Anda di halaman 1dari 10

BAB II ASKEP PADA PENDERITA DENGAN KANKER PARU 1. PENGKAJIAN DATA DASAR 1.

Identitas : Nama penderita Alamat penderita tinggal Usia penderita Jenis kelamin Agama Pekerjaan Pendidikan terakhir Status

2. Riwayat atau adanya faktor resiko: Perokok berat dan kronis baik sigaret maupun cerutu (faktor resiko mayor). Terpapar terhadap lingkungan karsiniogen (polusi udara, arsenic, debu logam, zat kimia, asap kimia, debu radioaktif, dan asbestos). Penyakit paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru. 3. Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajian system pernafasan dan survey umum dapat menyatakan tanda dan gejala berikut, tergantung pada lokasi tumor: Batuk meneptap (disebabkan karena sekresi cairan yang berlebihan). Mengi (akibat penyempitan cabang-cabang bronkus oleh tumor). Dispnea (disebabkan oleh penyempitan jalan nafas dan sekresi cairan yang berlebihan). Hemoptisis (disebabkan oleh erosi kapiler di jalan nafas).

Peningkatan volume sputum dengan bau tidak sedap (disebabkan oleh akumulasi sel yang nekrosis di belakang bagian yang obstruksi oleh tumor). Infeksi saluran pernafasan yang berulang (retensi sel dibelakang bagina yang obstruksi merupakan predisposisi pasien terhadap infeksi). Nyeri dada tumpul, yang dapat menyebar ke bahu dan punggung (seperti pembesaran tumor, ini menekan saraf di jaringan pleural). Effuse pleural (terjadi bila tumor menganggu diding paru). Parau (disebabkan oleh tekanan tumor terhadap saraf larring berulang). Disfagia (akibat tekanan tumor terhadap esofagus). Edema daerah muka, leher, dan lengan (dapat terjadi bila tumor menyumbat aliran darah di vena cava superior, kondisi yang disebut sebagai vena cava superior).

Dengan menyebarnya karsinoma ke organ lain, manifestasi paraneoplastis tambahan terlihat. Hiperkalsemia (akibat metastasis ke tulang), dan kalsifikasi paru lanjut. Perubahan neurologis (pandangna kabur , sakit kepala, kejang karena edema cerebral disebabkan oleh metastasis ke otak). Disfungsi endokrin (sinrom Cushings, ginekomastia, hipertiroidisme) Jari tabuh Neuropati perifer Sindroma nefrotik Kemerahan Nyeri sendi Kelemahan otot

4. Pemeriksaan diagnostic: Foto dada menunjukan sisi lesi Analisis sputum untuk sitologi menyatakan tipe sel kanker. Tiga specimen yang diambil saat bangun pagi biasanya diperlukan untuk test ini. Sel tumor yang terlepas ke sekresi bronchial dapat dibatukan bersamaan dengan sputum. Scan tomografi computer dan tomogram paru menunjukan lokasi tumor dan ukuran tumor.

Bronkoskopi dapat dilakukan untuk memperoleh sampel untuk biopsy dan mengumpulkan hapusan bronchial tumor yang terjadi di cabang bronkus. Aspirasi denga jarum dan biopsy jaringan paru dapat dilakukan jika pemeriksaan radiologi menunjukan lesi di paru-paru perifer. Radionuclide scan terhadan organ-organ lain menentukan luasnya mestastase (otak, hepar, tulang, dan limpa)

2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.1. DIAGNOSA KEPERAWATAN: GANGGUAN PERTUKARAN GAS berhubungan dengan kanker paru yang ditandai dengan hemoptoe, mengi, batuk menetap, AGD abnormal, ronci, sianosis, dipsnea, penggunaan otot-otot asesori untuk bernapas. Tujuan : Criteria hasil : AGD dalam batas normal, warna kulit normal, frekuensi napas 12-24 kali/menit, bunyi paru bersih tidak ada hemoptoe, tidak menggunakan otot-otot asesori untuk bernapas. Intervensi : 1. Konsul dokter untuk rujukan ke bagian terapi pernafasan untuk tindakan nebulizer atau pernafasan tekanan positif interniten (PTPI) bila kongesti paru menetap. R/ : Ahli terapi pernapasan adalah spesialis dalam pemeriksaan fungsi paru dan modalitas terapi. 2. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2-3 liter per hari, kecuali jika ada konta indikasi R/ : Untuk membantu mengencerkan sekresi paru-paru dan memudahkan pasien untuk batuk dan mengeluarkan secret tersebut.: 3. Jika mobilitas terganggu, implementasikan tindakan untuk mencegah komplikasi imobilitas. R/ : Pasien dengan kanker mempunyai daya tahan tubuh yang rendah karena terapi modalitas (kemoterapi, terapi radiasi, dan operasi radikal). 4. Ketika terjadi episode dispnea: Berikan oksigen lembab tambahan

Implemestasikan tindakan untuk menurukan tingkat ansietas dengan membantu pasien agar merasa dalam keadaaan terkontrol. Tetaplah melakukan pendekatan dengan tenang dan penuh percaya diri temani pasien dan instruksikan untuk bernafas perlahan dan dalam. Pertahankan posisi tegak

R/ : Pemberian oksigen tambahan membantu menurunkan upaya untuk bernapas dengan meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia ke jaringan. Perasaan tercekik sering kali muncul, ketika terjadi periode dispnea. Hal tersebut dapat mencetuskan ansietas dan ansietas dapat diturunkan jika pasien merasa terkontrol dan berinteraksi dengan pemberi perawatan yang tenang dan meyakinkan. Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih penuh dengan menurunkan tekanan abdomen pada diafragma. 5. Pantau: Status pernafsan tiap delapan jam Hasil pemeriksaan fungi paru-paru dan AGD.

R/ : Untuk mengidentifikasi indikasi perkembangan dan penyimpangan dari hasil yang di harapkan 6. Beri tahu dokter jika gejala-gejala distress pernapasan menetap atau memburuk. R/ : Hal tersebut merupakan tanda berkembangnya infeksi saluran pernapasan atau bertambah luasnya jaringan paru yang terkena. 7. Siapkan pasien untuk bedah paru sesuai dengan pesanan. R/ : Pneumonektomi atau lobektomi dapat dilakukan untuk melokalisasi kanker seperti stadium 1 dan 2 bedah reseksi tidak digunakan untuk kanker stadium 3 dan 4 atau karsinoma sel kecil(sel oat) karena metastase luas telah terjadi pada saat diagnose ditegakkan. 8. Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan sesuai dengan indikasi R/ : memaksimalkan sediaan oksigen, khususnya bila ventilasi menurun depresi anastesi atau nyeri, juga selama periode kompensasi fisiologi sirkulasi terhadap unit fungsional alveolar. 9. Observasi TTV R/ : agar mengetahui sejauh mana perkembangan pasien sehingga dapat memberikan tindakan keperawatan selanjutnya.

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN : ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan jumlah secret yang ditandai dengan batuk tidak efektif, bunyi napas tak normal, dipsnea, perubahan frekuensi/kedalaman pernapasan. Tujuan : pasien mampu mengeluarkan secret Criteria hasil : bunyi napas jelas, secret mudah dikeluarkan, dapat batuk dengan efektif, frekuensi pernapasan 12-20x/menit Intervensi : 1. Bantu pasien untuk napas dalam dan batuk efektif dengan posisi duduk tinggi dan menekan daerah insisi. R/ : posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan penekanan menguatkan upaya batuk unutk memobilisasi dan membuang secret. Penekanan dilakukan perawat (meletakkan tangan di anterior dan posterior dinding dada) dan oleh pasien (dengan bantal ) sampai kekuatan membaik. 2. Penghisapan bila batuk lemah atau ronci tidak bersih dengan upaya batuk. Hindari penghisapan endotrakea/nasotrakeal yang dalam pada pasien pneumonektomi bila mungkin. R/ : penghisapan rutin meningkatkan resiko hipoksemia dan kerusakan mukosa. Penghisapan trekeal dalam secara umum kontraindikasi pada pasien pneumonektomi untuk menurunkan resiko rupture jahitan bronchial. Bila penghisapan tidak dihindari, harus dilakukan dengan hati-hati hanya untuk merangsang batuk efektif. 3. Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500ml/hari) dalam toleransi jantung. R/ : hidrasi adekuat untuk mempertahankan secret hilang/peningkatan pengeluaran. 4. Kaji nyeri/ketidak nyamanan dan obati dengan dosis rutin dan lakukan latihan pernapasan. R/ : mendorong pasien untuk bergerak, batuk lebih efektif, dan napas lebih dalam untuk mencegah kegagalan pernapasan. 5. Kolaborasi dalam pemberian IPPB, spirometri intensif, meniup botol, drainase postural/perkusi sesuai indikasi.

R/ : memperbaiki ekspansi paru/ventilasi dan memudahkan pembuangan secret. 6. Gunakan oksigen humidifikasi/nebulizer ultrasonic. Berikan cairan tambahan melalui IV sesuai indikasi. R/ : memberikan hidrasi maksimal membantu penghilangan/pengenceran secret untuk meningkatkan pengeluaran. 7. Auskultasi dada untuk karakter bunyi napas dan adanya secret. R/ : pernapasan bising, ronci, dan mengi menunjukkan tertahannya secret dan/atau obstruksi jalan napas. 8. Observasi TTV, jumlah dan karakter sputum/aspirasi secret. Selidiki perubahan sesuai indikasi. R/ : peningkatan jumlah secret tak berwarna (atau bercak darah)/berair awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan. Adanya sputum yang tebal/kental, berdarah, atau purulen diduga terjadi sebagai masalah sekunder.

2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN: NYERI berhubungan dengan karsinoma paru yang ditandai dengan pasien menyatakan nyeri, raut muka menyeringai, perilaku berhatihati(napas dalam, posisi statis), perilaku mengalihkan (menangis, gelisah, merintih). Tujuan: pasien menyatakan nyeri sudah berkurang atau hilang Criteria hasil : menyatakan nyeri telah hilang, ekspresi wajah rileks, pengembangan paru penuh, peningkatan tingkat aktivitas. Intervensi : 1. Jelaskan pada pasien mengenai penyebab nyeri R/: mendorong pasien untuk lebih kooperatif terhadap tindakan perawatan yang akan dilakukan. 2. Untuk meminimalkan nyeri dada pleuritik: Ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif Instruksikan pasien untuk menahan dada dengan kedua tangannya atau dengan bantal saat batuk

Dorong pasien untuk berhenti merokok Berikan oksigen dengan pelembab udara sesuai pesana

R/: Napas dalam dan batuk kuat meregangkan membrane plura dan menimbulkan nyeri dada pleuritik. Nikotin dari produk tembakau dapat mengakibatkan konstriksi bronchial dan menurunkan gerakan silia yang melapisi saluran pernapasan bagian bawah. Udara yang lembab, membantu mengencerkan sekresi paru. Anti batuk menekan pusat batuk di otak. 3. Untuk meminimalkan nyeri tulang: Membalik dengan hati-hati dan beri dukungan Hindari menarik ekstrimitas Berikan matras yang lembut Ubah posisi tiap 2 jam Metastase ke tulang menyebabkan nyeri yang hebat

R/: Pada banyak pasien, bahkan hanya sentuhan ringan dapat menimbulkan rasa nyeri. 4. Berikan analgesic dan evaluasi keefektifannya. Konsul dokter jika analgesic yang diberikan tidak efektif untuk mengontrol nyeri R/: Rasa nyaman merupakan prioritas dalam memberikan perawatan kepada pasien dengan kanker. Control rasa nyeri sering kali memerlukan penggunasan narkotik dosis tinggi. 5. Observasi TTV dan skala nyeri R/: agar mengetahui sejauh mana perkembangan pasien sehingga dapat memberikan tindakan keperawatan selanjutnya.

2.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN: INTOLERANSI AKTIVITAS berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap kanker paru yang ditandai dengan dipsnea, takipnea, pasien mengeluh lelah dan lemahdengan aktivitas minimal Tujuan : Criteria hasil : mendemonstrasikan toleransi terhadap aktivitas fisik dalam melakukan akivitas kehidupan sehari-hari (AKS)

Intervensi : 1. 2.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN: Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk menetap dan nyeri tulang pleuritik.yang ditandai dengan batuk menetap selama waktu tidur, keluhan ketidakmampuan untuk tidur karena batuk atau nyeri menetap. Tujuan : insomnia berkurang atau hilang KRITERIA HASIL: melaporkan perasaan dapat istirahat, sedikit keluhan insomnia. 2.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN: Resiko tinggi ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, pemeriksaan diagnostic, rencana tindakan, dan prognosa: ketakukan terhadap kematian dini yang ditandai dengan meminta informasi: menyatakan kurang pemahaman: menyatakan perasaan gugup, takut, atau cemas: ekspresi wajah tegang. Tujuan : pasien menyatakan cemas berkurang atau hilang KRITERIA HASIL: melaporkan perasaan cemas atau gugup berkurang, ekspresi wajah rileks, menyatakan pemahaman tentang penyakit, rencana tindakan dan pemeriksaan diagnostic. Intervensi : 1. Evaluasi tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang diagnose. R/ : Pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini melibatkan susunan tekanan perawatan individu dan memberikan informasi yang perlu unutuk memilih intervensi yang tepat. 2. Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama. R/ : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi/salah interpretasi terhadap informasi. 3. Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan.

R/ : Bila penyangkalan ekstrim atau ansietas mempengaruhi kemajuan penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaiannya. 4. Libatkan pasien atau orang terdekat dalam perencanaan perawatan. Berikan waktu untuk menyiapkan peristiwa atau pengobatan. R/ : dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan control/kemandirian pada pasien yang merasa tak berdaya dalam menerima diagnose dan pengobatan. 5. berikan kenyamanan fisik pasien. R/ : untuk memudahkan pasien dalam mengontrol emosi. 2.6 DIAGNOSA KEPERAWATAN: Resiko tinggi kerusakan managemen pemeliharaan diri di rumah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan diri di rumah, kurang system pendukung yang adekuat yang ditandai dengan menyatakan kurang pemahaman, meminta batuan dalam pengobatan, menyatakna kebutuhan bantuan dalam beberapa aspek AKS karena kekurangan sumber keluarga. Tujuan : mendemonstrsikan cara untuk memaksimalkan kesehatan paru di rumah. KRITERIA HASIL: menyatakan cara untuk memperbaiki oksigenasi, menyatakan pemahaman tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medis, menyatakan pemahaman resep obat-obatan untuk digunakan di rumah, melakukan latihan paru dengan benar, mengidentifikasi sumber komunitas yang memberikan pelayanan pendukung. Intervensi : 1. Yakinkan pasien atau orang terdekat telah mempunyai tulisan tentang: Perjanjian untuk perawatan lanjut Instruksi-instruksi untuk perawatan diri di rumah. Nomor telepeon dokter untuk dihubungi bila ada timbul masalah. Obat-obatan yang perlu dilanjutkan dirumah meliputi nama, dosis, tujuan, jadwal, dan efek samping yang dapat di laporkan R/ : Instuksi verbal sangat mudah terlupakan 2. Instruksi pasien untuk: Mencari pertolongan medis bila ada hemoptisis, nyeri meningkat, demam, batuk menetap, dispnea meningkat atau nafas pendek saat istirahat.

Minum obat sesuai degan yang diresepkan dan hubungi dokter jika terjadi reaksi yang merugikan . Hindari kelelahan yang berlebihan dan lakukan istirahat dengan sering sepanjang hari. Berhenti merokok. Jika tidak mampu berhenti meroko secara mandiri, ikutilah program berhenti merokok. Hindarkan pasien dari infeksi saluran pernafasan atas dan area yang dipenuhi banyak orang,khususnya dalam musih flu, kenakan masker jika tidak memungkinkan untuk menghindari situasi tersebut.

Dapatkan vaksin flu tiap tahun. Hindari pemajanan dengan zat-zat iritan (parfum yang berat, bunga-bungaan) Bersihkan alat-alat untuk perawatan pernapasan setiap setelah menggunakannya

R/ : Penyuluhan kesehatan untuk pulang membantu memperbaiki kepatuhan pasien. Pasien dengan kanker memiliki system kekebalan yang lemah dan rentan terhadap infeksi. 3. Evaluasi pengertian pasien tentang instruksi-instruksi perawatan di rumah. Dorong

pasien untuk bertanya. Klarifikasi jika ada salah pengertian. Ijinkan pasien mendemonstrasikan latihan paru yang di anjurkan oleh ahli terapi paru. R/: Evaluasi sangat penting dalam menentukan apakah pasien atau kelurgannya mengerti tentang informasi yang telah disampaikan. Kegagalan dalam memahami informasi yang telah diberikan, merupakan penyebab utama ketidak patuhan 4. Evaluasi kebutuhan pasien akan bantuan perawatan di rumah dan dukungan financial sesuai program ahli terapi. Lakukan rujukan kepelayanan social atau ke unit pelayanan p[asien pulang jika diperlukan bantuan perawatan di rumah atau peralatan perawatan par, seperti oksigen. Jamin peralatan telah dikirimkan ke rumah pasien sebelum pasien tiba di rumah. R/ : Tergantung pada fasilitas, unit ini bertanggung jawab untuk membuat pengaturan perawatan lanjut sesuai kebutuhan pasien. Hal ini meliputi organisasi komunitas dan pelayanan untuk menjamin pasien mempunyai bantuan medis tertentu, pelayanan pendukung, dan bantuan financial yang diperlukan untuk pemeliharaan diri di rumah

Anda mungkin juga menyukai