c. Troponin T
Troponin T jantung adalah protein miofibril
dari serat otot lintang yang bersifat kardio
spesifik.
Pada saat terjadi kerusakan miokard akibat
iskemi Troponin T dari sitoplasma dilepas
kedalam darah.
Masa penglepasan Troponin T ini berlangsung
30-90 jam setelah itu menurun
d. Serum glutamic-oxaloacetic transaminase(SGOT)
Enzim ini juga akan dilepaskan oleh sel otot
miokard yang rusak atau mati.
Konsentrasi dalam serum akan meningkat
dalam 8-12 jam setelah onset infark,
mencapai puncaknya pada 18-36jam dan
mulai turun kembali ke normal setelah 3-4
hari. Selain di otot jantung,enzim ini juga
terdapat dalam hati
e. Lactic dehydrogenase (LDH)
LDH hampir terdapat disemua jaringan tubuh
dan kadarnya dalam serum akan meningkat
pada berbagai keadaan.
Pada infark miokard akut, konsentrasi akan
meningkat dalam waktu 24-48 jam, mencapai
puncaknya dalam 3-6 hari setelah onset dan
kembali normal setelah 8-14 hari.
f. C-reactive protein (CRP)
CRP tidak ditemukan dalm darah orang
normal,sehingga tidak ada nilai normallnya.
CRP akan ditemukan pada penderita dengan
demam reumatik akut dengan atau tanpa
gagal jantung.
Pemeriksaan ini penting untuk mengikuti
perjalanan aktifitas demam reumatik
g. Kadar digitalis dalam darah
Kadar digitalis dalam darah dapat diukur
dengan teknik radioimunoesei.
Untuk mandapatkan kadar oksigen yang
sudah terdistribusi dengan baik,sempel darah
harus diambil tidak kurang dari 6 jam setelah
diberikan digoksin
g. Anti sreptosilin-O(ASTO)
Pemeriksaan ini penting pada penderita
dengan demam reumatik akut untuk
mengetahui ada tidaknya infeksi kuman
streptokolus
h. System koagulasi
i. Kultur darah
j. Elektrolit, kolesterol, HDL, LDL & lipid
PERMERIKSAAN LAB.CARDIAK MARKER
PADA INFARK MYOKARD ADALAH :
CKMB
LDH
TROPNIN T
TES DIAGNOSTIK KARDIOVASKULER
Tes diagnostik kardiovaskuler meliputi
dua jenis pemeriksaan yaitu:
• Invassive (melukai )
• Non Invassive (tidak melukai).
Pemeriksaan Non Invasive
1. Foto Thorax PA
Tujuan :
• Melihat bentuk dan pembesaran jantung
• Melihat tanda-tanda kongesti paru pada gagal
jantung kongestif
2. EKG