Disusun Oleh:
Andheas Putri Verlitasari
223203012
Sleman,
Mahasiswa
(Andheas Putri V)
NPM 23203012
Mengetahui
2
LAPORAN PENDAHULUAN
EFUSI PLEURA
1. Pengertian
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Amin
Huda, 2015)
Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul dirongga
pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya
(Muralitharan, 2015)
2. Anatomi Paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk
kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura ke dalam tiga lobus atas, tengah
dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan
bawah.
Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum
mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-
paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut pleura.
Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua
lapisan: lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan lapisan parietal
menutupi permukaan dalam dari dinding dada. Paru-paru yaitu: paru-paru kanan,
terdiri dari tiga lobus (belah paru), lobus pulmo dextra superior, lobus nedia, dan
lobus inferior, tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo
sinistra, lobus superior dan lobus inferior, tiap-tiap lobus terdiri dari belahan-
belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen
yaitu: 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis
dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Kapasitas paru-paru merupakan
kesanggupan paru-paru dalam menampung udara didalamnya. Kapasitas paru-
paru dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Kapasitas total, yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru inspirasi
sedalam-dalamnya.
3
b. Kapasitas vital, yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
maksimal.
3. Fisiologi Paru-paru
a. Pernapasan pulmoner
Merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-
paru.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner yaitu :
1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar
2) arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksige masuk ke
seluruh tubuh. Karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
3) distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah
yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian.
4) difusi gas yang menembus membrane alveoli dan kapiler
karbondioksida.
Proses pertukaran oksigen dengan karbondioksida, konsentrasi dalam
darah mempengaruhi dan meransang pusat pernapasan terdapat dalam otak
untuk memperbesar kecepatan dalam pernapasan sehingga terjadi
pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak.
4
pernapasan yang terletak di dalam medulla oblongata kalau diransang
mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui syaraf spinal.
Otot pernapasan (otot diafragma atau interkostalis) pengendalian oleh
syaraf pusat otomatik dalam medulla oblongata mengeluarkan impuls eferen
ke otot pernapasan melalui radiks syaraf servikalis diantarkan ke diafragma
oleh syaraf prenikus. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot
diafragma dan interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15 kali setiap
menit.
Pengendalian secara kimia, pengendalian dan pengaturan secara kimia
meliputi frekuensi kecepatan dan dalamnya pernapasan. Pusat pernapasan
dalam sumsum sangat peka, sehingga kadar alkali harus tetap
dipertahankan. Karbondioksida adalah produksi asam dari metabolisme dan
bahan kimia yang asam meransang pusat pernapasan untuk mengirim keluar
impuls syaraf yang bekerja atas otot pernapasan.
e. Kecepatan pernapasan
Pada wanita lebih tinggi daripada pria, pernapasan secara normal maka
ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi ada
kalanya terbalik inspirasi-istirahat-ekspirasi disebut juga pernapasan
terbalik. Kecepatan setiap menit :
1) Bayi baru lahir: 30-40 kali permenit
2) 12 bulan: 30 kali permenit
3) 2-5 tahun: 24 kali permenit
4) Dewasa: 10-20 kali permenit
f. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen
selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat
diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen
berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis misalnya
orang yang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapal, kapal
uap dan lain-lain. Bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah
merahnya hilang berganti kebiru-biruan misalnya yang terjadi pada bibir,
telinga, lengan, dan kaki disebut sianosis.
5
4. Patofisologi
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan
pleura viceralis, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 1 – 20 cc
yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur.Cairan yang
sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut
mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura
parietalis dan selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya
tekanan hidrostatik pada pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid pada
pleura viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya
sebagian kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan
penyerapan cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak
mikrovili disekitar sel – sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap.
Karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadaan ini bisa
terjadi karena adanya tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o dan tekanan osmotic
koloid sebesar 10 cm H2o. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh
beberapa hal, salah satunya adalah infeksi tuberkulosa paru .
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium
tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli, terjadilah infeksi
primer. Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar
getah bening hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah
bening akan mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran akan
meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga
pleura. Kebanyakan terjadinya effusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui
focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat
6
juga dari robeknya pengkejuan kearah saluran getah bening yang menuju rongga
pleura, iga atau columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan
eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena
kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang –
kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung
leukosit antara 500 – 2000. Mula – mula yang dominan adalah sel – sel
polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan efusi sangat sedikit
mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi bukanlah karena
adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat
menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain : Irama pernapasan tidak
teratur, frekuensi pernapasan meningkat , pergerakan dada asimetris, dada yanbg
lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal – hal diatas
ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh efusi pleura yang diakibatkan infeksi
tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun.
5. Etiologi
Efusi pleura disebabkan oleh :
a. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
b. Peningakatan permeabilitas kapiler
c. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
d. Peningkatan tekanan negative intrapleura
e. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
Ada juga yang disebabkan oleh Infeksi (eksudat)
a. Tubercolosis
b. Pneumonitis
c. Emboli paru
d. Kanker
e. Infeksi virus,jamur,dan parasit.
Non infeksi (transudat)
a. Gagal jantung kongesif (90% kasus)
b. Sindroma nefrotik
7
c. Gagal hati
d. Gagal ginjal
e. Emboli paru
6. Klasifikasi
Efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu :
a. Efusi pleura transudat
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membran
pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan di sebabkan oleh faktor
sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura.
b. Efusi pleura eksudat
Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh
kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat (Morton, 2012).
7. Manifestasi Klinik
a. Batuk
b. Dispnea bervariasi
c. Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)
d. Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.
e. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami
efusi.
f. Perkusi meredup diatas efusi pleura.
g. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.
h. Fremitus fokal dan raba berkurang.
8. Komplikasi
a. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura
viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas
dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan
yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu
dilakukan untuk memisahkan membran-membran pleura tersebut.
b. Atalektasis
8
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan
ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara
perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang
menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang
berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang
terserang dengan jaringan fibrosis.
d. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan
ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar
dan mengakibatkan kolaps paru.
e. Empiema
Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang
mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi yang
menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah dalam rongga
pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas bir atau lebih, yang
menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas dan rasa sakit.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan
untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya
cairan.
b. CT-Scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
c. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang
jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
d. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
9
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan
diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
e. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
f. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber
cairan yang terkumpul.
10. Penatalaksanaan Medis
a. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
b. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
c. Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala
subyektif seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu
dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah
cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat
dilakukan 1 jam kemudian.
d. Antibiotika jika terdapat empiema
e. Operatif
10
11. Pathway
11
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai,
status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan
effusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada,
nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir
terutama pada saat batuk dan bernafas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat
badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan
itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
f. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan
12
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi
perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan
persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan
adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan
obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi
pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum
sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami
penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas.
3) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien
yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan
menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur
abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus
degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan
Karena adanya sesak napas pasien akan cepat mengalami kelelahan
pada saat aktivitas. Pasien juga akan mengurangi aktivitasnya karena
merasa nyeri di dada.
5) Pola tidur dan istirahat
Pasien menjadi sulit tidur karena sesak naps dan nyeri. Hospitalisasi
juga dapat membuat pasien merasa tidak tenang karena suasananya
yang berbeda dengan lingkungan di rumah.
6) Pola hubungan dan peran
Karena sakit, pasien akan mengalami perubahan peran. Baik peran
dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Contohnya: karena sakit
pasien tidak lagi bisa mengurus anak dan suaminya.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya
sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai
13
seorang awam, pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya
adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien
mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
8) Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga
dengan proses berpikirnya.
9) Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks akan terganggu
untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi
fisiknya masih lemah.
10) Pola koping
Pasien bisa mengalami stress karena belum mengetahui proses
penyakitnya. Mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan
dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu
mengenai penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Kehidupan beragama klien dapat terganggu karena proses penyakit.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (pemasangan
WSD)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
(mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
14
DAFTAR PUSTAKA
15
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA
DI RUANG KENANGA RSUD SLEMAN
B. RIWAYAT KESEHATAN
Alasan masuk RS :
Awalnya sesak napas, batuk sampe grokgrok, dada sakit, perut sakit, mual
hanya keluar air liyur sampe 10x
16
Riwayat kesehatan keluarga :
Tidak ditemukan data penyakit yang sama ataupun diturunkan dari anggota
keluarganya yang lain
Genogram
Ket :
: Laki-laki (Ayah)
: Perempuan (Ibu)
: Pasien
17
C. PENGKAJIAN FISIK
1. Sistem Pernafasan
Dispnea : Ya
Sputum : Tidak
Riwayat penyakit Bronktis : Tidak; Asthma: Tidak; TBC: Tidak; Emphysema: Tidak;
Pneumonia: Ya/Tidak
Merokok : Ya ; Sehari 4 bungkus
Respirasi : 20 x/menit; Regular
Penggunaan otot bantu pernapasan: Ya
Fremitus : Tidak
Nasal flaring: Tidak
Sianosis : Tidak
Pemeriksaan Thorax
a. Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan dan kiri
b. Palpasi : Nyeri dada disebelah kanan
c. Perkusi : Perkusi redup di ICS IV dan V anterior dextra, batas paru dan hepar ICS
ke 4 – ke 6
d. Auskultasi : Suara napas terdengar seperti helaas hembusan
e. Data Tambahan Lain-lain : Penggunaan WSD
2. Sistem Kardiovaskular
Riwayat Penyakit : Hipertensi: Tidak; Penyakit gangguan jantung: Tidak
Edema kaki : Tidak
Plebitis : Tidak
Claudicasio : Tidak
Dysreflexia : Tidak
Palpitasi : Tidak; Sinkop: Tidak
Rasa kebas/kesemutan: Tidak
Batuk darah : Tidak
TD : 104/65 mmHg, pengukuran di: tangan sebelah kiri
Posisi pengukuran: Tidur
Nadi : 97 x/menit diukur di carotis/ temporal/ jugular/ radial/
femoral/popliteal/post tibial/dorsalis pedis
Kualitas nadi : Kuat
CRT : <2 detik.
Homans sign : Tidak ada homans sign
Abnormalitas kuku : Normal
Perubahan kulit : Elastis
18
Membran mukosa : Kering
Pemeriksaan Kardio
a. Inspeksi : Normal pulsasi terlihat pada pasien
b. Palpasi : Normal teraba pada pasien
c. Perkusi : Bunyi pekak/datar
d. Auskultasi : Terdengar bunyi lupdup
3. Sistem Gastrointestinal
Antropometri
a. BB : 60 kg TB : 160 cm IMT : 23,4 (Gizi cukup)
b. Berat badan: 60 Kg, ada perubahan BB: Ya; Turun, berapa kg: 1kg dalam
seminggu
Biokimia
Hb : 14,6 gr/dl Hmt : ……....%
Albumin : …….. Serum glukosa:..............
Clinical sign
a. Turgor kulit : pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan.
b. Membran mukosa: Kering
c. Edema : Tidak ada edema
d. Ascites : Tidak
e. Pembesaran tiroid: Tidak
f. Kondisi gigi dan mulut:
tidak ada kelainan kongenital seperti bibir sumbing, tidak ada stomatitis,
tidak ada labiaskisis, mulut simetris, mukosa bibir kering, tidak ada lesi,
jumlah gigi lengkap, terdapat karang gigi, mulut bau, uvula berada tepat
ditengah, tidak ada pembengkakan pada tonsil.
g. Kondisi lidah: Normal berwarna merah muda dengan bintik bintik kecil
dipermukaannya
h. Halitosis: Tidak
i. Hernia: Tidak
j. Massa abdomen :Tidak
k. Bising usus: 25x/menit
l. Data tambahan dalam Pemeriksaan abdomen:
Inpeksi: bentuk perut datar, perut simetris, tidak ada lesi, tidak ada asites
pada perut.
Auskultasi: suara bising usus normal (normal 5 – 35 x/menit).
Perkusi : suara perut tympani.
Palpasi: tidak ada massa di perut, tidak ada nyeri tekan di perut.
Diet :
a. Pola makan sebelum dirawat:3x/sehari; waktu: pagi,siang, sore
b. Ada larangan/pantangan makanan: Tidak
c. Penggunaan suplemen makanan: Tidak
d. Kehilangan nafsu makan: Ya, alasan: Kalo makan rasanya mual ingin muntah
e. Mual/Muntah: Ya, Frekuensi: 10x
f. Alergi makanan: Tidak, Sebutkan:
g. Dada serasa terbakar sesaat setelah makan: Tidak
19
h. Masalah dalam menelan: Tidak
i. Gigi Palsu: Tidak
j. Penggunaan diuretik: Ya/tidak
k. Pola makan selama sakit/dirawat:3x/sehari; waktu (sedikit-sedikit)
l. Kebutuhan cairan selama sakit: 2,3 L
4. Sistem Neurosensori
Merasa pusing/mau pingsan: Tidak
Sakit kepala : Tidak
Kesemutan/Kebas/lemah : Tidak
Riwayat stroke : Ya
Kejang : Tidak
Kehilangan daya penglihatan : Tidak
Glaukoma : Tidak; Katarak: Tidak; Alat bantu pengelihatan: Tidak.
Kehilangan daya pendengaran: Tidak
Alat bantu dengar : Tidak
Pengecap : Tidak ada gangguan
Pengidu : Tidak ada gangguan
Peraba : Tidak ada gangguan
Status mental : Tidak
Orientasi : Waktu:Normal; Waktu: Normal; Tempat: Normal Orang: Normal; Situasi:
Normal
Tingkat kesadaran : Composmentis
GCS : E 4 M 6 V 5 Total: 15
Facial droop: Tidak
Postur tubuh: lordosis
Reflek tendon:
Paralisis: Tidak
Nyeri: Ya
P: Nyeri Dada
Q: Nyeri seperti tertusuk tusuk
R: Dada bagian kanan
S: Skala nyeri turun menjadi 4
T: Nyeri saat batuk
20
5. Sistem Muskuloskeletal
Kegiatan utama sebelum sakit: Pergi keladang
Kegiatan senggang: jualan salak
Kondisi keterbatasan:Batuk
Tidur malam: Ya,....jam, Tidur siang: Ya
Kesulitan untuk tidur: Ya; Insomnia: Ya
Sulit bangun tidur: Tidak
Perasaan tidak tenang saat bangun tidur: Ya alasan:batuk dan nyeri post op
Rentang gerak : Normal aktif dan sudah bisa duduk
Kekuatan otot :5
Deformitas :...............................
Postur : lordosis
Gaya Berjalan : Tidak terkaji
Kemampuan ADL’s
(Menggunakan kode 2 = independent, 1 = butuh bantuan, 0 = dependent)
0 1 2
Buang air besar ✔️
Buang air kecil ✔️
Menggunakan toilet
Berdandan
Makan ✔️
Berpakaian ✔️
Berpindah tempat ✔️
Mobilisasi ✔️
Naik tangga ✔️
Mandi ✔️
6. Sistem Integumen
Riwayat alergi: Tidak ada alergi
Riwayat imunisasi: Vaksin dosis ke 3
Perubahan sistem imun:.................
Transfusi darah: Tidak
Temperatur kulit:.......................
Diaphoresis:...............................
Integritas kulit: bagus Scar: Ya/Tidak, lokasi....................; Rash: Ya/Tidak,
lokasi..................; Laserasi: Ya/tidak, lokasi:.........................
Ulcer: Ya/Tidak, lokasi............................
Luka bakar: Tidak
Pressure Ulcer :
…………………………………………………………………………………………
……………(skor braden scale dilampirkan)
Edema : Tidak ada edema
21
7. Sistem Eliminasi
a. Fecal
a) Frekuensi BAB :1x/hari
Konstipasi
b) Karakteristik feses
Konsistensi : Lunak
Warna : Kuning
Bau : Khas
c) Penggunaan laxative : Tidak
d) Perdarahan per anus : Tidak
e) Hemoroid : Tidak
b. Bladder
a. Inkotinensia: Tidak
b. Urgensi: tidak
c. Retensi urin: Tidak
d. Frekuensi BAK: 5x/hari
e. Karakteristik Urin: Warna kuning
f. Volume urin : 1000 cc
g. Nyeri/kesulitan terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada
h. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih: Tidak ada
8. Sistem Reproduksi
Keluhan sistem reproduksi: ………………………………………………………
Akseptor KB : ( Ya / Tidak ) ; Jenis:.............. ( Jika Ya tulislah alat KB yang
digunakan dan berapa lama)
Kegiatan sexual teratur : Ya / Tidak
Perempuan:
a. Usia menarkhe:
b. Durasi menstruasi:......hari
c. Periode menstruasi:.....hari
d. Waktu menstruasi terakhir:
e. Hamil: Ya/Tidak
f. Perdarahan diantara waktu mestruasi?Ya/Tidak, seberapa sering?..............
g. Menopouse: Ya/Tidak, sudah berapa lama:...............
h. Vaginal discharge:.....................
i. Pemeriksaan payudara sendiri: Ya/Tidak, hasil:.................
j. Pemeriksaan lain:............................
k. Terapi hormonal: Ya/Tidak, sebutkan......................
Laki Laki
a. Penis discharge: Tidak ada penis discharge
b. Gangguan prostat: Tidak
c. Sirkumsisi: Ya
d. Vasektomi: Tidak
e. Gangguan pada alat kelamin: Tidak
22
D. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Nilai / Kepercayaan
Agama yang dianut: Islam
Kegiatan keagamaan yang di jalani : Sholat 5 waktu, sholat berjamaah di masjid
Nilai / kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan :
Pasien dan keluarga mempercayai sepenuhnya kesembuhan kepada tenaga kesehatan
Gaya hidup: Setiap pagi sering pergi keladang, pasien jarang sarapan, suka minum wedang
jahe, suka suka merokok
Perubahan gaya hidup : Menjaga pola hidup sehat. ( memperbanyak minum air putih dan
mengurangi rokok)
2. Koping / stress
Pasien merasa stres: Ya
Faktor penyebab stres : Banyak tanggungan pekerjaan dan kebutuhan keluarga
Cara mengatasi permasalahan : Mengajak keluarga bertamasya diwaktu senggang
Status emosional : Cemas
3. Hubungan
Tinggal dengan: istri dan anak ke 2
Orang yang mendukung : Keluarga
Penyakit mempengaruhi hubungan keluarga/ orang lain: Tidak
Kegiatan di masyarakat : Aktif dalam kegiatan di masyarakat
4. Persepsi Diri
Yang dirasakan terkait hospitalisasi : Bosan dan ingin segera pulang kerumah
Perilaku klien sesuai dengan situasi : Menerima pengobatan
E. Defisit pengetahuan/ Pendidikan Kesehatan Klien
Bahasa utama: Jawa
Daftar kebutuhan pendidikan selama di rawat : Edukasi batuk efektif dan Gaya hidup sehat
G. Data Penunjang
Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal dlm Interpretasi
satuan
31/12/202 Hematologi
2 Hematologi rutin
Hemoglobin 14.6 gr/dl L: 14~18
Hematokrit 43 % 42~52
Lekosit 9.5 ribu/uL 4.5~11.0
Eritrosit 5.17 juta/uL 4.7~6.1
Trombosit 373 ribu/uL 150~440
MPV 10.2 fL 7.2~11.1
PDW 11.5 fL 9~13
Index Eritrosit
RDW-CV 13.2 % 11.5~14.5
MCV 83.0 fL 80~100
MCH 28.2 pg 26~34
23
MCHC 34.0 % 32~36
Hitung jenis
lekosit
Basofil 0.4 % 0~1
Monosit 9.8 % 4~8
Eosinofil 1.3 % 1~6
Limfosit 23.3 % 22~40
Neutrofil 65.2 % 40~70
Unoserologi
Rapid antigen Negatif Negatif
SARS CoV 2
Fungsi Ginjal
Ureum 21.0 mg/dL 10~50
Kreatinin 0.90 mg/dL 0.7~1.2
Elektrolit
Natrium (Na) 130.0 mmol/L 135~148
Kalium (K) 4.53 mmol/L 3.5~5.3
Klorida (Cl) 96.2 mmol/L 98~107
24
H. Terapi Yang Diberikan
Tanggal Jenis Terapi Rute Dosis Indikasi
Lasix IV 40mg
Edema akibat gangguan
jantung, hati,dan ginjal,
serta hipertensi.
25
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. Ds : Pola napas tidak Hambatan upaya napas
efektif (D.0005)
Pasien mengatakan sesak nafas
DO:
TTV:
Suhu : 37
2. Ds : Risiko Infeksi (0142) Efek prosedur invasif
( pemasangan WSD)
- Pasien mengatakan demam turun
naik Do :
- Terpasang DC
TTV :
26
- TD : 110/70 mmhg
- N : 96 x/menit
- S : 38,1 ‘C
- RR : 20 x/menit
DO :
Diagnosa Keperawatan :
1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
2. Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif (pemasangan WSD)
3. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWATAN
DX
1 Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
hambatan upaya napas keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan Pola napas Observasi :
(L.01004) membaik 1. Monitor pola napas (frekuensi,
Dengan kriteria hasil: kedalaman, usaha napas)
27
menjadi menurun 5 (mengi,whezzing, ronkhi kering)
breathing
Edukasi :
28
metabolisme diharapkan Status Nutrisi 1.Identifikasi status nutrisi
(L.03030) membaik
2. Identifikasi makanan disukai
Dengan kriteria hasil:
3. Monitor asupan makanan
1.Berat badan dari memburuk 1
menjadi membaik 5 4. Monitor berat badan
29
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
NO EVALUASI
TGL/JAM IMPLEMENTASI PARAF
DX (TANGGAL/JAM)
1 3 Januari
2023 -monitor status oksigen pasien
S:
08.30- 14.00 SpO2 = 99% - Pasjen mengatakan kesulitan
- auskultasi suara nafas bernafas
Suara nafas bersih tadak ada suara nafas - pasien mengatakan sesak
tambahan akan bertambah bila tidur
dengan posisi telentang
- mengukur suhu badan dan menghitung
RR dan N O:
P : Lanjutkan intervensi
- Observasi TTV
- Memonitor TTV O:
30
infeksi pada luka
operasi
TTV:
TD : 135/88 mmHg
NRS
: 97 x/menit : 21 x/menit
: 37.0 c
A:
P:
Lanjutkan intervensi
nutrisi
31
2) Memonitor asupan makanan
NO EVALUASI
TGL/JAM IMPLEMENTASI PARAF
DX (TANGGAL/JAM)
1 4 Januari S:
2023 - mengukur oksigen pasien
20.00- 10.00 - pasien mengatakan masih
- Mendengarkan bunyi nafas sesak namun sudah berkurang
O:
- SpO2=98%
P : Lanjutkan Intervensi
- Memonitor TTV O:
TTV:
TD : 110/70 mmHg
: 98 x/menit : 21 x/menit
NRS
: 37.6
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
33
membaik (5)
P : Pertahankan intervensi
Yogyakarta,......................
Pembimbing Akademik Pembimbing klinik Mahasiswa
34
35