TTV :
S : 37℃
N : 88x/m
TD : 110/70 mm/hg
R : 19x/m
TB : 157
BB : 57kg
LAPORAN PENDAHULUAN
“Diabetes Melitus”
Oleh :
Chysa Ayu Aprillian
A2R22073
B. Etiologi
Menurut Padila (2012), Etiologi Diabetes Melitus adalah :
1. Diabetes Tipe 1
a. Faktor genetik
Pasien diabetes sendiri tidak mewarisi diabetes tipe 1 dengan
sendirinya, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kerentanan
genetik dari diabetes tipe 1, dan kerentanan genetik ini ada pada
individu dengan antigen tipe HLA.
b. Faktor-fakror imunologi
Terdapat reaksi autoimun yang merupakan reaksi abnormal di mana
antibodi secara langsung terarah pada jaringan manusia normal
dengan bereaksi terhadap jaringan yang dianggap sebagai benda
asing yaitu autoantibodi terhadap sel pulau Langerhans dan insulin
endogen.
c. Faktor lingkungan
Toksin atau virus tertentu yang dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta
2. Diabetes Tipe 2
Mekanisme pasti yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe 2 mash belum jelas. Faktor genetik
berperan dalam perkembangan resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
C. Klasifikasi
a. Klasifikasi Klinis :
1) DM
Tipe I: IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau Langerhans akibat proses
autoimun
Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi
insulin, Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insuin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati :
Tipe Il dengan obesitas
Tipe Il tapa obesitas
2) Gangguan toleransi glukosa
3) Diabetes kehamilan
b. Klasifikasi resiko statistik :
1) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
2) Berpotensi menderita kelainan glukosa
Gangren kaki diabetic dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
Disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw,callus”
Derajat 1 : Ulkus superfisial terdapat pada kulit.
Derajat 2 : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat 3 : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat 4 : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
Selulitis
Derajat 5 : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Febrinasari et al (2020), manifestasi diabetes melitus adalah :
1. Poliuria (sering kencing)
2. Polidipsia (sering merasa haus)
3. Polifagia (sering merasa lapar)
4. Penurunan berat badan yang tidak di ketahui penyebabnya.
Selain hal-hal tersebut, gejala lain adalah :
1. Mengeluh lemah dan kurang energi
2. Kesemutan di tangan atau kaki
3. Mudah terkena infeksi bakteri atau jamur
4. Gatal
5. Mata kabur
6. Penyembuhan luka yang lama.
Manifestasi klinis diabetes melitus menurut (Riyadi, 2011) adalah
1. Tipe IDDM seperti:
a. Poliuria, polipagia, polidipsia, BB menurun, lemah, dan somnolen
berlangsung beberapa hari atau minggu.
b. Ketoasidosis dan dapat meninggal jika tidak segera ditangani.
c. Biasanya memerlukan terapi insulin untuk mengontrol karbohidrat.
2. Tipe NIIDM seperti:
a. Jarang menunjukkan gejala klinis
b. Diagnosis didasarkan pada tes darah laboratorium dan tes toleransi
glukosa.
c. Hiperglikemia berat, poliuria, poliuria, kelemahan dan kelesuan.
d. Jarang menderita ketoasidosis.
Phatway :
F. Komplikasi
Komplikasi diabetes melitus sangat mungkin terjadi dan bisa
menyerang seluruh organ tubuh. Apabila kadar gula darah tidak
dikendalikan maka akan terjadi komplikasi baik jangka pendek (akut)
maupun jangka panjang (kronis). Menurut Febrinasari et al (2020)
komplikasi diabetes melitus ada 2 (dua) yaitu
1. Komplikasi diabetes melitus akut
Komplikasi diabetes akut dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu naik
turunnya Kadar gula darah secara drastiS. Keadaan in1 membutunkan
perhatian medis segera, karena jika terlambat dapat menyebabkan
hilangnya kesadaran, kejang dan kematian. Terdapat 3 macam
komplikasi diabetes melitus akut:
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan kondisi dimana turunnya kadar
gula daran secara drastis akibat terlalu banvak insulin dalam tubuh.
terlalu banyak mengonsumsi obat penurun gula darah, atau
terlambat makan. Gejala berupa penglihatan kabur, detak jantung
cepat, sakit kepala, gemetar, berkeringat dingin dan pusing. Kadar
gula darah yang terlalu rendah dapat menyebabkan pingsan, kejang,
bahkan koma.
b. Ketosiadosis diabetik (KAD)
Ketosiadosis diabetik merupakan keadaan darurat medis
yang disebabkan oleh kadar gula darah yang unggl. Ini merupakan
komplikasi penyakit diabetes yang terjadi ketika tubuh tidak dapat
menggunakan gula atau glukosa sebagai sumber bahan bakar,
sehingga tubuh mengolah lemak dan menghasilkan keton sebagai
sumber energi. Jika tidak segera mencari pertolongan medis,
Kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan asam yang berbahaya
di dalam darah, sehingga dapat menyebabkan dehidrasi, koma, sesak
napas, bahkan kematian.
c. Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS)
Situasi ini juga merupakan salah satu situasi darurat, dan tingkat
Situasi ini juga merupakan salah satu situasi dimana angka kematian
mencapai 20%. Terjadinya HHS disebabkan oleh peningkatan
mortalitas sebesar 20%. HHS terjadi karena lonjakan kadar glukosa
darah yang sangat tinggi selama periode waktu tertentu. Gejala HHS
ditandai dengan rasa haus, kejang, kelemahan dan gangguan
kesadaran yang menyebabkan koma. Selain itu, penyakit diabetes
yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan komplikasi serius
lainnya yaitu hiperglikemia non ketosis dan sindrom hiperglikemia.
Komplikasi akut diabetes adalah kondisi medis serius yang
memerlukan perawatan dan pemantauan oleh dokter di rumah sakit.
2. Komplikasi diabetes melitus kronis
Seringkali komplikasi jangka panjang secara bertahap terjadi saat
diabetes tidak terkontrol dengan baik. Tinggi kadar gula darah yang
tidak terkontrol dari waktu ke waktu akan menyebabkan kerusakan
serius pada semua organ tubuh Beberapa komplikasi jangka panjang
pada penyakit diabetes melitus menurut Febrinasari et al., 2020 yaitu:
a. Gangguan pada mata (retinopati diabetik)
Tingginya kadar gula darah bisa membahayakan pembuluh darah di
retina vang berpotensial menyebabkan kebutaan. Kerusakan
pembuluh darah di mata juga meningkatkan risiko gangguan
penglihatan, seperti katarak dan glaukoma. Deteksi din dan
pengobatan retinopati dapat dicegah atau ditunda secepat mungkin
kebutaan. Dorong penderita diabetes menjalani pemeriksaan mata
secara teratur.
b. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)
Kerusakan ginjal yang disebabkan oleh DM disebut dengan
nefropati diabetik. Situasi ini bisa menyebabkan gagal ginjal dan
bahkan bias mengakibatkan kematian jika tidak ditangani dengan
baik. Saat terjadi gagal ginjal, pasien harus melakukan dialisis rutin
atau transplantasi ginjal. Dikatakan bahwa diabetes adalah silent
killer, karena biasanya tidak menimbulkan gejala khas pada tahap
awal. Namun, pada stadium lanjut, gejala seperti anemia, kelelahan,
pembengkakan pada kaki, dan gangguan elektrolit dapat terjadi.
Diagnosis dini, kontrol gula darah dan tekanan darah, manajemen
pengobatan pada tahap awal kerusakan ginjal, dan membatasi
asupan protein adalah cara yang bisa dilakukan dalam menghambat
perkembangan diabetes yang menyebabkan gagal ginjal.
c. Kerusakan saraf (neuropati diabetik)
Diabetes juga dapat merusa pembuluh darah dan saraf, terutama
saraf di Kaki. Kondisi ini disebut neuropati diabetes. in1 Karena
sarat mengalami kerusakan baik secara langsung akibat tingginya
gula darah, maupun karena penurunan aliran darah menuju saraf.
Rusaknya saraf dapat menyebabkan gangguan sensorik dengan
gelaja berupa mati rasa, kesemutan, dan nyeri. Kerusakan saraf juga
bisa mempengaruhi saluran pencernaan (gastroparesis). Gejalanya
berupa mual, muntah dan cepat merasa kenyang saat makan. Pada
pria, komplikasi diabetes bias menyebabkan disfungsi ereksi atau
impotensi. Komplikasi ini dapat dicegah dan penundaan hanya bila
diabetes terdeteksi sejak dini agar Kadar gula darah bisa terkontrol
melalui pola makan dan gaya hidup sehat dan minum obat yang
sesuai rekomendasi dokter.
d. Masalah kaki dan kulit
Komplikasi yang juga sangat umum adalah masalah kulit dan luka
pada Kaki yang sulilt sembuh. ini karena kerusakan pembuluh darah
dan saraf serta aliran darah kaki yang sangat terbatas. Gula darah
yang tinggi bisa mempermudah bakteri dan jamur berkembang biak.
Selain itu, akibat diabetes, kemampuan tubuh untuk menyembuhkan
dirinya sendiri juga berkurang. Jika tidak dirawat dengan baik, kaki
penderita diabetes berisiko mengalami cedera dan infeksi, yang
dapat menyebabkan gangren dan ulkus diabetes. Perawatan luka di
kaki penderita diabetes adalah dengan memberi antibiotik,
perawatan luka yang baik, hingga dapat diamputasi jika jaringan
rusak ini sudah parah.
e. Penyakit kardiovaskular
Kadar gula darah yang tinggi bisa menyebabkan rusaknya pembuluh
darah schingga seluruh sirkulasi darah tersumbat termasuk jantung.
Komplikasi vang menyerang jantung dan pembuluh darah yaitu
penyakit jantung, stroke, serangan jantung dan penyempitan arteri
(aterosklerosis).
G. Penatalaksanaan
Menurut Putra, I. W. A., & Berawi (2015) penatalaksanaan diabetes melitus
dikenal dengan 4 pilar penting dalam mengontrol perjalanan penyakit dan
komplikasi. Empat pilar tersebut adalah:
1. Edukasi
Edukasi yang diberikan adalah pahami perjalanan penyakitnya,
pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi dan resikonya,
pentingnya intervensi bat dan pemantauan glukosa darah, bagaimana
menangani hipoglikemia, kebutuhan latihan fisik teratur, dan metode
menggunakan fasilitas kesehatan. Mendidik pasien bertujuan agar
pasien bisa mengontrol gula darah dan kurangi komplikasi serta
meningkatkan keterampilan perawatan diri sendirian. Diabetes tipe 2
biasanya terjadi pada saat gaya hidup dan perilaku terbentuk kuat.
Petugas kesehatan mendampingi pasien dan memberikan pendidikan
dalam upaya meningkatkan motivasi dan perubahan perilaku. Tujuan
jangka panjang yang ingin dicapai dengan memberikan edukasi antara
lain: Penderita diabetes bisa hidup lebih lama dalam kebahagiaan karena
kualitas hidup sudah menjadi kebutuhan seseorang, membantu penderita
diabetes bisa merawat diri sendiri sehingga kemungkinan komplikasi
dapat dikurangi, kselain itu jumlah hari sakit bias ditekan, meningkatkan
perkembangan penderita diabetes, sehingga bias berfungsi normal dan
manfaatkan sebaik-baiknya.
2. Terapi nutrisi
Perencanaan makan yang bagus merupakan bagian penting dari
Manajemen diabetes yang komprehensif. Diet keseimbangan akan
mengurangi beban kerja insulin dengan meniadakan pekerjaan insulin
dalam mengubah gula menjadi glikogen. Keberhasilan terapi in
melibatkan dokter, perawat, ahli gizi, pasien itu sendiri dan keluarganya.
Intervensi nutrisi bertujuan untuk menurunkan berat badan dan
memperbaiki gula darah dan lipid darah pada pasien diabetes yang
kegemukan dan menderita morbiditas. Penderita diabetes dan
kegemukan akan memiliki resiko yang lebih tinggi daripada mereka
yang hanya kegemukan.
3. Aktifitas fisik
Kegiatan fisik setiap hari latihan fisik teratur (3-4 kali seminggu
sekitar 30 menit), adalah salah satu pilar pengelolaan DMT2. Aktivitas
sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, naik turn tangga, dan berkebun
tetap harus dilakukan untuk menjaga kesehatan, menurunkan berat
badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin. Latihan fisik dianjurkan
yaitu berupa senam aerobik seperti jalan kaki, bersepeda, jogging, dan
berenang. sebaiknya latihan fisik disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran. Bagi mereka yang relatif shat, dapat meningkatkan intensitas
latihan fisik, dan mereka yang mengalami komplikasi diabetes dapat
dikurangi.
4. Farmakologi
Terapi farmakologi diberikan bersamaan dengan diet dan latihan fisik
(gaya hidup sehat). Pengobatan termasuk dari obat-obatan oral dan
suntikan.
H. Pemeriksaan penunjang
1. Kadar glukosa darah
a. Kadar Glukosa darah sewaktu (mg/dl) menurut Nurarif & Kusuma
(2015)
Tabel 2.1: kadar glukosa darah sewaktu
Kadar Glukosa DM Belum pasti DM
darah sewaktu
Plasma vena ˃200 100-200
Darah kapiler ˃200 80-100
I. Intervensi
Terapeutik :
1. Berikan asupan
cairan oral
2. Konsultasi
dengan medis
jika tanda dan
gejala
hiperglikemia
tetap ada atau
buruk
Edukasi :
1. Anjurkan
menghindari
olahraga saat
kadar glukosa
darah lebih dari
250 mg/dl
2. Anjurkan
monitor kadar
glukosa darah
secara mandiri
3. Anjurkan
kepatuhan
terhadap diet
dan olahraga
4. Ajarkan
pengelolaan
diabetes, Mis :
penggunaan
insulin, obat
oral
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
insulin, jika
perlu
2 Defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukan Manajemen Nutri :
ketidakmampuan menelan tindakan Observasi :
makanan keperawatan, 1. Identifikasi
status nutrisi status nutrisi
Definisi : teratasi dengan 2. Identifikasi
Asupan nutrisi tidak cukup kriteria hasil : alergi dan
untuk memenuhi kebutuhan -Porsi makanan intoleransi
metabolisme yang dihabiskan makanan
meningkat 3. Identifikasi
Penyebab : -Kekuatan makanan yang
Ketidakmampuan menelan disukai
mengabsorbsi nutrient meningkat 4. Identifikasi
-Perasaan kebutuhan
Tanda Mayor : kenyang menurun kalori dan jenis
a. Berat badan menurun -Sariawan nutrient
minimal 10% di menurun 5. Monitor asupan
bawah rentang ideal -Diare menurun makanan
-Nafsu makan 6. Monitor berat
Gejala minor : membaik badan
a. Cepat kenyang -Berat badan
setelah makan membaik Terapeutik :
b. Kram / nyeri -Membran 1. Fasilitasi
abdomen mukosa membaik menentukan
c. Nafsu makan program diet
menurun 2. Sajikan
makanan secara
Tanda minor: menarik dan
a. Bising usus suhu yang
hiperaktif sesuai
b. Membran mukosa 3. Berikan
pucat makanan yang
c. Serum albumin turun tinggi kalori dan
d. Rambut rontok protein
berlebihan 4. Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
Edukasi :
1. Ajarkan diet
yang di
programkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
3 Defisit pengetahuan Setelah Edukasi Kesehatan
berhubungan dengan dilakukan Observasi :
tingkat pengetahuan tindakan 1. Identifikasi
keperawatan, kesiapan dan
Definisi : diharapkan kemampuan
Ketiadaan atau kurangnya tingkat menerima
informasi kognitif yang pengetahuan informasi
berkaitan dengan topik meningkat 2. Identifikasi
tertentu. dengan kriteria faktor-faktor
hasil : yang dapat
Penyebab : -Perilaku sesuai meningkatkan
a. Keteratasan kognitif anjuran dan
b. Gangguan fungsi meningkat menurunkan
kognitif -Kemampuan motivasi
c. Kekeliruan mengikuti menjelaskan perilaku hidup
anjuran pengetahuan bersih dan
d. Kurang terpapar tentang suatu sehat
informasi topik meningkat
e. Kurang mampu -Perilaku sesuai Terapeutik :
mengingat dengan 1. Sediakan
pengetahuan materi dan
Tanda Mayor : meningkat media
a. Menanyakan masalah -Pertanyaan Pendidikan
yang di hadapi tentang masalah kesehatan
yang dihadapi 2. Berikan
Gejala mayor : menurun kesempatan
a. Menunjukkan -Persepsi yang untuk bertanya
perilaku tidak sesuai keliru terhadap
anjuran masalah Edukasi :Jelaskan
b. Menunjukkan menurun factor resiko yang
persepsi yang keliru -Perilaku dapat mempengaruhi
terhadap masalah membaik kesehatan
1. Ajarkan
Gejala minor : perilaku hidup
a. Menjalani bersih dan
pemeriksaan yang sehat.
tidak tepat
b. Menunjukkan
perilaku berlebihan
(mis apatis,
bermusuhan)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
I. IDENTITAS
A. Nama : Ny.Tutik
B. Umur : 57 tahun
C. Jenis Kelamin : Perempuan
D. Status Pernikahan : Sudah menikah
E. Agama : Islam
F. Suku / Bangsa : Jawa/indo nesia
G. Bahasa : Jawa
H. Pendidikan : SMP
I. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
J. Alamat : NGRONGGO,KEDIRI
K. No HP yg mudah dihubungi : 085784283314
L. Ditanggung oleh : Askes / Astek / Jamsostek / JPS / Sendiri
3. Hal-hal yang
mempermudah tidur Suasana tenang........................... Suasana tenang............................
4. Hal-hal yang
mempermudah pasien
terbangun Suasana gaduh Suasana gaduh.............................
.................................................. ...................................................
.................................................. ...................................................
.................................................. ...................................................
.................................................. ...................................................
STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
ASKEP KEPERAWATAN DASAR DAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
.................................................. ...................................................
.................................................. ...................................................
..................................................
C. Pola Makan dan Minum Oral / Enteral / Parenteral Oral / Enteral / Parenteral
1. Makan .................................................. ..................................................
- Frekwensi 3x/hari...................................... 3x/hari.......................................
- jumlah ......................................... Porsi ..........................................Porsi
- Jenis Nasi dan lauk............................. Bubur .........................................
- Diit Tidak ada............................... .....................…-..........................
- Pantangan Tidak ada .............................. Makanan yang tinggi gula..........
- Yang Disukai Semua ................................... Tidak terkaji .........................
- Yang Tdk disukai Tidak ada............................ Tidak ada ................................
- Alergi Tidak ada ............................ Tidak ada ................................
- Masalah makan Tidak ada ............................ Tidak ada ................................
- Upaya mengatasi Tidak ada ............................... Tidak ada ................................
2. Minum
- Frekwensi
Sering 7-8 gelas/hari................. 3-4 gelas/hari..........................
- Jumlah
...................…-........................cc ....................…-....................... cc
- Jenis
Air putih .................................... Air putih,teh rendah gula .........
- Diit
Rendah gula .......................... Rendah gula .........................
- Pantangan
Tinggi gula................................ Tinggi gula...............................
- Yang Disukai
Air putih................................ Air putih ..................................
- Yang Tdk disukai
Tidak ada ................. Tidak ada ..............................
- Alergi
Tidak ada ........................... Tidak ada..................................
- Masalah minum
Tidak ada .............................. Tidak ada ..................................
- Upaya mengatasi
Tidak ada ................................. Tidak ada .................................
D. Kebersihan diri:
1. Mandi
2x/hari........................................ 1x/hari di lap oleh keluarga.......
2. Keramas
3x/minggu................................. Tidak keramas........................
3. Pemeliharaan gigi dan
2x/hari.................................... Tidak merawat.....................
mulut
4. Pemeliharaan kuku
1x/minggu.................................. Tidak memotong kuku................
5. Ganti pakaian
2x/hari......................................... 2x/hari......................................
.
V. KONSEP DIRI
A. Gambaran Diri (Tentang kondisi fisik)
Px tampak lemas, dan terbaring di tempat tidur.......................................................................
B. Peran (Dalam Keluarga dan Kelompok sosial)
Px sebagai ibu .........................................................................................................................
C. Ideal Diri (Keinginan diri / Harapan)
Px ingin cepat sembuh dan dapat pulang .........................................................................
D. Identitas Diri (Kepuasan terhadap gender)
Px dapat menyebutkan nama,alamat, dan keluhan dll....................................................................
E. Harga Diri (Persepsi Diri terhadap penilaian orang lain)
Px tampak menerima kondisinya sekarang.............................................................................
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran secara kualitatif/ kuantitatif (GCS)
4,5,6.......................................................................................................................................
2. Tanda – tanda rangsangan otak (meningeal sign)
Tidak ada .....................................................................................................................
3. Syaraf otak (Nervus cranialis)
Tidak ada gangguan ...........................................................................................................
4. Fungsi Motorik :
Px lemas ............................................................................................................................
5. Fungsi Sensorik :
Berfungsi dengan baik ........................................................................................................
6. Refleks :
a. Refleks Fisiologis
Tidak terkaji..................................................................................................................
b. Refleks Patologis
Tidak terkaji ...................…................................................................................................
TANGGAL/
RESEP DOKTER GOLONGAN FUNGSI
JAM
MAHASISWA
Minor
Dibuktikan dengan Subjektif Objektif
- -
Tanggal muncul Dx
Masalah (Problem)
Kode Masalah D.
Berhubungan dengan
(Penyebab)
2. Ketidakaefektifan Mayor
perfusi jaringan Subjektif Objektif
perifer
berhubungan Klien merasa pusing -k/u lemah
dengan penurunan -px tampak pucat
sirkulasi darah -GCS = 4-5-6
-HB =10.5 gr/dl
-TTV
-TD = 110/70mmHg
-N = 88x/mnt
-R = 19x/mnt
-S = 37℃
Minor
Subjektif Objektif
Dibuktikan dengan
- -
Tanggal muncul Dx
Masalah (Problem)
Kode Masalah D.
Berhubungan dengan
(Penyebab)
Kode Label L.
Ekspektasi *Meningkat / Menurun / Membaik
Target Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan
nyeri berkurang
Kriteria Hasil -mampu mengontrol nyeri
-melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
-mampu mengenali nyeri (skala,intensitas,frekuensi & tanda nyeri
)
-menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Terapeutik
BHSP
Tindakan
Edukasi
Ajarkan teknik distraksi dari relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian Analgetik
Terapeutik
BHSP
Tindakan
Edukasi
Ajarkan teknik pijatan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian terapi
Komponen
Keterangan
Intervensi Tanggal/
TTD
Label Nyeri akut berhubungan proses peradangan Jam
Kode Label I.
Observasi TTV 15/09/22
Observasi GDA secara berkala 12.00
Observasi
BHSP 15/09/22
12.05
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Komponen
Keterangan
Intervensi Tanggal/
TTD
Label Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan Jam
penurunan sirkulasi darah
Kode Label I.
Observasi TTV 15/09/22
12.35
Observasi
BHSP 15/09/22
12.40
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
16/09/22 Tanda
Tgl/Jam 06.30
Tangan
Px mengatakan kaki sebelah kanan masih terasa sakit
-k/u lemah
-penilaiann nyeri
P : nyeri pada luka gangren
Q : nyut nyut an
R : dorsumm pedis
O S : skala nyeri 3
T : nyerinya terus menerus
-TTV :
TD = 110/70 mmHg
N = 86x/mnt
R = 19x/mnt
-tampak oedem kaki sebelah kanan
Nyeri akut b.d proses peradangan belum teratasi
A
Interfensi di lanjutkan
16/09/22 Tanda
Tgl/Jam 06.30
Tangan
Px mengatakan masih pusing
-k/u lemah
-px tampak pucat
-GCS = 4-5-6
-HB = 10.5 gr/dl
-TTV :
O TD = 10/70 mmHg S : 36₅℃
N = 86x/mnt
R = 19x/mnt
-konjungtiva : anemis +
Intervensi di lanjutkan