ANGGOTA KELOMPOK :
1. Mas Tasya Hindun (Ketua) 31101600604
2. Novia Astriyani (Scriber) 31101600616
3. Arina Zuhaila Amna 31101600564
4. Alrevo Panji Auradewa 31101600555
5. Anisah Salsabila 31101600557
6. Arikha Solikatin 31101600562
7. Chiquiteta Mariska C 31101600569
8. Ferika Devy Rahmawati 31101600583
9. Izzudin Azzam Assarie 31101600597
10. Rizqa Citra Dewi 31101600627
11. Silvia Salwa Salsabila 31101600635
12. Ulfa Aynaya 31101600642
LAPORAN TUTORIAL
TINDAKAN KEGAWATDARURATAN
LAPORAN TUTORIAL..............................................................................................1
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................... 3
BAB I......................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.......................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................4
1.2 Skenario......................................................................................................4
1.3 Identifikasi Masalah...................................................................................5
BAB II........................................................................................................................ 6
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................6
A. Landasan Teori..........................................................................................6
1. Macam-macam Tipe Kesadaran.................................................................................6
2. Interpretasi Pemeriksaan............................................................................................7
3. Diagnosis Pada Skenario............................................................................................8
B. Kerangka Konsep....................................................................................17
BAB III..................................................................................................................... 18
KESIMPULAN......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Skenario
A. Landasan Teori
1. Macam-macam Tipe Kesadaran
Tipe-tipe Kesadaran
a) ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya. Nilai GCS 14-15.
b) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. Nilai GCS 12-13.
c) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
meberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Nilai GCS 7-9.
d) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat
pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur
lagi, mampu memberi jawaban verbal. Nilai GCS10-11.
e) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi
ada respon terhadap nyeri. Nilai GCS 4-6.
f) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun
reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
cahaya). Nilai GCS 3.
Cara Menentukan Respon Kesadaran Secara Kuantitatif
Menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale)
Menilai respon membuka mata (E)
(4): spontan
(3): dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2): dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya
menekan kuku jari)
(1): tidak ada respon
Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)
(5): orientasi baik
(4): bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-
ulang) disorientasi tempat dan waktu.
(3): kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih
jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…,
bapak…”)
(2): suara tanpa arti (mengerang)
(1): tidak ada respon
Menilai respon motorik (M)
(6): mengikuti perintah
(5): melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat
diberirangsang nyeri)
(4): withdraws (menghindar/menarik extremitas atau tubuh
menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3): flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku
diatas dada &kaki extensi saat diberi rangsang nyeri)
(2): extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi
tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi
rangsang nyeri)
(1): tidak ada respon
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan
dalam simbol E-V-M dan selanjutnya nilai GCS tersebut
dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi atau GCS normal
adalah 15 yaitu E4V5M6, sedangkan yang terendah adalah 3
yaitu E1V1M1.
2. Interpretasi Pemeriksaan
Vital Sign
a. Kesadaran: Compos mentis, yaitu kesadaran normal dapat
diberikan respon verbal, nyeri dan cahaya (Nilai GCS 14-15).
b. Tekanan Darah: 150/90 mmHg (Hipertensi Tipe I)
c. Nadi: 112 x/menit (Takikardi)
d. Suhu: 38,9° C (Demam)
e. GDS: 243 (Diabetes Mellitus)
Extraoral
Bengkak sampai diarea sekitar leher (selulitis)
Intraoral
a. Oral Hygine: 4,2 (Buruk)
b. Gigi 46 Karies
c. Lidah terangkat dari dasar mulut
3. Diagnosis Pada Skenario
Dari skenario didapatkan diagnosis yaitu Angina Ludwig atau
phlegmon. Angina Ludwig merupakan selulitis supuratif difus akut yang
menyebar terutama pada jaringan ikat longgar pada daerah bawah lidah
dan dagu serta melibatkan daerah mandibula. Angina Ludwig merupakan
salah satu bentuk abses leher dalam sebagai akibat perjalanan infeksi
dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal,
telinga tengah dan leher. Tergantung ruang mana yang terlibat, gejala
dan tanda klinis setempat berupa nyeri dan pembengkakkan akan
menunjukkan lokasi infeksi.
Ludwig dengan bentuk lain dari infeksi leher dalam. Infeksi pada
angina Ludwig harus memenhi kriteria :
a) Gejala Klinis
Gambaran klinis dari penyakit ini ditandai dengan adanya
selulitis yang meluas yang menyebabkan pembengkakan pada
dasar mulut, lidah, dan region submandibular, sehingga dapat
menyebabkan obstruksi jalan nafas, penyebaran infeksi ke
jaringan leher yang lebih dalam ataupun menyebabkan
mediastenitis yang berpotensi fatal. Gejala lainnya adalah edem
jaringan leher depan di atas tulang hyoid yang memberikan
gambaran seperti “bull’s neck”. Demam, takikardi, takipnue, dan
dapat pula disertai dengan gangguan cemas dan agitasi.
Bengkakdan nyeri pada dasar mulut dan leher, sulit menelan,
nyeri menelan, berliur, trismus, dan nyeri pada gigi. Hoarness,
stridor, distress pernapasan, sianosis, dan postur tubuh tegak
dengan leher menjulur ke depan dan dagu terangkat seperti
orang sedang mengendus adalah tanda-tanda pasien dengan
obstruksi jalan napas. Selain itu, gejala disfonia juga dapat
muncul akibat edem plika vokalis, tanda ini merupakan tanda
bahaya bagi klinisi karena berpotensi sumbatan jalan nafas. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda infeksi yaitu;
B. Kerangka Konsep
Gigi berlubang
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Bailey, B., 2005. Odontogenik Infection. Head and Neck Surgery. 4 ed.
Pennsylvanya: Elsener Mosby.
Kremer, M.J; Blair, T;, 2006. Ludwig angina: forewarned is forearmed. J Am Assoc
Nurse Anesth, Issue 74, pp. 445-451.
M, A., 2015. Phlegmon Dasar Mulut Odontogenik : Laporan Kasus. volume 5 no. 19.
M, A., 2015. Phlegmon Dasar Mulut Odontogenik : Laporan Kasus. volume 5 no. 12.
Mathew , G., Ranganathan, K. & Gandhi, S., 2012. Odontogenic maxillofacial space
infections at a tertiary referral centre in Northern India: a five year retrospective
study. International Journal of Infectious Diseases, Issue 16, pp. 296-302.
N, Y., 2010. Penatalaksanaan Tindakan Bedah Minor pada Penderita DM tipe ll.
jurnal THT-KL.
Ramesh, C., Suresh, V., Ramesh, B. & Suresh, K., 2012. Ludwig's Angina – An
emergency: A case report with literature review. J Nat Sci Biol Med, 2(3), pp. 206-
208.
SP, Rahardjo, 2008. Penatalaksanaan Angina Ludwig dan Abses leher dalam
sebagai komplikasi infeksi Odontogenik. Dexa Media Jurnal Kedokteran dan
Farmasi, Volume 21, pp. 9-32.
SP, Raharjo, 2013. Infeksi Leher Dalam. 1 ed. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wolfe , M., Davis, J. & Parks, S., 2011. Is surgical airway necessary for airway
management in deep neck infections and Ludwig angina. Journal of Critical Care,
Volume 26, pp. 11-14.
YC, Soni; HD, Pael; HB, Pandya; HS, Dewan, 2014. Ludwig's angina: diagnosis and
management- clinical review. J Res Adv Dent, Volume 3(2s), pp. 6-131.