SRIWAHYUNI
Nomor Stambuk : 105610 5367 15
2019
INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROGRAM
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara
Kepada
i
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya penyusunan skripsi yang berjudul
mengalami berbagai kendala Berkat bantuan, bimbingan, kerja sama dari berbagai
pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi
tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada Bapak Abdul Kadir Adys, S.H., M.M selaku pembimbing I
dan Bapak Dr. Muhammad Tahir, M.Si selaku pembimbing II yang telah dengan
sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberukan
bimbingan, motivasi arahan dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis
Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA, Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara
vi
4. Bapak/ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
7. Bapak Dr. Abdul Mahsyar, M.Si dan Ibu Dr. Hj. Rulinawaty Kasmad, S.Sos.
8. Ayahanda Jabir T dan Ibunda Nur Wahidah, Siti Aisyah, atas segala
Munawwara, Putri Fatimah, Sri Ayu Andayani yang selalu menemani dan
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
vii
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
Penulis
viii
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan............................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan............................................................................. 5
ix
4. Kemungkinan diuji coba (Trialability) ....................................... 65
5. Kemudahan diamati (Observability) ........................................... 69
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 76
B. Saran............................................................................................ 78
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Nama Sungai, Panjang Sungai dan Kecamatan yang dilintasi..............34
Tabel 4.4 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit
dan Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di
Puskesmas Loka Sekolah Lokus SD Inpres Loka Tahun 2018 ............46
Tabel 4.5 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit
dan Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di
Puskesmas Baruga Sekolah Lokus SD Inpres Pajjukukang Tahun
2018. .....................................................................................................47
Tabel 4.6 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit
dan Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)
di Puskesmas Lasepang Sekolah Lokus SD Negeri 7 Letta
Tahun 2019. .........................................................................................47
Tabel 4.10 Hasil Reduksi Data Keuntungan Relatif (Relative Adventage) ..........51
xii
Tabel 4.12 Hasil Reduksi Data Indikator Kerumitan (Complexity)......................61
Tabel 4.13 Hasil Reduksi Data Kemungkinan di Uji Coba (Trialability) ............66
xiii
DAFTAR GAMBAR
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan publik adalah peran dan fungsi utama birokrasi pemerintah selain
publik yang dapat dilihat dalam kehidupan individu maupun masyarakat. Hal
tersebut dimaksudkan sebagai suatu penciptaan susunan sosial baru sebagai suatu
hasil dari keinginan yang ingin dicapai bersama yaitu optimalisasi kualitas
sejak lahirnya New Public Management, perhatian terhadap konsep inovasi dan
1
2
birokrasi pemerintahan berada dalam nuansa zona nyaman birokrasi, urusan dan
Daerah disebutkan bahwa bentuk inovasi daerah meliputi : inovasi tata kelola
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi merilis 137 negara yang
inovasi pelayanan publik. Mayoritas produk di Indonesia berada pada skala 1-3
dalam tingkat kesiapan Teknologi atau Technology Readness Level (TRL) (Berita
terhadap kejadian penyakit pada anak didik serta faktor resikonya kemudian
Program SBS ini memadukan beberapa jenis penyakit dan isu masalah kesehatan
lainnya yang dianggap penting dan dapat dideteksi secara mandiri oleh
pengumpulan data siswa yang sakit berdasarkan informasi guru kelas I sampai
Dinas Kesehatan Distrik Surveilans Officer (DSO) menerima informasi setiap hari
ke rumah anak yang menderita sakit dan atau ke sekolah jika terdapat anak yang
masih masuk sekolah walaupun sakit dan atau terdapat kejadian beberapa siswa
Sekolah (SBS) yaitu Puskesmas Lasepang dan satu lokus sekolah tingkat dasar
dijabarkan dalam kajian ini. Sehingga penelitian ini mengangkat judul : “Inovasi
B. Rumusan Masalah
Bantaeng?
Bantaeng?
Bantaeng?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas maka studi penelitian ini
Kabupaten Bantaeng?
Kabupaten Bantaeng.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
pengembangan ilmu sosial dan ilmu politik, dan khususnya ilmu administrasi
Negara.
6
2. Manfaat Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
memiliki kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata
cara yang telah ditetapkan. Di era modernisasi, lembaga dan propesi pelayanan
publik menjadi sangat penting. Pelayanan publik tidak lagi menjadi suatu kegiatan
sambilan, tanpa aturan, gaji dan jaminan sosial. Sebagai sebuah lembaga
semua yang disiapkan oleh pemerintah atau pihak swasta karena pada umumnya
dengan Moenir dalam Mulyadi (2016) Pelayanan publik yaitu kegiatan yang
pelayanan publik, ada asas-asa yang perlu untuk diterapkan. Asas-asas adalah
7
8
umum administrasi publik, asas-asas ini bersifat umum yang menyentuh hakekat
pelayanan publik sebagai wujud dan upaya perwujudan tugas pemerintah dalam
termuat dalam undang-undang tersebut yaitu adanya batasan dan hubungan yang
jelas tentang hak, kewajiban, tanggung jawab, dan kewenangan seluruh pihak
administrasi publik klasik, dimulai sejak awal kelahiran dari administrasi publik
dihadapkan pada proses pelayanan yang berbelit-belit dan tidak adanya lagi
dan Kanada. Pendekatan NPM atas manajemen publik bangkit selaku kritik atas
dan tugas, dan sistem pembuatan keputusan yang top-down. Juga birokrasi
dianggap telah menjauhkan diri dari harapan publik. Istilah management pada
dimana mereka dapat membawa banyak talenta mereka untuk ditanggung agak
terbatas. Sebagian kami pikir karena selama beberapa dekade terkahir kami telah
fungsi pemerintah yang demikian tersebut melahirkan pemikiran yang baru dalam
administrasi publik yang disebut New Public Service. Pelayanan publik pada
paradigma ini warga negara tidak hanya dipandang sebagai persoalan individu
namun juga melibatkan kepercayaan, nilai dan kepedulian terhadap orang lain.
pelanggan dan juga bertindak secara bersama-sama untuk mencapai sesuatu yang
lebih baik.
Denhard & Denhard dalam Semil (2013) Layanan publik baru menunjukkan
pribadi untuk hal yang terjadi di lingkungan mereka dan masyarakat. Semuanya
11
kepentingan warga negara. Dalam kasus apapun. Pelayanan publik baru semakin
(Anggara, 2016) secara konseptual pengertian kata baik (good) dalam istilah
tugas pemerintah yang efektif dan efisien guna mencapai tujuan negara terangkum
governance) beriorentasi pada dua hal, yaitu pertama orientasi ideal negara yang
ideal, yaitu efektif dan efisien melakukan upaya pencapaian tujuan nasional.
utama dalam perdebatan terkini tentang upaya membangun kinerja sektor publik,
12
kondisi kinerja sektor publik yang selama ini masih belum maksimal.
sektor publik masih jauh tertinggal. Rendahnya daya kompetitif sektor publik
dengan demikian yang disebabkan oleh faktor iklim protektif yang selama ini
dan praktisi administrasi publik tidak bisa berdiam diri dan harus melakukan
Inovasi adalah konsep yang relatif baru dalam literatur administrasi publik
pelayanan publik tidak mewajibkan hanya pada penemuan baru, tetapi juga
pendekatan baru yang tidak mempunyai batas. Kemudian muncul gagasan lebih
pemikiran manusia untuk menemukan sesuatu yang baru berkaitan dengan input
diartikan sebagai pola-pola pemikiran atau ide manusia yang disumbangkan pada
definisi tersebut lebih ditujukan pada hasil yang dicapai terutama penggunaan
pola pemikiran dan metode atau teknik kerja yang dilakukan. Ketiga elemen
13
dalam produk atau layanan baru. Inovasi dalam konteks Ilmu Administrasi Publik
merupakan proses memikirkan dan melaksanakan suatu ide yang memiliki unsur
pemilik kepentingan yakni masyarakat. LAN (2015) Inovasi adalah jawaban atas
Rogers (2003) sebuah inovasi adalah ide, praktik, atau objek dinyatakan baru
oleh individu atau unit adopsi lainnya. Kebaruan dalam suatu inovasi tidak perlu
tentang suatu inovasi untuk beberapa waktu tetapi belum mengembangkan sikap
yang baik atau tidak baik terhadapnya, atau dia belum mengadopsi atau
LAN (2015) Inovasi penting dilakukan karena beberapa hal yaitu banyaknya
berada dalam nuansa zona nyaman birokrasi, maka dari itu pemerintah harus
Keuntungan relatif adalah salah satu prekdiktor terbaik dari suatu inovasi.
menjadi penting
b. Kesesuaian (Compatibility)
Kesesuaian adalah tingkat dimana suatu inovasi dianggap sesuai dengan nilai,
memberi makna pada gagasan itu sehingga dianggap sebagai sesuatu yang
c. Kerumitan (Complexibility)
Kemampuan uji coba adalah inovasi yang dapat dicoba maka dengan mudah
penerimaan inivasi tersebut oleh masyarakat. Inovasi yang tepat dapat diuji
semakin dapat dan mudah diamati suatu inovasi semakin cepat masyarakat
b. Keganjilan (Incongruities)
Kebutuhan akan suatu proses untuk lebih bermutu bisa menjadi sumber
inovasi.
Perubahan penduduk dalam trend jumlah usia, pendidikan dan juga pekerjaan
diwujudkan, dituntut.
dikembangkan melalui cara pikir baru, metode baru, dan pengetahuan baru
persoalan yang ada, gagasan baru tersebut berupa ide, gagasan, pemikiran,
b. Produk dan jasa merupakan tingkatan selanjutnya dari gagasan brau yang
mencipatakan konsep yang berwujud produk dan jasa yang akan diterapkan
kemudian dilaksanakan.
b. Interest stage, tumbuh minat untuk mnegtahui lebih jauh tentang inovasi dan
c. Decision, tahap keputusan yaitu seseorang ikut serta dalam aktivitas untuk
Dalam inovasi aspek yang penting berhubungan dengan level inovasi yang
sedang dijalankan. Level inovasi yang dikemukakan Mulgan dan Albury dalam
Mirnasari (2013) :
a. Inovasi Inkremental
perbaikan kecil terhadap pelayanan. Terobosan baru pada level ini pada
kebaruan pada sector publik, dalam hal ini dapat mendatangkan perbaikan-
perbaikan kecil yang bisa ditetapkan secara terus menerus yang mampu
b. Inovasi radikal
Inovasi Radikal adalah level inovasi yang menawarkan metode yang baru
memerlukan unsurr politik yang besar karena umumnya memilki resiko yang
diabaikan.
c. Inovasi transpormatif
dicapai dan membutuhkan perbaikan dasar dalam susunan sosial, budaya dan
Tahapan perintisan terdapat dua fase yaitu fase agenda setting dan matching.
Kedua fase tersebut sebagai tahapan awal pengenalan situasi dan pemahaman
organisasi. Tahapan pelaksanaan ini terdiri dari fase redefinisi, klarifikasi dan
rutinisasi.
21
1) Fase redefinisi, pada fase ini semua inovasi yang diadopsi mulai
maupun organisasi.
2) Fase klarifikasi, pada fase ini inovasi yang diadopsi secara meluas
sehari-hari.
3) Fase rutinisasi, pada fase ini inovasi tidak lagi dianggap sebagai produk
baru atau cara baru tetapi sudah dianggap bagian dari organisasi karena
kalangan anak sekolah di Indonesia masih cukup tinggi serta angka kematiannya
lainnya. Usia sekolah dasar adalah kelompok dengan sasaran peserta didik yang
sangat besar yang sangat mudah dan rentan terjadinya penularan berbagai
sistemik terhadap penyakit maupun masalah kesehatan serta faktor resiko melalui
efisien. Inovasi Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) adalah suatu kegiatan
lanjut. Tujuan program SBS adalah mendeteksi sedini mungkin muncul dan
Program SBS ini memadukan beberapa jenis penyakit dan isu masalah
kesehatan lainnya yang dianggap penting dan dapat dideteksi secara mandiri oleh
pengendalian penyakit dan masalah kesehatan dalam kaitannya dengan isu atau
pengumpulan data siswa yang sakit berdasarkan informasi guru kelas I sampai
23
Dinas Kesehatan Distrik Surveilans Officer (DSO) menerima informasi setiap hari
sakit dan atau kesekolah jika terdapat anak yang masih masuk sekolah walaupun
sakit dan atau terdapat kejadian beberapa siswa yang sakit karena keracunan
sekolah hanya melaporkan siswa yang sakit berdasarkan gejala, petugas kesehatan
yang menentukan jenis penyakitnya. Umpan balik tim tekhnis SBS Kabupaten dan
yang menjadi masalah kesehatan pada anak sekolah dan hasilnya dikirimkan ke
pihak sekolah sebagai bahan informasi kesehatan. Umpan balik minimal setiap 3
B. Kerangka Pikir
melalui adopsi inovasi. Kemunculan sebuah inovasi melalui ide-ide baru, dan
inovasi ditentukan oleh banyak hal, dan karakteristik inovasi merupakan faktor
yang menetukan apakah adopsi inovasi akan segera dilakukan atau tidak.
(Observability).
C. Fokus Penelitian
secara terus menerus oleh pihak sekolah terhadap penyakit atau masalah
kesehatan serta faktor risiko pada anak didik dan dilaporkan pada pihak
produk baru atau ide-ide baru yang unggul dan menunjukkan tingkat
3. Kesesuaian (Compatibility)
Kesesuaian merupakan tingkat sebuah inovasi yang ada konsisten dari nilai-
4. Kerumitan (Complexibility)
karena sebuah temuan baru menwarkan hal yang baru dan lebih baik maka
Kemampuan diuji coba adalah inovasi yang dapat dicoba maka dengan
Sebuah inovasi harus juga dapat diamati, dari segi mana inovasi bekerja dan
7. Performance Inovasi
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan setelah seminar proposal dari tanggal
27 Mei 2019 s/d 27 Juli 2019. Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Dinas
Program SBS ini adalah program kesehatan yang diperuntukkan untuk anak-anak
1. Jenis Penelitian
2. Tipe Penelitian
27
28
C. Sumber Data
1. Data primer
Data yang diambil oleh peneliti dari sumber-sumber tidak tertulis berupa
2. Data sekunder
D. Informan Penelitian
situasi dan kondisi latar penelitian. Untuk memahami dan yang mempunyai kaitan
dengan yang sedang dikaji maka dibutuhkan informan kunci untuk memperoleh
Jumlah Informan 8
1. Observasi
2. Wawancara
Kabupaten Bantaeng.
3. Dokumentasi
Jadi dokumentasi adalah teknik dimana data diperoleh dari dokumen yang
ada pada benda-benda tertulis, buku-buku, surat kabar, majalah, literature dan
kualitatif yang dilakukan dengan secara interaktif dan dilakukan dengan terus
menerus hingga selesai, sehingga datanya jenuh. Kegiatan dalam analisis data,
Reduksi data secara mandiri dengan tujuaan untuk memperoleh data atau
pemula proses dari analisis data ini yaitu mendeskripsikan kepada pada orang
lain yang tahu pada bidang yang terkait. Melalui proses diskusi tersebut maka
berkembang, dan data dari reduksi lebih baik dalam menjawab pertanyaan
kualitatif lebih banyak proses penyusunan teks narasi. (Sugiyono, 2015: 244)
dan matriks.
Proses analisis data kualitatif menurut pendapat Miles dan huberman adalah
diperoleh dikatakan masih bersifat sementara, dan hasil akhir dapat berubah
kapan saja bila ditemukan atau tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
G. Pengabsahan Data
yang cepat. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan proses triagulasi,
1. Triangulasi Sumber
2. Triangulasi Teknik
suatu data yang diperoleh melalui pengecekan data dengan sumber yang
32
sama dan dengan sumber yang sama namun tekniknya yang beda.
Contohnyaa ketika data yang diperoleh dari hasil wawancara, lalu dicek
3. Triangulasi waktu
pengecekan data berbagai sumber dengan cara dan berbagi waktu. perubahan
waktu yang berbeda. Untuk mendapatkan data yang sah melalui observasi,
maka proses pengamatan penelitian dilakukan lebih dari satu kali proses
pengamatan.
33
BAB IV
luas wilayah 395,83 km². terdiri atas 8 (delapan) kecamatan, 67 Desa dan
kecamatan terbesar dengan luas wilayah 76,99 km², sedangkan Kecamatan dengan
luas wilayah terkecil yaitu Kecamatan Bantaeng dengan luas wilayah 28,85 km².
Bujur Timur. Kabupaten Bantaeng terletak di daerah pantai yang memanjang pada
bagian barat ke timur kota yang salah satunya berpotensi untuk perikanan, dan
wilayah daratannya mulai dari tepi laut Flores sampai kepegunungan sekitar
33
34
setahun, jumlah hari hujan berdasarkan data tahun 2012 mencapai rata-rata 4,42
hari perbulan dengan jumlah hari hujan, dalam setahun sebanyak 53 hari dalam
Sebagai daerah dengan luas yang relatif terbatas atau hanya kurang lebih 0,8
dari luas Provinsi Selawesi Selatan, maka Kabupaten Bantaeng hanya memiliki 11
Tabel 4.1 Nama Sungai, Panjang Sungai dan Kecamatan yang dilintasi
No Nama sungai Panjang Kecamatan dilintasi
1 Pamosa 1,7 Pajukukang
2 Turung Asu 7,4 Tompobulu, Gantarangkeke
3 Balang Sikuyu 10,8 Uluere, Sinoa, Bissappu
4 Panaikang 11,7 Uluere, Sinoa, Bissappu
5 Kalamassang 14,2 Tompobulu, Gantarangkeke
6 Lemoa 14,4 Uluere, Bissappu
7 Kaloling 17,1 Tompobulu, Gantarangkeke
8 Biangkeke 20,4 Tompobulu, Gantarangkeke
9 Calendu 20,7 Uluere, Bantaeng
10 Bialo 43,3 Uluere, Tompo bulu
11 Nipa-Nipa 25,1 Tompobulu, Gantarangkeke
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantaeng
Dinas kesehatan adalah salah satu instansi yang sangan penting dalam
dalam pembangunan kesehatan maka di susun visi dan misi sebagai petunjuk
Bantaeng adalah :
Tujuan :
3. Meningkatkan sanitasi dasar, lingkungan sehat dan perilaku hidup sehat dan
masyarakat.
37
berikut :
bencana.
makanan.
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat :
Kesehatan Jiwa.
KEPALA DINAS
SEKERTARIS
JABATAN
FUNGSIONAL
.
Bidang Pelayanan Sumber Daya Bidang Kesehatan Bidang Pencegahan &
Kesehatan Masyarakat Pengendalian Penyakit
UPTD
1) Kepala Dinas
Tugas :
Kabupaten/kota.
2) Sekretariat
Tugas :
Tugas :
Dinas Kesehatan.
Tugas :
Tugas :
kesehatan masyarakat.
Tugas :
Tugas :
Tugas :
Tugas :
Tugas :
Tugas :
Jiwa
Tugas :
Tugas :
Tugas :
Tugas :
Tugas :
Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) dipimpin oleh seorang kepala UPTD
Bantaeng.
44
lainnya. SBS memadukan beberapa penyakit dalam program Surveilans dan isu
kesehatan lainnya yang dapat dideteksi secara dini. Mekanisme pelaporan yaitu
pelaporan setiap hari dilaporkan segera 1 x 24 jam melalui call center Dinas
menerima informasi setiap hari dari sekolah. DSO berkoordinasi dengan Tim
sama melakukan kunjungan ke rumah anak yang menderita sakit dan atau ke
sekolah jika terdapat anak yang masih masuk sekolah walaupun sakit dan atau
terdapat kejadian beberapa siswa yang sakit karena keracunan makanan ataupun
Tabel 4.3 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit dan
Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Banyorang
Sekolah Lokus SD 53 Banyorang Tahun 2018
No Gejala Penyakit Kelas
Total
1 2 3 4 5 6
1 Demam 7 5 0 1 2 3 18
2 Sakit Gigi 0 1 0 0 0 0 1
3 ISPA 0 0 1 0 1 0 2
5 DBD 2 2 2 0 0 0 6
6 Sesak Nafas 0 0 0 0 1 0 1
7 Sakit Perut 0 0 0 1 0 1 2
8 Sakit Kepala 0 0 0 1 0 0 1
9 Sakit Telinga 0 0 0 0 1 0 1
10 Suspek Campak 1 0 0 1 2 0 1
10 8 3 3 5 4 33
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, data diolah 2019
Berdasarkan Gejala Penyakit dan Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah
Berdasarkan gejala penyakit, demam adalah gejala penyakit yang paling banyak
kemudian DBD sebanyak 6 orang siswa, ISPA sebanyak 2 orang siswa, Sakit
Perut sebanyak orang siswa dan sakit gigi, sakit telinga, sakit kepala dan suspek
campak sebanyak 1 orang siswa. Berdasarkan kelas, kelas 2 adalah kelas yang
paling banyak jumlah siswa yang sakit dilaporan SBS yaitu sebanyak 8 orang
46
siswa, kemudian kelas 5 dilaporan SBS sebanyak 5 orang siswa, kelas 6 dilaporan
SBS sebanyak 4 orang siswa, kelas 2 sebanyak 3 orang siswa, dan kelas 6
Tabel 4.4 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit dan
Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Loka
Sekolah Lokus SD Inpres Loka Tahun 2018
Kelas Total
No Gejala Penyakit
1 2 3 4 5 6
1 Demam 2 3 3 10 3 8 29
2 Sakit Gigi 0 0 1 0 1 1 3
3 ISPA 1 0 2 1 0 3 7
4 Batuk 0 1 1 1 0 2 5
5 Gizi Buruk 0 3 0 0 0 0 3
6 Sesak Nafas 0 0 0 0 1 0 1
7 Sakit Mata 0 1 0 0 0 0 1
8 Thypoid 0 0 1 0 0 0 1
9 Sakit Perut 1 0 0 0 2 0 3
10 Sakit Kepala 0 0 0 1 2 0 3
11 Suspek Campak 0 0 2 0 0 0 2
12 Sakit Telinga 0 0 1 0 0 0 1
4 8 11 13 9 14 59
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, data diolah 2019
Berdasarkan Gejala Penyakit dan Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah
Berdasarkan gejala penyakit, demam adalah gejala penyakit yang paling banyak
SD Inpres Loka pada Puskesmas Loka yaitu sebanyak 29 orang siswa, kemudian
ISPA sebanyak 7 orang siswa, ISPA sebanyak 2 orang siswa, Batuk sebanyak 5
orang siswa, sakit gigi, sakit perut, dan gizi buruk masing-masing sebanyak 3
orang siswa. Kemudian sesak nafas, sakit mata, thypoid dan sakit telinga masing-
masing berjumlah 1 orang siswa. Berdasarkan kelas, kelas 6 adalah kelas yang
47
paling banyak jumlah siswa yang sakit dilaporan SBS yaitu sebanyak 14 orang
dilaporan SBS sebanyak 11 orang siswa, kelas 5 sebanyak 9 orang siswa, kelas 2
dilaporan SBS sebanyak 8 orang siswa, dan kelas 1 sebanyak 4 orang siswa.
Tabel 4.5 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit dan
Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Baruga
Sekolah Lokus SD Inpres Pajjukukang Tahun 2018.
No Gejala Penyakit Kelas
Total
1 2 3 4 5 6
1 ISPA 2 1 0 1 0 1 5
2 DBD 1 1 0 3 0 0 3
2 1 0 4 0 1 8
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, data diolah 2019
Berdasarkan Gejala Penyakit dan Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah
ISPA sebanyak 5 orang siswa dan DBD sebanyak 3 orang siswa. Berdasarkan
kelas, kelas 4 sebanyak 4 orang siswa, kelas 1 sebanyak 2 orang siswa, dan kelas
Tabel 4.6 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit dan
Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Lasepang
Sekolah Lokus SD Negeri 7 Letta Tahun 2019
No Gejala Penyakit Kelas
Total
1 2 3 4 5 6
1 TBC 0 0 0 0 1 0 1
2 Demam 0 0 2 0 1 1 4
3 Gatal-gatal 0 1 0 0 0 0 1
0 1 2 0 2 1 6
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, data diolah 2019
Berdasarkan Gejala Penyakit dan Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah
48
gejala penyakit, gejala penyakit yang banyak dilaporkan yaitu demam sebanyak 4
Berdasarkan kelas, kelas 3 dan 4 sebanyak 2 orang siswa, kelas 2 dan 6 satu orang
siswa.
Tabel 4.7 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit dan
Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Banyorang
Sekolah Lokus SD 53 Banyorang Tahun 2019
No Gejala Penyakit Kelas
Total
1 2 3 4 5 6
1 Demam 9 0 0 5 2 0 16
2 Sakit Gigi 1 1 0 0 0 0 2
3 ISPA 0 0 1 1 0 0 2
5 Diare 0 0 0 0 1 0 1
6 DBD 0 1 0 0 0 0 1
7 Luka 0 0 1 0 0 0 1
10 2 1 6 3 0 22
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, data diolah 2019
Keterangan : Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit dan
demam adalah gejala penyakit yang paling banyak yang dilaporkan oleh
sebanyak 2 orang siswa, ISPA sebanyak 2 orang siswa, diare 1 orang siswa dan
DBD 1 orang siswa. Berdasarkan kelas, kelas 1 adalah kelas yang paling banyak
jumlah siswa yang sakit dilaporan SBS yaitu sebanyak 10 orang siswa, kemudian
kelas 4 dilaporan SBS sebanyak 6 orang siswa, kelas 5 dilaporan SBS sebanyak 3
49
orang siswa, kelas 2 sebanyak 2 orang siswa, dan kelas 6 dilaporan SBS tidak
Tabel 4.8 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit dan
Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Loka
Sekolah Lokus SD Inpres Loka Tahun 2019
No Gejala Penyakit Kelas
Total
1 2 3 4 5 6
1 Demam 2 0 1 2 1 0 6
2 Sakit Gigi 1 0 0 0 0 0 1
3 ISPA 1 0 0 4 1 0 6
5 Batuk 0 0 0 2 0 0 2
6 Luka 0 1 0 0 0 0 1
7 Sesak Nafas 1 0 0 0 0 0 1
5 1 1 6 2 0 15
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, data diolah 2019
Keterangan : Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit dan
Sekolah Lokus SD Inpres Loka Tahun 2019. Berdasarkan gejala penyakit, demam
dan Batuk adalah gejala penyakit yang paling banyak yang dilaporkan oleh
Puskesmas Loka yaitu sebanyak 6 orang siswa, kemudian batuk sebanyak 2 orang
siswa. Sakit gigi, luka dan sesak nafas yaitu masing-masing 1 orang siswa yang
dilaporkan. Berdasarkan kelas, kelas 4 adalah kelas yang paling banyak jumlah
siswa yang sakit dilaporan SBS yaitu sebanyak 6 orang siswa, kemudian kelas 1
dilaporan SBS sebanyak 5 orang siswa, kelas 6 dilaporan SBS sebanyak 2 orang
siswa, kelas 2, kelas 3 dan kelas 5 yaitu 1 orang siswa dilaporan SBS Tahun 2019.
Tabel 4.9 Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit dan
Kelas pada laporan Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) di Puskesmas Kassi-Kassi
Sekolah Lokus SD Negeri 71 Kassi-kassi Tahun 2019
No Gejala Penyakit Kelas
Total
1 2 3 4 5 6
1 Demam 0 0 0 4 2 0 6
50
2 Kusta 0 0 0 0 0 1 1
3 Thypoid 0 0 0 0 12 0 12
0 0 0 4 14 1 19
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, data diolah 2019
Keterangan : Distribusi Jumlah Anak yang Sakit Berdasarkan Gejala Penyakit dan
penyakit, thypoid adalah gejala penyakit yang paling banyak yang dilaporkan oleh
demam sebanyak 6 orang siswa. Dan kusta 1 orang siswa yang dilaporkan.
Berdasarkan kelas, kelas 5 adalah kelas yang paling banyak jumlah siswa yang
sakit dilaporan SBS yaitu sebanyak 14 orang siswa, kemudian kelas 4 dilaporan
SBS sebanyak 4 orang siswa, kelas 6 dilaporan SBS hanya 1 orang siswa
akan cepat menerima inovasi jika melihat hal tersebut akan memberi manfaat
yang lebih besar dari apa yang diperoleh atau yang dicapai dari cara sebelumnya,
51
kepuasan, dan lain-lain. Oleh karena itu ketika kebaruan akan diterapkan maka
manfaat yang besar bagi siswa Sekolah Dasar hal ini bisa dibuktikan dari
“Jadi kenapa ada inovasi, inovasi muncul karena ada masalah. Masalahnya
terkadang ada beberapa siswa yang sakit, tentunya ini adalah masalah. Jadi
sasaran dari inovasi ini adalah siswa. Siswa yang tidak hadir lebih dari 3 hari
pihak sekolah memberikan informasi kepada pihak kesehatan. Kehadiran
Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) adalah mencari tahu apa penyebab
utamanya sehingga dia sakit bukan hanya sekedar mengobati tapi
menginterpensi sampai ke akar-akarnya. Siswa yang sehat bisa mengikuti
proses belajar mengajar di Sekolah, ilmu-ilmu yang diberikan oleh guru di
Sekolah bisa diserap dengan baik oleh siswa, tentunya inimenjadi nilai positif
untuk pengembangan SDM khususnya yang ada disekolah, yang akan
melahirkan SDM yang berkualitas”. (Hasil wawancara dengan AI, 17 Juni
2019).
Hasil wawancara penulis dengan AI dapat ditarik tiga kata kunci yaitu yang
pertama adalah kenapa ada inovasi, inovasi muncul karena ada masalah,
masalahnya terkadang ada beberapa siswa yang sakit, tentunya ini adalah
Kabupaten Bantaeng dalam hal ini Dinas Kesehatan karena ada masalah,
masalahnya adalah usia sekolah dasar adalah kelompok dengan sasaran peserta
didik yang sangat besar yang sangat mudah terkena penyakit dan rentan terjadinya
penularan berbagai penyakit. Hal demikian diperkuat pada LAN (2015) bahwa
Kata kunci yang kedua adalah sasaran dari inovasi ini adalah siswa yang
tidak hadir lebih dari tiga hari, pihak sekolah memberikan informasi kepada pihak
Berbasis Sekolah (SBS) setiap bulan yang dilaporkan setiap Puskesmas ke Dinas
Kesehatan. Hal demikian diperkuat pada teori Rogers suatu inovasi tingkat
Kata kunci yang ketiga adalah mencari tahu apa penyebab utamanya
sehingga dia sakit bukan hanya sekedar mengobati tapi menginterpensi sampai ke
SBS ini adalah program yang bukan hanya mengobati tetapi menginterpensi
sampai ke akar-akarnya hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang sakit
diperkuat pada teori Rogers suatu inovasi tingkat kemanfaatan atau keuntungan
“Informasi kesehatan siswa cepat diketahui, terkadang ada orang tua yang
cuma mengobati anaknya sendiri padahal perlu penanganan yang cepat
seperti penyakit menular harus cepat ditanggulangi karena kadang penyakit
kalau tidak diobati cepat menular seperti penyakit TBC sebelum mendapat
pengobatan itu cepat menular kalau sudah dapat pengobatan insya allah
tidak menular, seperti DBD juga misalnya Cuma diobati sendiri karena
ketidaktahuan orangtuanya akhirnya bisa meninggal. Jadi kalau di Sekolah
ada anak 2-3 hari yang tidak masuk itu cepat gurunya yang informasikan ke
petugas kesehatan jangan sampai dia terkena penyakit-penyakit yang
menular”. (Hasil wawancara dengan SU, 17 Juni 2019).
Hasil wawancara diatas dapat ditarik kata kunci bahwa Keuntungan Relatif
cepat diketahui, terkadang ada orang tua yang hanya mengobati anaknya sendiri
padahal perlu penanganan yang cepat seperti penyakit menular yang harus cepat
bahwa :
Hasil wawancara diatas dapat ditarik kata kunci yang senada dengan yang
(SBS) Kabupaten yaitu, informasi kesehatan siswa cepat diketahui dan dapat
observasi penulis pada Puskesmas Lasepang, setiap bulan ada informasi kesehatan
siswa yang dikirimkan oleh pihak sekolah hal ini dibuktikan dengan adanya
Laporan SBS setiap bulan dari SD 7 Letta. Hal demikian juga diperkuat pada teori
Rogers suatu inovasi tingkat kemanfaatan atau keuntungan dapat dilihat dari
untuk berobat dalam hal ini siswa yang kurang mampu, dengan adanya
program ini siswa tersebut bisa terbantu”. (Hasil wawancara dengan KA, 20
Juni 2019).
Dari hasil wawancara tersebut dapat ditarik dua kata kunci. Kata kunci yang
sebagai penghubung antara puskesmas dengan anak didik jika ada yang sakit.
Berdasarkan hasil observasi penulis bahwa pada SD 7 Letta program ini sudah
diterapkan, wali kelas 1 sampai kelas 6 yang mengamati ketika ada siswa sakit
kemudian melaporkan ke guru UKSnya, lalu guru UKS yang akan mencatat ke
pada teori Rogers suatu inovasi tingkat kemanfaatan atau keuntungan dapat dilihat
lain.
Kata kunci yang kedua yaitu Program ini meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan pada siswa, hal ini dibuktikan ada informasi siswa yang sakit lebih dari
3 hari tidak masuk sekolah dengan gejala sakitnya demam, pihak Puskesmas
dalam hal ini Puskesmas Lasepang melakukan kunjungan ke rumah siswa yang
Pihak Puskesmas melihat lingkungan rumah siswa yang sakit sangat kotor, maka
penyakit pada siswa Sekolah Dasar. Kehadiran inovasi ini mampu memberikan
informasi yang cepat kepada petugas kesehatan terhadap siswa yang sakit.
Kehadiran inovasi ini bukan hanya sekedar mengobati tetapi mencari tahu
2. Kesesuaian (Compatibility)
dan harapan masyarakat ide yang diperkenalkan sebelumnya serta para adopter
tingkat kesesuaiaannya hal ini dibuktikan dari wawancara penulis yang dilakukan
mengatakan bahwa :
Hasil wawancara diatas penulis menarik satu kata kunci, yaitu setiap
Puskesmas yang ada di Kabupaten Bantaeng mempunyai dua sekolah lokus untuk
program SBS, satu tahun berjalan dampaknya bagus untuk kesehatan siswa.
Berdasarkan hasil observasi penulis bahwa memang program SBS ini diterapkan
58
pada semua Puskesmas yang ada di Kabupaten Bantaeng dan setiap Puskesmas
memiliki dua sekolah lokus untuk program SBS. Kemudian hasil observasi
baik terhadap kesehatan siswa, hal ini dibuktikan pada saat melakukan observasi
Rogers bahwa sebuah inovasi tidak bisa dilompati dengan nilai-nilai dan
“Sesuai, karena Surveilans ada payung hukum yang harus dilaksanakan, ada
program-program yang harus dilaksanakan, ada target-target dari nasional
maupun internasional”. (Hasil wawancara dengan SU, 17 Juni 2019).
Hasil wawancara di atas penulis menarik satu kata kunci, yaitu Program
Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) ada payung hukum yang harus dilaksanakan.
Berdasarkan hasil observasi penulis bahwa program SBS dilaksanakan oleh Dinas
adalah Inovasi Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS). Program SBS ini
penyakit dan faktor risikonya serta masalah kesehatan masyarakat dan faktor-
59
Inovasi Daerah disebutkan bahwa bentuk inovasi daerah meliputi : inovasi tata
Hasil wawancara di atas penulis menarik satu kata kunci yaitu pihak
penyakit siswa karena informasi cepat kami dapatkan. Berdasarkan hasil observasi
SBS ini informasi kesehatan siswa cepat diketahui oleh pihak Puskesmas dan
60
cepat terhadap penanganan kejadian penyakit pada siswa. Hal ini dibuktikan
pada salah satu siswa yang sakit pihak Puskesmas melakukan kunjungan
inovasi tidak bisa dilompati dengan nilai-nilai dan kepercayaan sosial. Dengan ide
inovasi.
Hasil wawancara diatas dapat ditarik satu kata kunci sangat sesuai begitu ada
bahwa pihak puskesmas ketika ada informasi siswa yang sakit langsung ditindaki
hal ini dibuktikan pada siswa yang sakit langsung dikunjungi rumahnya oleh
diperkuat oleh teori Rogers bahwa sebuah inovasi tidak bisa dilompati dengan
harapan masyarakat (siswa). Hadirnya program SBS ini yaitu kejadian penyakit
siswa di Sekolah cepat diketahui oleh pihak Puskesmas, dengan sistem pelaporan
dari sekolah ke pihak puskesmas, pada saat ada laporan yang masuk dari sekolah
61
3. Kerumitan (Complexity)
sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi ada
yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada
pula yang sebaliknya atau sulit dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan
adapula yang sebaliknya atau sulit dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi.
Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat
suatu inovasi dapat diadopsi. Tetapi apabila suatu inovasi sulit dipahami dan sulit
dimengerti oleh pengadopsi maka semakin sulit pula suatu inovasi diadopsi.
(SBS) karena tataran kepala Dinas Kesehatan hanya pada tataran kebijakan tidak
beberapa kerumitan yang dihadapi oleh adopter inovasi hal ini bisa dibuktikan
bahwa :
Hasil wawancara di atas dapat ditarik kata kunci yaitu belum semua guru
semua guru ikut terlibat langsung dalam program SBS karena belum semua guru
mengetahui program SBS ini. Hal demikian diperkuat oleh teori Rogers
Kerumitan adalah jika sederhana tingkat inovasi maka semakin mudah tingkat
penerimaan oleh masyarakat, sebaliknya jika rumit tingkat inovasi maka semakin
Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) oleh adopter inovasi maka penulis kembali
bahwa :
“Pertama kendala yang dihadapi karena ini program baru jadi kami pihak
Puskesmas sosialisasinya dulu harus gencar-gencar di laksanakan di sekolah,
kedua kendalanya juga program ini sifatnya pelaporan dari sekolah ke
puskesmas terkadang pelaporannya itu tidak tepat waktu, itu yang jadi
kendala, terkadang juga informasi siswa yang sakit itu yang sifatnya harus
dikunjungi itu yang terlambat datang, itu yang kami khawatirkan
keterlambatan laporan seperti itu bisa memperburuk keadaan siswa”. (Hasil
wawancara dengan ZZ, 22 Juli 2019).
Hasil wawancara di atas dapat ditarik satu kata kunci yaitu kendalanya adalah
karena program ini sifanya sistem pelaporan dari Sekolah ke Puskesmas terkadang
Ulu Galung sistem pelaporan perbulan SBS lambat dilaporkan pelaporannya tiap
bulan oleh sekolah dan hasil observasi peneliti pada SD Inpres Lonrong bahwa
sistem pelaporan program SBS terkadang tidak tepat waktu hal ini dibuktikan dari
pernyataan guru UKS bahwa mereka punya tugas pokok sebagai seorang guru jadi
sistem pelaporannya kadang tidak tepat waktu. Hal demikian diperkuat oleh teori
Rogers Kerumitan adalah jika sederhana tingkat inovasi maka semakin mudah
tingkat penerimaan oleh masyarakat, sebaliknya jika rumit tingkat inovasi maka
“Resistensi dari dalam dari luar itu biasa terjadi dari suatu inovasi, jadi
pemerintah harus keluar dari zona nyaman”. (Hasil wawancara dengan AR,
17 Juni 2019).
Hasil wawancara di atas dapat ditarik satu kata kunci bahwa resistensi dari
dalam dari luar, biasa terjadi dari suatu inovasi, jadi pemerintah harus keluar dari
64
zona nyaman. Hasil observasi penulis bahwa inovasi program Surveilans Berbasis
ketika ada siswa yang sakit yang dilaporkan oleh pihak Sekolah. Hasil observasi
adalah guru kelas belum aktif dalam pengawasannya terhadap kejadian penyakit
pada siswa. Walaupun demikian pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan telah
mampu keluar dari zona nyaman birokrasi karena walaupun terdapat resistensi
yang dihadapi, tetapi pemerintah tetap mengembangkan program SBS ini yang
sudah berjalan selama 2 tahun. Hal demikian diperkuat oleh LAN (2015) Inovasi
zona nyaman birokrasi, maka dari itu pemerintah harus keluar dari zona nyaman
birokrasi.
mengatakan bahwa :
“Kendalanya kadang ada siswa yang mengirim surat sakit izin ternyata dia
bohong, jadi sebagai guru harus teliti melihat siswa yang betul-betul sakit.
Perlu pengawasan dari guru baru kami laporkan ke Puskesmas”. (Hasil
wawancara dengan KA, 20 Juni 2019).
Hasil wawancara di atas dapat ditarik satu kata kunci yaitu, kendalanya
kadang ada siswa yang mengirim surat sakit ternyata siswa tersebut berbohong.
sekolah tersebut sering dijumpai siswa yang berbohong dengan mengirim surat
izin sakit ke sekolah padahal siswa tersebut tidak sakit, siswa tersebut hanya
65
malas masuk sekolah atau ingin berkunjung kerumah keluarga atau liburan. Hal
tersebut diperkuat oleh teori Rogers Kerumitan adalah jika sederhana tingkat
jika rumit tingkat inovasi maka semakin sulit tingkat penerimaan masyarakat
terhadap inovasi.
beberapa kendala yang dihadapi oleh adopter dalam penerapannya, program SBS
yang sifatnya pelaporan dari sekolah ke Dinas, sistem pelaporannya tidak tepat
dilaporkan.
inovasi dapat diuji coba dengan mudah akan mempercepat penerimaan inovasi
tersebut oleh masyarakat. Inovasi yang tepat harus dapat diuji cobakan dan bisa
dengan mudah menerima inovasinya, yang penting adalah bahwa inovasi dapat
dicoba, dalam konteks makro pilot proyek mungkin menjadi salah satu cara untuk
Sekolah (SBS) karena pihak sekolah tidak mengetahui hal tersebut. Kemudian
pada masyarakat (siswa). Hal ini dapat dibuktikaan dari wawancara penulis
“Sebuah inovasi pasti ada hambatan atau resistensi. Resistensi itu bisa dari
dalam dan bisa dari luar. Program Surveilans Berbasis Sekolah (SBS)
resistensinya biasa muncul dari dalam misalnya pihak sekolah tidak mau
bersusah payah untuk menerapkan program tersebut, salah-satu contoh jika
ada siswa yang sakit langsung diantar saja ke puskesmas. Bisa juga dari tim
penanggung jawab SBS di Puskesmas yang tidak mau bersusah payah
melakukan segala macam, itu yang namanya resistensi. Tetapi itu bukan
tantangan yang menjadi penghambat sehingga tidak dilakukan interpensi tapi
ada upaya-upaya yang dilakukan oleh orang-orang yang punya gagasan ini
melakukan pendekatan-pendekatan kepada mereka dan menyakinkan kepada
67
mereka bahwa inovasi ini memiliki manfaat yang besar. Resistensi dari luar
juga ada, orangtua siswa yang tidak mau mengikuti sistem ini bisa saja. Tapi
terlepas dari itu hambatan-hambatan dari dalam maupun dari luar akan
menjadi tantangan bagi innovator tersebut. Kepala puskesmas kemarin ada
yang kurang menerima inovasi ini, tetapi melihat manfaatnya yang besar
akhirnya ada yang melaksanakan. (Hasil wawancara dengan AI, 17 Juni
2019).
Hasil wawancara di atas dapat ditarik dua kata kunci yaitu yang pertama
dalam misalnya pihak sekolah tidak mau bersusah payah untuk menerapkan
pihak sekolah merespon baik program SBS ini karena program SBS mempunyai
manfaat yang besar bagi kesehatan siswa disekolah. Dan diperkuat oleh teori
Kemampuan uji coba adalah inovasi yang dapat dicoba maka dengan mudah
penerimaan inovasi tersebut oleh masyarakat. Inovasi yang tepat dapat diuji
Kata kunci yang kedua yaitu dari tim penanggung jawab Surveilans Berbasis
Sekolah (SBS) di Puskesmas yang tidak mau bersusah payah melakukan segala
macam, itu yang namanya resistensi. Berdasarkan hasil observasi penulis pada
jawab program SBS sangat merespon baik program ini karena program ini
terhadap siswa yang sakit. Dan diperkuat oleh teori Kemampuan uji coba adalah
inovasi yang dapat dicoba maka dengan mudah penerimaan inovasi tersebut oleh
68
masyarakat. Inovasi yang tepat dapat diuji cobakan dan bisa menunjukkan
Hasil wawancara di atas dapat ditarik satu kata kunci yaitu, diujicobakan
tingkat Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan hasil observasi penulis pada saat
ada satu Puskesmas yang belum menerapkan program SBS ini yaitu Puskesmas
yang dilakukan di Dinas Kesehatan pada saat kegiatan evaluasi program SBS
Puskesmas Bissappu, hanya saja laporan dari dua sekolah lokus yang ada di
diperkuat oleh teori Rogers Kemampuan uji coba adalah inovasi yang dapat
dicoba maka dengan mudah penerimaan inovasi tersebut oleh masyarakat. Inovasi
yang tepat dapat diuji cobakan dan bisa menunjukkan kemanfaatan dan
kerumitannya.
bahwa :
Hasil wawancara di atas dapat ditarik kata kunci yaitu program Surveilans
Berbasis Sekolah (SBS) diujicobakan pada dua sekolah lokus. Berdasarkan hasil
observasi peneliti pada Puskesmas Lasepang dari dua sekolah yang menjadi lokus
program SBS, hanya satu sekolah yang berjalan yaitu SD 7 Letta. Hal tersebut
diperkuat oleh teori Rogers Kemampuan uji Coba adalah inovasi yang dapat
dicoba maka dengan mudah penerimaan inivasi tersebut oleh masyarakat. Inovasi
yang tepat dapat diuji cobakan dan bisa menunjukkan kemanfaatan dan
kerumitannya.
penerapannya di sekolah. Program SBS titik beratnya ada di Sekolah Dasar yang
semakin dapat dan mudah dimana suatu inovasi semakin mudah seseorang
melihat hasil dari inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok
(SBS) karena tataran Kepala Dinas Kesehatan hanya pada tataran kebijakan tidak
SBS menunjukkan tingkat dimana hasil inovasi dapat diamati dengan mudah. Hal
Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kata kunci yaitu, Program
laporannya dari Sekolah. Berdasarkan hasil observasi penulis bahwa program SBS
Dinas Kesehatan setiap bulan. Kemudian penulis juga melihat bahwa sistem
pelaporannya bukan hanya dalam bentuk pelaporan tertulis, tetapi ada juga sistem
pelaporan 1 x 24 jam dengan menelpon melalui call center Dinas Kesehatan atau
Puskesmas setempat. Hal ini diperkuat oleh teori Rogers Kemudahan diamati
adalah tingkat dimana hasil inovasi dapat diamati semakin dapat dan mudah
Tipes itu yang kita khawatirkan. Lebih dari 3 hari maka tim akan turun untuk
melihat kondisi pasien. Setelah dilihat oh gejalanya kesini maka kita akan
koordinasi ke dokter atau pasien dirujuk ke Puskesmas. Jadi dokter yang
meneggakan diagnosa. Kalau puskesmas bisa menangani maka kita akan
tangani di puskesmas sebagai pasien rawat inap atau jika kasus ini
berkembang menjadi KLB/wabah maka kita akan menghubungi Dinas
Kabupaten”. (Hasil wawancara AS, 25 Juni 2019).
Hasil wawancara diatas dapat ditarik kata kunci bahwa Program Surveilans
Berbasis Sekolah (SBS) mudah diamati karena dilihat dari laporannya, kemudian
diamati hal ini dibuktikan penulis pada saat melakukan observasi di Puskesmas
Banyorang penulis melihat ada formulir laporan SBS yang tertulis yang
dikirimkan pihak sekolah, dalam laporan tersebut. Hal ini diperkuat oleh teori
Rogers kemudahan diamati adalah tingkat dimana hasil inovasi dapat diamati
semakin dapat dan mudah diamati suatu inovasi semakin cepat masyarakat
Hasil wawancara di atas dapat ditarik satu kata kunci yaitu, Program
Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) mudah diamati karena dilihat dari laporannya,
program SBS mudah dalam pengamatannya di sekolah hal ini dibuktikan pada
sangat aktif memberikan informasi ke guru UKS ketika ada kejadian penyakit
73
pada siswa. Hal ini diperkuat oleh teori Rogers kemudahan diamati adalah tingkat
dimana hasil inovasi dapat diamati semakin dapat dan mudah diamati suatu
“Mudah, karena cuma melihat gejala penyakitnya yang umum kemudian kita
laporkan ke pihak Puskemas. Setiap guru kelas meraka yang
menginformasikan jika ada siswa yang sakit. Sebagai guru UKS ada dua
sistem pelaporan kami pihak Sekolah ke pihak Puskesmas, ada pelaporan
perbulan, ada pelaporan harian untuk siswa yang penyakitnya perlu untuk
ditangani segera kemudian pihak Puskesmas yang langsung berkunjung ke
sekolah atau ke rumah siswa yang sakit”. (Hasil wawancara dengan KA, 20
Juni 2019).
Hal Senada dikemukakan MU sebagai Guru SD Inpres 53 Banyorang
mengatakan bahwa :
Hasil wawancara penulis di atas dapat ditarik satu kata kunci yaitu Program
Surveilans Berbasis Sekolah (SBS) mudah diamati karena hanya melihat gejala
bahwa program SBS mudah diamati karena pihak sekolah hanya melihat gejala
penyakit pada siswa yang sakit. Pihak sekolah mudah dalam mengamati penyakit
pada siswa karena pihak Puskesmas selalu melakukan pembinaan pada sekolah
maupun siswanya. Hal tersebut diperkuat oleh teori Rogers kemudahan diamati
adalah tingkat dimana hasil inovasi dapat diamati semakin dapat dan mudah
METODE
•Info siswa yang
sakit (Alamat •SMS/TELP. (1 x 24 jam) •Respon/PE
lengkap) •1 sd 3 x 24 Jam)
Sekolah
tingkat hasil inovasi dapat dengan mudah diamati karena program SBS
pengumpulan data siswa yang sakit berdasarkan informasi guru kelas I sampai
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
penelitian meliputi :
kejadian penyakit pada siswa Sekolah Dasar. Kehadiran inovasi ini mampu
yang sakit. Kehadiran inovasi ini bukan hanya sekedar mengobati tetapi
akarnya.
2. Kesesuaian (Compatibility)
program SBS ini yaitu kejadian penyakit siswa di Sekolah cepat diketahui
76
77
puskesmas, pada saat ada laporan yang masuk dari sekolah maka pihak
3. Kerumitan (Complexity)
kendala yang dihadapi oleh adopter dalam penerapannya, program SBS yang
dilaporkan.
B. Saran
Kesehatan Kabupaten Bantaeng , maka adapun saran yang dapat diberikan dalam
Kabupaten Bantaeng.
Denhard J.V dan R.B Denhard. 2007. The New Public Service. New York: M.E
Shape
Everett M, Rogers. 1983. Diffussion Innovation. New York: The Free Past.
Mirnasari, Rina Mei, 2013. Inovasi Pelayanan Publik UPTD Terminal Purabaya-
Bungurasih. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Vol.I (1).
Mulyadi, Daddy. 2016. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung:
Alfabeta.
Suyono, Evan. 2015. Inovasi Kebijakan Pendidikan di Kota Palopo. Skripsi Ilmu
Administrasi Negara.
80
81
Ulum Chaizienul. 2018. Public Service (Tinjauan Teoretis dan Isu-isu Strategis
Pelayanan Publik). Malang : UB Press.
Dasar Hukum
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantaeng. 2018. Bantaeng Dalam Angka 2018.
Bantaeng : BPS Kabupaten Bantaeng.
Internet
Majid, Arisman. 2017. Tingkatkan Kesehatan dan Pendidikan Ini Inovasi Baru
Bantaeng, https://makassar.sindonews.com. Diakses pada tanggal 22
Oktober 2018 Pukul 05.35 wita.
Gambar 8. Wawancara dengan Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Bidang P2P, dan
staf Surveilans dan imunisasi
Gambar 9. Wawancara dengan penanggung jawab Prohgram Surveilans Berbasis
Sekolah (SBS) di Puskesmas Lasepang
SMP Negeri 2 Tompobulu dan selesai pada tahun 2012. Pada tahun yang
Makassar (Unismuh Makassar) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik