Anda di halaman 1dari 61

BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Kehamilan Normal


A. Pengertian kehamilan
Beberapa pengertian dari kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Kehamilan merupakan waktu transisi,yakni suatu masa antara kehidupan sebelum
memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti
setelah anak tersebut lahir (Sukarni dan wahyu,2013).
2. Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin.Lamanya hamil normal 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari).Kehamilan
ini dibagi atas 3 trimester yaitu: kehamilan trimester 1 mulai 0-14
minggu,kehamilan trimester 2 mulai 14 -28 minggu,dan kehmilan trimester 3 yaitu
28-42 minggu (yuli,2017)
B. Proses kehamilan
1. Fertiisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi sat oosit sekunder yang mengandung ovum
dibuahi oleh sperma atau terjadi penyatuan ovum dan sperma.Penetrasi zona
pelusida memungkinkan terjadinya kontak antara spermatozoa dan membrane
oosit.Membran sel germinal segera berfungsi dan sel sperma berhenti
bergerak.Tiga peristiwa penting terjadi dalam oosit akibat peningkatan kadar
kalsium intraseluler yang terjadi pada oosit saat terjadi fusi antara membrane
sperma dan sel telur.Ketiga peristiwa tersebut adalah blok sekunder terhadap
polispermia.Setelah masuk kedalam sel telur,sitoplasma sperma bercampur dengan
sitoplasma sel telur dan membrane inti(nukleus)sperma pecah.Pronukleus laki-laki
dan perempuan terbentuk (zigot).Sekitar 24 jam setelah fertilisasi,kromosom
memisahkan diri dan pembelaan sel pertama terjadi (Heffiner,2008).
2. Nidasi
Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus,dekat pada fundus
uteri.Jika nidasi ini terjadi,barulah dapat disebut adanya kehamilan. Bila nidasi
telah terjadi,mulailah terjadi deferensiasi zigot menjadi embrio sampai menjadi
janin yang sempurna di trimester tiga(Saifulah,2015)
C. Perubahan Fisiologi Kehamilan Terhadap Sistim Tubuh
Menurut sukarni dan Margareth (2013),fauziah dan sutejo (2012),dan yuli(2017)
menliskan bahwa perubahan –perubahan fisiologi yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Sistim Reproduksi
a. Uterus
Tumbuh membesar primer maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi
intrauterine .Esterogen menyebabkan hyperplasia jaringan ,progesterone
berperan untuk elastisitas/kelenturan uterus.
b. Vulva /Vagina
Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh esterogen dan
progesterone,menyebabkan warna menjadi merah kebiruan (tanda chadwick).
c. Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu,fungsi diambil alih oleh plasenta,terutama fungsi
produksi progesterone dan esterogen.Selama kehamilan ovarium
tenang/beristirahat.
d. Payudara
Akibat pengaruh esterogen terjadi hyperplasia sistim ductus dan jaringan
interstisial payudara. Mammae membesar dan tengang,terjadi hiperpigmentasi
kulit setra hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah aerola dan papilla
akibat pengaruh melanotor.Puting susu membesar dan menonjol.
2. Peningkatan berat badan
Nirmal berat badan meningjat antaa 6 sampai 16 kg,terutama dari pertumbuhan isi
konsepsi dan volume berbagai organ .
3. Perubahan pada organ -organ sistim tubuh lainya
a. Sistim respirasi : kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%,selain itu
diafragma juga terdorong naik ke kranial terjadi hiperventilasi dangkal akibat
kompensasi dada menurun.Volume tidak meningkat,volume residu dan
kapasitas vital menurun.
b. Sistim gastrointestinal:esterogen dan HCG meningkat dengan efek samping
mual dan muntah,selain itu juga terjadi perubahanperistaltik dengan gejala
sering kembung,konstipasi,lebih sering lapar/perasaan ingin makan terus.
c. Sistim sirkulasi/kardiovaskular, tekanan darah selama pertengahan pertama
masa hamil,tekan sistolik dan diastole menurun 5-10 mmHg.Selama trimester
ketiga tekanan darah ibu hamil harus kembali kenilai tekanan pada trimester
pertama.
d. Sistim integument:striae gravidarum,Linea nigra,dan cloasma.
e. Sistim mukuluakeletal: kram otot,sendi-sendi melemah dan karies gigi
f. Sistim perkemihan :sering berkemih.
g. Sistim hematologi
Menurut Gant (2010),perubahan yang terjadi pada sistim hematologi terkaji
pada volume darah,dimana volume darah pada saat mendekati akhir kehamilan
rata-rata adalah sekitar 45% di atas volume pada keadaan tidak hamil.Derajat
peningkatan volume yang sangat bervariasi.Peningjatan terjadi pada trimester
pertama,meningkat paling cepat selama trimester kedua,kemudian peningkatan
mulai melambat pada trimester tiga.Selain ituterjadi peningkatan peptide
natriuretic atrium terjadi sebagai respons terhadap diet tinggi
natrium.Perubahan hematocrit dan hemoglobin sedikit menurun selama
kehamilan normal.Akibat viskositas darah berkurang.
4. Perubahan Psikologi pada ibu hamil
Menurut yuli (2017),Kehamilan merupakan saat terjadinya krisis bila
keseimbangan hidup terggangu.
a. Teori Krisis
Tahap syok dan menyangkal,bingung dan preoccupation,tindakan dan belajar
dari pengalaman,intervensi meudahkan kembali keadaan keseimbangan.
b. Awal penyesuaian terhadap kehamilan baik ibu maupun bapak mengalami
syok.
1) Persepsi terhadap peristiwa ercariasi menurut individu
2) Dukungan situsional penting untuk memberikan banuan dan perhatian.
3) Mekanisme koping,kekuatan dan ketrampilan dipelajari untuk mengatasi
stress.
c. Lanjutan penyesuaian terhadap kehamilan
1) Trimester pertama (bulan 1-3)
Ditandai dengan adanya penyesuaian terhadap ide-ide menjadi orang
tua,tingkat hormone yang tinggi,mual dan muntah serta lebih.
2) Trimester kedua(bulan 4-6)
Waktu yang menyenangkan,respons seksual meningkat,quickening
memberikan dorongan psikologis.
3) Trimester ketigaa (bulan 7-9)
Letih,tubuh menjadi besar dan terlihat aneh,kegembiraan yang menyusul
dengan kelahiran bayi.
2.2 Kunjungan Antenatal Care (ANC) di Masa Pandemi Covid-19
2.2.1 Antenatal care (ANC)
Menurut Kemenkes RI (2020c), antenatal care merupakan suatu bentuk
pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan umum ibu, menegakkan
secara dini penyakit yang menyertai kehamilan dan menegakkan secara dini
komplikasi kehamilan. Pengawasan wanita hamil secara rutin mampu
membantu menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Pelayanan
antenatal bertujuan untuk memberikan pengalaman hamil dan melahrkan yang
positif bagi para ibu (positive pregnancy experience) atau well born baby dan
well health mother, mempersiapkan perawatan bayi dan laktasi serta
memulihkan kesehatan ibu yang optimal saat akhir kala nifas sehingga
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (WHO, 2016).
A. Tujuan ANC
Tujuan dari pelayanan ANC menurut Kurniasari (2016) diantaranya
adalah:
1.Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,mental,dan social
ibu dan bayi
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil,termasuk riwayat secara umum,kebidanan
dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan,melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Selain itu,terdapat beberapa focus pencapaian dari pelayanan antenatal
secara menyeluruh,diataranya adalah:
1.Mengidentifikasi dan melakukan pengawasan pada wanita hamil serta
janin yang dikandungnya.
2. Mendeteksi dan mengatasi komplikasi dalam kehamilan,terutama pre-
eklamsi.
3. Mendeteksi dan mengobati penyakit yang mendasari kemungkinan
terjadinya komplikasi pada ibu hamil.
4. Mendeteksi adanya gangguan anemia,infeksi IV,masalah kesehatan
mental, dana tau gejala stress serta kekerasan dalam rumah tangga.
5. Melakukan upaya pencegahan,meliputi imunisasi tetanus toxoid (TT),
pemberian obat cacing, pemberian tablet besi dan asam folat, pencegahan
terhadap malaria dalam kehamilan dengan menggunakan profilaksis atau
dengan kelambu.
6. Menyarankan dan mendukung setiap wanita dan keuarganya untuk
membangun kebiasaan sehat dalam rumah tangga.
B. Standart Pelayanan ANC
Pelayanan antenatal sesuai standart yang termasuk dalam focus program
pemerintah dalam meningkatakan kesehatan ibu maternal adaha melalui
ANC terpadu. Antenatal care terpadu merupakan pelayanan antenatal
komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil.
Implementasi pelayanan ANC terpadu telah diperkuat dengan
dikeluarkannya kebijakan Menteri Kesehatan yang tertuang dalam pasal 6
ayat 1 huruf b Permenkes No. 25 tahun 2014 tentang upaya kesehatan anak,
dimana salah satunya dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan janin dalam
kandungan dilaksanakan melalui pemeriksaan antenatal pada ibu hamil dan
pelayanan terhadap ibu hamil tersebut dilakukan secara berkala sesuai
standar.
Dalam pemeriksaan antenatal, selain kuantitas (frekuensi
kunjungan), perlu diperhatikan pula kualitas pemeriksaannya. Menurut
Kemenkes RI (2020c) standar pelayanan ANC harus memenuhi kriteria
10T, yaitu:
1.Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
2. Pengukuran tekanan darah.
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
4. Pengukuran tinggi puncak Rahim( fundus uteri).
5.Penenruan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
toxoid sesuai status imunisasi.
6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
8.Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling,termasuk keluarga berencana).
9.Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes Hemoglobin darah
(Hb), pemeriksaan protein urine dan pemeriksaan golongan darah.
10. Tatalaksana kasus.
2.2.2 Standart Kunjungan ANC di Masa Pandemi Covid-19
Berdasarkan “Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, Dan Bayi
Baru Lahir Di Era Adaptasi Kebiasaan Baru Revisi 2”, pelayanan antenatal
(Antenatal Care/ANC) pada kehamilan normal adalah enam kali dengan
rincian dua kali di trimester satu, satu kali di trimester dua, dan tiga kali di
trimester tiga. Minimal dua kali diperiksa oleh dokter saat kunjungan
pertama di trimester satu dan saat kunjungan kelima di trimester tiga.
Berikut rincian standar kunjungan dan pelayanan ANC di masa pandemi
Covid-19 dan era adaptasi kebiasaan baru menurut Kemenkes RI (2020b).
1.Antenatal Care ke-1 di trimester satu: skrining faktor risiko dilakukan
oleh Dokter dengan menerapkan protokol kesehatan. Jika ibu datang
pertama kali ke bidan, bidan tetap melakukan pelayanan antenatal seperti
biasa, kemudian ibu dirujuk ke dokter untuk dilakukan skrining. Sebelum
ibu melakukan kunjungan antenatal secara tatap muka, dilakukan janji
temu/ teleregistrasi dengan skrining anamnesa melalui media komunikasi
(telepon)/ secara daring untuk mencari faktor risiko dan gejala Covid-19.
Jika ada gejala Covid-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab atau jika
sulit untuk mengakses RS Rujukan maka dilakukan Rapid Test.
Pemeriksaan skrining faktor risiko kehamilan dilakukan di
RS Rujukan. Jika tidak ada gejala Covid-19, maka dilakukan skrining oleh
Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
2. Antenatal Care ke-2 di trimester satu, ANC ke-3 di trimester dua, ANC
ke-4 di trimester tiga, dan ANC ke-6 di trimester tiga. Dilakukan tindak
lanjut sesuai hasil skrining. Tatap muka didahului dengan janji
temu/teleregistrasi dengan skrining anamnesa melalui media komunikasi
(telepon)/secara daring untuk mencari faktor risiko dan gejala Covid-19.
Jika ada gejala Covid-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab atau jika
sulit mengakses RS Rujukan maka dilakukan Rapid Test. Jika tidak ada
gejala Covid-19, maka dilakukan pelayanan antenatal di FKTP.
3. Antenatal Care ke-5 di trimester tiga. Skrining faktor risiko persalinan
dilakukan oleh dokter dengan menerapkan protokol kesehatan. Skrining
dilakukan untuk menetapkan:
A. Faktor resiko persalinan
B. Menentukan tempat persalinan, dan
C. Menentukan apakah diperlukan rujukan terencana atau tidak.
Tatap muka didahului dengan janji temu/teleregistrasi dengan skrining
anamnesa melalui media komunikasi (telepon)/secara daring untuk
mencari factor risiko dan gejala Covid-19. Jika ada gejala Covid-19, ibu
dirujuk ke RS untuk dilakukan swab atau jika sulit mengakses RS Rujukan
maka dilakukan Rapid Test
2.2.3 Keteraturan Antenatal Care (ANC)
A. Pengertian Keteraturan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), keteraturan adalah
kesamaan keadaan, kegiatan, proses yang terjadi beberapa kali atau lebih
atau keadaan/hal yang teratur. Berdasarkan hal tersebut, keteraturan
kunjungan ANC merupakan kesesuaian jumlah kunjungan pemeriksaan
kehamilan dengan jumlah standar minimal yang ditetapkan. Keteraturan
ANC selama pandemi Covid-19 ditetapkan sesuai standar yang telah
dipaparkan di atas. Apabila ibu hamil tidak memenuhi kriteria kunjungan
sesuai dengan standar dan jumlah kunjungan minimal tidak sesuai dengan
ketetapan standar maka dapat dikatakan tidak teratur dalam melakukan
kunjungan.
B. Faktor yang mempengaruhi keteraturan ANC
Sesuai teori Lawrence Green (1980) dalam Erlina (2013), faktor
yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang berasal dari faktor
perilaku (behavior cause) dan faktor di luar perilaku (non-behavior cause).
Pembagian menurut konsep dan perilaku seseorang seperti yang
dikemukakan oleh Green meliputi faktor mempermudah (predisposing
factor), faktor pemungkin (enabling factor) dan faktor penguat
(reinforcing faktor). Faktor pemungkin (enabling factor) adalah faktor
yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan, jarak tempat
tinggal, penghasilan keluarga dan media informasi. Faktor penguat
(reinforcing faktor) mencakup faktor dukungan suami dan keluarga,
perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas kesehatan.
Faktor predisposisi ( mempermudah ) adalah faktor yang
mempermudah terjadinya perubahan perilaku seseorang. Faktor ini
mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian oleh
Rahmawati (2017), faktor-faktor predisposisi yang mempengaruhi
keteraturan ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC adalah sebagai
berikut.
1. Usia. Semakin cukup usia, tingkat kematangan seseorang akan lebih baik,
Ketika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola berpikir seseorang
akan lebih dewasa. Ibu dengan usia produktif (20-35 tahun) dapat berpikir
lebih rasional dibandingkan dengan ibu dengan usia yang lebih muda atau
terlalu tua. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Yenita (2012) yang
menyimpulkan bahwa ibu dengan usia produktif memiliki motivasi lebih
dalam memeriksakan kehamilannya.
2. Tingkat Pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang menentukan seberapa
besar pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2012). Ibu hamil yang
berpendidikan memiliki pemahaman yang lebih mengenai masalah kesehatan
sehingga mempengaruhi sikap mereka terhadap kehamilannya.
3. Status Pekerjaan. Ibu hamil yang bekerja dengan aktivitas tinggi dan padat
lebih memilih untuk mementingkan karirnya dibandingkan dengan
kesehatannya sendiri, sehingga sulit untuk teratur dalam melakukan kunjungan
ANC dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang memiliki waktu yang lebih
luang untuk dapat mengatur dan menjadwalkan kunjungan ANC secara
optimal.
4. Banyaknya jumlah kelahiran hidup yang dialami oleh seorang wanita. Hasil
penelitian oleh Yenita (2012) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan jumlah
paritas yang tinggi tidak terlalu khawatir dengan kehamilannya sehingga
menurunkan angka kunjungannya, sedangkan ibu dengan kehamilan pertama
merasa ANC merupakan sesuatu yang baru sehingga ibu memiliki motivasi
yang lebih tinggi dalam pelaksanaannya (Yenita & Shigeko, 2012).
5. Jarak Kehamilan. Pada penelitian Nurlaelah (2014) menyimpulkan bahwa
semakin tinggi resiko terjadi komplikasi akan meningkatkan motivasi ibu
hamil untuk melakukan pemeriksaan. Jarak kehamilan yang dekat dapat
meningkatkan resiko terjadinya komplikasi pada ibu hamil sehingga hal ini
semakin meningkatkan frekuensi kunjungan antenatalnya (Nurlaelah, 2014)
6. Pengetahuan Ibu Hamil. Sebagai indikator seseorang dalam melakukan suatu
tindakan, pengetahuan merupakan faktor penting yang mempengaruhi motivasi
ibu hamil untuk melakukan kunjungan ANC. Bagi ibu dengan pengetahuan
yang tinggi mengenai kesehatan kehamilan menganggap kunjungan ANC
bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban, melainkan menjadi sebuah
kebutuhan untuk kehamilannya. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Hasnita (2018) menyimpulkan bahwa ibu hamil memiliki yang
pengetahuan baik tentang ANC, teratur dalam melakukan kunjungan ANC.
Penelitian Wiratmo (2020) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kunjungan ANC terhadap perilaku ANC salah satunya adalah pengetahuan
dengan nilai korelasi sedang. Penelitian lain yang mendukung adalah
penelitian Toar (2020) yang menyimpulkan hubungan pengetahuan ibu hamil
dengan keteraturan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) menunjukkan hasil
nilai koefisien korelasi sedang (r=0,5). Pengetahuan ibu hamil tentang
kunjungan ANC merupakan pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan
pemeriksaan kehamilan yang meliputi pengertian, tujuan, manfaat, waktu
pelaksanaan, akibat atau dampak bila tidak melakukan kunjungan secara
teratur.
7. Sikap Ibu Hamil. Sikap ibu hamil terhadap layanan pemeriksaan kehamilan
memengaruhi keteraturan dalam melakukan kunjungan ANC. Hasil penelitian
Panjaitan (2017) menunjukkan bahwa sikap ibu hamil mempengaruhi niat
melakukan kunjungan ANC. Sikap yang positif meningkatkan niat hamil
wanita untuk melakukan kunjungan ANC. Sikap positif ditunjukkan oleh
indicator bahwa kunjungan ANC perlu dilakukan keluar untuk mendapatkan
informasi tentang kesehatan ibu dan bayi serta mengenali tanda bahaya
kehamilan.
Sikap ibu hamil terhadap kunjungan ANC tidak lepas dari perilaku
kesehatan yang mendasarinya. Menurut Lawrence Green (1974) dalam
Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan
dimana kesehatan ini dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Menurut
Notoatmodjo membagi perilaku kesehatan kedalam dua kelompok, yaitu
perilaku sehat (healthy behaviour) dan perilaku sakit (illness behaviour).
Perilaku sehat (healthy behaviour) sering disebut dengan perilaku preventif
maupun perilaku promotif. Kaitan healthy behavior dengan kunjungan ANC
merupakan salah satu perilaku preventif yang dilakukan ibu hamil selama
masa kehamilannya untuk deteksi dini dan pencegahan komplikasi.
Pada teori lain mengenai prilaku kesehatan yaitu Health Belief Model
(HBM). HBM menurut Rosenstock (1974) dalam Corner (2005) adalah suatu
teori yang menjelaskan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health-
related behavior). Secara umum, individu akan mengambil tindakan
memeriksakan dirinya apabila mereka mempercayai serangkaian aksi dapat
menguntungkannya dalam mengurangi kerentanannya terhadap masalah
kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, kunjungan ANC menjadi sebuah tindakan
yang muncul karena pengetahuan ibu hamil mengenai tujuan keteraturan
kunjungan ANC yang memberikan kontribusi positif untuk menjalani proses
kehamilannya.
Hal ini didukung teori perilaku terencana atau TPB (Theory of Planned
Behavior) merupakan kerangka berpikir konseptual yang bertujuan untuk
menjelaskan determinan perilaku tertentu. Determinan suatu perilaku
merupakan hasil dari penilaian keyakinan-keyakinan dari individu, baik
sebagai secara positif maupun negatif. TPB didasarkan pada asumsi bahwa
manusia adalah makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-informasi
yang mungkin baginya secara sistematis (Ajzen, 1991). Orang memikirkan
implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka memutuskan untuk melakukan
atau tidak melakukan perilaku-perilaku tertentu. Berdasarkan hal tersebut,
pengetahuan mengenai kunjungan ANC dan tujuannya pada ibu hamil akan
mendukung asumsi positif untuk melakukan kunjungan ANC secara teratur.
C. Dampak Ketidak teraturan kunjungan ANC dimasa pandemic Covid-19
Dampak keteratuan melakukan kunjungan ANC sesuai standar menurut
departemen Kesehatan RI tahun 2015, yaitu:
1. Ibu hamil kurang atau tidak mengetahui tentang cara perawatan selama
hamil yang benar.
2. Bahaya kehamilan secara dini tidak terdeteksi.
3. Anemia pada saat kehamilan yang dapat menyebabkan perdarahan
tidak terdeteksi.
4. Kelainan bentuk panggul, kelainan pada tulang belakang atau
kehamilan ganda yang dapat menyebabkan sulitnya persalinan secara
normal tidak terdeteksi.
5. Komplikasi atau penyakit penyerta selama masa kehamilan seperti
penyakit kronis yaitu penyakit jantung, paru-paru dan penyakit genetik
seperti diabetes, hipertensi, atau cacat kongenital, preeklampsia tidak
dapat terdeteksi.
a. Ibu hamil golongan resiko tinggi
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang kemungkinan dapat menyebabkan
terjadinya bahaya atau komplikasi baik terhadap ibu maSupaun janin yang dikandunganya
selama masa kehamilan,melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan
persalinan dan nifas normal akibatnya adanya gangguan/komplikasi kehamilan. Pada
kehamilan resiko tingi terdapat tindakan khusus terhadap ibu dan janin.
Sukarni dan wahyu (2013),menulis ada bebersps golongan ibuhamil yang
dikatakan memiiki resiko tinggi ,walaupun dalam kehidupan keseharianyasehat dan tidak
menderita suatu penyakit
Kategori Kehamilan Beresiko:
Menurut Poedji Rochyati,dkk kriteria kehamilan resiko tinggi adalah:
A. Primi muda umur kurang dari 16 tahun
B. Primipara tua umur diatas 35 tahun
C. Primipara sekunder dengan umur anak terkecil diatas 5 tahun.
D. Tinggi badan kurang dari 145 cm
E. Riwayat kehamilan buruk:
1.Pernah keguguran
2. Pernah persalinan premature,lahir mati,
3. Riwayat persalinan dengan tindakan (ekstraksi vacuum,ekstrasi forceps,operasi
seksio sesarea)
4. Pre-eklamsia dan eklamsia
5. Gravida serotinus
6. Kehamilan perdarahan antepartum
7. Kehamilan dengan kelainan leak
F. Kehamilan dengan penyakit ibu yang memepengaruhi kehamilan
1. Anemia
a. Pengertian Anemia
Beberapa pengertian dari anemia adalah sebagai berikut:
1) Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin,hematocrit dan sel
darah merah yang lebih rendah dari normal,sebagai akibat defsiensi salah
satu atau bebrapa unsur makanan esensial yang dapat mempengaruhi
timbulnya defisiensi tersebut (Arisman,2009)
2) Anemia diklasifikasikan dengan memeriksa perbedaan ukuran sel darah
merah /mean corpuscular volume (MCV), dan jumlah hemoglobin /Mean
corpuscular haemoglobin(MCH).Pada anemia kekurangan zat besi,sel
darah merah berukuran lebih kecil dan kekurangan hemoglobin,yang
membuatnya tampak pucat (hipokromik).Merangkum penyebab anemia
pada kehamilan (Bothamley &Boyle,2009).
3) Anemia didefinisikan sebagai pengurangan absolute sel darah merah
bersirkulasi (sel darah merah),yang secara tidak langsung diukur dengan
penurunan kadar hemoglobin,hematocrit,atau hitungan sel darah merah
(Arulkumaran,Regan,papageorghiou,Aris &Farquharson 2011)
4) Menurut CDC (Centers for Desease Control and Prevention)menafsirkan
anemia sebagai status dengan kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada
trimester pertama dan ketiga,dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester
kedua (Leveno,2015)
5) Anemia artikan sebagai kondisi ketika adar hemoglobin beredar secara
kualitatif atau kuantitatif lebih rendah dari biasanya(Trivedi,Puri
&Agrawal 2016)
Penelitian merangkum dari kelima pengertian diatas bahwa,anemia
kehamilan merupakan suatu kondisi yang sering dialamai oleh ibu hamil
dimana terjadi penurunan kualitatif dan kuantitatif kadar
hemoglobin,hematrokit, atau eritrosit.Dengan kadar hemoglobin < 11 g/dl
pada trimester pertama dan ketiga,dan < 10,5 g/dl pada trimester kedua.
b. Klasifikasi
Menurut Tewary & Singh (2017),beberapa klasifikasi anemia yang
berkembang selama kehamilan adalah sebagai berikut:
1) Anemia fisiologis kehamilan: selama kehamilan terjadi peningkatana
volume plasma,volume eritrosit dan masa hemoglobin yang tidak
proposional saat volume plasma meningkat lebih banyak dari pada
hemoglobin masa eritrosit.
2) Kekurangan Gizi :
a) Anemia deficit zat besi
b) Anemia definisi vitamin B12 dan defisiensi asam folat.
c) Anemia kekurangan protein.
3) Herediter:hemoglobinopati genetic sepeerti penyakit anemia sel sabit dan
thalassemia,anemia hemolitik herediter serta anemia hemolitik
mikroangiopati.
4) Anemia aplastik terjadi akibat hypoplasia sumsum tulang atau aplasia
akibat radiasi,obat –pbatan atau idiopatik.
Klasifikasi berdasarkan kadar hemoglobin(Hb) menurut British
Committeefor Standart in Haematology (2011) dalam south West Regional
Tranfusion Cpmmittee (2014),sebagai berikut:
a) Hb<11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga
b) Hb < 10,5 g/dl pada trimester kedua
c) Hb <10 g/dl pada periode postpartum
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan aemia dalam kehamilan menurut
WHO dalam Tewary & Singh (2017), sebagai berikut:
a) Hb > 11 g/dl : tidak anemia
b) Hb 10-10,9 g/dl :ringan
c) Hb 7-10 g /dl : sedang
d) Hb < 7 g/dl :berat
Diagnosis anemia dalam kehamilan berdasarakan kemenkes RI
(2013),menjelaskan bahwa kadar Hb merupakan patokan dalam
menentukan ibu hamil menderita anemia tau tidak.Kadar HB < 11 g/dl
untuk trimester I dan III atau < 10,5 g/dl pada trimester II.
c. Etiologi
Menurut Daflapukar (2014),mengatakan bahwa ada beragam etiologi di balik
anemia pada kehamilan.Umumnya,kadar hemoglobin menurut sepanjang
kehamilan dan kemudian meningkat secara drastic pada bulan terakir
kehamilan.Hal ini menyebabkan anemia fisiologis kehamilan,berikut ini table
penyebab anemia pada kehamilan
Penyebab Anemia Pada Kehamilan
NO Kategori Anemia Etiologi Anemia
1 Anemia Gizi Anemia definisit zat besi
Defisiensi asam folat
Defisiensi Vitamin B12
Kekurangan mikronutrien lainya
2 Penyebab Infeksi Cacing tambang
Malaria
Hiv
3 Hemoglobinopati Thalasemia
Anemia sel sabit
4 Kegagalan sumsum Tulang Anemia aplastic
Sumber :Daflapurkar (2014)
Anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil merupakan problema kesehatan
yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama dinegara berkembang
seperti Indonesia.WHO melaporkan bahwa prevalensi perempuan hamil yang
mengalami defisiensi zat besi sekitar 35-75%serta semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya usia kehamilan (yeyeh,2010).
Kekurangan zat besi akibat factor kekurangan defisiensi
diet,malabsorbsi,meningkatnay kebutuhan zat besi,infeksi dan kehilangan
darah.Defisiensi diet zat besi yang buruk karena asupan yang
kurang.Kemiskinan,kurangnya pengetahuan tentang makanan kaya zat besi da
asupan makanan vegetarian kaya asam fifat dan senyawa fenolik halini
merupakan penghambat penyerapan zat besi.Absorbsi zat besi terhambat jika
bumil menderita infeksi cacing tambang,amoebiasis,tuberkolusis,malaria
dll.Kehilangan darah yang berlebihan selama menstruasi dan komplikasi
perdarahan pada kehamilan sebelumnya dapat menyebabkan kekurangan zat
besi.Lebih dari 50% wanita dari negara berkembang memiliki keseimbangan
zat besi negative dalam keadaaan tidak hamil.Ketika mengalami kehamilan
simpanan zat besiperempuan semakin berkurang.Dengan demikian,terlalu
bnyaak dan terlalu cepat kehamilan mengakibatkan tingginya tingkat anemia
defisiensi besi di negara berkembang (Trivedi,Puri & Agrawal,2016)
d. Patofisiologis
Zat besi masuk dalam tubuh melalui makanan,dijaringan tubuh besi berupa
senyawa fungsional seperti hemoglobin,myoglobin,dan enzim-enzim,senyawa
besi transportrasi yaitu dalam bentuk transferrin dan senyawa besi cadangan
seperti ferritin dan hemosiderin.Besi ferri dari makanan akan menjadi ferro
jika dalam keadaan asam dan bersifat mereduksi shingga mudah di absorbs
oleh mukosa usus. Dalam tubuh besi tidak dapat bebas tetapi berikatan dengan
molekul protein membentuk ferritin, komponen proteinnya disebut apoferritin,
sedangkan dalam bentu ransport zat besi berbentuk ferro berikatan dengan
protein membentuk transferrin,komponen proteinya dibut apotransferin,dalam
plasma darah disebut serotransferin.Jika asupan zat besi menurun maka
produksi hemoglobin (Tarwoto,2007).
Asupan zat besi dibutuhkan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui
tinja,air kencing, dan kulit.Kehilangan basis ini diperkirakan sebnayak
14µg/kg BB/hari.Jika dihitung berdasarkan kelamin kehilangan basis zat besi
untuk perempuan dewasa sekitar 0,8mg.Kebutuhan kan zat besi meningkat
selama kehamilan.Peningkatan ini dimaksudkan untuk memasok kebutukan
janin untuk bertumbuh,pertumbuhan plasenta dan peningkatan volume darah
ibu(Arisman,2009).
Sekitar 600 mg zat besi diperlukan untuk meningkatkan masa sel darah
merah selama kehamilan dan 300 mg lebih lanjut untuk janin.Asupan harian
yang direkomendasikan dari besi untuk paruh akhir kehamilan adlah 30
mg.Penyerapan besi meningkat tiga kali lipat pada trimester ketiga,dengan
kebutuhan zat besi meningkat dari 1-2 mg sampai 6 mg perhari,kedua masa sel
darah merah dan volumeplasma berkembang dari rimester pertama
kehamilan.Ekspansi 30-40% dalam volume plasm melebihi 20-25%
peningkatan masa sel darah merah sebagai konsekuensinya terjadi penurunan
konsentrasi hemoglobin,sehingga menciptakan keadaan viskositas rendah
untuk mendorong pengangkutan oksigen kejaringan termasuk plasnenta.Hal
ini terkait dengan peningkatan fisiologis dalam volume corpuscular rata-rata
(MCV) menigkat rata –rata 4 fl.Kebutuhan zat besi fisiologis e kali lebih
tinggi pada kehamilan dari pada wanita yang sedang menstruasi (South
Australian Perinatal Practice Guidelines,2016).
Anemia defisiensi besi ditandai dengan defek sintesis
hemoglobin,mengakibatkan sel darah merah yang abnormal kecil(mikrosiitik).
Kapasitas darah untuk mengantarkan oksigen ke sel tubuh dan jaringan
berkurang .Zat besi (Fe) terlibat dalam metabolism energy,regulasi
gen,pertumhuhan sel dan diferensiasi,peningkatan dan pengangkutan
oksigen,penggunaan dan penyi,mpanan oksign otot,reaksi enzim,sintesis
neurotransmiterdan sintesis protein.Zat besi yang dibutuhkan digunakan untuk
memperluas massa eritrosit ibu hamil,memenuhi kebutuhan zat besi
janinmwngkompensasi kerugian zat besi(yaitu kehilangan darah) pada saat
persalianan (Prakash & Yadav,2015).
e. Manifestasi Klinik
Menurut Hollingworth(2016) ,mengatakan bahwa berbagai tanda dan
gejala yang dapat terjadi pada anemia selama kehamilan sama dengan anemia
secara umumnya.Terkadang sering tidak jelas,namum perlu dicatat tanda
gelaja ini mungkin tidak ada,terutama pada anemia ringan sampai
sedang.Tanda: pucat,gloositis,stomatitis,edema,hypoproteinemia,murmur
sistoliklembut didaerah mitral karena sirkulasi hiperdinamik,krepitasi halus
pada basis paru-paru karena kongesti (kusus berat). Gejala: kelemahan,
kelelahan, gangguan pencernaan kehilangan afsu makan,
palpitasi,dyspnea(sesak nafas),pusing swelling(perifer), anasarca umum
(pengumpulan cairan umum di rongga peritoneal dan thoraks), gagal jantung
kongestif terjadi pada anemia berat.

f. Dampak Anemia pada kehamilan


Menurut Arulkumaran,Regan,Papageorghiou,Aris & Farquharson (2011),
mengatakan bahwa efek anemia ringan pada kehamilan tidak mengikabatkan
janin kekurangan zat besi hl ini,karena transportrasi zat besi aktif plasenta ke
janin.Namun,anemia berat pada ibu dikaitkan dengan peurunan volume cairan
ketuban,vasodilatasi serebral janin,dan pola denyut jantung janin yang tidak
menentu,peningkatan resiko prematuritas,aborsi spontan,berat badan lahir
rendah,dan kematian janin.
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko menurut penelitian,tingginya
angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia.Dampak anemia pada
kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga berat terjadinya
gangguan kelangsungan kehamilan,gangguan proses persalinan,dan gangguan
pada janin (Yeyeh,2010).
Menurut Marmi, Suryaningsih,dan fatmawati (2011), pengaruh anemia
pada kehamilan,persalinan dan nifas adalah ibu lemah, keguguran, partus
,syokprematurus,insersia uteri,partus lama,atonia uteri menyebabkan
perdarahan,syok.afibrinogenemia,hipofibrinogemia,infeksi intrapartum dan
dalam nifas,serta bil aterjadi anemia berat (Hb < 4 gr%) hal ini dapat
menyebabkan payah jantung dan bahkan bersifat fatal.Pengaruh anemia
terhadap janin adalah kematian janin dlam kandungan,kematian janin waktu
lahir dapat terjadi cacat bawaan.
g. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Hollingworth (2016) dan Trivedi,Puri,& Agrawal (2016),
mengatakan bahwa diagnosis anemia defisiensi besi sebagian besar didasarkan
pada laporan hitung darah lengkap,indeks sel darah merah dan apusan perifer.
Berikut ini table diagnosis anemia defisiensi Zat Besi dalam kehamialan.
Karakteristik Kalkulasi Batasan Normal Anemia Zat Besi
Hemoglobin (Hb,g/dL) Metode sahli 11-15 <11
Rata - rata volume corpuscular(fL) PCV/RBC 75-96 <75
Rata – rata Hb corpuscular (µg) Hb/RBC 27-33 <27
Rata-rata konsentrasi HB Hb/PVC 32-35 <32
corpuscular(g/dL)
Distribusi sek darah merah(%) 11,5 -14,5% >14,5%
Apusan darah tepi Normocytic Microcytic
Normochronic Hypochromic
Serum Besi(µg/dL) 60-120 <60
Total kapasitas peningkatan 300-400 >350
besi(TBC,g/dL)
Saturasi Transferrin(%) 30-50% <15%
Serum Feritin(µg/dL) 13-27 <12
Protoporfirin eritrosit bebas <35 >50
(FEP.µg/dL)
Reseptor transferrin serum (µg/dL) 5-9 Meningkat
Besi Sumsum tulang Ada Tidak ada
Sumber :Hollingworth (2016) dan Trivedi,Puri, & Agrawal (2016)

h. Penatalaksanaan
Berdasakan kemenkes RI (2013), adapun penatalaksanaan yang dapat
dilakukan untuk anemia dalam kehamilan adalah sebagai berikut:
1) Penatalaksanaan Umum
a) Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan
apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah.
b) Bila pemeriksaan apusan sel darah tepi tidak tersedia, berikan
suplementasi besi dan asam folat. Tablet yag saat ini banyak tersedia di
puskesmas adalah tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi
elemental dan 250 µg asam folat. Pada ibu hamil dengan anemia tablet
tersebut dapat diberikan 3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul
perbaikan, lanjutkan pemeberian tablet sampai 42 hari
pascasalin.Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat
kadar hemoglobin tidak meningkat,rujuk pasien ke pusat pelayanan
yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia .
2) Penatalaksanaan khusus
a) Bila tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang tentukan penyebab
anemia berdasarkan hasil pemeriksaan darah periffer lengkap dan
apusan darah tepi.
b) Anemia mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada keadaan :
(1) Defisiensi besi : lakukan pemeriksaan ferritin. Apabila ditemukan
kadar ferritin < 15 ng/ml, maka berikan terapi besi dengan dosis
setara 180 mg besi elemental perhari. Apabila kadar ferritin
normal,lakukan pemeriksaaan SI (Serum iron) dan TBC
(Transferrin Iron Binding Capacity).
(2) Thalasemia : jika pasien dicurigai menderita thalassemia perlu
dilakukan tatalaksana bersama dokter spesialis penyakit dalam untk
perawatan yang lebih spesifik.
c) Anemia normositik normokrom dapat ditemukan pada keadaaan :
(1) Perdarahan: tanyakan riwayat dan cari tanda dan gejala
abortus,mola, kehamilan ektopik, atau perdarahan pasca persalinan.
(2) Infeksi Kronik
d) Anemia makrositik hiperkrom dapat ditemukan pada keadaan :
Defisiensi asam folat dan vitamin B12: Berikan asam folat 1 x 2 mg
dan vitamin B12 1 x 250 -1000µg.
e) Transfusi pada anemia dilakuakan pada psien dengan kondisi berikut:\
(1) Kadar Hb < 7 g/dl atau kadar hematocrit < 20%
(2) Kadar Hb < 7 g/dl dengan gejala klinis : pusing,pandangan
berkunang –kunang ,atau takikardia (frekuesi nadi 100 > 100 x per
menit).
f) Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan
memantau pertambahan tinggi fundus uteri,melakukan pemeriksaan
USG ,dan memeriksa denyut jantung janian secara berkala.
i. Pencegahan
Hal yang dapat dilakukan untuki mencegah anemia ssat hamil adalah sebagai
berikut:
1) Pastikan untuk mendapatkan berbagai jenis makanan dengan kalori
seimbang. Melengkapiu diit dengan zat besi,vitamin dan terutama asam
folat.Mengkonsumsi 400 mg asam folat saat hamil penting untuk
mengurangi resiko memiliki anak dengan spinabifida( cacat tulang
belakang).Sumber besi yang baik adalah daging sapi.roti utuh dan
sereal,telur ,bayam, buah kering dan lain-lain. Untuk menyerap jumlah zat
besi maksimal dari makanan, akan lebih mudah penyerapanya dengan
mengkonsumsi vitamin C. Contoh maknan yang mengandung viamin C
adalah sayuran mentah, lemon, jeruh nipis,dan lain –lain. Selain itu
maknan yang akan kaya asam folat termasuk kacang-kacangan,brokoli,
daging sapi, asparagus, dan lain-lain (Carter,2015).
2) Mengurangi maknna dan minuman yag dapat menghambat proses
penyeraan zat besi, seperti makna yang mengandung senyawa tannin, asam
fifat dan senyawa fenolik. Ketiga sumber makanan ini banyak terdapat
pada tumbuhan , senyawa tannin banyak terkandung pada the dan kopi.
Senyawa fenolik terdapat pada kentang ,apel, pir, pisang dan lain-lain.
Asam fifat banyak terkandung dalam kacang buncis,tahu,kacang almond
dan lain-lain (“Asam Fifat” 2014; Pardede,2013;Tarwoto,2007).
3) Istirahat yang cukup dan hindari aktivitas yang berat (Tarwoto,2007).
4) Rajin melakukan pemeriksaan ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
menghindari resiko komplikasi pada kehamilan dan persalianan, dengan
melakuakna kunjungan antenatal komperhensif yang berkualitas minimal 4
kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suami/ pasangan atau
anggota keluarga (Kemenkes RI,2013).
j. Karakteristik ibu hamil yang mempengaruhi anemia
Menurut Nasyidah (2011); Prakash,Yadav,Bhardwaj & Chaudhary (2015) dan
savadogo,Salimata,Tamini & Kinda (2014), karakteristik ibu hamil yang
mempengaruhi anemia seperti:
1) Umur
Umur ibu hamil dengan rentan (<2 thn -> 35 thn) masuk pada kategori
beresiko tinggi,usia < 20 thn belum siap untuk memperhatikan lingkungan
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan janin. Organ reproduksi dianggap
belum mature untuk tumbuh kembang janin. Disamping itu akan terjadi
kompetesi makanan atar janin dan ibunya sendiri yang masih dalam
pertumbuhan dan adaya pertumbuhan hormonal yang terjadi selama
kehamilan. Umur > 35 tahun cenderung mengalami anemia,hal ini
disebabkan adanay penagruh turnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat
masa fertilitasi.
2) Pendidikan
Pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih
mengetahui,memahami pentingnya pemeriksaan dan menjaga selama
kehamilan serta mengetahui aturan-aturan yang harus dilakukan untuk
merawat kehamilan dan persalinan,asupan nutrisi ibu dan janinya
terpenuhi dengan tepat.
3) Pekerjaan
Status pekerjaan yang padat aan mempengaruhi kesempatan ibu untuk
memeriksakan kehamilan kunjungan ANC. Akibat status pekerjaan yang
padat menyebabkan ibu tidak memperhatikan tentang kondisi tubuh
apabila kelelahan, asupan nutrisi dan istirahat yang harus terpenuhi setiap
harinya maka beresiko mengalami anemia.
4) Gravida
Seorang ibu yang sering hamil mempunyai resiko mengalami anemia pada
kehamilan berikutnya tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Sementara
ibu yang hamil pertama kali beresiko pula karena belum memiliki
pengalaman sehingga berdampak pada perilaku yang berkaitan dengan
asupan nutrisi.
5) Paritas
Paritas memberi pengauh pada kehamilan sebab pada kehamilan
memerlukan tambanhan zat besi yang banyak untuk memnuhi kebutihan
ibu dan janin. Pada ibu yang melahirkan > 4 kali terjaadi penurunan fungsi
organ reproduksi sehingga mengalami kehamilan risiko tinggi.
2. Konsep Sectio Caesaria
a. Pengertian sectio caesaria
Sectio caesaria (SC) yaitu suatu tindakan untuk melahirkan bayi melalui

tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim yang

disebabkan karena bayi tidak bisa lahir pervaginam. Jadi seksio sesariayaitu

tindakan yang dilakukan untuk melahirkan bayi melalui dinding perut dan

dinding rahim dikarenakan bayi tidak bisa lahir dengan persalinan pervaginam

dengan syarat berat janin diatas 500 gram.


Sectio caesaria (SC) adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, sectio caesaria juga

dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu histerotomia untuk melahirkan janin

dari dalam rahim (Mochtar, 2013).

b. Indikasi sectio sesaria

1) Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)

Plasenta previa adalah kondisi plasenta menutupi jalan lahir. Pada kondisi

normal, plasenta atau ari-ari terletak dibagian atas rahim.Akan tetapai,

adakalanya plasenta berada di segmen bawah sehingga menutupi sebagian

atau seluruh pembuaan jalan lahir. Umumnya dialami pada masa-masa

hamil tua yaitu 28 minggu ke atas.sampai saat ini penyebabnya belum

diketahui. Tanda-tanda perdarahan karena plasenta previa biasanya

perdarahan pertama tidak banyak. Baru selanjutnya teradi perdarahan hebat

sampai perlu diwaspadai karena bisa menyebabkan kematian ibu maupun

janin (Wardoyo, 2010).

2). Panggul sempit

Panggul sempit adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan

ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat

melairkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya

proses persalinan. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa

tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan “jalan” yang harus

dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Panggul sempit lebih sering

terjadi pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm. setiap wanita

memiliki bentuk panggul yang berlainan.


Bentuk tulang panggul ada empat jenis, yaitu panggul ginekoid, android,

platpeloid dan anthropoid.Sebenarnya bentuk apapun yang dimiliki tidak

mempengaruhi besar kecilnya ukuran panggul sehingga apabila masih dalam

kisaran normal janin dapat melaluinya. Namun, umunya bentuk panggul

ginekoid  yang akan membantu memudahkan kelahiran bayi (Bramantyo,

2003).

3) Disproporsi sevalopelvik,Ketidak seimbangan antara ukuran kepala dan

ukuran panggul.

4) Ruptur uteri

Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat

dilampauinya daya regang miomentrium. Ruptur uteri adalah robeknya

dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau

tanpa robeknya perioneum visceral.

5) Partus lama (prolonged labor)

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada

primi dan lebih dari 18 jam pada multigravida.

6) Partus tak maju (obsctructed labor)

Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat yang

tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala

dan putar paksi selama 2 jam terakhir. Penyebab partus tak maju antara

lain adalah kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan

partus yang salah, janin besar atau ada kelainan kongenital, primitua,perut

gantung, grandmulti dan ketuban pecah dini. Penatalaksanaan pada partus


tak majusalah satunya dengan melakukan sectio caesaria. percobaan, baru

setelah gagal, dilakukan sectio sesaria sekunder.

7) Distosia serviks Distosia servik

Adalah terhalangnya kemajuan persalinan karena kelainan pada serviks

uteri.Walaupun his normal dan baik, kadang pembukaan serviks macet

karena ada kelainan yang menyebabkan servik tidak mau membuka.

8) Pre-eklamsia Pre eklamsia

Adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema atau

kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau

kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis

yang luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2010).

9) Hipertensi

Suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di

atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka

bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat

pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa

(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.  

10) Malpresentasi janin

Malpresentasi merupakan bagian terendah janin yang berada di bagian

segmen bawah rahim, bukan bagian belakang kepala sedangkan malposisi

merupakan penunjuk (presenting part) tidak berada di anterior Terdapat

empat malpresentasi yaitu:

a) Letak lintang
 jika pnggul terlalu sempit, seksio sesaria adalah cara terbaik dalam

semua kasus letak lintang dengan janin hidup dan ukuran normal.  

 Semua promigravida dengan janin letak lintang harus ditolong

dengan seksio sesaria, walaupun tidak ada perkiraan panggul

sempit.

 Multipara dengan janin letak lintang dapat lebih dlu dicoba ditolong

dengan cara lain.

b) Letak bokong Seksio sesaria dianjurkan pada letak bokong pada kasus

 Panggul sempit

 Primigravida

 Janin besar dan berharga

c) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) jika reposisi dan cara-cara

lain berhasil

d) Dapat diperpanjang ke proksimal atau distal.

 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada

reperito nealisasi yang baik

 Pada persalinan berikutnya, lebih mudah terjadi rupturuteri

spontan. Kateter akan dipasang sampai 48 jam atau lebih

jika pembedahannya akibat rupture uteri, partus lama atau macet,

oedema perineum yang luas dan sepsis puerperalis atau

pelvio peritonitis serta hematuria. Apabila sampai terjadi

perlukaan pada kandung kemih, kateter dipasang sampai 7 hari.

Pada umunya buang air besar pada ibu post SC terjadi pada hari
ketiga. Biasanya, banyak wanita menjadi sembelit setelah

peralinan karena sejumlah cairan hilang dari tubuh, sedangkan

dubur menyerap air sebanyak mungindari tinja agar caira tubuh

seimbang. Kejadian ini biasanya terjadi pada hari persama sampai

hari kelima pasca peralinan

c. Tindakan Post Operasi Sectio Caesaria

Setelah dari ruang operasi pasien akan dibawa keruang pemulihan. Di ruang

ini, berbagai pemeriksaan akan dilakukan, meliputi,  pemeriksaan tingkat kesadaran,

sirkulasi pernafasan, tekanan darah, suhu tubh, jumlah uurin ang tertampug dikantong

urin, jumlah darah dala tubuh, serta jumlah darah dan bentuk cairan lokhea. Ini untuk

tidak menemukan gumpalan darah yang abnormal atau perdarahan yang

berlebihan. Kondisi rahim (uterus) juga akan diperiksa untuk memastikan bahwa

keduannya dalam kondisi yang normal. Selain itu, dokter juga akan memantau

keadaan emosional secara umum.

Semua pemantauan ini untuk mengetahui kondisi ibu dan bayinya. Ketidak

normalan atau gangguan kesehatan tubuh dapat diketahui melalui tanda-tanda

tubuh yang muncul, serta semua alat monitoring tadi, termasuk apakah ibu

dapat menyusui bayinya atau tidak. Oleh karena itu, pemeriksaan dan

monitoring akan dilakukan beberpa kali sampai tubuh dinyatakan sehat.

Biasanya, pemeriksaan akan dilakukan setiap empat jam sekali pada hari

pertama dan kedua, dan dua kali sehari pada hari ketiga sampai sampai saatnya

pulang kembali kerumah.

Setelah operasi, ibu juga tidak boeh langsung minum atau makan, kedua

hal itu baru boleh dilakukan, jika fungsi organ pencernaan sudah kembali
normal. Umumnya, fungsi gastrointestinal (organ pencernaan) akan kembali

normal dalam 12 jam setelah operasi. Awalnya pasien akan diberikan diet

cairan sedikit demi sedikit, baru kemudian makanan padat beberapa saat

kemudian. Setelah melewati tahap kritis diruang pemulihan, Biasanya pasien

dipindahkan keruang rawat inap.Persalinan yang dilakukan dengan operasi

membutuhkan rawat inap yang lama dirumah sakit. Hal ini tergantung cepat

lambatnya penyembuhan ibu akibat proses pembedahan. Hal ini membutuhkan

waktu 3-5 hari setelah operasi. Pada hark ke-5, apabila tidak ada komplikasi,

ibu diperbolehkan pulang kerumah.

3. Ibu hamil dengan Diabetes Melitus

a. Pengertian Diabetes Melitus Gestasional

Disebut diabetes gestasional bila gangguan toleransi glukosa yang

terjadi sewaktu hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan.

dianggap diabetes mellitus (jadi bukan gestasi) bila gangguan toleransi

glukosa menetap setelah persalinan. Pada golongan ini, kondisi diabetes

dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau

intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya

pada trimester kedua atau ketiga. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)

didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang

diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita

perlumen dapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar

glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap

transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis

sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.


Diabetes melitus gestational adalah keadaan intoleransi karbohidrat dari

seorang wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang hamil. Diabetes

gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan, diperkirakan

karena terjadinya perubahan pada metabolisme glukosa. Teori yang lain

mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai “unmasked” atau baru

ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri

gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat

bayi lahir mati, dan riwayat abortus berulang. Angka lahir mati terutama pada

diabetes yang tidak terkendali dapat terjadi 10 kali darinormal.

b. Etiologi Diabetes Melitus Gestasional

Pada saat seorang wanita hamil, perubahan hormon-hormon dalam tubuhnya

membuat kerja insulin menjadi tidak efektif. Karena kerja insulin membantu

penyerapan glukosa oleh sel-sel tubuh tidak efektif, akibatnya jumlah glukosa

dalam darah meningkat dan penyebab lainnya adalah :

1) Pola Makan

Mengkonsumsi makanan yang berlebihan yang berarti jumlah kalori yang

dibutuhkan tubuh jumlahnya berlebih. Apabila konsumsi makanan yang

berlebihan tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah yang cukup

akan menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat.

2) Faktor keturunan Genetik

Diabetes militus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen

penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya

menderita diabetes melitus. Pewaris gen ini dapat sampai ke cucunya

bahkan cicit walaupun resikonya kecil. Sevara klinis, penyakit DM


awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai defect fungsi

sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut hal itu didominasi defect

fungsi sekresi yang disertai dengan resistensi insulin. Kaitannya dengan

mutasi DNA mitokondria yaitu karena proses produksi hormon insulin

sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative phosphorylation

(OXPHOS) di dalam penkreas.

3) Stress dan merokok

Ketika dalam keadaan stres, hormon-hormon stres ditubuh akan meningkat

hal ini juga akan memicu naiknya kadar gula di dalam darah. Sedangkan

merokok dapat memperberat gangguan sirkulasi darah di daerah ujung-

ujung tubuh misalnya jari kaki, sehingga denga merokok dapat

mempercepat proses pembentukan gangrene.

4) Kegemukan atau obesitas

Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab dan akibat. Sebagai penyebab,

obesitas menyebabkan sel beta ( yang mengsekresi insulin dalam darah)

pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan

dan jebol sehingga insulin menjadi berkurang produksinya. Sebagai akibat

pengguna insulin sebagai terapi diabetes melitus belebihan menyebabkan

penimbunan lemak subkutan yang berlebian pula

5) Bahan kimia atau obat-obatan

Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pakreas sehingga menyebabkan

radang pankreas. Peradangan pada pankreas menyebaban pankreas tidak

berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormon yang diperlukan

untuk metabolisme tubuh, termasuk hormon insulin.


6) Mengkonsumsi karbohidrat berlebihan

Tingginya konsumsi karbohidrat menyebabkan konsentrasi glukosa dalam

darah meningkat. Jika jumlah insulin yang diproduksi tidak disekresikan

oleh sel-sel beta ( yang mengsekresi insulin dalam darah) pankreas akibat

beberapa gangguan dalam tubuh, glukosa darah tidak diubah menjadi

energi dan tidak dapat diubah dalam bentuk glikogen. Hal ini

menyebabkan kadar glukosa dalam darah tinggi, (melewati batas

kesanggupan ginjal untuk menyaring glukosa karena konsentrasinya terlalu

tinggi), glukosa akan dikeluarkan melalui urin sehingga terjadi glukosaria

(glukosa dalam urin = kencing manis)

7) Kerusakan pada sel pancreas

Infeksi mikroorganisme dan virus pada pangkreas juga dapat menyebabkan

radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun

sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme

yubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan displidemia

dapat meningkatkan risiko terkena diabetes militus.

c. Patofisiologis Diabetes militus pada Ibu hamil

Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah)

diakibatkan karena produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan

insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler. Insulin yang diproduksi sel-sel

beta pulau langerhans di prankeas bertanggung jawab mentranspor glukosa ke

dalam sel. Apabila insulin tidak cukup / tidak efektif, glukosa berakumulasi

dalam aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan

hiperosmolaritas dalam darah yang menarik cairan intrasel ke dalam sistem


vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan volume darah. Akibatnya

ginjal menyekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya untuk

mengatur kelebihan volume darah dan menyekresi glukosa yang tidak

digunakan (gliousuria). Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa haus berlebihan

(polidipsi). Penurunan berat badan akibat pemecahan lemak dan jaringan otot,

pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa lapar yang membuat individu

makan secara berlebihan (polifalgia). Setelah jangka waktu tertentu, diabetes

menyebabkan perubahan vaskuler yang bermakna. Perubahan ini terutama

mempungaruhi jantung, mata dan ginjal. Komplikasi akibat diabetes

mencakup aterosklerosis, premature, retinopati dan nefropati. Diabetes tipe I

dan II biasanysa dikenal sebagai sindrom yang disebabkan oleh faktor genetik.

Diabetes biasanya diwariskan sebagai sifat resesif, tetapi muncul sebagai sifat

dominan pada beberapa keluarga. Pewarisan sifat genetik (genotip) diabetes

mellitus tidak selalu berarti bahwa individu akan mengalami intoleransi

glukosa diabetik (fenotip). Banyak individu yang memiliki genotip, tidak

memperlihatkan satupun gejala diabetes sampai mereka mengalami satu atau

lebih stressor atau faktor presipitasi. Contoh stressor tersebut adalah

peningkatan usia, periode perkembangan normal, perubahan hormonal yang

cepat, obesitas, infeksi, pembedahan, krisis emosi dan tumor atau infeksi

pangkreas. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa

selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan

kehamilan meningkatsekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionic

somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai

asam amino dan glukosa ke fetus. Dalam kehamilan terjadi perubahan


metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan

bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara

tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin

hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin,

sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian

kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain

seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi

makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut

kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga

mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan

diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin

yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi

hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi

insulin, sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau

diabetes kehamilan.Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut,

akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah / fungsi insulin menjadi tidak

optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek

insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah

(kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi

dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi

sumber energi abnormal (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai

komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga

mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia,

hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.


d. Manifestasi kinis diabetes mmilitus gestasional

Berikut Manifestasi Klinis DM Gestasional :

1) Polyuria ( banyak berkemih)

2) Polydipsia ( banyak minum)

3) Penurunan berat badan

4) Polyphagia (banyak makan)

5) Letih, lesu, Lemah badan

6) Gatal

7) pandangan kabur

8) pruritus vulvae padawanita

9) Pusing

10) Mual

11) Mudah infeksi.

e. Pengaruh dan Komplikasi Diabetes Melitus terhadap Kehamilan

Diabetes melitus gestasional dapat merupakan kelainan genetik dengan

cara insufisiensi atau berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah,

berkurangnya glikogenesis, dan konsentrasi gula darah tinggi. Diabetes dalam

kehamilan menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan

perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita. Beberapa

hormon tertentu mengalami peningkatan jumlah, misalnya hormon kortisol,

estrogen, dan human placental lactogen (HPL). Peningkatan jumlah semua

hormon tersebut saat hamil ternyata mempunyai pengaruh terhadap fungsi

insulin dalam mengatur kadar gula darah. Kondisi ini menyebabkan suatu

kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut sebagai resisten insulin.
Sehingga menimbulkan dampak peningkatan kadar glukosa pada ibu hamil

(Rahayu,2016).

Pada diabetes melitus gestasional, selain perubahan-perubahan fisiologi

tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana fungsi insulin menjadi tidak

optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek

insulin, akibatnya kandungan glukosa dalam plasma ibu bertambah, kadar

gula darah tinggi, tetapi kadar insulin tetap tinggi. Melalui difusi terfasilitasi

dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi kandungan

glukosa abnormal. Peningkatan tingkat serum metabolit pada ibu yang

mengalami diabetes (misalnyaglukosa, asam lemak bebas, senyawa keton

dalam tubuh, trigliserida, dan asamasam amino) akan memicu peningkatan

transfer nutrien pada janin yang pada gilirannya akan menimbulkan

hiperglikemik dalam lingkungan uterus sehingga dapat merubah pertumbuhan

dan komposisi tubuh janin (Rahayu,2016).

Kemudian pada trimester kedua kehamilan, pankreas janin dengan ibu

diabetes mellitus gestasional akan beradaptasi dengan hiperglikemik dalam

lingkungan uterus dengan meningkatkan produksi insulin, yang

mengakibatkan hiperinsulinemia pada janin. Titik kulminasi dari peristiwa

metabolik yang terjadi di dalam uterus ini akan mengakibatkan hipoglikemia,

polisitemia, hiperbilirubinemia, komplikasi gawat nafas (respiratory distress

syndrome), dan pertumbuhan fetus yang beratnya berlebihan atau

makrosomia(Rahayu,2016).

Makrosomia, yang didefinisikan sebagai berat lahir> 4.000 g, terjadi

pada 20-30% bayi yang ibunya menderita Diabetes Militus Gestasional.


Faktor-faktor lain yang dapat diperlihat pada ibu yang memicukan

peningkatan insiden kelahiran janin makrosomia termasuk hiperglikemia,

Body Mass Index (BMI) tinggi, usia yang lebih tua, multiparitas. Dengan ini,

kasus makrosomia dapat menyebabkan untuk morbiditas janin meningkat

sewaktu dilahirkan, seperti distosia bahu, dan meningkatkan risiko kelahiran

secara sactio caesaria. Hipoglikemia neonatal dapat terjadi dalam beberapa

jam setelah dilahirkan.

Hal ini adalah karena ibu yang hiperglikemia dapat menyebabkan janin

hyperinsulinemia.

Komplikasi jangka panjang pada janin dengan ibu termasuk peningkatan

risiko intoleransi glukosa, diabetes, dan obesitas. Komplikasi pada ibu GDM

meliputi hipertensi, preeklampsia, dan peningkatan risiko kelahiran secara

sactio caesaria. Hipertensi ini mungkin terkait dengan resistensi insulin. Oleh

karena itu, intervensi yang menunjukkan peningkatkan sensitivitas insulin

dapat membantu mencegah komplikasi ini. Tidak hanya itu, wanita dengan

riwayat Diabetes Militus Gestasional memiliki peningkatan risiko diabetes

setelah kehamilan sebesar 41,3% menderita DMG pada kehamilan

berikutnya, sedangkan pada wanita yang tidak memiliki riwayat DMG

sebelumnya hanya 4,2%.9 Risiko menderita diabetes 5 tahun setelah

terdiagnosis DMG adalah 6,9% dan setelah 10 tahun menjadi 21,1%.10

f. Penatalaksanaan Medis Diabetes Gestasional

Terapi untuk pasien diabetes mellitus gestasional dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu dengan terapi non farmakologi dan terapi farmakologi :

1) Terapi Farmakologi
a) Insulin

Insulin adalah hormone polipeptida yang terdiri dari 51 asam

amino yang tersusun dalam 2 rantai, rantai A terdiri dari 21 asam

amino dan rantai B memiliki 30 asam amino. Tujuan dari terapi

insulin yaitu untuk mengatur kadar glukosa darah dengan target

organ utama adalah hepar, otot, dan jaringan adiposa. Preparat

insulin dapat dibedakan berdasarkan lama kerja yaitu insulin kerja

cepat, sedang, dan panjang (Tanu, 2007). Mekanisme kerja dari

insulin yaitu menurunkan kadar glukosa darah dengan

menstimulasi pengambilan glukosa perifer dan menghambat

produksi glukosa hepatic.

b) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Obat hipoglikemik oral biasa digunakan untuk pasien DM ada

5 golongan yaitu sulfonilurea, biguanid, meglitinid, penghambat α–

glikosidase, dan tiazolidinedione.Namun, obat hipoglikemik oral

yang aman dan dapat diberikan pada pasien DM gestasional hanya

gliburid/glibenklamid (sulfonilurea), metformin (biguanid), danakarbose

(penghambat α-glikosidase) (Thacker & Petkewicz,

2009).Gliburid/glibenklamid (sulfonilurea) bekerja dengan

merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel beta langerhans

pankreas. Metformin (biguanid) bekerja dengan menurunkan

produksi glukosa di hepar dan meningkatkan sensitivitas jaringan

otot dan jaringan adiposa terhadap insulin. Akarbose (penghambat

α-glikosidase) bekerja dengan menghambat kerja enzim α-


glikosidase di brush border intestine sehingga dapat memperlambat

absorpsi polisakarida, dekstrin, dan disakarida di intestine (Tanu,

2007).

2) Terapi Non Farmakologi

a) Diet DM / MNT (Medical Nutrition Therapy)

Diet/terapi nutrisi merupakan pengobatan standar untuk semua

pasien diabetes mellitus gestasional dengan tujuan meningkatkan

nutrisi untuk ibu dan janin, meningkatkan asupan kalori bagi

tumbuh kembang janin, pengaturan normoglikemia, dan mencegah

ketosis (Setji et al., 2005).

b) Self Monitoring of Blood Glucose (SMBG)

American Diabetes Association (ADA) merekomendasiskan

monitoring glukosa darah (SMBG) dapat dilakukan sebanyak 3X

atau lebih sehari untuk pasien yang menggunakan injeksi insulin

atau terapi pompa insulins

4. Kekurangan Energi Kronis atau KEK pada ibu Hamil

Kekurangan energi kronis atau KEK pada ibu hamil merupakan kondisi

ketika tubuh memiliki berat badan dan penyimpanan energi yang rendah.

a. Pengertian

Pengertian KEK pada ibu hamil menurut WHO adalah kondisi


seseorang yang memiliki nilai indeks massa tubuh (BMI) kurang dari 18,5.
WHO menentukan standar nilai BMI 18,5, 17,0, dan 16,0 sebagai kekurangan
energi kronis ringan, sedang, dan berat.Kekurangan energi kronis merupakan
salah satu masalah malnutrisi yang sering terjadi di masa kehamilan. Ibu
hamil dengan KEK mengalami kekurangan kalori dan protein yang dapat
menyebabkan berbagai gangguan kesehatan.Kondisi KEK saat hamil dapat
meningkatkan berbagai risiko komplikasi kehamilan dan menyebabkan
kematian bayi.

b. Penyebab KEK pada Ibu Hamil

Kekurangan energi kronis terjadi karena kapasitas fisik yang terbatas

akibat mengalami kekurangan asupan makanan sehat dalam jangka waktu

lama.Sesuai pengertian kekurangan energi kronis pada ibu hamil menurut

WHO, ibu hamil dengan KEK akan memiliki indeks massa tubuh (BMI)

kurang dari 18,5 kg/m2.Faktor yang mempengaruhi KEK pada ibu hamil

dapat berupa makan terlalu sedikit atau pola makan yang tidak seimbang

sehingga menyebabkan kekurangan nutrisi dalam jangka waktu lama.

Gangguan kesehatan pada masa kehamilan juga bisa menyebabkan

terjadinya malnutrisi yang berujung pada kekurangan energi kronis. Salah satu

gangguan kehamilan yang berpotensi menyebabkan KEK saat hamil

adalah hiperemesis gravidarum (HG).Hiperemesis gravidarum memiliki gejala

yang serupa dengan morning sickness. Hanya saja, gejala yang dialami bisa

lebih berat dan parah.

Ibu hamil yang mengalami masalah ini dapat mengalami mual dan

muntah berkali-kali, serta tidak dapat mempertahankan makanan di dalam

tubuh.Jika berlangsung hingga berbulan-bulan, hiperemesis gravidarum dapat

mengakibatkan malnutrisi penyebab KEK saat hamil dan mengganggu

kesehatan janin

c. Gejala KEK pada Ibu Hamil


Gejala Kekurangan Energi Kronis dapat di tandai dengan

1) Ukuran lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm


2) Terus-menerus merasa letih
3) Sering kesemutan
4) Wajah pucat
5) Penurunan berat badan dan lemak
6) Penurunan laju metabolisme
7) Penurunan kalori yang terbakar pada saat istirahat (resting metabolic
rate/RMR)
8) Penurunan kebiasaan aktivitas fisik
9) Penurunan kapasitas kerja fisik.

d. Dampak KEK Pada Ibu Hamil

Kekurangan energi kronis dapat berdampak pada banyak hal, seperti


perilaku dan kehidupan sosialnya. Hal ini disebabkan karena kondisi fisik
yang tidak memadai akibat KEK pada ibu hamil mengganggu aktivitas dan
kapasitas fisik dalam melakukan kegiatan sehari-hari.Selain itu, kekurangan
energi kronis dapat meningkatkan risiko berbagai komplikasi kehamilan yang
memengaruhi janin, seperti:
1) Lahir mati
2) Kelahiran Prematur
3) Gangguan Pertumbuhan Janin
4) Terhambatnya perkembangan otak janin
5) Berat Bayi lahir rendah
6) Anemia Pada bayi
Kekurangan Energi Kronis dapat meningkatkan risiko kematian pada ibu hamil
dan menganggu kesehatan janin karena kondisi ini bias menyebabkan
persalinan menjadi lebih sulit. Terlebih lagi bayi yang lahir dari ibu
Kekurangan gizi,memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah yang
sama. Salah satunya karena kondisi ini dapat menyebabkan air susu yang
dihasilkan ibu tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi. Lebih jauh lagi,
kekurangan gizi pada anakberpotensi mengakibatkan berbagai gangguan
tumbuh kembang anak. Termasuk di antaranya perkembangan kognitif yang
buruk, perawakan yang lebih pendek, serta meningkatnya risiko morbiditas dan
mortalitas.   
e. Cara Mengatasi KEK pada ibu hamil dan cara mengatasinya
Kurang energi kronis pada ibu hamil umumnya terjadi sebelum masa
kehamilan dimulai. Oleh karena itu, selain penanganan, Anda juga melakukan
upaya pencegahan supaya tidak terjadi kekurangan energi kronis pada ibu
hamil.Penanganan KEK pada ibu hamil memerlukan perubahan pada pola
konsumsi makanan yang dilakukan selama ini dan bukan merupakan hal yang
instan. Upaya ini juga perlu dilakukan secara berkesinambungan.Beberapa
penanganan KEK pada ibu hamil yang bisa dilakukan dengan perubahan pola
konsumsi makanan adalah:
1) Pemberian makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil
2) Ketersediaan pangan yang memadai di rumah tangga
3) Penyuluhan mengenai pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi kehamilan
4) Perubahan kebiasaan atau pola makan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh
5) Mengatasi gangguan kehamilan yang menyebabkan malnutrisi
Adapun makanan tambahan untuk ibu hamil kurang energi kronis yang
bisa rutin dikonsumsi adalah biskuit ibu hamil, makanan tinggi kalori, makanan
tinggi protein hingga makanan yang mengandung zat besi, seperti:
1) Telur 
2) Ikan
3) Daging
4) Makarel
5) Kentang
6) Nasi
7) Beras merah
8) Umbi-umbian
9) Kacang-kacangan
10) Susu

5. Hipertensi dalam Kehamilan


Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi pada sekitar 8-10% kehamilan.
Tekanan darah tinggi dalam kehamilan dapat merupakan tanda awal dari
preeklampsia, dan dapat bertahan dalam beberapa minggu setelah melahirkan.
Diagnosa preeklampsia termasuk peningkatan tekanan darah dan ditemukan
adanya protein di dalam urine. Preeklampsia muncul pada sekitar 5% kehamilan
dan sebagai faktor penyebab dari sekitar 16% kematian ibu secara global
(Cunningham et al., 2010).Preeklampsia juga menyebabkan risiko kematian bayi
meningkat hingga duakali lipat. Preeklampsia bahkan kadang tidak menunjukkan
gejala dan dapatberkembang menjadi kondisi yang mengancam nyawa yang
disebut eklampsia(Gibson, 2009).
a. Klasifikasi Hipertensi dalam kehamilan
Working Group of The National High Blood Pressure Education Program
pada tahun 2000 membuat klasifikasi hipertensi pada kehamilan.
Diagnosa hipertensi ditegakkan bila didapatkan tekanan darah sistolik ≥
140mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg. Kenaikan tekanan darah ≥ 30 mmHg
untuksistolik dan ≥ 15 mmHg untuk diastolik (kendati pada pengukuran
tekanan darahtidak melebihi 140/90 mmHg) tidak digunakan lagi sebagai
kriteria diagnostichipertensi (Cunningham et al., 2010).
1) Hipertensi Kronis
Hipertensi kronis didefinisikan sebagai hipertensi yang ditemukan
sebelumkehamilan atau sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu,
atau hipertensiyang ditemukan pertama kali pada usia kehamilan > 20
minggu dan tidak kembaliturun ke tekanan darah normal dalam 12 minggu
setelah persalinan (Cunninghamet al., 2010).
2) Hipertensi Gestasional

Diagnosis Hipertensi Gestasional ditegakkan bila didapatkan tekanan


darah≥ 140/90 mmHg pada usia kehamilan ≥ 20 minggu, tanpa disertai
adanyaproteinuria. Kendati demikian, apabila didapatkan peningkatan
tekanan darah yang signifikan, maka diperlukan pengawasan yang lebih
ketat, karena kejadianeklampsia dapat mendahului proteinuria. Tekanan
darah pada kasus gestasionalhipertensi berangsur normal dalam 12 minggu
setelah persalinan (Cunningham etal., 2010).
3) Preeklamsia - Eklamsia

Preeklampsia ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah ≥


140/90 mmHg disertai adanya proteinuria (300 mg/24 jam atau +1 pada
pemeriksaan dipstick). Edema tungkai yang sebelumnya menjadi salah
satu kriteria diagnostik,kini tidak lagi digunakan, karena banyak dijumpai
pada wanita hamil normal.Secara umum preeklampsia dibagi menjadi 2,
yaitu preeklampsia ringan danpreeklampsia berat. Batasan antara
keduanya adalah peningkatan tekanan darah,peningkatan proteinuria,
peningkatan serum kreatinin, dan peningkatan serumenzim hepar
(Cunningham et al., 2010).
Preeklampsia berat didefinisikan sebagai adanya peningkatan
tekanan darahsistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg yang
disertai proteinuria ≥ +2.Pada preeklampsia berat, sejumlah penanda
laboratorium seperti fungsi ginjal danfungsi hepar ditemukan meningkat,
namun pada preeklampsia ringan peningkatannya hanya minimal atau
bahkan tidak ada peningkatan sama sekali.Eklampsia didefinisikan sebagai
timbulnya kejang pada wanita penderitapreeklampsia yang tidak
disebabkan oleh hal lain. Kejang pada eklampsia bersifat general dan
dapat terjadi sebelum, saat, atau sesudah persalinan (Cunningham et
al., 2010).
4) Superimposed Preeklampsia pada Hipertensi Kronis

Superimposed preeklampsia didefiniskan sebagai timbulnya


proteinuriauntuk pertama kali (≥ 300 mg/24 jam) di usia kehamilan ≥ 20
minggu, pada wanita hamil yang sebelumnya telah terdiagnosa dengan
hipertensi (hipertensi kronis). Apabila seorang wanita menderita hipertensi
dan proteinuria sebelum usiakehamilan 20 minggu, maka diagnosis
superimposed preeklampsia dapat ditegakkan bila didapatkan peningkatan
tekanan darah lebih dari sebelumnya,peningkatan proteinuria, terjadinya
trombositopenia (kurang dari 100.000/µL) (Cunningham et al., 2010).
b. Preeklamsia
1) Epidemiologi

Preeklampsia mengkomplikasi sekitar 5-7% kehamilan di dunia


(Decherney2009-2010, didapatkan prevalensi preeklampsia ringan
sebesar 1,36%;preeklampsia berat sebesar 4,79%; superimposed
preeklampsia sebesar 0,43%;dan eklampsia sebesar 0,82% (Sutopo dan
Surya, 2011).et al, 2007)
2) Faktor-Faktor yang Meningkatkan Risiko Terjadinya Preeklampsia

Kendati dasar teori terjadinya preeklampsia masih belum pasti, terdapat


beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya
preeklampsia Cunningham et al., 2010).:
a) Usia ibu > 35 tahun
b) Ibu yang obesitas
c) Keadaan-keadaan di mana ibu terpapar vili korealis dalam jumlah
besar (kehamilan kembar, mola hidatidosa, ukuran plasenta yang
besar)
d) Ibu hamil dengan penyakit kardiovaskular (hipertensi kronis, penyakit
ginjal)
e) Ibu dengan penyakit thyroid
f) Riwayat dari anggota keluarga yang menderita preeklampsia
3) Etiologi Preeklampsia

Hingga saat ini, belum ada satu teori yang pasti, yang menjadi
dasar terjadinya preeklampsia. Namun dari sejumlah studi yang telah
dilakukan, etiologi preeklampsia mengarah pada plasenta.
Hipotesis yang digunakan saat ini adalah preeklampsia merupakan
sindromapenyakit dengan 2 tahap (Cunningham et al., 2010). Tahap I
merupakan keadaanpreklinis yang ditandai dengan gagalnya remodeling
arteri spiralis oleh sel-seltrofoblas dan menyebabkan hipoksia plasenta.
Hal ini kemudian menyebabkan
pasien masuk ke dalam tahap II yang ditandai dengan respon inflamasi
sistemikyang diperantarai oleh aktivasi endotel.
Cunningham dkk (2010) menyatakan bahwa preeklampsia
merupakan puncak
dari sejumlah faktor yang melibatkan ibu, plasenta, dan janin. Berikut
adalah faktor-faktor yang dianggap penting dalam terjadinya
preeklampsia :
a) Implantasi plasenta dengan invasi abnormal dari sel-sel trophoblas ke
arteri spiralis.Pada kehamilan normal, arteri spiralis akan mengalami
remodeling sebagaiakibat dari invasi sel-sel sitotrophoblas. Sel-sel
sitotrophoblas akan menggantikanendotel pada arteri spiralis beserta
tunika medianya. Remodeling ini menyebabkanlumen arteri spiralis
menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan memilikitahanan yang
lebih kecil, sehingga memungkinkan terjadinya perfusi yang lebih
baik pada plasenta (Lindheimer et al., 2009 ; Cunningham et al.,
2010).Namun hal ini rupanya tidak terjadi pada kasus preeklampsia.
Remodelingyang terjadi pada preeklampsia ternyata hanya sebatas
pada pembuluh darah didesidua, tidak mencapai pembuluh darah di
miometrium. Ini dikenal denganIncomplete Trophoblastic Invasion.
Diameter lumen arteri spiralis tidak sebesarpada kehamilan normal.
Ini menyebabkan kondisi hipoksia pada plasenta yangpada akhirnya
menyebabkan terlepasnya debris-debris plasenta, masuk ke dalam
sirkulasi ibu, dan menimbulkan respon inflamasi sistemik pada ibu
(Cunninghamet al., 2010)
b) Maladaptasi dari respon imun ibu terhadap jaringan ayah (plasenta)
danjaringan janin.Secara fungsional, respon imun manusia terbagi
menjadi 2, yaitu innateimmune response atau respon imun bawaan
dan adaptive immune response ataurespon imun adaptif/yang didapat.
Respon imun adaptif ini yang banyak berperandalam hal diterima
atau tidaknya hasil konsepsi.
Respon imun maternal-placental tergantung pada antingen Major
Histocompatibility (MHC) yang diekspresikan oleh sel-sel trofoblas,
dan inilahyang membedakan dengan sel-sel somatik lainnya, karena
sel-sel sitotrofoblastidak mengekspresikan antigen HLA-A atau
HLA-B (MHC tipe 1a) atau HLA-D(MHC tipe 2). Ketiga antigen ini
merupakan stimulator utama dari responpenolakan jaringan (dalam
hal ini penolakan hasil konsepsi) yang diperantaraioleh sel T. Namun
demikian, sel-sel sitotrofoblas mengekspresikan HLA-C (MHC
tipe 1a) dan sejumlah MHC klas 1b non-klasikal yaitu HLA-E dn
HLA-G(Lindheimer et al., 2009).
Disebutkan bahwa uterus (desidua) adalah suatu jaringan yang unik,
yangberbeda dengan jaringan lain dalam hal imunitas. Selama fase
luteal, desidua akandiinfiltrasi oleh leukosit, dimana 75% dari
leukosit tersebut adalah Natural KillerCells. Natural Killer Cells
yang ada di uterus (uNK) membawa receptor yangnantinya akan
berinteraksi dengan HLA yang diekspresikan oleh sel-
selsitotrofoblas. HLA-C adalah ligand untuk Killer Immunoglobulin-
like Receptors(KIR) yang diekspresikan oleh uNK sendiri. HLA-G
akan berikatan denganInhibitory Leucocyte Immunoglobulin-like
Receptors (LIR-1 dan LIR-2) yangdiekspresikan oleh monosit, NK-
sel, sel T, dan makrofag.Redman et al (2009) meneliti kemungkinan
peran maladaptasi dari responimun ibu dalam patofisiologi
preeklamsia. Pada awal kehamilan yang ditakdirkan
untuk menjadi preeklampsia, sel-sel trofoblas mengekpresikan
HLAG dalamjumlah yang lebih kecil daripada kehamilan normal.
Hal ini berkontribusiterhadap remodeling arteri spirales yang kurang
baik.
c) Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau
inflamasiyang terjadi.Respon inflamasi yang terjadi pada
preeklampsia adalah kelanjutan dariperubahan tahap I yang
disebabkan oleh remodeling arteri spirales yang tidaksempurna.
Remodeling yang tidak sempurna menyebabkan plasenta menjadi
hipoksia dan melepaskan mediator-mediator yang akan memicu
aktivasi selendotel ibu (disfungsi sel endotel).
Sel endotel adalah adalah sel yang melapisi pembuluh darah, terletak
diantara otot polos pembuluh darah dan darah yang bersirkulasi di
dalamnya. Selendotel mampu mengeluarkan berbagai molekul-
molekul signal yang langsungmasuk ke dalam sirkulasi dan
menyebar ke seluruh organ. Sel endotel berfungsimengatur tonus
vaskular, permeabilitas vaskular, koagulasi, dan sebagai target
dari sel-sel imun. Tonus vaskular dipertahankan oleh endotel di
bawah pengaruhdari vasokonstriktor (seperti endothelin dan
tromboxan A2) dan vasodilator(seperti Nitric Oxide, prostacyclin),
sementara fungsi koagulasi terjadi sebagaiakibat dari keseimbangan
antara pro-koagulan dan antikoagulan, danpermeabilitas vaskular
dipertahankan oleh sel endotel dengan adanya endothelial
tight junction. Disfungsi endotel maternal dipercaya menyebabkan
vasospasme,microtrombosis, dan peningkatan permeabilitas vaskular
yang nantinya akanmenjadi tanda dan gejala dari ibu dengan
preeklampsia. (Taylor et el., 2009)
d) Faktor-faktor genetic

Preeklampsia adalah suatu penyakit multifaktorial dan poligenik.


Reviewyang dilakukan oleh Ward dan Lindheimer pada tahun 2009
menyatakan bahwarisiko insiden preeklampsia pada seorang putri
dari ibu yang mengalamipreeklampsia adalah 20-40 persen; risiko
seorang wanita mengalami preeklampsiayang saudarinya mengalami
preeklampsia adalah 11-37 persen; dan 22-47 persenpada wanita
kembar yang saudari kembarnya mengalami preeklampsia. Ward dan
Lindheimer pada tahun 2009 juga menemukan ada sekitar 70 gen
yang berperandalam terjadinya preeklampsia (Cunningham et al.,
2010).

c. Pedoman Bagi Ibu hamil , Bersalin,Nifas, Dan Bayi Baru Lahir


Prinsip – prinsip pencegahan COVID -19 pada ibu hamil,bersalin,nifas dan bayi baru lahir
di masyarakat meliputi universalprecaution dengan selalu mencuci tangan dan memakai
sabun selama 20 detik atau hand sanitizer, pemakaian alat pelindung diri, menjada kondisi
tubuh dengan rajin olahraga dan istirahat cukup,makan dengan gizi yang seimbang, dan
memperhatikan etika baruk –bersin.
A. Upaya Pencegahan Umum Dapat Dilakukan oleh Ibu hamil, Bersalain Dan Nifas
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20 detik (Cara cuci
tangan yag benar pada buku KIA). Gunakan hand sanitizer berbasis alkphpl yang
setidaknya mengandung alcohol 70% , jika air dan sabun tidak tersedia. Cuci
tangan setikdaknay setelah buang air besar (BAB), Buang air kecil (BAK),
Sebelum makan (Baca buku KIA).
2. Hindari menyentuh mata hidung dan mulut dengan tangan ya g belum dicuci.
3. Sebisa mungkin hindari kontak dengna orang yang sedang sakit.
4. Saat sakit tetap gunakan masker, tetap tinggal dirumah aa segera pegi kef askes
kesehatan yang sesuai ,jangan banyak beraktifitas diluar.
5. Tutupi mulut dan hidug saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue pada
tempat yang te;ah ditentukan. Bila tidak ada tissue,lakukan batuk sesuai dengan
etika batuk.
6. Bersikan dan lakukan disinfeksi pada permukaan dan benda yang sering disentuh.
7. Menggunakan masker adalah salah satu cara mencegah penularan penyakit salura
nafas ,termasuk infeksi COVID -19. Akan tetapi penggunaan masker saja masih
kurang cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi ini, karenanya harus
disertai dengan usaha pencegaha lain. Penggunaan masker harus dikompbinasikan
dengan hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainya.
8. Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan dapat
mengakibatkan orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang
sama penting seperti hand hygiene dan perilaku hidup sehat.
9. Masker medis digunakan untuk ibu yang sakit dan ibu bersalian, sedangkan
masker kain dapat digunakan bagi ibu yang sehat dan keluarganya.
10. Cara penggunaaan masker yang efektif:
a) Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung,kemudian
eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara masker dan wajah
b) Saat digunakan hindari menyentuh masker.
c) Epas masker dengan teknik a g benar (missal: jangan menyentuh bagian depan
masker,tetapi lepas dari belakang dan dalam ).
d) Setelah dilepas jika tidsak sengaja menyentuh bagian masker yang telah
digunakan ,segera cuci tangan.
e) Gunakan masker baru yang bersih dan kering,jika ganti masker jika masker
yang digunakan sudah mulai lembab.
f) Jnagan pakai ulang masker yang sudah digunakan.
g) Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah sesuai
SOP.
11. Gunakan masker kain apabila dalm kondisi sehat. Masker kain yang
direkomendasikan oleh gugus COVID -19 adalah masker kain 3 lapis.Menurut
hasil penelitian masker kain dapat menangkal virus hingga 70 %. Disarankan
penggunaaan masker kain tikak lebih dari 4 jam .Setelahnya masker harus dicuci
menggunakan sabun dan air, dan pastikan bersih sebelum dipakai kembali.
12. Keluarga yang menemani ibu hamil,bersalin dan nifas harus menggunakan masker
dan jaga jarak.
13. Menghindari kontak dengan hewan seperti kelelawar, tikus , musang atau hewan
lain pembawa COVID -19 seta tidak pergi ke pasar hewan.
14. Bila terjadi gejala COVID -19 disarankan menghubungi laynan darurat tang
tersedia (Hotline COVID -19 : 199 ext 9) untuk dilakukan penjemputan sesuai
SOP, atau ke RS rujukan untuk mengatasi penyakit ini.
15. Himdari pergi ke daerah/ negara yang terjagkit COVID-19, bila sangat mendesak
untuk pergi diharap konsultasi terlebih dahulu dengfan spesiais obstetric atau
pelaynana kesahatan terkait.
16. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID -19 di media
social terpercaya.
B. Bagi Ibu Hamil
1. Pemeriksaan kehailan pertamakali dibutuhkan untuk skrining factor resiko
(termasuk program pencegahan penularan HIV,Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu k
anak/PPIA). Oleh karena ibu pemeriksaan dilakukan oleh dokter difasilitas
kesehatandengan perjanjian agar ibu tidk menunggu lama.Apabila ibu hamil
dating ke bidan tetap dilakukan pelaynana ANC,kemudian ibu hamil dirujuk
periksa ke dokter.
2. Dilakukan anamnesa da pemeriksaan skrining ibu kemungkinan menderita
Tubercolusis.
3. Pada daerah endemis malaria, seluruh ibu hamil pada pemeriksan pertama
dilakukan pemeriksaan RDT malaria dan diberikan kelambu berinsektisida.
4. Jika ada komplikasi atau penyulit maka ibu hamil harus dirujuk untuk
pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih lanjut.
5. Pemeriksaan rutin USG untuk sementara ditunda pada ibu dengan PDP atau
terkonfirmasi COVID -19 sampai ada rekomendasi dari episode isolasinya
berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasusu risiko tinggi.
6. Ibu hamil diminta mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari termasuk mengenali tanda bahaya pada kehamilan. Jika ada keluhan
atau tanda bahaya, ibu hamil harus segera memeriksakan diri kef askes.
7. Pengisian stiker P4K dipandu bidan/perawat/dokter melalui media komunikasi.
8. Kelas ibu hamil ditunda pelaksanaannya di masa pandemic COVID-19 atau dapat
mengikuti kelas ibu secara online.
9. Tunda pemeriksaan pada kehamilan trimester kedua. Atau pemeriksaan antenatal
dapat dilakukan melalaui tele-konsultasi klinis, kecuali dijumpai keluhan dan
tanda bahaya.
10. Ibu hamil yang kunjungan pertama terdeteksi memiliki factor risiko atau penyulit
harus memeriksakan kehamilanya pada trimester kedua. Jika ibu tidak dating ke
faskesnya , maka nakes yang melakuakan kunjungan rumah untuk melakukan
pemeriksaan ANC, pemantauan dan tatalaksana faktor penyulit. Jika diperlukan
lakukan rujukan ibu hami kef askes untuk mendapat pemeriksaan dan tatalaksana
lebih lanjut, termasuk pada ibu hamil dengan HIV,Sifilis dan Hepatitis B.
11. Pemeriksaan kehamilan trimester ketiga harus dilakukan dengan tujuan utama
untuk menyimpan proses persalinan.Dilaksanakan 1 bulan sebelum taksiran
persalinan.
12. Ibu hamil harus memeriksakan kondiri dirinya sendiri dan gerakan janinnya, Jika
terdapat risiko/ tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA), seperti mual muntah
hebat, perdarahan banyak, gerakan janin berkurang, ketuban pecah, nyeri kepala
hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi berulang, dan kejang. Ibu hamil denga
pemyakit diabetes militus gestasional, pre eklamsi berat, pertumbuhan janin
terhambat, dan ibu hamil dengan penyakit penyerta lainya atau riwayat obstetric
buruk maka periksakan diri ke tenaga kesehatan.
13. Pastikan agerak janin disarankan mulai usia kehailan 2o minggu. Setelah usia
kehamilan 28 minggu, hitunglah gerakan janin secara mandiri (minimal 10
gerakan per 2 jam).
14. Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi
makanan bergizi zeimbang, menjaga kebersihan diri dan tetap mempraktikan
aktivitas fisik berupa senam ibu hamil/yoga/pilates/peregangan secara mandiri di
rumah agar ibu tetap bugar dan sehat.
15. Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan oleh
nakes.
16. Ibu hamil dengan status PDP atau terkonfirmasi positif COVID -19 tidak
diberikan tablet tambah darah karena memperburuk komplikasi yang diakibatkan
kondisi COVID-19.
17. Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 pasca
perawatan, kunjungan antenatal dilakukan setelah 14 harisetelah periode penyakit
akut berakhir.Periode 14 ini dapat dikurangi apabila pasien dinyatak sembuh.
Direkomendasikan dilakuakan USG antenatal untuk pengawasan pertumbuhan
janin, 14 hari setelah resolusi penyakit akut. Meskipun tidak ada bukti bahwa ada
gangguan pertumbuhan janin (IUGR) akibat COBVID-19 dan solusio plasenta
pada kasusu MERS, sehingga tindak lanjut USG diperlukan.
18. Jika ibu hamil dating dirumah sakit dengan gejala memburuk dan diduga
/dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa rekomendasi berikut:
Pembentukan tim multi-disiplin idealnya melibatkan konsultan dokter spesialis
penyakit infeksi jika tersedia, dokter kandungan , bidan yang bertugas dan dokter
anastesiyang bertanggung jawab untuk perawatan pasien sesegera mungkin setelah
masuk. Diskusi dan kesimpulannya harus didiskusikan dengan ibu dan keluarga
tersebut.
19. Konseling perjalanan untuk ibu hamil, ibu hanil sebaiknya tidak melakukan
perjanan ke luar negri dengan mengikuti anjuran perjalanan (travel advisory) yang
dikeluarkan pemerintah. Dokter harus menanyakan riwayat perjalanan terutama
dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan penyebaran luars COVID-19.
2.4 Kumpulan jurnal
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI IBU
HAMIL UNTUK MEMERIKSAKAN KEHAMILAN
Volume 7 Nomor 1 Bulan Juli Tahun 2018 ᴥ ISSN:2089-9394
Hubungan pengetahuan dengan motivasi ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilanya.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila
pengetahuan seakin baik tentang pemeriksaan kehamilan akan meningkatkan
kemungkinan ibu untuk atuh dlam pemeriksaan kehamilanya,(Pratitis & pungsi
bidang,2013).Meurut penelitian kusumo (2016) .Menyatakan bahwa ibu hamil
yang memiliki pengetahuan baik tentang kehamilanya akan mempunyai kesadaran
tinggi untuk merawat kehamilanya.
Hubungan dukungan keluarga dengan motivasi ibu untuk periksa
hamil.Kehamilan dalam meningkatkan kesiapan ibu dalam menghadapi
kehamilanya .Wahyuni&Ernawati (2015).
Hubungan sikap dan motivasi ibu untuk memeriksakan kehamilanya.
Sikap positif ibu adlah sikap yang sangat antusias untuk menjaga dan memantau
kehamilanya seiap waktu. Hubungan jarak tempat pelayanan dengan motivasi ibu
hamil melaksanakan pemeriksaan kehamilan, semakin dekat jarak rumah ibu
hamil dengan temapat pelayanan kesehatan,maka semakin cepat waktu yang
dibutuhkan untuk sampai ketempat tersebut sehingga semkin sering ibu hamil
memeriksakan kehamilanya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERATURAN
PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS BIRU-BIRU
KABUPATEN BONE Vol. 2, No. 1, April 2020, pp 30-35
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh manusia atau
kepandaian dan ilmu manusia dan segala sesuatu yang ada dalam fikiran seseorang
untuk mengenal dan mengetahui berbagai hal.
Hal ini berarti bahwa ibu yang tingkat pengetahuannya cukup lebih
banyak memeriksakan kehamilannnya secara teratur dibandingkan dengan ibu
yang pengetahuannya kurang. Pengetahuan baik Subjek dipengaruhi oleh
pernahnya Subjek mendapatkan informasi dari petugas kesehatan tentang ANC,
sehingga dengan mendapatkan informasi tentang ANC Subjek yang sebelumnya
yang tidak tahu menjadi tahu, Subjek yang sebelumnya belum mengerti menjadi
mengerti dan memahami tentang ANC.
Pengetahuan dan sikap berpengaruh terhadap standar keteraturan
pemeriksaan Antenatal Care sedangkan dukungan suami tidak ada pengaruh
terhadap keteraturan pemeriksaan Antenatal Care. Untuk semua ibu hamil
sebaiknya lebih memperhatikan dan memeriksakan kehamilannya secara dini dan
teratur. Fasilitas kesehatan sebaiknya lebih meningkatkan mutu pelayanan dengan
penyediaan sarana dan prasarana yang memadai utamanya SDM yang professional
dan bermutu dengan cara memberikan penyuluhan utamanya pada ibu hamil tanpa
memperhatikan dari kelompok umur tertentu tentang pentingnya kebutuhan gizi
masa hamil dan keteraturan Antenatal Care .
PENYEBAB RENDAHNYA KELENGKAPAN KUNJUNGAN ANTENATAL
CARE IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENGAMBIRAN
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas,diterbitkan oleh Program Studi S-1
Kesehatan Masyarakat,Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas:2015
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian diperoleh bahwa kurang dari
separuh responden memiliki riwayat ANC lengkap. Lebih dari separuh responden
memiliki tingkat pengetahuan rendah,memiliki sikap negative,dan keluarga
(suami) yang tidak mendukung. Kurang dari separuh responden menytakan bahwa
peran bidan kurang baik saat kunjungan ANC.Adanya hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan sikap,peran keluarga dengan kelengkapan kunjungan
ANC. Disamping itu peran bidan yang dilakukan dalam ANC pada ibu hamil
belum efektif,dan efisien.Ada factor lain yang juga dapat mempengauhi rendahnya
kelengkapan knjungan ANC, seperti social, budaya, ekonomi,psikologi, dan
lainya.
ANEMIA DAN KEK PADA IBU HAMIL SEBAGAI FAKTOR RISIKO
KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
(Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Juwana Kabupaten Pati)
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume7,Nomor1,Januari2019(ISSN:2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Ibu hamil dengan KEK akan berpengaruh terhadap persalinan seperti
persalinan yang sulit, lama, persalinana belum waktuya (premature),perdarahan
setelah persalianan, dan persalinan dengan prosesi operasi semakin meningkat. Ibu
hamil yamg mengalai KEK juga kan berpengaruh terhadap pertumbuhan janin
seperti: keguguran,abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaaan,
anemia, IUFD, serta lahir dengan BBLR. KEK dapat dicegah sedini mungkin
dengan cara memiliki gizi yang baik, selain itu dapat dilakukan dengan pencapaian
dan pengaturan berat badan yang ideal.
ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN ANTENATAL PADA MASA
PANDEMI COVID-19
Jurnal Kesehatan
Vplume 12, Nomor 1, Tahun 2021
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK
Pelaksanaan pelayanan Antenatal Care(ANC) di masa pandemic covid-19
telah dilakukan dengan merubah metode misalnya untuk kegiatan kelas hamil
diganti dengan kunjungan rumah oleh bidan untuk membimbing ibu hamil dalam
mempelajari buku KIA,memeriksa gerak janin dan menghitunya.
Faktor penghambat bagi bidan di Puskesmas Way Kandis adalah
ketidakpatuhan masyarakat dalam hal ini ibu hamil dan kader dalam penerapan
protocol kesehtan dimanapun berada. Berisi penjelasan singkat terkait variabel-
variabel yang diteliti sebagai dasar penyusunan instrumen Gunakan
referensimaksimal 10 tahun dan utama kanhasil penelitian (jurnal).Maksimal 5
halaman.Kerangka Konsep yang menjelaskan mengenai keterkaitan antara
variable- variable penelitian Hipotesis Penelitian
2.5 Kerangka Teori

IBU HAMIL

ANC TERPADU

PENAPISA
PE NNN
L
NORMAL KURANG ANEMIA Hb< KEK+A KEK+Penya
A
GIZI/KEK 11 NEMIA kit
Y
A
N  Edukasi  Edukasi  Konseling Tatalaksana Tatalaksana
 Konseling  Konseling bumil KEK bumil KEK
TATALAKSAN  TTD 2
 Pantau BB  Pantau BB dan Anemia dan penyakit
A tablet/hari(
 Pantau janin  Pantau janin pantau
 PMT dalam 1
bulan)

Ditangani sesuai standart


Dirujuk bila Hb < 1 g/dl
kenaikan BB < 1Kg/bl
(T1)dan < 2 Kg (T2 dan 3)
Berdasarkan teori kategori kehamilan beresiko menurut Poedji Rochyati Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo,maka disusun kerangka teori sebagai berikut:

Kehamilan Resiko
Tinggi

Primipara Primipara tua Primipara Tinggi Riwayat Kehamilan


muda umur umur > 35 sekunder badan < Kehamilan dengan
<16 tahun tahun dengan umur 145 cm Buruk penyakit ibu
anak terkecil yang
diatas 5 tahun mempengaruhi
kehamilan

-Tingkat pendidikan Tingkat Pengetahuan Sikap


-Informasi

-Budaya

- Pengalaman
Perilaku
- Sosial Ekonomi
Deteksi dini kehamilan
resiko tinggi

Anemia pada kehamilan

1.Hb < 11 g/dl pada trimester I dan III

2. Hb < 10,5 g/dl pada trimester II

Karakteristik ibu hamil


Faktor penyebab yang mempengaruhi
anemia
1. Anemi Gizi
2. Penyebab infeksi 1. Umur
3. Hemoglobinopati 2. Pendidikan
4. Kegagalan sumsum tulang 3. Pekerjaan
4. Gravida
5. Paritas

Kemampuan intelektual

Kemampuan detesi dini

Tanda dan Gejala

Pucat,lelah,lemah,pusing,jantung
berdebar,sesak nafas,dan kehilangan
nafsu makan
Ibu Hamil KEK

Konsumsi Gizi tidak cukup Penyakit Penyebab


Lagsung

Persediaan Pola asuh Kesling dan


makanan tidak tidak Yankes tidak Penyebab Tidak
cukup memadai memadai Lnagsung

Kurang pemberdayaan wanita,keluarga


dan SDM

Kurang pemberdayaan wanita,keluarga


dan SDM Masalah Utama
Pengangguran ,inflasi,kurang pangan dan
kemiskinan

Krisis ekonomi,poltik dan sisoal Masalah Dasar


Kerangka Konsep

Keteraturan ibu
melakukan ANC

Penerapan Metode
ANC Aktif
Penurunan RISTI
BUMIL

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelskan keterkaitan antaravariabel dimana,kerangka konsep akan
memebantua penelitian menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam,
2016).Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah maslah penelitian dan merupakan
refleksi dari hubungan variabel –variabel yang diteliti (swarjana,2015). Adapun variable yang
diteliti adalah Penerapan Metode ANC aktif masa pandemic COVID-19 terhadap keteraturan ibu
melakukan ANC dan penurunan Risti bumil di Puskesmas pranggang.
Penerapan Metode ANC Aktif masa pandemic COVID-19 dapat mempengaruhi
keteraturan ibu melakukan ANC dan penurunan risiko tinggi, diharapkan dengan metode ini bisa
meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu hamil sehingga kejadian bumil risti dapat ditekan.
Hipotesis Penelitian
1. Terdapat pengaruh antara penerapan metode ANC aktif masa pandemi COVID-19 terhadap
keteraturan ibu melakukan ANC
2. Terdapat pengaruh penerapan metode ANC aktif masa pandemi COVID-19 terhadap
penurunan risti bumil.
3. Terdapat pengaruh antara penerapan metode ANC aktif masa pandemi COVID-19 terhadap
keteraturan ibu melakukan ANC dan Penurunan risti

Anda mungkin juga menyukai