Anda di halaman 1dari 15

“Konsep Asuhan

Keperawatan Pada Ibu


Post Partum”
Oleh Kelompok 3 :
Bahrul Ilmi (20.004)
Gunawan Hari Saputra (20.009)
Jennika Putri Cahyani (20.012)
Nur ‘Azizah Safitri (20.015)
Putri Nadiah (20.018)
Rahmadini (20.021)
Riski Afrilia Ningsih (20.024)
Rosmi Sari (20.027)
Rozi Hanifah (20.028)
Sukmala Desfitriani (20.031)
Veni Armelisa (20.034)
Zaldi Herianto (20.037)
Pengkajian pada ibu post partum
a. Anamnesa b. Pemeriksaan Head To Toe
1. Identitas pasien (nama, umur, alamat, agama, pekerjaan, Pemeriksaan fisik head to toe yang dilakukan pada ibu masa
suku,bangsa suami/istri).
post partum yaitu ; ( Aspiani, 2017 )
2. Riwayat Haid (apakah haid teratur, siklusnya berapa haari,
1. Kepala
apakah ada keluhan selama haid, HPHT/HPMT).
2. Wajah
3. Riwayat perkawinan (menikah, belum menikah, berapa lama 3. Mata,
menikah, beraapa kali). 4. Hidung
4. Riwayat obsterti 5. Telinga
a. Riwayat kehamilan 6. Mulut,
b. Riwayat Persalinan (Riwayat persalinan lalu, Riwayaat nifas
7. Leher
pada persalinan lalu Riwayat KB)
8. Thorax
5. Riwayat penyakit daahulu
9. Payudara
6. Riwayat kesehatan keluarga 1O. Abdomen
7. Pola Nutrisi 11. Genetalia & Anus
8. Pola istirahat tidur 12. Ekstremitas
9. Pola eliminasi
1O. Personal Higine
11. Kemampuan mobilisasi
12. Konsep Diri
lanjutan

c. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Bobak ( 2005 ) dalam Wahyuningsih ( 2019 ),
berupa pemeriksaan Hemoglobin dan hematokrit serta
pemeriksaan urinalis ( culture urine, darah, vaginal, dan
lochea ). Pemeriksaan Laboratorium :
1. Darah : Hemoglobin dan hematocrit 12-24 jam post
partum (jika Hb ≤ 10 g% dibutuhkan suplemen FE),
eritrosit, leukosit, Trombosit.
2. Klien dengan Dower kateter diperlukan culture urine.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA ( North
American Nursing Diagnosis Association )
2018- 2020 bahwa diagnose keperawatan
yang dapat muncul pada ibu post partum
adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan
terputusnya kontiunitas jaringan.
2. Ketidakefektifan pemberian ASI
berhubungan dengan kurang pengetahuan ibu,
terhentinya proses menyusui.
Implementasi Keperawatan Pada Ibu Post
Partum
Implementasi Keperawatan Menurut Bobak (2005) dalam
Wahyuningsing (2019) untuk melaksanakan implementasi
seorang tenanga kesehatan harus mempunyai kemampuan
kognitif dalam proses implementasi yaitu mencakup
melakukan pengkajian ulang kondisi klien, memvalidasi
rencana keperawatan yang telah disusun, menentukan
kebutuhan yang tepat untuk memberikan bantuan,
melaksanakan strategi keperawatan dan mengkomunikasikan
kegiatan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dan dilakukan
juga tindakan kerja sama antara tenaga kesehatan dengan
klien, beserta keluarga klien sehingga asuhan keperawatan
yang diberikan dapat optimal dan komprehensif.
Evaluasi dan Dokumentasi Pada Ibu Post
Partum

Menurut dongoes (2005) dalam Wahyuningsih (2019) evaluasi


yang merupakan tahap akhir dari proses keperawatan bertujuan
untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang
telah dilakukan. Evaluasi pada ibu post partum meliputi :
dimulainya ikatan keluarga, berkurangnya nyeri, terpenuhi
kebutuhan psikologi, mengekspresikan harapan diri yang positif,
komplikasi tercegah/teratasi, bebas dari infeksi, pola eliminasi
oprimal, mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologi
dan kebutuhan ibu post partum.
Pratikum Keperawatan Pada Ibu Post Partum

1. Pemeriksaan Fisik Ibu Post Partum


Pemeriksaan fisik postpartum perlu mengevaluasi kondisi sistem reproduksi dan kesehatan
ibu secara umum. Oleh karenanya, pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh dari ujung
kepala hingga kaki.
a. Tanda Vital
Pada satu jam pertama postpartum, pengukuran tekanan darah dan nadi perlu dilakukan
setiap lima belas menit atau lebih bila terdapat indikasi. Peningkatan denyut nadi dapat
terjadi selama beberapa jam setelah melahirkan dan kembali normal pada hari ke-2.
b. Payudara
Pemeriksaan payudara postpartum dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Pada perempuan
yang tidak menyusui, pembesaran (engorgement), nyeri payudara, dan milk leakage dapat
memuncak pada hari ke-3 hingga ke-5 setelah melahirkan. 
lanjutan
d. Kandung Kemih
Pada pemeriksaan dapat ditemukan overdistensi kandung kemih akibat
pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna dan kurangnya keinginan
untuk buang air kecil.
e. Vagina dan Vulva
Segera setelah melahirkan, vagina umumnya tampak teregang, edema, dan
mengalami penurunan tonus. Vagina mengalami involusi atau kembali seperti
sebelum melahirkan setelah 4-8 minggu postpartum.
f. Uterus
Setelah melahirkan, dilakukan pemeriksaan terhadap tonus uterus untuk
memastikan uterus berkontraksi dengan baik. Pemeriksaan tonus uterus
dilakukan dengan palpasi atau dengan pemeriksaan bimanual.
2. Pengawasan Perdarahan
Perdarahan postpartum (postpartum
hemorrhage / PPH) adalah perdarahan 500
mL atau lebih dari jalan lahir pada persalinan
spontan pervaginam setelah kala III selesai
(setelah plasenta lahir) atau 1000 mL pada
persalinan sectio caesarea.
a. Tata laksana Umum
b. Tata laksana Khusus
Pemantauan Lochea, Mengukur TFU,
Kontraksi Rahim
A. Praktik Pemantauan Lochia

Lochea terbagi 4 tahapan:


• Lochea rubra/merah (cruenta), cairan yang keluar
berwarna merah karena berisi darah segar, sisa-
sisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks
caseosa, lanugo, dan mekoneum selama 2 hari
pasca persalinan. Inilah lochea yang akan keluar
selama 2-3 hari postpartum.
• Lochea sanguinolenta, cairan yang keluar berwarna
merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar
pada hari ke-3 sampai hari ke-7 postpartum.
Lanjutan…
• Lochea serosa, lochea ini berbentuk serum dan berwarna
merah jambu kemudian menjadi kuning cairan tidak berdarah
lagi pada hari ke 7 sampai hari ke 14 pascpersalinan. Muncul
pada hari ke 8 sampai hari ke-14 postpartum.
• Lochea alba/putih, adalah lochea yang dimulai daribhari ke 14
kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali
berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya. ada jenis
lochea yang tidak normal, (Astutik, 2015). yaitu:
1. Lochea purulenta, ini karena terjadi infeksi keluar cairan
seperti nanah berbau busuk.
2. Locheastasis, lochea tidak lancar keluarnya.
Praktik Mengukur TFU (Tinggi Fundus
Uteri)
Langkah-langkah sebagai berikut:
• Dokter atau bidan menjelaskan secara rinci tahapan pemeriksaan yang akan dilakukan
dan meminta persetujuan Anda.
• Anda akan ditempatkan di tempat tidur pemeriksa dengan posisi setengah bersandar.
• Setelah itu, dokter atau bidan akan memastikan bahwa perut Anda sedang dalam
keadaan rileks dan tidak sedang kontraksi.
• Dokter atau bidan akan meraba area perut dan sekitarnya, untuk menentukan titik
pengukuran yang tepat.
• Lalu, dengan menggunakan meteran yang fleksibel, dokter atau bidan akan mengukur
jarak antara rahim bagian atas hingga ke atas tulang pubis.
• Meteran harus diletakkan hingga menyentuh kulit.
• Pengukuran hanya dilakukan satu kali untuk menghindari bias.
• Setelah itu, dokter atau bidan akan mencatat hasil pengukuran di rekam medis.
Perawatan perineum
Perawatan perineum adalah upaya memberikan pemenuhan kebutuhan
rasa nyaman dengan cara menyehatkan daerah antara kedua paha
yang dibatasi antara lubang dubur dan bagian alat kelamin luar pada
wanita yang habis melahirkan agar terhindar dari infeksi (Kumalasari,
2015).Berdasarkan derajatnya, ruptur perineum dapat diklasifikasikan
menjadi empat derajat.

• Derajat I : yaitu terjadi robekan superfisial pada bagian kulit


• Derajat II : yaitu bila terjadi robekan hingga otot perineum
• Derajat III : bila robekan melibatkan otot sfingter anal
• Derajat IV : bila terjadi robekan ekstensif hingga mencapai mukosa
rektum
Lanjutan…

Adapun tujuan dari perawatan luka perineum menurut


Kumalasari (2015) yaitu sebagai berikut:

• Menjaga kebersihan daerah kemaluan


• Mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman pada ibu
• Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam
kulit dan membrane mukosa
• Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
• Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan
• Membersihkan luka dari benda asing atau debris
• Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksuda
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai