Anda di halaman 1dari 67

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG

PENCEGAHAN HIV / AIDS DI


SMA NEGERI I POSO

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program


Pendidikan Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan
Program Studi Keperawatan Poso

Oleh:

Mustafa
NIM : PO7120212 064

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU


J U R U S A N K E P E R A W A T A N
PROGRAM STUDI KEPERRWATAN POSO
2015
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN POSO

Mustafa, 2015. Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Pencegahan HIV-AIDS Di


SMA Negeri I Poso. Karya Tulis Ilmiah Prodi Keperawatan Poso Jurusan
Keperawatan Kementrian Kesehatan Palu, Pembimbing : (1) Abd Malik
Lawira (2) Nurfatimah.

ABSTRAK

Jumlah Halaman + table + lampiran (X + 47 halaman + 5 table + 5 lampiran)

Latar belakang : sekitar 2,3 juta kasus, dimana sebanyak 1,6 juta penderita
meninggal karena AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan 210.000
penderita berusia dibawah 15 tahun. Atas dasar ini penulis melakukan penelitian
dalam kajian utamanya yaitu bagaimana pengetahuan dan sikap remaja tentang
pencegahan penyakit HIV-AIDS. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk
mengetahui gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Pencegahan HIV-
AIDS Di SMA Negeri I Poso. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif
dimana yang akan diteliti adalah pengetahuan dan sikap. Populasi : berjumlah 629
orang dengan pengambilan sampel secara random sampling di peroleh sampel
sebanyak 209 responden. Hasil Penelitian dari 209 responden yang mempunyai
pengetahuan baik sebanyak 130 responden (62%), yang mempunyai pengetahuan
cukup sebanyak 48 responden (23%) , dan yang mempunyai pengetahuan Kurang
tentang pencegahan HIV/ AIDS sebanyak 31 responden (15%), dan responden
yang memiliki sikap positif sebanyak 120 responden (57%), dan yang memiliki
sikap negative sebanyak 89 responden (43%). Kesimpulan : Berdasarakn
penelitian yang telah dilakukan SMA Negeri I Poso maka penulis menyimpulkan
bahwa dari 209 responden yang memiliki pengetahuan baik tentang pencegahan
hiv-aids sebanyak 130 orang. Saran : Bagi sekolah dapat memberikan pendidikan
kesehatan yang lebih banyak kepada siswanya khususnya tentang HIV – AIDS
sehingga siswa mempunyai pengetahuan dan sikap yang lebih baik.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Penyakit Hiv-aids


Daftar Pustaka : 15 (2009 – 2015).

iv
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah

memberikan Rahmat dan HidayatNya yang tiada henti diberikan kepada

hambaNya. Sholawat dan salam penulis tuturkan kepada Rosulullah Muhammad

SAW yang telah membawa kaumNya kejalan kebenaran hingga saat ini.

Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakalah penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

dapat diselesaikan dengan baik yang sekaligus menjadi syarat untuk

menyelesaikan studi di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Jurusan

Keperawatan Program Studi Keperwatan Poso.

Melalui kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Nasrul, SKM.M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian


Kesehatan Palu
2. Ibu Selvi Alfrida Mangundap, S.Kep.M.Si selaku sebagai Ketua jurusan
Keperawatan.
3. Bapak Mustar selaku Kepala Sekolah SMA Negeri I yang telah banyak
membantu penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
4. Bapak Abd Malik Lawira. S.Kep.Ns.M.Kes sebagai ketua Program Studi
Keperawatan Poso dan sekaligus selaku pembimbing utama yang telah
memberikan arahan dan di bimbing secara inten serta waktu maupun
kesempatan yang telah banyak beliau berikan kepada penulis.
5. Ibu Nurfatimah, SKM,M.Kes selaku pembimbing pendamping yang telah
banyak memberikan masukan serta arahan, guna penyempurnaan penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Bapak M. Zamil Madani,Skm, M. Kes dan Ibu Tasnim, S. Kep, Ns,MM selaku
penguji yang telah banyak memberikan masukan dan arahan guna untuk
kelengkapan Karya Tulis Ilmiah ini.

v
7. Staf Dosen dan staf tata usaha program studi Keperawatan Poso yang selama
ini telah banyak memberikan bantuan kepada penulis
8. Kepada kedua Orang Tua yang telah banyak memberikan bantuan dan
dorongan baik secara moral dan materil sehingga penulis bisa menyelesaikan
pendidikan.
9. Teman-teman sesama mahasiswa yang telah bersama-sama berjuang untuk
menyelesaikan pendidikan pada waktunya.
Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun

materil Hingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan, semoga ALLAH SWT

senantiasa memberikan imbalan pahala yang berlipat ganda.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan oleh karena itu, besar harapan penulis kepada pembaca atas

kontribusinya baik berupa saran maupun kritikan yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya kepada ALLAH SWT jugalah penulis memohon do’a dan

berharap semoga kebaikan yang dilakukan akan mendapat imbalan yang berlipat

ganda dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberi manfaat bagi siapapun.

Amin.

Poso, 26 Januari 2016

Mustafa

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ....................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 5

A. Konsep Dasar Pengetahuan ....................................................... 5

B. Konsep Dasar Sikap ................................................................... 11

C. Konsep Dasar HIV-AIDS ........................................................... 16

D. Konsep Dasar Remaja ................................................................ 25

E. Kerangka Konsep ....................................................................... 32

vii
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 33

A. Jenis Penelitian ........................................................................... 33

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian ..................................................... 33

C. Populasi Dan Sampel .................................................................. 33

D. Variabel Penelitian Dan Devinisi Operasional ........................... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 36

F. Pengolahan Data ......................................................................... 37

G. Analisa Data ............................................................................... 38

H. Penyajian Data ............................................................................ 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 40

A. Gambaran Umum ..................................................................... 40


B. Hasil Penelitian ........................................................................ 40
C. Pembahasan .............................................................................. 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 46

A. Kesimpulan............................................................................... 46
B. Saran ......................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Distribusi Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan

HIV/AIDS Di SMA Negeri I Poso ....................................................41

Table 4.2 Distribusi Sikap Remaja Tentang Pencegahan

HIV/ AIDS Di SMA Negeri I Poso ...................................................41

Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Pencegahan

HIV/AIDS Di SMA Negeri I Poso ..................................................42

ix
DAFTAR LAMIRAN

Lampiran 1 : Biodata Penulis

Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 4 : Peryataan Keaslian Tulisan

Lampiran 5 : Surat Keterangan Bersedia Menjadi Responden

Lampiran 6 : Kuesioner

Lampiran 7 : Jadwal Penelitian

Lampiran 8 : Daftar Anggaran Penelitian

Lampiran 9 : Rekapitulasi Data Hasil Penelitian

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

dan menjadi masalah global yang melanda dunia. Menurut data dari WHO

(World Health Organization) pada tahun 2012, penemuan kasus HIV (Human

Immunodeficiency Virus) di dunia pada tahun 2012 mencapai 2,3 juta kasus,

dimana sebanyak 1,6 juta penderita meninggal karena AIDS (Acquired

Immunodeficiency Syndrome) dan 210.000 penderita berusia dibawah 15

tahun (WHO, 2012).

Perkembangan kasus HIV-AIDS di Indonesia masih menjadi persoalan

besar. Kasusnya meningkat dari tahun ke tahun. Kasus penularan terbanyak

terjadi pada heteroseksual sebanyak 61.5%, pengguna jarum suntik 15,2%,

perinatal 2,7% dan homoseksual 2,4%.

Berdasarkan data Ditjen P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan), statistik kasus HIV/AIDS yang dilaporkan dari tahun 2011-

2012 mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2011 kasus baru HIV sebesar

21.031 kasus, kemudian meningkat menjadi 21.511 kasus pada tahun 2012.

Begitu juga dengan AIDS dari tahun 2011 sebanyak 37.201 kasus, meningkat

menjadi 42.887 kasus pada tahun 2012. Proporsi faktor risiko penderita

HIV/AIDS melalui hubungan heteroseksual merupakan cara penularan

dengan persentase tertinggi sebesar 77,75%, diikuti oleh penasun atau

1
injecting drug user (IDU) sebesar 9,16% dan dari ibu ke anak sebesar 3,76%

(Kemenkes RI, 2012).

Dari penemuan kasus HIV/AIDS, menunjukkan bahwa kasus AIDS lebih

besar dibandingkan dengan kasus HIV, dengan penemuan terbanyak pada

kelompok remaja produktif usia 20-29 tahun, hal ini dikarenakan terbatasnya

akses informasi dan pelayanan kesehatan yang diterima kelompok remaja

produktif usia 20-29 tahun, sehingga dampak yang ditimbulkan dari

rendahnya pengetahuan komperhensif mengenai HIV/AIDS adalah penderita

khususnya remaja baru menyadari bahwa dirinya terinfeksi HIV dan sudah

masuk fase AIDS positif yang bisa menular kepada orang lain.

Upaya untuk menurunkan kejadian HIV/AIDS di antara remaja

membutuhkan penanganan yang terintegrasi dan menyeluruh. Beberapa

kegiatan untuk mengurangi HIV/AIDS diantaranya dengan pendidikan

kesehatan. Pendidikan kesehatan pada anak sekolah dapat dilakukan dengan

memasukkan materi kesehatan ke dalam kurikulum pembelajaran.

Sekolah sebagai institusi pendidikan mempunyai kesempatan yang luas

sebagai tempat penyebaran informasi sehingga dapat meningkatkan sikap

para remaja berkaitan dengan pencegahan dan penularan HIV/AIDS

(Rahayuwati, 2014).

Jumlah kasus HIV/AIDS di Sulteng sejak tahun 2012 hingga Agustus

2014 sebanyak 787 kasus. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota

Poso, penderita HIV-AIDS yang dilaporkan dari tahun 2011-2014 mengalami

peningkatan, yaitu pada tahun 2011-2012 penderita HIVsebanyak 17 orang,


kemudian meningkat menjadi 30 orang pada tahun 2013-2014. Begitu juga

dengan AIDS dari tahun 2011-2012 sebanyak 11 orang, meningkat menjadi

20 orang pada tahun 2013-2014. Sedangkan pada tahun 2015 penderita HIV-

AIDS hanya 1 orang saja.

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan HIV/AIDS

di SMAN I Poso?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan

HIV/AIDS di SMAN I Poso.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang pencegahan

HIV/AIDS di SMAN I Poso.

b. Untuk mengetahui sikap remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di

SMAN I Poso.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi SMAN I Poso

Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya

bagi siswa.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi berharga

dan sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa.


3. Bagi peneliti

Merupakan pengalaman berharga untuk memperluas pengetahuan dan

wawasan yang berhubungan dengan penyakit HIV/AIDS.

4. Bagi peneliti lain

Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan perbandingan untuk

penelitan berikutnya dengan variabel yang lebih luas.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya dengan sendirinya pada

waktu pengindraan sehingga pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi

oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran, dan indra

penglihatan (Notoatmodjo S, 2010:27).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana

diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut

akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan,

bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengaruh

rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja, akan tetapi dapat

diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang

suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.

Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin

banyak aspek positif dan objek yang diketahui maka akan menimbulkan

sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (World
Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) hal 13, salah

satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang

diperoleh dari pengalaman sendiri. (A. Wawan dan Dewi M, 2010: 12)

b. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan mencangkup enam tingkatan, yaitu :

1). Mengetahui (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk diantara mengingat kembali (recall) terhadap

suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima.

2). Memahami (Comprehension)

Kemampuan ini menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan

benar.

3). Aplikasi (Application)

Kemampuan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi, atau kondisi real, yaitu dengan

menggunakan hukum, rumus, metode, prinsip dan situasi yang lain.

4). Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan

masih ada kaitan satu sama lain.


5). Sintesis (Syntesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk

keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesa adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang telah ada.

6). Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penilaian suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah

ada. (Notoatmodjo, 2010 : 27 – 28).

c. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subyek peneliti atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat

tersebut diatas. Sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-masing

pengetahuan dapat dilakukan dengan scoring, dimana dikatakan baik jika

skor 75%-100%, dikatakan cukup jika skor 55%-74%, dikatakan kurang

jika skor ≤ 55% (Arikunto, 2006).

d. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari (Notoadmojo.

2013:11) adalah sebagai berikut :


1). Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a). Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak

berhasil maka dicoba.Kemungkinan yang lain sampai masalah

tersebut dapat dipecahkan.

b). Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pimpinan

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang

pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima

mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai

otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan

kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran

sendiri.

2). Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai Upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.


3). Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular

atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacon, kemudian dikembangkan

oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk

melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian

ilmiah.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Faktor Internal

a) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum

tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai dari pengalaman dan

kematangan jiwa.

b) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan demi mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-


hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

perilaku seseorang akan pola terutama dalam memotivasi untuk

sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin

tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

c) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang

dan banyak tantangaan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu

akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (A.

Wawan dan Dewi M, 2010;16-17).

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan dan Dewi

M, 2010;16-18).
B. Konsep Dasar Sikap

a. Definisi Sikap

Secara historis istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh

Herbert Spencer tahun 1862 (dalam Djunaidi, 2011: 1), yang diartikan

sebagai status mental seseorang. Mekanisme mental yang mengevaluasi,

membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan

kecenderungan perilaku individu terhadap manusia lainnya atau sesuatu

yang sedang dihadapi oleh individu, bahkan terhadap diri individu itu

sendiri itulah disebut sikap.

Menurut Gordon Allport, ahli psikologi sosial dan kepribadian (dalam

Safrizal, 2010: 1) sikap lebih kompleks, tidak hanya sekedar reaksi perasaan

semata. Menurutnya, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi

terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Hal ini sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Oppenheim (dalam Uno, 2012: 98) yang menyatakan

bahwa sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan untuk bertindak atau

mereaksi rangsangan-rangsangan tertentu dengan cara yang tertentu pula.

Reaksi-reaksi yang diberikan akan berbeda satu dengan yang lain tergantung

pada jenis rangsangan yang memicunya.

Morgan (dalam Dhambea, 2010: 83) merumuskan bahwa sikap sebagai

tendensi untuk memberikan reaksi yang positif (menguntungkan) atau reaksi

yang negatif (tidak menguntungkan) terhadap orang-orang, obyek atau

situasi tertentu. Dalam hal ini, Sarlito (Suryaningsih, 2009: 5) menjelaskan


bahwa dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif,

kecenderungan tindakan adalah untuk menjauhi, menghindari, membenci,

atau tidak menyukai obyek tertentu.

Pendapat di atas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Marvin dan

Jack (dalam Uno, 2012: 99) bahwa sikap seperti halnya motivasi, bukanlah

tingkah laku tetapi mendorong timbulnya tingkah laku. Lebih lanjut Marvin

dan Jack menjelaskan ada 4 kategori umum tingkah laku yang mungkin

disebabkan oleh sikap, yaitu pendekatan positif (positive approach),

pendekatan negatif (negative approach), penghindaran positif (positive

avoidance), dan penghindaran negative (negative avoidance). Pendekatan

positif terjadi bila seseorang menyenangi obyek sikap yang bersangkutan,

sedangkan pendekatan negatif terjadi bila seseorang tidak menyenangi

obyek tersebut dan bertindak negatif terhadapnya. Misalnya, masa bodoh,

merusak, mengabaikan, menyerang, dan sebagainya. Sedangkan

penghindaran negatif terjadi bila seseorang menjauhi obyek dengan rasa

benci, takut, atau menolaknya mentah-mentah. Penghindaran positif bila

seseorang menjauhi suatu obyek atau situasi tertentu dengan cara yang baik-

baik.

Dari rumusan-rumusan tentang sikap tersebut di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa sikap mempunyai ciri-ciri umum yaitu sebagai berikut.


a) Merupakan gejala psikologis: sebagai gejala psikologis, sikap tidak

dapat diamati tetapi dapat disimpulkan dari tingkah laku yang dapat

diamati.

b) Merupakan kecenderungan untuk bertindak

c) Tindakan, reaksi atau respon selalu ditujukan kepada sesuatu, baik

itu orang, obyek atau situasi tertentu.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah

suatu kumpulan persaan, kepercayaan, dan pemikiran bagaimana harus

berperilaku baik itu menyenangkan ataupun tidak menyenangkan terhadap

suatu objek tertentu. Jadi sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk

bersikap positif atau negatif. Sikap positif ini dapat ditunjukkan dengan

cara memihak atau mendekati, sedangkan sikap negatif dapat ditunjukkan

dengan cara tidak memihak atau menjauhi terhadap suatu obyek pada posisi

setuju atau tidak setuju.

b. Komponen Sikap

Triandis (Dambea, 2010: 86) menjelaskan bahwa sikap memiliki tiga

komponen, yaitu sebagai berikut.

1. Komponen kognitif

Komponen kognitif mencakup gagasan-gagasan yang biasanya

merupakan suatu kategori yang digunakan manusia untuk berpikir.

Kategori-kategori tersebut merupakan hal-hal yang konsisten dalam

respon unutk membedakan stimulus yang berlainan atau merupakan

generalisasi mengenai berbagai hal yang dituju oleh sikap itu.


2. Komponen afektif

Komponen ini mencakup emosi yang mengisi gagasan-gagasan itu. Jika

individu merasa senang atau merasa tidak senang ketika berpikir tentang

sesuatu kategori, maka dikatakan bahwa ia memiliki perasaan positif atau

perasaan negatif terhadap kategori tersebut.

3. Komponen behavior

Komponen behavior mengacu pada bagaimana seseroang berniat atau

berharap untuk bertindak terhadap suatu obyek, seseorang, atau situasi

tertentu. Kepercayaan dan perasaan mempengaruhi perilaku. Maksudnya,

bagaimana orang akan berprilaku dalam situasi tertentu dan terhadap

stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan

dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. kecenderungan berperilaku

secara konsisten selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini akan

membentuk sikap individual. Kecenderungan berprilaku menunjukkan

bahwa komponen behavior meliputi bentuk prilaku yang tidak hanya

dapat dilihat secara langsung saja, akan tetapi juga merupakan bentuk-

bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan

seseorang.

Sebagai suatu sistem, maka ketiga komponen sikap tersebut

memiliki hubungan yang erat dan konsisten. Keeratan dan konsistensi

hubungan antar ketiga komponen itu menggambarkan sikap individu

terhadap stimulus yang dihadapinya. Hal in dikarenakan apa yang


dipikirkan akan berhubungan dengan apa yang dirasakan dan hal itu akan

menentukan apa yang akan dilakukannya terhadap suatu obyek sikap.

c. Fungsi Sikap

Sikap memiliki sejumlah fungsi psikologis yang berbeda. Berdasarkan

hasil penelitian Katz, Smith, Brunner & white (dalam Uno, 2012: 100)

disimpulkan bahwa ada lima fungsi sikap penting. Kelima fungsi tersebut

adalah sebagai berikut.

1. Sikap sebagai fungsi insrumental

Sikap sebagai fungsi instrumental semata-mata digunakan untuk

mengekspresikan keadaan spesifik keinginan umum kita, untuk

mendapatkan manfaat atau hadiah dan menghindari hukuman. Contoh,

mendukung upaya pemerintah dalam mempermudah pelayanan kepada

masyarakat, tetapi menentang adanya pungutan atau pajak yang tinggi.

2. Sikap sebagai fungsi nilai ekspresif

Sebagai fungsi nilai ekspresif, sikap digunakan untuk

mengekspresikan nilai untuk mencerminkan konsep diri kita. Contoh,

seseorang memiliki sikap positif terhadap teman yang berbeda suku dan

agama karena memegang kuat nilai-nilai tentang keanekaragaman,

kebebasan pribadi dan toleransi.

3. Sikap sebagai fungsi pertahanan ego

Fungsi sikap sebagai pertahanan ego adalah melindungi kita dari

rasa kecemasan atau ancaman bahaya bagi harga diri kita. Misalnya, kita

selalu merasa optimis dapat melakukan dan menyelesaiakn pekerjaan kita


dengan baik walaupun waktu yang tersedia untuk itu tinggal sedikit.

Dalam keterbatasan waktu kita tetap menjalankan tugas dengan sabar dan

tidak tergesa-gesa. Dalam hal ini, emosi dikontrol dengan baik sehingga

akan memberikan efek ketenangan dalam bekerja.

4. Sikap sebagai fungsi penyesuaian sosial

Fungsi sikap sebagai penyesuaian sosial artinya membantu diri kita

menjadi bagian dari komunitas sosial tertentu di manapun kita berada.

Kita tidak menjadi kaku dengan kondisi sosial atau lembaga tertentu.

Secara spontan, perlahan dan bertahap berupaya untuk memahami dan

beradaptasi dengan kondisi yang ada.

5. Fungsi sikap sebagai perilaku.

Dan fungsi sikap sebagai perilaku adalah sikap itu telah melekat

dalam diri kita dan menjadi bagian dari perilaku kita dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam hal ini, sikap yang teramati dari diri kita dalam

kehidupan sehari-hari biasanya ditandai oleh orang lain sebagai karakter

kita dalam bertingkah laku.

C. Konsep Dasar HIV / AIDS

1. Definisi
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired

Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV yang dulu di sebut sebagai

HTLV-III (human T cell lympothropic virus tipe III) atau LAV

(Lymhadenopathy virus), adalah virus sitopatik dari family retrovirus. Hal


ini menunjukan bahwa virus ini membawa materi genetiknya dalam asam

ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonuleat (DNA).

Virus ini memiliki kemampuan unik untuk mentransfer informasi

genetic mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang

disebut reverse transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses

transkripsi (dari DNA ke RNA) dan translasi (dari RNA ke protein) pada

umumnya.

Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan bahwa diagnosa

AIDS ditujukn pada orang yang mengalami infeksi opportunistic, dimana

orang tersebut mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T

berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibody positif terhadap HIV.

Kondisi lain yang erring di gambarkan meliputi kondisi dimensia progresif,

“wasting syndrome”, atau sarcoma Kaposi (pada pasien lebih dari 60 tahun),

anker-kanker khusus lainnya (yaitu kanker serviks invasive) atau diseminasi

dari penyakit yang umumnya mengalami lokalisasi (misalnya, TB)

(Doengoes, 2010).

2. Etiologi

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human

immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun

1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV – 1. Pada tahun 1986 di Africa

ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap

sebagai virus kurang pathogen dibandigkan dengan HIV-1. Maka untuk

memudahkan keduanya disebut HIV.


AIDS dapat menyerang smua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun

wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

a. Lelaki homoseksual atau biseks.

b. Bayi dari Ibu/ Bapak terinfeksi

c. Orang yag ketagihan obat intravena

d. Partner seks dari penderita AIDS

e. Penerima darah atau produk darah (tranfusi) (Brunner & Suddart, 2012)

3. Patofisiologi

HIV yang dulu disebut HTLV-III (human T cell lymphotropic virus tipe

III) atau LAV (lymphadenophathy), adalah virus sitopati dari family

retrovirus. Virus ini ditransmisikan melalui kontak seksual, darah, atau

produk darah yang terinfeksi, dan cairan tubuh tertentu, serta melalui

perinatal. Virus tidak dapat ditularkn melalui kontak biasa. Virus memasuki

tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4.

Kelompok terbesar yang mempunyai molekul CD4 adalah limfosit T4 yang

mengatur reaksi system kekebalan manusia. Sel-sel target lain adalah

monosit, makrofag, sel dendrite, sel langerhans dan sel microglia. Setelah

mengikat molekul CD4, virus memasuki sel target dan melepaskan selubung

luarnya. RNA retrovirus ditranskripsi terbalik. Beberapa DNA yang baru

terbentuk saling bergabung dan masuk ke dalam sel target dan membentuk

provirus. Provirus dapat menghasilkan protein virus baru, yang bekerja

menyerupai pabrik untuk virus-virus baru. Sel target normal akan membelah

dan memperbanyak diri seperti biasanya dan dalam proses ini provirus juga
ikut menyebarkan anak-anaknya. Secara klinis, ini berarti orang tesebut

terinfeksi untuk seumur hidupnya. Jika sel yang terinfeksi ini dipacu untuk

memproduksi virus, demikian juga sel target (sel hospes) akan dirusak dan

virus akan keluar darinya (Price & Wilson, 2010).

Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang

terinfeksi diaktifkan. Aktifasi sel yang terifeksi dapat dilksanakan oleh

antigen, mitogen, sitokin (THF alfa atau interleukin 1) atau produk gen virus

seperti sitomegalovirus (CMV), virus Epstein-Barr, herpes simpleks dan

hepatitis. Sebagai akibatnya, saat sel T4 yang terinfeksi diaktifkan, replikasi

serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan dihancurkan.

HIV yang baru dibetuk ini kemudian dilepas kedalam plasma darah dan

menginfeksi sel-sel CD4+ lainnya (Brunner & Suddath, 2010).

Pada dasarnya fungsi limfosit T4 untuk mengatur reaksi sistem

kekebalan manusia. Limfosit T4 memulai dan mengarahkan untuk

pengenalan serta memusnakan agen asing teermasuk virus. Namun justru sel

inilah yang terinfeksi dan kemudian dirusak oleh HIV. Karena proses

infeksi dan pengambil alihan sel T4, mengakibatkan kelainan dari

kekebalan, maka ini memungkinkan berkembangnya neoplasma dan infeksi

opportunistic. Pada sistem kekebalan yang utuh, jumlah sel T4 berkisan

antara 600-1200/mm3. Pada infeksi HIV, jumlah sel T4 berkisar 0-250/mm3

. Sejalan dengan berkurangnya jumlah sel, respon dari sisa sel T4 terhadap

rangsangan antigen berkurang. Akibatnya terjadi perubahan rasio T4 / T8

(karna rendahnya jumlah sek T4), penurunan respon terhadap tes kulit
dengan antigen yang biasa, dan rentan terhadap penyakit-penyakit yang

normal dilindungi oleh kekebalan yang diperantarai sel (Price & Wilson,

2010).

Sesudah infeksi inisial, kurang lebih 25% dari sel-sel kelenjar limfe akan

terinfeksi oleh HIV pula. Replika virus akan berlangsung terus sepanjang

perjalanan infeksi HIV, tempat primernya adalah jaringan limfoid.

Kecepatan produk HIV di perkirakan berkaitan dengan status kesehatan

orang yang terjangkit infeksi tersebut. Jika orang tersebut tidak sedang

menghadapi infeksi lain, reproduksi HIV berjalan lambat. Namun,

reproduksi HIV tampakya akan dipercepat kalau system imunnya

terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode laten yang diperlihatka

oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV. Sebagian besar orang yang

terinfeksi HIV (65%) tetap menderita HIV / AIDS yang simptomatik dalam

waktu 10 tahun sesudah orang tersebut (Brunner & Suddarth,2010).

4. Manifestasi klinik

Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam yng

meyerupai flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainya berupa

penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula, berkeringat

malam, diare kronik, kelelahan, lmfadenopati. Beberapa ahli klinik telah

membagi bebepara fase infeksi HIV yaitu :

a. Infeksi HIV Stadum pertama


Pada fase pertama pembentukan antibody dan memungkinkan juga tejadi

gejala-gejala yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar

getah bening.

b. Persisten Generalized Lmfadenopati


Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal,

keringatan pada waktu malam atau kehilangan berat badan tanpa

penyebab yang jelas dan sariawan oleh jamur kandida di mulut.

c. AIDS relative complex (ARC)


virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan sehingga

mulai terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oeh

kekebalan tubuh. Disini penderita menunjukan gejala yang lemah, lesu,

demam, diare, yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan berlangsung

lama, kadang-kadang lebih dari satu tahun ditambah dengana gejala yang

sudah timbul pada fase kedua.

d. Full Blown AIDS


Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan

terhadap infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi

radang paru pneumocytik, sarcoma, Kaposi, herpes yang meluas,

tuberculosis oleh kuman opprtinistik, gangguan pada sistem saraf pusat,

sehingga penderita pikun sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan

lebih dari 3-4 tahun, biasanya mininggal sebelum waktunya.

5. Kriteria Diagnostik

Diagnostik AIDS di tegakkan bila ditemukan dua tanda, mayor dan satu

tanda minor tanpa penyebab lain, yaitu : (Price & Wilson, 2010).
a. Tanda Mayor
1. Penurunan berat badan lebih dari 10% berat badan semula.

2. Diare kronik lebih dari 1 bulan.

3. Demam menetap lebih dari 1 bulan itermitten dan konstan.

b. Tanda Minor
1. Bat menetap lebih dari 1 bulan.

2. Dermatitis generalisata.

3. Herpes zoster rekuren.

4. Infeksi herpes simpleks virus kronik progresif disseminate.

6. Pemeriksaan penunjang

a. Tes untuk diagnose infeksi HIV :

1) CD4 jumlah CD4 berhubungan langsung dengan infeksi oportunistik

yang dialami seseorang dengan HIV. Pemeriksaan CD4 disarankan

untuk dilakukan tiap 3-6 bulan pada semua pasien yang mengalami

infeksi HIV.

2) ELISA (darah, urin, saliva, semen, cairan vagina, cairan cereplospinal

dan urin) adalah pemeriksaaan untuk mengetahui adanya antibody

pada pasien HIV. Selama periode jendela hasil pemeriksaan ini

negatif.

3) Western Blot. Wb adalah konfirmasi untuk memastikan ada tidaknya

HIV.

4) Pemeriksaan P24.
b. Tes untuk deteksi gangguan sistem imun.

1. Hematokrit

2. LED

3. CD4 limfosit

4. Rasio CD4/CD limfosit

5. Serum mikroglobulin B2

6. Hemoglobulin

7. Penatalaksaan

a) Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi HIV

perlu dilakukan Pencegahan berarti tidak kontak dengan cairan tubuh

yang tercemar HIV.

b) Pengobatan pada infeksi umum

c) Penatalaksanaan diare

d) Penatalaksanaan nutrisi yang adekuat

e) Penanganan keganasan

f) Terapi antiretrovirus

g) Terapi imunomodulator (menghambat pertumbuhan virus dan

memuluhkan sistem imun)

h) Vaksin, memacu produk antibody dalam upaya mengahancurkan mikro

organism penyerang (vaksin terhadap HIV).

i) Terapi alternative : terapi spiritual, terapi nutrisi, terapi obat tradisional,

terapi tenaga fisik dan akupuntur, yoga, terapi massage, terapi sentuhan.
8. Pencegahan

HIV ditularkan melalui kontak seksual, injeksi perkutan terhadap darah

yang terkontaminasi atau perinatal dari infeksi ibu ke bayinya. Jalur

penelaran infeksi HIV serupa dengan infeksi Hepatitis B. Oleh karena itu,

hindari (Brunner & suddarth, 2010) :

a) Anal intercource/anal manipulation (homoseksual) dan akan meningkat

kemungkinan trauma pada mukosa rectum dan selanjutnya memperbesar

peluang untuk terkena virus HIV lewat secret tubuh.

b) Hubngan sekseal dengan pasangan yang berganti-ganti.

c) Hubungan heterokseksual dengan orang yang menderita infeksi HIV

d) Melalui pemakaian obat bius intravena terjadi lewat kontak langsung

darah dengan jarum dan sempit yang terkontaminasi. Meskipun jumlah

darah dalam sempit relative kecil, efek kumulatif pemakaian bersama

peralatan suntik yang sudah terkontaminasi tersebut akan meningkatkan

resiko penularan.

e) Darah dan produk darah, yang mencakup transfulasi yang diberikan pada

penderita hemophilia, dapat menularkan HIV kepada resipien

Berhubungan social dengan orang yang melakukan salah satu tindakan

diatas.
D. Konsep Dasar Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja atau ”adolescence” (inggris), berasal dari bahasa latin

“adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang

dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga

kematangan sosial dan psikologis. (Yuni, 2012: 10). Batasan usia remaja

menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah

antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10

sampai 19 tahun. (Yuni, 2012: 11)

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan

fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, adalah suatu periode masa pematangan

organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. (Yuni, 2012:

11)

Pubertas adalah proses dimana seseorang mencapai kematangan seksual

dan kemampuan untuk berproduksi. Terjadinya kematangan seksual atau

alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan system reproduksi, merupakan

bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian

khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat

akan menimbulkan prilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. (Yuni,

2012: 11)

2. Karakteristik Masa Remaja

Karakteristik perkembangan yang normal terjadi pada remaja dalam

menjalankan tugas perkembangannya mencapai identitas diri, antara lain;


menilai diri secara obyektif dan merencanakan untuk mengaktualisasikan

kemampuannya. Dengan demikian, menurut tim penulis poltekes depkes

(2010: 66) menyebutkan bahwa pada fase ini, seorang remaja akan:

a. Menilai rasa identitas pribadi

b. Meningkatkan minat pada lawan jenis

c. Menggabungkan perubahan seks sekunder kedalam citra tubuh

d. Memulai perumusan tujuan okupasional

e. Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga.

Hurlock (1994) mengemukakan berbagai ciri dari remaja sebagai berikut.

a. Masa remaja adalah masa peralihan.

Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan

berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi

seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Masa ini merupakan masa

yang sangat strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk

membentuk gaya hidup dan menentukan pola prilaku, nilai-nilai, dan

sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkannya.

b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan.

Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat; perubahan

prilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar yang

terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, peran, minat, pola prilaku

(perubahan sikap menjadi ambivalen).


c. Masa remaja adalah masa yang penuh masalah.

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal

ini terjadi karena remaja belum terbiasa menyelesaikan masalahnya

sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. Akibatnya, terkadang terjadi

penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

d. Masa remaja adalah masa mencari identitas.

Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya

dan apa peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama

dengan kebanyakan orang. Ia ingin memperlihatkan dirinya sebagai

individu, sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan

dirinya terhadap kelompok sebaya.

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan.

Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi,

tidak dapat dipercaya, cenderung berprilaku merusak, sehingga

menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi

kehidupan remaja. Stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke

dewasa menjadi sulit, karena orang tua yang memiliki pandangan seperti

ini akan selalu mencurigai remaja, sehingga menimbulkan pertentangan

dan membuat jarak antara orang tua dengan remaja.

f. Masa remaja sebagai masa yang tidak dewasa.

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca matanya

sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain, mereka
belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana yang ia

harapkan.

g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa

Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang

berkembang dan berusaha memberi kesan sebagai seseorang yang hampir

dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan

dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.

3. Perkembangan Remaja dan Ciri-cirinya

Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa remaja ada tiga tahap

(Yuni, 2012: 66), yaitu:

a. Masa remaja awal (10-12 tahun)


1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya

2) Tampak dan merasa ingin bebas

3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

dan mulai berfikir yang khayal (abstrak)

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)


1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri

2) Ada ketertarikan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis

3) Timbul perasaan cinta yang mendalam

4) Kemampuan berfikir abstrak makin berkembang

5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual

c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)


1) Menampakan pengungkapan kebebasan diri

2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif


3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya

4) Dapat mewujudkan perasaan cinta

5) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak

4. Perkembangan Remaja dan Tugasnya

Sesuai dengan tumbuh dan berkembangnya suatu individu dari masa

anak-anak sampai dewasa, individu memiliki tugas masing-masing pada

setiap tahap perkembangannya. Tugas pada setiap tahap perkembangannya

adalah bahwa setiap tahap usia individu mempunyai tujuan untuk mencapai

suatu kepandaian, keterampilan, pengetahuan, sikap dan fungsi tertentu

sesuai dengan kebutuhan pribadi. (Yuni, 2012: 12). Tugas perkembangan

remaja menurut Robert Y. Havighurst dalam bukunya Human Development

and Educational yang dikutip oleh Panut Panuju dan Ida Umami adalah:

a. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya, baik

dengan teman sejenis maupun dengan beda jenis kelamin.

Artinya para remaja memandang gadis-gadis sebagai wanita dan laki-

laki sebagai pria, menjadi manusia dewasa diantara orang-orang dewasa.

Mereka dapat bekerja sama dengan orang lain dengan tujuan bersama,

dapat menahan dan mengendalikan perasaan-perasaan pribadi, dan

belajar memimpin orang lain dengan atau tanpa dominasi.

b. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin

masing- masing.

Artinya mempelajari dan menerima peranan masing-masing sesuai

dengan ketentuan dan norma masyarakat.


c. Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah dan menggunakannya

seefektif mungkin.

d. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa

lainnya, tidak kekanak-kanakan lagi yang selalu terikat pada orang

tuanya. Membebaskan diri dari ketergantungan orang tua dan orang

lain.

e. Mencapai kebebasan ekonomi, merasa sanggup untuk hidup

berdasarkan usaha sendiri. ini sangat penting bagi laki-laki. Namun,

dewasa ini bagi kaum wanitapun tugas ini berangsur-angsur menjadi

tambah penting.

f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan dan jabatan, artinya

belajar untuk memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan bakat dan

mempersiapkan diri dengan jenis pekerjaan tersebut.

g. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah

tangga. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan

keluarga dan memiliki anak. Bagi wanita hal ini harus dilengkapi

dengan pengetahuan dan keterampilan bagaimana mengurus rumah

tangga dan mendidik anak.

h. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang

diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat. Maksudnya adalah

bahwa untuk menjadi warga Negara yang baik perlu memiliki

pengetahuan tentang hokum pemerintah, ekonomi, politik, geografi,

tentang hakikat manusia dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.


i. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat

dipertanggungjawabkan. Artinya adalah ikut serta dalam kegiatan-

kegiatan sosial sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab,

menghormati serta mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku dalam

lingkungannya, baik regional maupun nasional.

k. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakan-

tindakannya dan sebagai pandangan hidup.

Norma-norma tersebut secara sadar dikembangkan dan direalisasikan

dalam menetapkan kedudukan manusia dalam hubungannya dengan sang

pencipta, alam semesta dan dalam hubungannya dengan manusia-manusia

lain; membentuk suatu gambaran dunia dan memelihara harmoni antara

nilai-nilai pribadi yang lain.

Remaja, demikian papar Novita Pratiwi (2010: 1-12) merupakan masa

transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, namun tidak semua menyadari

bahwa pada masa remaja terjdi perubahan yang besar. Tugas-tugas yang

harus dipenuhi sehubungan dengan perkembangan seksualitas remaja

adalah:

a. Memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis

kelamin yang dapat diterima masyarakat.

b. Mengembangkan sikap yang benar tentang seks.

c. Menilai pola-pola perilaku hetero seksual yang dapat diterima

masyarakat.
d. Menetapkan nilai-nilai yang harus diperjuangkan dalam memilih

pasangan hidup.

e. Mempelajari cara-cara mengekspresikan cinta.

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung

diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui

konstruksi atau lebih dikenal dengan nama variable. Jadi variable adalah

simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep.

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah merupakan kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui

penilitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2010).

Berdasarkan penulisan tinjauan teoritis dilakukan survei maka disusun

kerangka konsep sebagai berikut :

Pengetahuan

Pencegahan HIV/ AIDS

Sikap
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif yaitu metode penelitian

yang dilakukan dengan tujuan membuat gambaran tentang suatu keadaan

secara objektif (Sugiyono, 2012). Jenis penelitian ini yaitu untuk

mendapatkan gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan

HIV / AIDS di SMAN I Poso.

B. Waktu dan lokasi penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN I Poso.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Merupakan kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup

penelitian (Sukmadinata 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa

dan siswi kelas I, II, III SMAN I Poso berjumlah 629 orang, kelas I berjumlah

228, orang laki-laki 93 orang, perempuan 135, kelas II berjumlah 187 orang

laki-laki 94, perempuan 93, orang kelas III berjumlah 214, laki-laki 95,

perempuan 119 orang.


2. Sampel

Merupakan bagian sampel yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Riduwan, 2010). Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah “ Simple Random

Sampling” yaitu pengambilan sampel secara acak. Jumlah sampel 209

orang diambil dengan menggunakan rumus pengambilan sampel menurut

Slovin (dalam Riduwan, 2006) adalah :

N
n=
1 + N (d)2

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

d = Persen kelonggaran ketiktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat di toleransi/ diinginkan, misalnya 5%.

629
n=
1+ 629 (0,05)2

629
=
1 + 629 (0,0025)
629
=
3
n = 209
Jumlah sampel yang diambil berdasarkan dari masing-masing bagian di

tentukan dengan rumus n = ( populasi kelas / jumlah populasi

keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan.

Kelas I : 228 / 629 x 209 = 76

Kelas II : 187 / 629 x 209 = 62

Kelas III : 214 / 629 x 209 = 71

Sehingga dari keseluruhan sampel kelas adalah 76 + 62 + 71 = 209

sampel

D. Variabel penelitian dan Devinisi Operasional

1. Variabel penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap tentang

pencegahan HIV-AIDS.

2. Devinisi operasional

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil tahu pola piker seseorang yang

mempunyai maksud dan tujuan tertentu.

Alat ukur : Kuesioner

Cara ukur : Pengisian kuesioner

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : Baik bila menjawab benar 76% - 100%

Cukup bila menjawab benar 56% - 75%

Kurang bila menjawab benar < 55%


b. Sikap
Sikap adalah suatu watak seseorang yang menggambarkan tingkah

laku dari orang tersebut.

Alat ukur : Kuesioner

Cara ukur : Pengisian kuesioner

Skala ukur : Nominal

Hasil ukur : Positif bila menjawab > Median

Negatif bila menjawab < Median

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang berjumlah 20

pertanyaan. Untuk pertanyaan positif berjumlah 10 dan negative berjumlah

10. Untuk pertanyaan positif bila responden menjawab benar diberi skor 1

dan bila responden menjawab salah diberi skor 0. Untuk pertanyaan

positif ada pada nomor 1, 2, 3, 7, 8, 10, 11, 12, 13, dan 14. Untuk

pertanyaan negative bila responden menjawab benar diberi skor 0 dan bila

menjawab salah diberi skor 1. Pertanyaan negative ada pada nomor 4, 5, 6,

9, 15, 16, 17, 18, 19 dan 20.

Untuk pernyataan sikap terdiri dari 10 soal dengan alternative jawaban

setuju dan tidak setuju pernyataan positif terdiri dari 5 item jawaban yang

sangat setuju di beri skor 5, setuju dengan skor 4, dan jawaban netral

(tidak pasti) diberi skor 3, dan tidak setuju diberi skor 2, sangat tidak

setuju diberi skor 1. Pertanyaan Negatif terdiri dari 5 item responden yang

menjawab sangat setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2 , netral (tidak
pasti) diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 4, dan jawaban sangat tidak

setuju diberi skor 5.

Pertanyaan positif berjumlah 5 soal yang terdiri dari nomor 5, 6, 7, 9,

dan 10. Pertanyaan negatif berjumlah 5 soal yang terdiri dari nomor 1, 2,

3, 4, dan 8.

Cara pengukuran sikap dengan menggunakan skala likert yang

mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidak setujuan terhadap

subjek dan objek ata kejadian tertentu.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan diambil dari data

yang diperoleh melalui catatan yang ada di SMAN I Poso yang menunjang

latar belakang dalam penelitian ini.

F. Pengolahan data

Agar data-data yang dikumpulkan menjadi data yang bermakna atau

berarti, maka data mentah tersebut perlu diolah terlebih dahulu sebelum

disajikan. Adapun tahap-tahap pengelolaan data yang akan dilakukan yaitu :

1. Editing

Editing adalah memeriksa kembali data-data yang dikumpulkan apakah

ada kesalahan atau tidak.

2. Coding

Coding adalah pemberian nomor kode atau bobot pada jawaban yang telah

diedit.
3. Tabulasi

Tabulasi adalah penyusunan atau perhitungan data berdasarkan variabel

yang diteliti.

4. Cleaning

Cleaning adalah membersihkan data dengan melihat variabel-variabel

yang digunakan apakah data-datanya sudah benar atau belum.

5. Describing

Describing adalah menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah

dikumpulkan.

G. Analisa data

Setelah data dikumpulkan, proses selanjutnya adalah analisa data

pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan dan penanganan HIV /

AIDS. Klasifikasi nilai untuk menentukan kategori pengetahuan dengan

menganalisa jawaban yang benar selanjutnya dimasukkan kedalam rumus :

1. Rumus Distribusi Frekwensi

F
P= X 100%
N

Keterangan :
P = presentase
F = Frekuensi / jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah sampel/ soal
2. Rumus Median

Median merupakan nilai observasi yang terletak ditengah-tengah setelah

seri pengamatan diurutkan terlebih dahulu menurut besar kecilnya (aray data).
Dengnan rumus sampel ganjil berikut :

N+1

209 + 1
Letak median = = 105
2

Keterangan : n = sampel.

H. Penyajian data

Setelah dilakukan pengelolaan data, selanjutnya data disajikan dalam

bentuk tabel dan narasi.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

SMA Negeri I Poso adalah sekolah menengah atas yang terletak di

Jalan Talasa No. 06 Kecamatan Poso Kota Utara Kabupaten Poso. SMA

Negeri I Poso mempunyai jumlah siswa sebanyak 629 yang terdiri dari 18

kelas. Kelas X jumlah siswa sebanyak 288, kelas XI jumlah siswa sebanyak

187,untuk kelas IPA jumlah siwa sebanyak 125, untuk Kelas IPS jumlah

siswa sebanyak 62, Kelas XII jumlah siswa sebanyak 214, untuk Kelas IPA

jumlah siswa sebanyak 120, dan Untuk Kelas IPS jumlah siswa sebanyak 94.

Fasilitas Pendukung yang dimiliki SMA Negeri I Poso adalah Laboratorium

IPA, Labolatorium TIK ( Teknik Informasi dan Komunikasi), Perpustakaan,

ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang OSIS (Organisasi Siswa Intra

Sekolah), ruang PMR ( Palang Merah Remaja), ruang TU (Tata Usaha),

ruang koperasi, lapangan olahraga, lapangan upacara, masjid dan kantin.

B. Hasil Penelitian

Pengetahuan dan Sikap remaja tentang pencegahan HIV-AIDS di

SMA Negeri I Poso di sajikan dalam table sebagai berikut :


1. Pengetahuan

Distribusi Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan

HIV/AIDS Di SMA Negeri I Poso

No Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 130 62

2 Cukup 48 23

3 Kurang 31 15

Jumlah 209 100

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan table diatas menunjukan bahwa dari 209 responden

yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 130 responden (62%), yang

mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 48 responden (23%) , dan yang

mempunyai pengetahuan Kurang tentang pencegahan HIV/ AIDS

sebanyak 31 responden (15%).

2. Sikap

Distribusi Sikap Remaja Tentang Pencegahan

HIV/ AIDS Di SMA Negeri I Poso

No Sikap Frekuensi %

1 Positif 120 57

2 Negatif 89 43

Jumlah 209 100

Sumber : Data Primer 2015


Berdasarkan table diatas menunjukan bahwa responden yang

memiliki sikap positif sebanyak 120 responden (57%), dan yang

memiliki sikap negative sebanyak 89 responden (43%).

3. Pengetahuan dan Sikap

Distribusi Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Pencegahan

HIV/AIDS Di SMA Negeri I Poso

Sikap

Pengetahuan Positif Negatif N %

n % n %

Baik 77 66 52 56 129 62

Cukup 23 20 24 26 47 22

Kurang 16 14 17 18 33 16

Total 116 100 93 100 209 100

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan table diatas menunjukan bahwa responden yang

memiliki pengetahuan baik sikap positif dan negatif berjumlah 129

responden (62%) dengan pengetahuan baik sikap positif sebanyak 77

responden, pengetahuan baik sikap negatif sebanyak 52 responden, yang

memiliki pengetahuan cukup sikap postif dan negatif berjumlah 47

responden (22%) dengan pengetahuan cukup sikap positif sebanyak 23

responden, pengetahuan cukup sikap negatif sebanyak 24, sedangkan


responden yang memiliki pengetahuan kurang sikap positif dan negatif

berjumlah 33 responden dengan pengetahuan kurang sikap positif

sebanyak 16 responden, pengetahuan kurang sikap negative sebanyak 17

responden.

C. Pembahasan

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni panca indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengtahuan

kognitif yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang

(Notoadmodjo 2010).

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa dari 209

responden yang memiliki pengetahuan baik tentang pencegahan HIV /

AIDS di SMA Negeri I Poso yaitu sebanyak 130 responden (62 %), yang

mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 48 responden (23%), dan yang

mempunyai pengetahuan kurang tentang pencegahan HIV / AIDS di

SMA Negeri I Poso sebanyak 13 responden (15%).

Pengetahuan responden dapat diperoleh dari pendidikan formal

seperti penyuluhan-penyuluhan, melihat media cetak dan elektronik.

Sedangkan pengetahuan yang cukup dan kurang disebabkan karena

kurangnya informasi yang mereka terima dan kurangnya motivasi dari


diri mereka untuk mengetahui hal tersebut. Hal ini sejalan dengan

pendapat Notoadmodjo (2010) mengatakan bahwa pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang ( Over Behavior), karena dari pengalaman dan

penellitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan.

2. Sikap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ternyata responden yang

memiliki sifat positif berjumlah 120 responden (57%), dan responden

yang memiliki sifat negatif berjumlah 89 responden (43%).

HIV / AIDS adalah salah satu penyakit yang dapat meyebabkan

kematian, oleh karena itu kalangan remaja sangat cepat dalam

mengambil sikap keputusan untuk menanggulanginya.

Menurut pendapat Notoadmodjo (2010) yang mengatakan bahwa

sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap bukan merupakan suatu

tindakan atau aktifitas , akan tetapi merupakan predisposisi tindakan

suatu perilaku.

3. Pengetahuan dan Sikap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan responden yang

memiliki pengetahuan baik sikap positif dan negatif berjumlah 129

responden (62%) dengan sikap positif sebanyak 77 responden, sikap

negatif sebanyak 52 responden, yang memiliki pengetahuan cukup sikap

postif dan negatif berjumlah 47 responden (22%) dengan sikap positif


sebanyak 23 responden, sikap negatif sebanyak 24, sedangkan responden

yang memiliki pengetahuan kurang sikap poditif dan negatif berjumlah

33 responden (16%) dengan sikap positif sebanyak 16, sikap negatif

sebanyak 17 responden.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri I

Poso maka penulis mencoba menyimpulkan bahwa dari 209 responden yang

mempunyai pengetahuan baik sebanyak 130 responden (62%), yang

mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 48 responden (23%) , dan yang

mempunyai pengetahuan Kurang tentang pencegahan HIV/ AIDS sebanyak

31 responden (15%). Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa responden

yang memiliki sikap positif sebanyak 120 responden (57%), dan yang

memiliki sikap negative sebanyak 89 responden (43%). Dan hasil penelitian

dari pengetahuan dan sikap menunjukan bahwa responden yang memiliki

pengetahuan baik sikap positif dan negatif berjumlah 129 responden (62%)

dengan sikap positif sebanyak 77 responden, sikap negatif sebanyak 52

responden, yang memiliki pengetahuan cukup sikap postif dan negatif

berjumlah 47 responden (22%) dengan sikap positif sebanyak 23 responden,

sikap negatif sebanyak 24, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan

kurang sikap poditif dan negatif berjumlah 33 responden (16%) dengan

sikap positif sebanyak 16, sikap negatif sebanyak 17 responden.

B. Saran

Berbagai keterbatasan dan kekurangan selama jalannya penelitian, maka

penulis memberikan saran sebagai berikut :


1. Bagi Responden

Diharapkan para remaja lebih aktif dan menyeluruh dalam mencari

infirmasi dari media yang ada, sehingga para remaja memilikki wawasan

dan pemahaman yang tinggi tentang HIV-AIDS agar terhindar dari resiko

– resiko terjadinya HIV-AIDS.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian lebih

mendalam dengan waktu yang lebih lama serta memperhatikan lebih

banyak variabel - variabel yang mempengaruhi misalnya pengruh bentuk

perilaku, sikap dan domain perilaku kesehatan.

3. Bagi Institusi

a. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah reverensi

penelitian khususnya tentang HIV – AIDS sehingga dapat digunakan

untuk memperluas pengetahuan dan sikap mahasiswa dalam

penelitian serupa.

b. Tempat Penelitian

Diharapkan sekolah dapat memberikan pendidikan kesehatan

yang lebih banyak kepada siswanya khususnya tentang HIV – AIDS

sehingga siswa mempunyai pengetahuan dan sikap yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Alce Baligomba, 2010. Tingkat Pengetahuan Pelajar Tentang HIV/AIDS Di


SMA Negeri 2 Poso Kabupaten Poso.

Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta :


Jakarta

Asri. 2013. Pengetahuan (http://www.blogspot.com diakses tanggal 20 Mei


2015)

Data Siswa – Siswi SMa Negeri 1 Poso 2015

Dinas Kesehatan Kab.Poso (2015), Profil Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah, 2010. Profil Dinas Kesehatan Sulawesi


Tengah

Eko khairul. 2013. Teori Tentang Sikap. (http://www.blogspot.com di akses


tanggal 20 Mei 2015)

Gunawan,2014. Statistik Kasus Hiv/Aids DiPalu. (http ://www.sultengpost.com

akses tanggal 20 Mei 2015)

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka CIpta : Jakarta

Riduwan, 2010. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula, Alfabeta : Bandung
.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Afabeta :
Bandung

Solihin.2014.Makalah Populasi Dan Sampel. (http://www.blogspot.com


diakses tanggal 20 Mei 2015)

Wagub. 2014. Penderita Hiv-Aids Di Sulteng. (http:// www.beritasatu.com di


akses tanggal 20 Mei 2015)

Witjaksono. 2014. Pengetahuan Remaja Soal Bahaya Aids Rendah


(http://www.antaranews.com di akses tanggal 20 Mei 2015 )

Yusuf.2014. Devinisi Tentang Aids-Hiv (http://www.blogspot.com di akses


tanggal 20 Mei 2015)
Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP PENULIS

I. Identitas
Nama : Mustafa
NIM : PO7120212 064
Tempat/Tangal Lahir : Poso, 27 Mei 1994
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : JL. ABD. Wahab Kec. Poso Kota
Selatan Kab. Poso
Nama Orang Tua
Ayah : Usman Dilla
Ibu : Mujiati

II. Riwayat Pendidikan


1. Tamat Sekolah Dasar Negeri 21 Tahun 2006
2. Tamat Sekolah Tsanawiyah Poso Kota Tahun 2009
3. Tamat Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Poso Kota Tahun 2012
4. Terdaftar Sebagai Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Palu Jurusan Program Studi Keperawatan Poso Angkatan XII
Tahun 2012
Lampiran 4

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Hairul

NIM : PO 7120212 034

Jurusan/prodi : Keperawatan Poso

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini benar-benar

asli karya saya sendiri bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran

orang lain, saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apa bila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan KTI ini hasil

jiplakan, maka saya akan menerima sangsi terhadap perbuatan saya.

Poso,26 Januari 2016

Penulis

Mustafa
Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Dengan penuh kerendahan hati diharapkan dapat membantu peneliti dalam


pengisian kuesioner ini. Kuesioner ini tidak akan di publikasikan karena itu
responden dapat menjawab dengan bebas sesuai dengan yang di ketahui oleh
responden.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Menyetujui untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh :

Nama : Mustafa

NIM : PO 7120212 064

Alamat : JL. ABD. Wahab Kec. Poso Selatan Kota Kab. Poso.

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden sehubungan dengan peneliti


tentang “ Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Pencegahan HIV / AIDS
Di SMA Negeri I Poso ”

Demikian persetujuan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Poso,26 Januari 2016

Responden
Lampiran 6

KUESIONER

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PENCEGAHAN


HIV/AIDS DI SMAN I POSO
A. Identitas responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

B. Pengetahuan

Beri tanda ( ) pada pertanyaan dibawah bila anda anggap benar dan beri

tanda ( ) pada jawaban yang dianggap salah.

NO PERTANYAAN BENAR SALAH


1 HIV merupakan penyebab terjadinya AIDS
2 Perilaku seks bebas merupakan pencetus terjadinya
terjadinya penyakit AIDS.
3 AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit karena
menurunnya system kekebalan tubuh.
4 Penyakit AIDS biasanya tidak menunjukkan gejala.
5 Penyakit AIDS merupakan penyakit yang tidak
menular.
6 Lelaki homoseksual tidak beresiko tertular penyakit
AIDS.
7 Penyakit AIDS bukan merupakan penyakit turunan.
8 AIDS hanya menyerang orang dewasa saja.
9 Partner seks dari penderita AIDS tidak beresiko
tertular.
10 Penurunan berat badan lebih dari 10% merupakan
tanda dari penyakit AIDS.
11 Penderita AIDS sering mengalami dieare yang
berkepanjangan.
12 HIV bisa tertular melalui pemakaian jarum suntik
secara bergantian.
13 Pengguna narkoba beresiko untuk terkena AIDS.
14 AIDS belum dapat disembuhkan.
15 HIV menular tidak melalui cairan tubuh manusia.
16 HIV dapat dicegah dengan tidak menganut perilaku
seks bebas.
17 HIV tidak termasuk penyakit yang menyebabkan
kematian.
18 Pencagahan HIV yaitu tidak menggunakan jarum
suntik secara bergantian.
19 HIV tidak menyerang anak-anak.
20 HIV tidak menular melalui sentuhan dengan
penderita.

C. Sikap
Beri tanda ( ) pada pertanyaan dibawah bila anda anggap benar dan beri

tanda ( ) pada jawaban yang dianggap salah.

NO PERNYATAAN SS S N TS ST
S
1 Sesama pengidap HIV-AIDS boleh berhubungan
seks.
2 Seseorang boleh berhubungan seks jika
pasangannya telah mengidap HIV-AIDS.
3 Seorang pengidap penyakit HIV-AIDS tidak boleh
berbaur dengan orang yang sehat.
4 Seorang pengidap HIV-AIDS tidak boleh menikah
dengan orang yang sehat.
5 Orang yang mengidap HIV-AIDS harus
ditempatkan diruangan khusus (rehabilitasi).
6 Orang yang mengidap HIV-AIDS harus diberi
semangat untuk berjuang hidup.
7 Setiap orang pengidap HIV-AIDS dapat berteman
dengan semua orang.
8 Seorang Pengidap HIV-AIDS tidak boleh serumah
dengan orang sehat.
9 Memberikan motifasi kepada orang yang mengidap
penyakit HIV-AIDS.
10 Memperlakukan pengidap HIV-AIDS dengan baik
dan tidak mengucilkannya dari lingkungan tempat
tinggalnya.
Ket : S : Setuju TS : Tidak Setuju
ST : Sangat Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

N : Netral ( Tidak pasti )


Lampiran 8

ANGARAN BELANJA

Angaran Biaya Selama Penyusunan

Proposal Dan Karya Tulis Ilmiah

Laporan biaya/anggaran yang dikeluarkan selama penyusunan karya tulis ilmiah :

1. Pengadaan bahan program proposal/materi. Rp.150.000

2. Transportasi. Rp.50.000

3. Pengetikan proposal. Rp.50.000

4. Pengadaan proposal. Rp.50.000

5. Pengadaan konsumsi ujian proposal. Rp.150.000

6. Pengetikan hasil akhir KTI Rp. 100.000

7. Penggandaan dan jilid Rp.150.000

8. Pengadaan konsumsi ujian KTI Rp.300.000

Jumlah Rp. 1.000.000

Anda mungkin juga menyukai