Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ( POST PARTUS )

A. Konsep Post Partum (Nifas)

1. Pengertian Post Partum (Nifas)

Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta

dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang

berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut

berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis

dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak

menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan

yang baik

2. Klasifikasi Masa Post Partum

Menurut Hadijono (2008) Masa ibu post partum dibagi menjadi 3 bagian

yaitu :

1. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah

diperbolehkan berdiri dan berjalan

2. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara

menyeluruh dengan lama  6-8 minggu

3. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu

yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan

ataupun tahunan.

3. Perubahan Psikologis Masa Nifas

Adanya perasaan kehilangan sesuatu secara fisik sesudah

melahirkan akan menjurus pada suatu reaksi perasaan sedih.


Kemurungan dan kesedihan dapat semakin bertambah oleh karena

ketidaknyamanan secara fisik, rasa letih setelah proses persalinan, stress,

kecemasan, adanya ketegangan dalam keluarga, kurang istirahat karena

harus melayani keluarga dan tamu yang berkunjung untuk melihat bayi

atau sikap petugas yang tidak ramah (Maritalia, 2012).

Minggu- minggu pertama masa nifas merupakan masa rentan

bagi seorang ibu. Pada saat yang sama, ibu baru (primipara) mungkin

frustasi karena merasa tidak kompeten dalam merawat bayi dan tidak

mampu mengontrol situasi. Semua wanita akan mengalami perubahan

ini, namun penanganan atau mekanisme koping yang dilakukan dari

setiap wanita untuk mengatasinya pasti akan berbeda

Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:

(1) Kekecewaan pada bayinya

(2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami

(3) Rasa bersalah karna belum bisa menyusui bayinya

(4) Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya

Salah satu perubahan fisiologis masa nifas adalah perubahan sistem reproduksi dimana meliputi
perubahan corpus uterin, cervix, vulva dan vagina, serta otot-otot pendukung pelvis.

4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Dalam masa nifas, adapun beberapa perubahan fisiologis yang terjadi, yaitu:

1) Tanda-Tanda Vital

Satu hari (24 jam) pada post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5 – 38 °C)

akibatkerjakeraswaktumelahirkan, kehilangancairan,dankelelahan.Biasanya pada

hari ke-3suhubadannaik lagikarena adanyapembentukanASIdanpayudaramenjadi

bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun berarti
menandakan kemungkinan mengarah pada infeksi atau keadaan abnormal lainnya.

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Setelah melahirkan biasanya

denyut nadi akan lebih cepat. Tekanan darah biasanya tidak berubah.Tekanan darah

yang rendah kemungkinan karena ada pendarahan, sedangkan tekanan darah tinggi

pada post partum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum.Keadaan

pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu tubuh dan denyut nadi (Dewi

dan Sunarsih, 2013).

2) Uterus

Pada uterus terjadi proses involusi. Involusi adalah proses kembalinya uterus ke

dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah

plasentakeluarakibatkontraksiotot-ototpolosuterus.Padakalatigapersalinan,uterus

berdadigaristengahkira-kira2cmdibawahumbilicusdenganbagianfundusbersandar

pada promontorium sakralis. Pada saat ini, besar uterus kira-kira sama besarsewaktu

kehamilan usia 16minggu dengan berat kira-kira 100 gr(Dewi dan Sunarsih, 2013).

Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan). Jika sampai 2

minggu postpartum,uterusbelummasukpanggul, dapat dicurigaiterjadisubinvolusi.

Subinvolusi disebabkan oleh infeksi atau perdarah lanjut (late postpartum

haemorhage).Secara garisbesar, uterus akanmengalami pengecilan (involusi)secara

berangsur-angsur sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil (Suherni dkk,

2009).

3) Perubahan Tinggi dan Berat Uterus Saat Masa Nifas

5) Perubahan Vagina dan Perineum

a) Vagina

Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan atau
kerutan-kerutan) kembali.

b) Perubahan pada perineum

Terjadirobekanperineumpadahampirsemuapersalinanpertamadantidakjarang

juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah

dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat,sudut arkus pubislebih kecil

daripada biasa, kepala janinmelewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih

besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika. Perlu dilakukan penjahitan dan

perawatan dengan baik dan benar bila ada laserasi lahir atau bekas luka episiotomi

(Suheni dkk, 2009).

6) Perubahan Sistem Pencernaan

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah

ibumelahirkan.Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot ususmenurun (selama

proses persalinan dan pada awal masa post partum), diare sebelum persalinan, enema

sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Kebiasaan BAB teratur perlu

dilakukan kembali setelah tonus otot kembali normal, perlu dilatih kembali untuk

merangsang pengosongan usus

7) Perubahan Sistem Perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung pada

keadaan/status sebelum persalinan, lamanya partus kala 2 dilalui, dan besarnya tekanan

kepala yang menekan pada saat persalinan


5. Pathway
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan kegiatan menganalisis informasi, yang dihasilkan dari

pengkajian skrining untuk menilai suatu keadaan normal atau abnormal, kemudian

nantinya akan digunakan sebagai pertimbangan dengan diagnosis keperawatan

yang berfokus pada masalah atau resiko. Pengkajian harus dilakukan dengan dua

tahap yaitu pengumpulan data (informasi subjektif maupun objektif) dan

peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medik (Nanda, 2017). Tahap

pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisasi

dan meliputi empat aktivitas dasar atau elemen dari pengkajian yaitu pengumpulan

data secara sistematis, memvalidasi data, memilah, dan mengatur data serta

mendokumentasikan data dalam format (Tarwoto & Wartonah, 2015).

Terdapat 14 jenis subkategori data yang harus dikaji di dalam pengkajian

asuhan keperawatan yakni respirasi, sirkulasi, nutrisi atau cairan, eliminasi,

aktivitas atau latihan, neurosensori, reproduksi atau seksualitas, nyeri atau

kenyamanan, integritas ego, pertumbuhan atau perkembangan, kebersihan diri,

penyuluhan atau pembelajaran, interaksi sosial, dan keamanan atau proyeksi (Tim

Pokja SDKI PPNI, 2017). Dalam hal ini, masalah yang diambil termasuk ke dalam

kategori perilaku dan subkategori penyuluhan dan pembelajaran.


Pengkajian yang dilakukan pada masa nifas terdiri dari Biodata klien yang

mencakup identitas klien, keluhan utama yang berkaitan dengan masa nifas, riwayat

kesehatan, riwayat perkawinan, riwayat obstetric, riwayat KB, data pengetahuan,

pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari, pemeriksaan fisik dan data penunjang

(Ambarwati & Wulandari, 2010)


Menurut Nugroho (2014), pengkajian yang dilakukan pada ibu postpartum

meliputi biodata klien, riwayat obstetrik, riwayat haid, riwayat perkawinan, riwayat

KB dan pemeriksaan fisik.

a. Biodata klien

Biodata yang mencakup identitas klien tentang : nama, umur, pendidikan,

pekerjaan, suku/bangsa, agama, alamat, no. medical record, nama suami, umur

suami, pendidikan suami, pekerjaan suami, suku/bangsa suami, alamat dan tanggal

pengkajian (Nugroho et al., 2014)

b. Keluhan utama

Keluhan utama diperlukan untuk mengetahui masalah yang berkaitan dengan

masa nifas, misalnya klien merasa mulas, sakit pada jalan lahir karena adanya

jahitan pada perineum (Ambarwati & Wulandari, 2010)

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan yang lalu

Data yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau

penyakit akut, kronis seperti : jantung, hipertensi, asma, yang dapat mempengaruhi

pada masa nifas ibu.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Data-data kesehatan sekarang pada ibu nifas diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya

dengan masa nifas dan bayinya.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh

penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan padien dan bayinya, yaitu apabila

ada penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati & Wulandari, 2010)


d. Riwayat haid

Umur menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, siklus haid,

hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus (Nugroho et al., 2014)

e. Riwayat perkawinan

Berapa kali menikah? status menikah syah atau tidak? (Nugroho et al., 2014)

f. Riwayat obstetrik

1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan

yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu (Ambarwati & Wulandari,

2010).

2) Riwayat persalinan sekarang

Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi

panjang badan, berat badan, penolong persalinan (Ambarwati & Wulandari, 2010)

g. Riwayat KB

Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi

yang pernah digunakan, keluhan yang dirasakan ketika menggunakan kontrasepsi,

kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana penambahan anggota

keluarga dimasa mendatang (Ambarwati & Wulandari, 2010).

h. Data pengetahuan

Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah

melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas (Ambarwati &

Wulandari, 2010)

i. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

1) Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum yang meliputi nafsu makan,
frekuensi, banyak, jenis makanan dan juga makanan pantangan.

2) Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar dan

kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, warna dan baru,

apakah terjadi diuresis setelah melahirkan, apakah terjadi retensi urine karena takut

luka episiotomi, apakah perlu bantuan, dan kebiasaan penggunaan toilet.

3) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,

kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, kebiasaan tidur siang, penggunaan

waktu luang.

4) Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama

pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.
5) Aktivitas

Pada pola ini dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Apakah ibu

melakukan ambulansi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau

sendiri (Ambarwati & Wulandari, 2010)

j. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : tingkat kesadaran.

2) BB, TB, LLA, tanda vital normal (RR konsisten, nadi cenderung bradikardi,

suhu 36,5-37,5 derajat celcius, respirasi 16-24x/menit)

3) Kepala : rambut, wajah, mata (conjungtiva), hidung, mulut, fungsi pengecapan,

pendengaran, dan leher.

4) Payudara : pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan

putting susu, stimulation nepple erexi, kepenuhan atau pembengkakan,


benjolan, nyeri, produksi laktasi atau kolostrum, perabaan pembesaran kelenjar

getah bening di ketiak.

5) Abdomen : teraba lembut, kenyal, muskulus rektus abdominal untuh atau

terdapat diastasis, distensi, striae, tinggi fundus uteri, konsistensi, lokasi,

kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.

6) Anogenital : lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin,

kencur), adalah hematom, nyeri, tegang. Perineum : keadaan luka episiotomy,

ekimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochea (warna, jumlah, bau,

bekuan darah atau konsistensi), anus : hemoroid dan thrombosis pada anus.

7) Muskuloskeletal : tanda human, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi, dan

kekuatan otot.
Dalam pengkajian pada ibu postpartum primipara dengan defisit pengetahuan

tentang perawatan payudara, yang menjadi fokus pengkajiannya adalah dalam data

pengetahuan dan pemeriksaan fisik ibu. Menurut Tim Pokja SDKI PPNI (2017),

gejala dan tanda mayor minor yang menyertai klien dengan defisit pengetahuan

adalah sebagai berikut :

Gejala dan tanda mayor :

1) Subjektif :

a. Menanyakan masalah yang dihadapi.

2) Objektif :

a. Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran.

b. Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah.

Gejala dan tanda minor :

1) Subjektif :

(tidak tersedia)
2) Objektif :

a. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat.

b. Menunjukkan perilaku berlebihan (missal apatis, bermusuhan, agitasi,

hysteria).

2. Masalah Keperawatan

Nyeri akut B.D agen pencedera fisik : ( Mis , abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur oprasi,, trauma,, latihan fisik berlebihan

3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Perencanaan


Keperawatan
SLKI Keperawatan
SDKI
SIKI

1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan


dengan agen pencedera
fisik : prosedur operasi intervensi Manajemen Nyeri
ditandai dengan keperawatan
Observasi
- pasien mengeluh selama 3 x 24 jam, a. Identifikasi lokasi, karakteristik
nyeri diharapkan tingkat durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
- tampak meringis nyeri nyeri

- bersikap menurun dan kontrol


protektif b. Identifikasi skala nyeri

- gelisah nyeri meningkat c. Identifikasi respons nyeri non verbal


dengan
d. Identifikasi faktor yang
kriteri hasil : memperberat dan memperingan nyeri

a. Tidak mengeluh e. Identifikasi pengetahuan dan


nyeri keyakinan tentang nyeri
b. Tidak meringis f. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
c. Tidak bersikap
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada
protektif kualitas hidup
d. Tidak gelisah h. Monitor keberhasilan terapi
e. Kesulitan tidur komplementer yang sudah diberikan
menurun i. Monitor efek samping penggunaan
f. Frekuensi nadi analgetikTerapeutik
membaik j. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat dingin, terapi bermain

k. Kontrol lingkungan

yang memperberat rasa

nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,


kebisingan

l. Fasilitasi istirahat dan tidur.


Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi

n. Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri

o. Jelaskan strategi meredakan nyeri

p. Anjurkan memonitor nyeri secara


mandiri

q. Anjurkan menggunakan analgetik


secara tepat
r. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeriKolaborasi

s. Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu

4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan
komponen keempat dari proses
keperawatan setelah merumuskan
rencana asuhan keperawatan.
Implementasi

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan komponen keempat dari proses


keperawatan setelah merumuskan rencana asuhan keperawatan. Implementasi

keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan dimana tindakan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dalam asuhan

keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2010). Intervensi

keperawatan yang sudah direncanakan berdasarkan Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI) dilaksanakan pada tahap implementasi keperawatan.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan menurut Kozier (2010) adalah fase kelima atau

terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses

dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik

selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah

program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan.

Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif,


objektif, assesment, planing) (Achjar, 2010). Adapun komponen SOAP yaitu S

(subjektif) dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih dirasakan setelah

dilakukan tindakan keperawatan, O (objektif) adalah data yang berdasarkan hasil

pengukuran atau observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan

pasien setelah tindakan keperawatan, A (assesment) adalah interpretasi dari data

subjektif dan objektif, P (planing) adalah perencanaan keperawatan yang akan

dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan

keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya (Nikmatur & Saiful, 2012).

Evaluasi keperawatan terhadap pasien yang mengalami nyeri akut yang diharapkan

adalah :

a. Tidak mengeluh nyeri

b. Tidak meringis

c. Tidak bersikap protektif

d. Tidak gelisah
e. Kesulitan tidur menurun

f. Frekuensi nadi membaik

g. Melaporkan nyeri terkontrol

h. Kemampuan mengenali onset nyeri meningkat

i. Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat

j. Kemampuan menggunakan teknik non-farmakologis meningkat


DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. In Nyeri Akut
(1st ed., p. 172). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016b). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1 (1st ed.). Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai