Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Asuhan Keperawatan Menyusui Tidak Efektif Pada Ibu Post
Partum Dengan Tindakan Pijat Oksitosin

2.1.1 Pengkajian

Pengkajian post partum atau pasca persalinan dilakukan dengan meninjau ulang
catatan prenatal, natal, post natal.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan pemeriksaan


fisik yang dimulai dari inspeksi, palpasi dan auskultasi (Wahyuningsih, 2019).

Menurut (Bobak, 2005) dalam (Wahyuningsih, 2019) pengkajian pada ibu post
partum meliputi :

1. Identitas klien

Identitas klien berisikan nama, umur, status perkawinan, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, alamat, tanggal masuk, tanggal
pengkajian.

2. Keluhan utama

Keluhan utama adalah masalah utama dan bersifat prioritas atau suatu keadaan
terberat yang klien rasakan sehingga menjadi alasan klien melakukan hospitalisasi.

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang berisi faktor – faktor yang menjadi latar
belakang atau yang mempengaruhi keluhan. Data pada pengkajian ini
diperlukan untuk mengetahui adanya kesakitan yang dirasakan saat ini, yang
berhubungan dengan masa nifas. Keluhan klien biasanya nyeri dan dikaji
dengan format PQRST, tidak nyaman di daerah perineum, skala nyeri 3-5
(0-10), nyeri biasanya menjalar hingga ke pinggang dan disertai kelemahan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Melakukan pengkajian mengenai penyakit yang diderita klien yang
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan saat ini.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dilakukan pengkajian apakah dalam silsilah keluarga klien terdapat
penyakit keturunan seperti hipertensi, jantung, asma dan diabetes melitus.
4. Riwayat obstetric
a. Riwayat menstruasi
Mengkaji pada usia berapa klien menstruasi, siklus, waktu, banyaknya
menstruasi dan mengkaji HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir).
b. Riwayat kehamilan
Data yang dibutuhkan adalah pra dan gravida, kehamilan yang
direncanakan, masalah saat kehamilan atau Ante Natal Care (ANC) dan
imunisasi yang diberikan selama kehamilan
c. Riwayat kontrasepsi
Mengkaji riwayat kontrasepsi yang lalu, sebab berhenti dan rencana
menggunakan alat KB setelah melahirkan.
d. Riwayat persalinan
Mengkaji tanggal persalianan, tipe persalinan, lama persalinan pada kala 1,
2, 3,4, perawatan dan pengobatan yang diberikan, penyakit saat persalianan,
jenis kelamin bayi dan berat badan bayi
5. Pemeriksaan umum
a. Tingkat kesadaran
Nilai kesadaran klien secara kualitatif (compos mentis, apatis, delirium,
somnolen, stupor, semi koma, koma) dan kuantitatif menggunakan Glasgow
Coma Scale (GCS).
b. Tanda – tanda vital
Monitor tanda – tanda vital setiap 4-6 jam. Namun apabila normal lakukan
pemeriksaan 24 jam pertama setiap 8 jam
1) Tekanan darah
Lakukan pengukuran setiap 15 menit dalam 1 jam atau sampai stabil,
kemudian setiap 30 menit untuk setiap jam berikutnya.
2) Nadi
Monitor nadi setiap 15 menit selama 1 jam atau sampai stabil, kemudian
dilanjutkan setiap 30 menit pada jam berikutnya. Frekuensi nadi akan
kembali normal dalam 1 jam dan mungkin terjadi bradikardi.
3) Pernapasan
Periksa frekuensi pernapasan selama 1 menit untuk mengetahui
frekuensi napas normal atau abnormal.
4) Suhu tubuh
Monitor suhu tubuh klien setiap 1 jam. Peningkatan suhu tubuh akan
terjadi apabila ibu dehidrasi atau keletihan. Pada 2-24 jam hari pertama
post partum, suhu tubuh berada pada rentang 36,7 – 380C dan akan
normal kembali pada 25 – 72 jam setelah persalinan.
5) Pola kebiasaan
Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui kebiasaan – kebiasaan yang
dilakukan selama hamil dan setelah melahirkan yang berpengaruh
terhadap kehamilan, persalinan dan masa nifas.
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Kaji asupan nutrisi selama kehamilan dan setelah melahirkan
karena hal ini dapat mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif
b. Pola aktifitas
Bagaimana kemampuan mobilisasi klien beberapa saat setelah
melahirkan, kemampuan klien dalam merawat diri dan melakukan
eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
c. Pola eliminasi
Kaji apakah ada diuresis, inkontinensia urine, retensi urine, dan
kemampuan mandiri pasien untuk BAK dan BAB. Kaji juga
frekuensi, konsistensi, jumlah, warna BAK dan BAB.
d. Pola istirahat tidur
Bagaimana perubahan pola istirahat tidur setelah persalinan yang
dapat berdampak pada produksi ASI.
e. Pola hubungan dan peran
Kaji bagaimana peran klien didalam kelurga dan hubungan klien
dengan keluarga
f. Psikososial
Kaji apa yang dirasakan klien dan bagaimana hubungan klien
dengan bayi dan keluarga.
g. Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi disfungsi seksual yaitu ada perubahan dalam
hubungan seksual atau fungsi seksual yang tidak adekuat karena
proses persalinan dan nifas.

6. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu post partum meliputi :
a. Rambut
Kaji kekuatan rambut klien karena diet yang baik saat masa kehamilan
akan mempengaruhi kekuatan dan kesehatan rambut
b. Muka
Kaji ada tidaknya edema pada muka yang ditandai dengan kelopak mata
yang bengkak atau lipatan kelopak mata bawah menonjol
c. Mata
Kaji warna konjuntiva, apabila normal berwarna kemerahan dan basah,
namun jika konjungtiva pucat mengindikasikan ibu mengalami anemia,
dan apabila konjungtiva kering maka ibu mengalami dehidrasi
d. Hidung
Kaji apakah ada sumbatan dan cairan, dan palpasi apakah nyeri atau tidak
e. Mulut
Kaji kondisi bibir, apakah ada stomatitis dan keadaan gigi
f. Leher
Kaji adanya pembesaran pada kelenjar tiroid yaitu dengan meminta ibu
untuk menelan dan palpasi bagian leher) dan kaji adanya pembesaran
vena jugularis atau tidak.
g. Dada
Kaji bentuk kesimetrisan dada, irama dan kedalaman nafas, ada tidaknya
nyeri tekan, lesi dan masa.
h. Payudara
1) Laktasi, kolostrum meningkat pada hari kedua dan ketiga.
2) Kaji kebersihan payudara
3) Kesimetrisan letak payudara
4) Kaji adanya pembengkakan, kemerahan dan nyeri tekan
5) Kaji bentuk puting susu puncak besar atau datar, menonjol atau
tenggelam
i. Abdomen
1) Inspeksi bentuk abdomen ibu.
2) Kaji adanya linea nigra dan linea alba.
3) Kaji apakah ada diastasis rektus abdominis dan catat ukurannya
(panjang normal 2-17 cm dan lebar 1-2 cm).
4) Periksa fundus uteri setiap 15 menit selama 1 jam atau hingga stabil,
dilanjutkan setiap 30 menit pada jam berikutnya. Kaji kontraksi,
posisi dan ukur tingginya. Kemudian sesuaikan tinggi fundus dengan
harinya. Apabila uterus lembek lakukan massage hingga terjadi
kontraksi ke tingkat pertengahan. Jika fundus bergeser ke kanan
midline, periksa kandung kemih.
j. Kandung kemih
Lakukan pemeriksaan setiap mengkaji fundus, kandung kemih pada ibu
cepat berisi karena diuresis post partum dan pemberian cairan intravena.
k. Perineum
1) Setiap 15 menit lakukan pemeriksaan pada perineum, apabila darah
mengalir dengan cepat, dicurigai adanya robekan
2) Kaji warna, bau, dan banyaknya pengeluaran darah dan bagaimana
jenis lochea (rubra, serosa, atau alba). Pengkajian dilakukan pada hari
pertama sampai hari ke empat pasca persalinan.
3) Periksa kebersihan perineum
4) Periksa adanya hemoroid atau tidak.
5) Inspeksi ada tidaknya episiotomi, kemudian tanyakan pada ibu apakah
dijahit atau tidak.
6) Apabila terdapat jahitan, inspeksi adanya tanda – tanda REEDA
(Redness/kemerahan, Echymosis/perdarahan bawah kulit, Edeme,
bengkak, Discharge/perubahan lochea, Approximation/pertautan
jaringan).
l. Ekstremitas bawah
Pada ekstremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, periksa apakah
ada edema, varises pada tungkai kaki. Apabila terdapat edema lakukan
kompres hangat dan periksa refleks patella.

2.1.2 Analisa data

Analisa data menurut Setiawan adalah metode yang dilakukan oleh perawat
untuk menghubungkan data klien serta mengaitkannya dengan konsep teori dan
prinsip yang relevan keperawatan untuk mengambil kesimpulan dalam penentuan
masalah kesehatan dan keperawatan pasien (Mardiani, 2019).

Tabel 2.1 Analisa data

No. Data Etiologi Masalah keperawatan

1. Data subjektif : Ketidakadekuatan suplai ASI Menyusui tidak


efektif
Klien mengeluh kelelahan
dan cemas pasca persalinan

Data objektif :

ASI tidak menetes atau


memancar, BAK bayi
kurang dari 8 kali dalam 24
jam, serta nyeri atau lecet
terus menerus setelah
minggu kedua

2.1.3 Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan merupakan pandangan klinis respon pasien terhadap


masalah kesehatan yang dirasakan baik bersifat aktual maupun risiko. Penilaian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi respon individu, keluarga, dan komunitas
terhadap kondisi yang berkaitan dengan kesehatan serta menarik kesimpulan
tentang kebutuhan klien sehingga perencanaan keperawatan dapat efektif (Taylor,
2010 dalam Siregar et al., 2021)

2.1.4 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan perawatan yang dilaksanakan oleh perawat


yang berdasar pada penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan
outcome klien (PPNI, 2018)

Tabel 2.2 Intervensi keperawatan

Masalah keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


(SLKI)
1. Identifikasi kesiapan dan
Menyusui tidak efektif Setelah dilakukan tindakan kemampuan menerima
selama 3 x 24 jam diharapkan informasi
status menyusui meningkat 2. Libatkan sistem
dengan kriteria hasil : pendukung : suami,
keluarga
1. Tetesan atau pancaran ASI 3. Jelaskan manfaat
meningkat menyusui bagi ibu dan
2. Suplai ASI adekuat bayi
3. Kelelahan maternal 4. Dukung ibu
menurun meningkatkan
4. Kecemasan maternal kepercayaan diri dalam
menurun menyusui
5. Ajarkan perawatan
payudara postpartum
(pijat oksitosin)

2.1.5 Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan prosedur dari rencana


keperawatan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya dan menilai
kemajuan kriteria hasil pada masalah keperawatan (Taylor, 2010 dalam Siregar et
al., 2021)

2.1.6 Evaluasi keperawatan


Evaluasi keperawatan adalah proses pengukuran data yang dikumpulkan selama
pemberian asuhan keperawatan pada klien untuk menilai tujuan yang telah tercapai
(Taylor, 2010 dalam Siregar et al., 2021)

Evaluasi keperawatan didokumentasikan dalam catatan perkembangan yang


menggunakan format SOAP.

a. Subjektif
Data subjektif merupakan pendokumentasian data klien melalui anamnesa dan
berasal dari masalah dalam sudut pandang klien.
b. Objektif

Data yang didapat melalui observasi dan pemeriksaan yang menggambarkan


hasil analisa dan fisik klien, perumusan hasil laboratorium kedalam data fokus
untuk mendukung analisis.

c. Analisis

Penegakkan masalah atau diagnosa yang berdasar kepada data subjektif dan
objektif yang didapatkan.

d. Planning

Berisi rencana tindakan saat itu maupun yang akan datang sebagai usaha
mencapai kondisi klien yang sebaik mungkin.

2.2 Konsep penyakit

2.2.1 Pengertian Post Partum

Periode Post partum atau dikenal masa nifas merupakan fase antara lahirnya bayi
dengan kembalinya organ reproduksi dalam keadaan normal seperti sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama 6 minggu, tetapi lama masa nifas bervariasi pada
setiap wanita (Cashion, 2013)

2.2.2 Tahapan Post Partum


Menurut (Saleha, 2013) dalam (Wahyuningsih, 2019) tahapan post partum dibagi
menjadi 3 fase antara lain :

1. Immediate post partum

Masa immediate post partum berlangsung setelah plasenta lahir sampai 24 jam,
gangguan yang biasa terjadi pada masa ini seperti perdarahan karena atonia
uteri. Oleh sebab itu perlu tindakan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lokia, tekanan darah dan suhu tubuh

2. Early post partum

Pada masa ini harus memastikan bahwa involusi uteri normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, suhu tubuh normal, nutrisi dan cairan ibu
tercukupi serta ibu mampu menyusui dengan baik. Fase ini berlangsung setelah
24 jam sampai 1 minggu

3. Late post partum

Berlangsung pada 1 minggu sampai 6 minggu. perawatan dan pemeriksaan


sehari – hari serta konseling Keluraga Berencana (KB) tetap dilakukan.

2.2.3 Perubahan Fisiologis

Perubahan fisiologis pada ibu post partum menurut (Padila, 2017) sebagai berikut :

1. Sistem Kardiovaskuler
Curah jantung mengalami peningkatan, tekanan darah sedikit menurun,
bradikardi hingga hari ke 6 – 10, stasis darah pada ekstermitas bawah
2. Sistem urologi
Pada awal periode pasca persalinan terjadi diuresis dan penurunan sensasi
kandung kemih
3. Sistem endokrin
Setelah plasenta lahir, ibu post partum mengalami penurunan hormon
estrogen dan progesteron
4. Sistem pencernaan
Terdapat gangguan defekasi, konstipasi terjadi karena masih ada pengaruh
dari progesteron, penurunan tekanan otot abdomen, kekurangan cairan dan
kecemasan terhadap nyeri pada luka episiotomi atau ruptur perineum
5. Sistem integumen
Peningkatan suhu sampai 380C karena kelelahan dan diaporesis/diuresis
pada 24 jam pertama, berkurangnya hiperpigmentasi
6. Sistem muskuloskeletal
Dinding pada abdomen meregang, tampak longgar dan lembek. Stabilitas
sendi lengkap dapat dicapai pada minggu ke 6-8 pasca partum
7. Uterus
Uterus akan mengeras setelah lahirnya plasenta. Hal tersebut dikarenakan
kontraksi dan retraksi otot – ototnya. Uterus akan berangsur – angsur
mengecil sampai kondisi seperti sebelum hamil (Wahyuningsih, 2019).

Tabel 2.3 Perubahan Uterus

TFU Berat uterus


Waktu
Setinggi pusat 1000 gr
Bayi lahir
2 jari dibawah pusat 750 gr
Uri lahir
½ pusat symps 500 gr
1 minggu
Tidak teraba 350 gr
2 minggu
Bertambah kecil 50 gr
6 minggu
Normal 30 gr
8 minggu

*sumber : Wahyuningsih, 2019


8. Lochea
Lochea merupakan cairan atau sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina selama masa pasca persalinan (Wahyuningsih, 2019). Dibawah ini,
beberapa jenis lochea :
a. Lochea rubra, berisi darah dan sisa – sisa selaput ketuban, desidua,
verniks kaseosa, lanugo, mekonium, oleh karena itu lokia rubra
berwarna merah dan berlangsung selama 2 hari pasca partum.
b. Lochea sanguilenta, berwarna merah kekuningan yang berisi darah dan
leukosit berlangsung selama 3 -7 hari pasca persalinan.
c. Lochea serosa, berwarna kuning dan mengandung serum, jaringan
desidua, leukosit dan eritrosit yang berlangsung selama 7 sampai 14 hari
post partum.
d. Lochea alba, lochea ini berwarna putih yang berisi leukosit, dan sel – sel
desidua yang berlangsung selama 14 hari hingga 2 minggu berikutnya.
9. Serviks
Serviks terbuka pasca persalinan, dapat dilalui 1 jari setelah 1 minggu dan
setelah 4 minggu rongga bagian luar akan kembali normal (Wahyuningsih,
2019).
10. Vagina dan perineum
Luas vagina akan berkurang secara berangsur – angsur tetapi jarang kembali
seperti ukuran nullipara. Perineum yang mendapat jahitan atau laserasi serta
edem akan pulih berangsur – angsur 6 sampai 7 hari tanpa adanya infeksi.
Oleh sebab itu diperlukan tindakan vulva hygiene (Wahyuningsih, 2019).
11. Payudara
Selama masa kehamilan, jaringan payudara bertumbuh dan mempersiapkan
fungsinya untuk menyiapkan makann bagi bayi. Pada hari ke-3 pasca
persalinan efek prolaktin pada payudara mulai dirasakan. Ketika puting
dihisap oleh bayi, ensit let down (mengalirkan) terangsang oleh oksitosin
sehingga terjadinya ejeksi ASI (Wahyuningsih, 2019).

2.3 Menyusui tidak efektif

2.3.1 Pengertian menyusui tidak efektif


Menyusui tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana ibu dan bayi tidak
puas atau mengalami kesulitan dalam proses menyusui (PPNI, 2018).
2.3.2 Penyebab menyusui tidak efektif
Menurut (PPNI, 2018), penyebab menyusui tidak efektif antara lain :
1. Ketidakadekuatan suplai ASI
2. Hambatan pada neonatus
3. Anomali payudara ibu
4. Ketidakadekuatan refleks oksitosin
5. Ketidakadekuatan refleks hisap bayi
6. Payudara bengkak
7. Riwayat operasi payudara
8. Kelahiran kembar
2.3.3 Tanda gejala menyusui tidak efektif
a. Tanda gejala mayor
1. Subjektif
a) Kelelahan maternal
b) Kecemasan maternal
2. Objektif
a) Bayi tidak dapat melekat pada payudara ibu
b) ASI tidak menetes atau memancar
c) BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam
d) Nyeri dan atau lecet terus menerus setelah minggu kedua
b. Tanda gejala minor
1. Objektif
a) Intake bayi tidak adekuat
b) Bayi menghisap tidak terus menerus
c) Bayi menangis saat disusui
d) Bayi rewel dan menangis pada jam – jam pertama setelah
menyusui
e) Menolak untuk menghisap
2.3.4 Kondisi klinis terkait
Kondisi klinis terkait menyusui tidak efektif menurut (PPNI, 2018),
meliputi :
1. Abses payudara
2. Mastitis
3. Carpal tunnel syndrome

2.4 Pathway

Post partum

Laktasi

Progesteron dan
estrogen menurun

Prolaktin
meningkat

Pertumbuhan
kelenjar susu
meningkat

Isapan bayi

Oksitosin
meningkat

Ejeksi ASI

Tidak adekuat

ASI tidak keluar

Menyusui tidak efektif


2.5 Pijat oksitosin

2.5.1 Pengertian pijat oksitosin


Pijat oksitosin adalah salah satu solusi yang dapat membantu mengatasi
ketidakmampuan dalam produksi ASI. Pemijatan oksitosin merupakan
pemijatan yang dilakukan di bagian sisi tulang belakang hingga tulang
costae kelima dan keenam dalam rangka merangsang hormon prolaktin dan
oksitosin (dari Suryani, 2013 dalam Mariana Doko et al., 2019).
2.5.2 Manfaat pijat oksitosin
Pijat oksitosin memiliki berbagai manfaat yang dapat membantu ibu pasca
persalinan. Sebagaimana menurut Depkes RI bahwa pijat oksitosin mampu
memberikan kenyamanan fisik dan memperbaiki suasana hati (Seri et al.,
2019). Pijat oksitosin juga mampu mengurangi pembengkakan, sumbatan
ASI dan mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sedang sakit
(Wijayanti, 2014).
2.5.3 Indikasi pijat oksitosin
Indikasi pijat oksitosin adalah ibu post partum yang mengalami gangguan
dalam produksi ASI.
2.5.4 Pelaksanaan pijat oksitosin
Pijat oksitosin diberikan kepada ibu post partum selama 3 menit dengan
frekuensi pemberian 2 kali sehari (Novitasari et al., 2020). Pijat ini tidak
selalu harus dilakukan oleh seorang profesional medis. Namun, pijat
oksitosin dapat dilakukan oleh suami atau anggota keluarga yang terlatih.
Kehadiran suami atau keluarga tidak hanya membantu ibu dalam
mendapatkan pijatan, tetapi juga memberikan kepercayaan diri ibu dan
mengurangi kecemasan. Sehingga membantu merangsang sekresi hormon
oksitosin.
Prosedur yang dilakukan meliputi : pertama, ibu menyusui melepas pakaian
atas dan bra, letakkan handuk di pangkuan ibu, posisikan ibu duduk di kursi
(menggunakan kursi tanpa sandaran supaya memudahkan penolong atau
pemijat), lalu kedua tangan dilipat ke atas meja yang ada dihadapannya.
Mammae tergantung bebas tanpa pakaian. Kemudian melumasi kedua
telapak tangan dengan minyak atau baby oil. Selanjutnya gosok kedua siis
tulang belakang dan kedua tangan serta ibu jari ke atas atau ke depan dengan
membentuk kepalan tangan, menekan secara kuat dengan kedua jari dan
membentuk gerak melingkar kecil, lalu menggosok kedua sisi tulang
belakang bagian kanan dan kiri dari leher di waktu yang sama selama 2 - 3
menit (Novitasari et al., 2020).

Anda mungkin juga menyukai