Anda di halaman 1dari 123

PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA ASUHAN


KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL DI
RSUD MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH

HALAMAN JUDUL

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program Pendidikan


Diploma III Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu
Jurusan Keperawatan Program Studi D-III Keperawatan Poso

Oleh :
ADHE FITRI FEBRIANTI LAMATO
NIM: PO0220216002

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU


J U R U S A N K E P E R A W A T A N
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN POSO
TAHUN 2019

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

Rahmatnya-Nya sehingga penulis diberikan kesehatan dan kelancaran dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah studi kasus yang berjudul “Penerapan Terapi

Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Isolasi Sosial Di RSUD Madani

Provinsi Sulawesi Tengah” ini bisa terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Kepada kedua orang tua saya, Bapak saya Ridwan Wangke dan Ibu saya

Fatmawaty DG Manasa SE yang telah membesarkan dan mendidik saya sehingga

menjadi seperti sekarang. Selalu mendukung dan memberikan nasihat agar saya

selalu sabar dan ikhlas selama penyusunan proposal ini. Untuk itu penulis

mengucapkan terimakasih banyak dari berbagai pihak yang telah membantu

penulis, Kepada :

1. Nasrul, SKM.M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Palu.

2. Selvi Alfrida M, S.Kep.M.Si selaku Ketua Jurusan Keperawatan

3. Abdul Malik Lawira, S.Kep.Ns.M.Kes selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Poso, Pembimbing akademik yang selalu memberi motivasi

dalam menyelesaikan pendidikan dan juga sebagai Pembimbing 1 yang selalu

sabar, tidak pernah Lelah memberikan masukan dan bimbingannya.

4. Dafrosia Darmi Manggasa. S.Kep,Ns.M,Biomed Sebagai pembimbing 2 yang

telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan proposal ini.

iv
5. Direktur RSUD Madani Provinsi Sulawesi tengah dan Staf yang telah

membantu dalam pengambilan data awal.

6. Bapak/Ibu dan Tenaga Kependidikan Program Studi Keperawatan Poso yang

selama ini telah banyak memberikan bantuan kepada penulis

7. Kepada sahabat-sahabat saya Dian Nurvitasari, Dewi Ayu Astuti, Siti

Nurhalizah, Miftahuljannah, Misnawati Dewi yang telah memberikan

dukungan, motivasi dan selalu menemani dalam senang maupun susah, Dan

Abd Hair Mondo yang selalu setia mendengarkan keluh kesah saya,

khususnya teman-teman seangkatan 2016 yang selalu menyemangati dan

memberikan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang

di miliki penulis maka Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat di harapkan

penulis untuk di jadikan sebagai perbaikan dalam penyusunan hasil penelitian.

Poso,25 Juli 2019


Penulis

Adhe Fitri Febrianti

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................i


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................. Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI .................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ ix
ABSTRAK ..................................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3

C. Tujuan Studi Kasus ................................................................................. 4

D. Manfaat Studi kasus ................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................6


A. Tinjauan Tentang Gangguan Jiwa ......................................................... 6

B. Tinjauan tentang isolasi sosial ................................................................ 9

C. Tinjauan tentang Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) ..... 20

D. Tinjauan tentang Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial ........................ 25

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 48


A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 48

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 48

C. Subjek Studi Kasus ............................................................................... 48

D. Fokus Studi ............................................................................................ 48

E. Definisi Operasional .............................................................................. 49

F. Pengumpulan Data ................................................................................ 49

vi
G. Etika Penelitian ..................................................................................... 49

BAB IV ........................................................................................................................ 49
A. Hasil ............................................................. Error! Bookmark not defined.

B. Hasil Penelitian ............................................ Error! Bookmark not defined.

C. Data Asuhan Keperawatan ................................................................... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 53


A. Kesimpulan ............................................................................................ 53

B. Saran ...................................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 95

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan........................................................................30

Tabel 2.2 Tindakan Keperawatan SP...................................................................33

Tabel 4.1 Implementasi Bina hubungan Saling Percaya.....................................55

Tabel 4.2 Analisa Data........................................................................................62

Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan.....................................................................64

Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan SPTK.....................................................70

Tabel 4.5 Implementasi Keperawatan TAKS.....................................................80

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Biodata

Lampiran 2 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3 : Informed Consent

Lampiran 4 : Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Jiwa

Lampiran 5 : Penjelasan sebelum penelitian

Lampiran 6 : Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 7 : Standar Operasional Prosedur

Lampiran 8 : Rencana Biaya

Lampiran 9 : Observasi TAKS

Lampiran 10 : Keaslian Penulisan

Lampiran 11 : Dokumentasi

ix
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN POSO

Lamato, Adhe Fitri Febrianti : “Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok


Sosialisasi terhadap kemampuan sosialisasi pada asuhan keperawatan klien
dengan isolasi sosial Di RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah.” Karya Tulis
Ilmiah yang dibimbing oleh : (1) Abdul Malik Lawira. (2) Dafrosia Darmi
Manggasa.

ABSTRAK

Ix + 106 Halaman + 7 Tabel + 2 Gambar+ 11 Lampiran

Latar Belakang : Jumlah Penderita Gangguan jiwa di indonesia mencapai


282,654 jiwa, Di Sulawesi Tengah sendiri gangguan Jiwa mencapai 3.055 Jiwa.
Pada Tahun 2018 jumlah Penderita Gangguan jiwa di RSUD Madani Provinsi
Sulawesi Tengah Sebanyak 1.094 orang. Dari seluruh Klien Skizofrenia di
perkirakan 45% mengalami masalah keperawatan Isolasi Sosial.Seseorang dengan
isolasi sosial tidak mendapatkan perawtan lebih lanjut akan menyebabkan
masalah seperti Halusinasi, Harga Diri Rendah, Defisit Perawatan Diri, dan
Resiko Perilaku Kekerasan. Penatalaksanaan yang di berikan pada pasien Isolasi
Sosial selain dengan terapi individu juga dengan pemberian terapi modalitas salah
satunya TAKS Tujuan : Memberikan asuhan keperawatan secara holistik serta
menerapkan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan
Sosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial Di RSUD Madani Provinsi Sulawesi
Tengah. Jenis Penelitian : deskriptif dengan pendekatan studi kasus.
SubyekPenelitian : Klien jiwa yang mengalami Isolasi Sosial Rumah Sakit
Daerah Madani Palu. Hasil Penelitian : Klien dapat memperkenalkan diri dan
mampu mengungkapkan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain,
mampu berkenalan dengan satu orang atau lebih, setelah di lakukan 4x TAKS
Selama 45 Menit pasien mampu memperkenalkan jati diri, menanyakan jati diri
teman kelompok, menanyakan kehidupan pribadi teman kelompok dan mampu
menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadinya. Kesimpulan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan dengan TAKS, gangguan isolasi sosial teratasi.
Saran : agar dapat lebih meningkatkan asuhan keperawatan jiwa khususnya
dalam melaksanakan strategi pelaksanaan dengan terapi modalitas pada pasien
dengan Isolasi Sosial karena berdampak sangat baik.

Kata Kunci : Studi Kasus Isolasi Sosial, Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah salah satu faktor utama bagi manusia untuk

melakukan segala aktivitas sehari – hari, selain kesehatan rohani dan juga

kesehatan jasmani sangat di butuhkan oleh manusia dalam mendukung

pelaksanaan segala kegiatan dan aktivitas.

Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan, sehat jiwa tidak

hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang di

butuhkan oleh semua orang. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak di

anggap sebagai gangguan yang tidak menyebabkan kematian secara

langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan

individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku

yang dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif.

Kesehatan jiwa menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang

signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut WHO (2017) di dunia

sekitar 450 juta orang mengalami Gangguan jiwa, lebih dari 440 orang

dengan gangguan depresi, 360 orang dengan gangguan kecemasan, 21 juta

orang dengan gangguan skizofrenia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor

biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka

jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada

1
2

penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk

jangka panjang.

Skizofrenia adalah salah satu gangguan kejiwaan yang di akibatkan

oleh pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya yang di tandai dengan

gangguan utama terhadap pikiran, emosi, prilaku serta kehilangan

kesadaran (Damaiyanti, 2012). Skizofrenia terbagi menjadi tiga : paranoid,

hebeperenik, dan katatonik. Salah satu masalah keperawatan yang biasa

dialami pasien dengan skizofrenia yaitu isolasi sosial (Damaiyanti, 2012).

Menurut Riskesdas (2018) di Indonesia jumlah orang dengan

gangguan jiwa skizofrenia sebanyak 282,654, berdasarkan tempat tinggal

di perkotaan orang dengan gangguan jiwa sebanyak 155,248, di pedesaan

sebanyak 127,406. Gangguan jiwa di Sulawesi Tengah pada tahun 2018

yaitu sebanyak 3.055 (Riskesdas, 2018).

Pada tahun 2017 Jumlah penderita gangguan jiwa Rawat Inap di

RSUD Madani Palu sebanyak 1.190 orang, dan tahun 2018 gangguan jiwa

menurun sebanyak 1.094 orang , jumlah gangguan jiwa terbanyak dengan

diagnosa medis Skizofrenia tahun 2017 sebanyak 1.012 orang, dan tahun

2018 sebanyak 850 orang, berdasarkan data RSUD Madani palu pasien

dengan diagnosa keperawatan Isolasi Sosial diruangan salak tahun 2017

sebanyak 72 orang, tahun 2018 pasien gangguan jiwa Isolasi sosial 33

orang. (Rekam Medis RSUD Madani, 2017 & 2018)

Dari seluruh klien skizofrenia di perkirakan 45% di antaranya

mengalami Isolasi Sosial. Isolasi Sosial adalah keadaan dimana seorang


3

individu mengalami gangguan dalam berinteraksi dan tidak ingin

berkomunikasi dengan orang lain (Yosep & Suitini, 2014)

Seseorang dengan masalah isolasi sosial lebih menyukai berdiam

diri, menghindar dari orang lain, dan pasien mengatakan hubungannya

tidak berarti dengan orang lain, isolasi sosial yang tidak mendapatkan

perawatan yang lebih lanjut dapat menyebabkan masalah seperti :

Halusinasi, Harga diri Rendah, Defisit perawatan Diri, Resiko Perilaku

Kekerasan (Kelliat, dkk. 2011).

Penatalaksanaan keperawatan isolasi sosial selain dengan terapi

individu juga dengan pemberian terapi modalitas salah satunya yaitu terapi

aktivitas kelompok sosialisasi (Kelliat, dkk. 2011).

Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas

yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai

masalah keperawatan yang sama (Kelliat, B.A & Akemat. 2005). Aktivitas

di gunakan sebagai terapi dan kelompok di gunakan sebagai target asuhan.

Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung,

saling membutuhkan dan menjadikan tempat klien berlatih perilaku baru

yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif (Stuart

And Sundeen, 2006).

Keuntungan yang di peroleh dari terapi aktifitas kelompok meliputi

dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan masalah,

meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan uji realita

(reality testing) pada klien dengan gangguan realita (Surya, 2012).


3

Menurut (Kelliat, B.A & Akemat. 2005) tujuan Terapi Aktivitas

Kelompok Sosialisasi adalah pasien dapat meningkatkan hubungan sosial

dalam kelompok secara bertahap. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Maulidah (2015) membuktikan terapi aktivitas kelompok

sosial memiliki pengaruh dalam meningkatkan interaksi sosialisasi pada

pasien dengan isolasi sosial di RSJ Menur Surabaya tahun 2015. Penelitian

lain yang di lakukan Berhimpong, dkk (2016) juga membuktikan adanya

pengaruh yang signifikan terhadap penerapan latihan sosialisasi terhadap

kemampuan berinteraksi klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.

V. L. Ratumbuysang Menado.

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, memiliki tanggung

jawab untuk mengatasi masalah pasien yaitu dalam mengatasi masalah

isolasi sosial dengan menggunakan terapi modalitas. Berdasarkan uraian

tersebut, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang “Penerapan

Terapi Aktivitas Kelompok sosialisasi terhadap kemampuan sosialisasi

pada asuhan keperawatan pasien dengan isolasi sosial di RSD Madani

Palu”

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Asuhan Keperawatan Pasien

Dengan Isolasi Sosial Di RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah?


4

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan keperawatan secara holistik serta menerapkan

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan

Sosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial Di RSUD Madani Provinsi

Sulawesi Tengah.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian secara komprehensif pada pasien

dengan isolasi sosial Di RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah.

b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

isolasi sosial Di RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah.

c. Dapat menentukan intervensi keperawatan pada pasien dengan

isolasi sosial Di RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah.

d. Dapat melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan

isolasi sosial Di RSUD Madani Provinsi Sulawesi tengah, salah

satunya adalah penerapan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

e. Dapat melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan isolasi

sosial Di RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah.

D. Manfaat Studi kasus

a. Bagi Rumah Sakit

Dapat memberikan informasi sehingga dapat dijadikan acuan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan di RSUD Madani Provinsi Sulawesi

Tengah
5

b. Bagi Institusi

Memberikan informasi mengenai hasil penelitian dan sebagai

tambahan untuk bahan bacaan pada perpustakaan Poltekkes Kemenkes

Palu khususnya Program Studi Keperawatan Poso.

c. Peneliti

Memperoleh pengetahuan dalam mengimplementasikan

pengalaman di lapangan tentang “penerapan Terapi Aktivitas

Kelompok sosialisasi (TAK) terhadap kemampuan sosialisasi pasien

isolasi sosial” .

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bahwa

penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding dengan penelitian

lainnya yang berkaitan dengan “penerapan Terapi Aktivitas Kelompok

sosialisasi (TAK) terhadap kemampuan sosialisasi pasien isolasi sosial”

sehingga dapat dikembangkan dengan lebih luas.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Gangguan Jiwa

1. Definisi Gangguan Jiwa

Gangguan Jiwa adalah suatu keadaan dimana seorang individu

yang mengalami gangguan secara fisik maupun mental (Masyarudin,

2017). Gangguan jiwa adalah Gangguan cara berfikir (cognitive),

kemauan (volition), emosi (affective), tindakan (psikomotor) kumpulan

dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan

dengan fisik maupun dengan mental (Maramis, 2015).

Menurut lestari, (2014) gangguan jiwa adalah kondisi fisiologi

dan mental yang terganggu sehingga berpengaruh pada kehidupan

sehari-hari.

2. Penyebab Gangguan jiwa

Menurut lestari, (2014) ada 2 faktor penyebab terjadinya

gangguan jiwa yaitu faktor predisposisi dan faktor pencetus. keduanya

sangat berpengaruh terhadap timbulnya gangguan jiwa.

a. Faktor predisposisi terdiri dari berbagai faktor seperti faktor

genetik, kelainan fisik pada otak yang terjadi sejak lahir dan

keadaan keluarga yang tidak harmonis semasa anak-anak.

1) Faktor Genetik, diturunkan dari Orang tua.

2) Faktor Fisik berupa kerusakan otak, dari ringan sampai berat.

6
7

3) Faktor Psikososial, selama masa perkembangan mental,

deprivasi maternal (berpisah dari ibu), penyimpangan dalam

berkomunikasi, serta berada pada keluarga yang tidak

harmonis.

b. Faktor pencetus adalah keadaan yang berhubungan secara langsung

pada kejadian fisik maupun psikologis yang menyebabkan

timbulnya gejala-gejala gangguan jiwa. faktor pencetus terbagi

menjadi 2, yaitu :

1) Stres fisik : stres yang di sebabkan oleh zat-zat beracun berupa

obat-obatan, infeksi virus sistemik, hal ini akan mempengaruhi

fungsi kerja otak.

2) Stres psikologis : stres yang di sebabkan oleh lingkungan

sekitar berupa hubungan yang tidak baik dengan keluarga atau

sodara, teman, atau orang-orang terdekat. Hal ini akan

menyebabkan depresi.

3. Ciri-ciri Gangguan Jiwa

Ciri-ciri gangguan jiwa menurut Suliswati (2012) adalah sebagai

berikut :

a. Individu tidak mampu melakukan kewajiban sehari-hari secara

mandiri seperti menjaga kebersihan diri dan sosialisasi.

b. Individu akan menarik diri, terisolasi dari teman-teman dan

keluarga, dan tidak akan bersosialisasi dengan lingkungan.

c. Individu akan berespon adaptif dalam menghadapi stress.


8

4. Penangan pada gangguan jiwa

Menurut suliswati (2012) penanganan pada penderita gangguan

jiwa dapat emnggunakan beberapa terapi antara lain :

a. Terapi psikofarmakologi

Penangan dengan cara ini adalah dengan memberikan

obat-obatan medis yang akan ditunjukan pada gangguan fungsi

neuro transmiter sehingga gejala-gejala klinis dapat di

hilangkan.

b. Psikoterapi

Penangan dengan cara ini adalah untuk memberikan

dorongan, semangat, dan motivasi agar penderita tidak merasa

putus asa, dan mengembalikan daya pikir dan daya ingat

pasien.

c. Terapi psikososial

Terapi yang di lakukan agar pasien mampu kembali

beradaptasi dengan lingkungan dan mampu merawat dirin

sendiri.

d. Terapi psikoreligius

Terapi yang dilakuan dengan berutujuan pada keagamaan,

terapi ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembayang,

berdoa.
9

e. Rehabilitasi

Terapi yang di lakukan institusi dengan Terapi Aktivitas

Kelompok Sosialisasi yang bertujuan membebaskan penderita

dari stres dan dapat membantu pasien untuk beradaptasi

dengan lingkungan nantinya.

B. Tinjauan tentang isolasi sosial

1. Pengertian

Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu

mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu

berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya (Damaiyainti,2008).

Isolasi social juga merupakan kesepian yang dialami oleh

individu dan di rasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan

sebagai pernyataan negatif atau mengancam (Stuart, 2006).

2. Rentang respon hubungan sosial

Menurut Stuart (2006) bahwa manusia adalah makhluk sosial,

untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina

hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina

saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara

ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan.


10

Gambar 2.1 Rentang Respon Isolasi Sosial

Respon adaptif Respon psikososial respon maladaptive


Menyendiri kesepian manipulasi
Otonomi menarik diri impulsif

Kebersamaan ketergantungan Narkisisme


Saling ketergantungan Isolasi Sosial
Sumber : Stuart (2006)

a. Respon adaptif

Respon yang dapat di terima norma – norma sosial budaya yang

berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika

menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.

1) Menyendiri : Merupakan respon yang di butuhkan seseorang untuk

merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan

suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah

selanjutnya.

2) Otonomi : Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan

menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

3) Kebersamaan (mutualisme) : Mutualisme adalah suatu kondisi

dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu

untuk saling memberi dan menerima.


11

4) Saling ketergantungan (intedependen) : Merupakan kondisi saling

ketergantungan antar individu dengan orang lain dalam membina

hubungan interpersonal.

b. Respon psikososial meliputi :

1) Kesepian : Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dan

terasing dilingkungannya.

2) Menarik diri adalah percobaaan untuk menghindari interaksi dengan

orang lain

3) Ketergantungan (dependen) : Terjadi bila seseorang gagal

mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk

berfungsi secara sukses, pada gangguan hubungan sosial jenis ini

orang lain di perlakukan sebagai objek, hubungan pada masalah

pengendalian orang lain dan individu cenderung berorientasi pada

diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.

c. Respon Maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan

masalah yang menimpang dari norma- norma sosial budaya dan

lingkungan, adapu respon maladaptif meliputi :

1) Manipulasi : Merupakan gangguan gubungan sosial yang terdapat

pada individu yang menggangap orang lain sebagai objek. Individu

tersebut tidak dapat membina hubungan secara mendalam.

2) Impulsif Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu,

tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat di andalkan, dan

penilaian yang buruk.


12

3) Narkisisme : Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang

rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan

dan pujian, sikap egosentri, pencemburu, marah jika orang lain

tidak mendukung.

4) Isolasi social : Merupakan suatu keadaan di mna seseorang

menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka

dengan orang

3. Perkembangan hubungan sosial

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) di kembangkan oleh Mustika sari

(2002) untuk mengembangkan hubungan sosial positif, setiap tugas

perkembangan sepanjang daur kehidupan di harapkan di lalui dengan

sukses sehingga kemampuan membina hubungan sosial dapat

menghasilkan kepuasan dari individu.

a. Bayi

Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan

kebutuhan biologisnya. Bayi umumnya menggunakan komunikasi yang

sangat sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya. Konsisten ibu

dan anak seperti simulasi sentuhan, kontak mata, komunikasi yang

hangat merupakan aspek penting yang harus di bina sejak dini karena

akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar.

Kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi melalui ketergantungan

pada orang lain akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri sendiri dan

orang lain, serta menarik diri.


13

b. Pra sekolah

Meterson menamakan masa antara 18 bulan dan 3 tahun adalah

taraf pemisahan pribadi. Anak pra sekolah mulai memperluas hubungan

sosialnya di luar keluarga khususnya ibu. Anak menggunakan

kemampuan berhubungan yang telah di miliki untuk berhubungan

dengan lingkungan di luar keluarga. Dalam hal ini anak membutuhkan

dukungan dan bantuan dari keluarga khususnya pemberian pengakuan

positif terhadap perilaku anak yang adaptif. Hal ini merupakan dasar

anatomi anak yang berguna untuk mengembangkan kemampuan

hubungan interdependen. Kegagalan dalam membina hubungan dengan

teman sekolah, kurangnya dukungan guru, dan pembatasan serta

dukungan yang tidak konsisten dari orang tua mengakibatkan frustasi

terhadap kemampuannya, putus asa, merasa tidak mampu dan menarik

diri dari lingkungan.

c. Anak-anak

Anak-anak mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri

dan mulai mengenal lingkungan yang lebih luas, dimana anak mulai

membina hubungan dengan teman-temannya. Pada usia ini anak mulai

mengenal bekerja sama, kompetisi, kompromi. Konflik sering terjadi

dengan orang tua karena pembatasan dan dukungan yang tidak

konsisten. Teman dengan orang dewasa di luar keluarga (guru, orang

tua, teman) merupakan sumber pendukung yang penting bagi anak.


14

d. Remaja

Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan teman

sebaya dan sejenis dan umumnya mempunyai sahabat karib. Hubungan

dengan teman sangat tergantung sedangkan hubungan dengan orang tua

mulaI interdependen.

Kegagalan membina hubungan dengan teman dan kurangnya

dukungan orang tua akan mengakibatkan keraguan identitas,

ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan rasa percaya diri yang

kuarng.

e. Dewasa muda

Pada usia ini individu mempertahankan hubungan interdependen

dengan orang tua dan teman sebaya. Individu belajar mengambil

keputusan dengan memperhatikan saran dan pendapat orang lain,

seperti memilih pekerjaan, memilih karir, dan melangsungkan

pernikahan.

Kegagalan individu dalam melanjutkan sekolah, pekerjaan,

pernikahan, akan mengakibatkan individu menghindari hubungan intim,

menjahui orang lain, putus asa dengan karir.

f. Dewasa tengah

Individu pada dewasa tengah umumnya telah pisah tempat tinggal

dengan orang tua, khususnya individu yang telah menikah. Jika ia telah

menikah maka peran menjadi orang tua dan mempunyai hubungan antar
15

orang dewasa merupakan situasi tempat menguji kemampuan hubungan

interdependen.

Kegagalan pisah tempat tinggal dengan orang tua, membina

hubungan yang baru, danmendapat dukungan dari orang dewasa lain

akan mengakibatkan perhatian hanya tertuju pada diri sendiri,

produktivitas dan kreativitas berkurang, perhatian pada orang lain

berkurang.

g. Dewasa lanjut

Pada masa individu akan mengalami kehilanagan, baik itu

kehilangan fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman sebaya dan

pasangan), anggota keluarga (kematian orang tua). Individu tetap

memerlukan hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Individu

yang mempunyai perkembangan yang baik dalam menerima kehilangan

yang terjadi pada kehidupannya dan mengakui bahwa dukungan orang

lain dapat membantu dalam menghadapi kehilangannya.

Kegagalan pada masa ini dapat menyebabkan individu merasa

tidak berguana, tidak dihargai dan hal ini dapat menyebabkan individu

menarik diri dan rendah diri.

h. Etiologi

Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladatif.

Menurut Stuart dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang

spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan

interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:


16

1) Faktor predisposisi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:

a) Faktor perkembangan

Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus

dilalui individu dengan sukses karena apabila tugas

perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat

masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat

pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam

menjalani hubungan dengan orang lain. Rasa

ketidakpercayaan dapat mengembangkan tingkah laku curiga

pada orang lain maupun lingkungan dikemudian hari.

b) Faktor biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung

gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan

pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang

menderita skizofrenia.

c) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan

merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan yang

berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-

norma yang salah dianut oleh satu keluarga seperti anggota

tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.


17

d) Faktor Presipitasi

Stressor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat

ditimbulkan oleh faktor internal maupun eksternal, meliputi:

1) Stressor sosial budaya

Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan

dalam berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas

keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang

dicintai kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian

karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau

dipenjara.

2) Stressor biokimia

a) Teori dopamine : kelebihan dopamine pada

mesokortikal dan mesolimbik serta tractus saraf

dapat merupakan indikasi terjadinya skizoferenia.

b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam

darah akan meningkatkan dopamine dalam otak.

Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai

enzim yang menurunkan dopamin maka

menurunnya MaO dapat merupakan indikasi

terjadinya skizofrenia.

c) Faktor endokrin : jumlah FSH dan LH yang rendah

ditemukan pada klien skizofrenia. Demikian pula

prolaktin mengalami penurunan karena dihambat.


18

i. Tanda dan gejala

Menurut Mustika Sari (2002) tanda dan gejala klien dengan isolasi

soisal,yaitu:

1) Kurang spontan

2) Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)

3) Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih)

4) Afek tumpul

5) Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri

6) Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap

7) Cakap dengan klien lain atau perawat

8) Mengisolasi (menyendiri)

9) Klien tampak memisahkan diri dari orang lain

10) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkugan sekitar

11) Pemasukan makanan dan minuman terganggu

12) Retensi urine dan feses

13) Ktivitas menurun kurang energi (tenaga)

14) Harga diri rendah

15) Posisi janin saat tidur

16) Menolak hubungan dengan orang lain.Klien memutuskan

percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap


19

4. Batasan karakteristik klien dengan isolasi sosial menurut Stuart, (2006),

dibagi menjadi dua, yaitu objektif dan subjektif:

a. Objektif

1) Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting

2) Perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan

3) Afek tumpul

4) Bukti kecacatan

5) Ada didalam subkultur

6) Sakit

7) Tindakan tidak berarti

8) Tidak ada kontak mata

9) Dipenuhi dengan pikiran sendiri

10) Menunjukkan permusuhan

11) Tindakan berulang

12) Afek sedih

13) Ingin sendirian

14) Tidak komunikatif

15) Menarik diri

b. Subjektif

1) Minat yang tidak sesuai dengan perkembangan

2) Mangalami perasaan berbeda dari orang lain

3) Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain

4) Tidak percaya diri saat berhadapan dengan public


20

5) Mengungkapkan perasaan yang didorong oleh orang lain

6) Mengungkapkan perasaan penolakan

7) Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat

8) Menungkapkan nilai yang tidak dapat diterima oleh kelompok

kultural yang dominan

5. Akibat Isolasi sosial

a. Gangguan sensori persepsi:halusinasi

b. Risiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri,orang lain,lingkungan dan

verbal).

c. Defisit perawatan diri

C. Tinjauan tentang Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)

a. Definisi

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) : sosialisasi adalah upaya untuk

memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah pasien dengan masalah

hubungan sosial (keliat & prawirosiyono, 2014). Terapi Aktivitas

Kelompok sosialisasi (TAKS) dilaksanakan dengan membantu pasien

melakukan sosialisasi dengan teman yang ada di sekitar pasien.

Sosialisasi dapat di lakukan juga secara bertahap (satu dan satu),

kelompok dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam

kelompok.

b. Jenis-jenis Terapi Aktivitas Kelompok

Menurut (Kelliat & Prawirosiyono, 2014) jenis terapi aktivitas

kelompok secara umum terdiri dari 4 yaitu :


21

1) Terapi Aktivitas kelompok Stimulasi Kognitif atau Presepsi

2) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori

3) Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita

4) Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

c. Komponen Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Menurut (Kelliat, 2005) komponen kelompok terdiri dari delapan

aspek, yaitu sebagai berikut :

1) Struktur kelompok

Struktur kelompok menjelaskan batasan komunikasi, proses

pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok.

Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan

pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok di atur dengan

adanya pemimpin di anggota, arah komunikasi di pandu oleh

pemimpin, sedangkan keputusan di ambil secara bersama.

2) Besaran kelompok

Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil

yang anggotanya berkisar 5-12 orang (Keliat & Akemat, 2005).

Anggota kelompok yang terlalu banyak akibatnya tidak semua

anggota mendapatkan kesempatan mengungkapkan perasaan,

pendapat dan pengalamannya, jika terlalu kecil tidak cukup variasi

informasi dan interaksi yang terjadi. pada penelitian yang telah

digunakan adalah menurut teori keliat dan Akemat yaitu sebanyak 12

orang.
22

3) Lamanya sesi

Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-45 menit bagi fungsi

kelompok (Kelliat, 2005). Biasanya dimulai dengan pemanasan

berupa orientasi, tahap kerja, dan finishing berupa terminasi.

Banyak sesi terutama pada tujuan kelompok, dapat satu kali atau dua

kali perminggu atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.

4) Komunikasi

Tugas terpenting kelompok yang terpenting adalah

mengobservasi dan menganalisa pola komunikasi dalam kelompok.

Pemimpin menggunakan umpan balik untuk memberi kesadaran

pada anggota kelompok terhadap dinamika yang terjadi.

5) Peran kelompok

Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam

kelompok, peran yang aktif dalam kelompok dan menyelesaikan

masalah.

6) Kekuatan kelompok

Kekuatan adalah kemampuan anggota kelompok dalam

mempengaruhi berjalannya kegiatan kelompok.

7) Norma kelompok

Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok.

Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk mengetahui

pengaruhnya terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok.


23

8) Kekohesifan

Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama

dalam mencapai tujuan.

d. Tujuan TAK sosialisasi

Menurut ( Kelliat & Prawirowiyono, 2014) tujuan umum terapi

Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah pasien dapat meningkatkan

hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap dan tujuan khususnya

adalah :

1) Pasien mampu memperkenalkan diri

2) Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok

3) Pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok

4) Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan

5) Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi

pada orang lain

6) Pasien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan

TAKS yang telah dilakukan.

e. Indikasi dan Kontra indikasi TAKS

Adapun indikasi dan kontra indikasi Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi ( Depkes RI (2012) adalah

1. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh Terapi

Aktivitas kelompok Sosialisasi kecuali mereka yang masih dalam

masa yang akut, sering diam, mudah bosan.


24

2. Klien yang sudah koperatif, memiliki diagnosa keperawatan yang

sama

f. Aktivitas TAKS

Dalam melakukan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi terdapat

4 orang yang berperan penting yaitu : Leader, Coleader, Fasilitator,

dan Observer. Leader sebagai pemimpin jalannya TAKS (Terapi

Aktivitas Kelompok Sosialisasi), Coleader bertugas untuk membantu

leader, Fasilitator memberikan stimulus pada pasien agar terlibat dalam

proses TAKS (Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi), Observer

sebagai pengamat jalannya TAKS (Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi).

TAKS (Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi) berlangsung selama

45 menit yang di lakukan 2x seminggu yang terdiri dari empat sesi :

sesi 1: cara berdiri dan memperkenalkan diri yaitu peserta menyebutkan

nama lengkap, nama panggilan, hobi. sesi 2: cara berkenalan yaitu

menyebutkan salam, nama, nama panggilan, dan hobi anggota

kelompok yang ada di sebelah klien. sesi 3: cara bercakap-cakap yaitu

bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada di

sebelah dengan cara : memanggil nama panggilan, menanyakan

kehidupan pribadi. sesi 4: cara membicarakan topik tertentu yaitu

giliran untuk menyampaikan suatu topik yang ingin di bicarakan

misalnya cara mencari teman dan membicarakan topik tertentu.

aktivitas ini bertujuan untuk melatih kemampuan sosialisasi pasien.


25

Pasien yang di indikasikan mendapat Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi adalah pasien yang mengalami gangguan hubungan sosial

dan sudah koperatif.

D. Tinjauan tentang Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial

1. Pengkajian

a. Faktor predisposisi

Faktor-faktor predisposisi terjadinya gangguan hubungan sosial,

adalah:

1) Faktor perkembangan

a. Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu memiliki tahap

perkembangan tersendiri yang harus terpenuhi sehingga tidak

terjadi gangguan dalam hubungan sosial.

b. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang

perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang

percaya bahwa individu yang mempunyai masalah ini adalah

orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dan orang tua.

2) Faktor Biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan

jiwa. Berdasarkan hasil penelitian, pada penderita skizofrenia 8%

kelainan pada struktur otak, seperti atrofi, pembesar

ventrikel,penurunan berat dan volume otak serta perubahan

struktur limbic diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

3) Faktor Sosial Budaya


26

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan

sala satu akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan

terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat

yang tidak produktif.

Isolasi dapat terjadi karena norma, perilaku, dan sistem nilai

yang berbeda dan kelompok budaya mayoritas. Harapan yang

tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang

berkaitan dengan gangguan ini.

4) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga

a. Gangguan komunikasi dalam keluarga Merupakan faktor

pendukung untuk Terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.

Dalam teori ini termasuk masalah komunikasi yang tidak jelas

yaitu suatu keadaan dimana seseorang anggota keluarga

menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu

bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang

menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar

keluarga.

b. Stessor Presipitasi

Stressor presipitasi pada umumnya mencakup kejadian

kehidupan yang penuh stress seperti kehilangan yang

mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan

dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Stressor

presipitasi dapat dikelompokkan dalam kategori:


27

1. Stressor sosial budaya dapat ditimbulkan oleh beberapa

faktor antara faktor lain dan faktor keluarga seperti

menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang

yang berarti dalam kehidupannya, misalnya dirawat

dirumah sakit.

2. Stressor psikologi merupakan tingkat kecemasan yang

tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan

individu untuk berhubungan dengan orang lain. Interaksi

kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai

terbatasnya kemampuan individu mengatasi masalah

diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan

berhubungan (isolasi sosial)

c. Perilaku

Adapun perilaku yang biasa muncul pada isolasi sosial

berupa kurang spontan, apatis (kurang acuh terhadap

lingkungan), ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih),

afek tumpul. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan

diri, komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak

bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat, mengisolasi

ciri (menyendiri).

Klien tampak memisahkan diri dan orang lain, tidak atau

kurang sadar terhadap lingkungan sekitar. Pemasukan

makanan dan minuman terganggu, retensi urin dan feses,


28

aktivitas menurun, kurang energi (tenaga), harga diri rendah,

posisi janin saat tidur, menolak hubungan dengan orang lain.

Klien memutuskan percakapan atau pergi jika di ajak

bercakap-cakap.

d. Sumber koping

Sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial

maladaptif termasuk keterlibatan dalam hubungan yang luas di

dalam keluarga maupun teman, menggunakan kreativitas untuk

mengekspresikan stres interpersonal seperti kesenian, musik,

atau tulisan.

e. Mekanisme defensive

Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi

kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang

mengancam dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada

isolasi soisal adalah regresi, represi, dan isolasi.

1. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah

lain

2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang

tidak dapat diterima, secara sadar dibendung supaya jangan

tiba dikesadaran

3. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang

mengakibatkan timbulnya kegagalan defensif dalam


29

menghubungkan perilaku dengan motivasi atau

pertentangan antara sikap dan perilaku.

2. Pohon Masalah

Efect Resiko gangguan Persepsi Sensori Halusinasi

Core Problem Isolasi Sosial

Cause Harga Diri Rendah Kronik

(Stuart, 2006)

Gambar 2.2 Pohon masalah

3. Diagnosa keperawatan

Diangnosa keperawsatan yang diangkat adalah :

a. Isolasi Sosial

b. Harga Diri Rendah Kronik


30

c. Risiko Gangguan Presepsi Sensori : Halusinasi

4. Fokus Intervensi

Intervensi Keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk

membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke

tingkat yang di inginkan dalam hasil yang di harapkan, Adapun

Intervensi Keperawatan Isolasi Sosial Sebagai berikut :

Tabel 2.1 Intervensi keperawatan

Perencanaan

Tgl Diagnosa Kriteria Intervensi


Tujuan
Evaluasi

Isolasi Klien dapat Dalam 1. Berikan salam


Sosial membina berinteraksi setiap berinteraksi
hubungan saling klien dapat 2. Perkenalkan nama,
percaya dengan menunjukan nama panggilan
perawat. tanda-tanda perawat dan tujuan
percaya pada perkenalan
perawat : perawat.
1. Wajah 3. Tanyakan nama
cerah, dan nama
tersenyum panggilan
2. Mau
kesukaan klien.
berkenalan
3. Ada kontak 4. Tunjukkan sikap
mata jujur dan menepati
4. Menerima janji setiap kali
kehadiran berinteraksi.
perawat 5. Tanyakan perasaan
5. Bersedia dan masalah yang
menceritak
31

an dihadapi klien.
perasaanny 6. Dengarkan
a ungkapan perasaan
klien dengan
empati.

Klien dapat Klien dapat 1. Diskusikan


mengetahui menyebutkan bersama klien
keuntungan dan keuntungan pentingnya
kerugian dan kerugian berinteraksi
Berinteraksi berinteraksi dengan orang lain
dengan orang dengan orang 2. Dorong klien
lain lain dalam 2 untuk
kali menyebutkan cara
pertemuan, berkenalan
dengan c 3. Diskusikan Fungsi
kriteria dalam berinteraksi
evaluasi : dngan orang lain.
1. Dapat 4. Bantu klien
menyebutk mengungkapkan
an cara car berkenalan dan
berkenalan memperkenalkan
diri
5. Beri reinforcement
positif setelah
klien mampu
mengungkapkan
keuntungan
berinteraksi
dengna orang lain
Klien dapat Diharapkan 1. Motivasi klien
mempraktekkan klien mampu untuk mau
cara berkenalan mempraktekka memperkenalkan
dengan satu n cara diri
orang berkenalan 2. Sediakan
dengan satu lingkungan yang
orang dalam aman dengan
waktu 2 kali memastikan
32

pertemuan : koping yang


1. klien dapat efektif bagi klien..
berkenalan dan 3. Bimbing klien
memperkenalk dengan bantuan
an diri minimal.
4. Bimbing klien
untuk berkenalan
dengan satu orang
5. Anjurkan klien
untuk berbicara
yang sopan
6. Monitor fungsi
kemampuan klien
saat berkenalan.
7. Evaluasi
kemampuan
berkenalan klien.
Beri reinforcement
8. Ingatkan klien
untuk tetap
berbincang-bicang
dengan orang di
sekitar klien.
9. Anjurkan klien
untuk
meningkatkan cara
berkenalan yang
benar.
10. Bantu klien
sampai klien
benar-benar
mampu
berinteraksi secara
mandiri.
Klien mampu Diharapkan 1. Monitor
mempraktikkan klien mampu kemampuan klien
cara berkenalan berkenalan untuk Berinteraksi
dengan dua dengan dua
2. Ciptakan
orang atau lebih orang atau
lebih dalam 4 lingkungan yang
kali menyenangkan
pertemuan. selama waktu
pertemuan: berinteraksi
1. berkenalan 3. Pastikan posisi
secara mandiri klien dalam posisi
33

nyaman saat
berinteraksi
4. Berikan bantuan
fisik sesuai
kemampuan.
5. Bimbing klien
cara berinteraksi
dengan benar dan
tepat.
6. Awasi klien
selama kegiatan
Berinteraksi.
7. Anjurkan klien
untuk memulai
percakapan
dengan sopan.
8. Anjurkan klien
untuk tetap
memberikan salam
sesuai dengan
agama masing-
masing.
9. monitor dan
evaluasi
kemampuan klien
selama kegiatan
berinteraksi.
10. Berikan
reinforcement
setelah klien
mampu berintarksi
dengan baik,

Sumber : Damaiyanti & Iskandar 201

5. Strategi Pelaksanaan
34

Menurut Damaiyanti (2008), Penatalaksanaan Isolasi Sosial dapat

dilakukan pendekatan strategi pelaksanaan (SP). Strategi Pelaksaan

tersebut adalah :

Tabel 2.2 Tindakan Keperawatan

Pasien Keluarga
No.
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial 1. Mendiskusikan
pasien. masalah yang
2. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan dirasakan keluarga
berinteraksi dengan orang lain. dalam merawat
3. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian pasien.
berinteraksi dengan orang lain. 2. Menjelaskan
4. Mengajarkan klien cara berkenalan dengan pengertian, tanda
satu orang. dan gejalah isolasi
5. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan sosial yang dialami
latihan berbincang-bincang dengan orang lain klien beserta proses
dalam kegiatan harian. terjadinya.
3. Menjelaskan cara-
cara merawat klien
dengan isolasi
sosial.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. 1. Melatih keluarga
2. Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikkan cara
mempraktikan cara berkenalan dengan satu merawat klien
orang. dengan isolasi
3. Membantu klien memasukkan kegiatan latihan sosial.
berbincang-bincang dengan orang lain dalam 2. Melatih keluarga
kegiatan harian. mempraktikkan cara
merawat langsung
kepada klien isolasi
35

sosial.
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. 1. Membantu keluarga
2. Memberikan kesempatan kepada klien membuat jadwal
mempraktikkan cara berkenalan dengan dua aktivitas di rumah
orang atau lebih. termasuk minum
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal obat (dischange
kegiatan harian. planing).
2. Menjelaskan follow
up klien setelah
pulang.

Sumber : Damaiyanti & Iskandar 2012

6. Tindakan Keperawatan untuk pasien Isolasi Sosial ( Damaiyanti &

Iskandar 2008)

a. Membina hubungan saling percaya

1. Mengucapkan salam setiap berinteraksi dengan pasien

2. Berkenalan dengan pasien : perkenalkan nama dan nama panggilan

yang perawat sukai serta tanyakan nama dan nama panggilan

3. Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini

4. Buat kontrak asuhan : apa yang akan dilakukan bersama pasien,

berapa lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana

5. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang

diperoleh untuk kepentingan terapi

6. Setiap saat tunjukan rasa empati pada pasien


36

7. Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

b. Melatih pasien cara berinteraksi dengan orang lain, perawat dapat

melakukan tahapan tindakan yang meliputi :

1. Mengidentifikasi Penyebab Isolasi Sosial pasien

2. Menjelaskan keuntungan berinteraksi sosial

3. Menjelaskan kerugian berinteraksi sosial

4. Melatih pasien mepraktekkan cara berkenalan dengan satu orang

c. Melatih pasien cara berkenalan dengan satu orang, perawat dapat

melakukan tahapan tindakan meliputi :

1. Menjelaskan cara berkenalan dengan baik dan benar

2. Menjelaskan cara perkenalan diri

3. Mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang

d. Melatih pasien cara berkenalan dengan dua orang atau lebih, perawat

dapat melakukan tahapan tindakan meliputi :

1. Evaluasi kembali cara berkenalan engan satu orang

2. Praktekkan berkenalan dengan dua orang atau lebih

e. Memasukan pasien yang sudah koperatif dan mau berkomunikasi ke

dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi, Perawat dapat

melakukan tahapan tindakan meliputi :

1. Dalam sesi 1 melatih pasien cara memperkenalkan diri.

2. Dalam sesi 2 melatih pasien cara berkenalan

3. Dalam sesi 3 melatih pasien cara bercakap-cakap

4. Dalam sesi 4 melatih pasien cara membicarakan topik tertentu


37

7. Strategi Pelaksanaan tindakan keperawatan (SPTK)

Dalam menerapkan intervensi keperawatan Isolasi Sosial perlu di

rumuskan strategi tindakan keperawatan yang berisi proses keperawatan

pasien dan strategi komunikasi sebagai pedoman intervensi keperawatan

Isolasi Sosial. Adapun Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan Isolasi

sosial sebagai berikut :

a. Strategi komunikasi Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP)

1. Fase Orentasi

a. Salam Terapeutik

“ Selamat Pagi pak!” Perkenalkan saya perawat A, biasa di

panggil A, saya mahasiswa poltekkes Poso. Saya praktek disini

mulai dari hari ini dan saya bertugas untuk merawat bapak.

Kalau boleh tahu nama bapak siapa? Senang di panggil siapa?

Boleh saya berbicara dengan bapak

b. Validasi

“ Bagaimana perasaan bapak hari ini ?”

c. Kontrak

1) Topik

“ Senang ya bisa berkenalan dengan bapak hari ini,

bagaimana kalau kita berbincang-bincang untuk lebih

saling mengenal sekaligus tentang keadaan bapak?”

2) Waktu
38

“ berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-

bincang dengan saya? Bagaimana kalau 15 menit saja?

3) Tempat

“ di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Ya

sudah... di ruangan ini saja kita berbincang-bincang...”

4) Tujuan

“Agar bapak dengan saya dapat saling mengenal sekaligus

saya tau keadaan bapak sekarang bagaimana.”

2. Fase kerja

“baiklah pak, kalau boleh tau kenapa bapak di bawah kemari?, oh

jadi begitu, apa bapak tau apa keuntungan berinteraksi dengan

orang lain? Bagaimana kalau suster ajar cara berkenalan dengan

orang lain?”

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang

tadi?”

b. Tindak Lanjut

“yaa.. bapak tadi kita tadi kita sudah berbincang-bincang

mengenai keadan bapak dan baimana kalau nanti kita

berbincang bincang mengenai keuntungan berinteraksi dan cara

berkenalan dengan orang lain?“

c. Kontrak yang akan datang


39

1) Topik

“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita

akan berbincang-bincang lagi tentang keuntungan

berinteraksi dan cara berkenalan dengan orang lain?

2) Waktu

“besok saya datang kembali jam 10:00, berapa lama bapak

punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok?

Bagaimana kalau 15 menit saja?”

3) Tempat

“ di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya

besok? Ya sudah... diruangan ini saja kalau begitu”.

b. Strategi Komunikasi SP1P

1. Fase Orentasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat Pagi bapak!” masih ingat dengan saya? Benar pak!

saya suster A...

b. Validasi

“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”

c. Kontrak

1) Topik

“sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan

berbincang-bincang tentang keuntungan dan kerugian

berintraksi dan juga cara berkenalan dengan orang lain...”


40

2) Waktu

“berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang

dengan saya? Bagaimana kalau 15 menit saja?

3) Tempat

“di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Ya

sudah... di ruangan ini saja kita berbincang-bincang...”

2. Fase kerja

“bapak”, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan

bapak siapa? Menurut bapak apa keuntungan berinteraksi dengan

orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain?

Kalau bapak tidak tahu saya akan memberitahukan keuntungan dari

berinteraksi dengan orang lain yaitu bapak punya banyak teman,

saling menolong, saling bercerita, dan tidak selalu sendirian.

Sekarang saya akan mengajarkan bapak cara berkenalan, begini

pak. “selamat pagi, kenalkan nama saya N, hobi main bola, asal

dari poso, nama bapak siapa?, hobi bapak apa?, asal bapak dari

mana?”. Coba bapak praktekan yang saya ajarlkan tadi. Bagus...

bapak dapat mempraktekkan apa yang saya ajarkan tadi.. bagaiman

kalau kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain di masukkan

kedalam jadwal kegiatan harian?

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi

1) Evaluasi Subyektif
41

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang

tadi?”

2) Evaluasi Objektif

“coba bapak ceritakan kembali keuntungan berinteraksi dan

kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain?”

b. Tindak Lanjut

“tadi saya sudah menjelaskan keuntungan dan kerugian tidak

berinteraksi dengan orang lain dan cara berkenalan yang benar.

Saya harap bapak dapat mencobanya bagaimana berinteraksi

dengan orang lain!“

c. Kontrak yang akan datang

1) Topik

“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita

akan berbincang-bincang lagi tentang jadwal yang telah kita

buat dan mempraktekkan cara berkenalan dengan orang

lain?

2) Waktu

“besok saya datang kembali jam 10:00, berapa lama bapak

punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok?

Bagaimana kalau 15 menit saja?”

3) Tempat

“ di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya


42

besok? Ya sudah... bagaimana kalau besok kita

melakukannya di teras depan saja?

c. Strategi Komunikasi SP2P

1. Fase Orentasi

a. Salam Terapeutik

“ Selamat Pagi bapak!” masih ingat dengan saya? Benar pak!

saya suster A”

b. Validasi

“ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan yang

kemarin saya ajarkan?

c. Kontrak

1) Topik

“ sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan

mempraktekkan bagaimana cara berkenalan dengan satu

orang”

2) Waktu

“ sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan

melakukannya selama 15 menit... bagaimana menurut

bapak?

3) Tempat

“kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di

teras depan... apakah bapak setuju


43

2. Fase kerja

“sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak

perlihatkan kepada saya bagaimana cara berkenalan dengan orang

lain? Hebat... bapak dapat melakukannya dengan baik... sekarang,

mari kita melakukannya dengan satu orang yang bapak belum

kenal!! Bagus... bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan

sesuai dengan apa yang saya ajarkan.. bagaimana kalau kegiatan

berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal di masukkan

kedalam jadwal kegiatan harian?

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang

tadi? Siapa nama orang yang bapak ajak berkenalan tadi?”

b. Evaluasi Objektif

“pasien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya

sebanyak 1 orang”

c. Tindak Lanjut

“bapak saat saya tidak ada bapak dapat melakukan hal seperti

yang bapak lakukan tadi dengan orang yang belum bapak

kenal... kemudian bapak ingat nama yang pernah bapak ajak

kenalan atau bisa ibu catat di buku saat berkenalan.”

d. Kontrak yang akan dating

1) Topik
44

“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita

akan melakukan interaksi/ berkenalan dengan orang lain

sebanyak 2 orang atau lebih”

2) Waktu

“sebentar sore saya datang kembali jam 16:30, berapa lama

bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya

besok? Bagaimana kalau 15 menit saja?”

3) Tempat

“ di mana bapak bisa melakukannya besok? Ya sudah...

bagaimana kalau besok kita melakukannya di tempat ini

lagi?...

selamat siang pak!!!”

d. Strategi Komunikasi SP3P

1. Fase orentasi

a. Salam Terapeutik

“ Selamat Pagi pak!” masih ingat dengan saya? Benar pak! saya

suster A...

b. Validasi

“ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan yang

kemarin bapak lakukan?”

c. Kontrak

1) Topik
45

“ sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini bapak akan

melakukan interaksi dengan orang lain sebanyak 2 orang

atau lebih pada orang yang tidak bapak kenal atau orang

baru...”

2) Waktu

“ sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan

melakukannya selama 15 menit... bagaimana menurut

bapak?

3) Tempat

“kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di

teras... apakah bapak setuju?”

2. Fase kerja

“sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak

perlihatkan kepada saya bagaimana cara berkenalan dengan orang

lain? Hebat... bapak dapat melakukannya dengan baik... sekarang,

mari kita melakukannya dengan orang lain yang bapak tidak kenal

sebanyak 2 orang atau lebih!! Bagus... bapak dapat mempraktekkan

dengan baik dan mulai berkembang dalam berinteraksi dengan

orang lain.. bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang

lain yang baru dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan

harian?

3. Fase Terminasi
46

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang

tadi? Siapa-siapa saja nama orang yang ibu ajak berkenalan

tadi?”

b. Evaluasi Objektif

“pasien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya

sebanyak 3 orang”

c. Tindak Lanjut

“nah.. saat saya tidak ada, bapak dapat melakukannya hal seperti

yang bapak lakukan tadi dengan orang yang baru bapak kenal...

kemudian bapak ingat nama yang pernah bapak ajak kenalan

atau bisa bapak catat di buku saat berkenalan.”

d. Kontrak yang akan datang

“baiklah... pertemuan hari ini kita akhiri. Besok saya tidak

datang lagi ya pak...? hari ini terakhir saya dinas di ruangan ini.

Sama-sama pak”. “Permisi pak”.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif

dengan pendekatan studi kasus. Penelitian studi kasus ini adalah

mengeksplorasi suatu masalah keperawatan yang di batasi oleh waktu dan

tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau

individu yang di observasi selama 14 hari.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Ruangan Salak RSUD Madani Provinsi

Sulawesi Tengah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian Dilaksanakan Pada Bulan Juni 2019 Selama 14 hari.

C. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus penelitian ini yaitu pasien jiwa dengan masalah

keperawatan isolasi sosial yang sudah koperatif dan mau berkomunikasi

diruangan Salak RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah.

D. Fokus Studi

Fokus studi dalam penelitian studi kasus ini yaitu Penerapan Terapi

Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Sosialisasi.

47
48

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penilitian yang menjelaskan

bagaimana penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap

Kemampuan Sosialisasi Pada Asuhan keperawatan Pasien Dengan Isolasi

Sosial.

1. Asuhan Keperawatan pasien dengan Isolasi Sosial Penerapan asuhan

keperawatan yang di berikan secara langsung adalah pada pasien yang

mengalami Isolasi Sosial di mulai dari pengkajian, merumuskan

diagnosa, menyusun intervensi, melakukan implementasi dan evaluasi

keperawatan.

2. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi:

Terapi Aktivitas kelompok Sosialisasi merupakan upaya untuk

meningkatkan kemampuan sosialisasi pada pasien Isolasi sosial dan

dengan masalah keperawatan yang sama yang bertujuan untuk

membantu pasien dalam bersosialisasi. dalam melakukan terapi dapat

menggunakan beberapa alat yaitu : Bola, Speaker, Buku catatan dan

pulpen, Papan nama, Jadwal harian pasien. jumlah peserta 7 orang,

waktu yang di butuhkan selama 45 menit.

3. Kemampuan Sosialisasi

Kemampuan sosialisasi merupakan suatu keadaan dimana pasien dapat

bersosialisasi dengan orang lain. Kemampuan yang di miliki pasien

seperti : Pasien mampu memperkenalkan diri, Pasien mampu


49

berkenalan dengan orang lain, Pasien mampu untuk bercakap-cakap,

Pasien mampu membicarakan topik tertentu.

4. Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan

orang lain di sekitarnya.

F. Pengumpulan Data

1. Data Primer

a. Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk melakukan pengkajian

yaitu anamnesis identitas pasien, keluhan utama serta riwayat

penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu klien.

b. Observasi

Penulis dapat memantau atau menilai langsung tingkah laku

yang di milki klien seperti pasien menyendiri, acuh tak acuh terhadap

lingkungan, ekspresi sedih, kontak mata kurang, serta penulis tetap

memantau tanda-tanda vital maupun fisik pasien.

c. Pemeriksaan Fisik

Melalui pemeriksaan fisik, dapat diperoleh data menggunakan

panca indra ( lihat, dengar, raba, cium ) yaitu seperti tekanan darah,

suhu, frekuensi nadi, pernafasan, edema dan berat badan.


50

2. Data sekunder

Penulis mengambil data dari buku status klien, atau catatan

keperawatan untuk di analisa sebagai yang mendukung masalah.

G. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus memahami prinsip-

prinsip etika dalam penelitian, karena penelitian yang akan di lakukan

menggunakan subjek manusia, dimana setiap manusia mempunyai hak

masing-masing yang tidak bisa di paksa. Beberapa etika dalam melakukan

penelitian di antaranya adalah :

1. Informent consent (persetujuan menjadi klien)

Informent contet adalah suatu persetujuan atau sumber izin, yang

di berikan setelah mendapatkan informasi atau pernyataan

pasien/keluarga yang berisi persetujuan atas rencana tindakan medis

yang di anjurkan setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat

penolakan.

2. Anonimity ( tanpa Nama)

Anonimity adalah kiasan yang menggambarkan seorang tanpa

nama atau tanpa identitas pribadi. dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan istilah Anonimity di pakai untuk menyembunyikan

identitas pasien. contoh: nama klien anak sevila, dapat

pendokumentasian asuhan keperawatan nama klien di tulis dalam

istilah yaitu An.S


51

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality (kerahasiaan) adalah pemecahan bagi mereka

yang tidak berkepentingan dapat mencapai informasi, hubungan data

yang di berikan ke pihak lain untuk keperluan tertentu dan hanya di

perbolehkan untuk keperluan tertentu.

4. Prinsip autonomi

Prinsip autonomi di dasarkan pada keyakinan bahwa individu

mampu berfikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. tidak

ada paksaan ataupun ancaman. kesediaan berasal dari keputusan klien

setelah di jelaskan prosedur dan tujuan dari pemberian tindakan

keperawatan yang akan di lakukan.

5. Prinsip Beneficience

Prinsip Beneficience berarti hanya mengerjakan sesuatu yang

baik. kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau

kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan

kebaikan oleh diri dan orang lain. Dalam penelitian ini di harapkan

tindakan keperawatan yang di berikan kepada klien untuk mencegah

terjadinya kerusakan kulit karena kurangnya monitoring perawat.

6. Prinsip Non Maleficience

Prinsip Non Maleficience adalah prinsip yang berarti segala

tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien Isolasi Sosial dan

tidak menimbulkan bahaya/cedera secara fisik dan psikologi


52

7. Prinsip justice

Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat

bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan

keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan

kesehatan.tidak memilih pasien berdasarkan status sosial,RAS suku

dan agama dalam memberikan tindakan keperawatan


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan selama 14 hari pada tanggan 11

juni – 24 juni 2019 di RSUD Madani Palu. RSUD Madani terletak Jln.

Thalia Konci No.11 Kelurahan Mamboro Kec. Palu utara, provinsi

sulawesi tengah. RSUD Madani merupakan Rumah Sakit tipe B yang di

pimpin oleh Direktur Utama dr. Nirwansyah Parampasi, Sp. PA

menempati area seluas 92.010 m2, Pelayanan yang ada untuk rawat jalan

dengan gangguan jiwa yaitu poli jiwa, konsultasi psikolog, konsultasi ahli

jiwa tumbuh kembang anak, rawat inap dengan beberapa ruangan, akut

(sawo), ruangan tenang pasien laki-laki yaitu salak, srikaya, untuk pasien

perempuan ruangan langsat, dan anggur.

B. Karakteristik Pasien
Hasil penelitian ini menjelaskan tentang gambaran pelaksanaan asuhan

keperawatan pada klien dengan isolasi sosial yang telah di laksanakan di

ruangan Salak Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palu pada tanggal 10-

22 juni 2019. Gambaran asuhan keperawatan yang telah peneliti lakukan

meliputi pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan,

merumuskan intervensi keperawatan selain dengan terapi individu juga

dengan pemberian terapi modalitas salah satunya yaitu terapi aktivitas

kelompok sosialisasi, melakukan implementasi keperawatan sampai

dengan melakukan evaluasi keperawatan.

53
54

C. Data Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian

Sebelum melakukan pengkajian pada pasien untuk mendapatkan

data, terlebih dahulu dilakukan tindakan Bina Hubungan Saling

Percaya ( BHSP ), dengan strategi pelaksanaan sebagai berikut

1. Fase Orientasi

“Assalamualaikum, pak?” “Pak nama saya Adhe Fitri, saya

mahasiswa Poltekkes Poso. Saya senang dipanggil Fitri. Saya dinas

disini selama 1 minggu dan saya yang akan merawat bapak. Kalau

tahu nama bapak siapa? Senang dipanggil apa? Boleh saya

berbincang-bincang dengan bapak? Tujuannya agar kita saling

mengenal. Waktunya 10 menit , bagaimana pak?”.

2. Fase Kerja

“Bapak sudah berapa lama di sini ? “ “ Apa yang bapak rasakan saat

ini ?” “Bapak tinggal dimana ?” “Apakah bapak sudah menikah ?”

“Apakah bapak tahu kenapa bapak berada di sini?” “Selama bapak

berada di sini, apakah ada keluarga bapak yang dating

mengunjungi?”

3. Fase terminasi

“Pak tadi kita sudah berbincang-bincang tentang kegiatan bapak dan

berkenalan yaa pak! Bagaimana perasaan bapak? Nah pak tadi kita

sudah berkenalan, bapak masih ingat dengan saya? Ya bagus. Bapak

juga sudah mau menceritakan nama bapak? Dan apa yang bapak

rasakan saat ini? Pak apa bila ada hal yang ingin disampaikan boleh
55

bapak ceritakan kepada saya, agar kita dapat memecahkan masalah

bersama” “Pak sekitar jam 15.30 WITA saya akan datang lagi ya

pak! Untuk berbincang-bincang dengan bapak, bagaimana bapak

mau? Baiklah. Kalau begitu saya permisi dulu. Selamat pagi”.

4. Implementasi dan Evaluasi

Nama : Tn. S Pertemuan : I

Ruang : Salak No. RM : 001288

Tabel 4.1 Implementasi Bina Hubungan Saling Percaya

Implementasi Evaluasi

Hari Senin, 10 juni 2019 DS:


Pukul 15.30 - “Walaikumsalam suster.”
Melakukan BHSP pada Tn. S di - “Boleh suster.”
ruang salak RSUD Madani Palu - “Nama saya S, saya suka
a. Mengajak klien berkenalan dipanggil M.”
b. Membina hubungan saling - “Hobi saya menonton, menanam
percaya coklat, bermain bulu tangkis.”
- “Sekitar 4 hari.”
- “Saya merasa sedih, saya ingin
pulang dan bertemu adik saya.’
- “Saya di antar adik saya.”
- “Semenjak di antar belum ada
yang menjenguk saya.”
DO:
- Klien menjawab salam
- Kontak mata kurang
- Klien mau menyebutkan nama
lengkap, nama panggilan,
alamat dan hobi
- Klien mau berjabat tangan
- Klien mau mengatakan mengapa
berada di Rumah Sakit
A: BHSP tercapai
P: lanjutkan SP1P
56

5. Identitas Klien

a) Klien

Klien bernama Tn. S usia 32 tahun jenis kelamin laki-laki, agama

Islam alamat Luwuk. Tn. S masuk RSUD Madani pada tanggal

08 juni 2019 dengan nomor rekam medis 001288.

b) Orang yang dekat dihubungi

Penanggung jawab Tn. S adalah Sulis umur 30 tahun yang

merupakan Sudara klien.

6. Alasan masuk

a) Alasan masuk rumah sakit

Klien masuk rumah sakit dengan keluhan sering mengamuk,

dialami sejak 3 hari yang lalu sebelum klien masuk rumah sakit,

klien juga sering mendengar bisikan.

b) Keluhan saat dikaji

Saat dilakukan pengkajian klien lebih banyak diam, klien

menyendiri, kontak mata kurang, klien sering menghindar, klien

sering memutuskan pembicaraan saat bicara.

7. Faktor predisposisi

Klien menderita gangguan jiwa sejak 3 tahun terakhir dan klien tidak

mengonsumsi obat jiwa lagi 1 tahun terakhir karena tidak ada

keluarga yang mengantarkannya ke rumah sakit. Klien masuk rumah

sakit sebanyak 3 kali, terakhir masuk tanggal 12 November 2016


57

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa selain

klien dan klien tidak pernah melakukan tindakan kekerasan.

8. Pemeriksaan fisik

TD: 140/80 Mmhg, Nadi : 77x/m, RR : 22x/m, Suhu : 37oc, Klien

tidak memiliki keluhan fisik.

9. Psikososial

a) Genogram

A B

Keterangan :

Perempuan :

Laki-laki :

Meninggal :

Menikah :

Saudara :

Klien :

Tinggal Serumah :
58

Dalam keluarga Tn S tidak ada yang memilki riwayat penyakit

gangguan jiwa.

10. Konsep diri

a) Gambaran Diri

Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya tapi lebih menyukai

bagian telinganya karena sering digunakan untuk mendengarkan

musik.

b) Identitas diri

Klien mengatakan dia belum menikah, dan mempunyai dua

orang adik perempuan, klien marasa puas menjadi seorang laki-

laki.

c) Peran

Klien mengatakan sebelum masuk Rumah Sakit pernah bekerja

sebagai pelayan di rumah makan, klien sebagai tulang punggung

keluarga.

d) Ideal diri

Klien berharap agar cepat sembuh dari penyakitnya, bertemu

dengan kedua adiknya, dan bisa kembali bekerja.

e) Harga diri

Pasien mengatakan merasa malu bertemu dengan orang lain, dan

hubungannya dengan lingkungan masyarakat kurang baik, klien

sering di lempari dan masyarakat menggapnya orang gila.

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah


59

11. Hubungan sosial

Klien mengatakan orang yang berarti adalah adiknya tempat untuk

mengadu,dan tempanya untuk berbicara, meminta bantuan. Klien

mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok yang ada di

lingkungan tempat tinggalnya, klien mengatakan dia malas

berhubungan dengan orang lain karena menurut klien tidak ada hal

yang perlu di bicarakan atau di ceritakan kepada orang lain, klien

sering diam, jarang bercakap-cakap dengan orang lain.

Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial

12. Spiritual

Klien tidak tahu tentang gangguan jiwa sesuai dengan norma dan

budaya, agama yang di anutnya. Klien tidak pernah sholat,

pandangkan klien tentang kegiatan ibadah membuang-buang waktu.

13. Status mental

a) Penampilan

Penampilan klien tidak rapi, seperti pakaian yang tidak pernah di

ganti, celana yang digunakan longgar, kuku panjang

Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri.

b) Pembicaraan

Pembicaraan klien lambat namun mudah dimengerti

c) Aktivitas motorik

Klien terlihat lesu kurang bersemangat, bermalas malasan, jarang

beribicara lebih banyak berdiam diri di kamarnya.


60

d) Alam perasaan

Klien terlihat sedih, putus asa dan selalu menunduk-nunduk.

e) Afek

Pada saat dilakukan wawancara Afek klien labil, klien tampak

sesekali terdiam, emosi yang cepat berubah-ubah.

f) Interaksi selama wawancara

Klien mau berkomunikasi , kontak mata kurang, sesekali klien

terdiam saat berbicara.

g) Persepsi

Klien mengatakan sering mendengar suara adiknya yang

menyuruhnya cepat pulang, klien sering mendengar suara itu

malam dan siang hari

Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran

h) Proses pikir

Klien mengalami bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa

gangguan eksternal kemudian di lanjutkan kembali.

i) Isi pikir

Klien mengalami depersonalisasi yaitu perasaan klien yang asing

terhadap diri sendiri, orang atau lingkungan

j) Tingkat kesadaran

Kesadaran composmentis, klien selalu menyendiri, jarang untuk

berkomunikasi dan mempertahankannya.


61

k) Memori

Klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang dimana

klien tidak mengingat tanggal lahir, diaman ia bersekeloh dulu,

tahun berapa terakhir ia bersekolah.

l) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien tidak mampu berkonsentrasi selalu meminta agar

pertanyaan di ulang / tidak dapat menjelaskan kembali

pembicaraan, klien mudah di alihkan dari satu objek ke objek

yang lainnya, Klien tidak mampu berhitung dan melakukan

penambahan dang pengurangan.

m) Kemampuan penilaian

Klien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, dapat

mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang

lain, memberi klien kesempatan untuk memilih mandi dulu

sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi.

n) Daya titik diri

Klien Klien menyalahkan hal-hal di luar dirinya, seperti

menyalahkan orang lain atau lingkungan yang mneyebabkan

kondisinya saat ini.

14. Mekanisme koping

a) Adaptif

Klien mampu berbicara dengan orang lain.


62

b) Maladaptif

Reaksi klien yang lambat dan sering menghindar.

15. Masalah psikologi dan lingkungan

Klien mengalami masalah beruhubungan dengan lingkungan, klien

merasa malu bertemu dengan orang lain kerena masyarakat

menggangapnya gila dan dia sering di lempari.

16. Pengetahuan

Klien kurang mengetahui tentang penyakitnya dang reaksi koping

nya.

17. Aspek Medik

a) Diagnosa medis : Skizofrenia

b) Terapi medis : - hidoperidol 5 mg 2x1 (1-0-1)

- Diazepam 5 mg 1x1 (0-0-1)

- Chlorpromazine 100g (1-1-1)

18. Analisa Data

Tabel 4.2 Analisa Data

No Analisa data Poblem

1. DS : - Isolasi Sosial
DO:- Kontak mata kurang
- Saat berbicara klien nampak berfikir
ketika ingin menjawab pertanyaan
- Nampak sesekali klien terdiam saat
berbicara
- Klien cepat bosan
- Klien sering tidur
63

- Klien bermalas-malasan
- Menolak hubungan dengan orang lain
- Klien memutuskan percakapan
- Klien terlihat menyendiri
2. DS : - Klien mengatakan sering mendengarkan Halusinasi pendengaran
suara adiknya yang menyuruhnya
pulang
- Klien mengatakan sering mendengar
suara itu siang dan malam hari
DO : - Klien terlihat murung
- Klien terlihat senyum-senyum sendiri
- Klien terlihat berbicara sendiri
3. DS : - Klien mengatakan malu bertemu orang Harga Diri Rendah
karena dirinya di anggap gila
- Klien mengatakan bahwa sekarang
sudah tidak mempunyai penghasilan
untuk di berikan adik-adiknya
- Klien merasa tidak berguna
DO: - Klien nampak sedih
- Klien menunduk ketika diberikan
pertanyaan soal keluarganya
4. DS : - Klien mengatakan malas untuk melakukan
Defisit Perawatan Diri
aktivitas
- Klien mengatakan malas untuk mandi
- Klien mengatakan merasa gatal pada
1.
seluruh tubuhnya
DO: - Klien terlihat kotor
- Klien berpakaian tidak sesuai
- Rambut acak-acakan
- Kuku klien panjang dan terlihat kotor
- Kulit klien kering
64

Sumber : Data primer, 2019

19. Masalah keperawatan

a) Isolasi Sosial

b) Gangguan presepsi sensori halusinasi

c) Harga Diri Rendah

d) Defisit Perawatan Diri

20. Pohon masalah

Efect Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi

Core Problem Isolasi Sosial Defisit Perawatan Diri

Cause Harga Diri Rendah

Gambar 2.3 Pohon masalah

b. Intervensi

Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan

Nama Pasien : Tn. S NO. RM : 001288

Umur : 32 Tahun Ruang : Salak

Tanggal : 11 Juni 2019


65

Perencanaan

Tgl Diagnosa Kriteria Intervensi


Tujuan
Evaluasi

Isolasi Klien dapat Dalam BHSP


membina berinteraksi 1. Berikan salam
Sosial
hubungan saling klien dapat setiap berinteraksi
percaya dengan menunjukan 2. Perkenalkan nama,
perawat. tanda-tanda nama panggilan
percaya pada perawat dan tujuan
perawat : perkenalan
1. Wajah perawat.
cerah, 3. Tanyakan nama
tersenyum dan nama
2. Mau panggilan
berkenalan
kesukaan klien.
3. Ada kontak
mata 4. Tanyakan perasaan
4. Menerima dan masalah yang
kehadiran dihadapi klien.
perawat 5. Dengarkan
5. Bersedia ungkapan perasaan
menceritak klien dengan
an
empati.
perasaanny
a

Klien dapat Klien dapat SP1P


mengetahui menyebutkan 1. Mengidentifikasi
keuntungan dan keuntungan penyebab isolasi
kerugian dan kerugian sosial
Berinteraksi berinteraksi 2. Mendiskusikan
dengan orang dengan orang keuntungan dari
lain lain dalam 2 interkasi sosial
kali 3. Mendiskusikan
pertemuan, kerugian dari
66

dengan c interaksi sosial


kriteria 4. Mengajarkan cara
evaluasi : berkenalan
1. Dapat dengan satu orang
menyebutka 5. Menganjurkan
n cara pklien
berkenalan memasukan
kedalam catatan
harian
6. Beri
reinforcement
positif setelah
klien mampu
mengungkapkan
keuntungan
berinteraksi
dengna orang lain
Klien dapat Diharapkan SP2P
mempraktekkan klien mampu 1. Evaluasi kembali
cara berkenalan mempraktekka jadwal harian
dengan satu n cara klien
orang berkenalan 2. Menganjurkan
dengan satu klien
orang dalam mempraktekkan
waktu 2 kali cara berkenanan
pertemuan : dengan satu
1. klien dapat orang
berkenalan dan 3. Menganjurkan
memperkenalk klien
an diri memasukakkan
kegiatan kedalam
catatan harian
4. Memberikan
pujian kepada
klien
Klien mampu Diharapkan SP3P
mempraktikkan klien mampu 1. Evaluasi kembali
cara berkenalan berkenalan jadwal harian
dengan dua dengan dua klien
orang atau lebih orang atau 2. Menganjurkan
lebih dalam 4
kali klien
pertemuan. mpraktekkan
pertemuan: cara berkenalan
1. berkenalan dengan 2 orang
secara mandiri atau lebih
67

3. Menganjurkan
pasien untuk
membicarakn
topik tertentu
dengan orang
lain
4. Menganjurkan
klien
memasukkan
kegiatan kedalam
jadwal harian
5. Berikan
reinforcement
setelah klien
mampu
berintarksi
dengan baik,

c. Implementasi dan evaluasi

Implementasi keperawatan pada pasien dengan Isolasi Sosial mengacuh

pada SPTK sebagai berikut :

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP1P Isolasi Sosial

Nama : Tn. S

Ruangan : Salak

Pertemuan : II

Hari/tanggal : Selasa, 11 juni 2019


68

1) Proses Keperawatan

a) Kondisi klien

Klien tampak menyendiri dikamar, klien tampak murung,

kontak mata kurang dan selalu berbaring di tempat tidur

b) Diagnosa Keperawatan

Isolasi sosial

c) Tindakan keperawatan

1. Identifikasi penyebab isolasi sosial

2. Menjelaskan keuntungan dari interaksi sosial

3. Menjelaskan kerugian dari interaksi sosial

4. Mengajarkan cara berkenalan dengan satu orang

2) Strategi komunikasi tindakan keperawatan

a) Fase Orentasi

“Selamat Pagi bapak!” masih ingat dengan saya? Benar pak!

saya suster A.“Bagaimana perasaan bapak hari ini?. “sesuai

dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang

tentang keuntungan dan kerugian berintraksi dan juga cara

berkenalan dengan orang lain.“berapa lama bapak punya waktu

untuk berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 15

menit saja?. “di mana bapak mau berbincang-bincang dengan

saya? Ya sudah... di ruangan ini saja kita berbincang-bincang...”

b) Fase kerja

“bapak”, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan
69

bapak siapa? Menurut bapak apa keuntungan berinteraksi

dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang

lain? Kalau bapak tidak tahu saya akan memberitahukan

keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain yaitu bapak

punya banyak teman, saling menolong, saling bercerita, dan

tidak selalu sendirian. Sekarang saya akan mengajarkan bapak

cara berkenalan, begini pak. “selamat pagi, kenalkan nama saya

A, hobi main bola, asal dari poso, nama bapak siapa?, hobi

bapak apa?, asal bapak dari mana?”. Coba bapak praktekan yang

saya ajarlkan tadi. Bagus... bapak dapat mempraktekkan apa

yang saya ajarkan tadi.. bagaiman kalau kegiatan berbincang-

bincang dengan orang lain di masukkan kedalam jadwal

kegiatan harian?

c) Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang

tadi?. “coba bapak ceritakan kembali keuntungan berinteraksi

dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain?. “tadi saya

sudah menjelaskan keuntungan dan kerugian tidak berinteraksi

dengan orang lain dan cara berkenalan yang benar. Saya harap

bapak dapat mencobanya bagaimana berinteraksi dengan orang

lain. “baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita

akan berbincang-bincang lagi tentang jadwal yang telah kita

buat dan mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain?


70

“besok saya datang kembali jam 15:30, berapa lama bapak

punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok?

Bagaimana kalau 15 menit saja?” “ di mana bapak mau

berbincang-bincang dengan saya besok? Ya sudah... bagaimana

kalau besok kita melakukannya di teras depan saja?.”

d) Evaluasi Implementasi

Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Isolasi Sosial Hari Rabu, 12 juni 2019. S:


Pukul 15.30 - “saya malu bertemu orang
Melakukan SP1P Isolasi lain karena saya sering di
Sosial pada Tn. S diruang anggab gila dan di
salak RSUD Madani lempari”
Palu. - “keuntungannya supaya
1. Mengidentifikasi bisa banyak teman, dan
penyebab isolasi sosial saling membantu”
klien - “kerugiannya di jauhi dan
2. Berdiskusi dengan sendirian”
klien keuntungan - “saya takut saat suara itu
berinteraksi dengan datang”
orang lain - “ selamat sore, kenalkan
3. Berdiskusi dengan nama saya S, saya dari
klien kerugian dari luwuk, hobi saya mandi
berinteraksi dengan dan menanam coklat”
orang lain - “ saya tidak bisa menulis
4. Mengajarkan cara dan membaca
berkenalan dengan O:
71

satu orang - Klien mampu menjelaskan


5. Menganjurkan klien penyebab isolasi yang di
memasukkan kedalam alaminya
kegiatan harian - Klien mau berdiskusi
tentang keuntungan dan
kerugian berinteraksi
dengan orang lain
- Klien kurang dapat
mempertahankan kontak
mata
- Klien berbicara dengan
intonasi yang lambat
- Klien nampak sesekali
diam saat berkomunikasi
- Klien mampu
mempraktekkan cara
berkenalan
A: SP1P tercapai
P:
Perawat : Lanjutkan SP2P
Klien : Memotivasi klien
untuk mempraktekkan cara
berekenalan dengan satu
orang.
72

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP2P Isolasi Sosial

Nama : Tn. S

Ruangan : Salak

Pertemuan : III

Hari/tanggal : Kamis, 13 juni 2019

1) Proses keperawatan
a) Kondisi klien
klien masih cenderung menyendiri di kamar, Klien masih sulit di
tebak kapan moodnya sedang baik
b) Diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial
c) Tindakan keperawatan
1. Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikan cara

berkenalan dengan satu orang.

2. Membantu klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang

dengan orang lain dalam kegiatan harian.

2) Strategi komunikasi tindakan keperawatan


a) Fase Orentasi
“ Selamat Pagi bapak!” masih ingat dengan saya? Benar pak! saya

suster A”. “ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan

yang kemarin saya ajarkan?. “ sesuai dengan janji kita kemarin, hari

ini kita akan mempraktekkan bagaimana cara berkenalan dengan satu

orang. “ sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan


73

melakukannya selama 15 menit... bagaimana menurut bapak?.

“kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras depan...

apakah bapak setuju

b) Fase kerja

“sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan

kepada saya bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat...

bapak dapat melakukannya dengan baik... sekarang, mari kita

melakukannya dengan satu orang yang bapak belum kenal!! Bagus...

bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan sesuai dengan apa yang

saya ajarkan.. bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain

yang baru dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?

c) Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?

Siapa nama orang yang bapak ajak berkenalan tadi?. “pasien terlihat

berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya sebanyak 1 orang.

“bapak saat saya tidak ada bapak dapat melakukan hal seperti yang

bapak lakukan tadi dengan orang yang belum bapak kenal... kemudian

bapak ingat nama yang pernah bapak ajak kenalan atau bisa ibu catat

di buku saat berkenalan. “baiklah... pertemuan kita cukup sampai

disini. Besok kita akan melakukan interaksi/ berkenalan dengan orang

lain sebanyak 2 orang atau lebih. “sebentar sore saya datang kembali

jam 16:30, berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang

dengan saya besok? Bagaimana kalau 15 menit saja?. “ di mana bapak


74

bisa melakukannya besok? Ya sudah... bagaimana kalau besok kita

melakukannya di tempat ini lagi?. selamat siang pak!

d) Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Isolasi Sosial Hari Kamis, 13 juni S: “saya sudah mulai bisa


2019 berkenalan dengan teman
Pukul 15.30 sekamar saya”
Melakukan SP2P Isolasi O:
Sosial pada Tn. S yang - Klien mampu
dirawat di ruang Salak menyebutkan kegiatan
RSUD Madani Palu hariannya
1. Mengevaluasi jadwal - Klien kurang dapat
harian klien mempertahankan
2. Menganjurkan klien kontak mata
mempraktekkan cara - Klien berbicara dengan
berkenalan dengan intonasi yang lambat
satu orang - Klien sudah mampu
3. Menganjurkan klien mempraktekkan cara
memasukkan kedalam berkenalan dengan satu
kegiatan harian orang, tetapi dengan
rangsangan oleh
perawat
A: SP2P tercapai tetapi
dengan rangsangan dari
perawat
P: lanjutkan intervensi
SP3P
Klien: memotivasi klien
berintarksi dengan dua
75

orang atau lebih dan


membicarak topik
tertentu.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP3P Isolasi Sosial

Nama : Tn. S

Ruangan : Salak

Pertemuan : IV

Hari/tanggal : Jumat, 14 juni 2019

1) Proses keperawatan
a) Kondisi klien
klien sudah mau berinteraksi dengan teman sekamarnya, dan sudah mulai
aktif tetapi terkadang masih berdiam diri .
b) Diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial
c) Tindakan keperawatan
Menganjurkan klien untuk berinteraksi dengan dua orang atau lebih dan
membicarakan topik tertentu
2) Strategi komunikasi tindakan keperawatan
a) Fase orentasi

“ Selamat Pagi pak!” masih ingat dengan saya? Benar pak! saya suster A. “

Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin

bapak lakukan? “ sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini bapak akan

melakukan interaksi dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih pada
76

orang yang tidak bapak kenal atau orang baru. “ sesuai dengan kesepakatan

kita kemarin, kita akan melakukannya selama 15 menit... bagaimana

menurut bapak? “kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di

teras... apakah bapak setuju?”

b) Fase kerja

“sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan kepada

saya bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... bapak dapat

melakukannya dengan baik... sekarang, mari kita melakukannya dengan

orang lain yang bapak tidak kenal sebanyak 2 orang atau lebih!! Bagus...

bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan mulai berkembang dalam

berinteraksi dengan orang lain.. bagaimana kalau kegiatan berkenalan

dengan orang lain yang baru dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan

harian?

c) Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi? Siapa-

siapa saja nama orang yang ibu ajak berkenalan tadi?. “pasien terlihat

berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya sebanyak 3 orang” “nah..

saat saya tidak ada, bapak dapat melakukannya hal seperti yang bapak

lakukan tadi dengan orang yang baru bapak kenal... kemudian bapak ingat

nama yang pernah bapak ajak kenalan atau bisa bapak catat di buku saat

berkenalan. “baiklah... pertemuan hari ini kita akhiri. Besok saya tidak

datang lagi ya pak...? hari ini terakhir saya dinas di ruangan ini. Sama-sama

pak”. “Permisi pak”.


77

d) Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Isolasi Sosial Hari Jumat, 14 juni 2019 S: “saya bercakap-cakap


Pukul 16.30 dengan suster dan teman-
Melakukan SP3P Isolasi teman”
Sosial pada Tn. S yang O:
dirawat di ruang salak - Klien mampu
RSUD Madani Palu menyebutkan kegiatan
1. Mengevaluasi jadwal hariannya
kegiatan harian klien - Kontak mata ada
2. Menganjurkan klien - Klien dapat melakukan
untuk mempraktekkan cara berkenalan
cara berkenalan dengan dua orang atau
dengan dua orang atau lebih
lebih dan - Klien masih sering
membiacarakn topik sesekali terdiam
tertentu A: SP3P tercapai
3. Menganjurkan klien P:
memasukkan kedalam Perawat : pertahankan
kegiatan harian SP3P

d. Penerapan TAKS

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi di lakukan setelah strategi pelaksaan

keperawatan SP1P, SP2P, SP3P, yaitu tanggal 12 – 22 Juni 2019 dan dilakukan

pagi hari pukul 09.00, Tn S di ikutkan dalam Terapi Aktivitas Kelompok


78

Sosialisasi bersama 7 orang pasien dengan masalah keperawatan yang sama

yaitu Isolasi Sosial, Adapun pelaksanaan TAKS terdiri dari 4 sesi, yaitu :

1) Sesi 1 di lakukan hari Rabu tanggal 12 Juni 2019 pukul 09.00 Wib.

Tujuan : Klien mampu menyebutkan jati diri : Nama lengkap, nama

panggilan, asal, hobi.

Alat dan bahan : Bola, Speaker, papan nama, buku catatan, jadwal harian

pasien.

a) Fase pra interaksi

Membuat kontrak dengan klien sesuai dengan indikasi, mempersiapkan

alat dan tempat ( peserta duduk membentuk U dalam suasana yang

tenang dan nyaman.

b) Fase orientasi

“ Selamat pagi teman-teman” “Bagaimana perasaan teman-teman hari

ini?” “ Suster akan menjelaskan tentang tujuan TAKS yaitu untuk

saling mengenal dan mampu memperkenalkan jati diri : Nama lengkap,

nama panggilan, asal, hobi” “ Aturan mainnya teman-teman harus

mengerti kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan, bila inginkeluar

harus meminta izin” “Lama kegiatan 45 menit” “ Masing-masing

menyebutkan jati diri”

c) Fase Kerja

Speaker dinyalakan, saat music di mainkan bola akan berpindah dari

satu peserta ke peserta yang lainnya searah dengan jarum jam, saat

musik di hentikan peserta yang memegang bola meneybutkan jati diri.


79

d) Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan teman-teman setelah mengikuti TAKS ?“

“teman-teman sudah sangat baik dalam melakukan pencapaian

kelompok” “Nah, setelah saya tidak ada teman-teman dapat melatih

berkenalan dengan orang lain yang tidak di kenal” “Baiklah, pertemuan

kita akhiri, kita akan bertemu lagi hari selasa jam 09.00 di tempat yang

sama, permisi”

e) Implementasi dan evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Isolasi Sosial Hari Rabu, 12 juni 2019 S: “Selamat pagi”


Pukul 09.00 “Perkenalkan nama
Melakukan Terapi saya S” “Saya sering
Aktivitas Kelompok di panggil M” “asal
Sosialisasi Sesi 1 pada saya dari luwuk” “
Tn. S yang dirawat di Hobi saya menanam
ruang salak RSUD coklat, dan bermain
Madani Palu Yaitu : bulu tangkis”
Menyebutkan jati diri : O:
Nama lengkap, nama - Klien mampu
panggilan, asal, hobi. menyebutkan jati diri :
Nama lengkap, nama
panggilan, asal, hobi.
- Kontak mata ada
- Klien masih seskali
terdiam saat berbicara
A: TAKS sesi 1 tercapai
P: lanjutkan TAKS sesi 2
80

2) Sesi 2 di lakukan hari sabtu tanggal 15 Juni 2019 pukul 09.00 Wib,

Tujuan : Klien mampu menyebutkan jati diri dan menanyakan jati diri

teman kelompoknya.

Alat dan bahan : Bola, Speaker, papan nama, buku catatan, jadwal harian

pasien.

a) Fase pra interaksi

Membuat kontrak dengan klien sesuai dengan indikasi, mempersiapkan

alat dan tempat ( peserta duduk membentuk U dalam suasana yang

tenang dan nyaman.

b) Fase orientasi

“ Selamat pagi teman-teman” “Bagaimana perasaan teman-teman hari

ini?” “Apakah teman-teman sudah mencoba memperkenalkan diri ?” “

Suster akan menjelaskan tentang tujuan TAKS sesi 2 yaitu

menyebutkan jati diri dan menyebutkan jati diri teman kelompok” “

Aturan mainnya teman-teman harus mengerti kegiatan dari awal sampai

akhir kegiatan, bila inginkeluar harus meminta izin” “Lama kegiatan 45

menit” “ Masing-masing menyebutkan jati diri”

c) Fase Kerja

Speaker dinyalakan, saat musik di mainkan bola akan berpindah dari

satu peserta ke peserta yang lainnya searah dengan jarum jam, saat

musik di hentikan peserta yang memegang bola meneybutkan jati diri.


81

d) Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan teman-teman setelah mengikuti TAKS ?“

“teman-teman sudah sangat baik dalam melakukan pencapaian

kelompok” “Nah, setelah saya tidak ada teman-teman dapat melatih

berkenalan dengan orang lain” “Baiklah, pertemuan kita akhiri, kita

akan bertemu lagi hari jumat jam 09.00 di tempat yang sama, permisi”

e) Implementasi dan evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Isolasi Sosial Hari Sabtu, 15 juni 2019 S: “Selamat pagi”


Pukul 09.00 “Perkenalkan nama
Melakukan Terapi saya S” “Saya sering
Aktivitas Kelompok di panggil M” “asal
Sosialisasi Sesi 2 pada saya dari luwuk” “
Tn. S yang dirawat di Hobi saya menanam
ruang salak RSUD coklat, dan bermain
Madani Palu Yaitu : bulu tangkis”
1. Menyebutkan jati “ Nama lengkap kamu
diri : Nama lengkap, siapa ?, senang di
nama panggilan, panggil apa ?, Asal
asal, hobi. kamu dari mana?,
2. Menanyakan jati diri Hobimu apa ? ”
teman kelompok. O:
- Klien mampu
menyebutkan jati diri :
Nama lengkap, nama
panggilan, asal, hobi.
- Kontak mata ada
82

- Klien masih sesekali


terdiam saat berbicara
- Klien mampu
menanyakan jati diri
teman kelompok
A: TAKS sesi 2 tercapai
P: lanjutkan TAKS sesi 3

3) Sesi 3 di lakukan hari Rabu tanggal 19 Juni 2019 pukul 09.00 Wib.

Tujuan : Klien mampu mengajukan peratanyaan tentang kehidupan pribadi

kepada satu orang kelompok, klien mampu menjawab pertanyaan tentang

kehidupan pribadi .

Alat dan bahan : Bola, Speaker, papan nama, buku catatan, jadwal harian

pasien.

a) Fase pra interaksi

Membuat kontrak dengan klien sesuai dengan indikasi, mempersiapkan

alat dan tempat ( peserta duduk membentuk U dalam suasana yang

tenang dan nyaman.

b) Fase orientasi

“ Selamat pagi teman-teman” “Bagaimana perasaan teman-teman hari

ini?” “ Suster akan menjelaskan tentang tujuan TAKS sesi 3 yaitu

mampu menanyakan kehidupan pribadi kepada teman kelomok , klien

mampu menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi ” “ Aturan

mainnya teman-teman harus mengerti kegiatan dari awal sampai akhir


83

kegiatan, bila inginkeluar harus meminta izin” “Lama kegiatan 45

menit” “ Masing-masing menyebutkan jati diri”

c) Fase Kerja

Speaker dinyalakan, saat music di mainkan bola akan berpindah dari

satu peserta ke peserta yang lainnya searah dengan jarum jam, saat

musik di hentikan peserta yang memegang bola meneybutkan jati diri.

d) Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan teman-teman setelah mengikuti TAKS ?“

“teman-teman sudah sangat baik dalam melakukan pencapaian

kelompok” “Nah, setelah saya tidak ada teman-teman dapat melatih

berkenalan dengan orang lain yang tidak di kenal” “Baiklah, pertemuan

kita akhiri, kita akan bertemu lagi hari senin jam 09.00 di tempat yang

sama, permisi”

e) Implementasi dan evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Isolasi Sosial Hari Rabu, 19 juni 2019 S: “Apa yang sering


Pukul 09.00 kamu lakukan di
Melakukan Terapi rumah?” “Saya sering
Aktivitas Kelompok menanam coklat, dan
Sosialisasi Sesi 3 pada menemani adik saya
Tn. S yang dirawat di belanja di pasar”
ruang salak RSUD O:
Madani Palu Yaitu : - Klien mampu
1. menanyakan menanyakan
kehidupan pribadi kehidupan pribadi
84

teman kelompok teman kelompok


2. Menjawab pertanyaan - Klien mampu
tentang kehidupan menjawab pertanyan
pribadi tentang kehidupan
pribadinya
- Kontak mata ada
- Klien masih seskali
terdiam saat berbicara
A: TAKS sesi 3 tercapai
P: lanjutkan TAKS sesi 4

4) Sesi 4 di lakukan hari Sabtu tanggal 22 Juni 2019 pukul 09.00 Wib.

Tujuan : Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik tertentu.

Alat dan bahan : Bola, Speaker, papan nama, buku catatan, jadwal harian

pasien.

a) Fase pra interaksi

Membuat kontrak dengan klien sesuai dengan indikasi, mempersiapkan

alat dan tempat ( peserta duduk membentuk U dalam suasana yang

tenang dan nyaman.

b) Fase orientasi

“ Selamat pagi teman-teman” “Bagaimana perasaan teman-teman hari

ini?” “ Suster akan menjelaskan tentang tujuaan TAKS sesi 4 yaitu

klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik tertentu” “

Aturan mainnya teman-teman harus mengerti kegiatan dari awal sampai


85

akhir kegiatan, bila inginkeluar harus meminta izin” “Lama kegiatan 45

menit” “ Masing-masing menyebutkan jati diri”

c) Fase Kerja

Speaker dinyalakan, saat music di mainkan bola akan berpindah dari

satu peserta ke peserta yang lainnya searah dengan jarum jam, saat

musik di hentikan peserta yang memegang bola meneybutkan jati diri.

d) Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan teman-teman setelah mengikuti TAKS ?“

“teman-teman sudah sangat baik dalam melakukan pencapaian

kelompok” “Nah, setelah saya tidak ada teman-teman dapat melatih

berkenalan dengan orang lain yang tidak di kenal” “Baiklah, pertemuan

hari ini kita akhiri, besok saya tidak dating lagi ya teman-teman, hari ini

terakhir saya dinas di ruangan ini , permisi yaa”

e) Implementasi dan evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Isolasi Sosial Hari Sabtu, 22 juni 2019 S: “Setiap pagi setelah


Pukul 09.00 bangun tidur saya
Melakukan Terapi membersihkan tempat
Aktivitas Kelompok tidur, kemudian saya
Sosialisasi Sesi 4 pada mandi, dan menemani
Tn. S yang dirawat di adik saya belanja
ruang salak RSUD kepasar” “saya merasa
Madani Palu Yaitu : berbeda saat saya di
Menyampaikan dan dalam kamar dan di
membicarakan topik luar kamar”
86

tertentu. O:
- Klien mampu
menyampaikan dan
membicarakan topik
tertentu
- Kontak mata ada
- Klien sudah mulai
terbuka perihal
kehidupan pribadinya
A: TAKS sesi 4 tercapai
P: TAKS di hentikan

e. Pembahasan

Berdasarkan hasil studi kasus yang dilakukan pada klien dengan

masalah keperawatan Isolasi Sosial, yang dilakukan pada tanggal 10-22 juni

2019 di ruang Salak RSUD Madani palu, maka penulis akan membahas

kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil

pelaksanaan studi kasus. Penulis juga akan membahas kesulitan-kesulitan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Isolasi Sosial.

1. Pengkajian

Sebelum melakukan pengkajian terlebih dahulu di lakukan Bina

Hubungan Saling Percaya (BHSP), hasil yang di dapatkan pada

pertemuan pertama klien belum percaya kepada perawat dan lebih

memilih diam, pada pertemuan ke dua perawat kembali melakukan BHSP

mendapatkan data klien mau menjawab salam, berjabat tangan, klien

menderita gangguan jiwa sejak 3 tahun terakhir dan klien tidak


87

mengkonsumsi obat jiwa lagi sejak 1 tahun terakhir karena tidak ada

keluarga, pasien tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok dan klien

malas bergaul dengan orang lain, kontak mata kurang, klien sering

memutuskan pembicaraan, terlihat menyendiri, Menurut

(Damaiyanti,2008) Pasien dengan masalah keperawatan Isolasi Sosial

keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan

sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.

2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian di dapatkan diagnosa keperawatan

Isolasi Sosial, Menurut (Stuart,2006) batasan karakteristik Isolasi Sosial :

perubahan dalam perilaku, konsentrasi buruk, sering menyendiri, tidak

mau di ajak berkomunikasi, kontak mata kurang . Setelah BHSP tercapai

Data subjektif yang didapatkan penulis Dari Tn. S cenderung lebih

banyak diam, Data objektif yang di peroleh dari Tn. S yaitu klien tampak

menyendiri, diam, kontak mata kurang, murung dan berbicara dengan

intonasi yang lambat.

3. Intervensi Keperawatan

Setelah di lakukan pengkajian dan merumuskan diagnosa maka

selanjutnya di lakukan yaitu merencanakan tindakan keperawatan Pada

Klien Isolasi sosial, intervensi yang dilakukan yaitu membina hubungan

saling percaya, menerapkan selain terapi individu juga terapi modalitas

yaitu Terapi Aktivitas kelompok Sosialisasi, Menurut (Keliat, B.A &

Akemat. 2005) Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi


88

modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang

mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas di gunakan

sebagai terapi dan kelompok di gunakan sebagai target asuhan. Di dalam

kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling

membutuhkan dan menjadikan tempat klien berlatih perilaku baru yang

adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif (Stuart And

Sundeen, 2006). TAKS bisa melatih perubahan perilaku klien dengan

Isolasi Sosial, dimana terjadi peningkatan yang signifikan, apabila TAKS

di lakukan terus menerus akan berdampak sangat baik untuk pasien

Isolasi Sosial.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maulidah (2015)

membuktikan terapi aktivitas kelompok sosial memiliki pengaruh dalam

meningkatkan interaksi sosialisasi pada pasien dengan isolasi sosial di

RSJ Menur Surabaya tahun 2015.

4. Implementasi

Implementasi pada Tn.S dengan gangguan Isolasi Sosial telah di

sesuaikan dengan rencana strategi pelaksanaan yang di tetapkan,

pelaksanaan tindakan keperawatan pada Tn.S yaitu Bina Hubungan Saling

Percaya pada hari senin 10 juni 2019 pukul 10.00 peneliti mendapatkan

kesulitan pada pertemuan pertama, klien belum mau di ajak berkomunikasi,

BHSP belum tercapai, peneliti kembali melakukan BHSP pada pertemuan

kedua pukul 15.30 klien mau menjawab salam, klien mau berjabat tangan,
89

klien mau berkomunikasi tetapi terkadang klien memutuskan pembicaraan,

kontak mata kurang, murung, menyendiri BHSP tercapai.

Pada hari Selasa pukul 15.30 WITA implementasi yang di lakukan

yaitu Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP1P) yaitu

mendiskusikan tentang penyebab Isolasi Sosial, Keuntungan dan kerugian

interaksi sosial, Mengajarkan cara berkenalan, Klien mampu menjelaskan

penyebab isolasi yang di alaminya, klien mau berdiskusi tengan keuntungan

dan kerugian dari Interaksi Sosial, klien sering memutuskan pembicaraan,

berbicara dalam intonasi yang lambat, klien kurang dapat mempertahankan

kontak mata, Pada hari Rabu pukul 15.30 WITA peneliti melakukan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan SP2P yaitu menganjurkan klien untuk

mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, klien mampu

menyebutkan kegiatan harian nya, klien masih kurang mempertahankan

kontak mata, klien sudah mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan

satu orang tetapi dengan stimulus dari peneliti, Pada hari Kamis pukul 15.30

WITA peneliti melakukan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP3P yaitu Menganjurkan klien untuk mempraktekkan cara berkenalan

dengan dua orang atau lebih dan membicarakan topik tertentu Klien mampu

melakukannya, Setelah dilakukan Strategi Pelaksanaan Tindakan

Keperawatan klien di ikutkan dal Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

TAKS Sesi 1 di lakukan pada hari Rabu pukul 09.00 klien masih

belum aktif secara mandiri tetapi ketika fasilitator memberikan stimulus

pada klien, klien mampu untuk memperkenalkan jati diri, TAKS Sesi 2 di
90

lakukan pada hari Sabtu Pukul 09.00 WITA Tn.S sudah mampu

memperkenalkan jati diri dan menanyakan jati diri teman kelompoknya

tanpa stimulus dari fasilitator, TAKS Sesi 3 di lakukan Rabu pukul 09.00

WITA klien mampu untuk menanyakan kehidupan pribadi teman

kelompoknya dan menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadinya.

TAKS Sesi 4 di lakukan Sabtu pukul 09.00 WITA Klien sudah lebih aktif,

klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik tertentu, klien sudah

lebih terbuka dengan teman-teman kelompok

penelitian sebelumnya Maulidah (2015), membuktikan terapi aktivitas

kelompok sosial memiliki pengaruh dalam meningkatkan interaksi

sosialisasi pada pasien dengan isolasi sosial, klien mampu untuk memulai

pembicaraan dengan cara berkenalan, dapat bercakap-cakap dengan satu,

dua orang atau lebih, membicarakan topik tertentu, Penelitian lain yang di

lakukan Berhimpong, dkk (2016) juga membuktikan adanya pengaruh yang

signifikan terhadap penerapan latihan sosialisasi terhadap kemampuan

berinteraksi klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.

Ratumbuysang Menado .

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk memberi efek dan

evaluasi di lakukan sesuai dengan tindakan keperawatan yang telah di

laksanakan , pada kasus Isolasi Sosial , penulis melakukan evaluasi

pada TAKS Sesi 1 di lakukan pada hari Rabu 12 Juni 2019 klien mampu

untuk memperkenalkan jati diri, TAKS Sesi 2 di lakukan pada hari Sabtu 15
91

Juni 2019 Tn.S sudah mampu memperkenalkan jati diri dan menanyakan

jati diri teman kelompoknya tanpa stimulus dari fasilitator, TAKS Sesi 3 di

lakukan hari Rabu 19 juni 2019 klien mampu untuk menanyakan kehidupan

pribadi teman kelompoknya dan menjawab pertanyaan tentang kehidupan

pribadinya. TAKS Sesi 4 di lakukan hari Sabtu 22 Juni 2019 Klien sudah

lebih aktif, klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik tertentu,

klien sudah lebih terbuka dengan teman-teman kelompok, Klien juga

mengatakan bahwa klien lebih senang berada di luar ruangan di bandingkan

di dalam ruangan yang dia rasakan seperti terkurung, sedangkan di luar dia

bisa beradaptasi dengan teman-teman di sekitarnya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penulis telah melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan

Isolasi Sosial di ruang salak RSUD madani palu. Penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian klien lebih banyak diam, kontak mata kurang, sering

menyendiri, jarang berinteraksi dengan orang lain.

2. Diagnosa pada Tn. S adalah Isolasi Sosial.

3. Intervensi pada klien Tn. S yaitu bina hubungan saling percaya, Strategi

Pelaksanaan mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, mengarkan cara

berkenalan, memberikan kesempatan klien untuk mempraktekkan cara

berkenalan dengan satu, dua orang atau lebih, bercakap-cakap dan

membicarakan topik tertentu, Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi sesi

1, 2, 3, dan 4.

4. Implementasi keperawatan pada Tn. S yaitu, SP1P mengidentifikasi

penyebab isolsi sosial, menjelaskan keuntungan dan kerugian interaksi

sosial, melatih cara berkenalan, SP2P memberikan kesempatan klien untuk

mempraktekkkan cara berkenalan dengan satu orang, SP3P memberikan

kesempatan klien untuk mempraktkkan cara berkenalan dengan dua orang

atau lebih dan membicarakan topik tertentu, TAKS sesi 1 melatih

menyebutkan jati diri, sesi 2 mampu menyebutkan jati diri dan teman

kelompok, sesi 3 mampu menanyakan kehidupan pribadi kelompok, dan

92
95

menjawab pertanyaan kehidupan pribadi, sesi 4 mampu membicarakan

topik tertentu

5. Evaluasi hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan dari tanggal 11 –24

juni 2019 masalah Isolasi Sosial teratasi. Hal ini ditunjukkan dengan klien

mengatakan perasaannya sudah tenang, klien mampu melakukan cara

berkenalan dengan baik dan sudah mampu untuk memulai pembicaraan

dan membicarakan topik tertentu .

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas untuk memberikan Asuhan

Keperawatan dengan penerapan Intervensi Keperawatan pada pasien

dengan masalah utama Isolasi Sosial selain dengan intervensi SP1-SP3

juga dengan pemberian terapi modalitas yaitu Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi

2. Bagi Perawat

Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial

perlu di lakukan secara intensif dengan lebih memperhatikan keadaan

klien, melakukan interaksi yang singkat tapi sering dengan komunikasi

traupetik sehingga masalah-masalah yang di alami klien dapat teratasi

dengan baik, serta perlu mengutamakan kemampuan dalam membina

hubungan saling percaya.

95
95

DAFTAR PUSTAKA

Berhimpong Eyvin, Rompas Sevty, & Karundeng Michael 2016 Pengaruh


Latihan Keterampilan sosialisasi Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien
Isolasi Sosial Di RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Menado.
Http://www.geogle.com=Pengaruh+Latihan+Keterampilan+sosialisasi+Te
rhadap+Kemampuan +Berinteraksi+Klien+Isolasi+Sosial Diakses tanggal
01 Februari 2019
Damaiyanti mukhripah & Iskandar 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
PT Refika Aditama
Damaiyanti. 2008. Asuhan keperawatan jiwa. Bandung: PT Refika Aditama
Kelliat Anna Budi, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
Jakarta : EGC
Kelliat, B.A & Akemat. 2005. Terapi Aktivitas Kelompok : EGC. Jakarta
Keliat & Prawirosiyono. 2014. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi : EGC.
Jakarta
Lestari. 2014 Gangguan Jiwa: EGC. Jakarta

Laporan Kemenkes. 2018. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Jakarta.
http://www.depkes.go.id/resorces/download/info-. Diagses pada tanggal
22 januari 2019
Laporan UU No 54. 2017 Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia :
Jakarta
Maulidah Luluk 2015. Pengaruh Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap
Kemampuan Bersosialisasi Pasien Isolasi Sosial Diaknosa Skizofrenia Di
RSJSurabaya.Http://www.geogle.com=Pengaruh+Aktivitas+Kelompok+So
sialisasi+Terhadap+Kemampuan+Bersosialisasi+Pasien+Isolasi+Sosial+
Diaknosa+Skizofrenia Di Akses tanggal 01 februari 2019

Maramis, W. F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya :Airlangga


University Press
Mustika Sari, Dkk. 2002 . Buku panduan Praktik Profesi Keperawatan Jiwa
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Jakarta :Penerbit
Fakultas Ekonomi UI
Surya, Atin, Wan. 2012. Pengaruh pemberian Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi Terhadap Perubahan Perilaku Klien Isolasi Sosial.
Http://www.geogle.co.id=Pengaruh+Pemberian+Terapi+Aktivitas+Sosial

95
95

sasi+Terhadap+Perubahan+Perilaku+Klien +Isolasi+Sosial Di akses tanggal 01


februari 2019
Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 1998. Principles and Paractise Of Psychiatric
Nursing. Musby Year Book :Misouri.
Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2006. Principles and Paractise Of Psychiatric
Nursing. Musby Year Book :Misouri.
Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2007. Principles and Paractise Of Psychiatric
Nursing. Musby Year Book :Misouri.
Suliwati, Dkk. 2005. Konsep Dasar keperawatan Jiwa. Edisi I. Jakarta EGC
Stuart, GW. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 5. Jakarta:
EGC
Yosep. I dan Suitini. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95

Anda mungkin juga menyukai