Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ATONIA UTERIA

Disusun Oleh :
ALFANDA SAINTLY LAMAWITAK

NIM.PO7120322005

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA


PRODI D-III KEPERAWATAN
MERAUKE
A. Definisi Post Partum
Menurut Marmi (2012), postpartum adalah masa beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai minggu keenam setelah melahirkan. Masa post pertum
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali pada masa sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu.
Pendapat lain mengatakan postpartum adalah masa setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali
kekeadaan yang normal pada saat sebelum hamil.
Berdasarkan definisi di atas, yang dimaksud dengan postpartum adalah
masa setelah kelahiran bayi dan masa si ibu untuk memulihkan kondisi fisiknya
meliputi alat-alat kandungan dan saluran reproduksi kembali pada keadaan
sebelum hamil yang berlangsung selama enam minggu.

B. Perubahan Fisiologis Masa Post Partum


Bobak, Lowdermik dan Jensen (2004), menyatakan bahwa periode postpartum
adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada masa postpartum terjadi perubahan-
perubahan pada sistem reproduksi, yaitu meliputi adanya pengerutan rahim
(involusi), lokea, perubahan pada serviks, vulva dan vagina dan perinium.
Pada sistem pencernaan, pembatasan asupan nutrisi dan cairan dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keterlambatan
pemulihan fungsi tubuh ( Bobak dkk., 2004; Derek & Jones 2005).
Sementara itu uretra, kandung kemih dan jaringan sekitar meatus urinarius dapat
mengalami trauma mekanik akibat desakan oleh bagian yang berpresentasi selama
persalinan kala II, Hal ini dapat menyebabkan kehilangan sensasi untuk buang air
kecil (Ambarwati & Wulandari, 2009). Pada masa postpartum, estrogen dan
progesteron akan menurun setelah ekspulsi plasenta. Jika ibu tidak menyusui,
estrogen akan kembali meningkat sekitar tiga minggu setelah kelahiran yang
diikuti dengan kembalinya menstruasi (Derek & Jones, 2005 ; Ambarwati &
Wulandari, 2009).
Suhu badan tidak lebih dari 37,2 oC. Sesudah 12 jam pertama melahirkan,
umumnya suhu badan akan kembali normal. Pada masa nifas umumnya denyut
nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu badan (Winkjosastro et al, 2002).
Fungsi pernapasan akan kembali pada rentang normal dalam jam pertama
postpartum. Napas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi
adanya kondisi-kondisi abnormal (Verney, 2006).
C. Adaptasi Psikologis Masa Post Partum
Proses adaptasi psikologis pada seorang ibu telah dimulai sejak ibu hamil.
Perubahan mood seperti sering marah, menangis, dan sering sedih atau cepat
berubah perasaan menjadi senang merupakan manifestasi dari emosi yang labil
(Suherni, dkk, 2008).
Menurut Rubin (1977) dalam Palupi (2013),pada masa postpartum seorang
ibu akan melalui tiga periode adaptasi psikologis yang disebut “Rubin Maternal
Phases”,yaitu sebagai berikut:
1. Periode Taking In
Fase ini disebut juga fase ketergantungan. Dimulai setelah persalinan, pada
ibu masih berfokus dengan dirinya sendiri, bersikap pasif dan masih sangat
tergantung pada orang lain di sekitarnya.
2. Periode Taking Hold
Fase ini disebut juga fase transisi antara ketergantungan dan kemandirian.
Terjadi antara hari kedua dan ketiga postpartum, ibu mulai menunjukkan
perhatian pada bayinya dan berminat untuk belajar memenuhi kebutuhan
bayinya. Dalam tenaga ibu pulih kembali secara bertahap, ibu merasa lebih
nyaman, fokus perhatian mulai beralih pada bayi, ibu sangat antusias
dalam merawat bayinya, ibu mulai mandiri dalam perawatan diri dan
terbuka pada pengajaran perawatan. Saat ini merupakan saat yang tepat
untuk memberi informasi tentang perawatan bayi dan diri sendiri. Pada
fase ini juga terdapat kemungkinan terjadinya postpartum blues.
3. Periode Letting Go
Fase ini disebut juga fase mandiri. Pada fase ini berlangsung antara dua
sampai empat minggu setelah persalinan ketika ibu mulai menerima peran
barunya. Ibu melepas bayangan persalinan dengan harapan yang tidak
terpenuhi serta mampu menerima kenyataan. Pada fase ini tidak semua ibu
postpartum mampu beradaptasi secara psikologis sehingga muncul
gangguan mood yang berkepanjangan ditandai dengan adanya perasaan
sedih, murung, cemas, panik, mudah marah, kelelahan, disertai gejala
depresi seperti gangguan tidur dan selera makan, sulit berkonsentrasi,
perasan tidak berharga, menyalahkan diri dan tidak mempunyai harapan
untuk masa depan. Hal ini juga merupakan pencetus berbagai reaksi
psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga ketingkat gangguan
jiwa yang berat.

D. Definisi Atonia Uteri


Atonia uteri yaitu keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi lahir (Sarwono, 2008).
Atonia uteri yaitu suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat
berkontraksi dan apabila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (Depkes RI, 2008).
Menurut Prawirohardjo (2014) Atonia uteri adalah keadaan lemahnya
tonus / kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup
perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.

E. Etiologi Atonia Uteri


Beberapa faktor Predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca persalinan
yang disebabkan oleh Atonia Uteri, diantaranya adalah :
1. Uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya :
a. Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
b. Kehamilan gemellic
c. Janin besar (makrosomia)
2. Kala satu atau kala 2 memanjang
3. Persalinan cepat (partus presipitatus)
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
5. Infeksi intrapartum
6. Multiparitas tinggi (grande multipara)
7. Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada
preeklamsia atau eklamsia.
8. Umur yang terlalu tua atau terlalu muda(<20 tahun dan >35 tahun)Atonia
Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
persalinan,dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam
usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.
F. Manifestasi Klinis
1. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
2. Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer)
G. Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang digunakan untuk membantu menetapkan diagnosa medis
seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen dan ultrasonografi (Nursalam, 2007).
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan kadar HB dan golongan
darah yang dilakukan sebagai pemastian kondisi ibu yang telah banyak
mengeluarkan darah sehingga apabila hemoglobin darah ibu turun dapat segera
ditangani. Pada atonia uteri untuk pemeriksaan laboratoriumnya dilakukan
pemeriksaan HB untuk mengetahui ibu anemia atau tidak (Saifuddin, 2002).

Penatalaksanaan
Tatalaksana umum dari atonia uteri yaitu:
1. Cairan intravena dan transfuse
2. Uterotnika
3. Pemijatan Uterus
4. Kompresi Bimanual
Jika telah dilaksanakan tatalaksana tersebut ada reaksi tetapi tetap terjadi
perdarahan, maka kemungkinan yang dapat dilakukan adalah:
1. Kuretase post partum
2. Bolus uterotnika
3. Tampon Uterovaginna selama 24 jam
Namun jika tidak ada reaksi dari penatalaksanaan tersebut maka laporkan untuk:
1. Ligasi arteri hipogastika
2. Umur muda
3. Paritas sedikit
4. Masih menginginkan anak
5. Histerektomi (supravaginam)
Penatalaksanaan Konservatif:
1. Antibiotika
2. Cairan intravena dan transfuse
3. Obat penyerta
4. Vitamin
5. Fe
6. Gizi baik
H. Komplikasi
1. Hipotensi ortostatik atau pusing karena tekanan darah rendah
2. Anemia
3. Kelelahan
4. Peningkatan risiko perdarahan postpartum pada kelahiran selanjutnya
5. Depresi postpartum
6. Syok hemoragik yang dapat mengancam nyawa.
I. Asuhan Keperawatan Pankreatitis (secara teori)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian
yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tindakan
dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara
sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang
diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap
klien post meliputi:
a. Anamnesa
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medical record dan lain – lain.
2. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi
sisa plasenta.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam
jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna
merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, dan mual.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit
keturunan hemopilia dan penyakit menular.
3. Riwayat obstetric
a) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus,
banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
b) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang
keberapa, Usia mulai hamil
c) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1) Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua,
apakah ada abortus, retensi plasenta.
2) Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara
persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan
dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak
waktu lahir, panjang waktu lahir.
3) Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada
pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat
nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
d) Riwayat Kehamilan sekarang
1) Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat
badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan
tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
3) Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat
pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya
yang didapat
b. Pola aktifitas sehari-hari.
1. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik
sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan
minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori,
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah – buahan.
2. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi.
Adanya perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari
post partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan
sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )
3. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan
peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
4. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok
gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan
mengganti balutan atau duk.
2. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a) Mulut : bibir pucat
b) Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
c) Abdomen : terdapat pembesaran abdomen
d) Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
e) Ekstremitas : dingin
2. Palpasi
a) Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK,
nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
b) Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
3. Auskultasi
a) Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
4. Perkusi
a) Ekstremitas : reflek patella + / +
3. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
1. Rambut dan kulit
a. Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea
nigra.
b. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
c. Laju pertumbuhan rambut berkurang.
2. Mata : pucat, anemis
3. Hidung
4. Gigi dan mulut
5. Leher
6. Buah dada / payudara
a) Peningkatan pigmentasi areola putting susu
b) Bertambahnya ukuran dan noduler
7. Jantung dan paru
a) Volume darah meningkat
b) Peningkatan frekuensi nadi
c) Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah
pulmonal.
d) Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
e) Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
f) Diafragma meninggi.
g) Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
8. Abdomen
a) Menentukan letak janin
b) Menentukan tinggi fundus uteri
9. Vagina
a) Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan
( tanda Chandwick)
b) Hipertropi epithelium
10. System musculoskeletal
a) Persendian tulang pinggul yang mengendur
b) Gaya berjalan yang canggung
c) Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan
diastasis rectal
4. Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi
dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :
1. Nyeri/ketidaknyamananNyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta
tertahan)
Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma).
2. Sistem vaskuler
a) Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8
jam berikutnya
b) Tensi diawasi tiap 8 jam
c) Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah
d) Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan
e) Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek
koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.
3. Sistem Reproduksi
a) Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum,
kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan
posisinya serta konsistensinya
b) Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna,
banyak dan bau
c) Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi,
luka jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas
d) Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak
e) Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum
f) Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan
fungsi sebelum kehamilan (sub involusi)
4. Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar
atau tidak, spontan dan lain-lain
5. Traktur gastro intestinal
Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi
6. Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir
Perencanaan Keperawatan

Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi Pemberian Analgesik (1.02061 SIKI 1. untuk mengetahui
dengan agen pencedera keperawatan selama 3 × 24 jam Tahun 2016 Halaman 251) karakteristik nyeri
fisik persalinan maka Tingkat nyeri menurun Observasi: 2. untuk mengetahui
dengan kriteria hasil: 1. identifikasi karakteristik nyeri adanya riwayat
D.0077 SDKI Tahun L.08066 SLKI Tahun 2016 (missal pencetus, pereda, alergi obat
2016 Halaman 172 Halaman 145 kualitas, lokasi, intensitas, 3. untuk mengontrol
 keluahan nyeri menurun frekuensi, durasi) adanya penurunan atau
 frekuensi nadi membaik 2. identifikasi riwayat alergi obat peningkatan sebelum

 gelisah menurun 3. monitor tanda-tanda vital dan sesudah

 kesulitan tidur menurun sebelum dan sesudah pemberian analgesic


pemberian analgesic 4. untuk mencatat setiap
Terapeutik: respons pasien pasca
4. dokumentasikan respons pemberian analgesic
terhadap efek analgesic dan 5. agar pasien
efek yang tidak diinginkan mengetahui efek
Edukasi: samping dan efek
5. jelaskan efek terapi dan efek terapi obat yang
samping obat diberikan
Kolaborasi: 6. kolaborasi pemberian
6. kolaborasi pemberian dosis dan obat agar dosis yang
jenis analgesic, jika perlu diberikan pas dan
lebih efektif
2. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan intervensi Perawatan Sirkulasi (1.02079 SIKI 1. untuk mengetahui
efektif berhubungan keperawatan selama 3 × 24 jam Tahun 2016 Halaman 345) sirkulasi perifer pasien
dengan penurunan maka Tingkat perdarahan Observasi: 2. untuk mengetahui
aliran arteri dan/atau menurun dengan kriteria hasil: 1. periksa sirkulasi perifer (missal panas, kemerahan,
vena L.02017 SLKI Tahun 2016 nadi perifer, edema, pengisian nyeri, atau bengkak
Halaman 147 kapiler, warna, suhu) pada ekstremitas
D.0009 SDKI Tahun  kelembaban membrane 2. monitor panas, kemerahan, 3. pemasangan infus /
2016 Halaman 37 mukosa meningkat nyeri, atau bengkak pada pengambilan darah di
 kognitif meningkat ekstremitas area keterbetasan
 tekanan darah membaik Terapeutik: perfusi beresiko

 suhu tubuh membaik 3. hindari pemasangan infus atau kegagalan karena


pengambilan darah di area penyebaran darah di
keterbatasan perfusi area tersebut berkurang
4. hindari pengukuran tekanan 4. pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas dengan darah di area terbatas
keterbatasan perfusi perfusi adalah area
Edukasi: rendah tekanan dan
5. informasikan tanda dan gejala tidak bisa dilakukan
darurat yang harus dilaporkan pengukuran tekanan
(missal rasa sakit yang tidak darah
hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)
3. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan intervensi Edukasi Kesehatan (1.12383 SIKI 1. kesiapan dan
tentang prosedur keperawatan selama 3 × 24 jam Tahun 2016 Halaman 65) kemampuan pasien
tindakan berhubungan maka Tingkat pengetahuan Observasi: adalah factor
dengan kurangnya meningkat dengan kriteria hasil: 1. identifikasi kesiapan dan penting dalam
terpapar informasi L.12111 SLKI Tahun 2016 kemampuan menerima memberikan
Halaman 146 informasi edukasi kesehatan
D.0111 SDKI Tahun  perilaku sesuai anjuran Terapeutik: 2. pentingnya materi
2016 Halaman 246 meningkat 2. sediakan materi dan media dan media agar
 perilaku sesuai pendidikan kesehatan memperjelas tujuan
pengetahuan meningkat 3. berikan kesempatan untuk dan inti dari
 pertanyaan tentang bertanya edukasi
masalah yang dihadapi Edukasi: 3. memberikan
menurun 4. jelaskan factor resiko yang kesempatan untuk
 persepsi yang salah dapat mempengaruhi kesehatan bertanya agar kita
terhadap masalah 5. ajarkan PHBS tau sejauh mana
menurun pasien menerima
informasi
4. agar pasien bisa
menerapkan dan
tau pentingnya
PHBS
4. Resiko Syok Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Syok (1.02068 SIKI 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama 3 × 24 jam Tahun 2016 Halaman 285) status
D.0039 SDKI Tahun maka status sirkulasi membaik Observasi: kardiopulmonal
2016 Halaman 92 dengan kriteria hasil: 1. Monitor status kardiopulmonal 2. Untuk mengetahui
L.02016 SLKI Tahun 2016 (frekuensi dan kekuatan nadi, status oksigenasi
Halaman 127 frekuensi napas, TD. MAP) 3. Untuk mengetahui
 kekuatan nadi meningkat 2. Monitor status oksigenasi tingkat kesadaran
 pucat menurun 3. Monitor tingkat kesadaran dan 4. Untuk menghindari
 tekanan darah membaik respon pupil) intervensi yang
 Fatigue menurun 4. Periksa riwayar alergi menimbulkan alergi
Terapeutik: 5. Untuk
5. Berikan oksigen untuk mempertahankan
mempertahankan saturasi > saturasi dan
94% mempertahankan
6. Pasang jalur IV, jika perlu kesadaran pasien
7. Pasang kateter urine untuk 6. Pasang jalur IV
menilai produksi urine, untuk membantu
Jika perlu status cairan pasien
Edukasi: 7. Untuk menilai
8. Jelaskan penyebab/factor produksi urine
resiko syok 8. Agar pasien
9. Jelaskan tanda dan gejala syok mengetahui
Kolaborasi: penyebab/factor
10. Kolaborasi pemberian IV, resiko syok
jika perlu 9. Agar pasien
11. Kolaborasi pemberian transfuse mengetahui tanda
darah, jika perlu dan gejala syok
10. Pemberian IV
untuk membantu
hidrasi pasien
11. Untuk mengganti
banyaknya darah
yang sudah keluar
karena perdarahan
5. Resiko Infeksi Setelah dilakukan intervensi Perawatan Pasca Persalinan 1. Untuk memonitor
keperawatan selama 3 × 24 jam (1.07225 SIKI Tahun 2016 tanda-tanda vital
D.0142 SDKI Tahun maka integritas kulit dan jaringan Halaman 2. Untuk mengetahui
2016 Halaman 304 meningkat dengan kriteria hasil: 335) keadaan lokia pasca
L.14125 SLKI Tahun 2016 Observasi: melahirkan
Halaman 33 1. Monitor tanda-tanda vital 3. Untuk mengetahu
 Nyeri menurun 2. Monitor keadaan lokia (warna, tanda nyeri
 Kemerahan menurun bau, jumlah dan bekuan) 4. Untuk mengetahui

 Suhu kulit membaik 3. Monitor nyeri tanda homan

 Nekrosis menurun 4. Monitor tanda homan 5. Untuk mengetahui


Terapeutik: kontraksi Rahim
5. Masase fundus sampai 6. Agar pasien tetap
kontraksi kuat, jika
perlu
6. Berikan kenyamanan pada ibu merasa nyaman dan
Edukasi: relax
7. Jelaskan tanda dan bahaya 7. Agar pasien dan
nifas pada ibu dan keluarga
keluarga mengetahui tanda
8. Ajarkan cara perawatan dan bahaya nifas
perineum yang tepat 8. Agar pasien
Kolaborasi: mengetahui cara
9. Rujuk ke konselor laktasi, perawatan
jika perlu perineum yang
tepat
9. Kolaborasi
konselor laktasi
untuk membantu
status menyusui
pasien
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC Jakarta.

Hardhi and Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & Nanda Nic-Noc Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional. Yogyakarta: Mediaction Jogja.

Mansjoer, A. and Dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 Edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius.

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT


Alumni.

Sujono and Sukarmin. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Gangguan Eksokrin & Endokrin Pada Pankreas. Yogyakarta:
GRAHA ILMU.

Sukarmin & Riyadi. 2008. Pankreas., Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Eksokrin & Endokrin Pada. Yogyakarta: GRAHA ILMU.

Anda mungkin juga menyukai