Oleh:
Ahmad Juliandi Firdaus NPM. 113170003
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah ini.Penulisan karya
tulis ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya
Gunung Jati Cirebon.Saya menyadari sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Bersama
ini saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Rochanda Wiradinata, MP selakuRektor Universitas Swadaya
Gunung Jati Cirebon yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
menuntut ilmu di Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
2. dr. Catur Setya Sulistiana M.ed selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon yang telah memberikan sarana
prasarana kepada kami sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3. dr. R. Vivi Meidianawaty, MMed.Edselaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing kami dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4. dr. Ignatius Hapsoro Wirandoko. M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing kami dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
5. Bapak tercinta Ade Sumarna, Ibu tercinta Yeti Sumiati, dan adik tercinta,
Siti Nur Oktaviyuni Fauziah yang senantiasa memberikan dukungan moral
maupun material.
6. Para sahabat, Keluarga Besar Progenitor 2013, Keluarga Besar Avicenna
Squad, Kelurga Besar “KARD Family”serta orang yang saya sayang yang
selalu memberi dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
7. Serta pihak lain yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu atas
bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga karya tulis
ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, kami berharap Allah SWT.berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Cirebon,
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................. 6
BAB III.............................................................................................................. 23
Skema 4 ............................................................................................................. 31
BAB IV ............................................................................................................. 32
BAB V ............................................................................................................... 39
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Orisinalitas ..............................................................................................14
DAFTAR SINGKATAN
ix
ADA American Diabetes Association
DM Diabetes Melitus
DAFTAR LAMPIRAN
x
Lampiran 1 : Lembar Ethical Clearence
Lampiran 5 : Kuesioner
Lampiran 8 : Dokumentasi
xi
TAHUN DI PUSKESMAS KOTA CIREBON
ABSTRAK
Latar Belakang : Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO),
sekitar 347 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes. Perubahan pola makan
serba instant, tinggi lemak, banyak mengandung gula, protein, menjadikan
banyaknya orang menderita diabetes mellitus. peningkatan diabetes mellitus
sebagian besar terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang pola makan. Di kota
Cirebon menurut Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 29,9% prevalensi diabetes
melitus yang terdiagnosa oleh dokter.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan Pengetahuan pola makan dengan diabetes
melitus tipe 2 pada laki-laki usia 40-60 tahun di Puskesmas Kota Cirebon Metode
Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
menggunakan studi cross sectional. Subyek penelitian adalah 384 laki-laki usia
40-60 tahun yang menderita diabetes, diambil secara simple random sampling.
Pengetahuan pola makan ditanyakan langsung dengan kuesioner. Analisis statistic
yang digunakan adalah uji corelasi spearman.
Hasil : Dari hasil uji statistik diperoleh nilai yang signifikan yaitu 0.010 dengan P
value 0.05 dan R = 0.200 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan tentang pola makan dengan kejadian diabetes mellitus pada laki-laki
usia 40-60 tahun namun hubungannya lemah.
Simpulan : Ada hubungan pengetahuan pola makan dengan diabetes melitus tipe 2
Kata Kunci : Pengetahuan Pola Makan, Diabetes Melitus Tipe 2
ABSTRACT
Introduction: Based on the data from World Health Organization (WHO), about
347 million people worldwide suffering from diabetes. Dietary habit changes
become all instant, high fat, lots of sugar, protein, increase the number of people
suffering from diabetes mellitus. The increase in diabetes mellitus is largely due
to lack of knowledge about diet. In Cirebon city according to The Central Bureau
of Statistics are 29,9% there is 29.9% prevalence of diabetes mellitus diagnosed
by doctors.
Objective : To analyze the correlation knowledge dietary habit with diabetes
me1litus type 2 in Puskesmas Cirebon City
Methods : This study was an observational analytic study using cross
sectional.Subjects are 384 man aged 40-60 years who suffer from diabetes, taken
by simple random sampling. Knowledge of dietary habit asked directly with the
questionnaire. Statistical analysis used is spearman.
Result : From the statistical test results obtained a significant value of 0.010 with
P value 0.05 and R = 0.200. So it can be concluded that there was a correlation
between knowledge about dietary habit with the incidence of diabetes mellitus in
men aged 40-60 years but the correlation is weak.
Discussion : There was a correlation between knowledge dietary habit with
diabetes me1litus type 2
Keywords : Knowledge, Dietary habit, Diabetes Melitus Type 2
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Menurut Persatuan Endokronologi Indonesia (2015) dan American
Diabetic Asosiation (2016) Diabetes Melitus adalah suatu kelompok
penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah(4).
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.Hiperglikemia kronik
pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi
atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf,
jantung, dan pembuluh darah.World Health Oraganization (WHO)
sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak
dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara
umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan
kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin
absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.(4,5)
2.1.2 Klasifikasi
Diabetes mellitus dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok,
yaitu :
a. Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 ini disebabkan oleh defisiensi hormon
insulin akibat destruksi sel β pancreas, oleh karena adanya reaksi
autoimun. Destruksi sel β pancreas tersebut mengakibatkan kadar
hormone insulin sangat rendah, atau bahkan tidak ada sama sekali.
7
Penderita diabetes mellitus tipe 1 ini bergantung pada insulin dari luar
yang bertahan.Oleh karena itu diabetes mellitus tipe 1 ini disebut juga
Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM). Diabetes mellitus ini
biasnya terjadi pada usia muda, yaitu sebelum 30 – 40 tahun.(6)
b. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 ini disebut juga Non Insulin Dependent
Diabetes Melitus (NIDDM).Diabetes ini dikarenakan resistensi insulin
dan atau kurangnya sekresi insulin. NIDDM dapat disebabkan oleh faktor
genetik maupun gaya hidup dan lingkunganPada penderita diabetes
mellitus tipe 2, insulin yang dihasilkan oleh sel β pancreas tidak dapat
memenuhi kebutuhan. Hal ini menimbukan hiperglikemia (tingginya
kadar gula dalam darah) karena jumlah insulin yang dihasilkan kurang
dari jumlah yang dibutuhkan Diabetes mellitus tipe 2 juga dapat terjadi
karena kurangnya reseptor dalam sel sehingga meskipun jumlah insulin
yang dihasilkan cukup, namun sel tidak dapat mengangkut cukup glukosa
dalam darah sehingga kadar glukosa darah tetap tinggi. Situasi ini dikenal
dengan nama “resistensi insulin”.(6)
2.1.4. Diagnosa
Diagnosis klinik DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan
khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin
dikenakan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika
keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl sudah
cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar
glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis
DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa
darah yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk
menegakkan diagnosis DM. Diperlukan pemastian yang lebih lanjut
dengan dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa
darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl pada
hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO)
didapatkan kadar glukosa darah postprandial ≥ 200 mg/dl.(7)
Beberapa peneliti menyarankan HbA1C (Hemoglobin A1C)
sebagai salah satu uji diagnosa pada diabetes melitus. Walaupun HbA1C
memiliki hubungan yang kuat dengan peningkatan glukosa plasma tetapi
hubungan antara glukosa darah puasa dengan HbA1C pada individu yang
toleransi glukosanya normal atau intoleransi glukosa ringan masih belum
jelas dan penggunaan HbA1C dalam diagnosa diabetes melitus tidak
dianjurkan.(8,9)
Keterangan:
a. Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.
b. Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes tanpa
komplikasi.
c. Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes
remaja (juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi.
14
2.2.2Cara MemperolehPengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokan menjadi dua
yakni:19
a. Cara Memperoleh Kebenaran Non-ilmiah
1) Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah digunakan oleh
manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba coba atau
17
dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Metode ini telah digunakan
oleh orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai
masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering digunakan,
terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu
dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Metode ini telah banyak
jasanya, terutama dalam meletakan dasar-dasar menemukan teori-teori dalam
berbagai cabang ilmu pengetahuan.
2) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja
oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim
urease oleh Summers pada tahun 1926.
3) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali
kebiasaankebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak kebiasaan
seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan
juga terjadi pada masyarakat modern. Para pemegang otoritas, baik pemimpin
pemerintah, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya
mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan.
4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini
mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan,
atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh karena itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan
sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
5) Cara Akal Sehat
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori
atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua
zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya,atau agar anak
disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah,
misalnya dijewer telinganya atau dicubit.
6) Kebenaran Melalui Wahyu
18
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari
Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh
pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran
tersebut rasional atau tidak.
7) Kebenaran secara Intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia cepat sekali melalui proses
diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran
yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak
menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sisitematis hanya diperoleh
seseorang berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.
8) Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan
pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
9) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan-pernyataan khusus ke pertanyaan yang bersifat umum. Proses
berpikir induksi berasal dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata,
maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret
kepada hal-hal yang abstrak.
10) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan
umumyang ke khusus. Aristoteles (384-322SM) mengembangkan cara
berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut “silogisme”. Silogisme
merupakan suatu bentuk deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar
secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua
peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.
b. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan ini lebih
sistimatis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau
lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara ini
mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia mengatakan
bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan
19
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi.
3) Hubungan sosial
Manusia adalah mahluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi
secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan
sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk
menerima pesan menurut model komunikasi media.
4) Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya seseorang
mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti mengikuti seminar,
sehingga dapat memperluas pengalamannya.
Pengetahuan
Kurangnya
Obesitas
Aktivitas Fisik
2.5 Hipotesis
1. Terdapat hubungan pengetahuan pola makan dengan kejadian penyakit
diabetes militus tipe 2.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.4.1 Populasi
a. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita diabetes melitus
tipe 2 di Puskesmas Kota Cirebon.
b. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita diabetes
melitus tipe 2 di Puskesmas Kota Cirebon pada bulan Februari 2017.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria
penelitian.Pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling dimana
responden yang dipilih di mana peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan
kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai
anggota sampel.
24
0,052
= 384
Jadi besar sampel sebanyak 384 orang.
Berdasarkan rumus tersebut, maka sampel yang didapat dari populasi untuk penelitian
ini adalah 384 orang.
Dalam pemilihan sampel, peneliti menetapkan kriteria sampel sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
1) Penderita diabetes melitus tipe 2 pada laki-laki dan yang memiliki GDS > 200
b. Kriteria eksklusi
1) Tidak bersedia menjadi responden
2) Umur tidak sesuai
3) Memiliki riwayat keturunan
4) Memiliki riwayat penyakit lain nya yang berhubungan dengan
diabetes( aktifitas menurun, kolesterol tinggi, obesitas )
25
2. Pengetahu Independen Pengetahuan pola Ordinal Keusioner Baik: an pola t makan pada
laki-laki Cukup: makan usia 40-60 tahun Kurang:
1. Tahap Persiapan
a. Penetapan sasaran penelitian
b. Konsultasi kepada pembimbing
c. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa kuisioner, dan tes gula darah.
d. Mengurus surat izin dan koordinasi dengan pekerja maupun petugas puskesmas..
e. Menetapkan jadwal kegiatan penelitian yaitu selama 1 minggu.
f. Menyiapkan keperluan berupa instrumen yang dibutuhkan untuk pengumpulan
data di lapangan dengan dibantu oleh 2 orang sebagai tenaga tambahan. Tenaga
tambahan tersebut adalah petugas kesehatan yang ada di puskesmas yang akan
membantu untuk pembagian kuesioner dan membantu melakukan
27
Meminta izin
penelitian ke Pengolahan
Puskesmas Kalijaga data
Meminta data
Pengumpulan
pasien DM tipe
data
2
Pembuatan Melakukan
kuesioner pengukuran GDS
1. Izin dan persetujuan untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kalijaga
Kota Cirebon
2. Pemberitahuan dan rekomendasi kepada penulis untuk melakukan penelitian terhadap
penderita Diabetes Melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Kalijaga Kota Cirebon
Seluruh responden diberi penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan
yaitu tujuan, manfaat, prosedur penelitian dan jaminan terhadap kerahasiaan semua
informasi dan data diri responden. Responden yang bersedia secara sukarela ikut dalam
penelitian ini diminta persetujuan secara tertulis dengan mengisi surat persetujuan
(informed consent).
31
Feb 2017
Mar2017
Sep2016
Juni2016
Okt2016
Agt2016
Jan 2017
Juli2016
April201
No Kegiatan
7
1 Penyusunan
Proposal
2 Ujian
proposal
3 Penyusunan
Instrumen
4
Persiapan ke lapangan
5
Persiapan ke lapangan
6
Analisis data
7 Penyusunan skripsi
8 Ujian skripsi