Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan
merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit. Pada keadaan
normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang
membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama
sebagai pelican gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan.
Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tuberculosis, infeksi
paru nontuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul pada daerah
ada, infark pare, serta gagal jantung kongestif. Di Negara-negara barat efusi pleura
terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan
pneumonia bakteri, sementara di Negara-negara yang sedang berkembang, seperti
Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberculosis. Efusi pleura keganasan
merupakan salah satu komplikasi yang biasa ditemukan pada penderita keganasan dan
terutama disebabkan oleh kanker paru dan kanker payudara. Efusi pleura merupakan
manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50-60% penderita keganasan
pleura primer atau metastatik. Sementara 5% kasus mesotelioma (keganasan pleura
primer) dapat disertai fusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya
akan mengalami efusi pleura.(Smeltzer C Suzanne , 2002).

1.2 TUJUAN PENULISAN


1.2.1 TUJUAN UMUM
Mampu memberikan Asuhan keperawatan pada Ny.l dengan efusi pleura di ruang
maria 2 RS Santo Borromeus Bandung.

1.2.2 TUJUAN KHUSUS


Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, diharapkan penulis mampu :
a. Mampu melakukan pengkajian selama memberikan Asuhan keperawatan pada Ny.L
dengan dengan efusi pleura di ruang maria 2 RS Santo Borromeus Bandung.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan selama memberikan Asuhan
keperawatan pada Ny.L dengan dengan efusi pleura di ruang maria 2 RS Santo
Borromeus Bandung.
c. Mampu merumuskan rencana tindakan keperawatan selama memberikan Asuhan
keperawatan pada Ny.L dengan dengan efusi pleura di ruang maria 2 RS Santo
Borromeus Bandung.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan selama memberikan Asuhan keperawatan
pada Ny.L dengan dengan efusi pleura di ruang maria 2 RS Santo Borromeus
Bandung.

1
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan selama memberikan Asuhan keperawatan
pada Ny.L dengan dengan efusi pleura di ruang maria 2 RS Santo Borromeus
Bandung.

BAB II
2
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR MEDIK


2.1.1 PENGERTIAN
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas
yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C
Suzanne, 2002).
Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang mengganggu istem
pernafasan. Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit tapi, melainkan hanya
merupakan gejala atau komplikaso dari suatu penyakit. Efisu pleura adalah suatu
keadaan terdapat cairan berlebihan di rongga pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan
membahayakan jiwa penderitanya (Muttaqin Arif, 2008)
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk penimbunan cairan dalam
rongga pleura (Price & Wilson 2005).

2.1.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Anatomi

Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru


berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus atas,
tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan
bawah.
Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum
mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-paru
dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura

3
Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua
lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru an lapisan parietal
menutupi permukaan dalam dari dinding dada. Paru-paru yaitu: paru-pau kanan,
terdiri dara 3 lobus (belah paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus nedia, dan
lobus inferior, tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari, pulmo
sinester, lobus superior, dan lobus inferior, tiap-tiap lobus terdiri dari belahan-
belahan yang lebih kecil bernama segment.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu: lima buah segment pada lobus
superior, dua buah segment pada lobus medialis tiga buah segmen pada lobus
inferior.Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam
menampung udara didalamnya.Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai
berikut: 1.Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat megisi paru-paru pada
inspirasi sedalam dalamnya. 2. Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat
dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal.

2. Fisiologi
a. Pernapasan pulmoner
Merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang trjadi
pada pau-paru. Empat proses yang berhubugan dengan pernapasan polmuner
yaitu:
1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar.
2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk keseluruh
tubuh, karbondiaksoda dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa degan jumlah yang
tepat yang bias dicapai untuk semua bagian.
4) Difusi gas yang menembus mambran alveoli dan kapiler karbondioksida.
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi dalam darah
nenpengaruhi dan merangsang pusat pernapasan terdapat dalam otak untuk
memperbesar kecepatan dalam pernapasan sehingga terjadi pengambilan
O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak.
b. Pernafasan jaringan (Pernafasan interna) Darah merah (hemoglobin) yang
banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh masuk kedalam jaringan
akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan oksigen kedalam jaringan,
mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru terjadi pernafasan
eksterna.
c. Daya muat paru-paru Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500 ml –
5000 ml (4,5 - 5 liter) udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan
ekspirasi) hanya 10 %, ± 500 ml disebut juga udara pasang surut (pidal air)
yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.

d. Pengendalian pernafasan

4
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama kimiawi
dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu merangsang pusat pernafasan
yang terletak di dalam medula oblongata .
kalau dirangsang mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf
spinal. Otot pernafasan (otot diafragma atau interkostalis) pengendalian oleh
saraf pusat otomatik dalam medula oblongata mengeluarkan impuls eferen
keotot pernafasan melalui radik saraf servikalis diantarkan ke diafragma oleh
saraf prenikus. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma
dan inter costalis yang kecepatanya kira-kira 15 kali setiap menit.
Pengendalian secara kimia, pengendalian dan pengaturan secara kimia
meliputi frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan, pusat
pernafasan dalam sumsum sangat peka, sehingga kadar alkali harus tetap
dipertahankan, karbondioksida adalah produksi asam dari metabolisme dan
bahan kimia yang asam merangsang pusat pernafasan untuk mengirim keluar
impuls saraf yang bekerja atas otot pernafasan.
e. Kecepatan pernafasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara normal maka
ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi
adakalanya terbalik, inspirasi istirahat ekspirasi
disebut juga pernafasan terbalik
f. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen
selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat
diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian, kalau penyediaan oksigen
berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis misalnya
orang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapal, kapal uap dan
lain-lain, bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang
berganti kebiru-biruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga, lengan dan
kaki disebut sianosis.

2.1.3 ETIOLOGI
a. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti
pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindrom meig
(tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
b. Penbentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,
virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura,
karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma.

Kelebihan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplasktik,


tromboembolitik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu
dari empat mekanisme dasar:

a. Peningkatan teaan kapiler subpleural atau limfatik

5
b. Penurunan tekanan osmotik koloid darah
c. Peningkatan tekanan negative intrapleural
d. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

2.1.4 PATOFISOLOGI
Pleura dan rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan yang dapat
menghambat pengembangan paru atau alveolus atau keduanya. Reaksi ini dapat
disebabkan oleh penekanan pada paru akibat penimbunan udara, cairan, darah, atau
nanah dalam rongga pleura. Nyeri akibat peradangan atau fibrosis pleura juga dapat
menyebabkan pembatasan pengembangan dada.
Pleura parietalis atau viseralis letaknya berhadapan satu sama lain dan hanya
dipisahkan oleh selapis tipis cairan serosa. Lapisan tipis ini memperlihatkan adanya
keseimbangan antara transudasi dari kapiler-kapiler pleura dan reabsorbsi oleh vena
visceral dan parietal, dan saluran getah bening. Efusi pleura adalah istilah yang
digunakan untuk penimbunan cairan dalam rongga pleura. Efusi pleura dapat berupa
transudat atau eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis
misalnya pada gagaj jantung kongestif. Pada kasus ini keseimbangan kekuatan
menyababkan penyebab pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Trasudasi juga
dapat terjadi pada hipoproteinemia, seperti pada penyakit hati dan ginjal. Penimbunan
transudat dalam rongga pleura disebut hidrothoraks. Cairan pleura cenderung
tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi. Penimbunan eksudat ini disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorbs getah bening. Eksudat
dibedakan dengan transudat dari kadar protein yang dikandungnya dan berat jenis.
Transudat mempunyai berat jenis kurang dari 1.015 dan kadar proteinnya kurang dari
3%, eksudat mempunyai berat jenis dan kadar protein lebih tinggi, karena banyak
mengandung sel.
Jika efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema. Empiema
disebabkan oleh perluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan dapat merupakan
komplikasi dari pneumonia, abses paru, dan perforasi karsinoma ke dalam ronga
pleura. Empiema yang tak tertangani dengan drainase yang baik dapat membahayakan
rangka thoraks. Eksudat akibat peradangan akan mengalami organisasi, dan terjadi
perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis . keadaan ini dikenal dengan
nama fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas, dapat menimbulkan hambatan mekanis
yang berat pada jaringan-jaringan yang terdapat dibawahnya. Pembedahan
pengupasan yang dikenal sebagai dekortikasi, kadang-kadang perlu dilakukan guna
memisahkan membran-membran pleura tersebut.
Istilah hemotoraks dipakai untuk menyatakan perdarahan sejati ke dalam
rongga pleura dan tidak dimaksudkan untuk menyatakan efusi pleura yang berdarah.
Trauma merupakan penyebab tersering dari hemotoraks. Trauma dapat
diklasifikasikan sebagai trauma tembus (misalnya, luka tusuk) atau trauma tumpul
(misalnya fraktur iga yang selanjutnya menyebabkan laserasi paru atau pembuluh
darah interkostal). Duktus torasikus dapat juga menyalurkan getah bening ke dalam
rongga pleura sebagai akibat trauma atau keganasan. Keadaan ini dikenal dengan
nama kilotoraks (Price & Wilson 2005).

6
2.1.5 TANDA DAN GEJALA
a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak
napas.
b. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seprti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleurtitis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis), banyak
keringat, batuk, banyak riak.
c. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan
d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
(garis Ellis Domoiseu)
e. Didapati segitiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani bagian
atas garis Ellis Domiseu. Segitiga grocco-Rachfusz, yaitu daerah pekak karena
cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
vesikuler melemah dengan ronki.
f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

2.1.6 TEST DIAGNOSTIK

Uji Diagnostik Temuan


X-ray dada Letak Efusi biasanya berada di dasar ruang pleura;
jumlah dimoderasi cairan (250-330ml) harus
mengumpulkan untuk dilihat pada PA tegak,
dekubitus, atau dada lateral x-ray; efusi dilihat sebagai
opacity padat; besar efusi mungkin dihapuskan
hemothorax, simulasi kolaps paru; perbedaan antara
efusi dan keruntuhan berdasarkan pergeseran
mediastinum jauh dari efusi tapi menuju kolaps paru.
Thoraccutesis Untuk analisis cairan pleura; submit beberapa ratus
mililiter jika memungkinkan
Uji Laboratorium
Stain, budaya, dan sensitivitas Identifikasi agen penyebab (bakteri, fugal, atau virus)
cairan pleura

Pemeriksaan sitologi cairan Evaluasi keterlibatan potensi neoplastik


pleura Adanya efusi darah tanpa riwayat trauma dada
sugestif keganasan atau emboli paru
Biopsi pleura dengan analisis Ditunjukkan ketika analisis cairan gagal untuk
jaringan mendirikan penyebabkan.

7
2.1.7 KOMPLIKASI
1. Penumonia
2. Pneumothoraks
3. Empiema

2.18 PENATALAKSANAAN
1. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah
penumpukan kembali cairan, dn untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta
dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (Co: gagal jantung
kongestif, pneumonia, sirosis)
2. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna
keperluan analisis dan untuk menghilangkan dispneu.
3. Bila penyebab dasar malignasi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari
atau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan
elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan
pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke sistem drainase
water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasi pleura dan pengembangan paru.
4. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan ke dalam
ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleura dan mencegah akumalasi cairan
lebih lanjut.
5. Pengobatan lain untuk efusi pleura maligna termasuk radiasi dinging dada, bedah
plerektomi, dan terapi diuretic.
(Padila, 2012).

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.2.1 PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
2) Riwayat kesehatan

8
a. Keluhan utama
Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemi
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat
badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan
itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC
paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisia.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya
3) Pola fungsional Gordon yang terkait
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi
pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum
dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan
nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien
dengan effusi pleura keadaan umumnya lemah nutrisi dan metabolik
b. Pola persepsi sensori dan kognitif
Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan sehingga
menimbulkan rasa nyeri
c. Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan akan
cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien
juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien
dibantu oleh perawat dan keluarganya.
d. Istirahat dan tidur
Karena adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahatnya

4) Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan
1. Inspeksi
Peningkatan usaha frekuensi pernafasan yang disertai penggunaan otot
bantu pernafasan. Gerakan pernafasan ekspansi dada yang asimetris

9
(pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar, rongga
dada asimetris (cembung pada sisi yang sakit). Pengakjian batuk yang
produktif dengan sputum purulen.
2. Palpasi
Pendorongan mediatinum ke arah hemithoraks yang diketahui dari
posisi trakhea dan ictus cordis. Taktil fremitus menurun terutama untuk
efusi pleura yang jumlah cairannya > 300 cc. Di samping itu, pada
palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada
dada yang sakit.
3. Perkusi
Suara perkusi redup hingga pekak tergantung dari jumlah cairannya
4. Auskultasi
Suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit. Pada
posisi duduk, cairan semakin ke atas semakin tipis
b. Sistem kardiavaskuler
Pada saat dilakukan inspeksi, perlu diperhatikan letak ictus cordis
normal yang berada pada ICS 5 pada linea media claviculas kiri selebar 1
cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran
jantung.
Palpasi dilakukan untuk menghitung frekuensi jantung (heart rate) dan
harus memerhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung. Selain
itu, perlu juga memeriksa adanya thrill, iatu getaran ictus cordis. Tindakan
perkusi dilakukan untuk menentukan batas jantung daerah mana yang
terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan apakah terjadi
pergeseran jantung karena pendorongan cairan efusi pleura. Auskultasi
dilakukan untuk menentukan bunyi jantung I dan II tunggal atau gallop dan
adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung, serta
adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbelensi
darah.
c. Sistem persyarafan
Pada saat dilakukan inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji, setelah
sebelumnya diperlukan pemeriksaan GCS untuk menentukan apakah klien
berada dalam keadaan compos mentis, samnolen, atau koma. Selain itu
fungsi-fungsi sensorik juga perlu dikaji seperti pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan, dan pengecapan.
d. Sistem perkemihan
Pengukuran volume output urine dilakukan dalam hubungannnya dengan
intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria,
karena itu merupakan tanda awal syok.
e. Sistem pencernaan
Pada saat inspeksi, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah abdomen
membuncit atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilikus menonjol
atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan

10
atau massa. Pada klien biasanya didapatkan indikasi mual dan muntah,
penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.

2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan pola pernafasan b.d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan dalam rongga pleura.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi mukus yang kental, kelemahan,
upaya baruk buruk, dan edema trachea/faringeal.
3. Gangguan pertukaran gas yang b.d penurunan kemampuan ekspansi pari dan
kerusakan membran alveolar kapiler
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan akibat sesak nafas
sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.
5. Gangguan ADL b.d kelemahan fisik umum dan keletihan sekunder akibat adanya
sesak nafas.
6. Cemas b.d adanya ancaman kematian yang dibayangkan (katidakamampuan untuk
bernafas)
7. Gangguan pola tidur dan istirahat b.d batuk yang menetap dan sesak napas serta
peruhan suasana lingkungan.
8. Kurangnya pengetahuan b.d informasi yang tidak adekuat mengenai proses
penyakit dan pengobatan.

2.2.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan pola pernafasan b.d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan dalam rongga pleura
Tujuan : setelah diberikan perawatan diharapkan Pola nafas klien kembali efektif.
Kriteria: Tidak ada dispnea, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, RR normal (16
- 20 x/menit)
Intervensi :
a. Observasi pernafasan khususnya bunyi nafas dan perkusi
R/ Bunyi nafas dapat menurun
b. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan
R/ Meningkatkan inspirasi maksimum
c. Anjurkan klien untuk tidak banyak aktivitas
R/ Aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan

d. Anjurkan klien untuk tidak banyak beraktivitas


R/aktiitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan oksigen
e. Kolaborasi pemberian O2
R/ Alat membantu meningkatkan O
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan nyeri dada
Tujuan : Tsetelah diberikan perawatan diharapkan klien tidak ada nyeri dada
Kriteria: keluhan nyeri berkurang, skala nyeri menurun, wahaj tidak tampak
meringis kesakitan

11
Intervensi :
a. Kaji perkembangan nyeri
R/ Untuk mengetahui terjadiya komplikasi
b. Ajarkan klien tehnik relaksasi
R/ Untuk meringankan nyeri
c. Beri posisi yang nyaman untuk klien
R/ Untuk memberikan kenyamanan dan mengurangi rasa nyeri klien
d. Kolaborasi pemberian analgetik
R/analgesik dapat memblok rasa nyeri sehingga mengurangi rasa sakit
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubugan dengan akumulasi sekret
Tujuan : Setelah di berikan perawatan diharapkan jalan nafas klien menjadi efektif
Kriteria : - Tidak ada pengumpulan secret
- Tidak ada pengguaan alat bantu nafas
Intervensi
a. Observasi karakteristik batuk
R/ Untuk mengetahui batuk apakah menetap atau tidak efektif
b. Ajarkan batuk efektif
R/membantu pengeluaran secret
c. Berikan pasian posisi semi fowler
R/ Membantu memaksimalkan ekspansi paru.
d. Kolaborasi pemberian Oksigen
R/ Dapat meningkatkan intake oksige
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Setelah diberikan perawatan diharapkan tidak terjadi nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Kriteria : Nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastis
Intervensi :
a. Observasi nafsu makan klien
R/ Porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu maka belum baik
b. Beri makan klien sedikit tapi sering
R/ Meningkatkan masukan secara perlahan
c. Beritahu klien pentingnya nutrisi
R/ Klien dapat memahami dan mau meningkatkan masukan
nutrisi

d. Pemberian diit TKTP


R/ Peningkatan energi dan protein pada tubuh sebagai
pembangun

2.2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan

2.2.5 EVALUASI KEPERAWATAN

12
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk mengetahui masalah teratasi, masalah teratasi
sebagian, masalah tidak teratasi.

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

2.3.1 PENGKAJIAN

A. PENGUMPULAN DATA

13
1. Data umum
a. Identitas Klien
Nama : Ny. L. K
Umur : 55 thn 10 bln 6 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal pengkajian : 20-1-2015
Tanggal masuk : 19-1-2015
Diagnosa masuk : Efusi Pleura + TBC lama
Alamat : Jln. Aria Cikondang No. 2A

b. Identitas keluarga/Penanggung jawab


Nama : Tn. W. T
Umur : 60 thn
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Jln. Aria Cikondang No. 2A

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Klien
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan Masuk Rumah Sakit
Ny. L mengatakan merasa sesak nafas sehingga keluarga membawa
Ny.L ke IGD santo borromeus pada tgl 19-1-2015 jam 17.30. Sampai di
IGD Ny. L di periksa dan didapatkan hasil nyeri pada ulu hati, badan
lemas, TD: 100/70 mmhg, N: 80x/mnt, S: 38.3°C, RR: 20x/mnt,
sehingga Ny. L perlu di rawat di RS.
b) Keluhan Utama
Sesak nafas
c) Riwayat Penyakit Sekarang
P : Sesak napas setelah beraktivitas (Pergi ke toilet, miring kiri
dan miring kanan dan berbicara banyak) dan berkurang setelah
beristirahat dan diberikan O2

Q : Saat inspirasi terasa berat di daerah dada sehingga Ny. L sulit


untuk bernapas
R : Sesak napas terasa di daerah dada dan hidung
S : Sesak napas yang dirasakan klien 4/5 dari skala (1-5) yaitu

14
gangguan berat
T : lamanya sesak nafas yang di rasakan Ny. L ± 30 menit
d) Keluhan Yang Menyertai
Pusing dan nafsu makan berkurang
e) Riwayat Tindakan Konservatif dan Pengobatan Yang Telah Didapat
Ny. Mendapatkan terapi oksigen dan obat-obatan

2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a) Riwayat Penyakit atau Rawat Inap Sebelumnya
Ny. L pernah menderita penyakit TBC tetapi belum pernah di rawat
inap
b) Riwayat Alergi
Ny. Mengatakan alergi dengan asap dan debu
c) Riwayat Operasi
Tidak ada
d) Riwayat Transfusi
Tidak ada
e) Riwayat Pengobatan
Ny. Mendapatkan terapi obat-obatan seperti INH 30 mg, Ofloxatin 40
mg, Pariet 20 mg, Domperidone 10 mg dan masih menjalami terapi
sampai sekarang

3. Data biologis
a. Penampilan Umum
Ny. Tampak sakit sedang, terpasang infus Ringer asetat 15 tts/mnt, terpasang
O2 2 liter , Ny. L dalam keadaan bersih.
b. Tanda-tanda vital
- Tekanan Darah
110/60 mmhg
- Suhu
37,5°C
- Nadi (frekuensi. Keteraturan, lokasi arteri, denyutan)
84 x/mnt, teratur, arteri radialis, dan denyutan lemah

- Pernapasan
23 x/mnt
c. Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 46 kg
IMT : 18 kategori : Tidak Normal

d. Anamnesa
1) Sistem Pernapasan

15
Ny. L mengeluh sesak nafas, RR: 24x/menit, takipnea, jalan nafas tidak ada
sumbatan, bentuk dada simetris, tidak ada nafas cuping hidung, ada batuk,
sputum tidak ada, sianosis tidak ada, terpasang oksigen 2 ltr
2) Sistem Persyarafan
Ny. L mengeluh pusing
3) Sistem Pencernaan
Nafsu makan berkurang, porsi makan tidak di habiskan, bising usus
18x/mnt, Bab 1 x konsistensi encer dan warna kuning, kesulitan untuk
menelan
4) Sistem Muskuloskeletal
Ny. L merasa lemas, cepat lelah ketika beraktivitas, ADL di bantu parsial,
skala kekuatan otot
5 5

5 5
4. Data Psikologis
a. Status Emosi
Ny.L mampu mengontrol emosinya
b. Konsep Diri
Ny. L merasa tidak kehilangan peranya sebagai orang tua karena meskipun
sakit klien masih bisa mendidik anak-anaknya dan aktivitas seperti biasa
seperti membuka toko mebel diganti oleh suami.
c. Gaya komunikasi
Ny. L menggunakan bahasa yang jelas, menggunakan bahasa indonesia,
intonasinya baik,
d. Pola Interaksi
Ny. L mampu berinteraksi dengan orang disekelilingnya teruma keluarga,
dokter dan perawat di ruangan
e. Pola Mengatasi Masalah
Ny. L mengatakan jika ada masalah selalu berunding dengan istri dan anak-
anaknya

5. Data Sosio-Spritual
a. Hubungan sosial
Baik
b. Kultur yang diikuti
Klien sudah menetap lama di bandung sehingga klien mengikuti adat istiadat
bandung tetapi masih mengikuti budaya cina
c. Gaya hidup
Ny. L Selalu makan makanan rumah, tidak pernah meminum alkohol atau
merokok

d. Kegiatan agama dan relasi dengan tuhan

16
Ny. L mengatakan setiap minggu pergi ke gereja tetapi jika sakit Ny. Hanya
berdoa sendiri
6. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya
Ny. L mengatakan merasa biasa saja dengan penyakitnya karena yakin bahwa ia
dapat sembuh jika di rawat dengan baik.

7. Data Penunjang
a. Laboratorium
1) Pemeriksaan tanggal 19-1-2015 jam 21.30
- Darah lengkap
Hemoglobin 11,4 g/dl
Hematokrit 33,0 %
Eritrosit 3,97 juta/µL
MCV 83 FL
MCH 29 pg/ml
MCHC 35 g/dl
Jumlah leukosit 13,38 10.3 /µL
Jumlah trombosit 328 ribu/µL

- Hitung jenis
Basofil 0,0 %
Eosinofil 0,0 %
Neutrofil segmen 81,0 %
Limfosit 10.0 %
Monosit 9,0 %

- GDS 134 mg/dl

2) Pemeriksaan tanggal 20-1-2015 jam 08.55


- Protein total 6,84 g/dl
- Albumin L 3.31 g/dl
- Globulin 3,53 g/dl
- Bilirubin total 0,87 mg/dl
- Gama GT 59 µ/L
- Alkali fosfatase 75 µ/L
- Kolinesterase 5,7 ku/L

3) Pemeriksaan tanggal 20-1-2015 jam 22.29


Natrium 130 mmol/L

b. Radiologi
Pemeriksaan tanggal 20-1-2015

17
Klinis : low back pain

Hasilnya
- Pemeriksaan radiografi bertebrae lumbalsacral proyeksi AP dan lateralis
- Kelengkapan vertebra lumbal balik
- Kedudukan bertebra lumbal baik, tidak tampak listheus
- Pensitas vertebra lumbascaral baik
- Prosesus transversus L5 kiri kanan tampak lebar & fusi dengan 05 scarum
disertai defek
- Prosesus spinossus L5
Tidak ada tanda-tanda fraktur lesi titik maupun blastik
- Pembentukan spur di anterolateral corpus L4 dan lateralis corpus L3
Lelah diskus intervertebralis tidak menyempit
- Facet sant L3-4 dan L4-5
Tampak slerotik celah sendi scaroliaca bilateral terlihat baik jaringan lunak
paravertebra kesan baik rongga pelvis tampak terpasang IUD

c. Terapi
1) Terapi parenteral
Terpasang infus ringer asetat 15 tts/ menit dan lancar
2) Terapi oral

N Nama obat Golongan Dosis Indikasi Kontra Efek Mekanisme


o indikasi samping kerja
1. INH 300 mg Antituberkul 1x1 Terapi anti Penyakit Efek Menghambat
osis tuberkulosis hati akut, toksid biosintesis
penyakit terhadap asam mikolat
karena saraf (mycolic
kerusaha pusat, acid) yang
n sel. anoreksia, merupakan
nausea, unsur penting
sakit dinding sel
kepala, mikrobacteriu
ataksia, m.
tinnitus,
konstipasi,
hematokrit
2 Rifampicin Antimikroba 1x1 untuk penderita Mual dan Menghambat
. 450 mg /antileprotik pengobata yang muntah,ga sintesa RNA
n hipersens ngguan dari
tuberkulos itif fungsi mikrobacteriu
is atau terhadap hati, m
TBC obat ini, pernah
Penderita dilaporkan
dalam
jaundice, timbulnya
kombinasi
Penderita ikterus,
obat
porfiria purpura,
tuberkulos
reaksi
is lainnya,

18
Untuk hipersensit
pengobata ivitas atau
n lepra, alergi,
digunakan trombosito
dalam penia,
kombinasi leukopenia
,dapat
dengan
terjadi
senyawa
abdominal
leprotik
distress
lain.
(ketidakny
amanan
pada
perut) dan
pernah
dilaporkan
terjadinya
kolitis
pseudo
membran,
Juga
pernah
dijumpai
keluhan-
keluhan
seperti
influenza
(flu
syndrome)
, demam,
nyeri otot
dan sendi
3. Probiotik Antimikroba 1x1 Penyakit Infeksi Intestinal Mencegah
/antibakteri yang bakteri gas dan pelekatan/adh
mengandung stapiloko perut esi dar sel-sel
virus atau kus kembung. pathogen
bakteri yang penghasil yang akan
bisa penisilin memperoduk
menular, ase dan si zat kimi
non aktif
penisilin permukaan,
ase mencegah
perkembanga
n dari sel-sel
pathogen
yang
memperoduk
si asam,
hydrogen
peroxide dan
bakteriosin.
4 Lansoprazol Antasida dan 1x1 Pengobatan hipersens Sakit Lansoprazole

19
e ulkus, jangka itivitas kepala, adalah
antibusa pendek diare, inhibitor
tukak usus, mual,munt sekresi asam
tukak ah, mulut lambung
lambung, kering, yang efektif.
refluks sembelit, Lansoprazole
esofagus kembung secara efektif
pusing,lela menghambat
h, ruam (H+/K+)ATP
kuliturtika ase (pompa
ria, proton) dari
pruritus. sel parietal
mukosa
lambung.
5. Ofloxacin 40 Antimikroba 1x1 Infeksi Hipersen Mual,mun Menghambat
mg /antibakteri saluran sitivitas tah,diare, enzim DNA
nafas bawah mulut topoisomeras
kring, e (ATP-
konstipasi, hydrolyzing).
sakit
kepala,
insomnia.
6. Pariet 20 mg Antasisa dan 1x1 Tukak Hipersen Konstipasi -
ulkus, lambung sitivitas ,edema,
antibusa ringan terhadap sakit
penggant kepala,
i peningkata
benzimid n GPT
azol.
Hamil
dan
laktasi
7. Domporidon Antiemetik 1x1 Menyembuh Hipersen Jarang Domperidone
e 10 mg kan rasa sitivitas, dilaporkan merupakan
sakit kepala, prolaktin : sedasi, antagonis
dopamin
menurunkan oma, reaksi
yang
demam yang tumor ekstrapira mempunyai
diserati flu hipofise midal kerja anti
yang distonik, emetik, Efek
mengerlu parkinson, Anti emetik
akan tardive dapat
prolaktin diskinesia disebabkan
oelh
. (pada
kombinasi
pasien efek periferal
dewasa (gastrokinetik
dan usia ) dengan
lanjut) dan antagonis
dapat terhadap
diatasi reseptor
dopamin di
dengan
kemoreseptor
obat "triggerzone"
antiparkin yang terletak

20
so, di luar sawar
Peningkat darah otak
an diarea 
postrema,
prolaktin
Pemberian
serum peroral
sehingga Domperidone
menyebab menambah
kan lamanya
galaktorrh kontraksi
oea dan anal dan
duodenum,
ginekomas
meningkatka
tiaMulut n
kering, pengosongan
sakit lambung
kepala, dalam bentuk
diare, cairan dan
ruam kulit, setengah
pada pada
rasa haus,
orang sehat,
cemas dan serta bentuk
gatal. pada pada
penderita
yang
pengosongan
nya terlambat
dan
menambah
tekanan pada
sfinker
esofagus
bagian bawah
pada orang
sehat
8. Sumagestik Analgesik 1x1 Sakit kepala, hipersens Reaksi Sumagesic
non narkotik pusing, itivitas kulir,darah bekerja pada
demam ,reaksi pusat rasa
kulit lain sakit dalam
otak,
mencegah
timbulnya
rangsangan
sakit.
Sumagesic
juga dapat
menurunkan
demam
dengan
mempengaru
hi pusat
pengatur
suhu tubuh
dalam otak.
Sumagesic
membuat
penderita

21
demam
mengeluarka
n keringat,
sehingga
suhu badan
menurun

d. Diit
-
e. Acara infus
Infus RA 500 ml dalam 15 tts/ mnt
f. Mobilisasi
Ny.L dapat pergi ke toilet sendiri dan dapat bangun dan duduk sendiri, aktivitas
terbatasa karena Ny. L merasa pusing.

B. PENGELOMPOKKAN DATA

No Data subyektif Data objektif


1. Ny. L mengeluh sesak nafas Dispnea, RR 24x/mnt, takipnea, batuk
kering
2. Ny. L mengatakan badan terasa lemas Cepat lelah, TD: 110/60, N: 84x/mnt,
RR: 24x mnt, dispnea, ADL di bantu
parsial

C. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Adanya timbunan cairan Ketidakefektifan
Ny. L mengeluh sesak nafas pola nafas
DO Osmosis terjadi secara
Dispnea, RR 23x/mnt, takipnea, terus menerus di ruang
batuk kering intra-ekstra

Adanya tekanan
hidrostatik

Terjadi pergesekan

Gangguan ventilasi
(pengembangan baru
tidak maksimal) dan
gangguan difusi

Pao2 menurun, Pco2


meningkat, sesak nafas,
takipnea, RR meningkat

22
KETIDAKEFEKTIFAN
POLA NAFAS

2. DS: Penurunan suplai Intoleransi aktivitas


Ny. L mengatakan badan terasa oksigen ke jaringan
lemas
DO: Peningkatan
Cepat lelah, TD: 110/60, N: metabolisme anaerob
84x/mnt, RR: 23x mnt, dispnea,
ADL di bantu parsial Peningkatan produksi
asam laktat

Kelemahan umum fisik

INTOLERANSI
AKTIVITAS

2.3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Ketidakefektivan pola nafas b.d pengembangan paru tidak maksimal yang di
ditandai dengan Ny. L menguluh sesak nafas, takipnea, RR 23x/mnt, batuk kering.
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum yang ditandai dengan Ny. L menguluh
badan terasa lemas, adanya dispnea, cepat lelah saat beraktivitas, TD: 110/60, N:
84x/mnt, RR: 24x mnt, ADL di bantu parsial

2.3.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Tgl Diagnosa keperawatan Perencanaan


Tujuan Intervensi Rasional
1. 20/1/15 Pola nafas tidak efektif Setelah a. Jelaskan a. Untuk
b.d pengembangan paru diberikan kepada klien meningkatkan
kurang maksimal yang perawatan dan keluarga pengetahuan
ditandai dengan klien selama 2 x 24 penyebab sesak pasien serta
mengeluh sesak napas, jam di harapkan meningkatkan
takipnea, RR 23x/mnt, tidak terjadi pasien dalam
adanya batuk kering perubahan pola kooperatif
nafas dengan terhadap
kriteria : tindakan
- Tidak keperawatan
mengeluh yang diberikan
sesak nafas b. Lakukan b. Manajemen
- Tidak takipnea manajemen jalan napas
- RR dalam jalan napas dapat
batas normal dengan meningkatkan
(12- 20x/mnt) memfasilitasi asupan o2
- tidak ada batuk kepatenan jalan sehingga sesak

23
napas klien akan
berkurang
c. ajarkan teknik c. untuk
nafas dalam menurunakan
rasa sesak nafas
dan
memberikan
rasa nyaman
d. bantu pasien d. untuk
dalam posisi memungkinkan
semi ekspansi dada
fowler/fowler maksimal
sehingga mudah
untuk bernafas
e. kolaborasi e. untuk
dalam o2 sesuai meningkatkan
indikasi asupan o2
sehingga
menurunkan
distress
pernapasan
f. observasi f. untuk
keluhan sesak, mengetahui
RR, irama keberhasilan
pernapasan dan dari tindakan
batuk dan menentukan
intervansi
selanjutnya
2. 20/1/15 Intoleransi aktivitas b.d Setelah a. Kaji skala a. untuk
kelemahan umum yang diberikan aktivitas klien menentukan
ditandai dengan Ny. L perawatan 3x24 tingkat
mengeluh badan terasa jam di harapkan ketergantungan
lemas, adanya dispnea, aktivitas klien klien
cepat lelah saat sehari-hari akan b. lakukan b. bantuan fisik
beraktivitas, TD: terpenuhi dan terapi aktivitas dapat
110/60, N: 84x/mnt, RR: kemampuan dengan menurunkan
24x mnt, ADL di bantu beraktivitas memberi kelelahan yang
parsial meningkat anjuran dan di rasakan klien
dengan kriteria: bantuan sehingga dapat
- tidak aktivitaf fisisk, menurunkan
mengeluh kognitif sosial kerja
badan lemas dan spitual yang miokard/konsu
- aktiivtas ADL spesifik untuk msi oksisgen
di lakukan meningkatkan

24
sendiri rentang gerak
- TD; 120/80
Mmhg
-N : 60-100 c. ajarkan c. aktivitas yang
x/mnt periode untuk meningkat
istirahat dan memberikan
- RR : 12- aktivitas secara kontrol jantung,
20x/mnt bergantian meningkatkan
regangan, dan
mencegah
aktivitas
berlebihan.
d. lakukan d. dengan
manajemen manajemen
energi: bantu energi dapat
dengan aktivitas menurunkan
fisik teratur rasa kelelahan
misalnya, akibat aktivitas
duduk,
berpindah,
mengubah
posisi dan
perawatan
personel
e. observasi e. untuk
keluhan lelah mengetahui
klien, rentang keberhasilan
gerak, TD, N, dari tindakan
RR

2.3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No & Jam No. Implementasi Nama&


tgl DK ttd
20/1/1 09.00 1 Membantu Ny. L dalam posisi fowler sinta
5 09.15 Memberikan obat INH & rifampicin k. vera
10.00 Memberikan oksigen 2 liter Sinta
11.30 Mengukur TTV (TD, N, RR, S) Sinta &
yanti
12.30 Memberikan obat ofloxatin & pariet Sinta
14.00 Mengobservasi keluhan sesak, RR, dan batuk Sinta

07.45 2 Membantu Ny. Ke toilet untuk BAK Sinta


08.00 Membantu Ny. L dalam melakukan personal hygiene Sinta

25
08.20 Membantu merapikan tempat tidur Sinta
09.00 Membantu Ny. L dalam mengubah posisi duduk, Sinta
kemudian fowler
09.15 Memberikan waktu istirahat di antara aktivitas Sinta
11.30 Mengukur TTV (TD, N, RR, S) Sinta
14.00 Mengobservasi keluhan lelah klien, rentang gerak, TD, Sinta
N, RR
21/1/1 09.00 1 Membantu Ny. L dalam posisi fowler Sinta
5 09.15 Memberikan obat INH & rifampicin Sinta
10.15 Mengajarkan teknik nafas dalam dengan cara menarik Sinta
nafas melalui hidung dan menghembuskan melalui
mulut sebanyak 3 x
12.30 Memberikan obat ofloxatin & pariet k. adji
14.00 Mengobservasi keluhan sesak, RR, dan batuk
07.45 2 Membantu Ny. Ke toilet untuk BAK Sinta
08.00 Membantu Ny. L dalam melakukan personal hygiene Sinta
08.20 Membantu merapikan tempat tidur Sinta
09.00 Membantu Ny. L dalam mengubah posisi duduk, Sinta
kemudian fowler
09.15 Memberikan waktu istirahat di antara aktivitas Sinta
11.30 Mengukur TTV (TD, N, RR, S) Sinta
14.00 Mengobservasi keluhan lelah klien, rentang gerak, TD, Sinta
N, RR

2.3.5 EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl No.DK Soap Nama &


TTD
20/1/15 1 S : Ny. L masih mengeluh sesak napas Sinta
O : RR 22x/mnt, menggunakan O2 2 ltr/mnt, takipnea,
batuk kering
A : Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P : Rencana intervensi tetap di lanjutkan

2 S : klien mengatakan badan masih terasa lemas Sinta


O : cepat lelah jika melakukan aktivitas, TD: 110/80, N:
89x/mnt, RR: 22x/mnt, ADL di bantu parsial
A : masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
P : rencana intervensi tetap dilanjutkan

21/1/15 1 S : klien mengatakan sudah tidak sesak nafas Sinta


O : RR: 20 x/mnt
A : masalah pola nafas tidak efektif teratasi
26
P : rencana intervensi tetap di lanjutkan
2 S : klien mengatakan badan lemas Sinta
O: cepat lelah jika melakukan aktivitas, TD: 110/70,
N: 78x/mnt, RR: 20x/mnt, ADL di bantu parsial
A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : rencana intervensi tetap dilanjutkan

BAB III

PENUTUP

27
3.1 KESIMPULAN

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas
yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi. Penyebab efusi
pleura yaitu pernah menderita TBC, gangguan jantung dll. Tanda dan gejala dari efusi
pleura yaitu sesak napas, batu, pusing, mual,muntah, kelemahan. Pengobatan yang bisa
dilakukan yatu salah satunya bisa dengan melakukan WSD.

Penyakit efusi pleura yang dierita Ny. L disebabkan karena Ny. L menderita sakit
TBC sudah hampie setahun sehingga berkomplikasi pada efusi pleura. Selama sakit Ny.
L merasakan sesak nafas, nafsu makan berkurang, pusing dan cepat lelah jika
beraktivitas. Pengobatan yang telah didapat oleh Ny. L yaitu terapi oksigen 2 ltr dan
juga obat-obatan (INH, rifampicin, Pariet, Sumagesti dll).

3.2 SARAN

Dengan adanya pengobatan yang dilakukan Ny. L diharapkan Ny. L cepat


sembuh dan tetap menjalani pengobatan sehingga tidak menjalani pengobatan ulang.

DAFTAR PUSTAKA

28
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-asuhankepe-5141-2-babii.pdf.
Tgl 24-2-2015 jam 14.45

IAI. 2013. Iso Indonesia. Jakarta. PT. ISFI.

Padila, 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha medika.

Price, Sylvia Anderson dan Lorraine M. Wilson . 2005 . Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit vol 2 ed 1 . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC)

Smeltzer, Suzzane C . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth vol 1 ed 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC)
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

Wilkinson, J, M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Ed. 2. Jakarta : EGC

29

Anda mungkin juga menyukai