TESIS
Diajukan untuk memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Hukum
Pada Fakultas Ilmu Hukum
Oleh
Enjang Sukandi
2007020035
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG
i
2022
ii
MENYETUJUI DAN MENGESAHKAN
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. HasnahAziz, S.H., M.H, M.Pd. Dr. Tina Asmarawati, S.H., M.H.
NIDN: 0328086004 NIDK: 8832011019
MENGETAHUI:
Dr. Edi Mulyadi , S.E, M.Si. Dr.Hasnah Aziz, S.H., M.H, M.Pd.
NIDN/NIDK NIDN: 0328086004
i
MENYETUJUI DAN MENGESAHKAN
MENGETAHUI:
Dr. Edi Mulyadi, S.E, M.Si. Dr.Hasnah Aziz, S.H., M.H., M.Pd. NIDN:
NIDN: 0328086004
ii
KATA PENGANTAR
iii
5. AKBP Aldi Subartono, S.H., S.I.K., M.H., CPHR selaku Kapolres
Karawang;
6. Istri dan anak-anak tercinta, yang telah banyak memberikan
dukungan moril dalam menempuh pendidikan hingga tersusunnya
tesis ini;
Penulis tidak bisa membalas semua kebaikan ini, semoga Allah SWT
senantiasa melipat gandakan amal dan pahala atas kebaikan Bapak, Ibu dan
rekan sekalian. Amin.
Enjang Sukandi
2007020035
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian...................................................................... 9
A. Kajian Teori................................................................................. 12
A. Jenis Penelitian............................................................................ 30
B. Sifat Penelitian............................................................................ 30
v
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 28
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
dibandingkan dengan pesatnya pertumbuhan kendaraan, berakibat pada
meningkatnya volume lalu lintas kendaraan sehingga menyebabkan kurang
disiplinnya pengguna jalan dan masalah lalu lintas lainnya. Masalah lalu lintas
merupakan hal yang sangat rumit. Keadaan jalan yang semakin padat dengan
jumlah lalu lintas kendaraan yang semakin meningkat tersebut, merupakan salah
satu penyebabnya. Misalnya saja pelanggaran rambu-rambu lalu lintas,
kemacetan, kecelakaan, polusi udara, dan lain sebagainya (Soekanto, 1984:42).
Setiap masyarakat pemakai jalan seharusnya mengetahui, memahami serta
mematuhi aturan-aturan yang berlaku di jalan raya. bila hal tersebut diabaikan
maka pelanggaran di jalan raya akan sering terjadi, hal ini akibat kurangnya
disiplin dan kesadaran hukum masyarakat pemakai jalan. Tetapi kecenderungan
untuk melanggar tata tertib lalu lintas semakin tinggi seiring bertambahnya
peradaban manusia di zaman modern saat ini.
Salah satu bentuk tindak pidana yang timbul dalam bidang lalu lintas adalah
pelanggaran (over tredingen), yakni suatu perbuatan yang oleh pembuat undang-
undang ditetapkan bertentangan dengan hukum dan diancam sanksi pidana.
Dalam bidang lalu lintas, pelanggaran sering merupakan suatu bentuk perbuatan
yang mendahului terjadinya kecelakaan lalu lintas, sebagaimana diungkapkan oleh
Naning Randlon bahwa kecelakaan lalu lintas adalah kejadian akhir daripada
suatu peristiwa lalu lintas jalan baik yang berupa kejahatan maupun pelanggaran
yang mengakibatkan kerugian jiwa manusia atau kerugian harta benda (Hadiman,
1986:19)
Pengguna jalan raya khususnya pengemudi kendaraan, seringkali tidak
menyadari bahwa pelanggaran yang dilakukan walaupun ringan, tetapi dapat
berakibat fatal bagi pengguna jalan lainnya. Oleh karena pelanggaran lalu lintas
hendaknya dihindari oleh setiap pengguna jalan raya guna menghindari bentuk
tindak pidana yang lebih berat berupa kecelakaan lalu lintas(Hadiman, 1986:1)
Menurut Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa
Tengah Urip Syihabuddin mengatakan, “Sesuai UU 22 tahun 2009 ada empat
jenis pelanggaran yaitu:
1) Pelanggaran terhadap persyaratan teknis dan
2
laik jalan,
2) Pelanggaran terhadap muatan,
3) Pelanggaran perizinan,
4) Pelanggaran terhadap rambu dan marka.
Tiga pelanggaran yang disebut terdahulu yaitu pelanggaran persyaratan teknis,
pelanggaran muatan dan pelanggaran perizinan adalah hal dominan yang menjadi
Tugas pokok bagi PPNS Bidang LLAJ. Banyaknya pelanggaran yang terjadi
menunjukkan ketidakberdayaan dari aturan yang ada. Dalam penegakan hukum
diperlukan kerjasama dengan instansi terkait yaitu Kepolisian, Kejaksaan dan
Pengadilan. Dibidang LLAJ ada tiga hal yang menjadi area kerja para penegak
hukum bidang LLAJ, yang terintegrasi dari pusat, provinsi maupun
kabupaten/kota. Ketiga hal itu adalah pengujian kendaraan bermotor, terminal dan
jembatan timbang. Penanganan terminal yang kurang baik dapat mengakibatkan
munculnya angkutan-angkutan liar. Kemudian adanya pemalsuan buku uji
kendaraan bermotor yang banyak ditemukan dilapangan juga menunjukkan
kelemahan penegakan hukum kita.
Menurut Hadiman, dalam bidang lalu lintas terdapat tiga masalah pokok
yang timbul, yaitu:
1) Kemacetan jalan,
2) Pelanggaran,
3) Kecelakaan lalu lintas.
Pelanggaran
yang masih sering
dilakukan antara
lain, seperti
menerobos lampu
merah, melawan
arah arus
kendaraan, tidak
melengkapi
perlengkapan
3
keselamatan dalam
berkendara, seperti
helm, spion dan
lain-lain, serta
tidak membawa
kelengkapan surat
kendaraan. Bahkan
tabrak lari yang
merupakan bentuk
contoh
pelanggaran
norma sosial
kadang juga
dilakukan tanpa
bertanggung
jawab. Pelaku
pelanggaran lalu
lintas didominasi
oleh kalangan
Milenial.
Sesuai catatan Satlantas Polres Karawang, kasus kecelakaan yang terjadi
sepanjang tahun 2018 mencapai 558 kasus. Dari 558 kasus kecelakaan itu,
sebanyak 236 korban meninggal dunia, 89 korban luka berat, dan korban luka
ringan sebanyak 579 korban. Dibandingkan dengan kasus kecelakaan yang terjadi
pada tahun 2017, jika dilihat dari kasusnya terjadi peningkatan sekitar 4,69
persen. Menurut Kapolres Karawang, AKBP Aldi Subartono, adapun korban
korban luka berat tahun 2020 mencapai 77 orang sedangkan tahun 2021 mencapai
57 orang. Sedangkan korban luka ringan tahun 2020 sebanyak 895 orang dan
tahun 2021 sebanyak 681 orang atau turun 2,01 persen. Berdasarkan Laporan
Anatomi Laka Lantas Polres Karawang diperoleh data kenaikan jumlah
pelanggaran dan korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas pada tahu 2020
4
dan 2021. Data menunjukkan sebagian besar penyebab terjadinya kenaikan
jumlah kecelakaan dan korban meninggal akibat perilaku Pengguna jalan.
Semua aturan yang telah dibuat bertujuan untuk mencapai kestabilan,
keamanan dan keselamatan setiap warga yang mengakses jalan raya. Kecelakaan
akibat tidak mematuhi aturan berlalu lintas telah banyak terjadi, namun hal itu
tidak dapat dijadikan titik jenuh atau sebagai sebuah kewaspadaan.
Berbagai upaya mengatasi pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pihak
kepolisian untuk membuat pelanggar jenuh sudah sering dilakukan. Salah satunya
dengan cara penilangan meski hal itu dinilai oleh berbagai pihak yang menjadi
saksi terjadinya pelanggaran sebagai cara yang kurang efektif. Apa saja upaya
mengatasi pelanggaran lalu lintas yang lain dan bisa dilakukan?
Pelanggaran Lalu lintas merupakan sebuah persoalan yang hendak
diselesaikan oleh pemerintah Kabupaten Karawang terlebih dalam upaya
mencapai ketertiban pada Lalu lintas dan kenyamanan pengguna jalan raya.
Penerapan sistem Ganjil-Genap dipandang sebagai solusi berbasis kebijakan
kondisional yang menarik untuk dianalisis.
Bagaimana dampak yang ditimbulkan pelanggaran terhadap sistem Ganjil-
Genap dalam penyelenggaraan hukum lalu-lintas di Kabupaten Karawang?
Tujuannya adalah Untuk meninjau sejauh mana pengaruh penerapan kebijakan
Ganjil-Genap di Kabupaten Karawang dalam mengurangi pelanggaran Lalu lintas.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 terdapat pengaturan dan penerapan
sanksi pidana diatur lebih tegas. Bagi pelanggaran yang sifatnya ringan,
dikenakan sanksi pidana kurungan atau denda yang relatif lebih ringan. Namun,
terhadap pelanggaran berat dan terdapat unsur kesengajaan dikenakan sanksi
pidana yang jauh lebih berat. Hal ini dimaksudkan agar dapat menimbulkan efek
jera bagi pelaku pelanggaran dengan tidak terlalu membebani masyarakat.
Selain sanksi pidana, dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 juga
diatur mengenai sanksi administratif yang dikenakan bagi perusahaan angkutan
berupa peringatan, pembekuan izin, pencabutan izin, pemberian denda. Ketentuan
mengenai sanksi pidana dan administratif diancamkan pula kepada pejabat atau
penyelenggara jalan.
5
Adanya Undang-undang No 22 tahun 2009 tidak berarti pelanggaran lalu
lintas lebih baik, Praktik pungutan liar dengan modus tilang oleh oknum polisi
lalu lintas, marak terjadi. Ini mengingatkan masyarakat pada ulah aparat
penegak hukum yang kerap dikeluhkan masyarakat pada zaman orde baru
Asas pemberlakuan hukum pidana atas integritas lalu-lintas yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas Angkutan Jalan;
serta Untuk menelaah prinsip pemberian sanksi pidana terhadap pelanggar
kebijakan Ganjil-Genap pada beberapa ruas jalan tersebut diatur secara khusus
ataukah disamaratakan dengan kebijakan lalu lintas pada umumnya. Kebijakan
Genap Ganjil masih memiliki kelemahan pada aspek keberlanjutan.
Kebijakan Ganjil Genap merupakan salah satu upaya pengendalian moda
transportasi yang sedang diterapkan pemerintah selama masa pandemi. Mengenai
untuk siapa kebijakan ini diberlakukan, hal itu sudah tertuang dalam Peraturan
Gubernur DKI Jakarta No. 80 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial
Berskala Besar Pada Masa Transisi Menuju Masyarakat Sehat, Aman, dan
Produktif. Dalam Pergub tersebut telah diatur, jika angka terakhir nomor plat
kendaraan Ganjil, maka dilarang melintasi ruas-ruas jalan tertentu pada tanggal
Genap. Begitu pun sebaliknya, bila angka terakhir nomor plat kendaraan Genap,
maka tidak diperbolehkan untuk melintasi beberapa ruas jalan tertentu pada
tanggal Ganjil. Pada awal pemberlakuan masa transisi dan pembukaan terbatas
beberapa sektor, mobilitas masyarakat kembali meningkat. Sejumlah ruas jalan di
Karawang kembali dipenuhi kendaraan-kendaraan pribadi, baik roda dua maupun
roda empat.
Penerapan Ganjil Genap dapat melemahkan perekonomian di Karawang,
karena pemberlakuan Ganjil Genap itu di area sektor perdagangan yaitu jalur
Tuparev-Kertabumi yang merupakan jalur pertokoan dan perdagangan. Penerapan
Ganjil Genap secara umum diterapkan untuk mengurangi kemacetan di jalur
Tuparev-Kertabumi yang rumit yang diakibatkan juga tidak teraturnya konsep
perparkiran.
Namun pada kenyataannya Kebijakan Ganjil Genap tidak banyak
mengurangi pelanggaran lalu lintas di Wilayah Kabupaten Karawang, hanya
6
cenderung memindahkan lokasi kemacetan yang berakibat terjadi pelanggaran di
wilayah Polres Karawang.
Merujuk latar belakang masalah di atas, peneliti mengambil judul ”Analisis
Yuridis Tindak Pidana Pelanggaran Lalu Lintas Akibat Penerapan Kebijakan
Ganjil Genap Di Wilayah Polres Karawang (Study Putusan No.
1908/Pid.LL/2021/PN Kwg)”.
B. Identifikasi Masalah
7
pengguna lalulintas di wilayah Polres
Karawang
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum:
8
Untuk untuk memahami peranan ilmu Hukum dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan masyarakat berkaitan dengan penertiban penggunaan
jalan raya serta upaya mengurangi pelanggaran lalu lintas demi
tercapainya ketertiban, keselamatan, dan kenyamanan masyarakat umum
pengguna lalu lintas jalan raya.
b. Tujuan Khusus:
1) Untuk mengetahui dan memahami adanya tindak pidana pelanggaran lalu
lintas akibat penerapan kebijakan Ganjil Genap dan dampaknya bagi
pengguna lalu lintas.
2) Untuk mengetahui Penanganan perkara pelaku tindak pidana pelanggaran
lalulintas jalan raya di wilayah Polres Karawang.
3) Untuk mengetahui jumlah penurunan pelanggaran lalu lintas akibat
penerepan kebijakan Ganjil Genap di wilayah Polres Karawang
4) Untuk mengetahui dan memahami adanya dampak kebijakan Ganjil-
Genap bagi pengguna lalulintas di wilayah Polres Karawang
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat Teoritis:
9
b. Manfaat Praktis:
1. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat mengenai kebijakan pemerintah
dalam upaya menjaga ketertiban, keselamatan dan kenyamanan pengguna lalu
lintas di jalan raya.
2. Meningkatkan kesadaran Aparat Penegak Hukum dalam menjalankan tugasnya
sebaik mungkin dengan selalu mengedepankan pelayanan terbaik bagi
masyarakat pengguna lalu lintas di wilayah Karawang khususnya dan
masyarakat Indonesia pada umumnya.
E. Keaslian Penelitian
- Penelitian kedua dilakukan oleh Ari Ananda Putri, Yuanda Patria Tama,
Mega Suryandari, tahun 2020, dengan judul penelitian “Simulasi Dampak
Rencana Penerapan Skema Ganjil Genap Di Kota Bekasi”
Untuk lebih jelasnya Keaslian penelitian ini dapat kita lihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 2.
Keaslian Penelitian
-
Nama & HP
10
Tahun e
r
b
e
as
d
a
a
n
11
u n
s
t p
i e
r
N u
g n
u d
r a
a n
h g
u
D n
h d
a a
r n
m g
a a
n
L
a d
k a
s n
a
n p
a e
n
( d
2 e
0 k
2 a
1 t
) a
n
k
o
n
s
e
p
t
u
a
l
12
A Genap Di Kota i melintas seperti di ruas jalan uji coba i
n Bekasi t sebesar 21 %,namun ada beberapa
a i ruas jalan lainnya yang mengalami P
n a peningkatan volume lalulintas seperti e
d n ruas jalan Rawa Kalong, Kali abang, n
a Siliwnagi, Jl. H.Agus Salim, under e
i pass Bella sebesar 22%. Halini efek l
P n dari rencan peerapan kebijakan ganjil i
u i genap, dimana para pengguna t
t transportasi yang ingin menggunakan i
r b kendaraan pribadi cenderung mencari a
i e rute alternatif lain yang tidak ada n
, r penerapan kebijakan Ganjil Genap. ,
s
Y i W
u f a
a a k
n t t
d u
a D
e Penelitian,
P d variable,
a u Sifat
t k penelitian
r t dan metode
i i penelitian
a f
T d
a e
m n
a g
, a
n
M
e M
g e
a t
o
S d
u e
r
y p
a e
n n
d e
a l
r i
i t
, i
a
13
n
(
2 k
0 u
2 a
0 n
) t
i
t
a
t
i
f
.
Kesimpulan:
Dari dua penelitian terdahulu yang sudah dilaksanakan, beberapa hal yang
membedakan dengan penelitian ini yaitu:
1) Lokasi Penelitian
Lokasi pada tiga penelitian tersebut sudah jelas berbeda pada penelitian
pertam di Bali dan pada penelitian kedua di Bekasi, sedangkan lokasi
penelitian ini adalah di Polres Karawang.
2) Waktu penelitian
Waktu pada dua penelitian tersebut tidak dalam waktu yang bersamaan
dengan penelitian ini, tentunya dengan rencana-rencana pengembangan
penelitian yang lebih baik dari penelitian terdahulu.
3) Sifat penelitian
4) Metode penelitian
14
Metode yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif dengan
pendekatan analisis dan konseptual, pendekatan fakta dan pendekatan
perundang-undangan. Sedangkan Penelitian ini menggunakan metode
penelitian hukum yuridis empiris, dengan Teknik analisis data Deskriptif
analisis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
15
b. pembalasan obyektif adalah pembalasan terhadap apa yang telah
diciptakan oleh pelaku di dunia luar.
2) Teori Relatif atau Tujuan (Doel Theorien)
Teori relatif atau teori tujuan, berpokok pangkal
pada dasar bahwa pidana adalah alat untuk
menegakkan tata tertib (hukum) dalam masyarakat.
Teori ini berbeda dengan teori absolut, dasar
pemikiran agar suatu kejahatan dapat dijatuhi
hukuman artinya penjatuhan pidana mempunyai
tujuan tertentu, misalnya memperbaiki sikap mental
atau membuat pelaku tidak berbahaya lagi,
dibutuhkan proses pembinaan sikap mental. Menurut
Muladi (Zainal Abidin, 2005 : 11) tentang teori ini
bahwa: Pemidanaan bukan sebagai pembalasan atas
kesalahan pelaku tetapi sarana mencapai tujuan yang
bermanfaat untuk melindungi masyarakat menuju
kesejahteraan masyarakat. Sanksi ditekankan pada
tujuannya, yakni untuk mencegah agar orang tidak
melakukan kejahatan, maka bukan bertujuan untuk
pemuasan absolut atas keadilan.
Dari teori ini muncul tujuan pemidanaan yang
sebagai sarana pencegahan, baik pencegahan khusus
(speciale preventie) yang ditujukan kepada pelaku
maupun pencegahan umum (general preventie) yang
ditujukan ke masyarakat. Teori relatif ini berasas
pada tiga tujuan utama pemidanaan yaitu:
a. preventif yaitu untuk melindungi masyarakat dengan menempatkan pelaku
kejahatan terpisah dari masyarakat.
b. Deterrence yaitu untuk menimbulkan rasa takut melakukan kejahatan, baik
bagi individual pelaku agar tidak mengulangi perbuatanya, maupun bagi
publik sebagai langkah panjang.
16
c. Reformatif yaitu untuk mengubah sifat jahat si pelaku dengan dilakukannya
pembinaan dan pengawasan, sehingga nantinya dapat kembali melanjutkan
kebiasaan hidupnya sehari-hari sebagai manusia yang sesuai dengan nilai-
nilai yang ada di masyarakat.
d. suatu pidana bagi masyarakat atau bagi si penjahat sendiri. Tidaklah saja
dilihat pada masa lampau, tetapi juga pada masa depan.
3) Teori gabungan atau teori modern memandang bahwa tujuan pemidanaan
bersifat plural, karena menggabungkan antara prinsip-prinsip relatif (tujuan) dan
absolut (pembalasan) sebagai satu kesatuan. Teori ini bercorak ganda, dimana
pemidanaan mengandung karakter pembalasan sejauh pemidanaan dilihat sebagai
suatu kritik moral dalam menjawab tindakan yang salah. Sedangkan karakter
tujuannya terletak pada ide bahwa tujuan kritik moral tersebut ialah suatu
reformasi atau perubahan perilaku terpidana di kemudian hari.
2. Pelanggaran
17
menjadi kejahatan yaitu: (Remmelink. 2003:63)
3) adanya kesalahan;
Pelanggaran lalu lintas ini tidak di atur dalam KUHP akan tetapi ada yang
menyangkut delik delik yang disebut dalam KUHP, misalnya karena kealpaannya
menyebabkan matinya orang (Pasal 359), karena kealpaanya menyebabkan orang
lain luka berat, dan sebagainya (Pasal 360), karena kealpaanya menyebabkan
bangunan-bangunan: trem kereata api, telegram, telepon dan listrik dan
sebagainya hancur atau rusak (Pasal 409).
18
1) Relevansi aturan hukum secara umum, dengan
kebutuhan hukum dari orang-orang yang menjadi
target aturan hukum secara umum itu. Oleh karena
itu, jika aturan hukum yang dimaksud berbentuk
undang-undang, maka pembuat undang-undang
dituntut untuk mampu memahami kebutuhan hukum
dari target pemberlakuan undang-undang tersebut.
19
yang diancamkan oleh Undang-undang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan Raya yang berlaku di Indonesia
saat ini, terlalu berat jika dibandingkan penghasilan
orang Indonesia. Saksi denda jutaan rupiah untuk
pengemudi kendaraan umum yang tidak memiliki
ikat penggang pengaman atau pemadam kebakaran,
terlalu berat untuk mampu dilaksanakan oleh
mereka. Sebaliknya, sanksi yang terlalu ringan untuk
suatu jenis kejahatan, tentunya akan berakibat, warga
masyarakat tidak akan segan untuk melakukan
kejahatan tersebut.
20
pelanggar yakni,(1). disidang di pengadilan, (2), bayar ke Bank Rakyat Indonesia,
(3), pilihan lain dengan menitipkan kepada kuasa untuk sidang, kuasa untuk
sidang itu tidak lain adalah polisi. Ketiga opsi tersebut landasan hukumnya Surat
Keputusan Kepala Kapolri No Pol: SKEP/443/IV/1998, tanggal 17 April 1998
(SK 1998).
Sebagian dari masyarakat banyak yang
belum tahu bagaimana kalau mereka di tilang
oleh anggota Polisi Lalu Lintas di jalan raya,
ada yang sebagian tidak rela apabila mereka di
tilang, ada yang pasrah atau ikhlas dan ada pula
yang tak mau ambil pusing yaitu selesai
ditempat (dengan jalan damai). Sampai
sekarang banyak masyarakat bertanya-tanya apa
yang harus dilakukan apabila sudah di tilang
oleh Polisi. Penyelesaian atas pelanggaran lalu
lintas yang lazim disebut tilang itu berada
dalam sistem peradilan pidana (criminal justice
system) yang melibatkan kejaksaan dan
pengadilan.
Mengacu pada Pasal 211 KUHAP dan PP No 43 tahun 1993 terdapat 28
jenis pelanggaran yang dapat dikenakan tilang. Dengan landasan hukumnya Surat
Keputusan Kepala Kapolri No Pol: SKEP/443/IV/1998, tanggal 17 April 1998
(SK 1998). (http://www.lantasmotro.polri.go.id, 2011)
Sistem tilang yang berlaku saat ini memberi
tiga opsi bagi pelanggar yakni:
1) Sidang di pengadilan,
2) Bayar ke Bank Rakyat Indonesia,
3) Pilihan lain dengan menitipkan kepada kuasa untuk sidang, kuasa untuk
sidang itu tidak lain adalah polisi.
21
3. Klasifikasi Jenis Pelanggaran serta Pengaturan Pelanggaran lalu lintas
menurut UU No. 22 Tahun 2009.
Pengertian tentang pelanggaran lalu lintas
jalan raya menurut Randlon Naning
“Perbuatan atau tindakan seseorang yang
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
peraturan perundang-undangan lalu lintas
dan angkutan jalan”
(http://www.lantasmotro.polri.go.id, 2011).
Dalam surat keputusan Mahkamah Agung,
Menteri Kehakiman, Jaksa Agung dan
Kepala Kepolisian Republik Indonesia
tanggal 23 Desember 1992 dinyatakan ada 28
jenis pelanggaran yang di klasifikasikan
menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Klasifikasi jenis pelanggaran ringan;
2) Klasifikasi jenis pelanggaran sedang;
3) Klasifikasi jenis pelanggaran berat.
22
(2) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia di bidang Lalu Lintas
dan Angkatan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (10) huruf a terdiri
atas:
a. Penyidik; dan
b. Penyidik Pembantu
23
terdakwa beserta barang bukti, saksi, ahli dan
atau juru bahasa ke sidang pengadilan.
(3) Dalam acara pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), pengadilan
mengadili dengan hakim tunggal pada tingkat
pertama dan terakhir, kecuali dalam hal
dijatuhkan pidana perampasan kemerdekaan
terdakwa dapat minta banding.
Pasal 206 menyatakan:
Pengadilan menetapkan hari tertentu dalam tujuh hari untuk mengadili perkara
dengan acara pemeriksaan tindak pidana ringan.
Pasal 207 menyatakan:
1) Penyidik memberitahukan secara tertulis kepada terdakwa tentang hari,
tanggal, jam dan tempat ia harus menghadap sidang pengadilan. dan hal
tersebut dicatat dengan baik oleh penyidik, selanjutnya catatan bersama
berkas dikirim ke pengadilan. Perkara dengan acara pemeriksaan tindak
pidana ringan yang diterima harus segera disidangkan pada hari sidang itu
juga.
2) Hakim yang bersangkutan memerintahkan panitera mencatat dalam buku
register semua perkara yang diterimanya. Dalam buku register dimuat
nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa serta apa yang
didakwakan kepadanya.
Pasal 208 menyatakan:
Saksi dalam acara pemeriksaan tindak pidana
ringan tidak mengucapkan sumpah atau janji
kecuali hakim menganggap perlu.
Pasal 209 menyatakan:
1) Putusan dicatat oleh hakim dalam daftar catatan perkara danselanjutnya
oleh panitera dicatat dalam buku register serta ditandatangani oleh hakim
yang bersangkutan dan panitera.
24
2) Berita acara pemeriksaan sidang tidak dibuat kecuali jika dalam
pemeriksaan tersebut temyata ada hal yang tidak sesuai dengan berita
acara pemeriksaan yang dibuat oleh penyidik.
Pasal 210 menyatakan:
Ketentuan dalam Bagian Kesatu, Bagian Kedua dan Bagian Ketiga Bab ini
tetap berlaku sepanjang peraturan itu tidak bertentangan dengan Paragraf
ini.Dalam paragraf II Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP,
ketentuan bagian keenam tentang acara pemeriksaan cepat menurut
KUHAP dalam Paragraf II diatur tentang Acara Pemeriksaan Perkara
Pelanggaran Lalu Lintas diatur dalam Pasal 211-216.
Pasal 211 menyatakan:
Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan pada Paragraf ini ialah perkara
pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas
jalan.
25
2) Dalam hal putusan diucapkan di luar
hadirnya terdakwa, surat amar putusan
segera disampaikan kepada terpidana.
3) Bukti bahwa surat amar putusan telah
disampaikan oleh penyidik kepada
terpidana, diserahkan kepada panitera untuk
dicatat dalam buku register
4) Dalam hal putusan dijatuhkan di luar
hadirnya terdakwa dan putusan itu berupa
pidana perampasan kemerdekaan, terdakwa
dapatmengajukan perlawanan.
5) Dalam waktu tujuh hari sesudah putusan
diberitahukan secara sah kepada terdakwa,
ia dapat mengajukan perlawanan kepada
pengadilanyang menjatuhkan putusan itu.
6) Dengan perlawanan itu putusan di luar
hadirnya terdakwa menjadi gugur.Setelah
panitera memberitahukan kepada penyidik
tentang perlawanan itu hakim menetapkan
hari sidang untuk memeriksakembali
perkara itu.
7) Setelah panitera memberitahukan kepada
penyidik tentang perlawanan itu hakim
menetapkan hari sidang untuk memeriksa
kembali perkara itu.
8) Jika putusan setelah diajukannya
perlawanan tetap berupa pidana
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4),
terhadap putusan tersebut terdakwa dapat
mengajukan banding.
26
Pasal 215 menyatakan:
Pengembalian benda sitaan dilakukan tanpa syarat kepada yang paling berhak,
segera setelah putusan dijatuhkan jika terpidana telah memenuhi isi amar putusan.
Pasal 216 menyatakan:
Ketentuan dalam Pasal 210 tetap berlaku sepanjang peraturan itu tidak
bertentangan dengan Paragraf ini.
27
3) Pelanggar yang tidak dapat hadir sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat menitipkan
denda kepada bank yang ditunjuk oleh
pemerintah
4) Jumlah denda yang dititipkan kepada bank sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) sebesar denda maksimal yang dikenalan untuk setiap pelanggar
lalu lintas dan angkutan jalan.
5) Bukti penitipan uang denda wajib dilampirkan dalam berkas bukti
pelanggar.
28
pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
29
DKI Jakarta bersama Ditlantas Polda Metro Jaya untuk mengurai kepadatan
volume kendaraan di jalan. Salah satu konsep terbaru yang saat ini tengah
dipikirkan Pemprov DKI dan Polda Metro Jaya adalah pembatasan kendaraan
dengan sistem nomor pelat ganjil genap.
Tahap awal, kebijakan ini hanya berlaku untuk kendaraan roda empat.
Sebab, kendaraan roda empat dinilai sebagai biang kemacetan ibu kota. Kebijakan
ini juga untuk mencegah para pemilik kendaraan roda empat yang lebih dari satu
agar tidak mengoperasikan seluruh kendaraan yang dimiliki. Sistem ini juga
diberlakukan untuk kendaraan di luar pelat B. Intinya, aturan ini berlaku semua
kendaraan roda empat yang beroperasi di Jakarta.
Dalam pengawasannya, pihak kepolisian meminta Pemprov DKI menambah
jumlah CCTV di ruas jalan yang diberlakukan sistem genap ganjil. CCTV
diyakini sangat membantu petugas dalam melakukan pemantauan di lapangan.
Dengan begitu, sistem ini bisa berjalan efektif. Sarana dan prasarana seperti
pengadaan CCTV juga harus mendukung agar bisa berjalan dengan efektif.
Sehingga tidak membebankan kepada petugas. Kamera CCTV idealnya harus
dipasang di semua titik perempatan jalan protokol, apalagi yang kerap terjadi
kemacetan. TMC-nya harus hidup dan jangan sampai mati. Maka TMC harus
menjadi handal. Selain untuk mengurangi kepadatan lalu lintas, pemberlakuan
sistem ini juga bertujuan agar para pemilik kendaraan bermotor mematenkan
tanda nomor kendaraan bermotor (TNKB) atau pelat nomor mereka. Dengan
begitu tidak ada lagi pemalsuan kendaraan bermotor karena nomor tidak boleh
diubah. Perubahan ini menyangkut penegakan hukum. Untuk itu masyarakat yang
belum melakukan balik nama pada kendaraannya diimbau segera melakukannya.
Ada beberapa jenis kendaraan yang bebas atau kebal dengan aturan Ganjil Genap
sesuai dengan yang telah ditentukan dalam Peraturan Gubernur (Pergub) 51 tahun
2020, yakni:
1) Kendaraan yang membawa masyarakat disabilitas
2) Kendaraan ambulan
3) Pemadam kebakaran
4) Angkutan umum (pelat kuning)
30
5) Kendaraan yang digerakkan dengan motor listrik
6) Sepeda motor
7) Kendaraan angkutan barang khsusus bahan bakar minyak dan bahan bakar gas
8) Kendaraan pimpinan lembaga tinggi negara RI
9) Kendaraan berpelat dinas, TNI dan Polri
10) Kendaran pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional yang
menjadi tamu negara
11) Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas
12) Kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas polri.
Contohnya, kendaraan pengangkut uang (Bank Indonesia , antar bank,
pengisian ATM) dengan pengawasan dari Polri.
Untuk para pelanggar Ganjil Genap, sanksinya
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (LLAJ), yakni berupa denda
maksimal sebesar Rp 500.000.
Dan kebijakan Ganjil Genap direncanakan
awalnya akan diterapkan di sejumlah kota-kota
besar di Indonesia seperti:Bogor, Bandung,
Karawang, Cirebon, Mojokerto, Pandeglang.
31
aturan mengenai uang denda yang harus dititipkan sering kali lebih besar dari
vonis hakim, sehingga ada selisih.
Putusan hakim yang telah dieksekusi
oleh jaksa ini memang menyisakan kelebihan
uang yang mengendap di bank. Sekalipun
jumlahnya berlimpah, namun tidak ada pihak
yang dapat memanfaatkannya karena status
hukum uang tersebut adalah milik mereka yang
terkena tilang.Karena berbagai alasan, baik
waktu maupun biaya trasportasi, mereka yang
terkena tilang ini enggan mengambil sisa uang
denda tersebut. Tentu tidak adil jika karena
keengganan anggota masyarakat untuk
mengurus haknya atas sisa denda tersebut,
kemudian polisi yang harus menanggung
konsekwensinya.Hasil dari berbagai upaya
untuk mengatasi persoalan ini memang telah
mulai nampak.
Undang-undang No.22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pasal 268 dari
Undang-Undang:.
1) Ayat pertama mengatur ketentuan sisa uang denda harus diberitahukan
kepada para pelanggar untuk diambil.
2) Ayat berikutnya mengatur ketentuan jika sisa uang denda tersebut tidak
diambil dalam jangka waktu satu tahun akan disetorkan ke kas negara.
Pasal 269 juga menegaskan:
bahwa uang denda tilang tersebut disetorkan ke
kas negara sebagai penerimaan negara bukan
pajak (PNBP).
Undang-Undang No 23 Tahun 2009
dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun
32
2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang
dikeluarkan kementerian keuangan.Sesuai
dengan PP ini, dan dengan adanya penetapan
atas perubahan kode akun denda atas tilang,
maka penatausahaan atas pendapatan denda
tilang tersebut dialihkan dari satker di
lingkungan kejaksaan ke Satker Polri. Polri
telah berupaya meluncurkan sistem tilang baru
untuk memangkas jalur birokrasi dan
mengurangi interkasi petugas dengan pelanggar
untuk menekan suap. Yang menjadi persoalan
penting sekarang adalah bagaimana memastikan
agar masyarakat tidak perlu”damai” dengan
aparat di jalanan.
33
Karawang selalu dilaksanakan pada hari Jumat,
34
acara Indonesia. Memang masyarakat diberi
35
jarang diminta pelanggar karena untuk pasal SIM
36
mengirimkan slipnya ke Pengadilan Negeri.
Ayu Komang Yuliantari Candra Dewi danI Gusti Ngurah Dharma Laksana
(2019) dalam penelitainnya yang berjudul” Kebijakan Sistem Pengurai
Kemacetan Lalu Lintas Dengan Menggunakan Sistem Genap-Ganjil Di Provinsi
Bali”. Hasil dari Penelitian ini adalah Kebijakan Ganjil-Genap yang diterapkan di
Provinsi Bali sudah memenuhi kebutuhan hukum atas kesesuaiannya dengan asas
UULLAJ yang disebutkan pada Pasal 2 peraturan a quo. Dampak yang
ditimbulkan terhadap pelanggaran sistem ganjil-genap di Indonesia disetarakan
dengan tindakan pelanggaran pada umumnya
Ari Ananda Putri, Yuanda Patria Tama, Mega Suryandari (2021) dengan
judul penelitian” Simulasi Dampak Rencana Penerapan Skema Ganjil Genap Di
Kota Bekasi”. Penelitian ini menghasilkan Analisa penerapan ganjil genap di
Bekasi, mampu mengurangi kemacetan dan membawa dampak positif pada
kesehatan masyarakat tetapi berakibat masyarakat mengubah moda transportasi ke
kendaraan roda dua dan transportasi moda online
37
ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA
PELANGGARAN LALU LINTAS AKIBAT
PENERAPAN KEBIJAKAN GANJIL
GENAP DI WILAYAH POLRES
KARAWANG (Study Putusan No.
1908/Pid.LL/2021/PN Kwg), maka dibuatlah
Alur Pikir Pengertian sebagai berikut:Prosedur
Tilang Menurut SKEP KAPOLRI No.
Pol:SKEP/443/IV/1998 Tanggal 17 April 1998
Tentang Petunjuk Tehnis Penggunaan Blangko
Tilang (Lembar Biru).
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis
sosiologis. Penelitian Yuridis Sosiologis sering disebut
Penelitian Hukum Empiris menggunakan fakta-fakta
empiris yang diambil dari perilaku manusia, baik
perilaku verbal yang didapat dari wawancara maupun
perilaku nyata yang dilakukan melalui pengamatan
langsung. Penelitian empiris dilakukan menggunakan
bukti-bukti empiris. Bukti empiris inilah sebagai
informasi yang diperoleh melalui observasi. Pemilihan
jenis penelitian didasarkan pada pendekatan konseptual,
peraturan perundang-undangan, pendekatan kasus atau
pendekatan perbandingan.Pemikiran bahwa telaah
terhadap penelitian bersumber pada peraturan
perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang
berhubungan dengan penegakan hukum tindak pidana
pelanggaran Lalu Lintas.
B. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat Deskriptif, dengan maksud
untuk menggambarkan keadaan yang ada dengan
mempergunakan metode penelitian ilmiah serta
memecahkan masalah berdasarkan data dan fakta yang
terkumpul sebagaimana adanya pada saat penelitian ini
dilakukan.
Teknik analisis data deskriptif pada penelitian
30
kualitatif ini berupa proses menganalisis,
menggambarkan dan meringkas kejadian atau fenomena
dari data yang diperoleh melalui proses wawancara
maupun pengamatan langsung ke lapangan. Adapun
tujuan dari analisis deskriptif kualitatif adalah untuk
menggambarkan secara utuh dan mendalam mengenai
kejadian berbagai fenomena yang diteliti.
31
para sarjana yang mempunyai kualifikasi tinggi.
Dalam penelitian ini bahan hukum sekunder yang digunakan meliputi :
a. Buku-buku ilmiah dibidang hukum
b. Makalah-makalah
c. Jurnal ilmiah
d. Artikel ilmiah
3. Bahan Hukum Tertier
Bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Dalam penelitian ini bahan hukum
tertier yang digunakan meliputi :
a. Kamus Besar Bahasa Indonesia
b. Kamus hukum
c. Situs internet yang berkaitan dengan pertanggungjawaban notaris dan
Asas-asas pelaksanaan tugas notaris yang baik.
32
melalui pengumpulan data langsung dari lapangan:
Data primer dalam penelitian ini juga berupa wawancara dengan narasumber yaitu
Enceng Sujari bin Supriatna selaku terdakwa dan AIPTU Saefuloh seorang
anggota POLRI selaku selaku saksi dan penindak dalam perkara tindak pidana
pelanggaran Lalu lintas. Dalam hal ini AIPTU Aep Saefuloh yang bertugas di
Asrama Polisi jalan Pasundan No.1, Karawang telah memberhentikan sebuah
mobil Avanza berwarna putih milik Enceng Sujari bin Supriatna dengan sapaan
sopan dan mengucap salam di Pintu tol Karawang Timur. Enceng Sujari bin
Supriatna mengaku sengaja mengemudi mobilnya dengan nomor H7442UG
menuju Bandung dengan tujuan menengok keluarga karena bertepatan dengan
libur panjang. Pada saat ini sedang diterapkan kebijakan nomor Ganjil Genap dan
Hari itu hanya mobil dengan plat bernomor Ganjil yang boleh melintas. Enceng
Sujari bin Supriatna mengaku bahwa dirinya tidak menyangka sanksi pelanggaran
ini bakal diterapkan pada saat kepadatan lalu lintas naik melonjak. Enceng Sujari
bin Supriatna juga berharap pelanggarannya tersebut tidak diketahui Petugas Lalu
lintas. AIPTU Aep Saefuloh selaku penindak memberikan 3 option: disidang di
pengadilan, bayar ke Bank Rakyat Indonesia, atau pilihan lain dengan menitipkan
kepada kuasa untuk sidang 2. Enceng Sujari bin Supriatna memilih untuk
membayar ke Bank BRI yang ditunjuk. AIPTU Aep Saefuloah menyita bukti
Tilang berupa STNK Mobil dengan Nomor nomor H7442UG dan memberikan
Slip Biru pada Enceng Sujari Bin Supriatna.
33
ini. Bahan hukum dikumpulkan melalui prosedur inventarisasi dan identifikasi
peraturan perundang-undangan, serta klasifikasi dan sistematisasi bahan hukum
sesuai permasalahan penelitian.
34
c. Undang-undang No. 22 Tahun 2009
d. Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP
e. Surat Keputusan Kepala Kapolri No Pol: SKEP/443/IV/1998, tanggal 17
April 1998 (SK 1998).
f. Keputusan Pengadilan No. 1908/Pid.LL/2021/PN
g. Bukti Pelanggaran Tilang Lalu lintas Jalan Tertentu Nomor:F3609838
Penafsiran terhadap undang-undang yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Penafsiran Gramatikal
Penafsiran gramatikal adalah menafsirkan undang-undang menurut arti perkataan
(istilah). Antara bahasa dengan hukum terdapat hubungan yang erat sekali. Bahasa
merupakan alat satu-satunya yang dipakai pembuat undang-undang untuk
menyatakan kehendaknya, tetapi adakalanya pembuat undang-undang tidak dapat
merangkai kata-kata yang tepat, Oleh karena itu Peneliti mencari kata yang
dimaksud yang lazim dipakai sehari- hari.
2. Penafsiran Sistematis
Penafsiran sistematis adalah menafsirkan undang-undang dengan jalan
menghubungkan pasal yang satu dengan pasal yang lain dalam suatu perundang-
undangan atau dengan undang-undang lain (Ardiwisastra, 2012:9)
Berikut merupakan penjelasan dari tahapan yang dilakukan dalam menganalisa
data adalah sebagai berikut:
1) Peneliti melakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan dengan
dokumentasi dan wawancara secara mendalam. Tahap ini akan berhenti
apabila data-data yang diterima atau diperoleh peneliti telah memadai
dan/tidak ada data yang dianggap baru.
2) Reduksi Data
Reduksi data merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi
data merupakan penyederhanaan, penggolongan, dan membuang yang
tidak perlu data sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat
menghasilkan informasi yang bermakna dan memudahkan dalam
35
penarikan kesimpulan. Banyaknya jumlah data dan kompleksnya data,
diperlukan analisis data melalui tahap reduksi. Tahap reduksi ini dilakukan
untuk pemilihan relevan atau tidaknya data dengan tujuan akhir.
3) Display data atau penyajian data juga merupakan tahap dari teknik analisis
data kualitatif. Penyajian data merupakan kegiatan saat sekumpulan data
disusun secara sistematis dan mudah dipahami, sehingga memberikan
kemungkinan menghasilkan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif
bisa berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik,
jaringan ataupun bagan. Melalui penyajian data tersebut, maka nantinya
data akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga
akan semakin mudah dipahami.Penyimpulan data ini dilakukan setelah
dilakukan interpretasi data terhadap data yang sudah disajikan
sebelumnya. Interpretasi data merupakan proses penafsiran atau
pemahaman makna dari serangkaian data yang sudah disajikan
sebelumnya dan diungkapkan dalam bentuk teks atau narasi. Interpretasi
data dikemukakan secara obyektif sesuai dengan data atau fakta yang ada,
sehingga hasil penelitian dapat ditemukan dan dapat dilakukan penarikan
kesimpulan.
4) Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi data merupakan tahap akhir dalam
teknik analisis data kualitatif yang dilakukan melihat hasil reduksi data
tetap mengacu pada tujuan analisis hendak dicapai. Tahap ini bertujuan
untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan,
persamaan, atau perbedaan untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari
permasalahan yang ada.Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan memungkinan mengalami perubahan apabila tidak
ditemukan bukti yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang valid, maka kesimpulan yang dihasilkan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Verifikasi dimaksudkan agar
penilaian tentang kesesuaian data dengan maksud yang terkandung dalam
36
konsep dasar analisis tersebut lebih tepat dan obyektif. Salah satu cara
dapat dilakukan adalah dengan Peer debriefing.
No KEGIATAN TAHU
N
2022,
BULA
N KE:
Persiapan Penelitian
Pengumpulan Data
Pengolahan Data dan Observasi
Penyusunan Laporan Proposal
Sidang Proposal
Sidang Akhir
37
38
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Johny Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.
Malang: Bayu Publlishing. hlm.26
Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta. Hlm.24
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHP).
Undang-undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009
Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP
Surat Keputusan Kepala Kapolri No Pol: SKEP/443/IV/1998, tanggal 17 April
1998 (SK 1998).
30
WEBSITE
Nila Kusuma. 2021.https://jabar.inews.id/berita/260-orang-tewas-akibat-
kecelakaan-lalu-lintas-di-karawang-pada-2021. Karawang.(Diakses 25
Februari 2022)
http://www.lantas.metro.polri.go.id.Chryshnanda DL, Polisi Masa Depan dalam
Prespektif Polisi Lalu Lintas.( Diakses tanggal 17 November 2011)
Forum Keadilan”Tiga Opsi Bagi Pelanggar” No. 23 tanggal 16 Oktober 2011
https://indonesiabaik.id/infografis/12-jenis-kendaraan-bebas-melintas-di-Ganjil
Genap. (Diakses 15 Februari 2022)
https://www.carmudi.co.id/journal/cara-urus-tilang-slip-biru-makin-
gampang/.2021. (Diakses tanggal 22 Februari 2022)
http://dephub.go.id/post/read/denda-tak-bikin-jera-pelanggar-lalu-lintas-60412.
(Diakses 25 Februari 2022)
31