Anda di halaman 1dari 78

PROPOSAL

MANAJEMEN PENGELOLAAN PARIWISATA 1000


MUSAMUS KAMPUNG SALOR INDAH DISTRIK KURIK
KABUPATEN MERAUKE

OLEH :
DIMAS ARDIANSYAH
2022-63-201-163

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2022
2023
PROPOSAL

MANAJEMEN PENGELOLAAN PARIWISATA 1000


MUSAMUS KAMPUNG SALOR INDAH DISTRIK KURIK
KABUPATEN MERAUKE

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Penulisan Skripsi Pada Jurusan
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

OLEH :
DIMAS ARDIANSYAH
2022-63-201-163

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2023

i
HALAMAN PERSETUJUAN

MANAJEMEN PENGELOLAAN PARIWISATA 1000 MUSAMUS


KAMPUNG SALOR INDAH DISTRIK KURIK KABUPATEN
MERAUKE

NAMA : Dimas Ardiansyah


NPM : 2022-63-201-163

JURUSAN : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui,

Pembimbing,

Dr. Ransta Lekatompessy, S.IP., M.Sc


NIP. 198607222015042002

Mengetahui dan Mengesahkan,

Dekan, Ketua Jurusan,


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ilmu Administrasi Negara

Dr. Syafruddin, SE., M.Si Aenal Fuad Adam, S.Sos., M.A


NIP. 197807212005011011 NIP. 198512132019031012

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan dan petunjuk,

sehingga proposal dengan judul “Manajemen Pengelolaan Pariwisata 1000

Musamus Kampung Salor Indah Distrik Kurik Kabupaten Merauke” dapat

diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam disampaikan kepada Nabi

Muhammad SAW, para sahabat serta para pengikut pengikutnya yang setia.

Proposal ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

studi pada program Strata Satu (S1) Jurusan Administrasi Negara pada Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Musamus Merauke. Penyusunan

proposal ini tidak akan selesai dengan baik, tentunya tidak terlepas dari bantuan

banyak pihak yang selalu membimbing serta mendukung peneliti secara moril dan

materil. Maka pada kesempatan yang luar biasa ini, ucapan terimakasih serta

penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan pula kepada yang

terhormat :

1. Dr. Drs. Beatus Tambaip, MA selaku Rektor Universitas Musamus.

2. Dr. Syahruddin, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik.

3. Vinsenco R. Serano S.Sos., MPA selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik.

4. Aenal Fuad Adam, S.Sos., M.A., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Negara.

iii
5. David Laiyan, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi

Negara.

6. Hubertus Oja, S.Sos., M.Si selaku dosen Pendamping Akademik yang

telah memberikan bimbingan dan arahan selama ini.

7. Dr. Ransta Lekatompessy, S.IP., M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu guna memberikan masukan, saran dan

semangat dalam proses penyusunan proposal ini hingga selesai.

8. Para Dosen dan seluruh staf pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

yang telah memberikan pengarahan dan bantuan selama ini.

9. Pemerintah Distrik Kurik yang telah memberikan kesempatan dan ijin

untuk melakukan penelitian.

10. Kepala Kampung Salor Indah dan pengurus Badan Usaha Milik Kampung

(BUMK) Bintang Terang di Kampung Salor Indah Distrik Kurik

Kabupaten Merauke, serta seluruh informan yang telah membuka pintu

bagi penulis dalam proses pengumpulan data.

11. Kedua Orang Tua tercinta Bapak Tohaman dan Ibu Sumarmi serta

kakanda tersayang Igga Mawarni Ayuningsih yang selalu setia

memberikan dorongan semangat dan dukungan finansial.

12. Kepada segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

dalam kesempatan terbatas ini. Mudah-mudahan segala amalan mereka

diterima disisi Allah sebagai manifestasi ibadah kepada-Nya. Aamiin.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih banyak

kekurangannya. Untuk itulah, kritik yang sifatnya mendidik, dan dukungan yang

iv
membangun, senantiasa penulis terima guna penyempurnaan proposal ini.

Harapannya, semoga proposal ini nantinya dapat berguna bagi kita semua.

Assalamualaikum Wr.Wb

Merauke, Januari 2023

Peneliti

DIMAS ARDIANSYAH
NPM.2022-63-201-163

v
DAFTAR ISI

HYPERLINK "" \l "_bookmark0"HALAMAN JUDUL...................................i

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................vi

DAFTAR TABEL...............................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................10

C. Tujuan Penelitian........................................................................................10

D. Manfaat Penelitian......................................................................................10

BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................11

A. Teori Administrasi......................................................................................11

B. Manajemen Pengelolaan.............................................................................15

C. Pariwisata....................................................................................................25

D. Penelitian Terdahulu...................................................................................39

E. Kerangka Pikir............................................................................................45

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................47

A. Jenis dan Tipe Penelitian............................................................................47

B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................47

C. Teknik Pemilihan Informan........................................................................48

D. Jenis dan Sumber Data................................................................................48

vi
E. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................49

F. Teknik Analisis Data...................................................................................52

G. Jadwal Penelitian........................................................................................53

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................55

LAMPIRAN..........................................................................................................58

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Matriks Penelitian Terdahulu...............................................................43


Tabel 3. 1 Informan Penelitian..............................................................................48
Tabel 3. 3 Jadwal Penelitian.................................................................................54

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Jumlah Pengunjung Wisata 1000 Musamus Tahun 2020..................7


Gambar 1. 2 Jumlah Penjualan Tiket Tahun 2020 - 2022......................................8
Gambar 2. 1 Kerangka Pikir.................................................................................46

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Menjadi Informan..............................................................59


Lampiran 2 Pedoman Wawancara........................................................................60

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang saat ini sedang serius

diperhatikan dan dikembangkan oleh negara-negara di dunia dalam rangka

mendorong perekonomian nasional. Kerr (2003) mengungkapkan bahwa “in the

latter part of 20th century, tourism emerged as the worls’s fastest growing industry

to a position it looks set to sustain well into the 21st century, and beyond.”

Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa industri pariwisata merupakan salah satu

industri yang berkembang secara pesat di abad ini, dan masih akan bertahan

sampai abad mendatang, salah satunya juga Indonesia. Indonesia memiliki potensi

wisata yang besar karena merupakan sebuah negara kepulauan luas, yang

wilayahnya membentang dari Sumatera sampai Papua.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 72 Tahun

2019 tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang

Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan merilis data luas wilayah

Provinsi Papua yaitu seluas 319.036,05 km2. Jika dirinci menurut wilayah

administrasi di Provinsi Papua, Kabupaten Merauke menjadi kabupaten dengan

wilayah terluas di Provinsi Papua yang menempati 13,81 persen wilayah Provinsi

Papua atau seluas 44.071,00 km2 dengan kekayaan kebudayaan dan kesenian

masyarakatnya, dan keindahan alamnya yang menjadi daya tarik sendiri (Provinsi

Papua dalam Angka 2022, www. papua.bps.go.id). Dengan kondisi tersebut, maka

potensi pariwisata yang dimiliki oleh Papua khususnya Kabupaten Merauke

merupakan penggerak perekonomian


1
daerah yang potensial untuk memacu pertumbuhan perekonomian yang lebih

tinggi di masa yang akan datang. Selain dianggap mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi, sektor pariwisata juga dianggap mampu mengatasi

beberapa permasalahan seperti pengentasan kemiskinan, dan mengurangi jumlah

pengangguran.

Meski pariwisata bukan prioritas utama sebagai sasaran pembangunan

ekonomi, namun dengan adanya sektor pariwisata yang terus dikembangkan akan

berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat sekitar. Dicevska &

Simonceska (2012) menyatakan, “...tourism provides about 10% of the world’s

income and employs almost one tenth of the world’s workforce. All considered

tourism’s actual and potential economic impact is astounding”. Dari pernyataan

tersebut dapat diketahui bahwa pariwisata menyediakan sekitar 10% dari

pendapatan dunia dan mempekerjakan hampir sepersepuluh dari angkatan kerja

dunia. Menurut Soebagyo (2012), ada empat bidang pokok yang dipengaruhi oleh

usaha pengembangan pariwisata yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.

Salah satu dampak positif yang menguntungkan dalam bidang ekonomi adalah

kegiatan pariwisata yang mendatangkan pemasukan negara. Di samping itu,

sektor pariwisata dapat dioptimalkan untuk mendorong berjalannya kegiatan

ekonomi masyarakat di sekitar obyek wisata. Menurut Joyosuharto (2000),

pengembangan pariwisata memiliki tiga fungsi yaitu menggalakkan ekonomi,

memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi dan mutu lingkungan

hidup, dan memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa.

2
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

menjelaskan bahwa kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki

fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata

yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti

pertumbuhan ekonomi, sosial budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya

dukung lingkungan hidup, serta pertahanan keamanan. Kawasan pariwisata yang

dikelola secara baik akan meningkatkan keuntungan serta mendatangkan

wisatawan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sehingga daerah

yang memiliki obyek wisata tersebut akan mengalami perkembangan yang pesat

dibidang pariwisata maupun pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar.

Pemerintah tidak cukup hanya membuat peraturan namun harus mampu

mengembangkan dan mengelola pariwisata di daerah yang terpencil.

Pengembangan potensi pariwisata di kabupaten Merauke, senantiasa

merujuk pada Peraturan Daerah No.4 Tahun 2019 tentang Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Merauke Tahun 2018-2032, sekaligus

merupakan amanat dari Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang

Kepariwisataan. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah

(RIPPARDA) diharapkan mampu memberikan arah yang tepat dalam manajemen

pengembangan pariwisata, serta mengatur peran dari masing-masing stakeholders

yang terlibat (Maturbongs & Lekatompessy, 2020).

Kegiatan wisata umumnya akan meningkatkan pelibatan, partisipasi, dan

peran serta masyarakat setempat secara aktif di dalamnya. Sebab masyarakat asli

itu bermukim di sekitar dan atau di dalam obyek wisata yang dilakukan, memiliki

3
lokasi tersebut sesuai hak dan adatnya. Kehidupannya masih bergantung dari

potensi sumber daya alam yang ada di wilayahnya, serta kehidupan sosial

ekonominya masih sederhana sehingga perlu ditingkatkan (Wahab, 2003).

Objek wisata menjadi komoditi yang banyak digunakan oleh suatu negara

karena dengan adanya objek wisata maka potensi ekonomi sangat besar, seperti

adanya pedagang yang menjajakan berbagai makanan dan minuman, penyediaan

alat transportasi, dan berbagai jasa-jasa lainnya. Dengan demikian sektor

pariwisata juga dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi seperti moneter, tingkat

pendapatan rata-rata penduduk, tingkat daya beli masyarakat, dan lain-lain

(Suyitno, 2008).

Desa wisata didefinisikan secara beragam. Salah satu pemahaman tentang

wisata desa adalah suatu bentuk lingkungan yang memiliki ciri khusus, baik alam

maupun budaya yang sesuai dengan tuntutan wisatawan, di mana mereka dapat

menikmati mengenal, menghayati dan mempelajari kekhasan wilayah tersebut

beserta segala daya tariknya (Setiawan, 2014). Potensi suatu desa wisata atau

wisata pedesaan tidak kalah dengan wisata alam lainnya ataupun wisata buatan

lainnya. Menurut Kamat (2011), wisata pedesaan mencangkup banyak aktivitas

yang bisa dilakukan dan tidak hanya pariwisata berbasis pertanian. Aktivitas ini

dapat meliputi wisata minat khusus alam dan ekoturisme, walking, memanjat dan

menunggangi kuda atau bersepeda, petualangan, olah raga dan wisata kesehatan,

berburu dan memancing, perjalanan pendidikan, seni, dan wisata sejarah, serta

kawasan wisata etnis. Selain itu Kamat (2011) kembali memperkuat kenyataan

bahwa pariwisata desa atau desa wisata bertindak sebagai peremajaan karena

membawa stagnasi atau penurunan tahap industri pariwisata kembali ke tahap

4
pertumbuhan industri pariwisata yang kedua/selanjutnya. Hal ini karena, menurut

mereka wisata pedesaan memiliki karakteristik yang melekat untuk menjadi

konsep pariwisata berkelanjutan begitu dikembangkan dan dikelola dengan baik.

Salah satu karakteristik Kabupaten Merauke Provinsi Papua adalah

‘musamus’ yaitu rumah semut yang dapat tumbuh mencapai 5 meter dengan

diameter lebih dari 2 meter, dan tersebar di beberapa titik wilayah salah satunya

adalah di Kampung Salor Distrik Kurik. Keberadaan rumah semut (musamus) ini

yang menjadi potensi alam di Kampung Salor Indah. Areal keberadaan musamus

tersebut berada pada pasavana dengan luas sekitar 29 hektar dan 6 hektar

diantaranya sudah bertebaran rumah semut (bomi sai). Potensi ini dimanfaatkan

oleh pemerintah setempat untuk mendirikan unit usaha BUMK yang bergerak

dibidang pariwisata khususnya unit usaha Wisata 1000 Musamus. Hal ini

dilakukan guna untuk mengelola, melindungi dan menjaga potensi keindahan

alam tersebut yang dimiliki Kampung Salor Indah. Hal ini selaras dengan

pendapat Soleh (2017) bahwa potensi lokal desa adalah daya, kekuatan,

kesanggupan dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu desa yang mempunyai

kemungkinan untuk dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Kampung Salor Indah merupakan Ex Transmigrasi Program Pemerintah

Departemen Transmigrasi Republik Indonesia yang dimulai pembukaan lahan

lokasi pemungkiman transmigrasi pada tahun 1982 dengan nama Unit

Pemungkiman Transmigrasi (UPT) Salor II. Pada tahun 2021 jumlah

penduduknya sebanyak 2.617 jiwa dan 794 Kepala Keluarga. Mayoritas

masyarakyatnya bekerja sebagai petani. Sehingga, dengan adanya pengembangan

5
Wisata 1000 Musamus ini

6
diharapkan dapat meningkatkan pula pendapatan masyarakat setempat. Hal ini

sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009

Tentang Kepariwisataan khususnya pasal 4, yang menjelaskan bahwa

kepariwisataan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi

pengangguran, melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya, memajukan

kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air,

memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan mempererat persahabatan antar

bangsa.

Wisata 1000 Musamus merupakan objek wisata yang telah di resmikan

pada tanggal 15 Desember 2019, objek wisata ini terletak di Kampung Salor

Indah Distrik Kurik. Taman Wisata 1000 Musamus memiliki potensi yang

menakjubkan dengan menyajikan keindahan alam yang memukau sehingga dinilai

dapat menjadi salah satu tempat pariwisata unggulan di masa depan. Berdasarkan

Peraturan Kampung Nomer 9 Tahun 2019 Tentang Penyertaan Modal BUMK

Bintang Terang, Taman Wisata 1000 Musamus merupakan bentuk kerja sama

antara pemerintahan kampung bersama masyarakat khususnya 29 masyarakat

pemilik lahan yang dalam pengelolaannya diberikan hak penuh kepada BUMK

Bintang Terang untuk mengelola kawasan wisata ini. Adapun dana yang

digunakan untuk mengelola Wisata 1000 Musamus bersumber dari Dana Desa

(Rovingah, 2022).

Menurut Terry & Rue (2009), untuk mengembangkan suatu pariwisata

perlu adanya suatu manajemen pengelolaan. Manajemen pengelolaan sangat

penting dilakukan pada suatu objek wisata karena merupakan suatu perubahan

7
keadaan kondisi yang diterapkan. Tanpa dilakukan pengelolaan pada suatu

objek wisata

8
maka tidak ada perkembangan dan perubahan yang terjadi terhadap objek

tersebut. Dengan pengelolaan sektor kepariwisataan yang baik, sektor pariwisata

mampu menciptakan lapangan kerja, lapangan usaha bagi masyarakat serta dapat

menggerakkan perekonomian masyarakat maupun daerah (Suryani et al., 2016).

Pengelolaan Wisata 1000 Musamus dapat memberdayakan masyarakat

sekitar dalam memberikan pelayanan terhadap pengunjung yang datang.

Sehingga, masyarakat sekitar akan memperoleh laba atau keuntungan dengan

penyediakan jasa seperti jasa berkuda, mengelilingi tempat wisata menggunakan

pengangkutan grandong (mobil yang telah didesain khusus sehingga terlihat unik),

berfoto dengan badut karakter, serta menyediakan barang keperluan wisatawan

seperti makanan dan minuman, jasa penyewaan payung dan juga tikar. Selain itu,

Wisata 1000 Musamus juga telah dilengkapi dengan bangunan pos penjagaan (1

unit), tempat ibadah untuk umat islam, bangunan honai (6 unit) sebagai tempat

untuk berteduh, kolam renang untuk anak-anak, dan ayunan (6 unit) serta

bangunan MCK lengkap (2 unit).

Sumber: BUMK Bintang Terang, 2022


Gambar 1. 1 Jumlah Pengunjung Wisata 1000 Musamus Tahun 2020

9
Berdasarkan data yang diperoleh dari BUMK Bintang Terang, pada gambar

1.1 di atas terlihat bahwa kunjungan wisatawan yang datang mengunjungi Wisata

1000 Musamus selama Tahun 2020 cenderung tidak stabil setiap bulannya.

Adapun jumlah pengunjung tertinggi terjadi pada bulan Januari tahun 2020

dengan jumlah sebanyak 4.674 pengunjung dan jumlah pengunjung terendah

terdapat pada bulan Agustus tahun 2020 dengan jumlah sebanyak 240

pengunjung. Selain itu, dikarenakan adanya Pandemi Covid-19 mengakibatkan

menurunnya pengunjung yang datang, bahkan Wisata 1000 Musamus juga harus

ditutup sementara selama empat bulan, yaitu pada bulan April-Juli tahun 2020.

Sumber: BUMK Bintang Terang, 2022


Gambar 1. 2 Jumlah Penjualan Tiket Tahun 2020 - 2022

Sedangkan dari hasil penjualan tiket selama 3 (tiga) tahun terakhir yaitu

dari tahun 2020 hingga tahun 2022 diperoleh data bahwa jumlah tiket yang terjual

mengalami penurunan setiap tahunnya dimana pada tahun 2020 jumlah tiket

terjual sebanyak 13.299, sedangkan sepanjang tahun 2020 tiket terjual sebanyak

7.661 dan pada tahun 2022 baru terjual sebanyak 3.881 tiket.

10
Selain pemasalahan di atas, berdasarkan hasil penelitian awal yang

dilakukan oleh peneliti, diperoleh informasi bahwa manajemen pengelolaan

Wisata 1000 Musamus yang dijalankan oleh BUMK Bintang Terang belum

terlaksana secara maksimal hal ini disebabkan karena masih kurangnya

komunikasi dan kerja sama antar pengurus sehingga menjadi kurang kompak,

adanya pandemi Covid-19, serta masih kurangnya promosi yang dilakukan oleh

pihak pengelola seperti kurangnya mengupdate informasi terbaru jika akan

dilaksanakannya sebuah perlombaan ataupun pagelaran yang dilaksanakan di

Wisata 1000 Musamus, sehingga membuat pelaksanaan acara ini kurang berjalan

secara maksimal dikarenakan hanya segelintir orang ataupun masyarakat sekitar

saja yang mengetahui akan hal tersebut. Selain itu, dalam proses

perkembangannya saat ini masih terbentur kendala anggaran sehingga

mengakibatkan kurang maksimalnya penyediaan prasarana maupun sarana

pelengkap, misalnya seperti kondisi jalan yang kurang memadai, terbatasnya

tempat sampah yang tersedia, dan tempat beristirahat serta tempat menikmati

kuliner yang terbatas. Selain itu, dibutuhkan pula dukungan dan partisipasi dari

segala pihak khususnya dari pemerintah daerah maupun dinas terkait.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan penulis, maka kali ini penulis

tertarik untuk mendalami permasalahan tersebut dengan mengambil penelitian

yang berjudul “Manajemen Pengelolaan Pariwisata 1000 Musamus Kampung

Salor Indah Distrik Kurik Kabupaten Merauke”.

11
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah bagaimana manajemen pengelolaan Pariwisata 1000

Musamus Kampung Salor Indah Distrik Kurik Kabupaten Merauke?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya

maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis

manajemen pengelolaan Pariwisata 1000 Musamus Kampung Salor Indah Distrik

Kurik Kabupaten Merauke.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini terdiri dari 2 (dua) yaitu manfaat teoritis

dan manfaat praktis, sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai bahan

referensi tambahan bagi mahasiswa/i maupun pihak-pihak lain dalam

melakukan kajian penelitian tentang manajemen pengelolaan pariwisata.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan manfaat dan

sumbangan pemikiran bagi pihak pengelola Wisata 1000 Musamus dan juga

pemerintah setempat dalam manajamen penggelolaan Wisata 1000 Musamus

yang berada di Kampung Salor Indah Distrik Kurik Kabupaten Merauke.

12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Administrasi

1. Pengertian Administrasi

Administrasi dalam kehidupan sehari-sehari ataupun dalam dunia kerja,

pasti sudah tidak asing dalam kehidupan kita. Kata ini sering dijumpai dan

digunakan dalam kehidupan sehari-sehari. Namun tidak semua mengetahui apa

sebenarnya yang dimaksud dengan admintrasi itu sendiri.

Menurut Siagian (2012), admintrasi dapat didefinisikan sebagai

keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang

didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya. Menurut Dewi (2011) dalam buku pengantar admintrasi mengatakan

bahwa “admintrasi memiliki pengertian dalam arti yaitu sebagai perkerjaan tulis

menulis atau ketatausahaan atau kesekretarisan”, yaitu meliputi kegiatan

menerima,

mencatat, menghimpun, mengolah, mengadakan, , mengirim, dan menyimpan.

Menurut Saggaf et al., (2014) dalam bukunya administrasi perkantoran

modern mengatakan bahwa administrasi memiliki pengertian dalam arti luas,

yaitu administrasi merupakan proses kerjasama beberapa individu dengan cara

yang efisien dalam mencapai tujuan sebelumnya. Hal tersebut menyelesaikan

bahwa serangkaian kegiatan yang memerlukan proses kerja sama dan bukan

merupakan hal yang baru karena dia telah timbul bersama-bersama dengan

timbulnya pemidahan manusia. Jadi administrasi adalah penyelenggaranya dan

13
organisasi adalah wadah orang yang menyelenggarakan kerja. Maka kombinasi

dari keduanya

14
adalah penyelenggaraan kerja yang dilakukan oleh orang-orang secara bersama-

sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu

administrasi sangat erat hubungannya dengan organisasi.

2. Fungsi Administrasi

Berdasarkan pengertian administrasi menurut para ahli, pengertian tersebut

dapat disimpulkan jika pekerjaan ini memiliki fungsi atau peran yang sangat

penting. Berikut ini adalah beberapa fungsi administrasi yang harus diketahui,

antara lain :

1) Planing

Berdasarkan salah satu pengertian administrasi perkantoran menurut para ahli

menyebutkan jika administrasi adalah sebuah kegiatan perencanaan. Maka,

fungsi administrasi yang pertama adalah fungsi planning atau perencanaan

dimana dalam perencanaan ini dibutuhkan pengumpulan dan pengolahan data

kemudian menyusun perencanaan.

2) Organizing

Fungsi selanjutnya yang juga menjadi pengertian administrasi perkantoran

menurut para ahli adalah fungsi organizing atau pengorganisasian. Fungsi ini

adalah menyusun serta membentuk hubungan kerja antara satu pihak dengan

pihak lain hingga terwujud kesatuan.

3) Reporting

Fungsi lain dari administrasi ini adalah reporting dimana kegiatan yang

dilakukan adalah melaporkan perkembangan dan hasil kegiatan melalui

keterangan-keterangan, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dengan

15
adanya fungsi ini, pihak yang menerima laporan kegiatan bisa mengetahui dan

mendapatkan gambaran informasi atas pelaksanaan tugas yang sudah

dikerjakan.

4) Budgeting

Fungsi terakhir ini sebenarnya bisa masuk dalam ramah administrasi namun

dalam bidang keuangan. Dimana jika dilihat berdasarkan fungsi administrasi

keuangan ini adalah untuk mengelola atau mengatur segala perencanaan

tentang anggaran atau keuangan yang digunakan. Pada dasarnya, pengertian

administrasi keuangan ini hampir sama dengan administrasi perkantoran,

namun lebih spesifik dalam fungsi mengatur keuangan.

3. Tujuan Administrasi

Adapun tujuan administrasi terbagi menjadi dua yaitu :

1) Tujuan Jangka Panjang

Tujuan jangka panjang lebih kepada organisasi itu sendiri. Artinya dengan

adanya pola administrasi, ditujukan untuk mencapai target sebuah

organisasi pada dasarnya tujuan jangka panjang tidak dibuat oleh

sembarang orang dalam organisasi melainkan oleh para pemilik organisasi

tersebut, yang bersifat antara lain :

a) Ideal

b) Administrasi bersifat general

c) Kualifikasi tidak terbatas.

16
2) Tujuan Jangka Pendek

Tujuan administrasi jangka pendek organisasi bersifat lebih kecil, biasanya

dibuat oleh sub-sub divisi dari organisasi untuk kebijakan divisinya.

Tujuan jangka pendek bersifat spesifik, ruang lingkup kecil, dan

kualifikasinya terbatas.

4. Ruang Lingkup Administrasi

Menurut Saggaf et al., (2014), ruang lingkup administrasi terdiri dari

informasi atau keterangan tentang suatu hal atau peristiwa yang diperoleh

terutama melalui pembacaan atau pengamatan seperti :

a) Menghimpun

Menghimpun adalah suatu kegiaan untuk mencari dan mengumpulkan

informasi atau keterangan secara detail kemudian di simpan untuk tujuan

agar nanti bisa gunakan bila diperlukan.

b) Mencatat atau Menuliskan atau Mengetik

Merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan menghimpun data agar dapat

disimpan, dibaca atau dikirim.

c) Mengelola

Mengelola adalah menganalisis suatu bentuk data administrasi yang telah

ada atau yang sudah ada, guna mendapatkan hasil dari data yang

dihimpun.

d) Menyimpan

Adalah kegiatan mengamankan dokumen atau mendokumentasikan data

dengan berbagi cara untuk nantinya digunakan kembali jika diperlukan.

17
e) Mengirim

Adalah kegiatan bebagai data atau file ke pihak lain lebih baik dari dalam

organisasi ataupun dari luar organisasi.

B. Manajemen Pengelolaan

1. Pengertian Manajemen

Secara etimologi kata manajemen diambil dari bahasa Perancis kuno, yaitu

“management”, yang artinya adalah seni dalam mengatur dan melaksanakan.

Manajemen dapat juga didefinisikan sebagai upaya perencanaan,

pengkoordinasian, pengorganisasian dan pengontrolan sumber daya untuk

mencapai sasaran secara efisien dan efektif.

Menurut Firmansyah (2018) manajemen adalah seni dan ilmu perencanan,

pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumber

daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.

Sedangkan menurut Mardalena (2017) manajemen adalah suatu proses dalam

rangka mencapai tujun dengan bekerja bersama melalui orang-orang dan sumber

daya organisasi lainnya.

Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan

bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan

organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu

kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing”, sedangkan pelaksanaannya disebut

manager atau pengelola.Manajemen mempunyai tujuan tertentu dan tidak dapat

diraba.Ia berusaha untuk mencapai hasil-hasil tertentu, yang biasanya

diungkapkan dengan istilah-istilah “objective” atau hal-hal yang nyata usaha-

usaha kelompok itu


18
memberi sumbangannnya kepada pencapaian-pencapaian khusus itu. Mungkin

manajemen dapat digambarkan sebagai tidak nyata, karena ia tidak dapat dilihat,

tetapi hanya terbukti oleh hasil-hasil yang ditimbulkannya “output” atau hasil

kerja yang memadai, kepuasan manusiawi dan hasil-hasil produksi serta jasa yang

lebih baik (Terry & Rue, 2009).

Menurut Terry & Rue (2009) ada beberapa pendekatan utama dalam

manajemen, antara lain :

a) Proses Pendekatan Operasional

Manajemen dianalisa dari sudut pandang apa yang diperbuat seorang manajer

untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang manajer. Kegiatan-kegiatan itu

atau fungsi-fungsi dasar kedalam mana para manajer terlibat, membentuk

suatu proses yang dinamakan proses manajemen. Pendekatan proses itu

memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi dasar manajemen. Proses

pendekatan itu banyak digunakan, karena ia sangat menolong dalam

mengembangkan pemikiran manajemen dan membantu menentukan bentuk

manajemen dalam ketentuan- ketentuan yang mudah dipahami.

b) Pendekatan Sistem Sosial

Para pendukung pendekatan ini manajemen sebagai suatu sistem sosial, atau

dengan perkataan lain, sebagai suatu sistem interelasi budaya. Ia berorientasi

secara sosiologis, berurusan dengan berbagai kelompok sosial dan hubungan-

hubungan budayanya serta berusaha menyatukan kelompok-kelompok ini ke

dalam suatu sistem sosial. Suatu organisasi dianggap sebagai sebuah

organisme sosial, takluk kepada segala pertentangan dan interaksi para

anggotanya.

19
Pendekatan ini memperhitungkan kelahiran, manfaat dan fungsi suatu

“organisasi informal”, yang dianggap tumbuh menjadi sesuatu, terutama sekali

sebagai akibat kekuatan-kekuatan sosial. Ia juga memperhitungkan

pertimbangan-pertimbangan etika, pengaruh masyarakat, serikat-serikat kerja

dan pemerintah. Hasil bersih dari pendekatan sistem sosial adalah terbatasnya

kekuatan paham sosiologis ke dalam penelitian dan teori manajemen.

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.

Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-

fungsi manajemen itu tadi. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk

mewujudkan tujuan yang diinginkan. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur

proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara

efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2009).

Berdasarkan beberapa definisi para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa

manajemen adalah serangkaian proses, mulai dari tahap perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sehingga sampai pada tahap

pengendalian yang dilakukan oleh sebuah organisasi atau perusahaan untuk

mengelola sumber daya yang dimiliki sehingga organisasi atau perusahaan

tersebut mendapatkan target, sasaran ataupun tujuan yang telah ditetapkan

didalam organisasi atau perusahaan tersebut.

Di dalam penelitian ini manajemen yang dimaksud yaitu manajemen

Badan Usaha Milik Kampung (BUMK) Bintang Terang dalam mengelola objek

wisata 1000 Musamus Merauke.

20
a) Pentingnya Manajemen

Menurut Hasibuan (2009), pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas

(fisik, pengetahuan, waktu, dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas.

Usaha untuk memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam melakukan

pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab.

Dengan adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab ini maka

terbentuklah kerja sama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Dalam

organisasi ini, maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan

dengan baik serta tujuan yang diinginkan tercapai.

Dalam Hasibuan (2009), pada dasarnya manajemen itu penting. Hal ini

dikarenakan beberapa hal, antara lain :

1) Pekerjaan itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri, sehingga diperlukan

pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya.

2) Perusahaan akan dapat berhasil baik, jika manajemen diterapkan dengan baik.

3) Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua

potensi yang dimiliki.

4) Manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan-pemborosan.

5) Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan dengan

memanfaatkan men, money, methods, machine, materials, market (6M) dalam

proses manajemen tersebut.

6) Manajemen perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan.

7) Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur.

8) Manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan.

21
9) Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap kerja sama sekelompok orang.

Dari uraian diatas penulis menyimpukan bahwa manajemen selalu terdapat

dan sangat penting untuk mengatur dan mengelola semua organisasi kegiatan

dalam rumah tangga, sekolah, koperasi, yayasan-yayasan, pemerintahan dan lain

sebagainya. Dengan manajemen yang baik maka pembinaan kerja sama akan

serasi, dan perencanaan, pengorganisasian, pengaturan akan lebih terarah

mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Begitu pentingnya peranan manajemen

dalam kehidupan manusia mengharuskan kita mempelajari, menghayati dan

menerapkannya agar tercapainya suatu tujuan yang lebih baik.

b) Fungsi dan Tujuan Manajemen

Pada dasarnya setiap aktivitas atau kegiatan selalu mempunyai tujuan yang

ingin dicapai. Tujuan individu adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan-

kebutuhannya berupa materi dan nonmateri dari hasil kerjanya. Tujuan organisasi

adalah mendapatkan laba (business organization) atau pelayanan/pengabdian

(public organization) melalui proses manajemen itu (Hasibuan, 2009).

Adapun fungsi-fungsi manajemen menurut Hasibuan (2009) adalah

sebagai berikut:

1) Fungsi perencanaan

Pada hakekatnya perencanaan merupakan proses pengambilan keputusan yang

merupakan dasar bagi kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan ekonomis dan

efektif pada waktu yang akan datang. Proses ini memerlukan pemikiran

tentang apa yang perlu dikerjakan, bagaimana dan dimana suatu kegiatan

perlu dilakukan serta siapa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya.

22
2) Fungsi pengorganisasian

Fungsi pengorganisasian dapat didefinisikan sebagai proses menciptakan

hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, personalia dan faktor fisik agar

kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan disatukan dan diarahkan pada

pencapaian tujuan bersama.

3) Fungsi pengarahan

Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang mengatur tindakan- tindakan

agar betul-betul dilaksanakan.Oleh karena tindakan-tindakan itu dilakukan

oleh orang, maka pengarahan meliputi pemberian perintah-perintah dan

motivasi pada personalia yang melaksanakan perintah-perintah tersebut.

4) Fungsi pengkoordinasian

Suatu usaha yang terkoordinir ialah dimana kegiatan karyawan itu harmonis,

terarah dan diintegrasikan menuju tujuan-tujuan bersama.Koordinasi dengan

demikian sangat diperlukan dalam organisasi agar diperoleh kesatuan

bertindak dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

5) Fungsi pengawasan

Fungsi pengawasan pada hakekatnya mengatur apakah kegiatan sesuai dengan

persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam rencana.Sehingga pengawasan

membawa kita pada fungsi perencanaan.Semakin jelas, lengkap serta

terkoordinir rencana-rencana tersebut maka manajemen yang dilakukan

dikatakan baik.

Menurut Handoko (2003) mendefinisikan bahwa manajemen sebagai

berikut: “suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara

sistematis

23
untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi

manusia”.

Secara sederhana fungsi-fungsi manajemen menurut Gulick (1965) yang

terkenal dengan akronim POSDCORB, adalah:

1) Pererncanaan (Planning), adalah perincian dalam garis besar untuk

memudahkan pelaksanaannya dan metode yang digunakan dalam

menyelesaikan maksud/tujuan badan usaha itu.

2) Pengorganisasian (Organizing), menetapkan struktur formal dari pada

kewenangan dimana pekerjaan dibagi-bagi sedemikian rupa, ditentukan dan

dikoordinasikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3) Penyusunan Pegawai (Staffing), keseluruhan fungsi dari pada kepegawaian

sebagai usaha pelaksanaannya, melatih para staf dan memelihara situasi

pekerjaan yang menyenangkan.

4) Pembinaan Kerja (Directing), tugas yang terus menerus di dalam pengambilan

keputusan, yang berwujud suatu perintah khusus/umum dan instruksi-instruksi

dan bertindak sebagai pemimpin dalam suatu badan usaha/organisasi.

5) Pengkoordinasian (Coordinating), adalah kewajiban yang penting untuk

menghubungkan berbagai kegiatan dari pada pekerjaan.

6) Pelaporan (Reporting), pimpinan yang bertanggung jawab harus selalu

mengetahui apa yang sedang dilakukan, baik bagi keperluan pimpinan

maupun bawahannya melalui catatan, penelitian maupun inspeksi.

24
7) Penganggaran (Budgeting), semua kegiatan akan berjalan dengan baik bila

disertai dengan usaha dalam bentuk rencana anggaran, perhitungan anggaran

dan pengawasan anggaran.

Fungsi manajemen menurut Terry & Rue (2009) yang dikenal dengan

POAC yaitu:

1) Perencanaan (Planning), adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan

kenyataan-kenyataan, membuat dan menggunakan asumsi-asumsi yang

berhubungan dengan waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan

dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dengan penuh keyakinan

untuk tercapainya hasil yang dikehendaki.

2) Pengorganisasian (Organizing), adalah menentukan, mengelompokkan dan

pengatur berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian tujuan,

penugasan orang-orang dalam kegiatan ini, dengan menetapkan faktor- faktor

lingkungan fisik yang sesuai dan menunjukan hubungan kewenangan yang

dilimpahkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

3) Penggerakan Pelaksanaan (Actuating), merupkan usaha agar semua anggota

kelompok suka melaksanakan tercapainya tujuan dengan kesadaranmya dan

berpedoman pada perencanaan (Planing) dan usaha pengorganisasian.

4) Pengawasan (Controlling), merupakan proses penentuan apa yang harus

diselesaikan yaitu, pelaksanaan, penilaian pelaksanaan, bila perlu melakukan

tindakan korektif agar supaya pelaksanaannya tetap sesuai dengan rencana

yaitu sesuai dengan standar.

25
Dari definisi fungsi manajemen menurut para ahli yang sudah dipaparkan

tersebut, bahwa dalam pelaksanaan manajemen terdapat proses perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian, penyusunan pegawai, pembinan kerja,

penganggaran, dan pengawasan. Dimana fungsi-fungsi tersebut bertujuan untuk

tercapaiya tujuan yang sudah dientukan.

4. Pengertian Pengelolaan

Pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan kebijakan dan

tujuan organisasi atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang

terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan

(Poerwadarminta, 2006). Sedangkan menurut Ibnu (2008), pengelolaan adalah

proses, cara, perbuatan pengelolaan yang membantu merumuskan kebijakan dan

tujuan organisasi atau yang memberikan pengawasan suatu hal yang terlibat

dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan dengan menggunakan tenaga

orang lain.

5. Unsur-unsur Pengelolaan

Menurut Dewi (2011) dalam kegiatan pengelolaan terdapat 8 (delapan)

unsur yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan, meliputi :

a) Organisasi

Kegiatan mengelompokkan dan menyusun kerangka kerja, jalinan hubungan

kerjasama di antara para pekerja untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi

sendiri memiliki dua sifat utama, yakni:

26
1) Bersifat statis

Organisasi merupakan wadah dalam melakukan tugas dan wewenang secara

struktural dan fungsional menempatkan individu sesuai keahliannya.

2) Bersifat dinamis

Organisasi merupakan pembagian tugas dan wewenang serta adanya

komunikasi dalam menjalin kerjasama.

b) Manajemen

Kegiatan yang berfungsi merencanakan, merencanakan, mengorganisasikan,

membina, menggerakkan, dan mengawasi dengan tujuan agar kerjasama yang

telah ditentukan dapat tercapai dengan baik. Menurut (Dewi, 2011),

manajemen didukung beberapa sarana yang harus ada, meliputi:

1) Man (manusia)

2) Money (anggaran)

3) Method (sistem kerja)

4) Material (perlengkapan pendukung)

5) Machine (peralatan teknologi)

6) Market (pemasaran).

c) Komunikasi

Kegiatan menyampaikan informasi dan ide dari seseorang kepada orang lain

yang bersifat timbal bali, baik secara formal maupun non formal.

d) Informasi

Kegiatan menghimpun dan mengolah berbagai keterangan obyektif yang

diperlukan dalam usaha kerja sama.

27
e) Personalia

Kegiatan mengatur dan mengurus penggunaan Sumber Daya Manusia (SDM)

yang diperlukan dalam usaha kerja sama.

f) Perbekalan

Kegiatan perencanaan, pengadaan, pengaturan dan penggunaan peralatan kerja

dalam usaha kerja sama agar penggunaannya efektif dan efisien.

g) Humas

Kegiatan menciptakan hubungan dan dukungan yang baik dari lingkungan

internal maupun lingkungan eksternal terhadap usaha kerja sama perusahaan.

C. Pariwisata

1. Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan

untuk tujuan hiburan dan pariwisata. Menurut Prayogo (2018) Pariwisata secara

sederhana dapat didefinisikan sebagai perjalanan seseorang atau sekelompok

orang dari satu tempat ke tempat lain membuat rencana dalam jangka waktu

tertentu, untuk tujuan rekreasi dan mendapatkan hiburan sehingga keinginannya

terpenuhi. Berbagai pengertian pariwisata sangat banyak dijelaskan oleh para ahli-

ahli pariwisata, seperti organisasi pariwisata dunia (World Tourism Organization)

yang mengemukakan definisi pariwisata sebagai berkut:

“The activities of persons travelling to and staying in places outside their


usual environment for not more than one consecutive year for leisure,
business and other purpose,” ((Madrid). et al., 1997).

Maksud dari definisi pariwisata menurut WTO, adalah pariwisata sebagai

kegiatan orang atau sekelompok orang yang bepergian dengan melakukan

28
perjalanan dan menempati sebuah tempat diluar lingkungan biasanya mereka

tinggal dengan batas waktu tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk liburan,

bisnis, dan tujuan lainnya. Pariwisata adalah suatu jenis perjalanan yang

direncanakan dan dilakukan dari satu tempat ke tempat lain secara individu atau

kelompok, dengan tujuan memperoleh beberapa bentuk kepuasan dan kesenangan

(Sinaga, 2010).

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata dalam

pasal 1 ayat 3, pariwisata adalah segala jenis aktivitas wisata dan didukung

dengan segala fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah, maupun pemerintah daerah. Selain itu, pariwisata merupakan segala

sesuatu yang berkaitan dengan kepariwisataan, termasuk pengembangan obyek

dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha lain yang berkaitan dengan bidang

pariwisata. Segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata yang dimaksud adalah

objek dan daya tarik wisata (Prihantara et al., 2018).

Dari beberapa pengertian pariwisata yang dipaparkan, sehingga diperoleh

kesimpulan bahwa pariwisata merupakan segala kegiatan yang berkaitan dengan

perjalanan dengan tujuan rekreasi, melepas penat, mencari hiburan dan suasana

baru yang dilakukan di suatu tempat tertentu sesuai keinginan, yakni diluar

lingkungan daerah biasanya namun hanya sementara waktu saja. Dalam kegiatan

wisata tersebut secara langsung tentunya telah disediakan berbagai fasilitas,

sarana dan prasarana yang dapat memenuhi kebutuhan dalam berwisata.

29
2. Jenis-jenis Pariwisata

Dalam kegiatan pariwisata, setiap wisatawan memiliki dasar tersendiri

dalam berwisata terutama yang bertujuan diluar daerah. Perbedaan dari dasar-

dasar tersebut tergambar dengan adanya berbagai jenis yang ditentukan

berdasarkan tujuan dalam melakukan perjalanan seperti liburan, menikmati

perjalanan, kebudayaan dan olah raga, berdagang maupun berkonveksi. Menurut

Spillane (1994), kategori pariwisata dapat digolongkan menjadi beberapa jenis

antara lain :

a) Pleasure Tourism, adalah pariwisata untuk menikmati perjalanan. Bentuk dari

wisata ini adalah sekelompok orang yang sedang melakukan perjalanan wisata

untuk mencari suasana baru untuk berlibur sesuai dengan keinginan untuk

menikmati keindahan alam, menenangkan diri dari pekerjaan sehari-hari,

mengetahui sejarah ataupun berbelanja menghabiskan waktu di tempat

keramaian.

b) Recreation Tourism, adalah pariwisata untuk rekreasi. Jenis pariwisata ini

yaitu perjalanan wisata yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk

memanfaatkan hari libur untuk mengunjungi objek wisata tertentu sesuai

dengan keinginan seperti rekreasi ke pantai, memancing ikan di sungai, dan

mengunjungi tempat yang memiliki pemandangan alam seperti gunung.

c) Cultural Tourism, adalah pariwisata untuk kebudayaan. Jenis pariwisata ini

adalah berwisata dengan mengenal kebudayaan pada setiap daerah maupun di

suatu negara lain seperti mengunjungi sebuah monumen bersejarah, pusat

kesenian dan keagamaan, mempelajari adat istiadat.

30
d) Sports Tourism, adalah pariwisata untuk olah raga. Jenis pariwisata ini

dilakukan oleh orang-orang yang tujuannya untuk mengikuti kegiatan

olahraga atau event olahraga. Jenis wisata ini dibagi menjadi 2 (dua)

kelompok, yakni :

1) Big Sports Event, yakni kegiatan olah raga besar seperti Asian Games,

Olympiade Games, dan kejuaraan sepak bola yang dapat menarik

perhatian tidak hanya pada para olahragawannya saja, namun juga dengan

ribuan penontonnya.

2) Sporting Tourism of the Practitioners, yakni kegiatan berwisata olah raga

bagi sekelompok orang seperti akan melakukan pendakian gunung, rafting

di sungai.

3) Business Tourism, adalah pariwisata untuk urusan usaha dagang besar.

Pariwisata jenis ini merupakan pariwisata yang digunakan para pelaku

usaha atau pemilik usaha perjalanan yang menggunakan waktu luangnya

untuk menikmati dirinya sebagai wisatawan yang berkunjung di beberapa

objek wisata.

4) Convention Tourism, adalah pariwista untuk konvensi. Jenis pariwisata ini

adalah suatu konvensi yang mengadakan acara pertemuan yang dihadiri

oleh banyak negara, dan biasanya menginap dalam waktu beberapa hari di

tempat atau negara yang menyelenggarakan acara pertemuan tersebut.

3. Industri Pariwisata

Industri pariwisata adalah sekelompok bidang usaha yang menghasilkan

berbagai barang dan jasa yang diperlukan oleh para pelaku perjalanan wisata.

Industri mencakup berbagai aktivitas yang bersifat produktif dan bernilai


31
ekonomi,

32
sehingga pariwisata termasuk dalam golongan kegiatan industri. Dalam industri

pariwisata tentunya banyak ditemui segala aktivitas usaha pariwisata adalah usaha

yang menggunakan penyediaan barang dan jasa sebagai alat untuk memenuhi

kebutuhan wisatawan dan penyelenggara perjalanan wisata (Rulloh, 2018).

Industri pariwisata sesunguhnya memiliki cakupan yang sangat luas,

karena jika pariwisata pada suatu daerah mengalami perkembangan, maka

bebagai kegiatan dan kepentingan lain akan mengikuti baik di hilir dan sektor

hulu, sehingga pariwisata memilki sifat efek berganda (multiflier effect), disinilah

keunggulan dan keunikan dari kegiatan pariwisata yang berinteraksi pada

beragam sektor ekonomi dan bisnis. Sektor-sektor perekonomian yang bergerak

pada sektor pariwisata jika pariwisata sudah berkembang, seperti sektor pertanian

(sub sektor pangan, perkebunan, perikanan, dan peternakan, bahkan subsektor

kehutanan), sektor perindustrian terutama kerajinan, industri rumah tangga dan

ekonomi kreatif, dan pembangunan infrastruktur (Arjana, 2016). Selain itu

beberapa sektor yang dapat dirasakan secara langsung selama kegiatan berwisata

adalah sub sektor pariwisata primer, yakni restoran, penginapan, transportasi,

perdagangan eceran (retail), dan hiburan. Sedangkan sub sektor skundernya

berpengaruh pada sebagian besar kegiatan ekonomi dan bisnis.

4. Pengelolaan Wisata

Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management”, terbawa oleh

derasnya arus penambahan kata pumgut kedalam bahasa Indonesia, istilah Ingris

tersebut di Indonesia menjadi manajemen. Manajemen berasal dari kata to

manage yang artinya mengatur, pengetahuan dilakukan melalui proses dan

diatur
33
berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen. Jadi manajemen itu merupakan

suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang di inginkan melalui aspek-aspeknya

antara lain planning, organizing, actuating, dan controlling (Daryanto et al.,

2022). Pengelolaan adalah proses atau cara perbuatan mengelola atau proses

melakukan kegiatan tertentu dengan mengerakan tenaga orang lain, proses yang

membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi atau proses yang

memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan

kebijakan dan pencapai tujuan. Menurut Darsoprajitno (2001), pengelolaan adalah

mengendalikan atau menggarahkan berbagai sumber daya secara berhasil atau

guna untuk mencapai sasaran. pengelolaan merupakan suatu aktivitas yang

sistematis saling bersusulan agar tercapai tujuan. Pengelolaan kawasan wisata

ditunjukkan untuk melindungi tata nilai asli saat area dikembangkan. Sarana

akomodasi, SDM, produk jasa, kepemimpinan, produk dan kemasan,

seyogyanya secara hati-hati dikembangkan dengan mengadopsi tata nilai asli

serta melibatkan penduduk lokal. Kegiatan pariwisata ini akan memiliki dampak

positif bagi berbagai aspek kehidupan baik pada bidang politik, ekonomi,

sosial, budaya, dan lingkungan hidup. Dampak sosial, ekonomi, dan budaya

akan dirasakan oleh masyarakat yang memiliki daerah tempat tujuan wisata.

Dampak sosial, ekonomi, dan budaya tersebut antara lain: membuka kesempatan

kerja dan perluasan lapangan pekerjaan, menumbuhkan aktifitas

ekonomi masyarakat, meningkatnya pendapatan

perekonomian masyarakat (Suryani et al., 2016).

Menurut Suharsimi (1996), pengelola adalah substansi dari mengelola,

sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data,

34
merencana, mengorganisasikan, melakukan sampai, dengan pengawasan dan

penilaian dijelaskan kemudian pengelola menghasilkan suatu dan sesuatu itu dapat

merupakan sumber penyempurnaan dan peningkatan pengelola selanjutnya.

Masing-masing tahapan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan pemilihan dan penghubungan fakta,

menguatkan asumsi-asumsi tentang masa depan dalam membuat visualiasi dan

perumusan kegiatan yang diusulkan dan memang diperlukan untuk mencapai

hasil yang diinginkan. Perencanaan mencakup kegiatan pengambilan

keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif kepuasan.

Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visual dan melihat ke depan guna

merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.

Perencanaan berarti memperhitungkan sesuatu untuk memenuhi

kebutuhan di masa yang akan datang. Perencanaan dan pemgelolaan

pariwisata berarti untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat dimasa

mendatang. Oleh karena itu kecenderungan pertumbuhan penduduk,

persediaan lahan cadangan, pertumbuhan fasilitas, dan kemajuan teknologi

dengan penerapannya harus dimasukan dalam perencanaan tersebut. Selain itu

kualitas sumber daya pengelolaan pariwisata tersebut, sebab dalam

mengelola/manajemen pariwisata memerlukan keahlian dan pengalaman.

Menurut Pratiwi (2020), dalam perencanaan pengelolaan wisata harus

mempertimbangkan segala sesuatu yang dapat mendukung kegiatan wisata

para calon wisatawan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut diantaranya

adalah :

35
a) Sarana prasarana dan fasilitas

Dalam wisata hal yang harus diperhatikan adalah sarana prasarana dan

fasilitas apa yang akan diberikan pada calon wisatawan agar mendukung

kegiatan wisata para calon wisatawan.

b) Perencanaan Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya,

hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan

wisatawan. Suatu destinasi wisata tentunya harus memiliki daya tarik

untuk menarik minat wisatawan dan mendorong serta memperbesar arus

kunjungan.

b) Pengorganisasian (Organizing)

Setelah manajer menetapkan rencana-rencana atau program untuk

mencapainya, maka perlu dirancang merancang dan mengambangkan suatu

organisasi yang akan dapat melaksanakan berbagai program tersebut secara

sukses.

Menurut Handoko (2003), pengorganisasian adalah penentuan sumber

daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi,

perencanaan dan pengembangan suatu organisasi kelompok kerja yang akan

dapat membawa hal-hal tersebut kearah tujuan, penugasan tanggung jawab

tertentu dan kemudian, pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada

individu-individu untuk melaksanakan tugas. Fungsi ini menciptakan struktur

formal dimana pekerjaan ditetapkan, dibagi, dan dikoordinasi.

36
c) Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua

anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan

perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Dengan kata lain, sebuah

pelaksanaan adalah proses implementasi dari segala bentuk, rencana, konsep,

ide, dan gagasan yang telah sebelumnya disusun, baik pada level manajerial

maupun level operasional dalam rangka mencapai tujuan, yaitu visi dan misi

organisasi.

Tahap pelaksanaan pengelolaan wisata mempunyai dua bentuk di

antaranya:

a) Pengelolaan wisata berbasis masyarakat (Community based Tourism)

Bentuk pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat (Community based

tourism) dikembangkan berdasarkan prinsip keseimbangan dan

keselarasan antara kepentingan berbagai stakeholder pembangunan

wisata termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat. Secara ideal

prinsip pembangunan Community based tourism menekankan pada

pembangunan wisata dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Community based tourism bukanlah bisnis wisata yang bertujuan untuk

memaksimalkan profit atau keuntungan bagi para investor. Community

based tourism lebih terkait dengan dampak wisata bagi masyarakat

setempat dan sumber daya lingkungan.

b) Pengelolaan wisata top down

Top down adalah kebijakan yang bersumber dari pusat dan lebih

mendahulukan kepentingan nasional tanpa memperhatikan rakyat di

37
tingkat

38
bawah. Kebijakan ini seringkali mengecilkan peran dan fungsi nilai-nilai

lokal yang ada di daerah. Masyarakat hanya menikmati kebijakan tanpa

bisa merumuskan kebijakan sesuai apa yang dibutuhkan masyarakat

setempat.

d) Pengawasan (Controlling)

Controlling atau pengawasan adalah salah satu fungsi manjemen untuk

mengawasi dalam pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan agar sesuai dengan

tugas pokoknya masing-masing. Untuk mengecek atau mengevaluasi apa yang

telah dilakukan guna dapat memastikan apakah pekerjaan orang-orangnya

berjalan dengan memuaskan dan menuju kearah tujuan yang ditetapkan.

Setelah kegiatan manajemen berjalan mulai dari perencanaan, penggerakan,

dan pengawasan tugas dari seorang menajer selanjutnya yaitu mengevaluasi

semua kegiatankegiatan yang sudah dilaksanakan apakah sudah berjalan

sesuai rencana atau belum.

Menurut Terry & Rue (2009), pengawasan dapat dirumuskan sebagai

proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang

dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan

perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana atau selaras

dengan standar. Pengawasan bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan,

tetapi berusaha untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan serta

memperbaikinya jika terdapat kesalahan-kesalahan. Jadi, pengendalian

dilakukan sebelum proses, saat proses, dan setelah proses, yakni hingga hasil

akhir diketahui. Jadi fungsi pengawasan dalam manajemen merupakan

kegiatan memberikan pengamatan, pemantauan, penyeledikan, dan

39
pengevaluasian

40
keseluruhan kegiatan manajemen agar tujuan yang sudah ditetapkan dapat

dicapai secara tepat.

5. Prinsip Dasar Pengelolaan Pariwisata

Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip

pengelolaan yang menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas,

dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya

serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Menurut Pitana & Diarta

(2009), pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

1) Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada

kearifan lokal (special local sense) yang merefleksikan keunikan peninggalan

budaya dan keunikan lingkungan.

2) Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumberdaya yang menjadi basis

pengembangan kawasan pariwisata.

3) Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah

budaya lokal.

4) Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan lingkungan

lokal.

5) Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan pengembangan

pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi sebaliknya

mengendalikan dan/atau menghentikan aktivitas pariwisata tersebut jika

melampaui ambang batas (carrying capacity) lingkungan alam atau

akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan pendapatan

masyarakat.

41
Prinsip-prinsip pengelolaan pariwisata menurut Pitana & Diarta (2009) ini

yang nantinya akan dijadikan teori yang digunakan dalam penelitian ini, karena

danggap lebih tepat dalam menjawab atas masalah-masalah yang ada dalam

penelitian yang berjudul Manajemen Pengelolaan Pariwisata 1000 Musamus Guna

Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Kampung Salor Indah Distrik Kurik

Kabupaten Merauke.

Zaenuri (2014) menyebutkan ada beberapa prinsip pembangunan

pariwisata berkelanjutan, yaitu :

1) Kemandirian, menjaga kebebasan, keutuhan wilayah dan bangsa.

2) Menumbuhkan kecintaan negara, kebhinekaan, persatuan, multikultur maupun

pluralisme.

3) Peningkatan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat,

4) Meningkatkan perdamaian serta persahabatan (antar suku dan bangsa).

Lebih lanjut, unsur-unsur pengembangan pariwisata menurut Kurniawan

(2015) sebagai berikut:

1. Atraksi

Atraksi ataupun cirikhas tumbuh dalam kondisi alam sendiri (pemandangan

yang indah, fauna maupun flora, danau, dan cirikhas pantai), objek yang

dibuat manusia (makanan kuno, masjid kuno, katedral, museum), maupun

adanya faktor terkait serta pariwisata budaya (makanan, adat istiadat, serta

kesenian).

42
b) Akomodasi

Tempat bermalam yang memang tersedia untuk kebutuhan umum (tempat

pondokan, fasilitas kemping, hotel, motel) yang didirikan oleh perorangan

untuk menerima keluarga, teman ataupun anggota ikatan tertentu dan terbatas.

c) Transportasi

Kemajuan transportasi sangat berdampak pada perkembangan wisatawan serta

perkembangan fasilitas. Pertumbuhan teknologi transportasi pun berdampak

terhadap kelenturan arah kepergian dengan menggunakan kendaraan mobil

maka arah perjalanan lebih bervariasi.

d) Infrastruktur (Penunjang)

Infrastruktur yang layak sungguh penting, karena mendukung bantuan

pelayanan serta fasilitas penunjang agar perekonomian dapat berfungsi dengan

baik. Pembangunan infrastruktur ini secara tidak langsung dapat memberikan

manfaat kepada penduduk setempat. Tidak hanya menyangkut pembangunan

listrik, saluran air minum, serta saluran pembuangan limbah.

e) Fasilitas Pelayanan

Penyediaan fasilitas serta pelayanan yang semakin meningkat, searah dengan

perkembangan wisata yang dimulai oleh terdapatnya pelayanan jasa keperluan

setiap hari seperti pedangang makanan, pelayanan perdagangan, jasa

kesenangan dan kenyamanan (toko pakaian, toko peralatan rumah tangga, dan

lain-lain), selanjutnya jasa terkait keamanan serta keselamatan (polisi,

pemadam kebakaran, dokter dan apotek).

43
Menurut Hadinoto dikutip dari Chotib (2015), ada beberapa hal yang

menentukan dalam pengembangan suatu obyek wisata, diantaranya adalah:

1) Atraksi Wisata.

Atraksi merupakan daya tarik wisatawan untuk berlibur. Atraksi yang

diidentifikasikan (sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya, dan

sebagainya) perlu dikembangkan untuk menjadi atraksi wisata. Tanpa atraksi

wisata, tidak ada peristiwa, bagian utama lain tidak akan diperlukan.

2) Promosi dan Pemasaran.

Promosi merupakan suatu rancangan untuk memperkenalkan atraksi wisata

yang ditawarkan dan cara bagaimana atraksi dapat dikunjungi. Untuk

perencanaan, promosi merupakan bagian penting.

3) Pasar Wisata (Masyarakat pengirim wisata).

Pasar wisata merupakan bagian yang penting. Walaupun untuk perencanaan

belum atau tidak diperlukan suatu riset lengkap dan mendalam, namun

informasi mengenai trend perilaku, keinginan, kebutuhan, asal, motivasi, dan

sebagainya dari wisatawan perlu dikumpulkan dari mereka yang berlibur.

4) Transportasi.

Pendapat dan keinginan wisatawan adalah berbeda dengan pendapat penyuplai

transportasi. Transportasi mempunyai dampak besar terhadap volume dan

lokasi pengembangan pariwisata.

5) Obyek dan Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang

menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.

44
6) Sarana dan Prasarana wisata

Sarana dan prasarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata

yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati

perjalanan wisatanya. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah

tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran, dan

rumah makan serta sarana pendukung lainnya.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik Skripsi,

Tesis, Disertasi atau Jurnal Penelitian. Dalam melakukan penelitian yang berjudul

“Manajemen Pengelolaan Pariwisata 1000 Musamus Guna Meningkatkan

Ekonomi Masyarakat Kampung Salor Indah Distrik Kurik Kabupaten Merauke”,

maka peneliti mengambil lima penelitian sebelumnya sebagai pembanding dengan

penelitian yang akan dilakukan, antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rovingah (2022) dengan judul “Strategi Badan

Usaha Milik Kampung (BUMK) dalam Pengelolaan Wisata 1000 Musamus di

Kampung Salor Indah Distrik Kurik Kabupaten Merauke”. Fokus penelitian

ini mengenai pengelolaan Wisata 1000 Musamus Merauke oleh Badan Usaha

Milik Kampung (BUMK) Bintang Terang dengan fokus kepada strategi

BUMK dalam pengelolaan Wisata 1000 Musamus Merauke menggunakan

teori Fred R. David (2004) dimana metode penelitiannya yaitu deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi

yang dilakukan oleh BUMK dalam mengelola Wisata 1000 Musamus

berjalan kurang maksimal.


45
Pada perumusan strategi terlihat bahwa strategi yang dirumuskan yaitu:

mengadakan pagelaran setiap bulannya, cara mempromosikan Wisata 1000

Musamus dan pengadaan fasilitas di Wisata 1000 Musamus. Kemudian, dalam

pelaksanaannya strategi yang telah direncanakan tidak dapat berjalan dengan

maksimal. Evaluasi dari strategi yang telah dilaksanakan bahwa akibat kurang

maksimalnya promosi yang dilakukan baik melalui media cetak, elektronik

dan media sosial, sehingga berpengaruh terhadap target pendapatan dan

mempengaruhi keterbatasan anggaran yang dibutuhkan untuk membangun

sarana dan prasarana wisata, serta adanya pandemi Covid-19 mengakibatkan

rencana mengadakan pagelaran setiap bulannya tidak dapat terlaksanakan

secara rutin.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Moento & Fitriani (2022) dengan judul

“Pelatihan Strategi E-Promotion Pariwisata 1000 Musamus Kampung Salor

Distrik Kurik Kabupaten Merauke”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa

pengabdian telah dilaksanakan dengan para peserta mendapatkan materi

Undang- undang No. 19 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Undang-undang

No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, kemudian,

peserta mendapatkan materi cara mendapatkan hak paten dan para peserta

mendapatkan materi tentang youtube dan pelatihan cara pembuatan akun

youtube serta peserta mendapatkan materi tentang website serta di berikan

pelatihan cara mengelola website.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Tuhfatul (2022) dengan judul “Manajemen

Strategi Pengembangan Objek Wisata Mangku dalam Upaya Meningkatkan

46
Pendapatan Asli Desa (Studi pada Desa Rancamaya Cilongok Banyumas)”.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa strategi pengembangan Objek Wisata

Mangku meliputi beberapa aspek, yaitu pengembangan atraksi,

pengembangan fasilitas penunjang, pengembangan aksesibilitas dan

pengembangan layanan tambahan. Sedangkan Penerapan manajemen strategi

yang dilakukan oleh pengelola Objek Wisata Mangku melalui 4 tahapan

sesuai dengan teori J. David Hunger and Thomas Wheelen, yaitu pengamatan

lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi, kemudian evaluasi dan

pengendalian. Hal tersebut berdampak dan berperan baik bagi pengembangan

Objek Wisata Mangku baik secara sosial maupun ekonomi, terutama dalam

pendapatan masyarakat dan Desa Rancamaya.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Puspitosari (2021) dengan judul “Analisis

Pengelolaan Taman Wisata Refugia dalam Meningkatkan Pendapatan

Masyarakat”. Metode analisa pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif

yaitu menganalisis pengelolaan tempat wisata refugia dan dampak adanya

tempat wisata Manajemen Tanaman Sehat Saben dalam meningkatkan

pendapatan masyarakat. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Pengelolaan taman

wisata refugia sudah dilakukan dengan baik berdasarakan fungsi-fungsi

manajemen pengelolaan seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

dan pengawasan. Fungsi manajemen tersebut terlaksana dengan saling

ketergantungan dengan tujuan agar wisata Manajemen Tanaman Sehat Saben

tetap terjaga dan semakin menarik pengunjung untuk datang (2) Dengan

dibukanya taman wisata edukasi Manajemen Tanaman Sehat Saben ternyata

47
mampu memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat dengan membuka

warung, meningkatkan penghasilan bagi para pedagang yang sebelumnya

sudah memiliki usaha warung makanan.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Sakdiah et al., (2019) dengan judul “Peran

Objek Wisata Agusen dalam Menambah Pendapatan Masyarakat (Studi di

Gampong Agusen Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues)”. Metode

analisa data pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan

pendekatan deskriptif analisis, sedangkan teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari hasil

penelitian di dapat bahwa: keberadaan objek wisata dalam menambah

pendapatan masyarakat merupakan suatu tanggung jawab bersama. Adapun

keberadaan objek wisata bisa dikatakan cukup sukses dalam menambah

pendapatan masyarakat di Gampong Agusen Kecamatan Blangkejeren

Kabupaten Gayo Lues. Adapun faktor pendukung objek wisata Agusen adalah

adanya kerja sama yang baik antara masyarakat, pemerintah dan perangkat

Gampong. Adapun yang menjadi faktor penghambat adalah disebabkan oleh

belum adanya peraturan khusus baik dari perangkat Gampong ataupun dari

pemerintah sehingga masih ada kejanggalan dalam melaksanakan tugas dalam

menambah pendapatan masyarakat yang ada di Gampong Agusen Kecamatan

Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues.

48
Tabel 1 1 Matriks Penelitian Terdahulu

Metode
No Nama Judul Persamaan Perbedaan
Penelitian
1. Rovingah Strategi Badan Kualitatif, Pada penelitian Fokus penelitian
Usaha Milik Deskriptif ini sama-sama ini yaitu pada
Kampung membahas strategi BUMK
(BUMK) dalam mengenai dalam mengelola
Pengelolaan Wisata 1000 Wisata 1000
Wisata 1000 Musamus, Musamus di
Musamus di sehingga Kampung Salor
Kampung Salor memiliki Indah Distrik
Indah Distrik tempat/lokasi Kurik Kabupaten
Kurik Kabupaten penelitian yang Merauke.
Merauke. sama, serta
menggunakan Sedangkan peneliti
metode lebih
penelitian yang menitikberatkan
sama yaitu kepada manajemen
metode pengelolaan
penelitian pariwisata 1000
kualitatif. Musamus dan
dampaknya
terhadap
perekonomian
masyarakat
disekitarnya.
2. Paul Adryani Pelatihan Pemberian Pada penelitian Pada penelitian ini
Moento dan Strategi E- materi dan ini sama-sama berfokus pada
Fitriani Promotion Pelatihan. membahas Pelatihan Strategi
Pariwisata 1000 mengenai E-Promotion.
Musamus Wisata 1000 Sedangkan, pada
Kampung Salor Musamus, penelitian yang
Distrik Kurik sehingga dilakukan peneliti
Kabupaten memiliki yaitu fokus pada
Merauke tempat/lokasi manajemen
penelitian yang pengelolaan
sama. pariwisata 1000
Musamus dan
dampaknya

49
Metode
No Nama Judul Persamaan Perbedaan
Penelitian
terhadap
perekonomian
masyarakat
disekitarnya.

3. Tuhfatul Manajemen Kualitatif, Pada penelitian Lokasi


Khasanah Strategi Deskriptif ini sama-sama penelitiannya
Pengembangan membahas berbeda, serta pada
Objek Wisata mengenai penelitian ini lebih
Mangku Dalam manajement fokus kepada
Upaya pengelolaan peningkatan
Meningkatkan objek wisata, Pendapatan Asli
Pendapatan Asli serta Desa/PAD,
Desa/PAD menggunakan sedangkan penulis
(Studi Pada Desa metode saat ini lebih fokus
Rancamaya penelitian yang kepada
Cilongok sama yaitu peningkatan
Banyumas) metode perekonomian
penelitian masyarakat sekitar
kualitatif objek wisata.
dengan analisa
deskriptif.

4. Endah Analisis Kualitatif, Pada penelitian Lokasi


Puspitosari Pengelolaan Deskriptif ini sama-sama penelitiannya
Taman Wisata meneliti tentang berbeda, dengan
Refugia Dalam dampak masalah yang
Meningkatkan pengelolaan dihadapi juga
Pendapatan objek wisata berbeda.
Masyarakat. untuk
meningkatkan
pendapatan
masyarakat.
Selain itu
metode
penelitian yang
digunakan juga
sama.

50
Metode
No Nama Judul Persamaan Perbedaan
Penelitian
5. Sakdiah, Peran Objek Kualitatif, Pada penelitian Lokasi
Zulfadli, dan Wisata Agusen Deskriptif ini sama-sama penelitiannya
Sulaimasyah Dalam meneliti tentang berbeda, dengan
Menambah dampak masalah yang
Pendapatan pengelolaan dihadapi juga
Masyarakat objek wisata berbeda.
(Studi di untuk
Gampong meningkatkan
Agusen pendapatan
Kecamatan masyarakat.
Blangkejeren Selain itu
Kabupaten Gayo metode
Lues) penelitian yang
digunakan juga
sama.

Sumber: Data sekunder, 2022

E. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian tentang Manajemen Pengelolaan

Pariwisata 1000 Musamus Kampung Salor Indah Distrik Kurik Kabupaten

Merauke dengan indikator sebagai berikut :

51
PENGELOLAAN PARIWISATA 1000 MUSAMUS

Prinsip-prinsip dasar pengelolaan pariwisata menurut Pitana & Diarta (2009) :


1. Pembangunan dan pengembangan pariwisata.
2. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya.
3. Pengembangan atraksi wisata tambahan.
4. Pelayanan kepada wisatawan.
5. Dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan pengembangan.

MANAJEMEN PENGELOLAAN PARIWISATA


Gambar 2. 1 Kerangka Pikir 1000 MUSAMUS

Maksud dari kerangka pikir diatas adalah untuk mengkaji lebih dalam

mengenai manajemen pengelolaan Wisata 1000 Musamus dengan menggunakan

teori dari I Gde Pitana & I Ketut Surya Diarta, yang memberikan teori tentang

Prinsip- prinsip dasar pengelolaan pariwisata yang didalamnya berisi mengenai 1)

Pembangunan dan Pengembangan Pariwisata; 2) Preservasi, proteksi, dan

peningkatan kualitas sumber daya; 3) Pengembangan atraksi wisata tambahan; 4)

Pelayanan kepada wisatawan; 5) Dukungan dan Legitimasi pada pembangunan

dan pengembangan.

Dari teori inilah maka akan diketahui bagaimana Manajemen Pengelolaan

Objek Wisata 1000 Musamus Kampung Salor Indah Distrik Kurik Merauke.

Output yang diharapkan dari penelitian ini adalah meningkatnya ekonomi

masyarakat kampung Salor Indah Distrik Kurik Kabupaten Merauke.

52
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Tipe Penelitian

Menurut Sugiyono (2017), secara umum metode penelitian diartkan

sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Metode yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Manajemen Pengelolaan

Pariwisata 1000 Musamus Guna Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Kampung

Salor Indah Distrik Kurik Kabupaten Merauke adalah metode penelitian kualitatif

deskriptif.

Menurut Moleong (2014) metode penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subyek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain

secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode

ilmiah. Moleong (2014) mendefinisikan metodologi penelitian kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kampung Salor Indah Distrik Kurik

Kabupaten Merauke, khususnya pada obyek wisata 1000 Musamus agar

mendapatkan sebuah informasi serta data yang menunjang. Waktu penelitian

dilakukan pada bulan September-November 2022.

53
C. Teknik Pemilihan Informan

Teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang

didasarkan dengan pertimbangan tertentu yang berkaitan dengan studi kasus yang

diteliti dan tujuan peneliti (Sugiyono, 2017).

Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang

bisa menjadi sumber informasi dengan beberapa pertimbangan tertentu. Adapun

informan penelitian ini terdiri dari :

Tabel 3. 1 Informan Penelitian

No Informan Jumlah
1. Kepala Distrik Kurik 1
2. Kepala Kampung 1
3. Ketua BUMK 1
4. Manajer Unit Usaha Pariwisata 1000 Musamus 1
5. Bamuskam 1
6. Pengunjung 2
7. Masyarakat Penjual (Pedagang) 3
8. Masyarakat sekitar 2
Jumlah 12 orang
Sumber: Data Primer, 2022

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu terdiri

atas data primer dan data sekunder. Berikut uraian mengenai jenis data, antara lain

1) Jenis data

a) Data primer

Menurut Sugiyono (2017), data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Data primer merupakan bukti

54
yang didapatkan dengan melakukan penelitiannya secara langsung yang

didapat dari informan melalui observasi maupun wawancara.

b) Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2017), data sekunder adalah sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder

merupakan data yang digunakan sebagai penunjang dan pelengkap dari

data primer yang relevan dengan penelitian. Data tersebut diperoleh dari

sumber- sumber data lain yang tersedia (artikel, arsip, buku pedoman,

dokumen, dll) yang berhubungan dengan penelitian.

2) Sumber Data

Pengertian sumber data menurut Arikunto (2013) adalah: “Sumber data yang

dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”.

Dalam penenelitian ini, Sumber data yang didapatkan dalam penelitian berasal

informan utama berjumlah 4 orang dan informan penunjang berjumlah 8 orang

yang telah peneliti tentukan sebelumnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara pengumpulan data serta jenis dan

sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian yang dilakukan.

Dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan,

yaitu:

1) Observasi

Menurut Sugiyono (2017), mengemukakan bahwa observasi adalah teknik

pengumpulan data untuk mengamati perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-

gejala alam, dan responden. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan
55
langsung untuk menemukan fakta-fakta di lapangan. Metode observasi yang

digunakan dalam penelitian mengenai Manajemen Pengelolaan Pariwisata 1000

Musamus Guna Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Kampung Salor Indah

Distrik Kurik Kabupaten Merauke, yaitu menggunakan metode observasi non-

participant. Dalam hal ini peneliti datang ke lokasi penelitian, namun tidak ikut

terlibat dalam kegiatan yang dilakukan dari subyek penelitian. Artinya peneliti

hanya melakukan pengamatan terkait bagaimana Manajemen Pengelolaan yang

dilakukan oleh Badan Usaha Milik Kampung (BUMK) Bintang Terang di

Kampung Salor Indah Distrik Kurik Kabupaten Merauke dalam Mengelola Objek

Wisata 1000 Musamus.

Tujuan penggunaan metode observasi dalam penelitian ini yakni peneliti

dapat mencatat hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, mendokumentasikan,

dan merefleksikannya secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi dari

subyek penelitian. Dengan demikian, maka data-data yang dikumpulkan

berdasarkan hasil teknik pengumpulan data lainnya, dapat ditriangulasikan dengan

menggunakan metode ini. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data yang valid.

Validitas data sangat diperlukan dalam penelitian ini karena keabsahan data yang

didapat apakah sesuai dengan fakta yang ada di lapangan atau tidak.

2) Wawancara

Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara secara mendalam, dimana peneliti melakukannya dengan sengaja

untuk melakukan wawancara dengan informan dan peneliti tidak sedang observasi

partisipasi. Peneliti bisa datang berkali-kali untuk melakukan wawancara, sifat

wawancara
56
mendalam dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman wawancara.

Tujuannya adalah memperoleh data secara jelas, konkret dan lebih mendalam.

Pada dasarnya metode ini merupakan usaha untuk menggali keterangan

yang lebih dalam dari sebuah kajian dari sumber yang relevan berupa pendapat,

kesan, pengalaman, pikiran dan lain sebagainya yang berkaitan dengan

Manajemen Pengelolaan Objek Wisata 1000 Musamus yang dikelola BUMK

Bintang Terang di Kampung Salor Indah Distrik Kurik Kabupaten Merauke.

3) Studi Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan

catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga

akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode

ini hanya mengambil data yang sudah ada terkait manajemen pengelolaan ataupun

sumber data lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti. Metode ini juga digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah

tersedia dalam catatan dokumen. Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal

dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap

bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam.

Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian mengenai Manajemen

Pengelolaan Pariwisata 1000 Musamus oleh BUMK Sinar Terang, digunakan

sebagai data pendukung terkait masalah penelitian. Dengan adanya data

pendukung tersebut ditujukan sebagai penguat argumentasi dari data-data primer

yang didapatkan dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan peneliti

sebelumnya.

57
F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2017) menyatakan bahwa analisis data adalah proses

mencari dan merencanakan secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara menyusun bagian

data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam bagian terkecil, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilah mana yang penting dan yang dapat dipelajari,

dan membuat kesimpulan sehingga bisa mudah untuk dipahami oleh diri sendiri

ataupun orang lain.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

reduksi, penyajian data dengan teks, dan penarikan simpulan. Dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1) Membaca

2) Memahami

3) Menentukan hasil dari manajemen pengelolaan Wisata 1000 Musamus

4) Menganalisis dan menyajikan data dalam bentuk deskripsi.

a) Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data merupakan merangkum, menentukan suatu hal yang

pokok, memusatkan pada hal yang penting, mencari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2017). Penelitian ini berfokus untuk

memilih dan merangkum hal-hal pokok pada bagaimana Manajemen Pengelolaan

Pariwisata 1000 Musamus Guna Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Kampung

Salor Indah Distrik Kurik Kabupaten Merauke.

58
b) Penyajian Data (Data Display)

Sesudah mereduksi data, selanjutnya melakukan penyajian data untuk

mempermudah memahami data yang diperoleh. Menurut Sugiyono (2017),

menyajikan data merupakan menyusun bahan dalam suatu kegiatan. Pada

penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan bagan, ulasan ringkas,

relasi pada tingkatan ataupun semacamnya. Pada penelitian ini, data disajikan

dalam bentuk teks yang bersifat naratif, foto serta bagan.

c) Penarikan Kesimpulan (Conslusion and Verification)

Tahap ketiga yaitu penarikan kesimpulan. Menurut Sugiyono (2017),

berdasarkan teori Miles dan Huberman bahwa kesimpulan dalam penelitian

kualitatif berupa adanya temuan baru yang sebelumnya belum ada. Baik berupa

deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih diragukan sehingga

setelah dilakukan penelitian menjadi jelas. Penarikan kesimpulan dihasilkan

dalam bentuk teks yang naratif.

G. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti bagaimana Manajemen

Pengelolaan Pariwisata 1000 Musamus Guna Meningkatkan Ekonomi Masyarakat

Kampung Salor Indah Distrik Kurik Kabupaten Merauke. Adapun waktu

penelitian ini dimulai dari bulan April 2022, secara rinci dapat dilihat pada

timeline matriks berikut :

59
Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian
Waktu Penelitian (2022)
No Kegiatan
Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des
1 Pengajuan Judul
2 Observasi Awal
3 Penyusunan Proposal
4 Seminar Proposal
5 Revisi dan Konsul
Pengumpulan Data,
6 pengolahan, dan Analisa
Data
7 Sidang Skripsi
8 Revisi Sidang
9 Yudisium

60
DAFTAR PUSTAKA

(Madrid)., W. T. O., Network, W. T. O. E., (Manoa)., U. of H., University of


Calgary (Calgary, C., & (Australia)., J. C. U. (1997). International tourism:
A global perspective. World Tourism Organization.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Arjana, I. G. (2016). Geografi Pariwisata dan Ekonomi kreatif. jakarta: Rajawali
pers.
Chotib, M. (2015). Wisata Religi di Kabupaten Jember. Jurnal Fenomena, 14(2),
206–225.
Darsoprajitno, H. (2001). Soewarno. Ekologi Pariwisata, Tata Laksana
Pengelolaan Objek dan Daya Tarik Wisata. Angkasa. Bandung.
Daryanto, I. E., Darwin, M. P., Siregar, I. B., & Januariyansah, S. (2022). Model
Manajemen Pelatihan Pendidikan Vokasi. umsu press.
Dewi, I. C. (2011). Pengantar Ilmu Administrasi Bisnis. Jakarta: PT Prestasi
Pustaka Raya.
Dicevska, S., & Simonceska, L. (2012). The Economic and Social Impact on
Tourism Development. Faculty of Tourism and Hospitality Management in
Opatija. Biennial International Congress. Tourism & Hospitality Industry,
272.
Firmansyah, A. (2018). Perilaku konsumen: Sikap dan pemasaran.
Gulick, L. (1965). Management is a Science. Academy of Management Journal,
8(1), 7–13.
Handoko, T. H. (2003). Manajemen edisi kedua. BPFE. Yogyakarta.
Hasibuan, M. S. P. (2009). Manajemen: dasar, pengertian, dan masalah.
Ibnu, S. (2008). Sistem dan Prosedur Kerja. Bumi Aksara.
Joyosuharto, S. (2000). Aspek Ketersediaan dan Tuntutan Kebutuhan Dalam
Pariwisata, dalam Dasar-dasar Manajemen Kepari-wisataan Alam.
Yogyakarta: Liberty.
Kamat, S. B. (2011). Exotic village tourism: Case study of Saligao and Candolim.
International Journal of Hospitality and Tourism Systems, 4(1), 74.
Kerr, W. R. (2003). Tourism public policy, and the strategic management of failure.
Routledge.
Kurniawan, W. (2015). Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Pariwisata Umbul
Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Economics
Development Analysis Journal, 4(4), 443–451.
Mardalena, S. (2017). Pengantar manajemen. Yogyakarta: Deepubish.

61
Maturbongs, E. E., & Lekatompessy, R. L. (2020). Kolaborasi Pentahelix dalam
Pengembangan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal di Kabupaten Merauke.
Sumber, 81, 59.
Moento, P. A., & Fitriani, F. (2022). Pelatihan Strategi E-Promotion Pariwisata
1000 Musamus Kampung Salor Distrik Kurik Kabupaten Merauke. Jurnal
Abdi Masyarakat Indonesia, 2(1), 93–100.
Moleong, J. L. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. In Remaja Rosdakarya.
PT. Remaja Rosdakarya.
Pitana, I. G., & Diarta, K. S. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Andi Offset.
Poerwadarminta, W. J. S. (2006). Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi III, cet.
3.
Jakarta: Balai Pustaka.
Pratiwi, N. (2020). ANALISIS PENGELOLAAN OBJEK WISATA PUNCAK
CEMARA KOTA SAWAHLUNTO. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau.
Prihantara, F., Irawan, P., & Sari, Y. K. (2018). Dampak pariwisata religi
kawasan Masjid Sunan Kudus terhadap ekonomi, lingkungan, dan sosial-
budaya. UGM PRESS.
Puspitosari, E. (2021). Analisis Pengelolaan Taman Wisata Refugia Dalam
Meningkatkan Pendapatan Masyarakat. IAIN PONOROGO.
Rovingah. (2022). Strategi Badan Usaha Milik Kampung (BUMK) dalam
Pengelolaan Wisata 1000 Musamus di Kampung Salor Indah Distrik Kurik
Kabupaten Merauke. Universitas Musamus Merauke.
Rulloh, N. (2018). Pengaruh Kunjungan Wisata Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Sekitar Objek Wisata Berdasarkan Perspektif Ekonomi Islam
(Studi PadaMasyarakat Sekitar Objek Wisata Lumbok Resort Kecamatan
Lumbok Seminung Kabupaten Lampung Barat). UIN Raden Intan Lampung.
Saggaf, S., Salam, R., Kahar, F., & Akib, H. (2014). Pelayanan Fungsi
Administrasi Perkantoran Modern. Jurnal Ad’ministrare, 1(1), 20–27.
Sakdiah, S., Zulfadli, Z., & Sulaimasyah, S. (2019). PERAN OBJEK WISATA
AGUSEN DALAM MENAMBAH PENDAPATAN MASYARAKAT
(STUDI DI GAMPONG AGUSEN KECAMATAN BLANGKEJEREN
KABUPATEN GAYO LUES). Jurnal Al-Ijtimaiyyah, 5(1), 59–84.
Setiawan, N. A. (2014). Strategi promosi dalam pengembangan pariwisata lokal di
Desa Wisata Jelekong. Trikonomika, 13(2), 184–194.
Siagian, S. P. (2012). Kerangka Dasar Ilmu Administrasi.
Sinaga, S. (2010). Potensi dan Pengembangan objek wisata di kabupaten Tapanuli
Tengah. Kertas Karya. Program DIII Pariwisata. Universitas Sumatera
Utara.
Soebagyo, S. (2012). Strategi pengembangan pariwisata di Indonesia. Liquidity:
Jurnal Riset Akuntansi Dan Manajemen, 1(2), 153–158.
62
Soleh, A. (2017). Strategi pengembangan potensi desa. Jurnal Sungkai, 5(1), 32–
52.
Spillane, J. J. (1994). Pariwisata Indonesia: siasat ekonomi dan rekayasa
kebudayaan (Vol. 5). Kanisius.
Sugiyono, D. (2017). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan R&D.
Suharsimi, A. (1996). Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif.
Jakarta: Rajawali.
Suryani, N. L. M., Noak, P. A., & Yudhartha, I. P. D. (2016). Analisis Manajemen
Pengelolaan Obyek Wisata Dalam Mewujudkan Pembangunan Pariwisata
Yang Berkelanjutan Melalui Badan Usaha Milik Desa Adat (Bumda)(Studi
Kasus Obyek Wisata Pantai Pandawa Kuta Selatan Kabupaten Badung).
Citizen Charter, 1(1), 165229.
Suyitno. (2008). Perencanaan Wisata. Kanisius.
Terry, G. R., & Rue, L. W. (2009). Dasar-dasar Manajemen, Edisi Bahasa
Indonesia pada PT. Bumi Aksara, Jakarta, Alih Bahasa GA Ticoalu.
Tuhfatul, K. (2022). Manajemen Strategi Pengembangan Objek Wisata Mangku
dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (Studi pada Desa
Rancamaya Cilongok Banyumas). UIN Prof. KH Saifuddin Zuhri.
Wahab, S. (2003). Manajemen Kepariwisataan. PT Pradinya Paramita.
Zaenuri, M. (2014). Mengelola Pariwisata-Bencana: Perlunya Perubahan
Paradigma Pengeloaan Pariwisata Dari Adaptive Governance Menuju
Collaborative Governance. Unisia, 36(81), 157–168.

Sumber Lain:
Provinsi Papua Dalam Angka (2022), Badan Pusat Statistik,
www.papua.bps.go.id, diakses tanggal 28 September 2022.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, Database Peraturan,
www.peraturan.bpk.go.id, diakses tanggal 28 September 2022.
Peraturan Daerah Nomor 4 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Kabupaten Merauke tahun 2018-2032, diakses tanggal 21 Oktober 2022.

63
LAMPIRAN

64
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI INFORMAN

Kepada Yth:
Bapak/Ibu Calon Informan Penelitian
Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dimas Ardiansyah


NPM : 2022-63-201-163

Merupakan mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara S1 pada Fakultas Ilmu


Sosial dan Ilmu Politik Universitas Musamus Merauke (UNMUS) yang sedang
melakukan penelitian dengan judul “Manajemen Pengelolaan Pariwisata 1000
Musamus Kampung Salor Indah Distrik Kurik Kabupaten Merauke”.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan Bapak/Ibu sebagai


informan dan informasi yang diberikan akan dijaga kerahasiaannya serta hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu informan, saya ucapkan terima kasih.

Merauke, Januari 2023

Hormat saya,

Dimas Ardiansyah

65
Lampiran 2

Pedoman Wawancara

No. Dimensi Indikator Informan


1. Pembangunan dan 1. Proses pembangunan dan Kepala Distrik Kurik,
Pengembangan pengembangan objek Kepala Kampung, Ketua
pariwisata. wisata. BUMK, Manajer Unit
2. Pembinaan pariwisata Usaha Pariwisata 1000
bagi masyarakat. Musamus.
Bamuskam, Masyarakat
3. Target yang ingin
Penjual (Pedagang),
dicapai.
Masyarakat sekitar.
4. Pihak-pihak yang terlibat
dalam pembangunan dan
pengembangan.
5. Dampak pembangunan
dan pengembangan
pariwisata bagi
masyarakat sekitar
2. Preservasi, 1. Upaya Pelestarian Kepala Distrik Kurik, Kepala
proteksi, dan Kampung, Ketua BUMK,
2. Bentuk pengawasan dan Manajer Unit Usaha
peningkatan sanksi
kualitas sumber Pariwisata 1000 Musamus.
3. Upaya peningkatan
daya. kualitas sumber daya
3. Pengembangan 1. Atraksi wisata yang Ketua BUMK, Manajer
atraksi wisata tersedia Unit Usaha Pariwisata 1000
tambahan. 2. Strategi pengembangan Musamus.

3. Promosi Pariwisata
4. Pelayanan kepada 1. Kepuasan wisatawan Ketua BUMK, Manajer
wisatawan. terhadap kualitas Unit Usaha Pariwisata 1000
pelayanan Musamus.
2. Kenyamanan wisatawan Pengunjung, Masyarakat
sekitar.
3. Sarana dan prasarana
yang tersedia
5. Dukungan dan 1. Dukungan dari Kepala Distrik Kurik,
Legitimasi pada pemerintah dan Kepala Kampung, Ketua
pembangunan dan masyarakat BUMK, Manajer Unit
pengembangan. Usaha Pariwisata 1000
2. Kebijakan pemerintah
Musamus.

66
No. Dimensi Indikator Informan
3. Keterlibatan Dinas Masyarakat Penjual
Pariwisata dan (Pedagang), Masyarakat
Kebudayaan Kab. sekitar.
Merauke.

67

Anda mungkin juga menyukai