KONSEP TEORI
h. Penatalaksanaan
Berdasakan kemenkes RI (2013), adapun penatalaksanaan yang dapat
dilakukan untuk anemia dalam kehamilan adalah sebagai berikut:
1) Penatalaksanaan Umum
a) Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan
apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah.
b) Bila pemeriksaan apusan sel darah tepi tidak tersedia, berikan
suplementasi besi dan asam folat. Tablet yag saat ini banyak tersedia di
puskesmas adalah tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi
elemental dan 250 µg asam folat. Pada ibu hamil dengan anemia tablet
tersebut dapat diberikan 3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul
perbaikan, lanjutkan pemeberian tablet sampai 42 hari
pascasalin.Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat
kadar hemoglobin tidak meningkat,rujuk pasien ke pusat pelayanan
yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia .
2) Penatalaksanaan khusus
a) Bila tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang tentukan penyebab
anemia berdasarkan hasil pemeriksaan darah periffer lengkap dan
apusan darah tepi.
b) Anemia mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada keadaan :
(1) Defisiensi besi : lakukan pemeriksaan ferritin. Apabila ditemukan
kadar ferritin < 15 ng/ml, maka berikan terapi besi dengan dosis
setara 180 mg besi elemental perhari. Apabila kadar ferritin
normal,lakukan pemeriksaaan SI (Serum iron) dan TBC
(Transferrin Iron Binding Capacity).
(2) Thalasemia : jika pasien dicurigai menderita thalassemia perlu
dilakukan tatalaksana bersama dokter spesialis penyakit dalam untk
perawatan yang lebih spesifik.
c) Anemia normositik normokrom dapat ditemukan pada keadaaan :
(1) Perdarahan: tanyakan riwayat dan cari tanda dan gejala
abortus,mola, kehamilan ektopik, atau perdarahan pasca persalinan.
(2) Infeksi Kronik
d) Anemia makrositik hiperkrom dapat ditemukan pada keadaan :
Defisiensi asam folat dan vitamin B12: Berikan asam folat 1 x 2 mg
dan vitamin B12 1 x 250 -1000µg.
e) Transfusi pada anemia dilakuakan pada psien dengan kondisi berikut:\
(1) Kadar Hb < 7 g/dl atau kadar hematocrit < 20%
(2) Kadar Hb < 7 g/dl dengan gejala klinis : pusing,pandangan
berkunang –kunang ,atau takikardia (frekuesi nadi 100 > 100 x per
menit).
f) Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan
memantau pertambahan tinggi fundus uteri,melakukan pemeriksaan
USG ,dan memeriksa denyut jantung janian secara berkala.
i. Pencegahan
Hal yang dapat dilakukan untuki mencegah anemia ssat hamil adalah sebagai
berikut:
1) Pastikan untuk mendapatkan berbagai jenis makanan dengan kalori
seimbang. Melengkapiu diit dengan zat besi,vitamin dan terutama asam
folat.Mengkonsumsi 400 mg asam folat saat hamil penting untuk
mengurangi resiko memiliki anak dengan spinabifida( cacat tulang
belakang).Sumber besi yang baik adalah daging sapi.roti utuh dan
sereal,telur ,bayam, buah kering dan lain-lain. Untuk menyerap jumlah zat
besi maksimal dari makanan, akan lebih mudah penyerapanya dengan
mengkonsumsi vitamin C. Contoh maknan yang mengandung viamin C
adalah sayuran mentah, lemon, jeruh nipis,dan lain –lain. Selain itu
maknan yang akan kaya asam folat termasuk kacang-kacangan,brokoli,
daging sapi, asparagus, dan lain-lain (Carter,2015).
2) Mengurangi maknna dan minuman yag dapat menghambat proses
penyeraan zat besi, seperti makna yang mengandung senyawa tannin, asam
fifat dan senyawa fenolik. Ketiga sumber makanan ini banyak terdapat
pada tumbuhan , senyawa tannin banyak terkandung pada the dan kopi.
Senyawa fenolik terdapat pada kentang ,apel, pir, pisang dan lain-lain.
Asam fifat banyak terkandung dalam kacang buncis,tahu,kacang almond
dan lain-lain (“Asam Fifat” 2014; Pardede,2013;Tarwoto,2007).
3) Istirahat yang cukup dan hindari aktivitas yang berat (Tarwoto,2007).
4) Rajin melakukan pemeriksaan ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
menghindari resiko komplikasi pada kehamilan dan persalianan, dengan
melakuakna kunjungan antenatal komperhensif yang berkualitas minimal 4
kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suami/ pasangan atau
anggota keluarga (Kemenkes RI,2013).
j. Karakteristik ibu hamil yang mempengaruhi anemia
Menurut Nasyidah (2011); Prakash,Yadav,Bhardwaj & Chaudhary (2015) dan
savadogo,Salimata,Tamini & Kinda (2014), karakteristik ibu hamil yang
mempengaruhi anemia seperti:
1) Umur
Umur ibu hamil dengan rentan (<2 thn -> 35 thn) masuk pada kategori
beresiko tinggi,usia < 20 thn belum siap untuk memperhatikan lingkungan
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan janin. Organ reproduksi dianggap
belum mature untuk tumbuh kembang janin. Disamping itu akan terjadi
kompetesi makanan atar janin dan ibunya sendiri yang masih dalam
pertumbuhan dan adaya pertumbuhan hormonal yang terjadi selama
kehamilan. Umur > 35 tahun cenderung mengalami anemia,hal ini
disebabkan adanay penagruh turnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat
masa fertilitasi.
2) Pendidikan
Pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih
mengetahui,memahami pentingnya pemeriksaan dan menjaga selama
kehamilan serta mengetahui aturan-aturan yang harus dilakukan untuk
merawat kehamilan dan persalinan,asupan nutrisi ibu dan janinya
terpenuhi dengan tepat.
3) Pekerjaan
Status pekerjaan yang padat aan mempengaruhi kesempatan ibu untuk
memeriksakan kehamilan kunjungan ANC. Akibat status pekerjaan yang
padat menyebabkan ibu tidak memperhatikan tentang kondisi tubuh
apabila kelelahan, asupan nutrisi dan istirahat yang harus terpenuhi setiap
harinya maka beresiko mengalami anemia.
4) Gravida
Seorang ibu yang sering hamil mempunyai resiko mengalami anemia pada
kehamilan berikutnya tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Sementara
ibu yang hamil pertama kali beresiko pula karena belum memiliki
pengalaman sehingga berdampak pada perilaku yang berkaitan dengan
asupan nutrisi.
5) Paritas
Paritas memberi pengauh pada kehamilan sebab pada kehamilan
memerlukan tambanhan zat besi yang banyak untuk memnuhi kebutihan
ibu dan janin. Pada ibu yang melahirkan > 4 kali terjaadi penurunan fungsi
organ reproduksi sehingga mengalami kehamilan risiko tinggi.
2. Konsep Sectio Caesaria
a. Pengertian sectio caesaria
Sectio caesaria (SC) yaitu suatu tindakan untuk melahirkan bayi melalui
tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim yang
disebabkan karena bayi tidak bisa lahir pervaginam. Jadi seksio sesariayaitu
tindakan yang dilakukan untuk melahirkan bayi melalui dinding perut dan
dinding rahim dikarenakan bayi tidak bisa lahir dengan persalinan pervaginam
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, sectio caesaria juga
Plasenta previa adalah kondisi plasenta menutupi jalan lahir. Pada kondisi
Panggul sempit adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan
ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan “jalan” yang harus
dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Panggul sempit lebih sering
terjadi pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm. setiap wanita
2003).
ukuran panggul.
4) Ruptur uteri
dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat yang
dan putar paksi selama 2 jam terakhir. Penyebab partus tak maju antara
lain adalah kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan
partus yang salah, janin besar atau ada kelainan kongenital, primitua,perut
9) Hipertensi
atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka
a) Letak lintang
jika pnggul terlalu sempit, seksio sesaria adalah cara terbaik dalam
semua kasus letak lintang dengan janin hidup dan ukuran normal.
sempit.
Multipara dengan janin letak lintang dapat lebih dlu dicoba ditolong
Panggul sempit
Primigravida
c) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) jika reposisi dan cara-cara
lain berhasil
Pada umunya buang air besar pada ibu post SC terjadi pada hari
ketiga. Biasanya, banyak wanita menjadi sembelit setelah
Setelah dari ruang operasi pasien akan dibawa keruang pemulihan. Di ruang
sirkulasi pernafasan, tekanan darah, suhu tubh, jumlah uurin ang tertampug dikantong
urin, jumlah darah dala tubuh, serta jumlah darah dan bentuk cairan lokhea. Ini untuk
berlebihan. Kondisi rahim (uterus) juga akan diperiksa untuk memastikan bahwa
keduannya dalam kondisi yang normal. Selain itu, dokter juga akan memantau
Semua pemantauan ini untuk mengetahui kondisi ibu dan bayinya. Ketidak
tubuh yang muncul, serta semua alat monitoring tadi, termasuk apakah ibu
dapat menyusui bayinya atau tidak. Oleh karena itu, pemeriksaan dan
Biasanya, pemeriksaan akan dilakukan setiap empat jam sekali pada hari
pertama dan kedua, dan dua kali sehari pada hari ketiga sampai sampai saatnya
Setelah operasi, ibu juga tidak boeh langsung minum atau makan, kedua
hal itu baru boleh dilakukan, jika fungsi organ pencernaan sudah kembali
normal. Umumnya, fungsi gastrointestinal (organ pencernaan) akan kembali
normal dalam 12 jam setelah operasi. Awalnya pasien akan diberikan diet
cairan sedikit demi sedikit, baru kemudian makanan padat beberapa saat
membutuhkan rawat inap yang lama dirumah sakit. Hal ini tergantung cepat
waktu 3-5 hari setelah operasi. Pada hark ke-5, apabila tidak ada komplikasi,
perlumen dapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar
glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap
seorang wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang hamil. Diabetes
mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai “unmasked” atau baru
ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri
gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat
bayi lahir mati, dan riwayat abortus berulang. Angka lahir mati terutama pada
membuat kerja insulin menjadi tidak efektif. Karena kerja insulin membantu
penyerapan glukosa oleh sel-sel tubuh tidak efektif, akibatnya jumlah glukosa
1) Pola Makan
berlebihan tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah yang cukup
Diabetes militus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen
penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut hal itu didominasi defect
hal ini juga akan memicu naiknya kadar gula di dalam darah. Sedangkan
oleh sel-sel beta ( yang mengsekresi insulin dalam darah) pankreas akibat
energi dan tidak dapat diubah dalam bentuk glikogen. Hal ini
insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler. Insulin yang diproduksi sel-sel
dalam sel. Apabila insulin tidak cukup / tidak efektif, glukosa berakumulasi
ginjal menyekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya untuk
(polidipsi). Penurunan berat badan akibat pemecahan lemak dan jaringan otot,
dan II biasanysa dikenal sebagai sindrom yang disebabkan oleh faktor genetik.
Diabetes biasanya diwariskan sebagai sifat resesif, tetapi muncul sebagai sifat
cepat, obesitas, infeksi, pembedahan, krisis emosi dan tumor atau infeksi
bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara
tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin
hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin,
sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian
kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain
makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut
mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan
akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah / fungsi insulin menjadi tidak
(kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi
dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi
6) Gatal
7) pandangan kabur
9) Pusing
10) Mual
insulin dalam mengatur kadar gula darah. Kondisi ini menyebabkan suatu
kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut sebagai resisten insulin.
Sehingga menimbulkan dampak peningkatan kadar glukosa pada ibu hamil
(Rahayu,2016).
tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana fungsi insulin menjadi tidak
gula darah tinggi, tetapi kadar insulin tetap tinggi. Melalui difusi terfasilitasi
dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi kandungan
makrosomia(Rahayu,2016).
Body Mass Index (BMI) tinggi, usia yang lebih tua, multiparitas. Dengan ini,
Hal ini adalah karena ibu yang hiperglikemia dapat menyebabkan janin
hyperinsulinemia.
risiko intoleransi glukosa, diabetes, dan obesitas. Komplikasi pada ibu GDM
sactio caesaria. Hipertensi ini mungkin terkait dengan resistensi insulin. Oleh
dapat membantu mencegah komplikasi ini. Tidak hanya itu, wanita dengan
dua cara yaitu dengan terapi non farmakologi dan terapi farmakologi :
1) Terapi Farmakologi
a) Insulin
2007).
Kekurangan energi kronis atau KEK pada ibu hamil merupakan kondisi
ketika tubuh memiliki berat badan dan penyimpanan energi yang rendah.
a. Pengertian
WHO, ibu hamil dengan KEK akan memiliki indeks massa tubuh (BMI)
kurang dari 18,5 kg/m2.Faktor yang mempengaruhi KEK pada ibu hamil
dapat berupa makan terlalu sedikit atau pola makan yang tidak seimbang
terjadinya malnutrisi yang berujung pada kekurangan energi kronis. Salah satu
yang serupa dengan morning sickness. Hanya saja, gejala yang dialami bisa
Ibu hamil yang mengalami masalah ini dapat mengalami mual dan
kesehatan janin
Hingga saat ini, belum ada satu teori yang pasti, yang menjadi
dasar terjadinya preeklampsia. Namun dari sejumlah studi yang telah
dilakukan, etiologi preeklampsia mengarah pada plasenta.
Hipotesis yang digunakan saat ini adalah preeklampsia merupakan
sindromapenyakit dengan 2 tahap (Cunningham et al., 2010). Tahap I
merupakan keadaanpreklinis yang ditandai dengan gagalnya remodeling
arteri spiralis oleh sel-seltrofoblas dan menyebabkan hipoksia plasenta.
Hal ini kemudian menyebabkan
pasien masuk ke dalam tahap II yang ditandai dengan respon inflamasi
sistemikyang diperantarai oleh aktivasi endotel.
Cunningham dkk (2010) menyatakan bahwa preeklampsia
merupakan puncak
dari sejumlah faktor yang melibatkan ibu, plasenta, dan janin. Berikut
adalah faktor-faktor yang dianggap penting dalam terjadinya
preeklampsia :
a) Implantasi plasenta dengan invasi abnormal dari sel-sel trophoblas ke
arteri spiralis.Pada kehamilan normal, arteri spiralis akan mengalami
remodeling sebagaiakibat dari invasi sel-sel sitotrophoblas. Sel-sel
sitotrophoblas akan menggantikanendotel pada arteri spiralis beserta
tunika medianya. Remodeling ini menyebabkanlumen arteri spiralis
menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan memilikitahanan yang
lebih kecil, sehingga memungkinkan terjadinya perfusi yang lebih
baik pada plasenta (Lindheimer et al., 2009 ; Cunningham et al.,
2010).Namun hal ini rupanya tidak terjadi pada kasus preeklampsia.
Remodelingyang terjadi pada preeklampsia ternyata hanya sebatas
pada pembuluh darah didesidua, tidak mencapai pembuluh darah di
miometrium. Ini dikenal denganIncomplete Trophoblastic Invasion.
Diameter lumen arteri spiralis tidak sebesarpada kehamilan normal.
Ini menyebabkan kondisi hipoksia pada plasenta yangpada akhirnya
menyebabkan terlepasnya debris-debris plasenta, masuk ke dalam
sirkulasi ibu, dan menimbulkan respon inflamasi sistemik pada ibu
(Cunninghamet al., 2010)
b) Maladaptasi dari respon imun ibu terhadap jaringan ayah (plasenta)
danjaringan janin.Secara fungsional, respon imun manusia terbagi
menjadi 2, yaitu innateimmune response atau respon imun bawaan
dan adaptive immune response ataurespon imun adaptif/yang didapat.
Respon imun adaptif ini yang banyak berperandalam hal diterima
atau tidaknya hasil konsepsi.
Respon imun maternal-placental tergantung pada antingen Major
Histocompatibility (MHC) yang diekspresikan oleh sel-sel trofoblas,
dan inilahyang membedakan dengan sel-sel somatik lainnya, karena
sel-sel sitotrofoblastidak mengekspresikan antigen HLA-A atau
HLA-B (MHC tipe 1a) atau HLA-D(MHC tipe 2). Ketiga antigen ini
merupakan stimulator utama dari responpenolakan jaringan (dalam
hal ini penolakan hasil konsepsi) yang diperantaraioleh sel T. Namun
demikian, sel-sel sitotrofoblas mengekspresikan HLA-C (MHC
tipe 1a) dan sejumlah MHC klas 1b non-klasikal yaitu HLA-E dn
HLA-G(Lindheimer et al., 2009).
Disebutkan bahwa uterus (desidua) adalah suatu jaringan yang unik,
yangberbeda dengan jaringan lain dalam hal imunitas. Selama fase
luteal, desidua akandiinfiltrasi oleh leukosit, dimana 75% dari
leukosit tersebut adalah Natural KillerCells. Natural Killer Cells
yang ada di uterus (uNK) membawa receptor yangnantinya akan
berinteraksi dengan HLA yang diekspresikan oleh sel-
selsitotrofoblas. HLA-C adalah ligand untuk Killer Immunoglobulin-
like Receptors(KIR) yang diekspresikan oleh uNK sendiri. HLA-G
akan berikatan denganInhibitory Leucocyte Immunoglobulin-like
Receptors (LIR-1 dan LIR-2) yangdiekspresikan oleh monosit, NK-
sel, sel T, dan makrofag.Redman et al (2009) meneliti kemungkinan
peran maladaptasi dari responimun ibu dalam patofisiologi
preeklamsia. Pada awal kehamilan yang ditakdirkan
untuk menjadi preeklampsia, sel-sel trofoblas mengekpresikan
HLAG dalamjumlah yang lebih kecil daripada kehamilan normal.
Hal ini berkontribusiterhadap remodeling arteri spirales yang kurang
baik.
c) Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau
inflamasiyang terjadi.Respon inflamasi yang terjadi pada
preeklampsia adalah kelanjutan dariperubahan tahap I yang
disebabkan oleh remodeling arteri spirales yang tidaksempurna.
Remodeling yang tidak sempurna menyebabkan plasenta menjadi
hipoksia dan melepaskan mediator-mediator yang akan memicu
aktivasi selendotel ibu (disfungsi sel endotel).
Sel endotel adalah adalah sel yang melapisi pembuluh darah, terletak
diantara otot polos pembuluh darah dan darah yang bersirkulasi di
dalamnya. Selendotel mampu mengeluarkan berbagai molekul-
molekul signal yang langsungmasuk ke dalam sirkulasi dan
menyebar ke seluruh organ. Sel endotel berfungsimengatur tonus
vaskular, permeabilitas vaskular, koagulasi, dan sebagai target
dari sel-sel imun. Tonus vaskular dipertahankan oleh endotel di
bawah pengaruhdari vasokonstriktor (seperti endothelin dan
tromboxan A2) dan vasodilator(seperti Nitric Oxide, prostacyclin),
sementara fungsi koagulasi terjadi sebagaiakibat dari keseimbangan
antara pro-koagulan dan antikoagulan, danpermeabilitas vaskular
dipertahankan oleh sel endotel dengan adanya endothelial
tight junction. Disfungsi endotel maternal dipercaya menyebabkan
vasospasme,microtrombosis, dan peningkatan permeabilitas vaskular
yang nantinya akanmenjadi tanda dan gejala dari ibu dengan
preeklampsia. (Taylor et el., 2009)
d) Faktor-faktor genetic
IBU HAMIL
ANC TERPADU
PENAPISA
PE NNN
L
NORMAL KURANG ANEMIA Hb< KEK+A KEK+Penya
A
GIZI/KEK 11 NEMIA kit
Y
A
N Edukasi Edukasi Konseling Tatalaksana Tatalaksana
Konseling Konseling bumil KEK bumil KEK
TATALAKSAN TTD 2
Pantau BB Pantau BB dan Anemia dan penyakit
A tablet/hari(
Pantau janin Pantau janin pantau
PMT dalam 1
bulan)
Kehamilan Resiko
Tinggi
-Budaya
- Pengalaman
Perilaku
- Sosial Ekonomi
Deteksi dini kehamilan
resiko tinggi
Kemampuan intelektual
Pucat,lelah,lemah,pusing,jantung
berdebar,sesak nafas,dan kehilangan
nafsu makan
Ibu Hamil KEK
Keteraturan ibu
melakukan ANC
Penerapan Metode
ANC Aktif
Penurunan RISTI
BUMIL
Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelskan keterkaitan antaravariabel dimana,kerangka konsep akan
memebantua penelitian menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam,
2016).Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah maslah penelitian dan merupakan
refleksi dari hubungan variabel –variabel yang diteliti (swarjana,2015). Adapun variable yang
diteliti adalah Penerapan Metode ANC aktif masa pandemic COVID-19 terhadap keteraturan ibu
melakukan ANC dan penurunan Risti bumil di Puskesmas pranggang.
Penerapan Metode ANC Aktif masa pandemic COVID-19 dapat mempengaruhi
keteraturan ibu melakukan ANC dan penurunan risiko tinggi, diharapkan dengan metode ini bisa
meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu hamil sehingga kejadian bumil risti dapat ditekan.
Hipotesis Penelitian
1. Terdapat pengaruh antara penerapan metode ANC aktif masa pandemi COVID-19 terhadap
keteraturan ibu melakukan ANC
2. Terdapat pengaruh penerapan metode ANC aktif masa pandemi COVID-19 terhadap
penurunan risti bumil.
3. Terdapat pengaruh antara penerapan metode ANC aktif masa pandemi COVID-19 terhadap
keteraturan ibu melakukan ANC dan Penurunan risti