Anda di halaman 1dari 58

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE DEMONSTRASI

DENGAN MEDIA SHORT EDUCATION MOVIE (SEM) TERHADAP


KETERAMPILAN PSIKOMOTOR PERAWATAN LUKA BAKAR
IBU RUMAH TANGGA

LITERATURE REVIEW

ALFATAHADI SAPUTRA
M16.01.0001

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Literature Review Berjudul “Pengaruh Metode Pendidikan Kesehatan


Demonstrasi Dengan Media Short Education Movie (SEM) Terhadap
Perilaku Perawatan Luka Bakar Ibu Rumah Tangga” ini telah mendapat
persetujuan pada April 2020

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Faisal Sangadji, M.Kep Ns. Caesar Icridha Bagus Prahartiko,


NIK: 01.230380.16.0022 S.Kep, M.Kes
NIK: 01.050794.20.002

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Madani Yogyakarta

Ns. Rahmah Widyaningrum, M.Kep


NIK: 01.050188.13.0019

2
LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala, Dzat yang Maha Esa, Dzat
yang Maha Agung dan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Tuhan semesta
alam.
Shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi
Wassalam, yang telah mengenalkan Tuhan Yang Maha Esa sebagai kebenaran
sejati pada jiwa-jiwa pencinta-Nya, untuk jiwa-jiwa suci yang senantiasa
menghembuskan nafas-Nya, menuliskan keberkahan nama-Nya.
Dengan segenap rasa cinta dan kasih, ku persembahkan karya kecil ini
untuk orang-orang terkasih…
Ayahanda tercinta Lamiri dan Ibunda tersayang Sri Ba’diyah, yang
senantiasa selalu mendoakan, mendukung dan selalu memberi semangat serta
nasihat, menyayangi serta mengasihi dengan penuh rasa cinta.
Adikku tersayang Rizal Santoso dan Lastri Altafonisa, yang selalu
memberi semangat, selalu menyadarkan diri bahwa masa depan itu butuh
diperjuangkan sehingga menambah semangat dalam hidupku.
Semua keluargaku tercinta yang telah memberikan dukungan, dorongan,
semangat, serta nasihat yang selalu aku nanti-nanti demi kehidupan yang lebih
baik dimasa yang akan datang.
Para pahlawanku dosen pembimbing: Dosen pembimbing 1 bapak Ns.
Faisal Sangadji, M.Kep, Dosen Pembimbing 2 Bapak Ns. Caesar Icridha Bagus
Prahartiko, M,Kes, Dosen Penguji Bapak Ns. Errick Endra Citta, M.Kep, CWCS,
serta Bapak Ns. Muhammad Nur Hasan, M.Kep dan Bapak Ns. Sholihin, M.Kep
yang telah memberikan motivasi dan bimbigan sehingga saya mampu
menyelesaikan tugas akhir ini
Tiada pantas kata selain terimakasih yang tak terhingga untuk Bapak/Ibu
Guru/Ustadz/Dosen atas ilmu yang telah engkau berikan, jasa-jasamu takkan
pernah ku lupa.
Untuk orang terdekat, tercinta, tersayang, dan sahabat-sahabat terbaikku
Mukhlisin, puput heriyanti dan masih banyak lainnya yang tak bisa aku sebutkan
satu persatu, yang senantiasa banyak memberiku motivasi dan doa.
Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Keperawatan ikhwan, khususnya
rekan-rekan angkatan seangkatan 2016 terima kasih banyak ku ucapkan.
Almamaterku tercinta STIKES MADANI YOGYAKARTA yang sekarang
sedang berjuang untuk menjadikan sekolah tinggi ini lebih baik lagi.
Saya berharap semoga kita dapat menjadi insan yang lebih baik dimasa
mendatang, Aamiin.

3
KATA PENGANTAR
Puji Dan Syukur Peneliti Haturkan Kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Yang Maha Esa. Shalawat Serta Salam Semoga Selalu Tercurah Kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Keluarganya, Para Sahabatnya, Serta
Orang-Orang Yang Mengikuti Risalah-Nya Hingga Akhir Zaman. Alhamdulillah,
Dengan Karunia Dan Izin-Nya Peneliti Dapat Menyelesaikan Skripsi Ini
Dengan Judul “Pengaruh Metode Pendidikan Kesehatan Demonstrasi Dengan
Media Short Education Movie (SEM) Terhadap Perilaku Perawatan Luka Pada
Luka Bakar Ibu Rumah Tangga Di Dusun Kradenan”
Penyusunan Skripsi Ini Terwujud Atas Bimbingan, Arahan Dan Dukungan
Dari Berbagai Pihak Yang Tidak Bisa Peneliti Sebutkan Satu Persatu, Oleh
Karena Itu Pada Kesempatan Ini Peneliti Menyampaikan Penghargaan Dan
Terima Kasih Yang Mendalam Kepada :
1. Ns. Faisal Sangadji, M.Kep Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Madani Yogyakarta
2. Ns. Rahmah Widyaningrum, M.Kep Selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan STIKes Madani Yogyakarta.
3. Ns. Faisal Sangadji, M.Kep Selaku pembimbing I yang telah memberikan
masukan dan arahan kepada peneliti.
4. Ns. Caesar Icridha Bagus Prahartiko, S.Kep, M.Kes Selaku pembimbing II
yang telah memberikan masukan dan arahan kepada peneliti.
5. Ns. Errick Endra Cita, M.Kep., CWCS Selaku dosen penguji yang telah
bersedia memberikan masukan berharga dalam penyelesaian skripsi.
Dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengalaman, Penulis
menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan sudah barang tentu masih
banyak kesalahan yang luput dari pengamatan peneliti. Oleh karena itu kritik serta
saran yang Inovatif dan membangun dari semua pihak untuk perbaikan dan
pemyempurnaan sangat peneliti harapkan. Semoga semua bantuan dan dukungan
yang telah diberikan kepada peneliti mendapat balasan dari Allah Subhanahu wa
ta’ala dan dicatat sebagai amal kebaikan. Jazakumullahu khairon.

Yogyakarta, 2020
Peneliti

Alfatahadi Saputra

4
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 12
A. Luka Bakar................................................................................... 12
B. Keterampilan Penanganan luka bakar.......................................... 24
C. Pendidikan Kesehatan................................................................... 29
D. Pertolongan Pertama Luka Bakar................................................. 37
E. Kerangka Teori............................................................................. 40
F. Kerangka Konsep......................................................................... 41
G. Variabel Penelitian....................................................................... 41
H. Hipotesis....................................................................................... 41
BAB III METODE ...................................................................................... 42
A. Strategi Pencarian Literature ...................................................... 42
a. Framework..................................................................... 43
b. Keyword ........................................................................ 45
c. Data base........................................................................ 55
B. Kriteria Inklusi dan Eksklusi....................................................... 56
C. Seleksi Studi Dan Penliaian Kualitas.......................................... 56
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN.................................. 57
A. Hasil Dan Analisis....................................................................... 59
B. Pembahasan................................................................................. 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 79
A. Kesimpulan.................................................................................. 80
B. Conflict of Interest....................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 89
LAMPIRAN.................................................................................................. 90

5
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian......................................................................... 9


Tabel 2.1 Derajat Luka Bakar........................................................................ 14
Tabel 3.1 Definisi Operasional....................................................................... 47

6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori........................................................................... 40
Gambar 2.2 Kerangka Konsep....................................................................... 41

7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Kuesioner Demografi
Lampiran 4. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 5. Standart Operational Prosedure Perawatan Luka Bakar
Lampiran 6. Lembar Observasi

8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 mencatat

Kejadian luka bakar di dunia masih tergolong tinggi, dibuktikan dengan

angka kematian yang mencapai sekitar 180.000 korban meninggal setiap

tahunnya akibat luka bakar. Kejadian luka bakar di dunia mayoritas terjadi

di negara dengan penghasilan rendah sampai dengan menengah, data

menunjukan wilayah Afrika dan Asia Tenggara menyumbangkan angka

terbanyak sebesar 60% kematian setiap tahunnya. ASEAN memiliki

tingkat terkena luka bakar lebih tinggi dari wilayah lainnya, terbukti

dimana 27% diantaranya menyebabkan kematian di seluruh dunia, dan

hampir 70% merupakan penyebab kematian di Asia Tenggara (Kristanto,

2018).

Diperkirakan 265.000 orang meninggal setiap tahunnya karena

luka bakar yang berhubungan langsung dengan api, kematian akibat luka

bakar bahan kimia, luka bakar sengatan listrik, dan bentuk luka bakar

lainnya yang tidak terdata. Bangladesh, Kolombia, Mesir, dan Pakistan,

sekitar 17% anak dinegara tersebut menderita luka bakar dengan kecacatan

sementara dan 18% dengan kecacatan permanen. Sedangkan di Nepal,

luka bakar merupakan penyebab kedua cedera tertinggi, dengan 5%

kecacatan. Secara nasional, di Indonesia sejumlah data yang

9
dipublikasikan melaporkan bahwa lebih dari 500 jiwa meninggal per tahun

akibat luka bakar (WHO, 2016).

Indonesia memiliki angka kejadian luka bakar pada tahun 2016

adalah sebesar 556 jiwa dan telah mengalami peningkatan sebesar 5,7%

dibandingkan kejadian pada tahun 2015. Provinsi dengan prevalensi

tertinggi adalah Papua (4.0%) dan Bangka Belitung (2.4%) (Depkes,

2017). Anak-anak dan lansia cukup tinggi mengalami luka bakar di

Indonesia dikarenakan ketidakberdayaan anak-anak dan lansia untuk

menghindari terjadinya kebakaran maka, usia anak-anak dan lansia

merupakan korban angka kematian tertinggi yang terjadi di Indonesia

(Nugroho, 2017). Prevalensi cedera di Indonesia sebanyak 7,5% salah

satunya karena luka bakar yaitu sebanyak 2,2%, di Jawa Tengah sendiri

prevalensi luka bakar sebanyak 2,1% penyebabnya yaitu terbakar, tersiram

air panas atau bahan kimia berbahaya dan sengatan listrik (Riset

Kesehatan Dasar, 2018)

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Departemen Kesehatan

RI (2015) prevalensi luka bakar di Indonesia adalah 7,2 % dari total

kejadian luka bakar pertahun. Menurut Tim Pusbankes 118 Persi DIY

(2018) angka kematian akibat luka bakar di RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo Jakarta berkisar 37%-39% pertahun dari angka

kejadian, sedangkan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta rata-rata dirawat 9

pasien luka bakar perminggu setiap tahun, dan pada tahun 2016 lalu

tercatat angka kejadian luka bakar di Yogyakarta sejumlah 174 pasien

10
yang mana mengalami peningkatan pada tahun 2017 yaitu sejumlah 221

dengan presetase kematian 12%.

RISKESDAS (2018) mencatat luka bakar menempati urutan

keenam dengan penyebab utama terbakar dan tersiram air panas dengan

tingkat prevalensi 0,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia. World

Health Organisation (WHO) pada tahun 2016 mencatat, luka bakar

menyebabkan sekitar 556 jiwa meninggaI di Indonesia setiap tahun. Fakta

ini diperkuat dari data riset epidemiologi sejumIah dokter di Rumah Sakit

Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada tahun 2013-2015 dimana

sebanyak 108 pasien (82,3%) luka bakar adalah kelompok anak-anak

(pediatric group) yang berusia 1-5 tahun," jelas Senior GM Marketing

Women's Health and Active Day Care Combiphar, (Anggowarsito, 2014).

Menurut Holland (2011) menyatakan bahwa 256 dari 423 anak-

anak (65,6%) Di Indonesia menerima pertolongan pertama dengan benar,

139 (31,1%) anak-anak tidak menerima pertolongan pertama dengan

benar, dan 14 (3,3%) kasus pengobatan tidak terdokumentasi. Dari total

subjek 40% yaitu 80 dari 200 subjek menyatakan bahwa mereka

mempelajari tentang pertolongan pertama pada luka bakar, sedangkan

sisanya tidak mendapatkan pedidikan kesehatan tentang pertolongan

pertama luka bakar. Hal tersebut menunjukan betapa pentingnnya

pendidikan kesehatan terutama pertolongan pertama luka bakar bagi ibu

rumah tangga sebagai penanggung jawab (care giver) bagi anak-anaknya

maupun bagi diri mereka sendiri (Davies, 2015).

11
Sebuah penelitian yang telah dilakukan pada saat terjadi kejadian

luka bakar 109 (96%) dari 118 orang tua menyebutkan mereka akan

melepaskan pakaian anak-anaknya setelah luka bakar melepuh.

Kemudian 73% yaitu 81 dari 118 orang tua mengatakan memberikan air

dingin atau batu es untuk mendinginkan luka bakar (Yovita, 2010).

Sebuah penelitian yang dilakukan sebanyak 378 responden penelitian

penanganan pertama luka bakar pada orang deawasa 25-40 tahun 192

(50,3%) diantaranya memiliki riwayat luka bakar. Praktek pertolongan

pertama yang dilakukan pada 378 responden menunjukan 212 (54%)

responden menggunakan madu dan pasta gigi saat terkena luka bakar dan

sebelumnya mereka tidak memiliki keterampilan tentang pertolongan

pertama luka bakar (Rohmawati, 2016)

Kebiasaan masyarakat yang kurang tepat dimana jika terjadi luka

bakar banyak dari masyarakat yang memberikan pertolongan pertama

pada kasus luka bakar Dengan cara mengoleskan pasta gigi, mentega,

minyak. Anggapan yang salah dalam menangani kasus luka bakar secara

turun temurun dan menjadi kebiasaan dikalangan masyarakat Hingga kini

masih banyak masyarakat yang percaya dengan hal tersebut dimana jika

kebiasaan masyarakat dalam melakukan pertolongan pertama luka bakar

tersebut masih tidak sesuai dengan SOP (standard operastional

procedure), sehingga intervensi yang diberikan mencerminkan tingkat

keterampilan masyarakat yang belum terstandar dan dibutuhkan

pendidikan kesehatan terutama pertolongan pertama luka bakar pada ibu

12
rumah tangga (Mulia, 2018).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) (2011)

menyatakan bahwa Penanganan pada luka bakar yang tepat tidak akan

menimbulkan dampak yang berbahaya bagi tubuh, Akan tetapi jika luka

bakar tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka dapat menyebabkan

berbagai komplikasi seperti infeksi, syok, dan ketidakseimbangan

elektrolit. Kuman yang berbahaya dan dapat menginfeksi luka adalah

clostridium tetani yang dapat menyebabkan penyakit tetanus. Komplikasi

lain yang terjadi akibat luka bakar yaitu trauma psikologis yang berat

karena cacat akibat bekas luka bakar sehingga dapat mempengaruhi citra

tubuh dari seseorang. luka bakar memiliki dampak Penyembuhan tidak

optimal serta waktu sembuhnya lebih lama dari yang seharusnya,

kemudian Rentan terhadap masuknya mikroorganisme, sehingga

mengakibatkan infeksi (Paramita, 2016)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murti (2019)

didesa sodorejo kecamatan ambal, kabupaten kebumen , jawa tengah.

dengan metode penelitian kuantitatif dengan rancangan quasi-

experimental penelitian ini mengungkapkan hubungan sebab akibat

dengan melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok experimental

(Two Group) dengan media short education movie dengan hasil 80%

responden kelompok eksperimental mengalami peningkatan dengan nilai

baik. Sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Onilia Risqiana

(2019) di SMPN 1 Dukun dengan metode ceramah dan Short Movie

13
Edukasi dengan 1 kelompok eksperimental (One Group) menghasilkan

85% responden mengalami penigkatan keterampilan dalam katagori baik.

Berdesarkan dua penelitian diatas dapat disimpulkann bahwa penelitian

menggunakan Short Education Movie (SEM) efektif dalam penignkatan

kemampuan responden dalam melakukan pertolongan pertama luka

bakar, akan tetapi pada penelitian pertama SEM tanpa Ceramah

disebutkan nilai dari hasil penelitian mencapai 80% keterampilan

meningkat sedangkan pada penelitian kedua SEM dengan metode

ceramah hasil dari penelitian mencapai 95% meningkat, oleh karna itu

peneliti ingin mengetahui efektivitas dari SEM pada era digital seperti

saat ini apakah akan lebih efektif digunakan sebagai salah satu metode

pendidikan kesehatan.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 03

februari 2019, dari 102 ibu rumah tangga didusun kradenan yang diambil

secara acak didapatkan 10 ibu rumah tangga (10,2%) dengan pengajuan 15

pertanyaan yang berisi tentang pertolongan pertama luka bakar dihasilkan

8 dari 10 ibu hanya menjawab 30-50% benar. dapat disimpulkan bahwa

ibu rumah tangga di kradenan memiliki perilaku perawatan yang masih

kurang tentang pertolongan pertama luka bakar. Melihat latar belakang

dari masalah yang dijabarkan diatas, maka penulis tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut dengan mengadakan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Metode Pendidikan Kesehatan Demonstrasi Dengan Media

14
Short Education Movie (SEM) Terhadap Perilaku Perawatan Luka Bakar

Ibu Rumah Tangga Di Dusun Kradenan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa

kejadian luka bakar baik didunia maupun di indonesia masih tergolong

tinggi, dari kasus luka bakar tersebuut dapat menimbulkan dampak yang

negativ bagi korban baik secara fisik maupun psikologis. Dari data yang

didapat mencapai angka sebesar 80% dari 10 ibu rumah tangga belum

memiliki perilaku perawatan luka bakar yang baik. Oleh karna itu peneliti

ingin mengetahui Apakah ada Pengaruh Metode Pendidikan Kesehatan

Demonstrasi Dengan Media Short Education Movie (SEM) Terhadap

Perilaku Perawatan Luka Bakar Ibu Rumah Tangga?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari Literature Review ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pendidikan kesehatan metode demonstrasi dengan media short

education movie (SEM) terhadap keterampilan psikomotor perawatan luka

bakar.

2. Tujuan Khusus

15
a. Mengetahui Pengaruh Metode Pendidikan Kesehatan Demonstrasi

Dengan Media Short Education Movie (SEM) Terhadap Perilaku

Perawatan Luka Bakar Ibu Rumah Tangga

b. Mengetahui perbedaan perilaku perawatan luka bakar dari sebelum

dan sesudah dilakukan Pendidikan Kesehatan metode SEM

Demonstrasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Luka Bakar

1. Pengertian Luka Bakar

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh

panas arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit,

mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka bakar yang luas

mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh, semua

sistem dapat terganggu, terutama sistem kardiovaskuler

(Rahayuningsih, 2012).

Luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi

melindungi kita dari kotoran dan infeksi. Jika banyak

permukaan tubuh terbakar, hal ini bisa mengancam jiwa karena

terjadi kerusakan pembuluh darah ketidak-seimbangan elektrolit

16
dan suhu tubuh, gangguan pernafasan serta fungsi saraf (Azizah,

2017).

2. Etiologi

a. Luka Bakar Termal

Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar

atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas

lainnya. Banyak Penyebab yang dapat mengakibatkan luka

bakar namun Penyebab paling sering yaitu luka bakar yang

disebabkan karena terpajan dengan suhu panas seperti

terbakar api secara langsung atau terkena permukaan logam

yang panas (Fitriana, 2014).

b. Luka Bakar Kimia

Luka bakar kimia disebabkan oleh kontaknya jaringan

kulit dengan asam atau basa kuat. Luka bakar kimia dapat

terjadi misalnya karena kontak dengan zat– zat pembersih yang

sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga yang dapat

menyebabkan terjadi luka bakar jika mengenai bagian kulit

(Rahayuningsih, 2012).

c. Luka Bakar Elektrik

Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang

digerakkan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh.

Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak,

17
tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai

mengenai tubuh (Rahayuningsih, 2012). Luka bakar listrik

ini biasanya lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di

permukaan tubuh (Fitriana, 2014).

d. Luka Bakar Radiasi

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber

radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan

penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber

radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.

Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama

juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi

(Rahayuningsih, 2012).

3. Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar

a. Kedalaman Luka Bakar

Kedalaman luka bakar dilihat dari permukaan kulit yang

paling luar. Kedalaman suatu luka bakar terdiri dari

beberapa kategori yang didasarkan pada elemen kulit yang

rusak seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 derajat luka bakar

Derajat Kedalaman Kerusakan Karakteristik


Satu superficial burn epidermis Kulit kering,
kemerahan,
dan nyeri
Dua superficial Epidermis dan Merah, lecet,
partial-thickness sebagian lapisan melepuh,
burn dermis bengkak, dan

18
nyeri
Tiga full thickness Kerusakan Kulit berwarna
burn seluruh lapisan putih, kasar,
kulit (dermis dan namun juga
epidermis) serta terlihat hangus,
lapisan yang lebih dan mati rasa.
dalam
Sumber : (Wardhana, 2013)

b. Luas Luka Bakar

Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka

bakar meliputi Rule of nine, hand palm, dan Lund and

Browder. Ukuran luka bakar ditentukan dengan persentase

dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari

perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan

pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar

(Effendi, 2011).

1) Metode rule of nine

Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam

bagian-bagian anatomic, dimana setiap bagian mewakili 9%

kecuali daerah genitalia 1% (lihat gambar 1). Metode ini

adalah metode yang baik dan cepat untuk menilai luka

bakar menengah d an berat pada penderita yang berusia

diatas 10 tahun. Tubuh dibagi menjadi area 9%. Metode ini

tidak akurat pada anak karena adanya perbedaan proporsi

tubuh anak dengan dewasa (Wardhana, 2013)

19
2) Metode Hand Palm

Metode permukaan telapak tangan. Area permukaan

tangan pasien (termasuk jari tangan ) adalah sekitar 1%

dari total luas permukaan tubuh manusia. untuk Metode ini

biasanya hanya digunakan pada luka bakar yang

berukuran kecil (Fajriansyah, 2016).

3) Metode Lund and Browde

Metode ini mengkalkulasi total area tubuh yang terkena

berdasarkan lokasi dan usia. Metode ini merupakan

metode yang paling akurat pada anak bila digunakan

dengan benar

(Moenadjat, 2010). Metode lund and browder merupakan

modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh menurut

usia, yang dapat memberikan perhitungan yang lebih akurat

tentang luas luka bakar yaitu kepala 20%, tangan masing-

masing 10%, kaki masing-masing 10%, dan badan kanan

20%, badan kiri 20% (Sjaifuddin, 2016).

c. Lokasi luka bakar

Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi

luka bakar. Luka bakar yang mengenai kepala, leher dan

dada sering kali berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka

bakar yang menganai wajah seringkali menyebabkan abrasi

kornea. Luka bakar yang mengenai lengan dan persendian

20
seringkali membutuhkan terapi fisik dan occupasi dan dapat

menimbulkan implikasi terhadap kehilangan waktu bekerja dan

atau ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen Luka

bakar yang mengenai daerah perineal dapat terkontaminasi

oleh urine atau feces. Sedangkan luka bakar yang mengenai

daerah torak dapat menyebabkan tidak adekuatnya ekspansi

dinding dada dan terjadinya insufisiensi pulmoner

(Rahayuningsih, 2012).

d. Mekanisme Injury

Mekanisme injurymerupakan faktor lain yang digunakan

untuk menentukan berat ringannya luka bakar. Secara umum

luka bakar yang mengalami injuri inhalasi memerlukan

perhatian khusus. Pada luka bakar electric, panas yang

dihantarkan melalui tubuh, mengakibatkan kerusakan jaringan

internal (Kusuma, 2019).

Injury pada kulit mungkin tidak begitu berarti akan tetapi

kerusakan otot dan jaringan lunak lainnya dapat terjad lebih

luas khususnya bila injury electrik dengan voltage tinggi. Oleh

karena itu voltage , tipe arus (direct atau alternating), tempat

kontak dan lamanya kontak adalah sangat penting untuk

diketahui dan diperhatikan karena dapat mempengaruhi

morbidity (Rahayuningsih, 2012).

e. Usia

21
Kelompok terbesar dengan kasus luka bakar adalah anak-

anak kelompok usia dibawah 6 tahun bahkan sebagian besar

berusia kurang dari 2 tahun. Puncak insiden kedua adalah luka

bakar akibat kerja yaitu pada usia 25-35 tahun. Kendatipun

jumlah pasien lanjut usia dengan luka bakar cukup kecil, tetapi

kelompok ini sering kali memerlukan perawatan pada fasilitas

khusus luka bakar (Nugroho, 2015)

Usia klien mempengaruhi berat ringannya luka bakar.

Angka kematiannya (mortality rate) cukup tinggi pada anak

yang berusia kurang dari 4 tahun, terutama pada kelompok usia

0-1 tahun dan klien yang berusia di atas 65 tahun. Tingginya

statistic mortalitas dan morbiditas pada orang tua yang terkena

luka bakar merupakan akibat kombinasi dari berbagai

gangguan fungsional (seperti lambatnya bereaksi, gangguan

dalam menilai, dan menurunnya kemampuan mobilitas), hidup

sendiri, dan bahaya-bahaya lingkungan lainnya. Disamping itu

juga mereka lebih rentan terhadap injury luka bakar karena

kulitnya menjadi lebih tipis, dan terjadi athropi pada bagian-

bagian kulit lain. Sehingga situasi seperti ketika mandi dan

memasak dapat menyebabkan terjadinya luka bakar

(Rahayuningsih, 2012).

4. Proses Penyembuhan Luka

22
Krisanty (2009) mengatakan bahwa proses penyembuhan

luka bakar terdiri dari 3 fase yang meliputi fase inflamasi, fase

fibioblastik, dan yang terakhir adalah fase maturasi. Adapun

proses penyembuhan dari tiga fase diatas antara lain:

a) Fase Inflamasi

Fase terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka bakar.

Pada fase ini terjadi perubahan vascular dan proliferase

seluler. Daerah luka mengalamiagregasi trombosit dan

mengeluarkar serotonin serta mulai timbul epitalisasi.

b) Fase Fibi Oblastik

Fase yang dimulai pada hari ke 4 sampai 20 pasca luka

bakar. Pada fase ini timbul abrobast yang membentuk

kolagen yang tampak secara klinis sebagai jaringan granulasi

yang berwarna kemerahan.

c) Fase Maturasi

Proses pematangan kolagen dan terjadi penurunan aktivitas

seluler dan vaskuler. Hasil ini berlangsung hingga 8 bulan

sampai lebih dari satu tahun dan berakhir jika sudah tidak ada

tanda-tanda inflamasi untuk akhir dari fase ini berupa

jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa

nyeri atau gatal.

5. Menejemen Penatalaksanaan

23
Penanganan luka bakar pada anak dan dewasa pada

dasarnya sama hanya akibat yang ditimbulkan dapat lebih serius

pada anak. Hal itu disebabkan secara anatomi kulit anak lebih tipis,

lebih mudah terjadi kehilangan cairan dan elektrolit serta

kemungkinan terjadi hipotermi cukup besar (Ramdani, 2020).

Berbagai macam respon sistem organ yang terjadi setelah

mengalami luka bakar menuntut perlunya pendekatan antar disiplin

Perawat bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana

perawatan yang didasarkan pada pengkajian data yang

merefleksikan kebutuhan fisik dan psikososial klien dan keluarga

atau orang lain yang dianggap penting (Rahayuningsih, 2012).

Perawatan sebelum di rumah sakit (prehospital care). Perawatan

sebelum klien dibawa ke rumah sakit dimulai pada tempat kejadian

luka bakar dan berakhir ketika sampai di institusi pelayanan

emergensi. Prehospital care dimulai dengan memindahkan

/menghindarkan klien dari sumber penyebab luka bakar dan atau

menghilangkan sumber panas (Rahayuningsih, 2012).

a) Penatalaksaan Pre Hospital

Menurut Effendie (2011) mengatakan bahwa penanganan

pertama pada luka bakar antara lain :

1) Menjauhkan penderita dari sumber luka bakar

2) Memadamkan pakaian yang terbakar

3) Menghilangkan zat kimia penebab luka bakar

24
4) Meyiram dengan air yang banyak jika karena zat kimia

5) Mematikan listrik atau buang sumber listrik dengan

menggunakan objek yang kering dan tidak menghantarkan

arus (nonconductive).

Fitriani (2014) menyebutkan bahwa pada tindakan

penatalaksanaan luka bakar terdapat beberapa prioritas

tindakan untuk mengatasi kegawatan pada klien yaitu sebagai

berikut :

1) Menghentikan proses pembakaran

Jika menemukan penderita masih dalam keadaan

terbakar maka harus segera dilakukan pemadaman dengan

cara menyiram dengan air dalam jumlah banyak apabila

disebabkan bensin atau minyak. Menggulingkan penderita

pada tanah (drop and roll) atau menggunakan selimut

basah untuk memadamkan api.

Walaupun api sudah mati, luka bakar akan tetap

mengalami proses perjalanan pembakaran, untuk

mengurangi proses ini luka dapat disiram atau direndam

dengan air bersih untuk pendinginan. Perlu diketahui

bahwa proses pendalaman ini hanya akan berlangsung

selama 15 menit, sehingga apabila pertolongan datang

setelah 15 menit, usaha sia-sia dan hanya akan

menimbulkan hipotermi. Tidak diperbolehkan sekali-kali

25
mengompres luka bakar dengan kassa air es karena dapat

mengakibatkan kerusakan jaringan.

2) Perawatan Luka Bakar

Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk

memperkecil kemungkinan kontaminasi bakteri dan

mengurangi rasa nyeri dengan mencegah aliran udara agar

tidak mengenai permukaan kulit yang terbakar.

Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran

dari luka.Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar

luka segera sembuh rasa sakit yang minimal. Setelah luka

dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan

luka ini memiliki beberapa fungsi: pertama dengan

penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan

epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau

jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk

mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga,

penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar

pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa

sakit.

Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka

bakar (Widiati, 2010).

a) Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan

sedikit hilangnya barier pertahanan kulit. Luka

26
seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan

pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa

sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi

NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk

mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.

b) Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan

luka setiap harinya, pertama-tama luka diolesi

dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan

perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik.

Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka

sementara yang terbuat dari bahan alami

(Xenograft), Allograft (homograft, cadaver skin) )

atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte,

integra).

c) Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu

dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early

exicision and grafting )

Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya

adalah jaringan parut yang dapat berkembang menjadi

cacat berat.Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi

dan menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan

cacat estetik yang buruk sekali sehingga diperlukan

juga ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan

27
diri. Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada

luka bakar (Yovita, 2010):

a) Infeksi dan sepsis

b) Oliguria dan anuria

c) Oedem paru

d) ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome )

e) Anemia

f) Kontraktur

g) Kematian

Pengasuhan terhadap anak yang dilakukan oleh seorang ibu

tidak hanya berkaitan dengan pemberian asupan makanan dan

pengasuhan perilaku saja, tetapi seorang ibu perlu memiliki

keteramapilan tentang perawatan kesehatan baik dalam kondisi

sakit termasuk keterampilan tentang perawatan luka bakar

(Yovita, 2010).

B. Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku kesehatan merupakan

respon terhadap stimulus objek yang berkaitan dngan sakit atau

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, dan

lingkungan.

28
Menurut Green, Lawrence (1991) dalam (Nursalam, 2015),

perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni:

1. Faktor predisposisi (predisposing faktors)

Merupakan faktor yang terwujud dalam keterampilan, tradisi, serta

keyakinan, sistem yang dianut masyarakat, sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan

pekerjaan.

2. Faktor pemungkin (enabling faktors)

Merupakan faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan

fisik yakni sarana dan prasarana serta fasilitas kesehatan seperti air

bersih, tempat pembuangan sampah, ketersediaan makanan bergizi,

serta fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Faktor pendorong (reinforcing faktors)

Faktor penguat perilaku yang meliputi sikap, tokoh masyarakat,

tokoh agama, undang-undang, peraturan. Yang mendukung serta

memperkuat terbentuknya perilau yakni ketersediaan fasilitas

sarana dan prasarana serta pelayanan dari petugas kesehatan

terhadap kesehatan.

Ketiga faktor penyebab di atas dipengaruhi oleh faktor penyuluhan

dan faktor kebijakan, peraturan, serta organisasi, semuanya tersebut

merupakan ruang lingkup promosi kesehatan. Faktor lingkungan yang

mempengaruhi perilaku seseorang tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang yang

29
bersangkutan. Hal yang mendukung dan memperkuat terbentuknya

perilaku yakni katersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas

kesehatan terhadap kesehatan.

Health education merupakan upaya menyampaikan pesan kepada

masyarakat yang diharapkan memperoleh keterampilan tentang

kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Media health promotion dapat berupa

video yang dapat menyampaikan pesan secara menarik dan berkesan

(Ismaniati, 2012) dan dipadukan dengan metode demonstrasi dimana

sangat efektif untuk melakukan hal dan pelaksanaanya (Chayatin,

2007). Dalam penelitian ini peneliti memadukan metode pendidikan

kesehatan mengenai perawatan luka ringan pada anak usia sekolah

dengan metode Short Education Movie (SEM) dan demonstrasi.

Kemudian perilaku anak usia sekolah akan ditentukan oleh 3 faktor

yakni predisposing faktor, enabling faktor, dan reinforcing faktor,

kemudian akan membentuk kebiasaan dalam kehidupan yang akan

dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Kemudian apabila lingkungan

mendukung untuk kesehatan maka akan tercipta kesehatan, dan

kemudian akan meningkatkan kualitas hidup seseorang.

Kualitas hidup (Quality Of Life) menurut Adam dalam (Nursalam,

2015) adalah konsep analisis kemampuan individu untuk mendapat

hidup yang normal. QOL digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk

menganalisis emosional seseorang, faktor sosial, dan kemampuan untuk

30
memenuhi tuntutan kehidupan dalam kegiatan (Brooks & Anderson

dalam (Nursalam, 2015)).

C. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep

pendidikan di dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi

pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu penyampaian

informasi praktis dalam penggunaan praktik pendidikan. Oleh

sebab itu konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan

yang diaplikasikan pada bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan

kesehatan yang dilakukan dengan penyebaran pesan, menanamkan

keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan

mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suantu anjuran yang

ada hubungannya dengan dengan kesehatan (Machfoedz, 2007).

Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan yang

dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan

keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti

tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada

hubungganya dengan kesehatan (Fitriani, 2011).

Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk intervensi

atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut

31
kondusif untuk kesehatan. Hal ini dapat diartikan bahwa

pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku individu,

kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

pengertian lebih luas sebenarnya didapatkan dalam bidang

promosi kesehatan, dimana pendidikan dan pendidikan kesehatan

merupakan bagian dari promosi kesehatan yang lebih menekankan

pada pendekatan edukatif, namun jika promosi kesehatan

menekankan pada upaya perubahan atau perbaikan perilaku

kesehatan (Mubarak, 2011)

Proses pendidikan berlangsung didalam suatu lingkungan

pendidikan atau tempat dimana pendidikan itu berlangsung,

biasanya dibedakan menjadi tiga yaitu tri pusat pendidikan yaitu

didalam keluarga (pendidikan informal), didalam sekolah

(pendidikan formal), dan didalam masyarakat Sebuah penelitian

yang dilakukan dalam bentuk pendidikan kesehatan bagi

masyarakat seharusnya dilakukan sesuai prosedur agar hasil yang

didapatkan juga akurat dan dapat menghasilkan penelitian yang

berkualitas untuk menjadi rujukan dalam mengambil sumber

keilmuan (Wardhana, 2013).

Proses pendidikan kesehatan juga mengikuti proses

tersebut, dan unsur-unsurnya pun sama. Proses pendidikan

kesehatan, yang bertindak selaku pendidik kesehatan disini adalah

32
semua petugas kesehatan dan siapa saja yang berusaha untuk

mempengaruhi individu atau masyarakat guna meningkatkan

kesehatan mereka. Karena itu individu, kelompok ataupun

masyarakat, disamping dianggap sebagai sasaran (obyek)

pendidikan, juga dapat berlaku sebagai subyek (pelaku) pendidikan

kesehatan masyarakat apabila mereka di ikutsertakan didalam

usaha kesehatan masyarakat (Firtiani, 2015).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Notoatmodjo (2010) menjelaskan tujuan pendidikan

kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan

mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan

yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama

sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi

masalah kesehatan. Secara umum tujuan dari pendidikan kesehatan

adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat dibidang

kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut antara lain,

menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat,

menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat,

mendorong pengembangan dan menggunakan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada (Notoatmodjo, 2010).

senada dengan pernyataan Notoatmodjo bahwa tujuan

pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku masyarakat

33
yang tidak sehat menjadi sehat. Tujuan tersebut dapat dicapai

dengan anggapan bahwa manusia selalu dapat belajar dan berubah

(pada umumnya manusia dalam hidupnya hidupnya selalu berubah

berubah untuk menyesuaikan menyesuaikan diri terhadap

lingkungan sekitar), perubahan yang terjadi dapat

diinduksikan.Pendidikan kesehatan sangat diperlukan sebagai dasar

untuk kegiatan dalam kesehatan masyarakat menuju masyarakat

sehat jasmani, rohani, sosial dan ekonomi (Sari, 2012)

3. Proses Pendidikan Kesehatan

proses pendidikan kesehatan terdapat tiga persoalan pokok

yaitu masukan (input), proses (process), dan keluaran (output).

Masukan (input) dalam pendidikan kesehatan menyangkut sasaran

belajar yaitu individu, kelompok dan masyarakat dengan berbagai

latar belakangnya. Proses (process) adalah mekanisme dan

interaksi terjadinya perubahan kemampuan dan perilaku pada diri

subjek belajar. Dalam proses pendidikan kesehatan terjadi timbal

balik berbagai faktor antara lain adalah pengajar, teknik belajar,

dan materi atau bahan pelajaran. Sedangkan keluaran (output)

merupakan kemampuan sebagai hasil perubahan yaitu perilaku

sehat dari sasaran didik melalui pendidikan kesehatan

(Notoatmodjo, 2013).

Peneliti melakukan pelatihan promosi kesehatan dengan

sistem modul. Bersamaan dengan saat modul dibagikan, peneliti

34
memberikan penjelasan sesuai dengan yang tertera sekaligus

memperagakan sebanyak 1 kali. Setelah itu, para kader kesehatan

diminta mempelajari sekaligus memraktekkannya di rumah.

Peneliti mengulangi test lagi setelah dilakukan 3 hari setelah

pelatihan promosi kesehatan dilaksanakan (Bensley, 2009).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar

Kegiatan dalam pendidikan terdapat tiga persoalan pokok

yakni masukan (input), proses dan keluaran (output). Persoalan

masukan menyangkut subjek atau sasaran belajar dengan latar

belakangnya. Persoalan proses adalah mekanisme atau proses

terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Di

dalam proses terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor,

antara lain subjek belajar, alat bantu belajar dan materi atau bahan

yang dipelajari (Notoatmodjo, 2010). Keluaran (output) merupakan

hasil belajar itu sendiri yang terdiri dari kemampuan baru atau

perubahan baru pada diri subjek belajar. Guilbert (dalam

Notoatmodjo, 2010) mengelompokkan faktor-faktor yang

mempengaruhi proses belajar dalam empat kelompok besar yaitu

faktor materi, lingkungan, instrumental dan faktor individu

pembelajar (Bensley, 2009).

Faktor pertama, materi atau hal yang dipelajari ikut

menentukan proses da hasil belajar. Faktor kedua yakni lingkungan

fisik yang antara lain terdiri dari suhu, kelembaban udara dan

35
kondisi setempat, sedangkan faktor lingkungan yang kedua adalah

lingkungan sosial, yakni manusia dengan segala interaksinya serta

representasinya seperti keramaian atau kegaduhan. Faktor ketiga

adalah instrumental terdiri dari perangkat keras seperti

perlengkapan belajar dan alat-alat peraga, dan perangkat lunak

seperti kurikulum, pengajar atau fasilitator belajar serta metode

belajar mengajar (Notoatmodjo, 2010).

Pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha untuk

menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar mereka

berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan. Peranan

pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi terhadap faktor

perilaku sehingga perilaku individu, kelompok atau masyarakat

sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Green, 2013) menjelaskan

bahwa perilaku sendiri dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga

faktor pokok yakni faktor-faktor predisposisi (Predisposising

factors), faktor-faktor pendukung (enabling factors) dan faktor-

faktor memperkuat atau mendorong (reinforcing factor), oleh

karena itu pendidikan kesehatan harus diarahkan ketiga faktor

pokok tersebut (Rahayuningsih, 2012).

5. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan adalah masyarakat atau individu

baik yang sehat maupun yang sakit. Sasaran pendidikan kesehatan

tergantung pada tingkat dan tujuan pendidikan yang diberikan.

36
Lingkungan pendidikan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan

melalui berbagai lembaga dan organisasi masyarakat

(Notoatmodjo, 2010).

D. Metode Pendidikan Kesehatan

Kecermatan pemilihan metode pembelajaran sangat diperlukan

dalam mencapai tujuan pendidakan kesehatan (Maulana, 2009).

Menurut (Notoatmodjo, 2003) pendidikan kelompok terdiri dari :

1. Kelompok kecil

Peserta <15 orang serta disebut kelompok kecil. Metode yang

cocok yakni diskusi kelompok (group discussion), curah pendapat

(brainstrorming), bola salju (snow balling), kelompok kecil-kecil

(buzzgroup), memainkan peran (roleplay), serta permainan

demonstrasi (demonstrasi game).

2. Kelompok besar

Kelompok degan peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode

yang baik untuk kelompok besar yakni ceramah dan seminar.

Metode pembelajaran dalam pendidikan kesehatan menurut Suliha

(2002) yakni:

1. Metode diskusi kelompok

Merupakan percakapan yang direncanakan atau persiapan di antara

tiga orang atau lebih tentang topik tertentu dengan seorang

37
pemimpin supaya dapat memecahkan permasalahan dan membuat

keputusan.

2. Metode Panel

Merupakan pembicaraan yang direncanakan di depan pengunjung

mengenai topik serta diperlukan tiga panelis atau lebih dan

diperlukan seorang pemimpin. Proses ini tidak melibatkan audiens

secara langsung.

3. Metode Forum Panel

Merupakan panel yang didalamnya pengunjung sapat berpartisipasi

dalam dikusi.

4. Bermain Peran / Role Play

Dimainkan oleh beberapa orang untuk dipakai sebagai bahan

analisis bagi kelompok. Peserta diminta membayangkan dirinya

mengenai tindakan atau peran tertentu yang dibuat untuk mereka

(Notoatmodjo, 2005).

5. Metode Simposium

Metode mengajar dengan membahas sauatu persoalan dipandang

dari berbagai sudut pandang keahlian. Penyaji memberikan

pandangan tenang suatu hal maka simposium diakhiri dengan

pembacaan kesimpulan.

6. Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan tehnik mengajar dengan

memperlihatkan bagaimana cara menjalankan suatu prosedur.

38
Sasaran pendidikan kesehatan dapat mencoba prosedur yang telah

diperlihatkan oleh penyaji. Menurut Chayatin, 2007) metode

demonstrasi sangat efektif dalam mencari solusi untuk melakukan

suatu hal dan dalam melaksanakannya. Tujuan meode demonstrasi

ini yaitu membantu peserta didik mempraktikkan ketrampilan untuk

menerapkan teori yang disampaikan dan mengembangkan

kemampuan interaksi antar manusia (Nursalam dan Effendi, 2008).

Metode ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor (Hamalik, 2005).

7. Ceramah

Ceramah sangat cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi

maupun rendah (Notoatmodjo, 2005). Ceramah menyajikan

pelajaran melalui penuturan secara lisan atau langsung pada peserta

didik.

8. Brainstorming

Dalam teknik ini fasilitator memimpin dengan memberikan suatu

masalah kemudian peserta memberikan jawaban dan tanggapan.

Tanggapan tersebut ditulis oleh notulen di papan tulis. Metode ini

tanpa ada komentar ataupun tanggapan dari siapapun. Setelah

semua menyampaikan pendapat tahap selanjutnya memberikan

komentar dan diskusi (Efendi & Makhfudli, 2009).

E. Pertolongan Pertama Luka Bakar

39
1. Pertolongan Pertama pada kecelakaan (P3K)

Pertolongan pertama adalah pemberian pertolongan dengan

segera sebelum dirujuk ke pelayanan yang lebih mamadai. tujuan

utama dari pertolongan pertama adalah menyelamatkan jiwa

penderita, tujuan selanjutnya yaitu mencegah cidera menjadi lebih

parah namun lebih baik apabila pertolongan pertama dapat

mengurangi rasa sakit dan penderita lebih nyaman. Sehingga P3K

merupakan salah satu materi yang harus diajarkan (Anggraini,

2012).

2. Perawatan Luka

Perawatan luka termasuk dalam pertolongan pertama pada

cedera, dilakukan supaya tujuan pertolongan pertama terlaksana.

Luka yang ditangani lebih kecil beresiko untuk bertambah parah,

sehingga perawatan luka dapat mengurangi resiko cedera lebih

lanjut. Serta dapat memberikan rasa nyaman (Fitriani, 2014)

Menurut (Farida, 2016) tentang penanganan luka dilakukan

dengan:

a. Memindahkan korban dari sumber luka bakar

b. Melepaskan semua perhiasan dan pakaian yang menempel

pada tubuh korban, untuk mengantisipasi bila ada

pembengkakan

c. Tidak memecahkan gelembung luka

40
d. Menyiram dengan air dingin (bukan air es) selama 3-10 menit

supaya mengurangi rasa sakit, atau dapat dilakukan dengan

merendam bagian kaki ke dalam baskom / ember berisi air.

e. Apabila lepuhan pecah maka dapat dibersihkan dengan air

mengalir kemudian menutup dengan kain bersih

f. Tidak mengoleskan bahan-bahan yang dipercaya dapat

menngurangi luka bakar seperti pasta gigi, bedak, kecap, dan

benda lainnya.

g. Menutup luka dengan perban atau kain bersih

h. Membawa korban ke tempat pertolongan medis

3. Dampak Luka Bakar

Luka yang tidak ditangani dapat menyebabkan (Widyastuti,

2005):

a. Penyembuhan tidak optimal serta waktu sembuhnya lebih lama

dari yang seharusnya

b. Rentan terhadap masuknya mikroorganisme, sehingga dapat

infeksi.

c. Kuman yang berbahaya dan dapat menginfeksi luka adalah

clostridium tetani yang dapat menyebabkan penyakit tetanus.

F. Metode SEM (Short Education Movie)

1. Definisi

41
Film menurut UU No 8 tahun 1992 yakni karya cipta seni

dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang

dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang direkam

pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan bahan hasil

penemuan teknologi lainnya dengan segala bentuk, jenis, dan

ukuran melaui proses kimiawi, proses elektronik atau proses

lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan atau

ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, atau

lainnya (UU RI,1992).

Film adalah cabang seni yang menggunakan audio (suara),

dan visual (gambar) sebagai medianya (Saraswati, 2011). Film

merupakan rangkaian gambar hidup yang bergerak membentuk

suatu cerita atau disebut movie (Javandalasta, 2011).

42
G. Kerangka Teori

Derajat Luka Etiologi :


Bakar :
Metode Pendidikan 1. Luka Bakar
Kesehatan : 1. Derajat I Termal
2. Derajat II 2. Luka Bakar
1. Ceramah 3. Derajat III Kimia
2. Diskusi 4. Derajat IV 3. Luka Bakar
3. Seminar Elektrik
4. SGD (small 4. Luka Bakar
group Radiasi
discussion) Luka Bakar
5. Demonstrasi

Proses Faktor Pengaruh


Pendidikan proses pendidikan
kesehatan : sosial :
Pendidikan Kesehatan
1. Input 1. Materi
2. Process 2. Lingkungan
3. Instrumen
3. Output
belajar/media

Tingkat Perilaku
keterampilan :
1. Rendah
2. Cukup
3. Baik Proses Tingkat
Faktor pengaruh ketermapilan :
keterampilan:
1. Tau (know)
1. Faktor 2. Memahami
Predisposisi (Comperhensio
2. Faktor n)
Pemungkin 3. Aplikasi
3. Faktor (Aplication)
pendorong 4. Analisis
(Analysis)
5. Sintesis
: Diteliti (syntesis)
: Tidak diteliti Perilaku 6. Evaluasi
Meningkat (Evaluation)

Gambar 2.1 kerangka teori


Sumber : Fitriani (2015); Rahayuningsih (2012); Notoatmodjo (2010); Sulastyawati (2013); Effendi
(2011).

43
H. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pendidikan Kesehatan media


video edukasi dan Perilaku pertolongan
demonstrasi Pada pertama Luka Bakar
Pertolongan Pertama Luka Ibu Rumah Tangga
Bakar

Variabel Pengganggu :
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Pendidikan
4. Papapran media masa
5. Hubungan sosial

Gambar 2.2 kerangka konsep

I. Hipotesis Penelitian

No Hipotesis Analisis Alternatif


1 Ada pengaruh pendidikan kesehatan Paired T-Test Wilcoxon

demonstrasi media SEM terhadap

keterampilan psikomotor perawatan luka

bakar
2 Ada perbedaan keterampilan psikomotor Independent Mean

perawatan luka bakar antara kelompok Paired T-Test Whitney

intervensi dan kelompok kontrol


3 Ada pengaruh pendidikan kesehatan Paired T-Test Wilcoxon

demonstrasi terhadap keterampilan

psikomotor perawatan luka bakar

44
BAB III

METODE

A. Strategi Pencarian

a. Framwork

Kerangka kerja menyeluruh dari bentuk literature review mengenai

pengaruh pendidikan kesehatan metode Short Education Movie (SEM)

dan demonstrasi terhadap perilaku kesehatan penanganan luka bakar

ibu rumah tangga. Protokol dan evaluasi dari literature review akan

menggunakan PRISMA checklist untuk menentukan penyeleksian

studi yang telah ditemukan dan disesuaikan dengan tujuan dari

literature review.

b. Keyword

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword yang

digunakan untuk memperluas atau menspesifikkan pencarian,

sehingga mempermudah dalam penentuan artikel atau jurnal yang

digunakan. Kata kunci dalam literature review ini disesuaikan dengan

Medical Subject Heading (MeSH) dan terdiri dari sebagai berikut:

1. Pengaruh

2. Pendidikan Kesehatan

3. Penanganan Luka Bakar

4. Media Audiovisual

5. Media Demonstrasi

43
c. Data Base

Literature review yang merupakan sebuah analisis dan rangkuman

menyeluruh dari beberapa penelitian yang telah ditentukan yaitu

pengaruh pendidikan kesehatan metode SEM dan demonstrasi

terhadap prilaku kesehatan penangnan luka bakar ibu rumah tangga.

Pencarian literatur dilakukan pada bulan Juni – Juli 2020. Data yang

digunakan dalam peelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh

bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi diperoleh dari hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Data

sekunder yang didapat berupa artikel jurnal bereputasi baik Skala

Nasional yang Bersumber dari database dengan kriteria kualitas

sedang, yaitu Google Scholar.

B. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan

PICOS framework, yang terdiri dari:

1. Populasi atau masalah yang akan di analisis yaitu mengenai pengaruh

pendidikan kesehatan metode SEM demonstrasi terhadap penganan

luka bakr ibur rumah tangga.

2. Intervention yaitu suatu tindakan penatalaksanan terhadap kasus

perorangan atau masyarakat serta pemaparan tentang penatalaksanaan

Luka bakar.

43
3. Comparation yaitu intervensi atau penatalaksanaan lain yang

digunakan sebagai pembanding, jika tidak ada bisa menggunakan

kelompok kontrol dalam studi yang terpilih.

4. Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperolah pada studi terdahulu

yang sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature

review.

5. Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel

yang akan di review.

Kriteria Inklusi Ekslusi


Population Ibu rumah tangga Selain ibu rumah tangga
Penanganan Luka bakar Bukan penangnan luka
bakar
Intervention Pendidikan kesehatan metode SEM Selain pendidikan
kesehatan metode SEM
Demonstrasi penanganan luka Demonstrasi penganana
bakar luka bakar
Comparators No comparator
Outcomes Pengaruh pendidikan kesehatan Pengaruh pendidikan
metode SEM demonstrasi kesehatan metode SEM
Penanganan luka bakar oleh ibu Demonstrasi Penanganan
Rumah tangga dapat menjadi luka bakar oleh ibu
efektif Rumah tangga menjadi
tidak efektif
Study Design Quasi-experimental, No exclusion
and publication systematic review, qualitative
type research and cross-sectional
Publication Post-2013 Pre-2013
years
Language Indonesian Language other than
Indonesian

C. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

43
a. Hasil Pencarian

Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi pada

database Google Scholar dan menggunakan kata kunci yang sudah

disesuaikan dengan MeSH, peneliti mendapatkan 26 artikel yang sesuai

dengan kata kunci tersebut. Hasil pencarian yang sudah didapatkan

kemudian diperiksa duplikasi, ditemukan terdapat 19 artikel yang sama

sehingga dikeluarkan dan tersisa 7 artikel. Peneliti kemudian melakukan

skrining berdasarkan judul (n = 26 ), abstrak (n = 11) dan full text (n = 3)

yang disesuaikan dengan tema literature review. Assessment atau penilaian

yang dilakukan berdasarkan kelayakan terhadap kriteria inklusi dan

eksklusi dari Literature reviw yang akan di analisis didapatkan sebanyak 3

buah artikel yang bisa dipergunakan dalam pembuatan literature review.

Penilian kualitas Analisis kualitas metodologi dalam setiap studi (n

= 3) dengan Checklist daftar penilaian dengan beberapa pertanyaan untuk

menilai kualitas dari studi. Penilaian kriteria diberi nilai 'ya', 'tidak', 'tidak

jelas' atau 'tidak berlaku', dan setiap kriteria dengan skor 'ya' diberi satu

poin dan nilai lainnya adalah nol, setiap skor studi kemudian dihitung dan

dijumlahkan. Critical appraisal untuk menilai studi yang memenuhi syarat

dilakukan oleh para peneliti. Jika skor penelitian setidaknya 50%

memenuhi kriteria critical appraisal dengan nilai titik cut-off yang telah

disepakati oleh peneliti, studi dimasukkan ke dalam kriteria inklusi.

Peneliti mengecualikan studi yang berkualitas rendah untuk menghindari

bias dalam validitas hasil dan rekomendasi ulasan. Dalam skrining

43
terakhir, tujuh studi mencapai skor lebih tinggi dari 50% dan siap untuk

melakukan sintesis data, akan tetapi karena penilaian terhadap risiko bias,

empat studi dikeluarkan dan artikel yang digunakan dalam literature

review terdapat 3 buah.

b. Daftar Artikel Hasil Pencarian

Judul Penulis Tahun


Efektifitas Short Education Movie Rini Eko Kapti 2013
sebagai media pendidikan kesehatan
terhadap peningkatan sikap ibu dalam
penanganan luka bakar
Pengaruh pendidikan kesehatan dengan Siwi Indra Sari 2017
metode demonstrasi terhadap praktik
pertolongan pertama luka bakar pada
ibu rumah tangga
Penatalaksanaan luka bakar Tutik 2012
(Combustio) Rahayuningsih

BAB IV

43
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis
Author & Study Participant &Key Limitati
Country Design Sample Size Finding ons
(Rahayuning Design: 76 Sampel Alasan Kurang
sih, 2012) Cross belum belum informas
Indonesia Sectional mengatahui mengetahui i dan
penatalaksanaan
penatalaksa pengajar
luka bakar naan luka an
bakar tentang
adalah penanga
belum nan luka
pernah bakar
mengikuti
pendidian
kesehatan
sebelumnya
(Kapti, 2013) Design: 20 peserta Alasan Pendidik
Indonesia Experimen pendidikan tidak dapat an
tal kesehatan dapat melakukan kesehata
melakukan penanganan n dengan
penanganan luka luka bakar Audiovis
bakar sedang 40 adalah tidak ual
yang lain tidak tahu standar belum
penanganan dapat
luka bakar memaksi
malkan
pemaha
man
(Sari, 2018) Design: 40 responden Alasan Efektifiti
Indonesia Cross penelitian dapat dapat as
Sectional memahami memahami pendidik
pemaparan pemaparan an
melalui metode pendidikan kesehata
demonstrasi kesehatan n dengan
adalah metode
karna dapat demonstr
melihat asi dapat
contoh digunaka
tindakan n untuk
secara meningk
langsung atkan
perilaku
kesehatn
B. Pembahasan

43
1. Fakta
Faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan termasuk
didalamnya materi atau hal yang dipelajari ikut menentukan proses
dari hasil belajar. Faktor pertama yakni lingkungan fisik yang antara
lain terdiri dari suhu, kelembaban udara dan kondisi setempat,
sedangkan faktor lingkungan yang kedua adalah lingkungan sosial,
yakni manusia dengan segala interaksinya serta representasinya seperti
keramaian atau kegaduhan. Faktor ketiga adalah instrumental terdiri
dari perangkat keras seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga,
dan perangkat lunak seperti kurikulum, pengajar atau fasilitator belajar
serta metode belajar mengajar.
Pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha untuk menyediakan
kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan
tuntutan nilai-nilai kesehatan. Peranan pendidikan kesehatan adalah
melakukan intervensi terhadap faktor perilaku sehingga perilaku
individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan.
Sasaran pendidikan kesehatan adalah masyarakat atau individu
baik yang sehat maupun yang sakit. Sasaran pendidikan kesehatan
tergantung pada tingkat dan tujuan pendidikan yang diberikan.
Lingkungan pendidikan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan.
Sebanyak 76 sampel dari penelitian pendidikan kesehatan tentang
pelaksanaan luka bakar dengan design Cross Sectional yang telah
dilakukan sejumlah 80% hasil bahwa responden belum mengetahui
tatacara penatalaksanaa luka bakar yang benar karena sebagian besar
dari mereka belum perah mengikuti pendidikan kesehatan sebelumnya
oleh karna itu maka kuranglah informasi dan pengajaran tentang
penanganan luka bakar oleh ibu rumah tangga. Penelitian Berikutnya
dengan design Experimental dengan fokus penelitian pada Pendidikan
kesehatan luka bakar metode audio visual sejumlah 20 responden
dapat melakukan penanganan luka bakar sedangkan 40 responden yang

43
lain masih belum bisa melakukan penanganan luka bakar hal ini
disebabkan oleh ketidaktahuan atas standar operasional prosedure dari
penanganan luka bakar, pada penelitian ini metode audiovisual masih
belum dapat dimaksimalkan untuk proses pendidikan kesehatan.
Penelitian yang lain dengan design Cross Sectional terdapat 40
responden penelitian pendidikan kesehatan metode demonstrasi
didapatkan hasil mampu memahami pemaparan materi penanganan
luka bakar melalui penerapan metode demonstrasi dengan alasan
responden dapat melihat contoh dari tindakan penangann luka bakar
secara langsung, oleh karna itu pendidikan kesehatan dengan metode
demonstrasi efektif digunakan dalam pendidikan kesehatan.
2. Teori
Penelitian atau jurnal yang dibuat oleh peneliti memiliki hasil yang
berbeda dan selalu berubah, dari beberapa jurnal yang telah direview
ditemukan hasil bahwa dilihat dari segi pendidikan, pendidikan
kesehatan adalah suatu penyampaian informasi praktis dalam
penggunaan praktik pendidikan. Oleh sebab itu konsep pendidikan
kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang
kesehatan, (Notoadmojo, 2010)
Pendidikan kesehatan juga memiliki tujuan dalam peningkatan
pengetahuan dan mutu prilaku kesehatan dimana tujuan pendidikan
kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah
timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah
ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta
membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.
Secara umum tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengubah
perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini
dapat diperinci lebih lanjut antara lain, menjadikan kesehatan sebagai
sesuatu yang bernilai di masyarakat, menolong individu agar mampu
secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai

43
tujuan hidup sehat, mendorong pengembangan dan menggunakan
secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada, (Fitriani, 2015)
Kegiatan dalam pendidikan terdapat tiga persoalan pokok yakni
masukan (input), proses (Process) dan keluaran (output). Persoalan
masukan menyangkut subjek atau sasaran belajar dengan latar
belakangnya. Persoalan proses adalah mekanisme atau proses
terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Di dalam
proses terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain
subjek belajar, alat bantu belajar dan materi atau bahan yang dipelajari,
(Mubarak, 2011)

3. Opini
Sebuah penelitian yang dilakukan dalam bentuk pendidikan
kesehatan bagi masyarakat terutama dalam bidang kesehatan yang
mengarah kepada pendidikan kesehatan penanganan luka bakar
seharusnya dilakukan sesuai prosedur agar hasil yang didapatkan juga
akurat dan dapat menghasilkan penelitian yang berkualitas untuk
menjadi rujukan dalam mengambil sumber keilmuan, (Wardhana,
2013). Kecermatan pemilihan metode pembelajaran sangat diperlukan
dalam mencapai tujuan pendidakan kesehatan. Peneliti melakukan
pelatihan promosi kesehatan dengan metode Audiovisual dan
demostrasi dapat memberikan penjelasan sesuai dengan yang tertera
yaitu pendidika kesehatan dengan metode Short Education Movie dan
Demonstrasi terhadap perilaku kesehatan penanganan luka bakar ibu
rumah tangga. Setelah itu, para responden penelitian diminta
mempelajari sekaligus memraktekkannya. Sehingga pendidikan dapat
berjalan dengan lancar dengan hasil yang baik, (Maulana, 2009)

43
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Peran pendidikan kesehatan dalam peningkatan kulaitas dan mutu
keilmuan dari pengetahuan dan perilaku kesehatan masyarakat sangat
penting terkhusus dalam penanganan luka bakar, sudah ada berbagai
metode pendidikan kesehatan yang efektif untuk diberikan kepada
masyarakat. Beberapa metode yang bisa diberikan adalah metode
pendidikan kesehatan baik secara intervensi maupun media, intervensi
tersebut meliputi demonstrasi, ceramah, diskusi, dan brainstorming.
Sedangkan media yang diberikan untuk pendidikan kesehatan meliputi
Media Short Education Movie, Animasi, leaflet, dan booklet. metode yang
sudah diberikan baik intervensi maupun media memiliki manfaat yang
tersendiri dan berbeda-beda tingkat keefektifannya, sehingga
penerapannya juga tergantung kondisi dari klien yang akan menerima
pendidikan kesehatan. Perbandingan efektivitas sebuah intervensi tidak
bisa dibandingkan jika tidak melalui pengujian atau penelitian lebih lanjut
dengan menggunakan intervensi yang sudah ada untuk dijadikan intervensi
pembanding. Oleh karena itu, sebuah intervensi tidak bisa dikatakan lebih
bermanfaat dan lebih efektif tanpa pembuktian terlebih dahulu, karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan sebuah intervensi yang
dilakukan.

B. Conflict Of Interest

Rangkuman menyeluruh atau Literature Review ini adalah


penulisan secara mandiri, sehingga tidak terdapat konflik kepentingan
dalam penulisannya.

43
DAFTAR PUSTAKA
Anggowarsito, J. L. (2014). Luka bakar sudut pandang dermatologi. widya
Medika Vol.2 No.2 (2014), 24.
Anggraini, N. A. (2012). Pendidikan Kesehatan Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan pada Masyarakat di Kelurahan Dandangan. Archives / Vol 1
No 2 (2018): Journal of Community Engagement in Health / Articles, 23.
Azizah, N. (2017). Pengaruh pendidikan kesehatan perawatan luka bakar
terhadapa tingkat pengetahuan ibu. Pengobatan R> Pengobatan R
(Umum), 6.
Bensley. (2009). Metode Pendidikan Kesehatan. jakarta: EGC.
Devies. (2015). peubahan kulit pada displasio combustio. volume 143A, Edisi 4,
23-24.
Dharma. (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan
Menerapkan Hasil Penelitian. 27.
DIY, P. 1. (2013). modul pelatihan penggulangan gawat darurat 2013.
yogyakarta: PUSBANKES.
Effendi, C. (2011). Perawatan Pasien Luka Bakar. jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Fajriansyah, M. F. (2016). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun BinahongTerhadap
Kepadatan Kolagen pada Luka Bakar Derajat II . 45.
Farida. (2016). Komunitas Penggiat Promosi Kesehatan Masyarakat Promosi
Kesehatan Melalui Edukasi. Prosiding Konferensi-LSP , 34.
Fitriani. (2014). Uji Aktivitas Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi
Terhadap Penyembuhan Luka Bakar . ekstrak etanol, daun harum pandan
gel, luka baka, 24.
Hidayat. (2011). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. 56.
indonesia, k. k. (2018). riset kesehatan dasar 2018. jakarta: kementrian RI.
Kasiram. (2010). Metodologi penelitian kualitatif kuantitatif. 56.
Krisanty, P. (2009). Buku Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans
Info Media.
Kristanto. (2018). Perbedaan Efektifitas Perawatan Luka Bakar Derajat II Dengan
Lendir Lidah Buaya (Aloe Vera) Dibandingkan Dengan Cairan Fisiologis.
Journal Biomedik (JBM) vol. 5 No. 3 Suplemen, November 2018 hal. S27-
30, 27-30.

43
Kusuma, R. F. (2019). Pengaruh Perawatan Luka Bakar Derajat II Menggunakan
Ekstrak Etanol Daun Sirih Terhadap Peningkatan Ketebalan Jaringan
Granulasi pada Luka bakar. 40.
Machfoedz. (2007). Pendidikan kesehatan termasuk promosi kesehatan. 36-38.
Moenadjat. (2010). Metode perbandingan ablasi dari teknik mechanochemical dan
laser pada luka bakar. Jurnal keperawatan: Seri Konferensi , Volume 884 ,
konferensi 1, 23.
Moenadjat. (2012). parameter klinis dalam penilaian cidera terbakar kritis. ilmu
bedah indonesia, 13-15.
Mubarak. (2011). Pengaruh pendidikan kesehatan luka bakar terhadap kader
posyandu. 27-30.
Mulia, D. (2018). menejemen berbasis masalah dalam keperawatan disajikan
terakar di RS Cipto Mangkusumo Jakarta. Jurnal bedah ropanasuri, 16-
17.
Nugroho, A. M. (2015). Pengaruh Gel Ekstrak Dan Serbuk Mentimun Terhadap
Angiogenesis Pada Penyembuhan Luka Bakar Derajat Ii . 22.
Nursalam. (2008). Buku Panduan untuk Luka bakar . jakarta: bentang pustaka.
Paramita, A. (2016). Pengaruh Pemberian Salep Ekstrak Daun Binahong
Terhadap Pasien Yang Mengalami Luka Bakar. Kkc Kk Kh 108/16 Par
hlm, 16.
Prayogi, A. S. (2010). Buku Pintar Perawatan Pasien Luka bakar. jakarta:
kafamedika.
Rahayuningsih, t. (2012). Penatalaksanaan luka bakar (Combustio). Profesi
Volume 08 / Februari – September 2012, 8.
Ramdani, M. L. (2020). Peningkatan Pengetahuan Bahaya Luka Bakar Dan P3k
Kegawatan Luka Bakar Pada Anggota Ranting Aisyiyah. 34.
RI, b. p. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. jakarta: Kementrian kesehatan RI.
sari. (2012). Analisis Promosi Kesehatan Di Puskesmas Kalijudan Terhadap Phbs
Rumah Tangga Ibu Hamil. 15.
Sjaifuddin, M. N. (2016). Pengangan luka bakar. Fakultas Kedokteran > Ilmu
Bedah Plastik, 17.
Wardhana, A. (2013). panduan praktis menejemen luka bakar. Bandung: EGC.
Widiati, N. (2010). Aktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kesembuhan Pasien
Luka Bakar Di Ruang Bedah Plastik. Adventur Works Monthly, 26-27.

43
Widyastuti, D. (2005). teksi Dini, Faktor Risiko, dan Dampak Perlakuan Deteksi
Dini, Faktor Risiko, dan Dampak Perlakuan. Sari Pediatri, Vol. 7, No. 2,
September 2005: 105 - 112, 108.
Yovita, S. (2010). Penanganan Luka Bakar. 19-13. Adventure Works Monthly
Surabaya,

43
43

Anda mungkin juga menyukai