Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta

dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,

masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu. Dengan adanya masa nifas ini diharapkan

agar ibu setelah melahirkan mendapatkan perawatan yang baik dan dapat segera pulih

kembali. Perawatan yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan ibu masing-

masing, oleh karena itu kita sebagai perawat harus mengetahui apa saja yang

dibutuhkan oleh sang ibu.

B. TUJUAN

Tujuan Umum :

1. Tujuan dari dibuatnya laporan ini supaya memenuhi tugas maternitas

2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan post partum

Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui informasi tentang post partum

2. Untuk mengetahui pengakajian pada pasien dengan post partum

3. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan post partum

4. Untuk mengetahui intervensi serta implementasi pada pasien dengan post partum

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Post Partum

1. Definisi post partum

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang diawali adanya kontraksi

uterus secara terus-menerus secara teratur yang akan mengakibatkan

perubahan pada serviks (membuka dan menipis) maka bayi dan plasenta akan

terus terdorong sampai menuju jalan lahir dari rahim maka setelah selesai

persalinan ibu akan masuk ke dalam masa post partum atau nifas (Munafiah et

al, 2019).

Post partum atau nifas (puerpenium) adalah masa setelah persalinan selesai

yang bermula dari lahirnya janin beserta plasentanya yang biasanya masa nifas ini

berakhir dalam waktu 6 minggu atau 40 hari hingga organ- organ kandungan

kondisinya kembali seperti sebelum hamil seperti penurunan tinggi fundus uteri

berada 3 jari dibawah pusat, Involusi uteri dimana uterus kondisinya kembali

seperti sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram (Anggraini, 2019; Munafiah,

2019; & Widya, 2019).

2. Etiologi post partum

Mekanisme pasti yang memicu terjadinya post partum berawal dari proses

persalinan yang tidak diketahui secara pasti.

3. Tahapan masa nifas

Menurut Nugroho (2014, dalam Sulfianti, dkk 2021) mengatakan tahapan masa

nifas di bagi menjadi 3 bagian yaitu :

a. Purperium dini, waktu (0-24 jam) setelah post partum yang merupakan

keadaan pulihnya kondisi pada ibu yang telah diperbolehkan untuk berdiri

serta berjalan, biasanya tahap ini sering terjadi perdarahan karena atonia uteri

2
sehingga wajib terus dilakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran

lokhea serta mengecek tekanan darah dan suhu.

b. Purperium intermedial, waktu (1-7 hari) setelah post partum yang

merupakan pulihnya secara menyeluruh alat-alat genetalia pada ibu yang

waktunya bisa sampai 6-8 minggu.

c. Remote purperium, waktu (1-8 minggu) setelah post partum yang

merupakan waktu diperlukannya ibu nifas untuk memulihkan kondisi sampai

pulih sempurna, kalau saat persalinan muncul komplikasi maka waktu untuk

kembali pulih bisa semakin lama.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah pemecahan kasus atau masalah keperawatan untuk

memenuhi syarat perawatan kesehatan yang dibutuhkaan untuk pasien, dalam

menjalankan proses keperawatan maka dibuatlan konsep asuhan keperawatan yang

merupakan rangkaian kegiatan yang diberikan kepada pasien melibatkan 5 proses

tahapan yaitu pengkajian (pengumpulan data), diagnosis keperawatan, intervensi

(perencanaan), implementasi dan evaluasi (Lewis & Netina, 2018)

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses keperawatan dimana

perawat melakukan pengumpulan data, mengklasifikasikan data, memvalidasi

data dan mendokumentasikan data, dengan menggunakan 2 metode yaitu Auto

anamneses (wawancara langsung) dan Allo anamnese (secara tidak langsung,

data yang dikumpulkan seperti riwayat kesehatan keperawatan, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan tambahan lainya (Dinarti &

Mulyanti, 2017).

a. Riwayat kesehatan

Pada riwayat kesehatan dengan cara data-data didapat dari respons pasien

mengenai kelahiran bayinya juga penyesuaian pada masa post partum,

menurut wahyuningsih (2019) anamnesa pada ibu nifas meliputi :


3
1) Data subyektif a)

2) Data dasar

Mengkaji identitas ibu dan suami (nama, umur, agama, suku,

pendidikan, pekerjaan dan alamat)

b) Riwayat kesehatan

(1) Mengkaji keluhan utama ibu

Keluhan utama perlu dilakukan pengkajian untuk mengetahui

apa yang dirasakan ibu saat masa post patum

(2) Mengkaji riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga: Riwayat

penyakit sekarang, dahulu dikaji untuk mengetahui penyakit yang

mungkin diderita yang ada hubungannya dengan masa postpartum.

c) Riwayat ginekologi

(1) Riwayat menstruasi, meliputi tentang menarche, siklus haid,

lamanya haid, banyaknya haid serta HPHT

(2) Riwayat perkawinan, meliputi usia ibu dan ayah, waktu menikah, lama

menikah, pernikahan ke berapa dan jumlah anak.

(3) Riwayat kontrasepsi, meliputi apakah mengikuti KB, jenis

kontrasepsi yang dipakai, waktu penggunaan, masalah yang mungkin

terjadi, rencana kontrasespsi yang akan digunakan beserta alasannya.

d) Riwayat obstetrik

(1) Riwayat kehamilan, mencakup riwayat kehamilan sekarang dan

dahulu yang menjelaskan mulai dari pemeriksaan saat hamil, riwayat

imunisasai, obat-obatan yang pernah digunakan pada saat hamil berta

keluhannya

(2) Riwayat persalinan, mengenai riwayat persalinan dahulu yang berisi usia

anak, tanggal lahir, BB lahir, jenis kelamin, umur kehamilan, jenis

persalinan, tempat persalinan dan komplikasi selama persalinan. Riwayat

4
persalinan sekarang meliputi jenis kelamin, tanggal persalinan, jenisnya,

lamanya serta APGAR score.

(3) Riwayat nifas, berisikan mengenai riwayat nifas sekarang dan dahulu.

e) Aktivitas sehari-hari

1) Pola nutrisi

a) Makan : keluhan saat makan, frekuensi dan porsi makan. Saat proses

persalinan biasanya ibu banyak mengeluarkan energi hal ini

menyebabkan nafsu makan menjadi meningkat dan sering lapar

pasca persalinan.

b) Minum : jumlah minuman yang dihabiskan, jenisnya dan keluhan

saat minum. Meningkatnya cairan yang masuk pada postpartum

2) Pola eliminasi

a) Buang Air Besar (BAB) : frekuensi BAB, waktu, konsistensi feses,

warna feses, cara dan keluhan saat BAB. Pada klien postpartum

BAB terjadi 2-3 hari kemudian.

b) Buang Air Kecil (BAK) : frekuensi BAK, jumlah, dan keluhan saat

BAK. Pada klien post partum hari pertama BAK sering sakit atau

sering terjadi kesulitan kencing.

3) Pola istirahat dan tidur : kaji kuantitas, kualitas dan keluhan mengenai

tidur siang dan malam. Pasca melahirkan akan terasa nyeri yang akan

mengganggu istirahatnya.

4) Personal Hygiene : kaji frekuensi mandi, gosok gigi, keramas, Pasca

persalinan personal hygiene biasanya tidak terawatt karena rasa lelah

5) Pola aktivitas : Kaji aktivitas mobilisasi, gangguan aktivitas jarang terjadi

bila terjadi hanya pada klien dengan episiotomi.

f) Data psikososial dan spiritual

Menurut Ricci (2013) pengkajian psikososial melipui :

1) Mengkaji riwayat psikososial (talking in, talking hold dan letting go)
5
2) Status emosional : dengan mengamati interaksi ibu dengan

keluarganya, tingkat kemandiriannya, tingkat energi, kontak mata

dengan bayi, serta tingkat kenyamanan saat menggendong bayi dan

mewaspadai perubahan suasana hati ibu yang masih mudah tersinggung

dan menangis

3) Bounding & attachment : mengidentifikasi ketertarikan erat pada bayi

baru lahir oleh ibu yang terjadi 30-60 menit pasca melahirkan,

attachment merupakan kelekatan perkembangan awal kasih sayang yang

kuat antara bayi dan keluarga terdekat nya (ibu, ayah dan saudara

kandung)

4) Mengkaji tentang pegetahuan ibu mengenai masa nifas seperti : cara

membersihan alat kelamin, penggunaan pembalut, perawatan luka

perineum, cara menyusui, cara memerah ASI, menyimpan ASI,

tanda bahaya masa nifas dan cara mobilisasi dini

g. Pengkajian Fisik

1) Tanda-tanda vital

2) Pada ibu post partum TTV wajib dimonitor secara teratur, utamakan

mengkaji kardiovaskuler , umumnya TTV harus diperiksa setiap 15

menit selama satu jam pertama pasca persalinan sampai kondisinya

stabil, setelah itu diperiksa kembali 30 menit dijam berikutnya. Tanda

vital yang harus diperiksa adalah:

a) Tekanan darah : normal nya yaitu < 140/90 mmHg. Jika tekanan

darah turun 15-20 mmHg maka mengindikasikan banyak

kehilangan darah bisa terjadi syok hipovolemia. Jika tekanan darah

menjadi tinggi kemungkinan adanya pre- eklampsi.

6
b) Temperatur : jika dalam 2 kali observasi terjadi peningkatan

temperatur 38oC setelah 24 jam pertama pasca persalinan

kemungkinan adanya infeksi.

c) Nadi : normalnya nadi antara 50-70 kali/menit bisa dibilang

brakikardi pada masa post partum, takikardia jika nadi diatas 90-

100 kali/menit pada kondisi istirahat hal ini dapat mengindikasikan

banyaknya kehilangan darah, demam, infeksi serta nyeri.

d) Pernapasan : pernafasan normal yaitu 20-30 kali /menit

bradipnea jika nafas dibawah 14-16x /menit, takipnea jika nafas

diatas 24 x/menit hal ini diperkirakan karena kehilangan darah

berlebih infeksi dan nyeri.

3) Kepala dan wajah

a) Rambut: kebersihan rambut, warna dan kerontokan rambut.

b) Wajah: kaji apakah ada edema atau tidak

c) Mata: kaji konjungtiva jika anemis mengindikasikan adanya

anemia kerena perdarahan saa bersalin.

d) Hidung: mengkaji apakah ibu sedang pilek atau sinusitis

e) Mulut dan gigi: kaji apakah terdapat gigi berlubang atau

stomatitis

f) Leher: kaji pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid.

g) Telinga: kaji ada tidak nya gangguan pendengaran, peradangan

serta infeksi

4) Pengkajian status fisiologis maternal

Untuk mengkaji ibu post partum, banyak perawat menggunakan

istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast (payudara), Uterus (rahim),

Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih), Lochia (lokia),

Episiotomy (episiotomi/perinium), Lower Extremity (ekstremitas

bawah), dan Emotion (emosi), perawat menggunakan singkatan ini


7
untuk mempermudah dalam mengingat tahapan pengkajian

fisiologis menurut (Nurbaeti, dkk 2013).

1) Pemeriksaan thoraks

a) Inspeksi payudara

Kaji ukuran, bentuk, warna dan kesimetrisan yang perlu

diperhatikan jika ada kelainan, seperti pembesaran masih

permukaan yang tidak rata seperti adanya depresi atau ada

luka pada kulit payudara perlu dipikirkan kemungkinan

adanya tumor. Kaji warna kulit, adanya kemerahan pada kulit

yang dapat menunjukan adanya peradangan.

b) Palpasi payudara

Pengkajian palpasi di payudara selama masa post

partum untuk mengecek apakah ada nyeri tekan guna

menentukan status laktasi. Pada hari 1-2 post partum,

payudara tidak banyak berubah kecuali sekresi kolostrum

yang banyak. Saat menyusui, perhatikan perubahan

payudara dengan menginspeksi puting dan areola apakah

ada tanda tanda kemerahan dan pecah. Setelah menyusui

payudara yang sebelumnya penuh dan bengkak biasanya

akan menjadi lembut dan nyaman.

2) Pemeriksaan abdomen

a) Inspeksi abdomen

Menginpeksi adakah striae dan linea ada atau tidak,

kaji keadaan abdomen,apakah teksturnya lembek atau keras.

Jika keras menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga

perdarahan dapat diminimalkan.

8
b) Palpasi uterus

Perawat mengkaji tonus uterus, posisi dan tinggi fudus

uteri dengan meminta pasien untuk mengosongkan kandung

kemih posisi kepala datar posisi supinasi.

c) Diastasis rektus abdominis

Diastasis rektus abdominis yaitu regangan pada otot

rektus abdominis akibat pembesaran uterus jika dipalpasi

regangan ini menyerupai belah memanjang dari prosessus

xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat diukur panjang dan

lebarnya. Hal ini tidak dapat menyatu kembali seperti

sebelum hamil.

Periksa diastasis rektus abdominis yaitu dengan cara

meminta klien untuk tidur tanpa bantal dengan mengangkat

kepala tidak diganjal, dengan posisi yang terlentang, lalu

abdomen dipalpasi dari bawah prosessus xipoideus ke

umbilikus lalu ukur panjang dan lebar diastasis.

3) Pemeriksaan kandung kemih

Perawat harus mengkaji urin yang keluar pada ibu post

partum untuk mengidentifikasi kesulitan berkemih, buang air kecil

yang harus terjadi dalam waku 6-8 jam setelah melahirkan dengan

jumlah urin kurang dari 8 jam setelah melahirkan minimal 150 ml.

4) Pemeriksaan perenium

Pengkajian perenium harus dilakukan 4 jam untuk 24 jam

pertama setelah melahirkan, menginspeksi perenium dengan cara

posisi ibu miring dan menekuk kaki kearah dada digunakan istilah

REEDA untuk menilai kondisi episiotomi atau laserasi perineum,

REEDA singkatan (Redness/kemerahan, Edema, Ecchymosis/

9
ekimosis, Discharge/keluaran, dan Approximate/ perlekatan) pada

luka episiotomy (Nurbaeti, dkk 2013).

5) Pemeriksaan lochea

Mengkaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhea pada

ibu post partum, Lokhea yang berbau busuk yang dinamakan

Lokhea purulenta menunjukan adanya infeksi disaluran

reproduksi dan harus segera ditangani.

6) Pemeriksaan ekstermitas bawah

Biasanya pada ektermitas bawah perawat mengkaji

kekuatan, edema, nyeri dan tanda-tanda tromboembolis pada

periode immediate postpartum. Untuk mengkaji Deep Vein

Thrombosis (DVT) pada ekstermitas bawah diperiksa apakah

adanya panas, merah, rasa sakit dan pembengkakan dengan

menilai sirkulasi kaki dan memeriksa puls daerah pedalis dan

mencatat suhu dan warna. Pada ekstermitas bawah juga harus

dikaji apakah ada edema pedalis biasanya ada selama

beberapa hari setelah melahirkan karena proses perpindahan

cairan tubuh dan untuk mencegah terjadinya thrombus motivasi

klien sedini mungkin untuk ambulasi setelah melahirkan dan tidak

lupa melakukan pemeriksaan reflek patella.

7) Pengkajian status nutrisi

Pengkajian dimulai dari data ibu saat sebelum hamil dan

berat badan waktu hamil, bukti simpanan besi yang memadai.

Perawat juga mengkaji faktor komplikasi yang dapat

memperburuk status nutrisi, contohnya kehilangan darah berlebih

saat persalinan.

10
8) Pengkajian tingkat energi dan kualitas istirahat

Perawat harus mengkaji mengenai pola istirahat dan

gangguan tidur yang dialami seperti jumlah istirahat, tidur, dan

mencarikan solusi untuk meningkatkan istirahat pada ibu

postpartum.

9) Pengkajian emosi

Pada pengkajian emosi biasa terjadi postpartum blues

seperti mudah marah, sering menangis, tidak bisa tidur dan mood

yang berubah-ubah yang dialami ibu post partum.

f. Pemeriksaan penunjang

a. Darah : hemoglobin dan hematokrit setelah post partum 12-24 jam

(jika Hb < 10 g% sehingga diberikan suplemen FE), eritrosit,

leukosit dan Trombosit

b. Klien dengan dower kateter diperlukan kultur urine

11
2. Dignosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis terhadap

respons klien mengenai masalah kesehatan untuk menyusun intervensi

melalui penegakan diagnosa (SDKI, 2017)

Carpenito (2000, dalam Nurbaeti, 2013) mengatakan Diagnosa

keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon pasien atau

status kesehatan atau resiko perubahan pola dari individu atau kelompok

dimana perawat dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara

pasti untuk menjaga status kesehatan dengan menurunkan, membatasi,

mencegah dan merubah.

Berdasarkan SDKI tahun (2017) diagnosa keperawatan pasien

post patum terdiri dari 7 diagnosa keperawatan yaitu :

a. Nyeri akut (D.0077)

b. Ketidaknyamanan Pasca Partum (D.0075)

c. Risiko Infeksi (D.0142)

d. Menyusui Tidak Efektif (D.0029)

e. Defisit Pengetahuan (D.0111)

f. Kesiapan Peningkatan Menjadi Orang Tua (D.0122)

g. Ansietas (D.0080)

3. Perencanaan

a. Perencanaan atau intervensi

Perancanaan adalah rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah pasien dengan memuat langkah-langkah pemecahan masalah

dan prioritasnya dengan perumusan tujuan berdasarkan analisis data dan

diagnosa keperawatan yang memiliki Tahap-tahap perencanaan keperawatan

menurut (Dinarti & Mulyani 2017) yaitu :

12
1) Menentukan prioritas masalah

2) Menentukan tujuan dan kriteria hasil

3) Menentukan rencana tindakan

4) Dokumentasi

13
Tabel 2.1 Perencanaan keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intrvensi Keperawatan


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Kode : Tingkat Nyeri (L.08066 ) hal 145 Manajemen nyeri (l.08238)
D.0077 Setelah dilakukan tindakan Hal : 201
Hal : 172 keperawatan selama…x…jam Tindakan :
Nyeri akut diharapkan masalah nyeri akut Observasi
menurun, kriteria hasil : 1.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri, dari skala..ke 1.2 Identifikasi skala nyeri
skala… 1.3 Identifikasi respons nyeri non verbal
2. Meringis, dari skala…ke skala.. 1.4 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
3. Sikap protektif, dari skala..ke 1.5 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Teraupetik
skala..
1.6 berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis, terapi pijat,
4. Gelisah, dari skala..ke skala..
aromaerapi)
5. Kesulitan tidur dari skala..ke
1.7 kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu ruangan, cahaya)
skala..
1.8 fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
Keterangan : 1.9 jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
1. Meningkat 1.10 jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. cukup
5. menurun

2. Kode : Status Kenyamanan Pascapartum Perawatan Pasca Persalinan (I.07225)


D.0075 (L.07061) Hal 111 Hal : 335
Hal : 168 Tindakan :

14
Ketidaknyama Setelah dilakukan tindakan Obsevasi
-nan Pasca keperawatan selama…x…jam 2.1 monitor tanda- tanda vital
Partum diharapkan masalah status kenyamanan 2.2 monitor keadaan lokia (mis warna, jumlah, bau dan ukuran)
pascapartum meningkat 2.3 monitor nyeri
2.4 monitor ststus pencernaan
Kriteria hasil : Teraupetik
1. keluhan tidak nyaman, dari 2.5 kosongkan kandung kemih sebelum pemeriksaan
skala..ke skala.. 2.6 dukung ibu dalam melakukan ambulasi dini
2. meringis, dari skala..ke skala.. 2.7 diskusikan tentang perubahan fisik dan psikologis ibu post partum
3. luka episiotomy, dari skala..ke Edukasi
skala.. 2.8 jelaskan tanda dan bahaya ibu nifas
4. kontraksi uterus, dari skala..ke 2.9 jelaskan pemeriksaan pada ibu dan bayi secara rutin
skala.. 2.10 ajarkan cara perawatan perenium yang benar
5. Payudara bengkak, dari skala..ke
skala..
keterangan :
1. menurun
2. cukup menurun
3. sedang
4. cukup meningkat
5. meningkat
3. Kode : D. Tingkat Infeksi (L.14137 ) hal 139 Pencegahan Infeksi (I.14539)
0142 Setelah dilakukan tindakan Hal : 278
Hal : 304 keperawatan selama…x…jam Tindakan :
Risiko Infeksi diharapkan masalah risiko infeksi Observasi
menurun 3.1 monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik teraupetik
Kriteria hasil : 3.2 cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
1. kemerahan, dari skala..ke skala.. Edukasi
2. nyeri, dari skala..ke skala.. 3.3 jelaskan tanda dan gejala infeksi

15
3. bengkak, dari skala..ke skala.. 3.4 ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
4. cairan berbau busuk, dari skala..ke 3.5 anjurkan meningkatkan nutrisi
skala.. 3.6 anjurkan meningkatkan asupan cairan
5. sputum berwarna hijau, dari
skala..ke skala..

keterangan :
1. meningkat
2. cukup meningkat
3. sedang
4. cukup meningkat
5. menurun
Kode : Status menyusui (L.03029 )hal 119 Edukasi menyusui (l.l2393)
4. D.0029 Setelah dilakukan tindakan Hal : 71
Hal : 173 keperawatan selama…x…jam Tindakan
Menyusui diharapkan masalah imenyusui tidak Observasi
Tidak Efektif efektif membaik 5.1 identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Kriteria hasil : 5.2 identifikasi tujuan dan keinginan menyusui
1. Perlekatan bayi pada payudara ibu, Teraupetik
dari skala..ke skala.. 5.3 sediakan materi pendidikan kesehatan
2. miksi bayi lebih dari 8 kali/24 jam, 5.4 jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
dari skala..ke skala.. 5.5 dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui
3. tetesan/pancaran asi, dari skala..ke Edukasi
skala.. 5.6 berikan konseling menyusui
4. suplai asi ade kuat, dari skala..ke 5.7 jelaskan manfaat menusui pada ibu dan bayi
skala.. 5.8 ajarkan 4 posisi menusui dan perlekatan
5. payudara ibu kosong setelah 5.9 ajarkan perawatan payudara (mis. Memerah asi, pijat oksitosin dan pijat
menyusui, dari skala..ke skala.. payudara

16
keterangan
1. menurun
2. cukup menurun
3. sedang
4. cukup meningkat
5. meningkat
5. Kode : Tingkat pengetahuan (L.12111) hal Edukasi Kesehatan (I.12383)
D.0111 146 Hal : 65
Hal : 246 Setelah dilakukan tindakan Tindakan:
Defisit keperawatan selama…x…jam Observasi
Pengetahuan diharapkan masalah defisit 5.1 identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
(masa post pengetahuan menurun 5.2 identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
partum) Kriteria hasil : perilaku hidup bersih dan sehat
1. perilaku sesuai anjuran Teraupetik
verbalisasai minat dalam belajar, 5.3 sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
dari skala..ke skala.. 5.4 jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
2. kemampuan menjelaskan Edukasi
pengetahuan tentang suatu topik, 5.5 jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
dari skala..ke skala.. 5.6 ajarkan perilaku hidup sehat dan bersih
3. perilaku sesuai dengan 5.7 ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
pengetahuan, dari skala..ke skala.. bersih dan sehat
keterangan :
1. meningkat
2. cukup meningkat sedang
3. cukup menurun
4. menurun

17
6. Kode : Peran menjadi orang tua (L.13120) Edukasi orang tua : Fase Bayi (I12400) Hal 76
D.0122 Hal 79 Tindakan :
Hal : 270 Setelah dilakukan tindakan Observasi
Kesiapan keperawatan selama…x…jam 6.1 identifikasi pengetahuan dan kesiapan orang tua belajar tentang perawatan bayi
peningkatan diharapkan masalah kesiapan Teraupetik :
menjadi orang peningkatan menjadi orang tua 6.2 berikan panduan tentang perubahan pola tidur bayi selama 1 tahun pertama
tua membaik 6.3 motivasi orang tua untuk berbicara dan membaca untuk bayi
Kriteria hasil : 6.4 lakukan kunjungan rumah sebagai program pemantauan dan pendampingan
1. Bounding attachment, dari pada orang tua
skala..ke skala… Edukasi
2. Perilaku positif menjadi orang tua, 6.5 jelaskan nutrisi pada bayi
dari skala…ke skala… 6.6 anjurkan memegang, memeluk, memijat, bermain dan menyentuh bayi
3. Interaksi perawatan bayi, dari 6.7 ajarkan keterampilan merawat bayi baru lahir
skala…ke skala…
Keterangan :
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. meningkat

7. Kode : Tingkat ansietas (L.09093) Hal :132 Reduksi ansietas (I.09314) Hal :387
D.0080 Hal Setelah dilakukan tindakan Tindakan
180 keperawatan selama…x…jam Observasi :
Ansietas diharapkan masalah Ansietas menurun 7.1 monitor tanda-tanda ansietas
Kriteria hasil : Teraupetik :
1. Verbalisasai kebingungan, dari 7.2 temani pasien untuk mengurangi kecemasan
skala..ke skala.. 7.3 gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Verbalisasi khawatir terhadap 7.4 diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang

18
kondisi yang dihadapi, dari edukasi :
skala..ke skala.. 7.5 anjurkan keluarga tetap bersama pasien
3. Perilaku gelisah, dari skala..ke 7.6 anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
skala.. 7.7 latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
4. Perilaku tegang, dari skla..ke
skala..

Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. menurun

19
BOUNDING ATTACMENT

1.  Pengertian
Bonding attachment terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-
anak dan berada dalam ikatan kasih.
   2. Prakondisi yang mempengaruhi ikatan (Mercer, 1996), yaitu :
a. Kesehatan emosional orang tua
b. Sistem dukungan social yang meliputi pasangan hidup, teman,
c. dan keluarga
d. Suatu tingkat keterampilan dalam berkomunikasi dan dalam
e. memberi asuhan yang kompeten
f. Kedekatan orang tua dengan bayi
g. Kecocokan orang tua – bayi (termasuk keadaan, temperamen,
h. dan jenis kelamin)
   3. Tahap-Tahap Bonding Attachment
a. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,
berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
b. Bonding (keterikatan)
c. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain
   4. Elemen-Elemen Bonding Attachment
a. Sentuhan
b. Kontak mata
c. Suara
d. Aroma
e. Entrainment
f. Bioritme
g. Kontak dini
h. Body warmth (kehangatan tubuh)
i. Waktu pemberian kasih saying
j. Stimulasi hormonal
4. Prinsip-Prinsip & Upaya Meningkatakan Bonding Attachment
a. Menit pertama jam pertama
b. Sentuhan orang tua pertama kali
c. Adanya ikatan yang baik & sistematis
d. Terlibat proses persalinan
e. Persiapan PNC sebelumnya
f. Adaptasi
20
g. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam
h. memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu,
i. serta memberi rasa nyaman.
j. Fasilitas untuk kontak lebih lama
k. Penekanan pada hal-hal positif
l. Perawat maternitas khusus (bidan)
m. Libatkan anggota keluarga lainnya
n. Informasi bertahap mengenai bonding attachment
   5. Dampak positif yang dapat diperoleh dari boding attachment :
a. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan
b. sikap social
c. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
6. Hambatan Bonding Atatchment
a. Kurangnya support system
b. Ibu dengan resiko
c. Bayi dengan resiko
d. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan
   7. Perkembangan tingkah laku anak yang terhambat
- Tingkah laku stereotipe
- Sosial abnormal
- Kemunduran motorik, kognitif, verbal
- Bersikap apatis

21
PERAWATAN LUKA PERINEUM

1. Definisi

Merawat luka merupakan suatu usaha untuk mencegah trauma (injury) pada kulit,

membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur,

luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit (Ismail, 2019).

2.    Fase-fase Penyembuhan Luka

a. Fase inflamasi, berlangsung selama 1-4 hari

b. Fase proliferatif, berlangsung 5-20 hari

c. Fase maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau tahunan.(Ismail, 2019)

3.    Perawatan Luka Perineum

Perawatan luka perineum menurut APN adalah sebagai berikut:

a. Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.

b. Menghindari pemberian obat trandisional.

c. Menghindari pemakaian air panas untuk berendam.

d. Mencuci luka dan perineum dengan air dan sabun 3-4 x sehari.

e. Kontrol ulang maksimal seminggu setelah persalinan untuk pemeriksaan

penyembuhan luka.

4.    Penghambat Keberhasilan Penyembuhan Luka

a. Malnutrisi

Malnutrisi secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan luka,

meningkatnya dehisensi luka, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi, dan

parut dengan kualitas yang buruk.

b. Merokok

Nikotin dan karbon monoksida diketahui memiliki pengaruh yang dapat merusak

penyembuhan luka, dan bahkan merokok yang dibatasi pun dapat mengurangi

aliran darah perifer. Merokok juga mengurangi kadar vitamin C yang sangat

penting untuk penyembuhan.

22
c. Kurang tidur

Gangguan tidur dapat menghambat penyembuhan luka, karena tidur

meningkatkan anabolisme (sintesis molekul kompleks dari molekul sederhana),

dan penyembuhan luka termasuk ke dalam proses anabolisme. Jarang kita

temukan wanita baru melahirkan dapat menikmati waktu tidur sepenuhnya setiap

malam. Oleh karena itu semua klien bidan tersebut berisiko mengalami hambatan

penyembuhan luka.

d. Stres

Diduga bahwa ansietas dan stres dapat mempengaruhi sistim imun sehingga

menghambat penyembuhan luka.

e. Kondisi medis dan terapi

Berbagai kondisi medis dapat mempengaruhi kemampuan penyembuhan luka

pada wanita. Tanggap imun yang lemah karena sepsis atau malnutrisi, penyakit

tertentu seperti AIDS, ginjal, atau penyakit hepatik, atau obat seperti

kortikosteroid dapat menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengatur

faktor pertumbuhan, inflamasi, dan sel-sel proliferatif untuk perbaikan luka.

f. Asuhan kurang optimal

Berbagai aktifitas yang dilakukan pemberi asuhan dapat menghambat

penyembuhan luka yang efisien. Melakukan apusan atau pembersihan luka dapat

mengakibatkan organisme tersebar kembali di sekitar area, kapas, atau serat kasa

yang lepas ke dalam jaringan granulasi, dan mengganggu jaringan yang baru

terbentuk.(Boyle, 2018)

5.    Waktu Perawatan Perineum

Menurut Feerer (2018), waktu perawatan perineum adalah:

a. Saat mandi

b. Setelah buang air kecil

c. Setelah buang air besar


23
d. Dampak Perawatan Luka Perineum

Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut

ini:

a. Infeksi

b. Komplikasi

c. Kematian ibu post partum

6.    Tujuan Perawatan Luka

a. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membran

mukosa

b. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan

c. Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan

d. Membersihkan luka dari benda asing atau debris

e. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat. (Ismail, 2019).

7.    Konsep Dasar Luka Perineum

Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka adalah kerusakan

kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Ismail, 2019).

Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus

(Danis, 2019).

8.    Bentuk Luka Perineum

Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam, yaitu:

a. Rupture

Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan

secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses

persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek

sulit dilakukan penjahitan.

b. Episiotomi

Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara

vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi.


24
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan

terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum

rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum.

(Wiknjosastro, 2018).

c. Tipe episiotomi yang sering dijumpai, yaitu: Episiotomi medial dan Episiotomi

mediolateral

9. Komplikasi Episiotomi

Kurang dari 1% episiotomi atau laserasi mengalami infeksi. Laserasi derajat empat

memiliki risiko infeksi serius yang paling tinggi. Tepi-tepi luka yang berhadapan

menjadi kemerahan, seperti daging dan membengkak. Benang sering merobek jaringan

edematosa sehingga tepi-tepi luka nekrotik menganga yang menyebabkan keluaarnya

cairan serosa, serosanguinosa, atau jelas purulen. Lepasnya jahitan episiotomi paling

sering berkaitan dengan infeksi (Leveno, 2019)

25
PERAWATAN PAYUDARA

1. Pengertian

a. Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada

masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI (Sitti

Saleha, 2019).

b. Perawatan payudara adalah perawatan payudara setelah ibu melahirkan dan

menyusui yang merupakan suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara

agar air susu keluar dengan lancar (Suririnah, 2017).

c. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa

menyusui. Hal ini dikarenakan payudara merupakan satu-satu pengahasil ASI

yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan

sedini mungkin.

2. Tujuan perawatan payudara

a. Memelihara hygene payudara

b. Melenturkan dan menguatkan puting susu

c. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk kebutuhan bayi

d. Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir bentuk

payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik.

e. Dengan perawatan payudara yang baik puting susu tidak akan lecet sewaktu

dihisap oleh bayi.

f. Melancarkan aliran ASI

g. Mengatasi puting susu datar atau terbenam supaya dapat dikeluarkan sehingga

siap untuk disusukan kepada bayinya (Depkes RI, 2006).

3. Waktu pelaksanaan

1. Pertama kali dilakukan pada hari kedua setelah melahirkan

2. Dilakukan minimal 2x dalam sehari

26
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan perawatan payudara

a. Potong kuku tangan sependek mungkin,serta kikir agar halus dan tidak melukai

payudara.

b. Cuci bersih tangan dan terutama jari tangan.

c. Lakukan pada suasana santai,misalnya pada waktu mandi sore atau sebelum

berangkat tidur.

5. Persyaratan perawatan payudara

a. Pengurutan harus dikerjakan secara sistematis dan teratur minimal dua kali dalam

sehari.

b. Memperhatikan makanan dengan menu seimbang

c. Memperhatikan kebersihan sehari-hari

d. Memakai BH yang bersih dan bentuknya yang menyokong payudara

e. Menghindari rokok dan minuman beralkohol

f. Istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang

6. Alat yang digunakan

a. Minyak kelapa atau baby oil

b. Handuk kering

c. Washlap

d. Baskom

e. Air hangat dan air dingin

f. Cawan

7. Teknik perawatan payudara

a. Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil selama ± 5

menit, kemudian puting susu dibersihkan

b. Tempelkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara.

c. Pengurutan dimulai kearah atas, kesamping, lalu kearah bawah.Dalam pengurutan

posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kanan kearah sisi kanan.
27
d. Pengurutan diteruskan kebawah,kesamping selanjutnya melintang, lalu telapak

tangan mengurut kedepan kemudian kedua tangan dilepaskan dari payudara,ulangi

gerakan 20-30 kali

e. Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan kanan membuat gerakan

memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampai pada puting

susu.Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan, lakukan dua kali gerakan

pada tiap payudara.

f. Satu tangan menopang payudara, sedangkan tangan yang lain mengurut payudara

dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah putting susu. Lakukan tahap yang

sama pada kedua payudara. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.

g. Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin bergantian

selama ± 5 menit,keringkan payudara dengan handuk bersih kemudian gunakan

BH yang bersih dan menopang (Sitti Saleha,2009).

8. Faktor yang mendukung perawatan payudara 

a. Menjaga payudara agar tetap kering

b. Senam payudara

Manfaat senam payudara adalah menjaga otot dada sebagai penyangga, agar tetap

kencang, juga untuk mencegah payudara turun atau kendur sebelum waktunya.

Manfaat aerobik, seperti berjalan, joging atau naik sepeda dapat membantu

mendapatkan postur tubuh yang baik, sekaligus memperbaiki penampilan

payudara. Senam lainnya adalah mendayung, berenang, dan latihan aerobik yang

menggunakan alat – alat pemberat tangan serta beberapa gerakan yoga. Senam

ringan ini tidak menjamin perubahan bentuk dan ukuran payudara. Namun dengan

melakukan senam tersebut otot – otot dada akan menguat dan tampilan payudara

akan lebih padat dan indah.

c. Langkah – langkah yang dapat di lakukan pada senam payudara yaitu:

1) Pertemukan telapak tangan didepan belahan payudara.

2) Berdiri dengan tegak dan lakukan gerakan saling menekan.


28
3) Tahan selama 5 detik. Rileks dan ulangi gerakan tersebut 10 x.

4) Lengan bawah saling menggenggam. Cengkeram lengan bawah tangan dengan

telapak tangan kiri, dan lengan bawah kiri dengan telapak tangan kanan,

dengan posisi siku sebatas bahu.

5) Tarik – tarik kedua arah (kedalam dan keluar), jangan sampai terlepas ulangi

gerakan tersebut 10 x.

6) Pertemukan jari – jari kedua tangan anda di bawah dagu dan tekuk keduanya

dengan posisi saling mengunci, kemudian tariklah. Tahan selama 5 detik

ulangi gerakan ini 10 x.

d. Memijat payudara

1) Usap payudara, dimulai dengan payudara kanan, dengan gerakan ke atas,

menggunakan kedua telapak tangan.

2) Dengan sapuan telapak tangan, bentuk payudara agar menjulang dengan cara

mengusap – usap dari segala arah menuju ketengah (puting susu), kumpulkan

daging payudara kearah tengah, dengan mencubitnya.

e. Pemilihan dan perawatan bra.

Cara pemilihan bra meliputi Size atau ukuran, kawat, dan cup.Untuk perawatan

bra dapat dilakukan sendiri dan caranya pun juga sederhana.

1) Rendam bra dalam air sabun.

2) Cuci bra dengan sabun cuci air, hindari menggunakan mesin cuci karena dapat

merusak bentuk bra.

3) Apabila menghendaki mencuci dengan mesin, maka gunakan mesin yang

dapat di set hand wash.

4) Setelah dicuci langsung dijemur, hindari pengeringan menggunakan mesin

apalagi di peras, biarkan air menetes dari bra dengan sendirinya saat

digantung.

29
f. Perawatan payudara dengan masalah

1).  Puting Lecet

Untuk mencegah rasa sakit, bersihkan puting susu dengan air hangat ketika

sedang mandi dan jangan menggunakan sabun, karena sabun bisa membuat

puting susu kering dan iritasi.

2). Penyumbatan Kelenjar Payudara

Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian

perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hatilah pada area

yang mengeras. Menyusui sesering mungkin dan selama mungkin. Lanjutkan

dengan mengeluarkan air susu dari payudara itu setiap kali selesai menyusui

jika bayi belum benar-benar mengabiskan isi payudara yang sakit tersebut.

Kompres dengan menggunakan handuk hangat pada payudara yang sakit

beberapa kali dalam sehari.

3). Pengerasan Payudara

Menyusui secara rutin sesuai dengan kebutuhan bisa membantu mengurangi

pengerasan, tetapi jika bayi sudah menyusu dengan baik, ibu mungkin harus

melakukan sesuatu untuk mengurangi tekanan pada payudara. Sebagai contoh,

merendam kain dalam air hangat dan kemudian ditempelkan pada payudara

atau mandi dengan air hangat sebelim menyusui bayi. Untuk pengerasan yang

parah, gunakan kompres dingin atau es kemasan ketika sedang tidak menyusui

untuk mengurangi rasa tidak nyaman dan mengurangi pembengkakan.

g. Dampak tidak melakukan perawatan payudara

1) ASI tidak lancar

2) Puting susu tidak menonjol,sehingga bayi sulit menghisap

3) Produksi ASI sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi

4) Muncul bendungan payudara, mastitis, dan lain-lain

30
PIJAT OKSITOXIN

1. Definisi

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran

produksi ASI.Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang

(vertebrae) sampai tulang costae kelimakeenam dan merupakan usaha untuk

merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Yohmi & Roesli,

2019).

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau let down

reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin adalah

memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi

sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan produksi

ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2018).

Waktu kapan yang tepat untuk pijat oksitoksin yaitu kapanpun sang Ibu mau.

Jika memungkinkan/ada waktu, sebelum menyusui atau memerah ASI, lebih

disarankan. Atau saat pikiran Ibu sedang mumet, badan pegal-pegal juga boleh.

Cukup 3-5 menit saja persesi. Dipijat itu kan enak dan bikin rileks. Itu yang akan

merangsang oksitoksin. Dengan pumping setelah creambath di salon, hasilnya juga

pasti banyak.

 Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pijat

oksitosin merupakan tindakan yang dapat dilakukan pada ibu pasca seksio sesarea

untuk meningkatkan produksi ASI sehingga proses menyusui dapat terpenuhi.

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi ASI Ibu

Proses laktasi Menyusui tergantung pada gabungan kerja hormone, reflek dan

perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri dari faktorfaktor berikut

ini.

a.       Laktogenesis Laktogenesis (permulaan produksi susu) dimulai pada tahap akhir

kehamilan. Kolostrum disekresi akibat stimulasi sel-sel alveolar mamalia oleh

laktogen plasenta, suatu substansi yang menyerupai prolaktin. Produksi susu


31
berlanjut setelah bayi lahir sebagai proses otomatis selama susu dikeluarkan dari

payudara.

b.      Produksi susu Kelanjutan sekresi susu terutama berkaitan dengan:

1)      jumlah produksi hormone prolaktin yang cukup di hipofisis anterior dan

2)      pengeluaran susu yang efisien. Nutrisi maternal dan masukan cairan

merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas susu.

c.       Ejeksi susu Pergerakan susu dan alveoli (dimana susu disekresi oleh suatu proses

ekstrusi dari sel) kemulut bayi merupakan proses yang aktif di dalam payudara.

Proses ini tergantung pada let-down reflex atau reflex ejeksi susu. Let-down reflex

secara primer merupakan respon terhadap isapan bayi. Isapan menstimulasi

kelenjar hipofisis posterior untuk menyekresi oksitosin. Di bawah pengaruh

oksitosin, sel-sel di sekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui

system duktus ke dalam mulut bayi.

d.      Kolostrum Kolostrum kuning kental secara unik sesuai untuk kebutuhan bayi baru

lahir, kolostrum mengandung antibodi vital dan nutrisi padat dalam volume kecil,

sesuai sekali untuk makanan awal bayi. Menyusui dini yang efisien berkorelasi

dengan penurunan kadar bilirubin darah. Kadar protein yang tinggi di dalam

kolostrum mempermudah ikatan bilirubin dan kerja laksatif kolostrum untuk

mempermudah perjalanan mekonium. Kolostrum secara bertahap berubah

menjadi ASI antara hari ketiga dan kelima masa nifas.

e.       ASI Pada awal setiap pemberian makan, susu pendahulu mengandung lebih

sedikit lemak dan mengalir lebih cepat daripada susu yang keluar pada bagian

akhir menyusui. Menjelang akhir pemberian makan, susu sisa ini lebih putih dan

mengandung lebih banyak lemak. Kandungan lemak yang lebih tinggi pada akhir

pemberian makan memberikan bayi rasa puas. Pemberian makan yang cukup

lama, untuk setidaknya membuat satu payudara menjadi lebih lunak, memberi

cukup kalori yang dibutuhkan untuk meningkatkan jarak antar menyusui, dan

32
mengurangi pembentukkan gas dan kerewelan bayi karena kandungan lemak yang

lebih tinggi ini akan dicerna lebih lama

3. Standar operasional prosedur pijat oksitoksin:

a. Pengertian :menjaga kebersihan dan menjaga kelancaran aliran ASI

b. Tujuan:

1.      Menjaga atau mempelancar air ASI

2.      Mencegah terjadinya infeksi

c. Indikasi:ibu yang mempunyai bayi dan memberikan bayi secara eksklusif

d. Prosedur:

1. Persiapan sebelum dilakukan pijat oksitosin :

a)      Bangkitkan rasa percaya diri ibu (menjaga privacy)

b)      Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya.

2. Alat –alat yang digunakan:

a) 2 buah handuk besar bersih

b) Air hangat dan air dingin dalam baskom

c) 2 buah Waslap atau sapu tangan dari handuk

d) Minyak kelapa atau baby oil pada tempatnya

3. Persiapan perawat :

a)      Menyiapkan alat dan mendekatkan kepada pasien

b)      Membaca status pasien

c)      Mencuci tangan

4. Persiapan lingkungan :

a)      Menutuip korden atau pintu

b)      Pastikan prifasi pasien terjaga

5. Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut :

a)      Mencuci tangan

b)      Melepaskan baju ibu bagian atas

33
c)      Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa juga

dengan posisi duduk

d)     Memasang handuk

e)      Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil

f)       Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan

dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan

g)      Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk

gerakangerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya

h)      Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah bawah,

dari leher ke arah tulang belikat, selama 2-3 menit

i)        Mengulangi pemijatan hingga 3 kali

j)        Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara

bergantian.

34
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Post partum atau nifas (puerpenium) adalah masa setelah persalinan selesai yang

bermula dari lahirnya janin beserta plasentanya yang biasanya masa nifas ini

berakhir dalam waktu 6 minggu atau 40 hari hingga organ- organ kandungan

kondisinya kembali seperti sebelum hamil seperti penurunan tinggi fundus uteri

berada 3 jari dibawah pusat, Involusi uteri dimana uterus kondisinya kembali seperti

sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram (Anggraini, 2019; Munafiah, 2019; &

Widya, 2019).

B. Saran

1. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat harus memandang secara

menyeluruh sebagai makhluk bio, psiko, social dan spiritual.

2. Dalam melakukan perawatan kepada pasien perlu data yang tepat dan akurat dari

pasien, perawat harus dengan pendekatan yang efektif dan terapeutik.

3. Untuk mencapai tujuan dalam memberikan proses keperawatan khususnya

masalah yang dihadapi oleh pasien post partum, maka perawat harus membina

hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya.

35

Anda mungkin juga menyukai