Anda di halaman 1dari 11

Laporan Pendahuluan

Tumor Parotis
A. Pengertian
Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjar saliva minor dan mayor
biasanya timbul pada kelenjar parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor
inti masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. ( Arif Mansoer, 2001).
Tumor didefiniskan sebagai pertumbuhan baru stuatu jaringan dengan
multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma.
Kelenjar Parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga.
(kamus kedokteran Dorland edisi 29,2005).
B. Penyebab dan faktor predisposisi
1. Idiopatik
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat
nyeri dan penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali dalam setahun. Infeksi
virus, defesiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah faktor etiologik yang umum.
2. Genetik
Resiko kanker/tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama
dari pasin dengan kanker/tumot diturunkan dominan autososom. Onkogen
merupakan segmen DNA yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan
produk-produk penting yang berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi sel.
Akibatnya sel memperlihatkan pertumbuhan dan penyebaran yang tidak terkendali
semua sifat genetic ini dapat merupakan bagian dari virus-virus tumor.
3. Bahan-bahan kimia
Obat-obatan hormonal berkaitan dengan hormon-hormon tertentu dengan
perkembangan kanker telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat
mempengaruhi krsigogesis hormon dapat mengendalikan atau menambah
pertumbuhan tumor.
4. Faktor Imunologis.
Kegagalan mekanisme imun dapat mempredisposisikan seseorang untuk
mendapatkan kanker tertentu. Sel-sel yang memperngaruhi perubahan bermutasi.
Dua puncaknya insiden yang tinggi untuk tumbuhnya tumor pada masa kanak-
kanak dan lanjut usia, yaitu dua periode ketika sistem imun sedang lemah. (Sr.
Mari Baradero.2008.hal.10)
C. Tanda dan Gejala
1. Adanya benjolan yang mudah digerakkan
2. Pertumbuhan lambat
3. Tidak memberikan keluhan
4. Paralisis Fasial unilater ( Shirley E. Otto,2003)
D. Patofisiologi
Kelainan peradangan- peradangan biasanya muncul sebagai pembesaran
kelenjer difus atau nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi duktus dan
infeksi rectograd oleh bakteri mulut. Parotitis bacterial akut dapat dijumpai pada

1
penderita pascaoperasi yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan biasanya
disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Dari semua tumor kelenjar saliva, 70 % adalah tumor benigna, dan dari tumor
benigna 70 % adalah adenoma plemorfik. Adenoma plemorfik adalah proliferasi baik
sel epitel dan mioepitel duktus sebagimana juga disertai peningkatankomponen
stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa menyebabkan gejala nervus
vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul sebagai masa tunggal yang tak nyeri
pada permukaan lobus parotis. Degenerasi maligna adenoma plemorfik terjadi pada 2
% sampai 10 %.
Tumor-tumor jinak dari grandula parotis yang terletak dibagian medial n.
Facialis, dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial.
Tumor-tumor jinak berbatas tegas dan tampak bersimpai baik dengan kosistensi padat
atau kistik.
Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang dan
juga dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Juga dapat disebabkan oleh
peradangan tonsil yang berulang.

2
E. Pathways keperawatan
Idiopatik, genetik, faktor imunologis
Bahan-bahan kimia

mendesak Mendesak mendesak P. darah


sel syaraf Jaringan sekitar

interupsi sel syaraf

menekan jaringan hipoxia

Suplai nutrisi jaringan menurun pada organ tubuh

Anemia necrose jaringan


Berat badan turun
Gangguan perfusi jaringan bakteri patogen

Gangguan nutrisi kurang dari massa tumor mendesak

Kebutuhan ke jaringan luar

Ukuran organ abnormal Gg. Integritas jaringan

Infeksi

Kurang pengetahuan

Cemas

F. Penatalaksanaan
1. Tindakan ekstervasi (pengangkatan)
Tumor-tumor jinak : Eksis local yang luas dari seluruh kelenjar ludah dengan
sebagian daerah sekitarnya.
Tumor-tumor ganas : Disseksi kelenjer leher “en-bloc” dan eksisi luas kedua
kelenjar ludah, radioterapi.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rontgen
Foto-foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukkan ikut
sertanya tulang-tulang. Sedangkan foto thorax diperlukan untuk penilaian
kemungkinan metastasis hematogen.

3
Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan bahan
kontras (sialograf) dapat menunjukkan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu
berasal dari atau berhubungan dengan kelenjer-kelenjer ludah tersebut.
(Zwaveling,1985)

2. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap, urin.
b) Laboratorium patologi anatomi
3. Pemeriksaan CT-scan

Diagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor dan
hasil biopsi dari lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di diagnosis dan
di biopsi. Informasi dari CT-Scan dapat bermafaat untuk membantu
mendiagnosis.

H. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian umum :
1) Identittas klien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi.
2) Identittas penanggung jawab : nama, umur, tanggal lahir, jeis kelamin, alamat.
3) Alasan masuk rumah sakit
2. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat klien pernah menderita penyakit akut / kronik, riwayat klien
pernah menderita tumor lainnya, riwayat klien pernah memakai kontrasepsi
hormonal, pil, suntik dalam waktu yang lama, riwayat klien sebelumnya sering
mengalami peradangan kelenjar parotis.
2) Riwayat kesehatan sekaran perlu diketahui :
a) Lamanya sakit
b) Factor pencetus
Apakah yang menyebabkan timbulnya nyeri, stress, posisi, aktifitas
tertentu.
c) Ada tidaknya keluhan sebagai berikut : demam, batuk, sesak nafas, nyeri
dada, malaise.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular atau
kronik. Menderita penyakit kanker atau tumor.
3. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) TTV
3) Tingkat kesadaran
4) Rambut dan hygiene kepala.
Keadaan rambut biasanya kotor, berbau, ada lesi, memar dan bentuk kepala.
5) Mata

4
Pemeriksaan mata meliputi konjungtiva, sclera mata, keadaan pupil.
6) Gigi dan mulut
Meliputi kelengkapan gigi, keadaan gusi, mukosa bibir, warna lidah,
peradangan pada tonsil.
7) Leher
a) Inspeksi dalam keadaan istirahat
Pembengkakan yang abnormal, klien juga diperiksa dari belakang.
Kulitnya abnormal, dinilao saluran-saluran kelenjar ludah dan melakukan
pemeriksaan intraoral.
b) Inspeksi pada gerakan
Dinilai fungsi n. Facialis, n. Hipoglosus dan otot-otot, trimus fiksasi
pada sekitarnya ada pembengkakan atau tidak.
c) Palpasi
Selalu bimanual, dengan satu jari di dalam mulut dan jari-jari tangan
lainnya dari luar. Tentukan lokalisasi yang epat, besarnya ( dalam ukuran
cm), bentuk, kosistensi dan fiksasi kepada sekitarnya.
d) Stasiun- stasiun kelenjar regional
Selalu dinilai dengan teliti dan dicatat besar, lokalisasi, konsistensi,
dan perbandingan terhadap sekitarnya. Selalu diperlukan pemriksaan klinis
daerah kepala dan leher seluruhnya.

8. Dada / thorax

Biasanya jenis pernapasan klien dada dan perut, terjadi perubahan pola
nafas dan lain-lain .

9. Cardiovaskuler

Biasanya akan terjadi perubahan tekanan darah klien dan gangguan


irama

Jantung.

10. Pencernaan / abdomen

Ada luka, memar, keluhan (mual, muntah, diare ) dan bising usus.

11. Genitalia

Kebersihan dan keluhannya.

12. Ekstremitas

Pembengkakan, fraktur, kemerahan, dan lain-lain.

13. Aktifitas sehari-hari

5
Pada aktifitas ini biasanya yang perlu diketahui adalah masalah,
makan, minum, BAK, BAB, personal hygiene, istirahat dan tidur. Biasanya
pada klien dengan tumor parotis tidak terjadi keluhan pada saat beraktifitas
karena klien tidak ada mengeluh nyeri sebelum dioperasi

14. Data social ekonomi

Menyangkut hubungan klien dengan lingkungan social dan hubungan


dengan keluarga.

15. Data Psikologis

Kesadaran emosional pasien

16. Data spiritual

Data diketahui, apakah pasien / keluarga punya kepercayaan yang


bertentangan dengan kesehatan.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan interupsi sel syaraf sekunder terhadap interupsi
sel.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipermetabolisme ke jaringan Ca
3. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan perfusi jaringan terganggu.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan suplai nutrisi.
5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan.
J. Perencanaan

Dx Kep Tujuan & kriteria Intervensi Rasional


Hasil
Nyeri akut b.d NOC : NIC :
Interpusi sel Pain level 1. Lakukan 1. Untuk
syaraf sekunder Pain control pengkajian nyeri mengetahui
terhadap interupsi Comfort level secara tingkat nyeri
sel Setelah dilakukan komperhensif klien.
tindakan termasuk lokasi,
selama ....x... jam karateristik,
klien tidak durasi, frekuensi,
mengalami nyeri kualitas dan
dengan kriteria faktor presipitas.
2. Untuk
hasil : 2. Observasi reaksi
mengetahui
1. Mampu nonverbal dari
tingkat
mengontrol ketidaknyamanan.
ketidaknyaman
nyeri ( tahu
an dirasakan
penyebab
oleh klien.
nyeri,
mampu 3. Dukungan
menggunaka 3. Bantu klien dan
dapat

6
n teknik non keluarga untuk membantu
farmakologi, mencari dan klien
mencari menemukan mengatasi
bantuan ). dukungan. nyeri.
2. Melaporkan 4. Dapat
bahwa nyeri 4. Kontrol mengurangi
berkurang lingkungan yang tingkat
dengan dapat kecemasan dan
menggunaka mempengaruhi membantu
n manajemen rasa nyeri seperti klien dalam
nyeri. suhu ruangan, membentuk
3. Mampu pencahayaan dan mekanisme
mengenali kebisingan. koping
nyeri ( skala, terhadap rasa
intesitas, nyeri.
frekuensi dan
tanda nyeri ).
4. Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang. 5. Untuk
5. Kurangi faktor mengurangi
5. Tanda vital presipitas nyeri
dalam tingkat
rentang ketidaknyaman
normal an klien.
6. Tidak
6. Agar nyeri
mengalami 6. Ajarkan teknik
yang dirasakan
gangguan non
klien tidak
tidur farmakologis :
bertambah.
relaksasi,
distraksi,
kompres 7. Pemberian
hangat/dngin. analgetik dapat
7. Berikan analgetik mengurangi
untuk mengurangi nyeri klien
nyeri
Gg. Perfusi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda- 1. Mengupayaka
jaringan b.d tindakan ke tanda vital, n TTV klien
hipermetabolisme perawatan seperti suhu, tetap stabil.
ke jaringan Ca selama...x..jam tekanan darah,
diharapkan gg. nadi dan
Perfusi jaringan pada pernafasan.
klien teratasi dengan 2. Monitor status 2. Mengetahui
kriteria hasi : pernafasan, ABC kestabilan
1. Suhu kulit level, oksimetri klien.
klien di denyut nadi,
kisaran kedalaman, pola
normal. dan laju
2. Integritas pernafasan. 3. Mengetahui
kulit yang 3. Monitor tekanan kondisi

7
baik bisa intrakarnial dan tekanan
dipertahanka respon nerologis. intrakarnial,
n. memudahkan
3. Melaporkan intervensi
adanya selanjutnya.
gangguan
4. Memantau
4. Monitor status intake dan
cairan klien output cairan
klien.

5. Mengetahui
5. Monitor status
ada tidaknya
hidrasi ( misalnya
tanda-tanda
kelembapan
dari dehidrasi
membrane
klien
mukosa,
kecukupan denyut
nadi dan tekanan
darah ) dengan
tepat.
Gg. Integritas NOC : 1. Anjurkan klien 1. Mencegah
jaringan b.d Toleransi aktifitas menggunakan kerusakan
perfusi jaringan Konservasi energi pakaian longgar integritas
terganggu jaringan.
Setelah dilakukan 2. Evaluasi adanya 2. Dapat
asuhan keperawatan luka pada mengurangi
selama ..x..jam. ekstremitas. resiko
mencegah terjadinya terjadinya
keruskan pada kulit luka.
dan jaringan 3. Memonitoring 3. Mengurangi
didalamnya dengan kulit yang resiko
kriteria hasil : memerah dan dekubitus.
1. Berpartisipas terjadi kerusakan.
i dalam 4. Menjaga linen 4. Agar tidak ada
aktivitas fisik agar tetap bersih, pada
tanpa disertai kering, dan tidak penekananan
peningkatan mengkerut. beberapa
tekanan bagian kulit.
darah, nadi 5. Mobilisasi klien 5. Dengan
dan RR setiap 2 jam. memoblisasi
mampu klien dapat
melakukan mengurangi
aktivitas penekanan.
6. Memakai emolien
sehari-hari 6. Dengan
pada area yang
secara menggunakan
beresiko
mandiri. emolien dapat
2. Keseimbanag melembabkan
an aktivits daerah yang
dan istirahat. kering.

8
Gg. Nutris kurang NOC : NIC :
dari kebutuhan Intake nutris Nutrition management
tubuh b.d suplai tercukupi. 1. Kaji status nutrisi 1. Untuk
nutrisi kurang Asupan makanan klien. mengetahui
dan cairan tercukupi. status nutrisi
klien sehingga
Setelah dilakukan dapat
asuhan keperawatan menentukan
selama ....x...jam intervensi yang
diharapkan dilakukan.
pemenuhan 2. Jaga kebersihan 2. Mulut yang
kebutuhan klien mulut, anjurkan bersih dapat
tercukupi dengan untuk selalu meningkatkan
kriteria hasil : melakukan oral nafsu makan.
1. Penurunan hygiene.
intensitas 3. Berikan informasi 3. Membantu
terjadinya yang tepat memenuhi
mual muntah. terhadap klien kebutuhan
2. Penurunan tentang nutrisi yang
frekuensi kebutuhan nutrisi dibutuhkan
terjadinya yang tepat dan klien.
mual muntah. sesuai.
3. Pasien 4. Anjurkan klien 4. Zat besi dapat
mengalami untuk membantu
peningkatan mengkonsumsi tubuh sebagai
berat badan makanan tinggi zat penambah
zat besi. darah sehingga
mencegah
terjadinya
anemia atau
kekurangan
5. Anjurkan klien darah.
untuk makan 5. Makan sedikit
sedikit demi demi sedikit
sedikit tapi sering dapat
meningkatkan
6. Kaji frekuensi intake nutrisi.
mual, durasi, 6. Penting untuk
tingkat keparahan mengtahui
, faktor presipitas karakteristik
yang mual dan
menyebabkan faktor-faktor
mual yang
menyebabkan
mual. Maka
dapat
menentukan
intervensi yang
7. Timbang berat dilakukan
badan klien jika 7. Dengan

9
memungkinkan menimbang
dengan teratur berat badan
dapat memantu
peningkatan
dan penurunan
status gizi
Cemas b.d kurang NOC : NIC :
pengetahuan Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
mengenai Koping (Penurunan
penyakit, Setelah dilakukan kecemasan ) 1. Agar klien bisa
prognosis dan asuhan 1. Gunakan lebih rileks
kebutuhan selama ....x.... klien. pendekatan yang dan dapat
pengobatan Kecemasan klien menenangkan. mengungkapka
teratasi dengan n kecemasan
kriteria hasil : klien.
1. Klien mampu 2. Nyatakan dengan 2. Mendorong
mengidentifi jelas harapan klien agar
kasi dan terhadap perilaku tidak cemas.
mengungkap pasien
kan gejala
cemas. 3. Jelaskan semua 3. Memberikan
2. Mengidentifi prosedur dan apa edukasi sangat
kasi, yang akan berguna,
mengungkap dirasakan selama supaya klien
kan dan prosedur. dapat
menunjukkan mengurangi
teknik untuk cemas akibat
mengontrol kurangnya
cemas. pegetahuan.
4. Temani pasien 4. Memberi
3. Vital sign untuk memberi
dalam batas dukungsn
keamanan dan kepada klien.
normal mengurangi takut.
4. Postur tubuh, 5. Berikan informasi 5. Mengurangi
ekespresi faktual mengenai cemas klien.
wajah, diagnosis,
bahasa tubuh tindakan
dan tingkat prognosis
aktivitas 6. Libatkan keluarga 6. Memberikan
menunjukkan untuk keyakinan
berkurangnya mendampingi pada klien n
kecemasan. klien. bahwa klien
tidak sendiri
dalam
menghadapi
masalah.
7. Instruksikan pada 7. Napas dalam
pasien untuk dapat
menggunakan mengurangi
teknik relaksasi. kecemasan.

10
8. Dengarkan 8. Meyakinkan
dengan penuh klien bahwa
perhatian. orang lain
mendengarkan
keluhan klien.
9. Identifikasin 9. Mengetahui
tingkat tingkat cemas
kecemasan. klien.
10. Bantu pasien 10. Mengetahui
mengenal situasi situasi yang
yang dapat
menimbulkan menimbulkan
kecemasan. cemas.
11. Dorong pasien 11. Mengobsevasi
untuk secara verbal
mengungkapkan cemas klien.
perasaan,
ketakutan,
persepsi.

12. Kelola pemberian 12. Dapat


anti cemas. mengurangi
cemas.

11

Anda mungkin juga menyukai