Anda di halaman 1dari 23

PROSEDUR

BANTUAN HIDUP
DASAR
KEPERAWATAN KEGAWATDARURAT DAN MANAJEMEN BENCANA

JUWITA Y PAKPAHAN,
S.KEP.,MH.KES
BANTUAN HIDUP DASAR

•Usaha untuk mempertahankan kehidupan saat penderita


mengalami keadaan yang mengancam nyawa.

•Upaya atau tindakan resusitasi kardiopulmonal (RKP) yang


dilakukan baik oleh tenaga kesehatan atau orang awam yang
terlatih dan terampil untuk membantu dan memberikan
pertolongan cepat dan tepat kepada pasien yang sedang
terancam kematian akibat henti !antung atau henti nafas
sambil menunggu bantuan atau memindahkan ke tempat yang
lebih layak dan memadai
PROSEDUR BANTUAN HIDUP DASAR

A. Pemeriksaan tingkat kesadaran kualitatif dan kuantitatif


B. Pemeriksaan nadi
C. Pemeriksaaan kepatenan jalan nafas
D. Pemeriksaan pernafasan
E. Tindakan resusitasi jantung paru
F. Tindakan mengeluarkan benda asing
G. Pemasangan neckcollar
H. Membuka jalan nafas : dengan alat OPA dan Tanpa alat
I. Tindakan menghentikan pendarahan (positioning dan
tourniquet)
A. PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN
KUANTITATIF DAN KUALITATIF
MENILAI TINGKAT KESADARAN
 Kesadaran adalah derajat hubungan antara Hemispherium
Cerebri dengan Reticular Activating System (RAS) di
bagian atas batang otak

 Kesadaran mempunyai dua komponen :


1. Fungsi mental keseluruhan (total), komponen ini
berhubungan dengan Hemispherium Cerebri.
2. Derajat “awas-waspada”, komponen ini berhubungan
dengan RAS.
PENYEBAB PENURUNAN
KESADARAN
1. Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi
otak.
2. Tingkat kesadaran dapat menurun ketika:
 Otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia);
 Kekurangan aliran darah (seperti pada keadaan syok);
 Penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma
ketoasidosis) ;
 Dehidrasi;
 Pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan: hipertermia,
hipotermia;
 Peningkatan TIK (karena perdarahan, stroke, tomor otak)
PENILAIAN STATIS
KESADARAN
1.Penilaian secara kualitatif
2.penilaian secara kuantita-tif.
1. PENILAIAN
KESADARAN SECARA
KUALITATIF
1. Compos Mentis (GCS 14-15)
Kesadaran normal, Menyadari seluruh
asupan dari panca indradan bereaksi secara
optimal terhadap seluruh rangsangan baik
dari luar maupun dalam.
2. Apatis ( GCS 12-13 )
Kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh,
tidak tidur, tidak bicara dan pandangan
hampa.
3.  Delirium (10-11)
kondisi seseorang yang mengalami kekacauan gerakan, siklus
tidur bangun yang terganggu dan tampak gaduh, gelisah, kadang
berhayal, berteriak-teriak, memberontak, kacau, meronta-
ronta.dan disorientasi (orang, tempat, waktu).
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), (GCS 7-9)
Kesadaran menurun, mata cenderung menutup, tampak gelisah,
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor/ sopor (GCS 5-6)
Gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan
nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat.
Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata
saja. Non verbal dengan menggunakan kepala, Keadaan ini
seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6. Soporokoma/ Semi koma (GCS 4)
Penurunan kesadaran yang tidak memberikan
respons terhadap pertanyaan, tidak dapat
dibangunkan sama sekali, respons terhadap
rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi refleks kornea
dan pupil masih baik.
7. Coma (GCS < 3 )
Penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak
bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea
maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada
respon pupil terhadap cahaya).
2. PENILAIAN
KESADARAN SECARA
KUANTITATIF
 PENILAIAN TINGKAT KESADARAN
GLASGOW COMA SCALE

Skala yang dipakai untuk menentukan


atau menilai tingkat kesadaran pasien,
mulai dari Keadaan Sadar Penuh
hingga Keadaan Coma.
PROSEDUR PEMERIKSAAN GCS
• Pemeriksaan GCS (Glasgow Coma Scale) adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk menilai tingkat kesadaran pasien dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan.

• Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal :


1. Respon Membuka Mata (Eye) ,
2. Respon Bicara (Verbal)
3. Respon Motorik. (Motorik) Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam
derajat (score) dengan rentang angka 1 – 6 tergantung tiap responnya.

• Total Pengkajian Bernilai 15, ( E=4 - V=5 - M=6 )


• Kondisi Koma Apabila Bernilai Kurang Dari 7.
1. REFLEKS MEMBUKA MATA (E)
Jenis Pemeriksaan Score Respon

Spontan 4 Membuka mata secara spontan

Rangsangan Suara 3 Membuka mata dengan rangsangan suara

Rangsangan Nyeri 2 Membuka mata dengan rangsanagan nyeri

Tidak ada 1 Tidak ada respon

Perikasalah rangsang minimum apa yang bisa membuka satu atau kedua
matanya.
Catatan:
1. Mata tidak dalam keadaan terbalut atau edema
2. Kelopak mata.
3. REFELEKS VERBAL (V)
Jenis Pemeriksaan Score Respon
Orientasi baik 5 ORIENTASI BAIK (WAKTU, TEMPAT, NAMA
ORANG)
Bingung 4 KATA BAIK, KALIMAT BAIK, TAPI ISI
PERCAKAPAN MEMBINGUNGKAN
Mengucapkan kata- 3 KATA-KATA BAIK TAPI KALIMAT TIDAK BAIK
kata yang tidak tepat /BICARA TIDAK JELAS
Mengucapkan kata- 2 KATA-KATA TIDAK DAPAT DIMENGERTI HANYA
kata yang tidak jelas MENGERANG
Tidak ada 1 TIDAK ADA SUARA

Catatan
1. Respon verbal diperiksa pada saat pasien terjaga (bangun).
2. Pemeriksaan initidak berlaku bila pasien:
 Dispasia atau apasia
 Mengalami trauma mulut
 Dipasang intubasi trakhea (ETT)
3. REFLEKS MOTORIK (M)
Jenis Pemeriksaan Score Respon

Mematuhi perintah 6 MELAKUKAN PERINTAH DENGAN BENAR


Melokalisasi 5 DAPAT MELOKALISIR NYERI
Menarik 4 DAPAT MENGHINDARI RANGSANGAN
DENGAN TANGAN FLEKSI (MENARIK

Fleksi abnormal 3 HANYA DAPAK MELAKUKAN FLEKSI


PERGELANGAN TANGAN & TANGAN
MENGEPAL
Ekstensi abnormal 2 HANY DAPAT MELAKSANAKAN EKSTENSI;
LENGAN KEBAWAH; FLEKSI PERGELANGAN
TANGAN DAN TANGAN MENGEPAL
Tidak ada 1 TIDAK DAPAT BERGERAK

Catatan:
• Rangsang nyeri yang diberikan harus kuat
• Tidak ada trauma spinal, bila hal ini ada hasilnya akan selalu negatif
CARA PENILAIAN GCS
 Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan.
 Penderita yang Sadar Penuh (CM) GCS-nya Pasti 15 (4-5-6),
sedangkan penderita Koma, GCS-nya 3 (1-1-1).
 Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata (E)
bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X – 5 – 6. Bila ada
trakheotomi sedang E dan M normal, penulisannya 4 – X – 6. Atau
bila tetra parese sedang E dan V normal, penulisannya 4 – 5 – X.
 Jika klien menggunakan ETT atau tracheostomi maka tulis E untuk
ETT dan T untuk Tracheostomy.
 GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak
berumur kurang dari 5 tahun.
PENILAIAN PADA TRAUMA
CAPITIS

1.Berat GCS ≤8
2.Sedang GCS 9-12
3.Ringan GCS ≥ 13
PENILAIAN AVPU
Metoda lain adalah menggunakan sistem
AVPU dimana pasien diperiksa apakah sadar
baik (alert), berespon dengan kata-kata
(Verbal), hanya berespon jika dirangsang
nyeri (pain), atau pasien tidak sadar sehingga
tidak berespon baik Verbal maupun diberi
rangsang nyeri (unresponsif)
• A (alert) : Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin V
• V (Verbal) : Cobalah memanggil-manggil korban dengan
berbicara keras ditelinga korban.
Pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau m
enyentuh pasien, jika tidak merespon lanjut ke P
• P (Pain) Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang
paling mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan
di pangkal kuku. Selain itu dapat juga dengan menekan
bagian tengah tulang dada atau sternum dan juga areal di
atas mata.
• U (unresponsif) : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien
masih tidak bereaksi maka pasien berada dalam keadaan
unresponsif
CONTOH SOAL
• Seorang pasien laki-laki, 29 th, dibawa ke UGD
RS X dengan keterangan mengalami kecelakaan
lalu lintas di perempatan Grogol. Pada
pemeriksaan ditemukan pasien tidak sadar. GCS :
tidak membuka mata dan hanya merintih pada
perangsangan nyeri, dan lengan fleksi tidak
menyingkirkan penyebab nyeri.
• Pertanyaan : Berapa GCS Pasien ?
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai