OLEH :
I WAYAN BUDIANTO
NIM: 209012610
2. EPIDEMIOLOGI
Menurut data stastistik tahun 1995 dari WHO terdapat 135 juta penderita
Diabetes Mellitus di seluruh dunia. Tahun 2005 jumah penderita Diabetes
Mellitus diperkirakan akan meningkat mencapai sekitar 230 juta, dan
diprediksi jumlah penderita Diabetes Mellitus lebih dari 220 juta di tahun 2010
dan lebih dari 300 juta di tahun 2025. Dari WHO di tahun 2002 diperkirakan
terdapat lebih dari 20 juta penderita Diabetes Mellitus di tahun 2025. Pada
tahun 2030 bisa mencapai 21 juta penderita. Saat ini penyakit Diabetes
Mellitus banyak dijumpai pada penduduk Indonesia. Bahkan WHO
menyebutkan di Indonesia menduduki ranking keempat setelah India, China,
dan Amerika Serikat.
Menurut Ketua Indonesia Diabetes Association (Persadia) Soegondo, Diabetes
Mellitus Tipe II merupakan yang terbanyak, yaitu sekitar 95% dari keseluruhan
kasus Diabetes Mellitus. Selain faktor genetik, juga bisa dipicu oleh
lingkungan yang menyebabkan perubahan gaya hidup tidak sehat, seperti
makan berlebihan (berlemak dan kurang serat), kurang aktivitas fisik, stress.
Jumlah penderita diabetes di Indonesia hingga kini mencapai 14 juta orang.
Rata-rata 50% dari jumlah pasien diabetes baru menyadari mereka menderita
sakit gula setelah memeriksakan ke dokter. Selain itu, hanya 30% saja klien
diabetes yang berobat. Sekitar 2,5 juta jiwa atau 1,3% dari 210 juta penduduk
Indonesia setiap tahun meninggal dunia karena komplikasi sakit kencing manis
(Diabetes Mellitus). Jumlah penderita kencing manis di Indonesia kii mencapai
5 juta jiwa atau 5% dari jumlah penduduk. Terbukti jumlah penderita Diabetes
Mellitus saat ini terbesar berada di daerah perkotaan mencapai 2,8% dan di
pedesaan baru 0,8% dari jumlah penduduk.
3. PENYEBAB
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing,
yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
5. PATHWAY ( TERLAMPIR)
6. KLASIFIKASI
Klasifikasi diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
a. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
Sangat tergantung pada insulin. Disebabkan oleh kerusakan sel beta
pankreas sehingga tubuh tidak dapat memproduksi insulin alami untuk
mengontrol kadar glukosa darah.
b. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
Tidak tergantung insulin. Disebabkan oleh gangguan metabolisme dan
penurunan fungsi hormon insulin dalam mengontrol kadar glukosa darah
dan hal ini bisa terjadi karena faktor genetik dan juga dipicu oleh pola hidup
yang tidak sehat.
c. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
Disebabkan oleh gangguan hormonal pada wanita hamil. Diabetes mellitus
(gestational diabetes mellitus, GDM) juga melibatkan suatu kombinasi dari
kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, sama
dengan jenis-jenis kencing manis lain. Hal ini dikembangkan selama
kehamilan dan dapat meningkatkan atau menghilang setelah persalinan.
Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan diabetes gestational dapat
mengganggu kesehatan dari janin atau ibu, dan sekitar 20%–50% dari
wanita-wanita dengan Diabetes Melitus gestational sewaktu-waktu dapat
menjadi penderita.
7. GEJALA KLINIS
e) Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
f) Ketoasidosis.
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis
diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang
baik bila tidak diterapi dengan baik.
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
8. PEMERIKSAAN FISIK
Adapun pemeriksaan fisik yang khas dapat diperiksa pada penderita diabetes
mellitus adalah:
a. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan
kabur/ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b. Neuro sensori
Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori, kekacauan
mental, reflek tendon menurun, aktifitas kejang.
c. Kardiovaskuler
Takikardi/nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural,
hipertensi dysritmia.
d. Pernafasan
Takipnue pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak nafas, batuk
dengan tanpa sputum purulent dan tergantung ada/tidaknya infeksi,
panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar kalium menurun
tajam), RR > 24 x/menit, nafas berbau aseton.
e. Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, aseitas, wajah
meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
f. Eliminasi
Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau busuk, diare
(bising usus hiper aktif).
g. Reproduksi/seksualitas
Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada pria,
dan sulit orgasme pada wanita.
h. Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki,
reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
i. Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,
pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulkus.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Gula darah meningkat
Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada dewasa yang tidak hamil :
Pada sedikitnya 2 x pemeriksaan :
1) Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).
2) Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L).
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial) > 200 mg/dl.
a. Pemberian insulin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian insulin adalah jenis,
dosis, kapan pemberian, dan cara penyuntikan serta penyimpanan. Terdapat
berbagai jenis insulin berdasarkan asal maupun lama kerjanya, menjadi
kerja cepat/rapid acting, kerja pendek (regular/soluble), menengah,
panjang, dan campuran.
Dosis anak bervariasi berkisar antara 0,7-1,0 U/kg per hari. Dosis insulin
ini berkurang sedikit pada adanya fase remisi yang dikenal sebagai
honeymoon periode dan kemudian meningkat pada saat pubertas.
Saat awal pengobatan insulin diberikan 3-4 kali injeksi. Bila dosis optimal
dapat diperoleh, diusahakan untuk mengurangi jumlah suntikan menjadi 2
kali dengan menggunakan insulin kerja mengengah atau kombinasi kerja
pendekb dan menengah (split-mix regimen). Penyuntikan setiap hari secara
subkutan dipaha, lengan atas, sekitar umbilicus secara bergantian. Insulin
sebaiknya disimpan dalam lemari es pada suhu 4-80C.
b. Pengaturan makan/diet
1) Jumlah kebutuhan kalori untuk anak usia 1 tahun sampai dengan usia
pubertas dapat juga ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
1000 + (usia dalam tahun x 100) = ....... Kalori/hari .
1) Sulfoniurea
Berfungsi untuk menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi insulin
sebagai akibat rangsangan glukosa.
2) Biguanid
Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal.
Dianjurkan untuk pasien gemuk.
3) Inhibitor α glukosidase
Bersifat kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase sehingga
menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia
pascaprandial.
11. KOMPLIKASI
Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan kerusakan
berbagai sistem tubuh terutama saraf dan pembuluh darah. Beberapa
komplikasi dari diabetes yang sering terjadi adalah:
a. Meningkatnya resiko penyakit jantung dan stroke.
b. Neuropati (kerusakan saraf) di kaki yang meningkatkan kejadian ulkus
kaki, infeksi, dan bahkan keharusan untuk amputasi kaki.
c. Retinopati diabetikum, yang merupakan salah satu penyebab utama
kebutaan, terjadi akibat kerusakan pembuluh darah kecil di retina.
d. Diabetes merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal.
e. Resiko kematian penderita diabetes secara umum adalah dua kali lipat
dibandingkan bukan penderita diabetes.
Dengan pengendalian metabolisme yang baik, menjaga agar kadar gula darah
berada dalam kategori normal, maka komplikasi akibat diabetes dapat
dicegah/ditunda.
12. Konsep Dasar Teknik Relaksasi Pernafasan Dalam
a. Pengertian
b. Tujuan
Menurut Smeltzer dan Bare (2018) tujuan teknik nafas dalam adalah untuk
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelectasis
paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress maupun kemarahan.
3. Tahap terminasi
1) Evaluasi hasil gerakan
2) Lakukan kontrak untuk melakukan kegiatan selanjutnya
3) Cuci tangan.
1. PENGKAJIAN
Dalam pengkajian yang dikaji pada pasien yaitu, identitas pasien, riwayat
keperawatan yang meliputi keluhan utama (Keluhan utama saat masuk rumah
sakit dan keluhan saat pengkajian), riwayat penyakit (riwayat penyakit
terdahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga, riwayat
psikososial dan spiritual), data bio-psiko-sosial-spiritual (disini digunakan
berdasarkan kebutuhan dasar Virginia Handerson) dan pengkajian fisik
A. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Diagnosa medis
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
1) Data Biologis
a. Bernafas
Gejala : tidak ada dispnea
haus
d. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.
dengan aktivitas.
Letargi/disorientasi, koma
e. Kebersihan Diri
2) Data Psikologis
a. Rasa Aman
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : demam,diaforesis
b. Rasa Nyaman
Gejala : mengeluh nyeri
pusing
kelemahan
3) Data Sosial
a. Rekreasi
b. Pengetahuan belajar
c. Menyangkut hubungan dengan keluarga
4) Data Spiritual
4. Pengkajian Fisik
1) Keadaan Umum
a. Kesadaran
b. Bangun Tubuh
c. Postur Tubuh
d. Bentuk Tubuh
e. Turgor Kulit
2) Gejala Kardinal
a. Suhu
b. Nadi
c. Tekanan Darah
d. Respirasi
a. Tinggi Badan :
b. Berat Badan :
4) Keadaan Fisik
a. Kepala
Bentuk simetris, warna rambut hitam, persebaran rambut
merata, kebersihan cukup, benjolan tidak ada, nyeri tekan
tidak ada.
b. Muka
Bentuk simetris, agak pucat, edema tidak ada, nyeri
c. Mata
Konjungtiva anemis, reflek pupil ishokor, benjolan tidak
ada, nyeri tekan tidak ada.
d. Hidung
Bentuk simetris, secret tidak ada
e. Telinga
Serumen tidak ada, bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada.
g. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, distensi vena jugularis
tidak ada.
h. Thorak
Bentuk dada simetris, suara nafas wheezing dan krekel
tidak ada, retraksi otot dada tidak ada
i. Abdomen
Bentuk simetris, lesi tidak ada, peristaltic usus 8 x/menit,
pembesaran hati tidak ada, nyeri lepas dan nyeri tekan tidak
ada, asites tidak ada.
j. Ekstermitas
Edema tidak ada, sianosis tidak ada, pergerakan
terkoordinir tetapi lemah.
Palpasi dan auskultasi : Dari hasil palpasi dan auskultasi biasanya pada DM
type 2 didapatkan TD yang tinggi.
Pemeriksaan Khusus pada Lansia menurut Gordon
A. Pengkajian
1. Pengkajian fisik
a. Identitas
b. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa
kaku.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit pada
persendian, bengkak, dan terasa kaku.
d. Pola fungsi Gordon
1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kaji pengetahuan klien tentang
penyakitnya, saat klien sakit tindakan
yang dilakukan klien untuk menunjang
kesehatannya.
2) Nutrisi/metabolic
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh
klien, porsi sehari, jenis makanan, dan
volume minuman perhari, makanan
kesukaan.
3) Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri
atau tidak saat BAB/BAK dan warna
4) Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan klien saat beraktivitas
dan dapat melakukan mandiri, dibantu
atau menggunakan alat
5) Pola tidur dan istirahat
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas
tidur, kalau terganggu kaji penyebabnya
6) Pola kognitif-perseptual
Status mental klien, kaji nyeri dengan
Provokasi (penyebab), Qualitas
9nyerinya seperti apa), Reqion (di daerah
mana yang nyeri), Scala (skala nyeri 1-
10), Time (kapan nyeri terasa bertambah
berat).
7) Pola persepsi diri
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi;
harga diri, ideal diri, identitas diri,
gambaran diri.
8) Pola seksual dan reproduksi
kaji manupouse, kaji aktivitas seksual
9) Pola peran dan hubungan
Kaji status perkawinan, pekerjaan
10) Pola manajemen koping stress
11) Sistem nilai dan keyakinan
2. Fungsional klien
a. Indeks Barthel yang dimodifikasi
Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan
orang lain dalam meningkatkan aktivitas
fungsional. Penilaian meliputi makan,
berpindah tempat, kebersihan diri, aktivitas di
toilet, mandi, berjalan di jalan datar, naik
turun tangga, berpakaian, mengontrol defikasi
dan berkemih. Cara penilaian:
NO KRITERI BANTUA MANDI
A N RI
1 Makan 5 10
2 Minum 5 10
3 Berpindah dari kursi roda ketempat tidur/sebaliknya 5-10 15
4 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, 0 5
menggosok gigi)
5 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka 5 10
tubuh, menyiram)
6 Mandi 5 15
7 Jalan di permukaan datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Menggunakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10
11 Kontrol Bladder (BAK) 5 10
Total
skor
Cara penilaian:
< 60 : ketergantungan penuh/total
110-105 : ketergantungan sebagian
110 : mandiri
b. Indeks Katz
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian
katz untuk aktivitas kehidupan sehari-hari
yang berdasarkan pada evaluasi fungsi
mandiri atau bergantung dari klien dalam hal:
makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke
kamar mandi, mandi dan berpakaian. Indeks
Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan
system penilaian yang didasarkan pada
tingkat bantuan orang lain dalam melakukan
aktivitas fungsionalnya. Salah
satukeuntungan dari alat ini adalah
kemampuan untuk mengukur perubahan
fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang
diakhiri evaluasi dan aktivitas rehabilitasi.
Pengukuran pada kondisi ini meliputi:
Termasuk kategori manakah klien?
1. Mandiri dalam makan,
kontinensia (BAB/BAK),
menggunakan pakaian, pergi ke
toilet, berpindah dan mandi
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan,
pengarahan atau bantuan efektif dari
orang lain, seseorang yang menolak
untuk melakukan suatu fungsi dianggap
tidak melakukan fungsi, meskipun ia
dianggap mampu.
3. Status mental dan kognitif gerontic
a. Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Digunakan untuk mendeteksi adanya
tingkat kerusakan intelektual. Pengujian
terdiri atas 10 pertanyaan yang berkenan
dengan orientasi, riwayat pribadi, memori
dalam hubungannya dengan kemampuan
perawatan diri, memori jangka panjang
dan kemampuan matematis atau
perhitungan (Pfeiffer, 2002).
NO PERTANYAAN BENA SALA
R H
1 Tanggal berapa hari ini
2 Hari apa sekarang
3 Apa nama tempat ini
4 Alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir (minimal tahun lahir)
7 Siapa presiden indonesia sekarang?
8 Siapa presiden ndonesia sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
Jumlah
Interpretasi hasil :
2. INTERVENSI
Dalam Nanda NOC NIC beberapa intervensi dari masalah diatas
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x …jam diharapkan pola napas klien
efektif, dengan kriteria hasil :
Intervensi
Monitoring respirasi
b) Pantau adanya penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi dinding dada pada
klien.
Rasional: Penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi dinding dada menunjukkan
terjadi gangguan ekspansi paru.
Memfasilitasi ventilasi
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai dengan adanya
pengungkapan nyeri pada dada dengan skala 1-10, klien tampak melindungi area
yang sakit, berhati-hati saat bergerak, klien tampak gelisah, klien tampak meringis
kesakitan, TD meningkat (>120/80 mmHg), nadi meningkat (>100x/mnt).
Tujuan :
Pain level
Pain control
- Klien dapat mengontrol nyerinya dengan menggunakan teknik manajemen nyeri non
farmakologis (skala 5 = consistently demonstrated).
- Klien dapat menggunakan analgesik sesuai indikasi (skala 5 = consistently
demonstrated).
- Klien melaporkan nyeri terkontrol (skala 5 = consistently demonstrated).
Intervensi:
Pain management
f) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri non farmakologi, (mis: teknik terapi musik,
distraksi, guided imagery, masase dan lain-lain).
Rasional: membantu mengurangi nyeri yang dirasakan klien, serta membantu klien
untuk mengontrol nyerinya.
- Tidak terjadi penurunan atau peningkatan kadar glukosa darah yang drastis/terkontrol
(normal glukosa darah sewaktu 140-160 mg/dL).
Intervensi
b) Lakukan pemberian terapi dengan tepat sesuai dengan indikasi, dosis, waktu yang
telah ditentukan.
Rasional: Pemberian terapi glokosa pada hipoglikemia dengan tepat baik dari tujuan,
dosis, dan waktu pemberian akan dapat mencegah kemungkinan ketidakstabilan kadar
glukosa darah.
c) Beritahu keluarga hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari selama penanganan
hipoglikemia diberikan.
Rasional: Saat penatalaksanaan dalam pemberian glukosa kebutuhan glukosa pasien
sudah dihitung dan disesuaikan pemenuhannya dengan glukosa IV, penambahan
karbohidrat yang banyak selama terapi dan penambahan glukosa oral diluar instruksi
dapat menimbulkan kelebihan kadar glukosa darah pasien.
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengasorbsi makanan karena
faktor biologi (glikosuria) ditandai dengan konjungtiva dan membran mukosa
pucat, klien melaporkan intake makanan kurang dari yang dianjurkan, berat badan
dibawah ideal lebih dari 20%.
Tujuan:
Status nutrisi
- Serum albumin dalam batas normal (3,4-4,8 gr/dL) (skala 5= No deviation from
normal range).
Intervensi
Terapi nutrisi
b) Diskusikan dengan keluarga klien hal-hal yang menyebabkan penurunan berat badan.
Rasional: membantu memilih alternatif pemenuhan nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhan dan penyebab penurunan berat badan.
Manajemen Mual
b) Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat keparahan, faktor frekuensi, presipitasi yang
menyebabkan mual.
Rasional: Penting untuk mengetahui karakteristik mual dan faktor-faktor yang dapat
menyebabkan atau meningkatkan mual muntah pada klien.
Tujuan:
Wound care
b) Pantau karakteristik luka meliputi (ada tidaknya cairan, ukuran, warna, bau).
Rasional: Perubahan karakteristik luka menandakan ada tidaknya infeksi misalnya,
luka terdapat pus, berbau, ukuran meluas, warna sekitar luka menjadi kemerahan
tanda-tanda tersebut menyatakan adanya infeksi.
Infection control:
b) Batasi pengunjung.
Rasional: mengurangi transmisi mikroorganisme dari pengunjung ke klien.
Monitor TTV
Observasi
Monitor TD,
nadi, suhu,
dan RR
Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS
saat pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum,
selama, dan
setelah
aktivitas
Monitor
kualitas dari
nadi
Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
Monitor suara
paru
Monitor pola
pernapasan
abnormal
Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban
kulit
Monitor
sianosis
perifer
Monitor
adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
Identifikasi
penyebab dari
perubahan
vital sign
Terapeutik
Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
2 Ketidakstabilan kadar Luaran : Manajemen
glukosa darah Kestabilan kadar hiperglikemia
Definisi : variasi kadar glukosa darah
glukosa darah naik turun dari meningkat Observasi
rentang normal Kriteria Hasil: Identifikasi
Mengantuk kemungkinan
Penyebab Hiperglikemia menurun penyebab
- Disfungsi pankreas Lesu menurun hiperglikemia
- Resistensi insulin Glukosa darah Monitor kadar
- Gangguan toleransi membaik glukosa darah
glukosa Monitor tanda
- Gangguan glukosa darah gejala
puasa hiperglikemia
Monitor
intake dan
output
Identifikasi
situasi yang
menyebabkan
kebutuhan
insulin
meningkat
Terapeutik
Berikan
asupan cairan
oral
Fasilitasi
ambulasi jika
ada hipotensi
Edukasi
Anjurkan
olahraga
Anjurkan
monitor kadar
glukosa darah
Anjurkan
kepatuhan
terhadap diet
dan olahraga
Ajarkan
pengelolaan
diabetes
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
insulin
3. IMPLEMENTASI
implementasi dilakukan sesuai dengan intrevensi yang telah disusun berdasarkan
prioritas diagnosis
4. EVALUASI
Bulechek, G. M., et al. (2013). Nursing interventions classification (NIC) 6th edition. USA:
Mosby.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus
(online), (http://binfar.depkes.go.id/download/PC_DM.pdf, diakses 4 Agustus 2018)..
Guyton, Arthur C. Dkk. 2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC.
Herman , T. Heather. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis keperawatan: definisi &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Moorhead, S., et al. (2013). Nursing outcomes classification (NOC) 5th edition. USA: Mosby
Mansjoer, Arif. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Smeltzer C Suzanne & Bare. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Ed8. Vol.1.
Jakarta: EGC.