SKRIPSI
Disusun Oleh :
ANASTASIA LUBERTA
05/187083/KU/11433
2009
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat
Sehat (Health Behaviors) pada Remaja Awal di SMP Negeri Kota Yogyakarta” dapat
terselesaikan dengan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan guna memperoleh gelar sarjana keperawatan pada Program Studi Ilmu
Keperawatan FK UGM.
banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
1. Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan FK UGM.
2. dr. Titi Savitri Prihatiningsih, M.Med.Ed., Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik FK UGM.
3. Ibu Lely Lusmilasari, S.Kp., M.Kes., selaku Kepala Bagian Program Studi Ilmu
Keperawatan FK UGM
4. Bapak Khudazi Aulawi, S.Kp., M.Kes., selaku dosen pembimbing I yang telah
6. Ibu Fitri Haryanti, S.Kp., M.Kes., selaku penguji yang telah banyak memberikan
masukan dan saran kepada penulis demi kesempurnaan karya tulis ini.
iii
7. Bapak/ Ibu Guru Bimbingan Konseling (BK) dan Pembina UKS yang telah
8. Siswa kelas VIII di SMP Negeri 1, SMP Negeri 3, dan SMP Negeri 10
10. Seluruh keluarga atas dukungan dan doa yang selalu diberikan.
11. Teman-teman PSIK A angkatan 2005 atas kerjasama, dukungan dan bantuannya
12. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan masukan untuk perbaikan lebih lanjut sangat
Penulis
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
For my family,
Bapak, Ibu, mbak’ Tit, and dek’ Te
thanks’ so much
for the prayer, support, help, love, affect, and time
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
E. Keaslian Penelitian .................................................................................... 8
vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 77
B. Saran .......................................................................................................... 77
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
GAMBARAN PERILAKU SEHAT (HEALTH BEHAVIORS) PADA REMAJA AWAL
DI SMP NEGERI KOTA YOGYAKARTA
INTISARI
Latar Belakang: Kesehatan merupakan suatu proses disaat seseorang melakukan pencarian
dalam rangka pemeliharaan keseimbangan. Keseimbangan ini meliputi status fisik,
kesejahteraan emosional, hubungan sosial, fungsi intelektual, dan kondisi spiritual.
Pendekatan pemeliharaan kesehatan dapat dilakukan melalui promosi kesehatan, proteksi
kesehatan, dan pencegahan penyakit. Sikap dan perilaku terhadap kesehatan tidak selalu
berdampak secara langsung terhadap status kesehatan sekarang, tetapi memiliki konsekuensi
jangka panjang. Berdasarkan hal tersebut maka landasan hidup sehat sangat perlu ditegakkan
mulai dari awal kehidupan. Tahun kehidupan remaja merupakan waktu tepat bagi
pembentukan pola kehidupan sehat yang akan mereka bawa sampai dewasa.
Tujuan: Mengetahui gambaran perilaku sehat (health behaviors) pada remaja awal di SMP
Negeri Kota Yogyakarta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Studi cross sectional dilakukan pada 238 remaja awal di SMP Negeri Kota
Yogyakarta pada bulan Juni 2009. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner perilaku
sehat, pengetahuan, sikap, pengaruh keluarga dan pengaruh komunitas. Analisis data
menggunakan teknik statistik deskriptif dan teknik statistik non-parametrik uji korelasi
Spearman Rank.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki perilaku sehat
dalam kategori tinggi yakni sebanyak 50,4%. Hasil uji statistik pengaruh antara sikap,
keluarga, komunitas dengan perilaku promosi kesehatan maupun perilaku proteksi kesehatan
didapatkan nilai signifikansi p<0,05, namun pengaruh antara pengetahuan dengan perilaku
sehat didapatkan nilai signifikansi p>0,05.
Kesimpulan: Lebih dari separuh remaja awal di SMP Negeri Kota Yogyakarta memiliki
perilaku sehat dalam kategori tinggi. Sikap terhadap kesehatan, keluarga dan komunitas pada
remaja awal memiliki pengaruh terhadap perilaku promosi kesehatan maupun perilaku
proteksi kesehatan, namun tidak pada pengetahuan.
xi
AN OVERVIEW OF HEALTH BEHAVIORS ON EARLY ADOLESCENT
IN STATE JUNIOR HIGH SCHOOL OF YOGYAKARTA
ABSTRACT
Background: Health was the process through which a person seeks to maintain an
equilibrium. This equilibrium included physical status, emotional well-being, social
relationships, intellectual functioning, and spiritual condition. There were several approaches
to health maintenance, such as health promotion, health protection and disease prevention.
Health attitudes and behaviors that was seldom directly impact to the present health status,
but had consequences in the future. Based on that, the basic of healthy life should begin on
early lives. The years of adolescent was good time for shaped healthy life pattern, that would
been brought until adulthood.
Purpose: To obtain an overview of health behaviors on early adolescent and the influencing
factors.
Method: This was a cross sectional study undertaken to 238 early adolescent of State Junior
High School of Yogyakarta in June 2009. Data were obtained through questionnaire of
health behaviors, knowledge, attitude, family influenced, and community influenced. Data
analysis made use of descriptive statistical and nonparametric statistical technique of
Spearman Rank test.
Result: The result showed, majority of respondents that included in high category health
behaviors was 50,4%. The result of statistical tests showed, the influences between attitudes,
family, community, and health behaviors was p<0,05, otherwise the influences between
knowledge and health behaviors was p>0,05.
Conclusion: More than a half of early adolescent in state junior high school of Yogyakarta
had high category health behaviors. The early adolescent’s attitudes toward health, family,
and community had influences on the health promotion behaviors and also health protection
behaviors, but it had not influences on knowledge.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
(Delaune & Ladner, 2002). Kondisi ini berpengaruh terhadap aktivitas manusia
yang berdampak pada produktivitas dalam kehidupannya. Saat ini banyak orang
telah mulai menyadari pentingnya kesehatan, namun gaya hidupnya masih jauh
Health Service sejak tahun 1990, dapat dilakukan dengan cara promosi kesehatan,
proteksi kesehatan, dan pencegahan penyakit (Delaune & Ladner, 2002). Konsep
kesehatan, sehingga hal tersebut tidak hanya merupakan tanggung jawab dari
sektor kesehatan saja tetapi lebih kepada gaya hidup sehat untuk mencapai
Kesehatan Nasional menuju Indonesia Sehat 2010 (PE Pusat Promkes, 2006).
umur harapan hidup. Berdasarkan HDI tahun 2007, Indonesia berada pada
1
2
peringkat 107 dunia. Bila disandingkan dengan negara sekitar seperti Malaysia
(63), Thailand (78), dan Singapore (25), maka tingkat HDI Indonesia jauh
tertinggal. Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Fachmi Idris dalam
kesehatan hanya terpaku pada yang bersifat kuratif dan populis semata seperti
peringkat HDI Indonesia akan terus terpuruk. Padahal secara teori, jika hanya
hidup sehat seperti berhenti merokok, olah raga, dan lainnya, jika disertakan maka
dan perilaku terhadap kesehatan tidak selalu berdampak secara langsung terhadap
kanker, penyakit gangguan pernapasan, dan AIDS (WHO, 2004). Total kematian
angka tersebut merupakan dua kali lipat jumlah kematian dari semua penyakit
infeksi, kondisi maternal dan perinatal, dan defisiensi nutrisi. Hanya 20%
selebihnya 80% terjadi di negara pendapatan rendah dan menengah (WHO, 2005).
3
satu dari lima penduduk dunia adalah remaja dengan umur 10 – 19 tahun,
negara, remaja menunjukkan masa depan dari keluarga, komunitas dan bangsa
(WHO, 2004). Di Indonesia, populasi remaja yang berusia 10-19 tahun mencakup
20% atau seperlima dari total penduduk (sekitar 45 juta) (Depkes, 2007).
Remaja berada pada periode dinamik dari proses tumbuh kembang yang
menjembatani masa anak-anak dan dewasa. Pada tahapan ini banyak digambarkan
dalam peran sosial, pertemanan dan pengharapan, yang semuanya ini merupakan
bagian penting bagi perkembangan individu dan persiapan fungsi dasar menginjak
perjuangan remaja untuk mandiri. Remaja awal mulai membangun sistem nilai
sendiri. Sebagai anak muda, mereka juga mulai beralih dari fokus pada keluarga
menuju teman sebaya yang akan menjadi sumber penting kesenangan dan
pertemanan. Berdasar pada perkembangan kognitif dan moral, pada periode ini
mulai terjadi transisi dari pemikiran konkrit operasional menuju formal logikal
operasional namun keadaan ini kurang dapat diterapkan pada pilihannya sendiri.
pola perilaku atau kebiasaan remaja yaitu level aktivitas fisik rendah berhubungan
dengan lebih tingginya rata-rata tekanan darah diastolik dan kelebihan berat badan
badan, dan diet yang sehat memiliki hubungan terbalik dengan kejadian kelebihan
berat badan dan obesitas (Fasting et. al., 2008). Suatu studi menemukan 54%
remaja jarang tidur 6-8 jam per malam, frekuensi tersebut berpotensi menurunkan
kemungkinan kelebihan berat badan dan memiliki frekuensi lebih tinggi perilaku
sehat (Chen et. al., 2006). Aktivitas fisik teratur berkaitan dengan penurunan
perilaku merokok pada anak usia sekolah di Semarang yaitu pada usia 15 tahun
dan konsumsi alkohol terutama pada laki-laki (Smet et. al., 1999). Rerata usia
pertama kali merokok adalah 11,8 tahun (Khorida, 2004). Menurut data Badan
SMP dan SMA mengaku sudah pernah melakukan hubungan seks dan 21% di
diperkirakan mencapai 1,7 juta setiap tahunnya, sebagian besar disebabkan oleh
Perilaku sehat remaja tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,
Menurut Molnar et. al.(2006), adanya perilaku agresif dan kenakalan pada remaja
maupun orang tua, sedikitnya teman sebaya yang prososial, rendahnya status
Landasan hidup sehat sangat perlu ditegakkan mulai dari awal kehidupan,
yang akan mereka bawa pada kehidupan dewasa (WHO, 2004). Pola hidup sehat
remaja, sehingga masa remaja merupakan waktu tepat bagi pembentukan strategi
bahwa gaya hidup sehat memiliki hubungan terhadap penurunan risiko relatif
40% kematian dini, sepertiga kasus kecacatan sementara, dan dua pertiga kasus
kecacatan kronik. Adanya perubahan pada perilaku sehat maka dapat mengurangi
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan teknik wawancara pada
olah raga, makan tidak teratur, kurang memperhatikan komposisi makanan, dan
sering tidur larut malam. Padahal perubahan terhadap pola bekerja, level aktivitas
penyakit kronis.
(Ariyani, 2007), dan lansia (Kolompoy, 2000), namun belum terdapat penelitian
mengenai perilaku sehat pada siswa di SMP yang mewakili kelompok remaja
awal. Padahal merupakan hal penting untuk mengetahui pola perilaku sehat pada
remaja sedini mungkin karena pola tersebut akan mereka bawa pada kehidupan
penelitian mengenai perilaku sehat (health behaviors) pada remaja awal di SMP
B. Rumusan Masalah
mempengaruhinya?”.
7
C. Tujuan Penelitian
untuk mengetahui :
1. Gambaran perilaku sehat (health behaviors) pada remaja awal di SMP Negeri
Kota Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
sedini mungkin.
E. Keaslian Penelitian
(health behaviors) pada remaja awal di SMP Negeri Kota Yogyakarta belum
UGM dalam kategori cukup baik yaitu dengan nilai rata-rata 75,72%.
manajemen stres dan kebiasaan makan berada pada kategori cukup baik,
9
sedangkan indikator olah raga dan kebugaran berada pada kategori kurang
baik.
yaitu perilaku hidup sehat, sedangkan penelitian ini menggunakan dua jenis
variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yaitu perilaku sehat.
Sleman berada pada kategori baik dengan persentase nilai rata-rata sebesar
77,27%. Indikator yang berada dalam kategori baik adalah merokok, alkohol
indikator yang berada dalam kategori cukup baik adalah makan, olahraga, dan
kebugaran.
yaitu perilaku hidup sehat, sedangkan penelitian ini menggunakan dua jenis
variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yaitu perilaku sehat.
3. Astuti (2007) dengan judul “Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Prestasi
rata-rata gaya hidup mahasiswa berada pada level baik dengan mayoritas
gaya hidup sehat dan variabel terikat yaitu prestasi belajar, sedangkan
4. Kolompoy (2000) dengan judul “Perilaku Sehat Usia Lanjut di Panti Werdha
dengan perilaku sehat, makin baik potensi psikososial semakin diikuti dengan
perilaku sehat. Potensi psikososial dalam bentuk social support tidak ada
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Perilaku
Perilaku merupakan semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Skinner (1938) seorang ahli
Berdasarkan dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara
jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behavior atau
unobservable behavior.
tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau
13
14
2. Perilaku Sehat
a. Definisi Sehat
dimiliki tiap individu. Buck (2000) menjelaskan bahwa konsep sehat dapat
dipandang sebagai suatu hierarki yang berada pada rentang yaitu dari
sampai pada rentang yang lebih komplek atau definisi abstrak (integrasi
yang berada pada dimensi sebagai adanya gejala penyakit atau tidak
awal dari taksonomi kontinum dalam kaitan dengan respon alami yang
menahan diri dari aktivitas yang secara mental dan fisik membahayakan.
15
tubuh), dan secara konseptual melibatkan diri dalam aktivitas yang secara
karakteristik personal, yang meliputi kondisi dan ciri dari afektif, emosional,
dan pola perilaku berterus terang; dan kegiatan atau kebiasaan yang
tersebut dipengaruhi oleh, dan jika tidak merefleksikan proses dan struktur
kebudayaan.
tindakan seseorang yang percaya bahwa mereka sehat dan bagi mereka
yang tidak sedang mengalami tanda dan gejala sakit dengan tujuan untuk
mengenai keadaan kesehatan mereka saat ini dalam keadaan baik ataupun
merasakan sesuatu yang mereka percaya sebagai tanda dan gejala dari
ingin mengetahui apa yang perlu dilakukan jika mereka dalam keadaan
tidak sehat. Perilaku sakit meliputi respon terhadap tanda dan gejala
tubuh, mencari opini dan saran dari seseorang yang mereka percaya
berada dalam keadaan sakit, baik oleh beberapa orang maupun oleh
oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di
a) Pengetahuan
b) Sikap
bertindak). Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu
c) Kepercayaan
adalah benar atau nyata. Yakin, percaya dan benar merupakan kata
(Green, 1991). Selain itu kepercayaan juga sering diperoleh dari orang
a) Program kesehatan
b) Pelayanan Kesehatan
perilaku. Hal ini dapat terwujud dalam dukungan sosial, pengaruh peer,
a) Pengaruh keluarga
muda pasti dipengaruhi oleh orang tua maupun anggota keluarga lain
b) Pengaruh komunitas
dan bentuk media komunikasi ini sangat bervariasi mulai dari yang
24
yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila kuat akan memberi dasar
individu, (2) pengertian dan pengaruh spesifik pada perilaku, dan (3) hasil
keterlibatan faktor biologi, psikologi, dan proses sosial yang secara komplek
Rew (2005) menjelaskan bahwa perilaku sehat ini sendiri erat kaitannya
akan berdampak pada hasil yang tinggi pula (Rew, 2005). Perilaku
yang telah dikhususkan pada kelompok remaja yaitu (a) dukungan sosial,
manajemen stres, (e) perilaku terhadap nutrisi, dan (f) aktivitas fisik
hasil kualitas hidup yaitu penilaian kualitas yang didapat dari luar
merupakan hasil dari penilaian kualitas hidup yang didapat dari dalam
terhadap kehidupan, seperti jika terdapat satu hal yang baik maka hal
Ladner, 2002).
tentang kesehatan, menjaga tubuh untuk tetap dalam kondisi baik, dan
dengan sesuai, maka proses adaptasi tersebut berhasil dan tubuh akan
akan menjadi tidak efektif jika hanya strategi tersebut yang digunakan
tulang, dan berperan dalam impul saraf. Serat juga merupakan bagian
29
bergerak cepat dari usus besar dan beberapa serat dipercaya dalam
zat gizi yang diperlukan oleh tubuh) dan kuantitas (jumlahnya cukup
berlebihan) (Insel,1997).
b) Keamanan Diri
tubuh) dan psikologi (contoh, keamanan dan stabilitas), hal ini harus
3. Remaja Awal
a. Pengertian
Periode remaja merupakan suatu masa dimana dengan jelas terlihat sifat-
sifat masa transisi atau peralihan dikarenakan pada saat tersebut remaja
belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status
dari posisi yang sebagian diberikan oleh orang tua dan sebagian diperoleh
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu, (1) 12-15 tahun atau tahun SMP sebagai
remaja awal, (2) 15-18 tahun atau tahun SMA sebagai remaja pertengahan,
dan (3) 18-21 tahun atau tahun perguruan tinggi atau 4 tahun bekerja setelah
lulus dari SMA sebagai remaja akhir (Mönks et al., 2001; Neinstein, 2008).
33
b. Karakteristik Remaja
B. Landasan Teori
kecelakaan serta mencapai potensi maksimum fisik dan mental mereka (Kozier,
1995). Landasan hidup sehat perlu ditegakkan mulai dari awal kehidupan. Tahun
akan mereka bawa pada kehidupan dewasa. Sehingga masa remaja merupakan
potensi untuk perilaku hidup jangka panjang yang berkontribusi pada kesehatan
berhati-hati, memiliki sifat memberontak dan melawan saran orang tua, serta
hubungan pertemanan kuat dapat menjadi faktor peningkatan perilaku tidak sehat
pada remaja (Delaune & Ladner, 2002). Pola perilaku remaja tersebut dapat
terhadap nutrisi, dan aktivitas fisik) (Chen et al., 2003) dan perilaku proteksi
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan
35
dukungan sosial, pengaruh peer, dan saran atau umpan balik dari penyedia
pelayanan kesehatan.
Perilaku promosi
kesehatan
Faktor Predisposisi - dukungan sosial
- apresiasi hidup
- Pengetahuan
- tanggung jawab
- Sikap terhadap kesehatan
- manajemen stres
Faktor Pendorong - perilaku terhadap
Perilaku Sehat
nutrisi
- Pengaruh keluarga Remaja Awal - aktivitas fisik
- Pengaruh komunitas
Perilaku proteksi
Faktor Pendukung kesehatan
- Program kesehatan - perilaku addictive
- keamanan diri
Tinggi Rendah
D. Pertanyaan Penelitian
METODE PENELITIAN
cross sectional.
1. Populasi Penelitian
Populasi remaja awal dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri Kota
teknik cluster sampling, sebanyak 20% dari populasi SMP Negeri Kota
dipilihnya pada siswa SMP pada penelitian ini dikarenakan remaja awal berada
pada rentang usia 12-15 tahun atau pada tahun sekolah menengah pertama.
penelitian ini, dengan pertimbangan siswa/ siswi kelas VIII telah melewati
37
38
2. Sampel Penelitian
apabila jumlah populasi kecil atau kurang dari 10.000, maka perkiraan jumlah
𝑁𝑁
𝑛𝑛 =
1 + 𝑁𝑁(𝑑𝑑2 )
Keterangan :
N = besar populasi
n = besar sampel
d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,05)
584
𝑛𝑛 =
1 + 584(0,052 )
= 237,40 ≈ 238
Setelah jumlah sampel pada tiap-tiap sekolah diketahui, maka sampel dipilih
dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau bersedia
Kriteria inklusi :
Kriteria eksklusi
D. Variabel Penelitian
komunitas.
E. Definisi Operasional
1. Remaja awal yang dimaksud adalah remaja awal yang terdaftar sebagai siswa
manajemen stres, perilaku terhadap nutrisi, juga aktivitas fisik dan indikator
skala ordinal, dengan kategori perilaku berada pada tingkatan tinggi dan
tingkatan rendah. Perilaku dikatakan berada pada kategori tinggi jika skor
yang diperoleh lebih dari atau sama dengan mean total skor sampel dan pada
sehat, terdiri dari faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan sikap, juga faktor
kategori sikap positif dan sikap negatif. Sikap dikatakan positif jika skor yang
diperoleh lebih dari atau sama dengan mean dari total skor sampel dan
jika persentase mean ≥66%; cukup jika 33-66%; dan kurang jika <33%.
dan model perilaku, pengatur dalam bertingkah laku, juga sebagai penyedia
dukungan emosional bagi siswa oleh orang tua maupun anggota keluarga lain
baik dan pengaruh keluarga tidak baik. Pengaruh keluarga dikatakan baik jika
skor yang diperoleh lebih dari atau sama dengan mean dari total skor sampel
dan tidak baik jika nilai kurang dari mean total skor sampel.
komunitas yang meliputi peer, lingkungan dan media yang dapat memberikan
pengaruh komunitas tidak baik. Pengaruh komunitas dikatakan baik jika skor
yang diperoleh lebih dari atau sama dengan mean dari total skor sampel dan
tidak baik jika nilai kurang dari mean total skor sampel.
F. Instrumen Penelitian
bagi siswa dan kuesioner bagi sekolah. Kuesioner bagi siswa digunakan untuk
1. Identitas responden
2000). Siswa dapat merespon dalam bentuk kata tunggal (seperti, kuat), frase
akan ditetapkan secara induktif dan disortir masuk ke dalam kategori “1” untuk
Sikap responden diukur dengan kuesioner tertutup yang dibuat oleh peneliti.
Tidak Setuju (TS) = 2, Setuju (S) = 3, dan Sangat Setuju (SS) = 4, sedangkan
(TS) = 3, dan Sangat Tidak Setuju = 4. Sikap dikategori menjadi sikap positif
jika skor yang diperoleh lebih dari atau sama dengan mean dari total skor
sampel dan sikap negatif jika nilai kurang dari mean dari total skor sampel.
peneliti, terdiri dari 8 item pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1
yang diperoleh lebih dari atau sama dengan mean dari total skor sampel dan
pengaruh keluarga tidak baik jika nilai kurang dari mean dari total skor sampel.
peneliti, terdiri dari 8 item pernyataan menggunakan skala likert dengan skor 1-
yang diperoleh lebih dari atau sama dengan mean dari total skor sampel dan
pengaruh komunitas tidak baik jika nilai kurang dari mean total skor sampel.
Perilaku sehat diukur dengan kuesioner yang terdiri dari 7 indikator yaitu 6
Health Promotion Scale berisi enam faktor promosi kesehatan pada remaja
manajemen stres, perilaku terhadap nutrisi, dan aktivitas fisik (Chen et al.,
menggunakan skala ordinal yaitu perilaku berada pada kategori tinggi jika skor
yang diperoleh lebih dari atau sama dengan mean dari total skor sampel dan
kategori rendah jika kurang dari mean dari total skor sampel.
yang terdiri dari 36 item pernyataan yang disusun berpedoman pada panduan
kesehatan berjalan baik jika persentase mean ≥ 66%; cukup jika 33-66%; dan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar
sampel sebanyak 30 responden dengan kriteria yang sama dengan responden yang
Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan pada bulan Juni 2009 kepada
1. Uji Validitas
diinginkan. Salah satu rumus korelasi yang dapat digunakan adalah korelasi
diketahui apabila nilai r hitung lebih besar r tabel (r > 0,361). Pernyataan yang
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi product moment
X = skor rata-rata dari X
Y = skor rata-rata dati Y
N = banyaknya subjek
perilaku promosi kesehatan dan perilaku proteksi kesehatan. Uji pada instrumen
antara 0,113 – 0,743. Dari 40 item pernyataan yang ada, terdapat 11 item yang
47
tidak valid (nomor 1, 2, 3, 13, 30, 31, 32, 35, 36, 37, dan 39). Setelah
lebih mudah untuk dimengerti dan kemudian kuesioner diujikan lagi. Hasil uji
instrumen kedua didapatkan 4 pernyataan tetap tidak valid (nomor 1, 2, 3, dan 30)
dari 11 pernyataan tidak valid pada uji instrumen pertama, sehingga item tersebut
pernyataan yang ada, terdapat 1 item (nomor 44) yang tidak valid dan 3 item
(nomor 42, 43, dan 45) tidak dapat terkomputasi. Setelah berkonsultasi, 4 item
dan kemudian kuesioner diujikan lagi. Hasil uji instrumen kedua diperoleh nilai r
hitung item pernyataan berkisar antara 0,428 – 0,825 dan didapatkan semua item
Uji instrumen pada kuesioner sikap diperoleh nilai r hitung item – item
pernyataan berkisar antara 0,444 – 0,785, item pernyataan seluruhnya valid. Total
Uji instrumen pada kuesioner pengaruh keluarga diperoleh nilai r hitung item –
item pernyataan berkisar antara 0,218 – 0,659. Dari 8 item pernyataan yang ada,
terdapat 1 item yang tidak valid (nomor 8). Setelah berkonsultasi, 1 item
pernyataan yang tidak valid dilakukan modifikasi dan diujikan lagi. Hasil uji
instrumen kedua didapatkan item nomor 8 telah valid sehingga total item yang
Uji instrumen pada kuesioner pengaruh komunitas diperoleh nilai r hitung item
pernyataan berkisar antara 0,172 – 859. Dari 10 item pernyataan, terdapat 4 item
tidak valid (nomor 16, 18, 20, dan 23). Setelah berkonsultasi, 4 item pernyataan
yang tidak valid dilakukan modifikasi dan diujikan lagi. Hasil uji instrumen kedua
didapatkan 2 item tetap tidak valid (nomor 20 dan 23), sehingga item tersebut
2. Uji Reliabilitas
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
𝑘𝑘 ∑ 𝜎𝜎𝑏𝑏 2
𝑟𝑟11 =� � �1 − �
𝑘𝑘 − 1 𝜎𝜎𝑡𝑡 2
Keterangan :
r11 = realibilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb =
2
jumlah varians butir
σt2 = varians total
0,749, kuesioner sikap sebesar 0,752, kuesioner pengaruh keluarga sebesar 0,744,
dan kuesioner pengaruh komunitas sebesar 0,705. Dengan hasil tersebut, dapat
Early Adolescents’ Concept of Health (Buck, 2000). Instrumen telah dilakukan uji
yang kuat (strong agreement). Secara relatif hal tersebut menyatakan bahwa 6
kategori bersifat saling terpisah (mutually exclusive) dan tidak memiliki hubungan
satu sama lain sehingga pengkategorian ini dapat dimanfaatkan (Buck, 2000).
H. Analisis Data
dalam tabel sehingga akan mudah dihitung dan dilakukan analisis data.
masing variabel yang diteliti, disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel.
Uji persentase (P) tiap-tiap sub variabel dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
𝐹𝐹
𝑃𝑃 = × 100%
𝑛𝑛
Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
n = Sample
50
keluarga, dan pengaruh komunitas yang sudah ada lalu dihitung dengan
menggunakan rumus mean atau rata-rata dari data tersebut kemudian dihitung
berikut :
∑ 𝑋𝑋𝑖𝑖
𝑀𝑀𝑀𝑀 =
𝑛𝑛
𝑀𝑀𝑀𝑀
𝑃𝑃 = × 100 %
∑ 𝑇𝑇
Keterangan :
Me = Mean (rata-rata)
Xi = nilai X ke i sampai ke n
n = jumlah individu
P = penghitungan persentase
T = skor total benar
dikatakan baik jika persentase mean ≥66%; cukup jika 33-66%; dan kurang jika
<33%. Sedangkan untuk data perilaku sehat, sikap, pengaruh keluarga, dan
menggunakan uji korelasi Spearman Rank, perhitungan odds ratio (OR) dengan
tingkat kepercayaan (α) 5 %, dan confident interval (CI) sebesar 95%, dinyatakan
6 ∑ 𝑑𝑑 2
𝑟𝑟𝑠𝑠 = 1 −
𝑛𝑛3 − 𝑛𝑛
Keterangan :
𝑟𝑟𝑠𝑠 = koefisien korelasi rank
𝑑𝑑 = selisih rank antara X (Rx) dan Y (Ry)
𝑛𝑛 = banyaknya pasangan rank
kekuatan hubungan, dan arah hubungan. Jika nilai p value < 0,05, maka hasil
yang diperoleh bermakna secara statistik dan jika nilai p value > 0,05, maka hasil
I. Jalannya Penelitian
2. Tahap uji coba instrumen penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2009 di
kriteria yang sama dengan sampel penelitian. Uji coba dilakukan pada jam
khusus yang telah ditetapkan dan telah mendapat ijin dari guru yang bertugas.
bersangkutan. Kemudian oleh guru BK, kuesioner diberikan pada ketua kelas
52
tiap kelas terpilih untuk didistribusikan pada tiap siswa. Responden terpilih
kuesioner oleh ketua kelas yang sebelumnya telah diberikan penjelasan. Untuk
dalam tabel, kemudian dianalisis dengan uji statistik yang telah ditentukan.
5. Tahap penyusunan laporan dilakukan selama bulan Juni sampai Juli 2009
1. Keterbatasan penelitian
2. Hambatan penelitian
maka dalam pengambilan data dibantu oleh guru BK. Kemudian oleh guru
A. Karakteristik Responden
1. Karakteristik Responden
54
55
berusia 14 tahun yaitu sebanyak 182 responden (76,5%). Hal ini terkait responden
berasal dari kelas VIII sehingga sebagian besar berusia 14 tahun. Jenis kelamin
dengan laki-laki yaitu sebanyak 108 (45,4%). Responden sebagian besar tinggal
bersama orang tua yaitu sebesar 207 (87,0%) dengan karakteristik orang tua
kesehatan sekolah ini dikategorikan menjadi tiga yaitu: baik, cukup, dan kurang.
pelaksanaan kegiatan UKS. Jika ditinjau dari pelaksanaan komponen pada ketiga
sekolah tersebut, unit pelaksanaan UKS yang telah sebagian besar komponennya
56
(83%) dibandingkan unit pendidikan kesehatan yang sebesar 75% dan unit
Terdapat beberapa komponen dari unit pelayanan kesehatan sekolah belum ada
dan dilaksanakan ketiga sekolah tersebut yakni, jumlah dokter kecil/KKR yang
sudah dilatih belum memenuhi >10% dari jumlah siswa dan belum terdapat
Jika ditinjau dari pelaksanaan komponen pada ketiga sekolah tersebut, pelayanan
kesehatan remaja yang telah dilaksanakan masih sebesar 65% dari total
sekolah tersebut yakni, adanya kerja sama dengan pihak ketiga terkait dengan
kesehatan remaja (institusi pendidikan atau LSM) dan pelayanan kesehatan yang
karakteristik, dinamika, dan kebutuhan remaja). Sebagian besar guru juga belum
peningkatan kesehatan usia muda dan pencegahan dari inisiasi perilaku beresiko
adalah berada pada setting sekolah (WHO, 1999). Dukungan sekolah dapat berupa
hubungan antara guru dan siswa, kurikulum, lingkungan fisik, kebijakan dan
57
mendukung hak dasar manusia yakni dalam bidang pendidikan dan kesehatan
Sekolah juga berperanan penting sebagai lokasi terpusat dalam komunitas yang
hidup, air dan sanitasi yang aman, pelayanan kesehatan dan nutrisi, olah raga dan
sanitasi), dan dapat pula berkontribusi terhadap perubahan sosial (WHO, 1999).
menjaga kebebasan dan kerahasiaan, tidak memerlukan ijin dari orang tua untuk
dapat berperan serta dalam melakukan promosi kesehatan, yakni dengan berfokus
oleh klien sendiri, dan dengan sengaja memanipulasi lingkungan agar mendukung
pertumbuhan bagi siswa (Leddy, 2006; Coles & Porter, 2008). Selain itu,
B. Perilaku Sehat
menjadi dua, yakni perilaku pada kategori tinggi dan rendah, berikut distribusi
frekuensi perilaku sehat pada remaja awal dapat dilihat pada tabel 6 :
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Perilaku Sehat pada Remaja Awal di SMP Negeri
Kota Yogyakarta Bulan Juni 2009 (n = 238)
Persentase Kode Persentase
Perilaku Sehat Frekuensi Kategori
(%) Sekolah (%)
01 Tinggi 44,8
Rendah 55,2
Tinggi 120 50,4
Jumlah 100
02 Tinggi 50,6
Rendah 49,4
Jumlah 100
Rendah 118 49,6
03 Tinggi 53,8
Rendah 46,2
Jumlah 238 100 Jumlah 100
Sumber : Data Primer
sehat kategori rendah (49,6%) tidak terlalu jauh perbedaan persentasenya. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen et. al. (2006),
bahwa terdapat lebih banyak perilaku sehat remaja pada tingkatan rendah (50,1%)
dibandingkan tingkatan tinggi (49,92%). Kategori perilaku sehat siswa pada setiap
59
sekolah juga tidak didapatkan perbedaan cukup berarti antar sekolah, hal tersebut
hubungan positif dan bermakna antara perilaku sehat remaja dengan pencapaian
prestasi akademik. Hal tersebut dapat disimpulkan, jika banyak remaja memiliki
perilaku tidak sehat maka berdampak pada kurang baiknya pencapaian prestasi.
Berikut distribusi indikator perilaku sehat pada remaja awal di SMP Negeri
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Indikator Perilaku Sehat pada Remaja Awal di SMP
Negeri Kota Yogyakarta Bulan Juni 2009 (n = 238)
Persentase
Perilaku Sehat Kategori Frekuensi
(%)
Perilaku promosi kesehatan Tinggi 116 48,7
Rendah 122 51,3
Dukungan sosial Tinggi 147 61,8
Rendah 91 38,2
Apresiasi hidup Tinggi 137 57,6
Rendah 101 42,4
Tanggung jawab terhadap Tinggi 122 51,3
kesehatan Rendah 116 48,7
Manajemen stres Tinggi 118 49,6
Rendah 120 50,4
Perilaku terhadap nutrisi Tinggi 113 47,5
Rendah 125 52,5
Aktivitas fisik Tinggi 107 45,0
Rendah 131 55,0
Perilaku proteksi kesehatan Tinggi 137 57,6
Rendah 101 42,4
Sumber : Data Primer
(61,8%) memiliki dukungan sosial tinggi, namun masih terdapat 38,2% responden
60
tinggi yang berasal dari teman sebaya maupun lingkungannya memiliki ketahanan
dukungan sosial rendah. Adanya dukungan sosial ini dapat menjadi faktor
(57,6%) memiliki apresiasi hidup tinggi, namun masih terdapat 42,4% responden
manusia untuk mengevaluasi hidup mereka dengan cara yang berbeda. Adanya
perasaan baik atau buruk terhadap sesuatu dan adanya isyarat suasana hati
Seorang individu dengan pusat kendali internal (locus of control) biasanya lebih
memiliki rasa tanggung jawab terhadap tindakan mereka dan lebih siap untuk
terlibat dalam perilaku promosi kesehatan. Individu tersebut juga harus menilai
kesehatan sebagai sebuah hasil, dan percaya bahwa tindakan berkaitan dengan
manajemen stres tinggi, namun sisanya lebih dari setengah responden (50,4%)
masih memiliki manajemen stres rendah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
antara tuntutan individu dengan tekanan sosial yang ada. Keadaan tersebut dapat
sangat diperlukan. Peranan ego ini mengacu pada kesadaran diri terhadap realitas,
dipengaruhi oleh kekuatan sosial dan mengontrol dorongan insting tidak sadar.
Sigfusdottir et al. (2007), terdapat adanya hubungan kuat antara pola diet yang
dilakukan remaja terhadap prestasi yang dicapai, hal tersebut dapat dilihat dari
pola konsumsi buah sayur maupun indek massa tubuh (IMT). Usia remaja
merupakan periode cepat pertumbuhan dan pematangan seksual, maka perlu untuk
Obesitas dan gangguan makan, seperti bulimia dan anoreksia, merupakan masalah
umum terjadi pada remaja. Hal tersebut dapat berdampak pada kesehatan yang
buruk dan kematian dini akibat gangguan fisik maupun mental (WHO, 2002).
62
aktivitas fisik rendah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sigfusdottir et al.
(2007), terdapat hubungan positif dan bermakna antara aktivitas fisik yang
dilakukan remaja terhadap prestasi akademik yang dicapai. Aktifitas fisik dan
pada remaja memiliki hubungan dengan lebih sedikitnya memiliki akibat positif
dari perilaku berisiko. Remaja yang aktif juga memiliki lebih sedikitnya faktor
kepercayaan diri yang rendah dan lebih memiliki prestasi akademik yang tinggi
biasanya disebabkan adanya kepuasan yang kurang terhadap penampilan diri dan
taking) merupakan bagian natural dari proses tumbuh kembang. Hal tersebut
belajar dalam pengambilan keputusan namun jika dilakukan secara ekstrem maka
Suatu perilaku tidak muncul begitu saja tanpa adanya sebab. Banyak sekali
faktor yang dapat mempengaruhi munculnya perilaku sehat pada remaja awal.
63
dari masing – masing responden. Tabel 8 berikut ini adalah tabel yang
dapat diketahui dengan dilakukan uji Chi-square dan didapatkan nilai p = 0,416
(p>0,05). Hal tersebut dapat diartikan bahwa perilaku promosi pada remaja awal
,baik berada pada kategori tinggi maupun rendah, tidak dipengaruhi oleh umur.
64
(79%) usia 15 tahun memiliki perilaku proteksi rendah, sedangkan pada usia yang
lain sebagian besar responden (≥50%) memiliki perilaku proteksi tinggi. Pengaruh
dilakukan uji Chi-square dan didapatkan nilai p = 0,025 (p<0,05). Hal tersebut
dapat diartikan bahwa perilaku proteksi pada remaja awal, baik berada pada
vulnerability) muncul pada masa remaja saat memasuki usia 12 tahun. Jendela
tersebut akan terus berkembang lebih besar seturut dengan bertambahnya usia
sampai pada usia 18 – 20 tahun. Hal tersebut tampak dengan adanya beberapa
awal tersebut, dapat dipengaruhi oleh karena dengan bertambahnya usia maka
promosi dapat diketahui dengan dilakukan uji Chi-square dan didapatkan nilai p =
0,227 (p>0,05). Hal tersebut dapat diartikan bahwa perilaku promosi pada remaja
65
awal, baik yang berada pada kategori tinggi maupun rendah, tidak dipengaruhi
proteksi dapat diketahui dengan dilakukan uji Chi-square dan didapatkan nilai p =
0,001 (p<0,05). Hal tersebut dapat diartikan bahwa perilaku proteksi remaja awal,
baik berada pada kategori tinggi maupun rendah, dipengaruhi oleh jenis kelamin.
dalam bersosialisasi dengan perempuan dewasa, sedangkan pada remaja laki - laki
lebih dengan kelompok teman sebaya dan tanpa adanya pengawasan. Remaja
kebebasan lebih diartikan sebagai adanya pengaruh teman sebaya yang kuat dan
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Chen et al. (2005),
bahwa remaja perempuan memiliki skor lebih tinggi daripada remaja laki – laki
yang dipandang dari aspek dukungan sosial, tanggung jawab terhadap kesehatan,
apresiasi hidup, manajemen stres dan total perilaku promosi kesehatan. Hal
koping dan berfokus pada emosi daripada laki-laki yang cenderung menggunakan
yang tinggal dengan kakek/ nenek/ saudara yakni 8 orang (88,9%) memiliki
perilaku promosi tinggi, sedangkan pada responden yang tinggal dengan orang tua
maupun orang tua tunggal sebagian besar responden (≥50%) memiliki perilaku
dapat diketahui dengan dilakukan uji Chi-square dan didapatkan nilai p = 0,028
(p<0,05). Hal tersebut dapat diartikan, bahwa perilaku promosi pada remaja awal
,baik berada pada kategori tinggi maupun rendah, dipengaruhi dengan siapa
yang tinggal dengan orang tua yakni 120 orang (57,9%) memiliki perilaku
proteksi tinggi, hal tersebut juga berlaku pada responden yang tinggal dengan
orang tua tunggal maupun kakek/ nenek/ saudara yakni ≥50% memiliki perilaku
dapat diketahui dengan dilakukan uji Chi-square dan didapatkan nilai p = 0,946
67
(p>0,05). Hal tersebut dapat diartikan, bahwa perilaku proteksi pada remaja awal
,baik berada pada kategori tinggi maupun rendah, tidak dipengaruhi dengan siapa
Terdapat adanya pola yang berarti dari suatu bentuk organisasi terhadap
bentuk keluarga, ekonomi, teknologi, nilai dan praktik religius ataupun tradisional
Hasil tersebut di atas berbeda dengan penelitian yang dilakukan Chen et al.
(2007), bahwa remaja yang tinggal dengan kedua orang tua memiliki perilaku
promosi kesehatan lebih tinggi dibandingkan teman mereka yang tinggal dengan
orang tua tunggal, namun tidak terdapat perbedaan dengan teman yang tinggal
dengan kerabat. Hal tersebut dapat mengindikasikan remaja yang tinggal dengan
kerabat lebih termotivasi untuk berbagi aktivitas dan juga memandang kerabat
sebagai penasihat yang membantu mendukung arah hidup dalam bertingkah laku.
Remaja yang percaya bahwa terdapat perhatian dan dukungan berasal dari semua
anggota keluarga, juga lebih cenderung sedikit terlibat dalam perilaku yang dapat
membahayakan kesehatan. Hal yang sama juga terjadi pada remaja yang tinggal
dengan kedua orang tua, lebih sedikit terlibat berkaitan dengan penggunaan
baik dengan pendidikan orang tua tinggi maupun rendah, memiliki perilaku
orang tua responden dengan perilaku promosi dan perilaku proteksi dapat
68
p>0,05) maupun pada perilaku proteksi (p=0,128; p>0,05) pada remaja awal.
Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan Chen et. al. (2007),
bahwa pendidikan orang tua memiliki hubungan dengan perilaku sehat remaja,
sehingga semakin tinggi pendidikan orang tua semakin tingginya frekuensi remaja
maka orang tua cenderung dapat memfasilitasi penyediaan lebih banyak informasi
kesehatan yang diperlukan remaja dan dapat menjadi model peran (role model)
memiliki perilaku promosi rendah dan memiliki perilaku proteksi tinggi. Pengaruh
karakteristik pekerjaan orang tua responden dengan perilaku promosi dan perilaku
proteksi dapat diketahui dengan dilakukan uji Chi-square, tidak terdapat pengaruh
0,963; p>0,05) maupun perilaku proteksi (p=0,681; p>0,05) pada remaja awal.
Sosial ekonomi status (SES) memiliki dampak tidak langsung dalam proses
pengasuhan anak, namun hal itu dapat mempengaruhi kompetensi sosial anak atau
tidak bekerja, kondisi pekerjaan yang kurang diinginkan, buruknya nutrisi, tidak
69
lingkungan tidak aman, dan kesempatan besar terlibat dalam perilaku berisiko
dari kondisi sehat sebagian besar yakni 121 responden (50,8%) memiliki
keadaan positif dari kesejahteraan baik fisik, mental, dan sosial yang
Pengetahuan mengenai konsep sehat tersebut selaras bahwa pada usia remaja
terdapat adanya perubahan dalam fungsi intelektual, yang paling dapat dikenali
pemikiran konkrit menuju pemikiran lebih abstrak (Gullotta & Adams, 2005).
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Buck (2000), didapatkan sebagian
besar remaja awal mendefinisikan sehat berada pada kategori perilaku promosi
walaupun pengetahuan ada pada kategori integrasi holistik tetapi tidak selalu
yang dilakukan Spear & Kulbok (2001), yang mendapatkan bahwa pengetahuan
merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap perilaku sehat
pada remaja.
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Perilaku Sehat Berdasarkan Sikap Remaja Awal di
SMP Negeri Kota Yogyakarta Bulan Juni 2009 (n = 238)
Perilaku Promosi Perilaku Proteksi
p p Total
Sikap [n (%] [n (%)]
value value [n(%)]
tinggi rendah tinggi rendah
Positif 78 (32,8) 52 (21,8) 85 (35,7) 45 (18,9) 130 (54,6)
Negatif 38 (16,0) 70 (29,4) 0,000 52 (21,8) 56 (23,5) 0,000 108 (45,4)
Total 116 (48,7) 122 (51,3) 137(57,6) 101(42,4) 238 (100)
Sumber : Data Primer
71
memiliki sikap positif terhadap kesehatan, namun hal tersebut tidak berbeda jauh
dengan remaja yang memiliki sikap negatif (45,4%). Hasil di atas juga
berperilaku proteksi tinggi. Berbeda dengan responden dengan sikap negatif yakni
terhadap perilaku promosi dan perilaku proteksi dapat diketahui dengan dilakukan
sikap terhadap perilaku promosi dengan nilai korelasi menunjukkan arah positif
dan kekuatan korelasi yang lemah (p = 0,000; p<0,05; r hitung = 0,388) maupun
terhadap perilaku proteksi (p=0,000; p<0,05; r hitung = 0,302) pada remaja awal.
kecenderungan untuk berespon baik positif maupun negatif terhadap orang, obyek
atau situasi tergantung pada segi positif maupun negatif dari komponen
semakin penting komponen itu, akan semakin positif sikap yang terbentuk.
Ketersediaan informasi yang diperoleh juga akan membentuk sikap positif dalam
dari konsumsi media cetak lebih memiliki pengaruh positif terhadap pengetahuan,
72
sikap, dan perilaku seseorang berkaitan aktivitas fisik dan kesehatan, sedangkan
Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat bahwa sebesar 62,2% responden memiliki
pengaruh keluarga yang baik. Hasil di atas juga menunjukkan bahwa responden
dan perilaku proteksi dapat diketahui dengan dilakukan uji korelasi menggunakan
promosi dengan nilai korelasi menunjukkan arah positif dan kekuatan korelasi
Hal yang sama didapatkan juga, bahwa keluarga secara signifikan berpengaruh
bahwa, remaja dengan dukungan orang tua lebih tinggi secara signifikan
73
pada remaja dibandingkan dengan faktor keluarga (Shauna & Guthtrie, 2007).
orang tua maupun sekolah berperan menjadi proteksi alami bagi remaja dalam
frekuensi dan pengaruh antara komunitas (lingkungan, peer, dan media) dengan
perilaku sehat.
Berdasarkan tabel 12, dapat dilihat bahwa sebesar 55,9% responden memiliki
pengaruh komunitas yang tidak baik. Hasil di atas juga menunjukkan bahwa
proteksi tinggi. Berbeda pada responden dengan pengaruh komunitas tidak baik
perilaku promosi dan perilaku proteksi dapat diketahui dengan dilakukan uji
positif dan kekuatan korelasi yang lemah (p = 0,000; p<0,05; r hitung = 0,304)
pada remaja awal sedangkan terhadap perilaku proteksi dengan kekuatan korelasi
Hubungan antara pengaruh peer dan perilaku sehat pada remaja yang
adanya hubungan positif antara perilaku berisiko yang dilakukan seorang remaja
teman sebaya, hal tersebut terutama terdapat pada laki - laki. Hubungan dengan
teman sebaya sangat penting bagi remaja, karena memiliki fungsi dalam
moral, pengambilan keputusan dan nilai diri. Khususnya pada remaja awal,
sebaya dan sedapat mungkin terpenuhi. Remaja secara umum akan menyibukkan
seseorang atau bagian dari kelompok. Namun adanya tekanan teman sebaya dan
padahal pada usia tersebut merupakan saat dimana sangat sulit untuk menolak
terhadap penerapan perilaku sehat seperti dalam apresiasi hidup, tanggung jawab
terhadap kesehatan, dukungan sosial, dan aktivitas fisik. Sering kali remaja juga
terhadap perilaku berisiko (Gullotta & Adams, 2005). Menurut penelitian yang
dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku
contoh (acuan) dari tokoh masyarakat dan warga sekitar tempat tinggal
(Notoatmodjo, 2007). Selain hal tersebut terdapat beberapa faktor risiko yang
disorganisasi. Hal tersebut dapat menjadikan dampak yang besar bagi anak muda
terutama pada remaja laki-laki (Mitchell, 2003). Lingkungan sosial budaya juga
dapat menjadi kekuatan yang besar dalam membentuk identitas individu sehingga
remaja dapat memperkuat penghargaan mereka terhadap apa yang benar dan salah
pada awal sebelum menginjak usia dewasa. Proses ini tergantung pula dengan
adanya model peran yang biasanya disediakan oleh keluarga dan masyarakat
yang baik memiliki pengaruh signifikan terhadap rendahnya angka kejahatan dan
tersebut secara signifikan berdampak pada hasil terhadap konsep yang terdekat
pola asuh pada anak, dan keterlibatan dalam kenakalan teman sebaya.
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada remaja awal di SMP Negeri Kota
1. Gambaran perilaku sehat pada remaja awal di SMP Negeri Kota Yogyakarta
perilaku promosi dan perilaku proteksi pada remaja awal, namun tidak
B. Saran
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk lebih aktif
2. Bagi sekolah
sikap, dan perilaku siswa. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara:
77
78
c. Menjalin kerja sama dengan pihak ketiga terkait dengan kesehatan remaja,
seperti dengan institusi pendidikan atau LSM dan dalam penyediaan buku
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan agar ikut serta
meningkatkan perilaku sehat pada remaja awal, yang dapat dilakukan melalui
berperilaku sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, F. (2007). Gambaran Perilaku Hidup Sehat Mahasiswa Perogram Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas
Kedokteran UGM. Tidak diterbitkan.
Astuti,W.W. (2007). Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Prestasi Belajar pada
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Program A Fakultas
Kedokteran UGM. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Kedokteran UGM. Tidak diterbitkan.
79
80
Coles,L., Porter,E. (Eds). (2008). Public Health Skills : A Practical Guide for
Nurses and Public Health Practitioners. Oxford: Blackwell Publishing
Insel, P.M., Roth, W.T., Rollins, L.M., Petersen, R.A. (1997). Core Concept in
Health. 7th ed. California: Mayfield Publishing Company.
Kolompoy. (2000). Perilaku Sehat Usia Lanjut di Panti Werdha Senja Cerah
Kotamadya Manado. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu
Kedokteran, Fakultas Kedokteran UGM. Tidak diterbitkan.
WHO. (2005). Preventing chronic diseases : a vital investment. Retrieve July 23,
2008, from http://www.who.int/chp/chronic_disease_report/full_report.pdf
Lampiran 1
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada :
Akan melakukan penelitian dengan judul “Gambaran perilaku sehat (health behaviors) pada remaja
awal di SMP Negeri Kota Yogyakarta”
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi adik-adik sebagai responden,
semua informasi akan dijaga kerahasiaannya dan dipergunakan hanya untuk kepentingan penelitian.
Jika adik-adik tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini maka tidak ada ancaman bagi
adik-adik dan jika menyetujui, maka saya mohon kesediaan adik-adik untuk menandatangani
lembar persetujuan dan menjawab pernyataan-pernyataan yang saya sertakan.
Atas perhatian dan kesediaan adik-adik sebagai responden saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
(Anastasia Luberta)
1|Page
Lampiran 2
Setelah diberi penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian oleh peneliti, maka saya yang
bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Kelas :
Umur :
Dengan ini menyatakan bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan
dilakukan oleh mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada yang bernama Anastasia Luberta dengan judul “Gambaran perilaku sehat (health
behaviors) pada remaja awal di SMP Negeri Kota Yogyakarta”
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan merugikan saya, sehingga saya
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Yogyakarta, 2009
Peneliti, Responden,
(Anastasia Luberta) ( )
2|Page
Lampiran 3
PETUNJUK
Isilah daftar pertanyaan di bawah ini pada tempat yang telah disediakan.
3|Page
Nomor Kuesioner
Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama, kemudian berikan jawaban adik-adik sesuai keadaan yang
sebenarnya pada tempat yang sudah disediakan dengan cara memberi tanda checklist (√).
Perilaku Sehat
Tidak
No. Pernyataan Jarang Kadang Sering Selalu
pernah
1. Mengekspresikan perhatian dan keramahan pada orang lain
2. Menjalin persahabatan dengan orang lain
3. Menikmati hubungan baik dengan anggota keluarga
4. Berusaha tersenyum atau tertawa setiap hari
4|Page
19. Berusaha menjaga berat badan saya dalam keadaan ideal
20. Berusaha untuk berdiri dan duduk dengan tegak
21. Mencuci tangan sebelum makan
5|Page
Berilah jawaban dengan memberi tanda checklist (√) untuk pertanyaan dibawah ini.
Keterangan :
Sangat Tidak Setuju (STS) ; Tidak Setuju (TS) ; Setuju (S) ; Sangat Setuju (SS)
Sikap
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saya merasa dengan melakukan perilaku sehat maka
kesehatan saya akan semakin optimal
2. Saya merasa tidak ada yang perlu saya lakukan lagi untuk
meningkatkan kesehatan saya sekarang
3. Menurut saya, sehat hanya meliputi kondisi fisik saja
4. Saya menghindari perilaku beresiko pada kesehatan karena
akan merugikan baik sekarang maupun yang akan datang
5. Saya kurang memperhatikan kondisi kecuali pada saat sakit
6. Menurut saya, pencegahan terhadap sakit dapat dilakukan
dengan berperilaku sehat
Pengaruh keluarga
No. Pernyataan Tidak Pernah Kadang Selalu
7. Orang tua menyediakan informasi kesehatan bagi saya
8. Kehidupan di rumah kurang mengkondisikan saya untuk
berperilaku sehat
9. Keluarga mengajarkan pentingnya berperilaku sehat
10. Keluarga menasehati jika saya melakukan tindakan yang
merugikan bagi kesehatan
11. Keluarga/ orang tua tidak peduli dengan keadaan saya
12. Adanya waktu keluarga yang digunakan untuk berbagi
pengalaman dan informasi
13. Keluarga memotivasi saya untuk aktif dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan/ organisasi
14. Keluarga/ orang tua tidak pernah memberikan pujian pada
diri saya
Pengaruh komunitas
No. Pernyataan Tidak Pernah Kadang Selalu
15. Teman-teman saya mau meluangkan waktu untuk mengobrol dan
membantu memecahkan permasalahan yang saya hadapi
16. Saya memanfaatkan media massa untuk memperoleh informasi
kesehatan
17. Teman-teman suka merokok/ mabuk-mabukan/ berkelahi
18. Saya mencoba setiap produk yang diiklankan tanpa mempertimbangkan
efeknya bagi kesehatan
19. Teman-teman memberikan motivasi dan penghargaan dalam berbagai
hal yang mendukung saya ke arah positif
20. Masyarakat sekitar dapat memberikan teladan hidup sehat
21. Warga sekitar tempat tinggal tidak peduli terhadap kebersihan
22. Teman-teman memberikan julukan pada saya yang membuat saya malu
atau rendah diri
6|Page
Kuesioner Penelitian untuk Sekolah
GAMBARAN PERILAKU SEHAT (HEALTH BEHAVIORS) PADA REMAJA AWAL DI
SMP NEGERI KOTA YOGYAKARTA
Nama Sekolah :
Hari / Tanggal :
1|Page
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Remaja
No. Pernyataan Ya Tidak
Sekolah
1. Terdapat kerjasama dengan puskesmas dalam pelayanan kesehatan remaja melalui
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
2. Merujuk siswa yang membutuhkan ke puskesmas untuk mendapatkan pelayanan
konseling dan pendampingan psikologis
3. Terdapat kerja sama dengan pihak ketiga, seperti institusi pendidikan dan LSM
4. Pelayanan kesehatan memperhitungkan perbedaan kebutuhan remaja dan orang
dewasa, seperti adanya karakteristik, dinamika dan kebutuhan remaja
5. Terdapat informasi kesehatan remaja yang mudah diperoleh siswa mengenai :
a. Pelayanan kesehatan umum seperti TBC, malaria, penyakit endemik, dan
perawatan gigi
b. Informasi & konseling mengenai perkembangan selama remaja
2|Page
Lampiran 4