1
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
TINGKAT KESADARAN I.
PENGERTIAN
Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu
(Corwin, 2001). Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai
keadaan dimana seseorang mengenal / mengetahui tentang dirinya
2
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
3
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
M : Metabolik
Misalnya hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma hepatikum
E : Elektrolit
Misalnya diare dan muntah yang berlebihan.
N : Neoplasma
Tumor otak baik primer maupun metastasis
I : Intoksikasi
Intoksikasi berbagai macam obat maupun bahan kimia dapat
menyebabkan penurunan kesadaran
T : Trauma
Terutama trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan epidural,
perdarahan subdural, dapat pula trauma abdomen dan dada.
E : Epilepsi
Pasca serangan Grand Mall atau pada status epileptikus dapat
menyebabkan penurunan kesadaran.
IV. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik yang terkait dengan penurunan kesadaran adalah:
Penurunan kesadaran secara kualitatif
GCS kurang dari 13
Sakit kepala hebat
Muntah proyektil
Papil edema
Asimetris pupil
Reaksi pupil terhadap cahaya melambat atau negatif
Demam
Gelisah
Kejang
Retensi lendir / sputum di tenggorokan
Retensi atau inkontinensia urin
Hipertensi atau hipotensi
4
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
5
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
6
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
7
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Gambar 1 Eksoftalmus
b) Strabismus
Strabismus atau mata juling adalah suatu kondisi dimana kedua mata
tampak tidak searah atau memandang pada dua titik yang berbeda.
Gambar 2 Strabismus
Aparatus lakrimalis
Kelainan temuan fisik yang mungkin ditemukan Aparatus lakrimalis
adalah pembengkakan sakus lakrimalis
Kelopak mata/palpebra dan posisi bola mata
Kelainan temuan fisik yang mungkin ditemukan pada dan sekitar mata
dan posisi bola mata adalah sebagai berikut:
8
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Hordeolum
Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila ditekan dan
nyeri pada tepi kelopak mata. Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya
terang dan penderita merasa ada sesuatu di matanya.
b) Herniasi lemak
Merupakan penyebab umum dari pembengkakan pada kelopak mata
bawah dan bagian dalam ketiga dari kelopak mata atas, berkaitan dengan
penuaan.
Edema Periorbital
Pembengkakan dari kelopak mata karena kelebihan cairan; banyak
penyebab.
Ptosis
Penurunan kelopak mata atas sehingga mempersempit fisura palpebra,
karena gangguan saraf atau otot.
Pterigium
Penebalan bulba konjungtiva yang dapat tumbuh menembus kornea.
Konjungtiva dan Sklera a)
Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva
b) Anemis atau pucat
Anemis atau pucat terjadi akibat kekurangan dalam sel darah merah
dan hemoglobin berada di bawah rentang normal
c) Ikterik atau kuning
Ikterik atau kuning terjadi akibat terjadi kelebihan
bilirubin/hiperbilirubin yang diakibatkan oleh kelainan hati dan atau
empedu.
Kornea
Kelainan temuan fisik yang mungkin ditemukan pada kornea mata
adalah sebagai berikut:
9
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Keratitis
Keratitis merupakan peradangan pada kornea
Ulkus kornea
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea
Retina
Kelainan temuan fisik yang mungkin ditemukan pada retina mata
adalah sebagai berikut:
Astigmatisma
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak
dibentuk pada retina (macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi
ketidakseimbangan sistem optic ada mata sehingga menghasilkan
bayangan kabur. Pada mata normal, kornea dan lensa membelokkan
sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina.
Abiasi retina
Ablasio Retina adalah keadaan dimana retina lepas dari jaringan koroid
yang memberikan metabolisme padanya.
Miopia
Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk
ke mata jatuh di depan retina pada mata yang istirahat (tanpa
akomodasi). Gambaran kelainan pemfokusan cahaya di retina pada
miopia, dimana cahaya sejajar difokuskan didepan retina.
Hipermetropia
Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi
memfokuskan bayangan di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika
kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola mata dan kekuatan
pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar terletak di
belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang
sumbu bola mata (hipermetropia aksial), seperti yang terjadi pada
10
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
11
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
12
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
13
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Test Schwabach
Test Schwabach normal : Hantaran tulang pemeriksa dan klien sama
panjang
Test Schwabach memanjang : Hantaran tulang pemeriksa lebih pendek
daripada hantaran tulang yang didengarpasien, berarti Tuli konduksi
Test Schwabach memendek : Hantaran tulang pemeriksa lebih panjang
daripada hantaran tulang yang didengar pasien, berarti Tuli sensori
neural.
KATETERISASI URINE
Pengertian
Kateterisasi urine adalah pemasangan kateter melalui uretra ke
bladder (Kozier, 2010). Prosedur memasukkan kateter ke bladder
beresiko untuk injuri dan infeksi.
Kateter adalah selang (tube) untuk memasukkan dan mengeluarkan
cairan. Kateter urine terbuat dari karet atau plastik dapat juga
terbuat dari lateks, silicon atau povinil klorida (PVC).
Tujuan
Mendapatkan residu urin
Mengatasi inkontinensia urine setelah upaya lain
Meredakan ketidaknyamanan akibat distensi bladder
Mencegah urin mengenai insisi setelah pembedahan
Memfasilitasi pengukuran haluaran urin secara akurat
Mengosongkan bladder secara komplit sebelum pembedahan
Memberikan drainase dan irigasi bladder secara berkala atau
berkelanjutan
Mengkaji jumlah residu jika kandung kemih dikosongkan secara tidak
komplit
Indikasi
14
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
PERAWATAN LUKA
15
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Kontaminasi bakteri
Kematian sel
JENIS-JENIS LUKA
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan
luka itu dan menunjukkan derajat luka (Hunt,2003).
Berdasarkan tingkat kontaminasi
Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana
tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan,genital dan urinari. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan
dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt).
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan
luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital
atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak
selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% -
11%.
Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka,
fresh (baru), luka akibat kecelakaan dan operasi dengan
kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut,
inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka
yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
Stadium II : Luka Partial Thickness : yaitu hilangnya lapisan kulit pada
lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan
16
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
17
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
18
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Pengertian
Pemberian terapi oxygen adalah suatu tata cara pemberian bantuan
gas oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke
dalam paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat khusus.
Tujuan
Memenuhi kekurangan oksigen
Membantu kelancaran metabolisme
Sebagai tindakan pengobatan
Mencegah hipoksia
Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung
IV. Indikasi
19
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
20
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
21
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat
dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan
kelembaban gas dapat dikontrl serta tidak terjadi penumpukan CO2
Kerugian
Kerugian sistem ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup
muka yang lain pada aliran rendah
24
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
NEBULIZER
25
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Pengertian
Suatu cara untuk mengeluarkan sekret dari saluran nafas dengan
menggunakan suatu suction catheter yang dimasukkan melalui hidung atau
26
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
27
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
28
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
PENGERTIAN
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologis atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi
(Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).
B. PENGGOLONGAN OBAT
Obat bebas, merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna hijau
dengan tepi lingkaran berwarna hitam. Obat bebas umumnya berupa
suplemen vitamin dan mineral,obat gosok, beberapa analgetik-
antipiretik, dan beberapa antasida. Obat golongan ini dapat di beli bebas
di Apotek, toko obat, toko kelontong, warung.
Obat bebas terbatas, merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran
berwarna biru dengan tepi lingkaran hitam. Obat golongan ini antara
lain: obat batuk, obat influenza, obat penghilang rasa sakit dan
penurun panas pada saat demam (analgetik-antipiretik), beberapa
suplemen vitamin dan mineral, dan obat-obat antiseptika, obat tetes
mata untuk iritasi ringan. Obat golongan ini hanya dapat dibeli di
Apotek dan toko obat berizin.
Obat keras, merupakan obat yang pada kemasannya ditandai dengan
lingkaran yang didalamnya terdapat huruf K berwarna merah yang
menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam. Obat keras
merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter.
Obat-obat yang umumnya masuk kedalam golongan ini antara lain
29
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
30
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Metabolisme
Adalah proses deaktifasi/detoksifikasi zat-zat obat didalam tubuh. Proses
ini terutama berlangsung didalam hepar, namun juga berlangsung
didalam ginjal, plasma darah, mukosa usus, dan paru-paru
Ekskresi
Adalah proses mengeluarkan oabat atau zat-zat sisa metabolismenya
dari dalam tubuh. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan sebagian
besar sisa metabolisme tersebut, sebagian yang lain dikeluarkan
melalui paru-paru dan intestinal.
Farmakodinamik
Adalah proses yang berhubungan dengan fungsi fisiologis dan biokimia
dari obat didalam tubuh. Reaksi kerja obat adalah hasil dari reaksi kimia
antara zat-zat obat dengan sel-sel tubuh untuk menghasilkan respon
biologis tubuh. Kebanyakan obat bereaksi dengan komponen sel untuk
menstimulasi perubahan biokomia dan fisiological sehingga obat menjadi
efektif bagi tubuh. Reaksi ini dapat terjadi secara local maupun sistemik
didalam tubuh
Efek terapeutik
Adalah efek yang digunakan atau efek tujuan dari medikasi yang
diberikan. Efek tersebut bervariasi berdasarkan bahan dasar obat,
lama penggunaan obat, dan kondisi fifik pasien. Puncak reaksi obat
sangat bervariasi tergantung dari obat yang diberikan dan cara
pemberian yang dilakukan.
Efek Merugikan
Adalah efek lain dari obat selain efek terapi yang diinginkan. Efek
merugikan ini dapat merupakan efek lanjutan dari efek terapi, misalnya
hipotensi dapat terjadi ketika pemberian antihipertensi. Efek ini sering
terjadi pada pasien yang sangat parah kondisi dan menerima banyak
medikasi (Cleveland, Aschenbrenner, Venable, & Yensen, 1999)
Efek Samping
31
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Efek merugikan obat dengan skala kecil disebut juga efek samping
obat. Banyak efek samping yang tidak berbahaya dan dapat
diabaikan, namun ada pula yang dapat membahayakan terutama
ketika ada obat baru yang diberikan atau ditambahkan dosisnya.
Perawat harus waspada terhadap efek merugikan dari obat ini.
Reaksi hipersensitifitas
Reaksi hipersensitifitas terjadi bila pasien sensitive terhadap efek dari
pengobatan yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi bila dosis yang
diberikan lebih dari kebutuhan pasien sehingga menimbulkan efek
lain yang tidak diinginkan.
Toleransi
Adalah reaaksi yang terjadi ketika pasien mengalami penurunan
respon/tidak berespon terhadap obat yang diberikan, dan
membutuhkan penambahan dosis obat untuk mencapai efek terapi
yang diinginkan. Beberapa zat yang dapat menimbulkan toleransi
terhadap obatadalah nikotin, etil, alcohol, opiate dan barbiturat.
Reaksi alergi
Adalah akibat dari respon imunologik terhadap medikasi. Tubuh
menerima obat sebagai benda asing, sehingga tubuh akan
membentuk antibody untuk melawan dan mengeluarkan benda asing
tersebut. Akibatnya akan menimbulkan gejala/reaksi alergi yang
dapat berkisar dari ringan sampai berat.
Toksisitas
Atau keracunan obat adalah reaksi yang terjadi karena dosis berlebih
atau penumpukan zat dalam darah akibatdari gangguan metabolisme
atau ekskresi. Perhatian harus diberikan pada dosis dan tingkat toksik
obat, dengan mengevaluasi fungsi ginjal dan hepar.
Interaksi antar obat
Hal ini terjadi ketika efek dari suatu obat terganggu akibat adanya obat
lain atau makanan yang mempengaruhi kerja obat didalam tubuh.
32
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Interaksi ini dapat berbentuk saling menguatkan efek terapi dari obat
atau saling bertentangan dengan efek terapi. Kadang-kadang
makanan dapat juga mempengaruhi reaksi obat. Dalam beberapa
kasus, juga terjadi reaksi pengumpulan zat-zat yang terdapat didalam
obat, hal ini disebut reaksi inkompatibilitas obat. Hampir seluruh
obat-obatan akan berefek buruk bila berinteraksi dengan obat
lainnya, namun tidak selamanya dapat dihindarkan untuk
memberikan obat yang tidak saling berefek merugikan.
33
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
34
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
35
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Benar pengkajian
Perawat selalu memeriksa TTV (Tanda-tanda vital) sebelum pemberian
obat.
10. Benar evaluasi
Perawatan selalu melihat/memantau efek kerja dari obat setelah
pemberiannya.
11. Benar reaksi terhadap makanan
Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika
obat itu harus diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk
memperoleh kadar yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan
misalnya tetrasiklin, dan sebaiknya ada obat yang harus diminum setelah
makan misalnya indometasin.
Benar reaksi dengan obat lain
Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan
omeprazol penggunaan pada penyakit kronis
36
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
37
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
38
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
39
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
40
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
5. KEUNTUNGAN
Nyaman dan sering kali cocok dengan pasien
Lebih hemat (obat oral tak semahal obat yang diberikan dengan cara lain)
Jarang menyebabkan kecemasan pada pasien
6. KERUGIAN
Obat oral dihindari bila pasien mengalami gangguan pada fungsi
gastrointestinal (seperti mual, muntah), berkurangnya mobilitas usus
(setelah anestesi atau peradangan usus dan operasi pembedahan
pada bagian saluran gastrointestinal)
41
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Beberapa obat dapat dirusak oleh asam lambung. Pemberian obat oral
kontraindikasi pada pasien yang tidak dapat menelan (pada pasien
yang mengalami gangguan neuromuscular, struktur esophagus, lesi
pada mulut)
Obat oral tidak dapat diberikan pada pasien dengan suction lambung dan
kontraindikasi pada pasien yang akan menjalani beberapa tes
diagnostic
Obat oral tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar atau gelisah
tidak dapat menelan
Obat oral mungkin mengiritasi saluran gastrointestinal, gigi menjadi
berubah warna dan ada obat oral yang memiliki bau yang tidak enak.
42
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Ventrikel kiri atau area apeks: punctum maksimum, lokasi di dada dimana
kontraksi jantung dapat di palpasi
Area epigatrium: dibawah procesus xipoideus
Adapun pemeriksaan fisik yang akan dilakukan, adalah sebagai berikut:
Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan indera
penglihatan untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu
dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien.
Tujuan inspeksi pada jantung: untuk melihat bentuk precordium,
denyut pada apeks jantung (iktus cordis), denyut nadi pada dada, dan
denyut vena.
Palpasi
Tujuan palpasi pada jantung: untuk mengetahui iktus cordis, getaran/
thrill
Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan
bunyi getaran/ gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh
dari bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan
ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh.
Tujuan perkusi pada jantung: untuk menentukan batas-batas jantung
(kiri dan kanan)
Auskultasi
Aukultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan
bunyi yang terbentuk di dalam organ tubuh.
Tujuan auskultasi pada jantung: untuk menentukan bising I dan II serta
bising jantung.
43
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
PENGKAJIAN RESPIRASI
RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan masalah
yang lalu. Perawat mengkaji pasien atau keluarga dan berfokus kepada
manifestasi klinik dari keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi
sekarang ini, riwayat perawatan dahulu, riwayat keluarga dan riwayat
psikososial.
Riwayat kesehatan dimulai dari biografi pasien, dimana aspek
biografi yang sangat erat hubungannya dengan gangguan oksigenasi
44
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
45
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Hemoptysis
Hemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut dengan dibatukkan.
Perawat mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru,
perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari paru biasanya
berwarna merah terang karena darah dalam paru distimulasi segera oleh
refleks batuk. Penyakit yang menyebabkan hemoptysis antara lain:
Bronchitis Kronik, Bronchiectasis, TB Paru, Cystic fibrosis, Upper airway
necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru, abses.
Chest Pain
Chest pain (nyeri dada) dapat berhubungan dengan masalah jantung dan
paru. Gambaran yang lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat
untuk membedakan nyeri pada pleura, muskuloskeletal, cardiac dan
gastrointestinal. Paru-paru tidak mempunyai saraf yang sensitif terhadap
nyeri, tetapi iga, otot, pleura parietal dan trakeobronkial tree mempunyai
hal tersebut. Dikarenakan perasaan nyeri murni adalah subjektif, perawat
harus menganalisis nyeri yang berhubungan dengan masalah yang
menimbulkan nyeri timbul.
46
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
47
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
48
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
49
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
50
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Flatness: sangat dullness dan oleh karena itu nadanya lebih tinggi. Dapat
didengar pada perkusi daerah paha, dimana areanya seluruhnya
berisi jaringan.
Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan
suara nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan suara.
Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas
dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih
51
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
52
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
54
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
EKG
LEAD EKG DAN INTERPRETASI GELOMBANG NORMAL
SA Node
o Letak: pertemuan antara VKS dengan RA
o Menghantar impuls listrik dari atrium ke
o Ventrikel
o Frekuensi impuls 60-100x/mnt
AV Node
o Letak: diatas sinus koronarius pa dinding
o posterior atrium kanan
o Frekuensi impuls 40-60x/mnt
Berkas his
o Berasal dari AV node
o Menembus jaringan pemisah miokard atrium dan miokard ventrikel o
Berjalan pada septum ventrikel kmdn bercabang dua menjadi berkas
kanan (RBB) dan berkas kiri (LBB)
Serabut Purkinje
o Merupakan percabangan dari RBB dan LBB
o Impuls 20-40x/mnt
EKG standart terdiri atas 12 leads (I, II,III,aVR, aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5,
V6)
Setiap lead mencatat aktivitas elektrik jantung dari posisi anatomi yang
berbeda
Identifikasi dari perubahan miokardium pada lead tertentu dapat
membantu menentukan kondisi patologis
56
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
57
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Interpretasi EKG
a. Tentukan frekuensi denyut jantung. Apakah terlalu cepat, lambat
atau normal
Penentuan frekuensi denyut jantung dengan cepat dapat dilakukan
dengan menghitung jumlah kompleks QRS dalam interval waktu
6 detik dan kalikan kompleks QRS yang didapat dengan 10
Catatan : Kita harus berhati-hati dengan metode ini,karena metode ini
hanya akurat untuk irama yang terjadi dalam interval normal dan tidak
dapat digunakan untuk menentukan frekuensi denyut jantung dengan
58
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
59
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
FISIOTERAPI DADA
Tujuan:
Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
Memperkuat otot pernapasan
Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan
Pasien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen
yang cukup.
Kontra indikasi
Fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan
jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan
kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka
baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan
serta adanya kejang rangsang.
61
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
62
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Posterior segment
(2)
63
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Anterior segment
(3)
64
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
66
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Selang Nasogastrik atau Naso Gastric Tube (NGT) adalah suatu selang
yang dimasukkan melalui hidung sampai ke lambung. Sering digunakan
untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada seseorang yang tidak
mampu untuk mengkonsumsi makanan, cairan, dan obat-obatan secara
oral. Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi dari lambung dengan
cara disedot. Selang yang digunakan adalah dengan ukuran 14 atau 16 Fr.
Indikasi Pemberian NGT:
Pasien pre/post operasi
Tidak bisa mengunyah, tapi masih mampu mencerna dan
mengabsorbsi
Tujuan dan Manfaat Tindakan
Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam
lambung (cairan, udara, darah, racun)
Memasukan cairan ( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
Membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi
lambung
Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan
operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan
aspirasi isi lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general
anaesthesia)
Jenis – Jenis NGT
67
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
68
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Factor tetesan :
Makro : 15-20 tetes/mnt
Mikro : 60 tts/mnit
69
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
TRANSFUSI DARAH
TEHNIK TRANSFUSI
Sebelum ditransfusikan, periksa sekali lagi sifat dan jenis darah
serta kecocokan antara darah donor dan penderita. Penderita
dipersiapkan dengan pemasangan infus dengan jarum besar #16-18.
Jarum yang terlalu kecil (# 23-25) dapat menyebabkan hemolisis. Vena
terbaik untuk kanulasi darah adalah vena pada bagian dorsal tangan
dan pada lengan atas. Dalam keadaan darurat dapat dilakukan
venaseksi untuk menjamin kelancaran dan kecepatan transfusi. Waktu
mengambil darah dari lemari es, perhatikan plasmanya. Jika ada
tanda-tanda hemolisis (warna coklat hitam, keruh) jangan diberikan.
Darah yang belum akan ditransfusikan harus tetap di dalam lemari es.
Sebelum transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCl
fisiologik. Jangan menambahkan obat apapun ke dalam darah yang
ditransfusikan. Obat-obatan memiliki pH yang berbeda sehingga dapat
menyebabkan hemolisis, lagipula bila terjadi reaksi transfusi akan sulit
untuk menentukan apakah hal itu terjadi akibat obat atau akibat
darah yang ditransfusikan.
Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu yang
singkat, maka dibutuhkan darah hangat, karena darah yang dingin akan
mengakibatkan aritmia ventrikel bahkan kematian. Menghangatkan
darah dengan air hangat hendaknya pada suhu 37-39°C. Karena bila lebih
40°C, eritrosit akan rusak. Pada 100 ml pertama pemberian darah lengkap
hendaknya diteliti dengan hati-hati dan diberikan perlahan-lahan untuk
kemungkinan deteksi dini reaksi transfusi.
Transfusi set mengalirkan darah 1 ml dalam 20 tetes. Laju tercepat
yang bisa tercapai adalah 60 ml permenit. Laju transfusi tergantung pada
status kardiopulmoner resipien. Jika status kardiopulmoner
70
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
normal, maka dapat diberikan 10-15 ml/kgBB dalam waktu 2-4 jam.
Jika tidak ada hemovolemia maka batas aman transfusi adalah 1
ml/kgBB/jam (1 unit kurang lebih 3 jam) atau 1000 ml dalam 24 jam.
Tetapi jika terdapat gagal jantung yang mengancam maka tidak boleh
ditransfusikan melebihi 2 ml/kgBB/jam. Darah adalah medium kultur
yang ideal untuk bakteri oleh karena itu sebaiknya transfusi satu unit
darah tidak boleh melewati 5 jam karena meningkatnya resiko
proliferasi bakteri.
Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-kadang
dibutuhkan transfusi yang cepat sampai 6-7 bag dalam setengah jam.
Setelah sirkulasi tampak membaik dikurangi hingga 1 bag tiap 15
menit. Tidak dianjurkan memberi obat antihistamin , antipiretika, atau
diuretika secara rutin sebelum transfusi untuk mencegah reaksi.
Reaksi panas pada dasarnya adalah tanda bahaya bahwa sedang
terjadi reaksi transfusi.
71
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Lain-lain
Demam, urtikaria, anafilaksis, edema paru non kardial, purpura,
intoksikasi sitrat, hiperkalemia, dan asidosis.
72
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Macam:
Mitella/Triangular
Dasi
Pita
Plester
Pembalut yang spesifik
Kassa steril
Mitella
Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga
Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki
dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm
Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang berbentuk bulat atau
untuk menggantung bagian anggota badan yang cedera
Pembalut ini biasa dipakai pada cedera kepala, bahu, dada, siku, telapak
tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan
Dasi
Dasi adalah mitella yang berlipat-lipat sehingga membentuk seperti dasi
Pembalut ini adalah mitella yang dilipat-lipat dari salah satu segitiga agar
beberapa lapis dan berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya
lancip dan lebarnya antara 5-10 cm
Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian
kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan
kaki terkilir
Pita (gulung)
Pita adalah pembalut gulung
Pembalut ini dapat dibuat dari kain katun, kain kassa, flanel atau bahan
elastis. Yang paling sering adalah dari kassa, hal ini karena kassa mudah
menyerap air, darah dan tidak mudah bergeser (kendor).
Macam-macam pembalut dan penggunaannya:
73
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
74
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut
dengan pembalut yang mengandung desinfektan atau jika dislokasi
perlu direposisi terlebih dahulu.
Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:
Dapat membatasi pergeseran atau gerak bagian tubuh yang memang
perlu difiksasi
Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan pokok
penderita
Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya pada balutan berlapis,
lapis yang paling bawah letaknya disebelah distal
Tidak mudah kendor atau lepas
Cara membalut dengan mitella
Salah satu sisi mitella dilipat 3-4 cm sebanyak 1-3 kali
Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan diluar bagian yang akan
dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan
Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan pada
ikatan b, atau diikatkan pada tempat lain maupun dapat dibiarkan
bebas, hal ini tergantung pada tempat dan kepentingannya
Cara membalut dengan dasi
Pembalut mitella dilipat-lipat dari salah satu sisi sehingga berbentuk pita
dengan masing-masing ujung lancip
Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat
diikatkan
Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor dengan cara sebelum diikat,
arahnya saling menarik
Kedua ujungnya diikatkan secukupnya
Cara membalut dengan pita
Berdasarkan besar bagian tubuh yang akan dibalut maka dipilih
pembalutan pita ukuran lebar yang sesuai
75
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang
diletakkan dari proksimal ke distak mentup sepanjang bagian tubuh
yang akan dibalut kemudian dari distal ke proksimal dibebatkan
dengan arah bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara
bebatan yang satu dengan bebatan yang berikutnya
Kemudian ujung yang dalam tadi (b) diikat dengan ujung yang lain
secukupnya
Cara membalut dengan plester
Jika ada luka terbuka, luka diberi obat antiseptik
Tutup luka dengan kassa
Baru lekatkan pembalut plester
Jika untuk fiksasi (misalnya pada patah tulang atau terkilir)
Balutan plester dibuat ”strapping” dengan membebat berlapis-lapis dari distal
ke proksimal dan untuk membatasi gerakkan tertentu, masing-
masing ujungnya perlu kita fiksasi dengan
plester Penggunaan pembalut yang steril
Biasanya dijual dalam bahan yang steril dan baru dibuka pada saat
akan digunakan
Pelaksanaan Latihan
1. Cara membalut dengan mitella
Luka pada calvaria cranium (atap tengkorak)
Lengan yang cedera
76
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
b. Pada lengan
77
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Pada tumit
78
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
PEMBIDAIAN
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat, atau bahan
lain yang kuat tetapi ringan. Pembidaian adalah cara pertolongan pertama
pada cedera/trauma sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan
(immobilisasi) bagian tubuh yang mengalami cedera dengan
menggunakan suatu alat (bidai).
Tujuan :
Mengurangi nyeri
Untuk mencegah gerakan fragmen patah tulang atau sendi yang
mengalami dislokasi (Imobilisasi)
Untuk meminimalisasi/mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar
tulang yang patah
Untuk mengurangi perdarahan & bengkak yang timbul
Untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka
Indikasi :
Imobilisasi spinal
Pasien multiple trauma
Jika terdapat tanda patah tulang pada ekstremitas
Prinsip pembidaian
Lihat bagian yang mengalami cedera dengan jelas
Periksa dan catat sensasi, motoris & sirkulasi distal sebelum & sesudah
pembidaian
Tutup luka terbuka dengan kassa steril sebelum dibidai
Lakukan pembidaian di tempat dimana anggota badan mengalami
cidera (korban yang dipindahkan)
Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak
perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang
Melewati minimal dua sendi yang berbatasan
79
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Syarat-syarat Pembidaian
Siapkan alat-alat selengkapnya
Sepatu, gelang, jam tangan, dan alat pengikat perlu dilepas
Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan
Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang
diukur lebih dulu pada anggota badan korban yang tidak sakit
Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu kendor
Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah
tempat yang patah
Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah
dibidai
80
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
81
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
82
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
PERSALINAN
PROSES PERSALINAN
Proses persalinan merupakan proses bergeraknya janin, plasenta, dan
membran keluar dari uterus dan melalui jalan lahir. Bagi wanita dan
keluarga, proses melahirkan merupakan saat yang menegangkan dan
mencemaskan. Keperawatan intranatal ini berfokus pada pemberin
dukungan terhadap ibu dan keluarga selama proses persalinan. Ada empat
tahap proses persalinan yaitu:
Kala I (Kala pembukaan)
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontrasi uterus yang teratur
dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka
lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten
dan fase aktif.
Fase laten pada kala I persalinan
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks
membuka kurang dari 4 cm. Pada umumnya, fase laten berlangsung
hampir atau hinggaa 8 jam
Fase aktif pada kala I persalinan
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detk atau lebih).
Dari pembukaan 4 cm hingga pencapaian pembukaan lengkap atau 10
cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nuipara
atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Terjadi
penurunan bagian terbawah janin.
83
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
84
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
85
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Serviks
Memperlihatkan perubahan yang cepat (lunak, dilatasi yang
ditandai dengan adanya perdarahan)
Perubahan ke posisi anterior, sulit ditentukan tanpa pemeriksaan
vagina
Janin
Bagian presentasi biasanya sudah berada di rongga pelvis (sering
disebut “lightening/droppping”). Keadaan ini meningkatkan
kemudahan bernafas dan pada saat yang bersamaan kandung
kemih akan tertekan akibat dorongan bagian presentasi janin ke
arah rongga pelvis
B. Tanda-tanda persalinan palsu (false labor)
Kontraksi
Terjadi secara tidak teratur atau teratur tetapi hanya sebentar
Kontraksi berhenti jika berjalan atau jika berubah posisi
Dirasakan di daerah punggung atau abdomen di atas “navel”
2. Serviks
Mungkin lunak tetapi tidak ada dilatasi atau tanda-tanda adanya
perdarahan
Seringkali dalam posisi posterior, tidak dapat dipastikan tanpa
pemeriksaan vagina
Janin: bagian presentasi biasanya belum masuk pelvis.
FAKTOR-FAKTOR ESSENSIAL DALAM PERSALINAN
Ada lima Faktor yang mempengaruhi proses persalinan. Untuk
memudahkan mengingat kelima faktor tersebut adalah 5P : passenger
(janin dan plasenta), passegeway (jalan lahir), power, posisi ibu, dan
respon psikologis.
Passenger
Bagaimana janin bergerak memasuki jalan lahir adalah akibat sari
beberapa faktor yang saling berhubungan, yaitu: ukuran kepala janin,
86
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
87
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
88
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
MEKANISME PERSALINAN
Pada kondisi presentasi verteks (posisi normal) mekanisme persalinan
terdiri dari tujuh gerakan utama (theseven cardinal) yaitu:
Engagement: saat kepala janin masuk ke rongga pelvis
Descent: kemajuan bagian presentasi ke rongga pelvis. Hal ini
tergantung pada tiga hal yaitu: (1) tekanan cairan amnion, (2) tekanan
langsung dari kontraksi fundus pada janin, dan (3) kontraksi diafragma
ibu dan otot abdomen pada tahap kedua proses persalinan
89
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Fleksi: pada saat kepala janin turun dan mendapat tahanan dari serviks,
dinding pelvis, atau lantai pelvis, terjadilah fleksi secara normal dan
dagu semakin mendekat/bersentuhan dengan dada janin
Rotasi internal: dimulai di spina ichialis dan terjadi sempurna apabila
bagian presentasi mencapai rongga pelis bagian bawah
Ekstensi: saat kepala janin mencapai perineum, terdefleksi di anterior
perineum. Bagian occiput lewat di bawah simphisis pubis dulu,
kemudian kepala terekstensi: pertama occiput, kemudian wajah dan
diakhirinya dagu.
Restitusi dan rotasi eksternal setelh melahirkan kepala, kemudian
dilakukan rotasi singkat untuk menyesuaikan dengan posisi janin yang
masih ada di dalam rongga pelvis. Rotasi eksternal terjadi pada saat
bahu turun dan dilakukan manuver yang sama seperti pada saat
melahirkan kepala.
Ekspulsi: setelah bahu dilahirkan, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang
pubis ibu dan tubuh bayi dilahirkan dengan gerakan fleksi lateral
90
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
91
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Teknik pelaksanaan
Jaga privasi tanyakan apakah klien sudah miksi. Bila belum maka
dianjurkan untuk miksi terlebih dahulu
Bantu klien berbaring di bed dengan satu bantal di bagian kepala,
lutut dapat diluruskan atau sedikit ditekuk
Buka bagian perut (dari Px-sipisis pubis), tutupi bagian yang tidak
termasuk area pemeriksaan dengan memakai selimut
Tentukan lokasi punggung janin (palpasi leopold)
Letakkan stetskop atau doppler pada area yang ditentukan. Tanpa
menyentuh stetoskop (pinard), dengan DJJ :
Pastikan DJJ dengan cara membedakannnya dari denyut nadi ibu
melalui palpasi denyut nadi radial ibu
Bila sudah yakin, hitunglah DJJ
Pada saat tidak ada his (untuk menentukan baseline DJJ) dengan cara
menghitung frekuensinnya dalam 30 detik (kemudian dikalikan 2
untuk mendapatkan DJJ 1 menit) atau hitung selama
1 menit penuh.
Cara lain:
Hitung dalam 5 detik, kemudian istirahat beberapa detik; hitung lagi
dalam 5 detik, lalu istirahat lagi; hitung lagi dalam 5 detik. Hasilnya
dijumlahkan lalu dikalikan dengan 4 untuk mendapatkan DJJ 1 menit
serta menyimpulkan teratur atau tidaknya. Contoh:
92
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
93
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Siapkan alat
Cuci tangan
Membawa alat kedekat klien. Beri salam, identifikasi klien dengan
mengecek namanya
Beritahu prosedur yang akan dilakukan dan jelaskan tujunnya pada
klien atau keluarga
Beri kesempatan untuk bertanya sebelum memulai tindakan b.
Teknik pelaksanaan
Jaga privasi
Palpasi dapat dilakukan dengan atau tanpa membuka baju bagian
perut ibu aslkan baju ibu tidak tebal
Letakkan telapak tangan dari jari-jari pada area fundus (di atas
pusar). Ketika uterus mulai mengencang, perhatikan jam untuk
diingat sebagai awal timbulnya his
Lanjutkan menilai kekuatan his dengan cara menekan dinding
uterus sehingga ringan memakai ujung jari-jari. Kekuatan his
dinilai:
Ringan, bila fundus hanya sedikit mengencang sehingga jari-
jari dapat menekan dinding uterus ke dalam dengan mudah,
lamanya his umumnya 20 detik
Sedang, bila fundus cukup mengencang hingga jari-jari
merasakan tahanan dinding uterus saat menekannya;
lamanya his umumnya antara 20-40 detik
Kuat, bila fundus sangat mengencang sehingga terasa seperti
papan keras saat ditekan ke dalam, lamanya his umumnya
lebih dari 40 detik
Bila uterus sudah benar-benar berelaksasi lihat kembali janinnya.
Waktu dimulainya pengenangan uterus sehingga uterus
berelaksasi dicatat sebagai lamanya kontraksi
94
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
96
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
DEFINISI
Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
sadar dan teratur untuk memelihara kesehatan payudara waktu hamil
dengan tujuan untuk mempersiapkan laktasi pada waktu post partum.
TUJUAN PERAWATAN PAYUDARA
Perawatan payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan
payudara semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut :
97
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
98
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
99
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
100
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
101
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
aliran air susu pada kelenjar payudara itu tetapi juga pada kelenjar
payudara yang lain. Refleks Oksitosin bekerja sebelum atau selama
proses menyusui agar ASI mengalir sehingga proses laktasi menjadi
lancar (Guyton, 2008; Bahiyatun, 2008).
103
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
104
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
105
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
106
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
a) Red : kemerahan
Edema: pembengkakan
Echymosis : perdarahan
Discharge : pengeluaran
Loss of approximation
2) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Lochea terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu : lochea rubra, lochea serosa dan lochea alba. Pada awal
pemulihan post persalinan adalah merah terang, berubah
menjadi merah tua atau coklat kemerah-merahan, itu mungkin
berisi sedikit gumpalan-gumpalan atau bekuan –bekuan. Lochea
hanya untuk menunjukkan pemulihan uterin.
Lochea rubra (cruenta)
Lochea rubra terdiri dari darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
Lochea sanguinolenta
Lochea berwarna merah kuning berisi darah dan lendir; hari
ke 3-7 pasca persalinan.
Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
Lochea alba
Lochea berwarna putih, setelah 2 minggu.
Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
Locheastasis
Pengeluaran lochea tidak lancar.
107
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Ekstremitas
1) Homan’s sign
Tujuan pemeriksaan tanda homan ini adalah untuk melihat ada
tidaknya trombosis yang mengancam dari vena ekstremitas
inferior. Untuk memeriksa tanda homan, klien berbaring dalam
posisi supine, tungkai diangkat dan kaki dalam keadaan
dorsofleksi. Klien diminta untuk melaporkan bila terjadi nyeri
pada betis selama dilakukan pemeriksaan. Nyeri yang terasa
menandakan tanda Homan’s positif (+), yang berarti terdapat
trombosis vena profundus.
2) Varises pada kaki
Varises merupakan pelebaran pembuluh darah vena atau pembuluh
darah balik yang diakibatkan kelemahan pada dinding otot
pembuluh darah tersebut atau karena ada gangguan pada klep
vena. Saat hamil, wanita akan mengalami perubahan hormonal,
terutama peningkatan hormon progesteron. Perubahan hormonal
mengakibatkan terjadi perubahan fisik dan psikis. Salah satunya
terjadi perubahan pada dinding pembuluh darah, yaitu peningkatan
elastisitas dinding pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh
darah (baik arteri maupun vena) semakin lentur. Akibatnya,
pembuluh darah menjadi bertambah besar dan melebar. Namun
pembesaran dan pelebaran ini terlihat lebih nyata pada pembuluh
darah vena karena pembuluh darah vena lebih tipis dibanding
pembuluh darah arteri (nadi). Pelebaran pembuluh darah ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan janin, agar aliran darah dan
volume darah dapat tersuplai dengan baik, hingga pertumbuhan
janin pun berlangsung normal. Namun, akibat efek mekanik
penekanan rahim, maka aliran darah balik dari anggota gerak bawah
dan panggul mengalami hambatan
108
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
ANTENATAL CARE
A. Definisi
ANC adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi
kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi
persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar.
Tujuan ANC
Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu
Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan, komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan, dan pembedahan
Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengan selamat
ibu dan bayi dengan trauma minimal
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI eksklusif
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal
Kebijaksanaan Program
Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan yaitu :
a. 1 kali pada trimester I
109
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
110
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
111
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Penampilan Kehamilan
Memperhatikan adanya tanda dan gejala pada bumil
Dapat memberikan indikasi, responsi ibu terhadap kehamilan, diperlukan
untuk menemukan gejala awal dan pemberian pengobatan jika
diperlukan
Tanyakan adakah riwayat penggunaan obat-obatan (terlarang), alkohol
maupun merokok
Hal tersebut akan memberikan resiko pada perkembangan janin dan
memberikan pengetahuan tentang adiksi
Riwayat Obstetri
Jumlah kejadian aborsi, stillbirth
Memberikan pengelolaan kehamilan dan kelahiran (pada primi) yang akan
berbeda dengan kehamilan lebih lanjut
Apakah ada komplikasi atau intervensi pada kehamilan, persalinan dan
puerperium terdahulu dan apakah dengan penyebab yang disadari
Mencegah berulangnya gejala yang pernah dialami
112
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
113
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
114
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
115
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
116
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
PEMERIKSAAN LEOPOLD
Tujuan Pemeriksaan Leopold:
Menentukan usia kehamilan dari besarnya rahim
Menentukan letak janin dalam rahim
Pemeriksaan:
Leopold I
Tujuan : Menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang
terdapat dalam fundus uteri.
Cara:
Kaki penderita difleksikan pada lutut dan lipat paha
Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita dan melihat ke arah
muka penderita, gunakan ujung jari kedua tangan untuk
mempalpasi fundus uteri
Tingginya fundus uteri ditentukan
Tentukan bagian apa dari janin yang terdapat dalam fundus uteri
Hasil:
Sifat kepala ialah keras, bundar dan melinting sedangkan sifat
bokong ialah lunak, kurang bundar dan kurang melinting,
sementara jika letak fundus uteri kosong.
Tuanya kehamilan :
Sebelum bulan ke III fundus uteri belum dapat diraba dari luar.
Akhir bulan ke III (12 minggu) fundus uteri 1-2 jari diatas
sysmpisis pubis.
Akhirnya bulan ke IV (16 minggu) fundus uteri pada
pertengahan antara sysmpisis pubis dengan pusat.
Akhir bulan ke V (20 minggu) fundus uteri 3 jari dibawah pusat.
Akhir bulan VI (24 minggu) fundus uteri setinggi pusat.
Akhir bulan VII (28 minggu) fundus uteri 3 jari di atas pusat.
117
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Leopold II
Tujuan : Menentukan dimana letak punggung janin.
Cara :
Menghadap ke kepala pasien. Letakkan kedua tangan pada kedua
sisi abdomen. Pertahankan uterus dengan tangan yang satu,
dan palpasi sisi lain untuk menentukan lokasi punggung janin
Tentukan dimana punggung janin
Hasil:
Bagian punggung akan teraba, jelas, rata, cembung, kaku atau
tidak dapat digerakkan.
Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, betuk/posisi
yang tidak jelas, dan menonjol dan mungkin dapat akan bergerak
aktif atau pasif.
Kadang-kadang disamping terdapat kepala atau bokong pada letak
lintang.
118
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Leopold III
Tujuan : Menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah
bagian bawah janin ini sudah atau belum terpegang oleh pintu
atas panggul.
Cara :
Letakkan 3 ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen pasien
tetap di atas simpisis dan minta pasien untuk menarik nafas dalam
dan menghembuskannya. Pada saat pasein menghembuskan nafas,
tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam ke sekitar
bagian persentasi. Catat kontur, ukuran dan konsistensinya.
Bagian kepala akan teraba keras, rata dan mudah digerakkan jika tidak
terikat atau tertahan, sulit digerakkan jika terikat atau tertahan.
Bagian bokong akan teraba lunak atau lembut dan tidak rata
Hasil:
Bagian kepala ialah keras sedangkan sifat bokong lunak atau lembut
Jika masih dapat digoyangkan berarti belum terpegang oleh pintu
atas panggul sedangkan jika sulit digoyangkan berarti sudah
terpegang
Leopold IV
Pemeriksaan Leopold IV tidak dilakukan kalau kepala atau bagian
terbawah masih tinggi
Tujuan : menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan
berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul
Cara :
Pemeriksaan berubah sikapnya dengan melihat ke arah kaki si
penderita Secara perlahan gerkakkan jari tangan ke sisi bawah
abdomen ke arah pelvis hingga ujung jari salahsatu tangan
menyentuh tulang terakhir. Inilah bagian ujung kepala. Jika bagian
ujung terletak dibagian yang berlawanan dengan punggung, ini
119
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
merupakan bagian pundak bayi, dan kepala pada posisi fleksi. Jika
kepala pada posisi ekstensi, ujung kepala akan terletak pada bagian
yang sama dengan punggung dan bagian oksiput menjadi ujung
kepala.
Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas
panggul dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga
panggul
Hasil:
Jika kedua tangan yang kita rapatkan pada permukaan dari bagian
terbawah dari kepala menunjukkan:
Convergen berarti hanya bagian kecil dari kepala turun ke dalam
rongga panggul
Sejajar berarti separuh dari kepala masuk ke dalam rongga panggul
Sejajar berarti separuh dari kepala masuk ke dalam rongga panggul
Divergen berarti bagian terbesar dari kepala masuk ke dalam rongga
panggul dan ukuran terbesar dari kepala sudah melewati pintu
atas panggul.
Leopold I Leopold II
120
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
janin. Pengukuran tinggi fundus uteri juga dapat dijadikan perkiraan usia
kehamilan. Tinggi fundus yang stabil/tetap atau yang meningkat secara
berlebihan mengidentifikasikan adanya jumlah janin lebih dari satu atau
kemingkinan adanya hidramnion. Pengukuran tinggi fundus uteri ini harus
dilakukan dengan teknik pengukuran yang konsisten pada setiap kali
pengukuran dan dengan menggunakan alat yang sama. Alat ukur ini
berupa tali/pita, atau dengan menggunakan pelvimeter. Posisi yang
dianjurkan pada saat melakukan pengukuran adalah klien berbaring (posisi
supinasi) dengan kepala sedikit terangkat (menggunakan satu bantal) dan
lutut diluruskan. Alat ukur (pita atau pelviter) diletakkan di bagian tengah
abdomen dan diukur mulai dari batas atas simphisis pubis hingga batas
atas fundus. Alat ukur tersebut diletakkan mengikuti kurve atas fundus.
Untuk mendapatkan ketepatan hasil pengkuran digunakan rumus Mc
Donalds (Mc Donald’s rule). Pengukuran tinggi fundus uteri ini dilakukan
pada usia kehamilan memasuki trisemester kedua dan ketiga.
Rumus Mc Donald’s:
Usia kehamilan (hitung bulan): tinggi fundus uteri (cm) x 2/7 (atau±3.5)
Usia kehamilan (hitungan minggu): tinggi fundus uteri (cm) x 8/7
121
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Distraksi
Pengertian
Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga
dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Prasetyo, 2010)
Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi
endorphin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi
berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan
partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan
dan minat individu dalam stimulus, oleh karena itu stimulus otak akan
lebih efektif dalam menurunkan nyeri (Tamsuri, 2007).
Tujuan dan Manfaat
Mengurangi ansietas,memberikan relaksasi, melancarkan sirkulasi
darah,merelaksasikan otot tubuh. Tujuan penggunaan teknik distraksi
dalam intervensi keperawatan adalah untuk pengalihan atau
menjauhkan perhatian klien terhadap sesuatu yang sedang dihadapi,
misalnya rasa nyeri. Sedangkan manfaat dari penggunaan teknik ini,
yaitu agar seseorang yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman,
santai, dan merasa berada pada ituasi yang lebih menyenangkan
(Widyastuti, 2010).
Distraksi Imajinasi
Imajinasi terbimbing adalah sebuah teknik distraksi yang bertujuan
untuk mengurangi stress dan meningkatkan perasaan tenang dan
damai serta merupakan obat penenang untuk situasi yang sulit dalam
kehidupan. Imajinasi terbimbing atau imajinasi mental merupakan
suatu teknik untuk mengkaji kekuatan pikiran saat sadar maupun tidak
sadar untuk menciptakan bayangan gambar yang membawa
ketenangan dan keheningan.
122
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
HALUSINASI
Suatu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi
sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaaan atau penghiduan.klien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. cook dan fontaine (dalam nita fitria 2009)
Faktor Predisposisi:
Perkembangan
Sosiokultural
Biokomia (buffofenon & dimethytranferase)
123
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
d. Psikologis genetik
Faktor Presipitasi :
Rangsangan dari lingkungan seperti partisipasi klien dalam kelompok,
terlalu lama tidak diajak berkomunikasi,objek yang ada dilingkungan,
suasana sepi dan terisolasi
Data yang mendukung:
Data subjektif : Pasien mengatakan sedang mengobrol dengan temannya
Data objektif : Pasien terlihat senyum senyum sendiri, Pasien terlihat
komat kamit sendiri
SP Halusinasi
Pasien Keluarga
SP I SP I
1. Mengidentifikasi halusinasi 1. Mengidentifikasi masalah klg
meliputi jenis, isi, waktu terjadi, dlm merawat pasien
frekuensi, respon, pencetus 2. Menjelaskan proses
terjadinya halusinasi terjadinya hal
2. Mengajarkan cara mengontrol 3. Cara merawat
dengan menghardik 4. Bermai peran cara merawat
3. Membuat jadwal kegiatan 5. Jadwal kegiatan
SP II SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Evaluasi sp 1
2. Mengajarkan cara mengontrol 2. Latih keluarga merawat
dengan bercakap-cakap pasien jadwal
3. Membuat ke dalam jadwal
kegiatan
SP III SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Evaluasi sp 2
2. Mengaarkan cara mengontrol 2. latih keluarga merawat
dengan melakukan kegiatan pasien
124
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Pasien Keluarga
3. Membuat ke dalam jadwal 3. evaluasi kemampuan
kegiatan keluarga
4. evaluasi kemampuan pasien
5. RTL keluarga (follow up,
rujukan)
SP IV
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
2. Mengajarkan cara mengontrol
dengan minum obat sesuai prinsip
6 benar
3. Membuat ke dalam jadwal
kegiatan
2. WAHAM
Keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan realita normal (stuart dan sundeen, 1998)
Faktor Predisposisi:
Perkembangan
Sosial budaya
Psikologis
Biologis
Atrofi otak, pembesaran ventrikel diotak, perubahan pada sel
kortikal&limbik
Genetik
Faktor Presipitasi :
Sosial budaya
Biokimia
Psikologis
125
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
126
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
PERILAKU KEKERASAN
Perilaku kekerasan adalah bentuk perilaku agresif fisik dan atau
verbal yang dapat melukai atau mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan. Jadi tindak kekerasan merupakan perilaku kekerasan pada diri
sendiri, orang lain, lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi karena
rasa curiga pada orang lain, halusinasi yang mengendalikan perilaku, serta
karena ada keinginan yang tidak terpenuhi.
Pasien Keluarga
SP I SP I
1. identifikasi : penyebab, tanda 1. identifikasi masalah yang
dan gejala PK, akibat dirasakan keluarga dalam
2. latih cara fisik 1 dan 2 merawat pasien
3. evaluasi kegiatan 2. penjelasan PK (penyebab, tanda
dan gejala, jenis PK, akibat PK)
3. cara merawat PK
4. latih/ simulasi 2 cara merawat
5. RTL keluarga
SP II SP II
1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi sp 1
2. Latih cara verbal 2. Latih/ simulasi 2 cara lain untuk
3. Masuk ke dalam jadwal merawat
kegiatan 3. Latih langsung ke pasien
4. RTL keluarga
SP III SP III
1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi SP 1 dan 2
2. Latihan spiritual 2. Latih langsung ke pasien
3. Masukkan ke jadwal kegiatan 3. RTL keluarga
SP IV SP IV
1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi SP 1, 2, 3
2. Latih patuh obat 2. Latih langsung ke pasien
127
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Pasien Keluarga
3. Masukkan jadwal kegiatan 3. RTL keluarga: follow up dan
rujukan
4. ISOLASI SOSIAL
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Pasin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
disekitarnya (Keliat, 2011).
Faktor predisposisi:
Faktor tumbuh kembang
Faktor komunikasi dalam keluarga
Faktor sosial budaya
Faktor biologis
Faktor presipitasi
Faktor internal
Faktor eksternal
Data yang mendukung:
Data subjektif : -
Data objektif : Pasien tidak mau bicara, Pasien menghindar,
Pasien menunduk
128
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Pasien Keluarga
SP I SP I
1. Identifikasi penyebab: 1. identifikasi masalah yang
Siapa yang satu rumah dengan dirasakan keluarga dalam
pasien merawat pasien
Siapa yag dekat dengan pasien 2. penjelasan isolasi sosial
Apa sebabnya 3. cara merawat pasien dengan
isolasi sosial
2. Keuntungan dan kerugian 4. latih/ simulasi cara merawat
berinteraksi dengan orang lain 5. RTL keluarga
3. Latih berkenalan
4. Masukkan jadwal kegiatan
pasien
SP II SP II
1. Evaluasi SP I 1. Evaluasi sp 1
2. Latih hubungan sosial secara 2. Latih/ simulasi cara untuk
bertahap merawat
3. Masukkan ke jadwal kegiatan 3. Latih langsung ke pasien
4. RTL keluarga
SP III SP III
1. Evaluasi SP 1,2 1. Evaluasi SP 1 dan 2
2. Latih hubungan sosial secara 2. Latih langsung ke pasien
bertahap 3. RTL keluarga
4. Masukkan ke jadwal kegiatan
SP IV
1. Evaluasi SP 1, 2, 3
2. Latih langsung ke pasien
3. RTL keluarga: follow up dan
rujukan
129
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
130
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Pasien Keluarga
SP I SP I
1. Mengidentifikasi Kemampuan 1. Mengidentifikasi masalah yang
Positif Yang Dimiliki dirasakan dalam merawat
2. Menilai kemampuan yang dapat pasien
dilakukan saat ini 2. Menjelaskan proses terjadinya
3. Memilih kemampuan yang akan HDR
dilatih 3. Menjelaskan tentang cara
4. Melatih kemampuan pertama merawat pasien
yang telah dipilih 4. Bermain peran dalam merawat
5. Masukkan dalam jadwal pasien HDR
kegiatan pasien 5. Menyusun RTL keluarga
SP II SP II
1. Evaluasi kegiatan yang lalu 1. Evaluasi kemampuan SP 1
2. Memilih kemampuan kedua 2. Latih keluarga langsung
yang akan dilatih kepasien
3. Melatih kemampuan yang 3. Menyusun RTL keluarga
dipilih
4. Masukkan dalam jadwal
kegiatan
SP III SP III
1. Evaluasi SP 1,2 1. Evaluasi kemampuan keluarga
2. Latih hubungan sosial secara 2. Evaluasi kemampuan pasien
bertahap 3. RTL keluarga (follow up,
3. Masukkan ke jadwal kegiatan rujukan)
131
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
132
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Pasien Keluarga
SP I SP I
1. Mengidentifikasi Masalah: 1. Mengidentifikasi masalah
Kebersihan diri dalam merawat pasien dengan
Berdandan masalah kebersihan diri,
Makan berdandan, makan, BAB/BAK
BAB/BAK 2. Menjelaskan defisit perawatan
2. Menjelaskan ppentingnya diri
kebersihan diri 3. Menjelaskan cara merawat
3. Menjelaskan alat dan cara pasien dengan masalah
kebersihan diri kebersihan diri, berdandan,
4. Masukkan ke dalam jadwal makan, BAB/BAK
kegiatan pasien 4. Bermain peran cara merawat
5. RTL keluarga/ jadwal untuk
merawat
SP II SP II
1. Evaluasi kegiatan yang lalu 1. Evaluasi sp 1
2. Menjelaskan pentingnya 2. Latih/ simulasi cara untuk
berdandan merawat kebersihan diri dan
3. Menjelaskan alat dan cara berdandan
berdandan 3. Latih langsung ke pasien
4. Melatih cara berdandan 4. RTL keluarga
5. Masukkan dalam jadwal
kegiatan
SP III SP III
1. Evaluasi kegiatan yang lalu 1. Evaluasi SP 1 dan 2
2. Menjelaskana alat dan cara 2. Latih langsung ke pasien cara
makan yang benar makan, BAB/BAK
3. Melatih cara makan yang benar 3. RTL keluarga
133
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Pasien Keluarga
4. Masukkan dalam jadwal
kegiatan
SP IV SP IV
1. Evaluasi kemampuan pasien 1. Evaluasi SP 1, 2, 3
yang lalu 2. Latih langsung ke pasien
2. Melatih cara BAB/BAK yang 3. RTL keluarga: follow up dan
benar rujukan
3. Masukkan dalam jadwal
kegiatan
134
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
135
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Pasien Keluarga
4. Melatih cara mengendalikan 3. Menjelaskan cara merawat pasien
dorongan bunuh diri bunuh diri
SP II SP II
1. Mengidentifikasi aspek positif 1. Melatih keluarga mempraktikkan
pasien cara merawat pasien pasien
2. Medorong pasien berfikir positif dengan resiko bunuh diri
3. Mendorong pasien menghargai 2. Melatih keluarga melakukan cara
diri sendiri merawat langsung kepada pasien
risisko bunuh diri
SP III SP III
1. Mengidentifikasi pola koping 1. membantu keluarga membuat
yang dapat diterapkan jadwal aktivitas dirumah
2. Menilai pola koping yang dapat termasuk minum obat
dilakukan (perencanaan pulang)
3. Mengidentifikasi dan 2. menjelaskan kepada keluarga
mendorong pasien memilih pola setelah pulang
koping yang konstruktif
4. menganjurkan pasien
menggunakan pola koping yang
kontruktif
SP IV SP IV
1. Membuat rencana masa depan 1. Evaluasi SP 1, 2, 3
yang realistis 2. Latih langsung ke pasien
2. Mengidentifikasi cara 3. RTL keluarga: follow up dan
mencapai masa depan yang rujukan
realistis
3. Memberi dorongan melakukan
kegiatan dalam rangka meraih
masa depan yang realistis
136
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Dokumentasi
Lakukan pendokumentasian : nama klien, tanggal dan
waktu, hasil yang dicapai
137
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
PIJAT BAYI
A. Pengertian
Pijat bayi adalah terapi sentuhan dan pijatan pada bayi setelah
kelahiran yang memberikan jaminan adanya kontak tubuh
berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi
atau menghasilkan perubahan fisiologis yang menguntungkan yang
dapat diukur secara ilmiah yaitu peningkatan berat badan bayi dan bayi
lebih terlelap saat tidur (Putri 2009)
MANFAAT DAN TUJUAN PIJAT BAYI
Peningkatan pertumbuhan bayi
Peningkatan daya tahan tubuh
Membina ikatan kasih sayang orang tua dan anak
Meningkatkan kebugaran otot
Mempercepat perkembangan otak dan system saraf
Meningkatkan berat badan bayi
Membuat bayi tidur lebih lelap sehingga saat bangun konsentrasi bayi
meningkat
138
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
139
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
PEMERIKSAAN FISIK
PADA BAYI BARU LAHIR DAN ANAK
Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah
lahir yaitu untuk mengkaji penyesuaian bayi dari kehidupan intra uterine
ke ekstra uterine. Selanjutnya dilakukan pemeriksaanfisik secara lengkap
untuk mengetahui normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan.
Pengkajian dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi
melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan
apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi
tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau
bayi tampak tidak sehat.
Prinsip pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dan anak
Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
Pastikan suasana tempat pemeriksaan harus tenang dan nyaman untuk
mengurangi ketakutan anak. Ketakutan menyebabkan anak
menolak untuk diperiksa
Pastikan tempat pemeriksaan mempunyai pencahayaan yang baik
Anak usia < 6 bulan pemeriksaan bisa dilakukan di atas meja periksa.
Anak usia 1 – 3 tahun dapat diperiksa dalam pelukan ibu
Cuci dan keringkan tangan, pakai sarung tangan
Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan
diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu
pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat
Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh
Pengkajian segera bayi baru lahir
Apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan ?
Apakah bayi bergerak dengan aktif/lemas?
Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat/biru?
140
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Pengkajian refleks:
Mata
Berkedip atau refleks korneal
Bayi berkedip pada permulaan sinar terang yang tiba-tiba atau
pada pendekatan objek ke arah kornea. Reflekas harus menetap
sepanjang hidup
Pupil
Pupil konstriksi bila sinar terang diarahkan padanya. Refleks ini
harus ada sepanjang hidup
Mata Boneka
Ketika kepala digerakkan dengan perlahan ke kanan atau ke kiri,
mata normalnya tidakbergerak; reflek ini harus hilang sesuai
perkembangan
Hidung
Bersin
Respons spontan saluran hidung terhadap iritasi atau obstruksi.
Refleks ini harus menetap sepanjang hidup.
Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis mata)
menyebabkan mata menutup dengan rapat
Mulut dan tenggorokan
Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area
sirkumoral sebagai respons terhadap rangsang. Refleks ini harus
tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan
sekalipun, seperti pada saat tidur.
Muntah/Gag
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan, atau
masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami refleks
muntah. refleks ini harus menetap sepanjang hidup
141
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Rooting
Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut akan
menyebabkan bayi membalikkan kepala ke arah sisi tersebut dan
mulai menghisap; harus hilang pada kira-kira usia 3 tahun sampai
4 bulan, tetapi dapat menetap selama 12 bulan
Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespons dengan
mendorongnya keluar. Refleks harus menghilang pada usia 4
bulan
Menguap
Respon spontan terhadap penurunan oksigen dengan
meningkatkan jumlah udara inspirasi. Refleks harus menetap
sepanjang hidup
Batuk
Iritasi membran mukosa laring atau pohon trakeobronkial
menyebabkan batuk. Refleks ada setelah hari pertama kelahiran.
Refleks ini harus terus ada sepanjang hidup.
Ekstremitas
Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar jari
menyebabkan fleksi tangan dan jari kaki. Genggaman telapak
tangan harus berkurang setelah usia 3 bulan, digantikan dengan
gerakan volunter. Genggaman plantar berkurang pada usia 8 bulan.
Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar ke arah atas dari tumit dan
menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan
haluks dorsofleksi; refleks ini harus hilang setelah usia 1 tahun.
142
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
143
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Otolith-righting
Jika badan bayi yang tegak ditengadahkan, kepala kembali tegak,
posisi tegak.
Inkurvasi batang tubuh (galant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang
menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang terstimulasi;
refleks ini harus hilang pada usia 4 minggu.
Menari atau melangkah
Jika bayi dipegang sedemikian rupa hingga telapak kaki menyentuh
permukaan keras, akan ada fleksi dan ekstensi resiprokal dari kaki,
menstimulasi berjalan; harus hilang setelah usia 3 sampai 4 minggu,
digantikan oleh gerakan yang dikehendaki.
Merangkak
Bayi, bila ditempatkan pada abdomennya (telungkup), membuat
gerakan merangkak dengan tangan dan kaki; harus hilang kira-kira
pada usia 6 minggu.
Placing
Bila bayi dipegang tegak di bawah lengannya dan sisi dorsal telapak
kaki dengan tiba-tiba ditempatkan di atas objek keras, seperti meja,
kaki mengangkat seolah-olah telapak melangkah di atas meja; usia
hilangnya refleks ini bervariasi
144
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
PENGUKURAN CVP
Pengertian
Cairan merupakan bagian terbesar dalam bagian tubuh, yang
salah satu perannya adalah untuk membantu metabolisme tubuh. Agar
metabolisme tubuh dapat berjalan baik dibutuhkan input cairan setiap
hari untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Hilangnya cairan pada
individu dapat disebabkan karena beberapa hal termasuk keadaan
patologis pada individu (gagal ginjal, ARF, gagal jantung, shock,dll),
perbedaan suhu yang ekstrim, serta perdarahan. Hal ini dapat
menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi.
Pengukuran keseimbangan cairan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, diantaranya pengukuran melalui vena sentral. Tekanan vena central
(central venous pressure) mencerminkan tekanan pengisian atrium kanan
atau pre-load ventrikel kanan dan bergantung pada volume darah, tonus
vascular, dan fungsi jantung sebagai pompa (Druding, 2000 dan Woodrow,
2002 dalam Jevons & Ewens, 2009). Tekanan vena central dibedakan dari
tekanan vena perifer, yang dapat merefleksikan hanya tekanan lokal.
Pengukuran melalui vena sentral dapat menggunakan manometer
atau tranduser.Sistem tranduser memungkinkan pembacaan secara kontinyu
yang ditampilkan di monitor.Sistem manometer memungkinkan pembacaan
intermitten dan kurang akurat dibandingkan sistem tranduser (Gwinnutt,
2006 dalam Jevons & Ewens, 2009). Nilai CVP normal 5-10 mmHg mid axilla
dan 7-14 cmH2O mid axilla (Woodrow, 2002 dalam Jevons
Ewens, 2009). Hasil pembacaan yang rendah biasanya menunjukan
hipovolemia, sedangkan hasil pembacaan yang tinggi memiliki berbagai
penyebab meliputi hipervolemia, gagal jantung, dan embolisme paru
(Jevons & Ewens, 2009).
145
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
146
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Indikasi
Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.
Pengukuran oksigenasi vena sentral.
Nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau cairan yang
mengiritasi yang perlu pengenceran segera dalam sistem sirkulasi.
Sebagai jalan masuk vena bila semua tempat IV lainnya telah lemah.
Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak
yang dapat menimbulkan syok.
Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart,
trepanasi.
Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).
Pasien dengan gagal jantung.
Pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar
(transfusi masif).
10. Monitor status volume cairan dan fungsi ventrikel
11. Acuan untuk pemberian cairan, diuretic dan obat – obat vasoaktif
jika alat monitor invasif lain tidak ada.
12. Pemberian obat yang cenderung menyebabkan phlebitis dalam
vena perifer (caustic), seperti: calcium chloride,
chemotherapy ,hypertonic saline, potassium chloride, amiodarone
Kontra indikasi dan kewaspadaan
Peningkatan CVP menunjukkan peningkatan cardiac output, infark /
gagal vntrikel kanan, meningkatnya volume vaskular, perikarditis,
konstriktif dan hipertensi pulmonal. Hasil pengukuran CVP,
menunjukkan peningkatan false (salah) jika pada kondisi COPD,
tension pneumothoraks, ventilasi tekanan positif.
Dislokasi ujung kateter jalur vena cava superior mengakibatkan hasil
tidak akurat
Penurunan CVP dapat terjadi akibat hipovolemia, vasodilatasi akibat
obat dan syok dari berbagai penyebab.
147
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Vena Subklavia
Vena Jugularis
Vena Basilika media
Vena Femoralis (Stillwell, 2011)
148
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
G. Persiapan Alat
Set CVP (Satu lumen, Dua lumen, Tiga lumen, Empat lumen)
Manometer
Set ganti balutan/ set vena seksi
Set infus dan cairan yang akan dipakai
Three Way/stopcock 3-4 buah (transduser tekanan mungkin akan
digunakan)
Plester
Monitoring EKG
Waterpass
Betadine
149
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Prosedur
Untuk merekam CVP kateter intravena yang panjang dipasang pada
vena lengan, vena kaki, atau vena subklavia dan diurutkan pada posisi vena
kava didekat atrium kanan. Kadang – kadang, kateter dapat masuk meluas ke
atrium kanan, yang tandai oleh fluktuasi berirama pada tekanan manometer
yang berhubungan dengan denyut jantung pasien.Pada situasi ini, kateter
dapat dengan mudah ditarik ke titik dimana pulsasi berhenti.
150
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
151
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
PENANGANAN TERSEDAK
(CHOCKING MANAGEMENT)
152
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
dengan salah satu tangan. Berikan lima kali tepukan di punggung bagian
atas di antara tulang belikat menggunakan tangan bagian bawah
Abdominal thrust (hentakan pada perut) disebut juga dengan manuver
Heimlich, dan chest thrust (hentakan pada dada).
Namun, untuk mempermudah, jika menemukan orang tersedak
disarankan untuk langsung melakukan manuver hentakan pada perut
sampai sumbatan hilang.Yang perlu diingat adalah manuver hentakan
pada perut hanya boleh dilakukan untuk anak berusia diatas 1 tahun dan
dewasa.Manuver hentakan pada perut dapat membuat korban batuk yang
diharapkan cukup kuat untuk menghilangkan sumbatan pada saluran
napas.
Manuver hentakan pada perut membuat tekanan (penekanan) pada
paru-paru dan memaksa udara keluar. Udara yang dipaksa keluar juga
akan memaksa keluar benda yang membuat korban tersedak. Berikut cara
melakukan manuver hentakan pada perut:
Miringkan korban sedikit ke depan dan berdiri di belakang korban dan
letakkan salah satu kaki di sela kedua kaki korban.
Buat kepalan pada satu tangan dengan tangan lain menggenggam kepalan
tangan tersebut. Lingkarkan tubuh korban dengan kedua lengan kita.
Letakkan kepalan tangan pada garis tengah tubuh korban tepat di bawah
tulang dada atau di ulu hati
Buat gerakan ke dalam dan ke atas secara cepat dan kuat untuk
membantu korban membatukkan benda yang menyumbat saluran
napasnya. Manuver ini terus diulang hingga korban dapat kembali
bernapas atau hingga korban kehilangan kesadaran.
Jika korban kehilangan kesadaran, baringkan korban secara perlahan
sehingga posisinya terlentang dan mulai lakukan RJP. Setiap saluran
napas dibuka saat RJP, penyelamat harus memeriksa apakah terdapat
154
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
155
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
kedua tangan kita (tangan satu menopang bagian belakang kepala bayi,
dan satunya menopang mulut dan wajah bayi).
Lalu, balikan bayi sehingga bayi berada pada posisi menengadah dengan
telapak tangan yang berada di atas paha menopang belakang kepala
bayi dan tangan lainnya bebas.
Lakukan manuver hentakan pada dada sebanyak lima kali dengan
menggunakan jari tengah dan telunjuk tangan yang bebas di tempat
yang sama dilakukan penekanan dada saat RJP pada bayi
Jika korban menjadi tidak sadar, lakukan RJP Jika penyelamat tidak yakin
dengan apa yang harus dilakukan, segera aktivasi SPGDT, jangan
ditunda. Penyelamat mungkin dapat berhasil menghentikan korban
tersedak sebelum bantuan datang namun akan lebih baik jika korban
ditangani oleh tenaga medis. Jika masih terdapat benda asing pada
saluran napas, tenaga medis yang datang dapat melakukan
penanganan segera dan membawa korban ke rumah sakit untuk
penanganan lebih lanjut.
156
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Muskuloskeletal
Definisi
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, sendi, otot dan jaringan
konektif yang berhubungan (kartilago, tendon dan ligamen).
Fungsi Tulang:
Menyokong memberikan bentuk
Melindungi organ vital.
Membantu pergerakan.
Memproduksi sel darah merah pada sumsum.
Penyimpanan garam mineral
Klasifikasi Tulang Berdasarkan Bentuknya
Tulang panjang (tl. humerus, radius), mengandung epifisis, kartilago
artikular, diafisis, periosteum dan rongga medular.
Tulang pendek seperti karpal, tarsal
Tulang pipih, melindungi organ tubuh dan sebagai tempat
melekatnya otot.
Tulang sesamoid, bentuknya kecil, melingkar, berhubungan dengan
sendi dan melindungi tendon, seperti patela.
Ligamen dan Tendon
Ligamen dan tendon tersusun dari jaringan konektif fibrosa yang
tebal, mengandung serabut kolagen dalam jumlah yang sangat
besar. Tendon menghubungkan otot ke tulang.
Tendon merupakan perpanjangan dari pembungkus otot yang
berhubungan langsung dengan periosteum.
Ligamen menghubungkan tulang dan sendi dan memberikan
kestabilan pada saat pergerakan.
Integumen
Teknik Pengkajian pada system Integumen
157
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
Inspeksi
Inspeksi warna dan pigmentasi kulit. Hasil normal : pigentasi normal
pada kulit warna putih berkisar antara merah muda sampai
kemerahan, sedang pada kulit gelap adalah coklat samar sampai
coklat gelap.
Perhatikan bila kulit pucat atau gelap lebih dari biasanya.
Perhatikan dimana terjadi variasi warna
Inspeksi warna bibir, kuku, telapak tangan dan konjungtiva (hasil
normal warna terang).
Inspeksi sclera untuk adanya jaundis.
Perhatikan lebih pada daerah traksi, amputasi, dan balutan
Pengkajian lesi
Letak anatomi : setempat.
Susunan : garis, berkelompok, dermatomal.
Jenis : lesi primer / sekunder.
Warna : Merah. Putih, Coklat dll.
Palpasi
Menggunakan ujung jari palpasi permukaan kulit untuk merasakan
kelembabanya (lembab, kering, berminyak).
Palpasi suhu kulit dengan bagian dorsal/ punggung tangan,
bandingkan bagian tubuh yang simetris (hangat atau dingin).
Bandingkan antara atas dan bawah.
Tekan ringan kulit untuk menentukan teksturnya (halus atau kasar),
kelembutan, ketegangan kedalaman lesi permukaan. (hasil
normal pada anak – anak dan dewasa adalah halus, lembut dan
lentur).
Kaji turgor dengan mencubit kulit pada punggung tangan dan lengan
bawah dan lepaskan.
Kaji mobilitas kulit (menurun pada edema).
158
Program Studi Keperawatan Program Sarjana - STIKes Wira Medika Bali
→
Periksa Kondisi Kulit: membran Mukosa lesi, dermatitis, purpura, urtikaria,
inflamasi dan pengeluaran sekret
Perhatikan Tanda-Tanda Infeksi
→
Palpasi Kelenjar Limfe Servikal Anterior, Aksilaris, Inguinalis pembesaran
catat lokasi, ukuran, konsistensi dan keluhan nyeri tekan
→
Periksa Sendi nyeri tekan pembengkakan keterbatasan gerak
→
Periksa Status Respiratorik pantau frekuensi nafas, batuk,suara paru
→
Status Kardiovaskuler evaluasi adanya hipotensi, tachikardi, aritmia, vaskulitis,
anemia
→
Status Gastrointestinal cek hepatosplenomegali, kolitis, vomitus dan diare
→
Status Urogenital amati tanda-tanda infeksi ( frekuensi, dysuri ,hematuri,
sekret sekret dari uretra
→
Status Neurosensorik fungsi kognitif, gangguan pendengaran, perubahan
visual, sakit kepala, migren, ataksia, tetani
159