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin Prokain.
• Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan Perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
Tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang Merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan,
antihistamin. Bila Demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT ISPA

A. PENGKAJIAN
Data yang perlu dikaji pada pasien ISPA dapat berupa :
• Identifikasi klien yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, Agama, suku bangsa, alamat, tanggal
MRS dan diagnose medis.
• Riwayat penyakit meliputi : keluhan utama, biasanya klien datang dengan Keluhan batuk pilek serta panas,
kesehatan sekarang, kesehatan yang lalu, Riwayat kesehatan keluarga, riwayat nutrisi, eliminasi, personal
hygiene.
• Pemeriksaan fisik berfokus pada system pencarnaan meliputi : keadaan Umum (penampilan, kesadaran,
tinggi badan, BB dan TTV), kulit, kepala, leher, mulut, dan abdomen.
• Aktivitas dan isrirahat , Gejala : kelemahan, kelelahan, cape atau lelah, insomnia, tidak bisa tidur Pada malam
hari, karena badan demam.
• Eliminasi, Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau. Tanda : kadang – kadang terjadi
peningkatan bising usus.
• Makanan atau cairan : Gejala : klien mengalami anoreksia dan muntah, terjadi penurunan BB. Tanda :
kelemahan, turgor kulit klien bisa buruk, membrane mukosa pucat.
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT ISPA

B. MASALAH KEPERAWATAN
Menurut Nurarif, dkk (2015) masalah keperawatan yang lazim timbul pada pasien ISPA:
• Ketidakefektifanbersihan jalan nafas, berhubungan dengan peningkatan Jumlah sekret.
• Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (proses penyakit).
• Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan Tonsil.
• Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkospasme, Respon pada dinding
bronkus.
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan Dengan penurunan intake
inadekuat, penurunan nafsu makan, nyeri Menelan.
• Ansietas berhubungan dengan perkembangan penyakit dan perubahan Status kesehatan.
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT ISPA
C. INTERVENSI
Rencana
No Diagnosa Tujuan dan Kreteria hasil Asuhan Keperawatan
Keperawatan

Intervensi Rasional

Ketidakefektifan Tujuan: 1. Kaji tanda-tanda vital dan auskultasi


1. Bersihan jalan Nafas, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam bunyi napas. 1. Beberapa derajat spasme bronkus
Berhubungan Dengan jalan napas menjadi 2. Berikan pasien untuk posisi yang terjadi dengan obstruksi jalan napas.
Peningkatan Jumlah efektif. nyaman dengan posisi semi fowler. 2.Peninggian kepala tempat tidur
sekret Kriteria hasil : 3. Pertahankan lingkungan yang nyaman. mempermudah fungsi pernapasan.
  1. Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea. 4. Tingkatkan masukan cairan dengan 3. Pencetus tipe reaksi alergi
  2.Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas memberi air hangat. pernapasan yang dapat mentriger
bersih. 5. Kolaborasi dalam pemberian obat episode akut.
3. Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan. dan humidifikasi, seperti nebulizer.
4. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/
Mempertahankan
bersihan jalan nafas
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT ISPA

D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau Melaksanakan rencana asuhan keperawatan
kedalam bentuk intervensi Keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam,
2015). Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan Intervensi keperawatan dan
aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah dituliskan Dalam rencana keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat
disebut bahwa Pelaksanaan adalah peletakan suatu rencana menjadi tindakan yang mencakup :
• Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
• Pelaksanaan intervensi keperawatan
• Pendokumentasian tindakan keperawatan
• Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan Respon pasien terhadap intervensi
keperawatan
Pada kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap Penguasaan teknis keperawatan,
kemampuan hubungan interpersonal, dan Kemampuan intelektual untuk menerapkan teori-teori keperawatan
kedalam Praktek.
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT ISPA
E. EVALUASI
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk Menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana Keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana Keperawatan (Nursalam,
2015). Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 alternatif yang dapat digunakan perawat untuk
memutuskan/menilai sejauh mana tujuan yang Telah ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai, yaitu :Tujuan
tercapai, Tujuan sebagian tercapai, Tujuan tidak tercapai.
Evaluasi pencapaian tujuan memberikan umpan balik yang penting bagi Perawat untuk mendokumentasikan kemajuan
pencapaian tujuan atau evaluasi Dapat menggunakan kartu/format bagan SOAP (Subyektif, Objektif, Analisis dan
Perencanaan). Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien ispa harus sesuai Dengan rencana tujuan yang telah
ditetapkan yaitu :
1.Jalan napas menjadi efektif.
2.Suhu tubuh dalam batas normal.
3.Nyeri berkurang/hilang.
4.Pola napas kembali efektif.
5.Kebutuhan nutrisi terpenuhi
6.Ansietas hilang/ berkurang.
Etiologi Penyakit COPD
Etiologi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah inflamasi kronik pada
saluran napas. Inflamasi ini dapat terjadi akibat paparan asap rokok, polusi
udara, ataupun defisiensi alfa-1 antitripsin, pengguna Narkotika, AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome), autoimun. PPOK lebih rentan
timbul pada orang dengan penyakit saluran napas kronis. Jenis kelamin pria
juga dilaporkan lebih cenderung mengalami PPOK. Hal ini terutama karena
lebih banyak pria yang merokok dibandingkan wanita secara statistik. Selain
itu, pasien dengan usia 50-59 tahun didapati 2 kali lebih mungkin menderita
PPOK, sementara usia 60-69 tahun didapati 5 kali lebih mungkin menderita
PPOK.
Manifestasi Klinis
MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang biasa dialami pasien PPOK yang mengalami bersihan jalan napas tidak efektif(Ikawati, 2016) sebagai
PENYAKIT COPD
berikut :
• Batuk kronis selama 3 bulan dalam setahun, terjadi berselang atau setiap hari, dan seringkali terjadi sepanjang hari.
• Produksi sputum secarakronis
• Lelah,lesu
• Sesak nafas (dispnea) bersifat progresif sepanjang waktu, memburuk jika berolahraga, dan memburuk jika terkena
infeksipernapasan.
• Penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik (cepat lelah,terengah-engah)

Manifestasi Klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronis adalah sebagai berikut (Padila, 2012) :
• Batuk yang sangat produktif, puruken, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan inhalan, udara dingin, atau infeksi.
• Terperangkapnya udara akibat hilangnya elastisitas paru menyebabkan dada mengembang.
• Dispnea atau sesak napas.
• Takipnea adalah pernapasan lebih cepat dari keadaan normal dengan frekuensi lebih dari 24 kali permenit
• Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler
akibat defesiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler (Tarwoto & Wartonah,
2015).
Patofisiologi

Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen ke dalam
tubuh serta menghembusksn udara yang banyak Mengandung karbondioksida sebagai sisa
oksidasi dari dalam tubuh.
Virus, bakteri dan mikoplasma terinspirasi melalui hidung terjadi edema Dan fasodilatasi pada
mukosa. Infiltrat sel monokuler menyertai, yang dalam 1-2 hari, menjadi polimorfonuklear
perubahan struktural dan fungsional silia Mangakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada
infeksi sedang sampai Berat epitel superfisial mengelupas. Ada produksi mukus yang banyak
sekali, Mula – mula encer, kemudian mengental dan berupa prurlen. Dapat juga ada
Keterlibatan anatomis saluran pernafasan atas, termasuk oklusi dan kelainan Rongga sinus.

PATOFISIOLOGI PENYAKIT COPD


KOMPLIAKSI PENYAKIT COPD
KOMPLIKASI
Tanpa adanya penanganan atau pengobatan yang tidak maksimal pada
PPOK bisa berujung pada munculnya berbagai komplikasi, di antaranya:
• Infeksi pernapasan, Pengidap PPOK rentan terserang flu dan
pneumonia.
• Masalah jantung, PPOK bisa meningkatkan risiko penyakit jantung,
salah satunya serangan jantung tetapi hingga kini alasannya belum
pasti.
• Tekanan darah tinggi. PPOK dapat menyebabkan tekanan darah tinggi
pada bagian arteri yang bertugas untuk membawa darah ke paru-paru.
• Depresi. Kesulitan bernapas membuat pengidap tidak dapat
melakukan banyak hal. Kondisi ini bisa membuat pengidap lama-
kelamaan mengalami depresi
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) perlu dicurigai pada pasien yang
mengeluhkan dispnea, batuk kronis atau produksi sputum, dengan riwayat pajanan faktor
risiko penyakit, seperti merokok dan polutan. Penegakkan diagnosis PPOK memerlukan
spirometri. Adanya FEV1/FVC <0,70 setelah pasien diberikan bronkodilator menandakan
adanya keterbatasan aliran udara persisten yang berkaitan dengan PPOK.
Kecurigaan kuat pasien menderita PPOK adalah bila dalam anamnesis didapati 3 informasi
berikut:
• Riwayat merokok sebanyak lebih dari 55 pak per tahun
• Didapati mengi yang terdengar jelas saat dilakukan auskultasi
• Didapati adanya mengi dari informasi yang diberikan pasien.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENYAKIT COPD


1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:
• Berhenti merokokharus menjadi prioritas.
PENATALAKSANAAN

• Bronkodilator (β-agonis atau antikolinergik) bermanfaat pada 20- 40% kasus.


• Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam memperpanjang usia pasien dengan gagal nafas
PENYAKIT COPD

kronis (yaitu pasien denganPaO2 sebesar 7,3 kPa dan FEV 1 sebesar 1,5 L).
• Rehabilitasi paru (khususnya latihanolahraga) memberikan manfaat simtomatik yang signifikan pada
pasien dengan pnyakit sedang-berat.
• Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan dengan meningkatkan elastic recoil
sehingga mempertahankan potensi jalan nafas (Davey, 2002).

2. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:
• Mempertahankan patensijalan nafas
• Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
• Meningkatkan masukan nutrisi
• Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi
• Memberikan informasi tentangproses penyakit/prognosis dan program pengobatan (Doenges, 2000)
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT COPD

A. PENGKAJIAN
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang biasanya di alami penderita asma yaitu batuk, peningkatan sputum,dispnea,
(bisa berhari-hari atau berbulan-bulan, wheezing, dan nyeri dada
(somantri, 2009)
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwaat penyakit sekarang yang bisa timbul pada pasien asma yaitu pasien mengalami sesak
nafas, batuk berdahak, biasanya pasien sudah menderita penyakit asma, dan keluarga ada yang
menderita penyakit asma ( Ghofus A,2008 )
c. Riwayat kesehatan dahulu
terdapat data yang menyertakan adanya faktor predisposisi penyakit ini, diantaranya yaitu riwayat
alergi dan saluran nafas bawah.
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT COPD

B. MASALAH KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini :
• Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan
produksisputum, batuk tidak efektif, kelebihan/ berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
• Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek,mucus, bronkokontriksi dan iritan jalan
napas
• Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi
• Gangguan pola tidur
• Intoleransi aktivitas
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT COPD
C. INTERVENSI
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Definisi : ketidakmampuan untuk dibersihkan sekresi atau obstruksi dan saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Batas karakteristik: tidak bisa batuk, suara nafas tambahan, perubahan frekuensi nafas, perubahan irama nafas, sianosis, kesulitan berbicara atau
mengeluarkan suara, penurunan bunyi nafas, dispneu, sputum dlam jumlah yang berlebihan, batuk yang tidak efektif
Faktor yang berhubungan : Perokok pasif, Mengisap asap, perokok aktif
Obstruksi jalan nafas :
• Spasme jalan nafas
• Mokus dalam jumlah berlebihan
• Adanya jalan nafas buatan
• Sekresi bertahan/sisa sekresi
• Sekresi dalam bronki
Kriteria hasil :
1. mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih tidak ada sianosis (mampu mengeluarkan sputum dan mampu bernafas dengan
mudah.
2. menunjukan jalan nafas yang paten ( klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernapasan rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal )
3. mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat mengahmbat jalan nafas.
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT COPD

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik, tahap
implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan di harapkan. oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (nursalam 2008), intervensi pada klien
COPD dengan masalah keperawatan bersihin jalan tidak efektif yaitu implementasi yang dilakukan NIC:
meningkatkan manajemen batuk: mengajarkan klien untuk menarik nafas dalam mengajarkan kalian untuk nafas
dalam kemudian tahap selama 2 detik setelah itu batukkan 2-3 kali, mengajarkan klien untuk batuk kemudian
dilanjutkan untuk nafas dalam beberapa kali, mendampingi klien menggunakan bantal atau selimut yang dilipat
untuk menahan perut saat batuk mengatur posisi: memposisikan kalian semi folder untuk mengurangi sesak nafas
(Herdman, 2015 dan Butcher 2016). Menurut peneliti implementasi yang dilakukan bisa saja berbeda dengan
intervensi yang dibuat karena penulis harus menyesuaikan dengan kondisi klien
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT COPD

E. EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambungan dengan melibatkan
klien keluarga dan tenaga kesehatannya ( Wahyuni, 2016)
Evaluasi adalah penilaian terakhir didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan penetapan
keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu
terjadinya adaptasi pada individu (Nursalam, 2008)
Etiologi Penyakit TBC

Tuberculosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini


dapat menyerang semua bagian tubuh manusia, dan yang paling sering terkena
adalah organ paru (Abd. Wahid, 2013).
Proses terjadi infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis biasanya secara
inhalasi, sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering
dibanding organ lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui
inhalasi basil yang mengandung droplet. Nuclei, khususnya yang didapat dari
pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil
tahan asam (BTA) (Amin &amp; Bahar, 2007)
Manifestasi Klinis
MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak
PENYAKIT TBC

spesifik tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda dan
gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :

• Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
• Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan
produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent (menghasilkan sputum).
• Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
• Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
• Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan
keringat di waktu di malam hari.
Patofisiologi
Ketika seorang klien TB batuk, bersin, atau berbicara, maka secra tak sengaja keluar droplet nuklei dan jatuh ke tanah,
lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi menguap.
Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri TB yang terkandung
dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila droplet ini terhirup oleh orang lain, maka orang itu berpotensi terkena
infeksi bakteri TB. Penularan bakteri lewat udara disebut dengan istilah air bone infection. bakteri yang terhisap akan
melewati pertahanan mukosiliier saluran pernapasan dan masuk hingga ke alveoli. Pada titik lokasi di mana terjadinya
implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan diri(multiplying). Bakteri TB yang menggandakan diri ini disebut dengan
fokus primer atau lesi primer atau fokus Ghon. Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama dengan
fokus primer disebut juga dengan kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru terkena infeksi akan
menjadi sensitif terhadap protein yang dibuat bakteri tuberkulosis dan bereaksi positif terhadap tes tuberkulin atau tes
Mantoux.

PATOFISIOLOGI PENYAKIT TBC


KOMPLIAKSI PENYAKIT TBC
KOMPLIKASI
Komplikasi Penyakit TBC adalah :
• Kerusakan Otak (Meningeal Tuberculosis)
• Gangguan Mata (Tuberculosis Uveitis)
• Kerusakan Tulang dan Sendi
Pemeriksaan Diagnostik
Salah satu tes yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit TBC
adalah tes darah yang disebut dengan interferon gamma release
assay, atau biasa disingkat IGRA. Tes IGRA adalah tes darah yang
dilakukan untuk melihat keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis
dalam tubuh seseorang. Sesuai namanya, tes IGRA bertujuan untuk
memeriksa interferon-gamma (IFN-g) di dalam tubuh. Interferon-
gamma (IFN-g) adalah protein yang dihasilkan tubuh saat
terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENYAKIT TBC


Penatalaksanaan dan Terapi Menurut NANDA Nic-Noc,(2015) adanya penatalaksaan yang terbagi
menjadi dua yaitu:
PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan keperawatan
Peran perawat yang terpenting dalam penatalaksanaan klien dengan TB adalah bertanggung jawab atas
PENYAKIT TBC

penyuluhan kesehatan bagi klien dan keluarganya termasuk penyuluhan tentang medikasi, tindakan
pencegahan penularan dan perawatan tindak lanjut.
2. Penatalaksanaan medis
WHO merekomendasikan strategi DOTS (Direct Observed Treatment Shortcourse) dalam
penatalaksanaan kasus TB, selain relative tidak mahal strategi ini dianggap dapat menurunkan resiko
terjadinya kasus resistensi obat terhadap TB, selain itu pengobatan TB harus menggunakan tiga prinsip
sebagai berikut:
• Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap mikroorganisme.
• Obat-obatan harus diminum secara teratur.
• Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk menghasilkan terapi
yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang paling singkat.
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT TBC

A. PENGKAJIAN
Data Pasien :
Penyakit TB Paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa dengan
perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak
ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya
matahari ke dalam rumah sangat minim. TB Paru pada anak dapat terjadi usia berapa pun, namun
usia paling umum adalah 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru
(extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan perbandingan 3:1 TB luar paru-paru adalah TB
berat yang terutama ditemukan pada usia< 3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB Paru
menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru)
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT TBC

B. MASALAH KEPERAWATAN
Menurut Irman Somantri (2008):
• Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkaatan produksi sputum
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhintake yang tidak adekuat
• Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengankurangnya pengetahuan mencegah paparan
dari kuman patogen
• Resiko gangguan harga diri berhubungan dengan imagenegatif tentang penyakit.
• Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan berhubungan dengan
kurang terpajan pada/salah interpetasi informasi.
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT TBC
C. INTERVENSI
• Mengkaji fungsi respirasi (suara, jumlah, irama, dan kedalaman napas) serta catat pula apabila.
• Mencatat kemampuanuntuk mengeluarkan secret/batuk secara efektif.
• Mengatur posisi semi fowler, bantu berlatih batuk secara efektif dan menarik napas dalam.
• Rasional: untuk memberikan kesempatan paruparu berkembang secara maksimal akibat difragma turun ke bawah. Batuk efektif
mempermudah ekspektorasi mucus.
• Membersihkan secret dari dalam mulut dan trachea, suction jika memungkinkan
• Rasional: kondisi sesak cenderung bernapas melalui mulut jika tidak dilanjuti akan mengakibatkan stomatitis.
• Memberikan minum kurang lebih 2.500ml/hari, menganjurkan untuk minum dalam kondisi hangat jika tidak ada kontraindikasi
• Rasional: untuk menggantikan keseimbangan cairan tubuh akibat cairan banyak keluar melalui pernapasan air hangat
mempermudah pengenceran secret melalui proses konduksi yang mengakibatkan arteri pada area sekitar leher vasodilatasi.
• Kolaborasi
• a. Memberikan O2
• Rasional: meningkatkan kadar tekanan persial O2 dan saturasi O2 dalam darah
• b. Memberikan bronkodilator
• Rasional: untuk mengencerkan dahak
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT TBC

D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan merupakan wujud dari rencana keperawatan yangdisusun secara sistematis
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.Proses keperawatan yang terdiri dari validasi data, rencana
keperawatan, dokumentasirencana keperawatan, serta memberikan asuhan keperawatan sesuai
rencana,semua tindakan yang telah dilakukan dicatat dalam pelaksanaan keperawatan TB Paru terdapat
beberapa prinsip:
• Memelihara bersihan jalan nafas
• Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang
• Meningkatkan harga diri
• Mencegah terjadinya penyebaran infeksi
• Meningkatkan pengetahuan
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT TBC

E. EVALUASI
Evaluasi adalah hasil akhir dari semua tindakan proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, danpelaksanaaanya sudah berhasil dicapai. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihatkemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Evaluasi keperawatan yang dilakukan terhadap masalah TB Paru :
1.Bersihan jalan nafas efektif
2.Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan baik
3.Harga diri meningkat
4.Penyebaran infeksi tidak terjadi
5.Pengetahuan meningkat
Etiologi Penyakit Efusi Pleura
Berdasarkan penyebabnya, efusi pleura dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
• Efusi pleura transudatif
Efusi pleura ini terjadi akibat peningkatan tekanan di pembuluh darah atau
rendahnya kadar protein di dalam darah, sehingga cairan merembes ke pleura.
2. Efusi pleura eksudatif
Efusi pleura ini terjadi akibat peradangan, cedera paru, tumor, gangguan aliran
pada pembuluh getah bening.

Efusi pleura juga dapat terjadi akibat beberapa kondisi lain, seperti mengonsumsi
obat-obatan tertentu, termasuk obat kemoterapi, operasi pada bagian perut atau
dada, dan menjalani terapi radiasi.
PENYAKIT EFUSI PLEURA Manifestasi Klinis
MANIFESTASI KLINIS

Menurut Berta & Puspita 2017, tanda dan gejala yang muncul pada pasien
efusi pleura yaitu :
• Batuk.
• Dispnea berfariasi.
• Adanya keluhan nyeri dada.
• Pada efusi pleura berat adanya penonjolan interkosta.
• Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami
efusi pleura.
• Perkusi meredup diatas efusi pleura.
• Fremitus fokal dan raba berkurang.
Patofisiologi

Efusi pleura dapat berupa transudate atau eksudat. Transudate terjadi pada
peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada penderita payah jantung
kongestif, keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh
transudasi juga dapat menyebabkan hypoprteinemia seperti pada penyakit hati dan
ginjal. Eksudat akibat peradangan akan mengalmi organisasi dan terjadi perlekatan
fibrosa antara pleura viseralis dan parientalis disebut dengan fibrothoraks. Jika
fibrothoraks luas maka dapat menimbulkan hambatan mekanisme yang berat pada
jaringan-jaringan yang terdapat dibawahnya (saferi & Mariza, 2013)

PATOFISIOLOGI PENYAKIT EFUSI


KOMPLIAKSI PENYAKIT EFUSI PLEURA
KOMPLIKASI
Komplikasi Efusi Pleura jika tidak segera ditangani,
efusi pleura bisa menyebabkan beberapa komplikasi
serius, seperti:
• Atelektasis
• Sepsis
• Empiema
• Pneumothorax
• Penebalan pleura dan munculnya jaringan parut di
lapisan paru-paru
Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Darmanto (2016), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
pasien efusi pleura antara lain sebagai berikut :
1.Gambaran Rontgen
Kelainan pada foto rontgen PA baru akan terlihat jika akumulasi cairan pleura
mencapai 300 mL.
2. Pemeriksaan Mikroskopik dan Sitologi
Jika dalam cairan pleura disapatkan sel darah putih sebanyak >1000/mL, keadaan
tersebut menunjukan empyema.
3. Pemeriksaan kimia pH
Selain pemeriksaan mikroskopik dan sitology dilakukan, pemeriksaan lainnya
adalah dengan pemeriksaan kimia dan pH.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENYAKIT EFUSI


PENYAKIT EFUSI PLEURA
PENATALAKSANAAN

Menurut Wuryanto 2016, penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien
efusi pleura yaitu :
• WSD (water seal drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri,
dispneau dan lina-lain, maka cairan efusi sebanyak 1- 1,2 liter perlu di keluarkan
sesegra mungkin untuk mencegah terjadinya edema paru, jika jumlah cairan efusi
lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya dilakukan 1 jam kemudian.
• Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik.
• Pleurodesis untuk mencegah terjhadinya efusi pleura setelah inspirasi.
• Antibiotika jika terdapat emfisema.
• Operatif
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT EFUSI PLEURA

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data
yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Alimatul Aziz,
2009).
• Pengumpulan Data adalah mengumpulkan informasi secara sistematis dan kontinu untuk
menentukan berbagai masalah dan kebutuhan keperawatan pasien (Evania, 2013)
• a. Identitas Diri
• b. Keluhan Utama
• c. Riwayat Kesehatan
• d. Pola Aktivitas Sehari-hari
• e. a.Pemeriksaan Fisik, Psikologis, Psikososial, dan Spiritual
• f. Data Penunjang
• g. Analisa Data
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT EFUSI PLEURA

B. MASALAH KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan
(Dinarti & Mulyanti, 2017).
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita efusi pleura sebelum dilakukan
tindakan invasif menurut (Nurarif et al, 2015) dan (PPNI, 2017):
• Pola Napas Tidak Efektif (D. 0005)
• Nyeri Akut (D. 0077)
• Intoleransi Aktivitas (D.0056)
• Hipertermia (D. 0130)
• Defisit Nutrisi (D. 0019)
• Risiko infeksi (D. 0142)
Adapun dignosa yang diangkat dari masalah setelah dilakukan tindakan infasif adalah:
• Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi) (D.0077)
• Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D.0142) (PPNI, 2017)
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT EFUSI PLEURA

C. INTERVENSI
Intervensi yang dapat dilaksanakan oleh perawat berdasarkan standard intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) :
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas. (D.0005)
Observasi
• a) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
• b) Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing , ronchi kering)
Terapeutik
• a) Pertahankan kepatenan jalan nafas head-tilt dan chin-lift (jawthrust jika curiga trauma sevikal)
• b) Posisikan semi-fowler atau fowler
• c) Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
• a) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
• a) Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT EFUSI PLEURA

D. IMPLEMENTASI
• Pengertian
• Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan pasien (Riyadi,
2010). Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
• Pedoman implementasi
• Pedoman implementasi keperawatan menurut Dermawan (2012) sebagai berikut:
• a. Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan setelah memvalidasi rencana.
• b. Keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknis dilakukan dengan kompeten dan efisien di
lingkungan yang sesuai.
• c. Keamanan fisik dan psikologis pasien dilindungi.
• d. Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan perawatan kesehatan dan
rencana asuhan.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT EFUSI PLEURA
E. EVALUASI
• Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan dan
mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2009).
• Evaluasi asuhan keperawatan merupakan fase akhir dari proses keperawatan. Hal-hal yang dievaluasikan
adalah keakuratan, kelengkapan, kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien, dan pencapaian tujuan
serta ketepatan intervensi keperawatan (Nursalam, 2007).
• Penilaian keberhasilan
• Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan,
apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari penyebabnya. Hal tersebut dapat
terjadi karena beberapa faktor:
• a.Tujuan tidak realistis.
• b.Tindakan keperawatan yang tidak tepat.
• c.Terdapat faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. (2014). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Andarmoyo. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi), Konsep, Proses, dan Praktik
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu diakses 09 Agustus 2022
Carol. (2014). Essentials of Pathophysiology : Concepts of Altered Health States 3. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins diakses 09 Agustus 2022
Djojodibroto. (2015). Respirologi ( respiratory medicine ). Jakarta: EGC diakses 09 Agustus 2022
Fuad. (2016). Dasar-dasar Kependidikan Keperawatan. Bandung : Rinedika Cipta diakses 09 Agustus 2022
Kementrian RI. (2015). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan,Pencegahan dan Pemberantasan. Edisi II. Jakarta: Erlangga diakses 09 Agustus 2022
Misnardiarly. (2016). Penyakit Saluran Pernafasan Pneumonia Pada Anak. Jakarta : Rineka cipta diakses 09 Agustus 2022
Muttaqin. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pernafasan diakses 09 Agustus 2022
Aini, Nur. "Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan (By: Setiadi)." https://www.academia.edu/29682041/Anatoni dan Fisiologi Sistem Pemapasan By Setiadi diakses 09 Agustus
2022
Abd. Wahid, I. S. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: TIM. diakses 09 Agustus 2022
Amin, & Bahar, A. (2007). Buku Ajar Imu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan diakses 10 Agustus 2022
Departemen Iimu Penyakit Dalam FKUL. diakses 10 Agustus 2022
Alsagaff, H dan Mukty, A. (2006). Dasar-Dasar IImu Penyakit Paru. diakses 10 Agustus 2022
Surabaya:Airlangga University Press diakses 10 Agustus 2022
Depkes RI. (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta. Kementerian diakses 10 Agustus 2022
Keschatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan 2011. Serial Online ] http://www.dokternida.rekanscjawat.com/dokumen/ DEPKES
Pedoman- Nasional-Penanggulangan-TBC-201 1-Dokternida.com.pdf diakses 12 Agustus 2022
Restu, Diana. "ASKEP KASUS SISTEM PERNAPASAN (Tuberculosis Paru)."
https://www.academia.cdu/31914943/ASKEP KASUS SISTEM PERNAPASAN Tuberculosis
Paru_ diakses 10 Agustus 2022
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostis. Jakarta: DPP PPNI. diakses 12 Agustus 2022
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan TIndakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI. diakses 12 Agustus 2022
Somantri, I. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika. diakses 12 Agustus 2022

Anda mungkin juga menyukai