1
BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIS
TA. 2021-2022
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG
JATI
CIREBON
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
TIM PENYUSUN
2
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
3
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
DAFTAR ISI
4
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
DESKRIPSI MODUL
serta profesionalisme.
Kami selaku tim penyusun buku ini tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. Catur Setiya Sulistiyana, MMedEd selaku Dekan Fakultas Kedokteran
UGJ Cirebon yang telah memberikan masukkannya terhadap pembuatan buku
panduan ini.
2. dr. Edial Sanif, Sp.JP, selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Kedokteran Unswagati
Cirebon yang telah memberikan masukkannya terhadap pembuatan buku
panduan ini.
3. Semua pihak terkait yang telah membantu dalam pembuatan buku panduan
ini.
Tim penyusun Buku Panduan Praktikum Keterampilan Klinik berusaha agar
buku ini dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Kritik dan
saran sangat di harapkan demi kemajuan bersama.
Tim Penyusun
6
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
TATA TERTIB
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
7
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
11. Setiap mahasiswa wajib menjaga kebersihan ruangan dan kerapihan alat di ruang
Laboratorium Keterampilan Klinis. Kelalaian dalam melakukan hal tersebut akan
mengakibatkan sanksi sesuai ketentuan laboratorium.
12. Tiap kerusakan/kehilangan alat atau fasilitas laboratorium yang dilakukan oleh
mahasiswa, harus dibuatkan berita acara yang diketahui oleh ketua kelompok dan
instruktur untuk kemudian dilaporkan kepada Koodinator Alat dan Perlengkapan
Laboratorium keterampilan klinis.
13. Jika ada tugas, setiap mahasiswa wajib mengumpulkan tugas sesuai dengan
ketentuan. Apabila mahasiswa tidak mengumpulkan tugas sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan maka kehadiran ditiadakan.
14. Kehadiran mahasiswa 75% per Blok sebagai syarat mengikuti OSCE
8
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
10
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
11
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
DAFTAR PENYAKIT
Sistem Reproduksi
12
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
13
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
14
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
15
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti latihan keterampilan pemeriksaan kehamilan, mahasiswa mampu :
1. Melakukan pemeriksaan ANC dan leopold
2. Mampu mengenali dan mengobati penyaki-penyakit yang mungkin diderita sedini
mungkin, misalnya hipertensi yang menyertai kehamilan
3. Melakukan pemeriksaan leopold I
4. Melakukan pemeriksaan leopold II
5. Melakukan pemeriksaan leopold III
6. Melakukan pemeriksaan leopold IV
7. Dapat melakukan perhitungan usia kehamilan, hari perkiraan lahir dan taksiran berat janin.
PENDAHULUAN
Antenatal Care
Pemeriksaan antenatal care merupakan kunjungan ibu hamil dengan tenaga
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan.
Pemeriksaan ANC dan pemeriksaan Leopold ini bertujuan untuk mempersiapkan
persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan
trauma seminimal mungkin. Pada blok Safe Motherhood and Infancy, mahasiswa
diharapkan dapat melakukan pemeriksaan ANC sesuai dengan Standar Kompetensi
Dokter Indonesia.
Pemeriksaan kehamilan atau ANC sangat disarankan bagi para ibu hamil untuk
memonitor kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Pemeriksaan kehamilan adalah
serangkaian pemeriksaan yang dilakukan secara berkala dari awal kehamilan hingga
proses persalinan untuk memonitor kesehatan ibu dan janin agar tercapai kehamilan
yang optimal.
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan
16
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit
yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap
untuk menjalani persalinan normal.
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami
penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara
rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas.
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
1. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini (Keluhan
utama).
2. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan dan
penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil:
a. Muntah berlebihan. Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan
muda terutama pada pagi hari namun kondisi ini biasanya hilang setelah
kehamilan berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan, kecuali
kalau memang cukup berat, hingga tidak dapat makan dan berat badan
menurun terus.
b. Pusing. Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu diwaspadai.
c. Sakit kepala. Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil mungkin
dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.
d. Perdarahan. Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah
merupakan tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.
e. Sakit perut hebat. Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan
ibu dan janinnya.
f. Demam. Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan
dari liang rahim dan kadang-kadang berbau merupakan salah satu tanda
bahaya pada kehamilan.
g. Batuk lama. Batuk lama Lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut.
Dapat dicurigai ibu menderita TBC.
17
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
18
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
19
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
20
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
21
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika
tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada
gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur
setelah kehamilan 24 minggu.
5. Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari
160/menit menunjukkan adanya gawat janin.
6. Tentukan presentasi janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui
letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala
janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada
masalah lain.
7. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-
nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu
saat ini. Selama kehamilan bila ibu hamil statusnya T0 maka hendaknya
mendapatkan minimal 2 dosis (TT1 dan TT2 dengan interval 4 minggu dan bila
memungkinkan untuk mendapatkan TT3 sesudah 6 bulan berikutnya). Ibu hamil
dengan status T1 diharapkan mendapatkan suntikan TT2 dan bila memingkinkan
juga diberikan TT3 dengan interval 6 bulan (bukan 4 minggu / 1 bulan). Bagi bumil
dengan status T2 maka bisa diberikan 1 kali suntikan bila interval suntikan
sebelumnya 6 bulan. Bila statusnya T3 maka suntikan selama hamil cukup sekali
dengan jarak minimal 1 tahun dari suntikan sebelumnya. Ibu hamil dengan status
T4 pun dapat diberikan sekali suntikan (TT5) bila suntikan terakhir telah lebih dari
satu tahun dan bagi ibu hamil dengan status T5 tidak perlu disuntik TT lagi karena
mendapatkan kekebalan seumur hidup (25 tahun).
22
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
23
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
24
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
25
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya
waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
j) Imunisasi. Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.
k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster). Untuk
dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil
dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi
pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.
26
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Leopold III dan mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk pintu atas
panggul, memberikan informasi tentang bagian presentasi janin
Prosedur Pemeriksaan
1. Menyapa, perkenalan, menjelaskan prosedur (tujuan dan hasil yang diharapkan).
2. Meminta persetujuan pasien. Meminta pasien jika ingin berkemih, meminta
pasien tidur dengan kaki sedikit fleksi.
3. Mempersilahkan pasien untuk berbaring, menutupi bagian bawah tubuh dengan
selimut.
4. Mencuci tangan, menggunakan sabun, air hangat, membilas, lalu mengeringkan.
Berdiri di sisi kanan pasien, wajah pemeriksa menghadap ke abdomen pasien.
5. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan abdomen
Inspeksi
a. Wajah: adakah cloasma gravidarum, konjungtiva pucat/merah, oedem pada muka,
bagaimana keadan lidah, gigi/gusi.
b. Leher: apakah vena terbendung di leher ( misal pada penyakit jantung), apakah
kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfa membengkak.
c. Thoraks: bentuk payudara, pigmentasi puting susu, keadaan puting susu, adakah
kolostrum
d. Abdomen: perut membesar ke depan atau ke samping (asites membesar ke
samping), keadaan umbilicus, pigmentasi linea alba, nampak gerakan anak atau
kontraksi, adakah striae gravidarum atau bekas luka (scar).
Palpasi
Abdomen
Leopold I
1. Manuver ini untuk menentukan tinggi fundus uteri dan mengidentifikasi bagian
janin yang terdapat di fundus uteri.
2. Pemeriksa menghadap ke kepala pasien, gunakan ujung jari kedua tangan untuk
mempalpasi fundus uteri.
27
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Gambar 1. Leopold I
Leopold II
Pemeriksa menghadap ke kepala pasien. Letakkan kedua tangan pada kedua sisi
abdomen. Pertahankan uterus dengan tangan yang satu, dan palpasi sisi lain untuk
menentukan bagian kanan dan kiri janin.
Punggung: Bagian tubuh akan teraba, jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat
digerakan.
Ekstremitas: Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk/ posisi
tidak jelas, dan menonjol dan mungkin dapat bergerak aktif atau pasif.
28
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Gambar 2. Leopold II
Leopold III
1. Letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen pasien tepat
diatas simphisis dan minta pasien untuk menarik nafas dalam dan
menghembuskannya.
2. Pada saat pasien menghembuskan nafas, tekan jari tangan kebawah secara
perlahan dan dalam ke sekitar bagian presentasi. Catat kontur, ukuran dan
konsistensinya
Bila itu adalah kepala, maka teraba benda bulat dan keras, sedangkan bila bokong
ia teraba sebagai bangunan yang tidak bulat dan lunak.
29
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Gambar 4. Leopold
IV MENGUKUR TINGGI FUNDUS UTERI
Pengukuran tinggi fundus uteri diatas simphisis pubis digunakan sebagai salah
satu indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi
fundus uteri juga dapat dijadikan perkiraan usia kehamilan. Tinggi fundus yang
stabil/tetap atau menurun merupakan indikasi adanya retardasi pertumbuhan janin,
sebaliknya tinggi fundus yang meningkat secara berlebihan mengindikasikan adanya
jumlah janin lebih dari satu atau kemungkinan adanya hidramnion.
Pengukuran tinggi fundus uteri ini harus dilakukan dengan teknik pengukuran yang
konsisten pada setiap kali pengukuran dan dengan menggunakan alat yang sama. Alat
ukur ini dapat berupa pita/tali, atau dengan menggunakan pelvimeter.
Posisi yang dianjurkan pada saat melakukan pengukuran adalah klien berbaring
(posisi supinasi) dengan kepala sedikit terangkat (menggunakan satu bantal) dan lutut
diluruskan.
Alat ukur (pita atau pelvimeter) diletakkan dibagian tengah abdomen dan diukur
mulai dari batas atas simpisis pubis hingga batas atas fundus. Alat ukur tersebut
diletakkan mengikuti kurve fundus.
Cara pengukuran lain yaitu dengan meletakkan alat ukur dibagian tengah
abdomen dan diukur mulai dari batas simphisis pubis hingga batas fundus tanpa
mengikuti kurve atas fundus.
Pengukuran tinggi fundus uteri ini dilakukan pada usia kehamilan memasuki
trisemester kedua dan ketiga.
30
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
31
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
32
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
33
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Langkah Sistematis
IDENTITAS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
MANUVER LEOPOLD I
Menentukan tinggi fundus dan bagian janin yang terdapat di fundus
MANUVER LEOPOLD II
Menentukan posisi punggung janin
MANUVER LEOPOLD IV
Menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh sudah masuk PAP
PEMERIKSAAN DJJ
PENENTUAN DIAGNOSIS
PENENTUAN TATALAKSANA
34
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
ANAMNESIS
- Keluhan utama
- Riwayat Penyakit Sekarang
- Riwayat Haid/Menstruasi
- Riwayat kehamilan yang sekarang
- Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya
- Riwayat imunisasi
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat Pribadi dan Sosial
-
PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan Umum
- Kesadaran
- Tinggi badan
- Berat badan
- Lingkar lengan atas (lila)
35
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
- Tanda-tanda Vital : tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan dan suhu
- Pemeriksaan fisik umum
- Pemeriksaan Leopold
1. Leopold I
TFU =…..cm
Teraba:……………… ……… ………… ……… ……… …… …… ……… ……… … …
2. Leopold II
Bagian Kanan Teraba : ………………………………………………………………………
Bagian Kiri Teraba :……………………………………………………………………………
3. Leopold III
Bagian Bawah Teraba :………………………………………………………………………
4. Leopold IV
Konvergen/ Divergen Perlimaan (Skala Penurunan Janin) = …/….
DIAGNOSIS
GxPxAx, Usia kehamilan …-… minggu, janin tunggal/ganda, hidup/mati, presentasi
kepala/bokong, belum/sudah masuk PAP, sesuai masa kehamilan/kecil masa
kehamilan/besar masa kehamilan, + penyakit penyerta/penyulit, jika ada (Anemia,
diabetes gestasional, preeklampsia, dll)
REFERENSI
Saifuddin AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Kemenkes RI. Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Kemenkes RI; 2010.
36
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan Pedoman bagi tenaga Kesehatan. Edisi ke-1. Jakarta: Kemenkes RI;
2013.
Lesson Plan
No. KEGIATAN WAKTU
1 - Instruktur memperkenalkan diri 5 menit
- Mengenal nama mahasiswa
- Menjelaskan tujuan latihan
2 - Menilai persiapan mahasiswa mengenai topik 5 menit
keterampilan yang akan dipelajari
- Meminta salah seorang mahasiswa untuk mencoba
melakukan ANC-Leopold
3 - Meminta mahasiswa untuk refleksi 15 menit
- Meminta mahasiswa lain untuk memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback
- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mencoba secara bergantian kemudian memberikan
4 feedback 70 menit
- Instruktur mengobservasi dan memberikan feedback pada
masing-masing mahasiswa
5 Penutup 5 menit
37
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
LEMBAR KERJA
38
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
10. Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah
disediakan.
11. Pemeriksa berada di sisi kanan ibu, menghadap
bagian lateral kanan.
12. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
13. Pemeriksaan Fisik Umum (sesuai keluhan)
Pemeriksaan Leopold
14. Leopold I
Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak
fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus.
Perhatiakan agar jari tersebut tidak mendorong
uterus ke bawah (jika diperlukan, fiksasi uterus
bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk
tangan kanan di bagian lateral depan kanan dan
kiri, setinggi tepi atas simfisis).
Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang
memfiksasi uterus bawah) kemudian atur posisi
pemeriksa sehingga menghadap ke bagian
kepala ibu.
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan
pada fundus uteri dan rasakan bagian bayi yang
ada pada bagian tersebut dengan jalan
menekan
secara lembut dan menggeser telapak tangan
kiri dan kanan secara bergantian.
15. Leopold II
Pemeriksa menghadap ke kepala pasien.
Letakkan kedua tangan pada kedua sisi
abdomen. Pertahankan uterus dengan tangan
yang satu, dan palpasi sisi lain untuk
menentukan lokasi punggung janin..
Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan
teraba kecil, bentuk/ posisi tidak jelas, dan
menonjol dan mungkin dapat bergerak aktif atau
Pasif
16. Leopold III
39
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
40
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pelatihan keterampilan pemeriksaan fisik mahasiswa mampu
melakukan:
1. Mengetahui tugas penolong persalinan pada asuhan persalinan normal
2. Mengetahui langkah-langkah asuhan persalinan normal
3. Melakukan keterampilan klinis persalinan normal dengan baik
4. Melakukan intervensi terhadap jalannya proses persalinan yang
fisiologs/alamiah
5. Memberikan dukungan pada ibu, suami dan keluarga selama proses
persalinan, saat melahirkan bayi dan pada masa sesudahnya
6. Melakukan pemantauan terhadap ibu dan janin dalam proses persalinan dan
setelah persalinan, menilai adanya factor resiko, melakukan deteksi dini
terhadap komplikasi persalinan yang mungkin muncul
7. Melakukan intervensi minor bila diperlukan seperti melakukan amniotomi,
episiotomy pada kasus gawat janin
8. Melakukan rujukan pada fasilitas yang lebih lengkap sesuai dengan masalah/
kasus yang dihadapi .
Pendahuluan
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
kedalam jalan lahir.Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir.Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin.
41
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Kala Persalinan:
A. Kala I (pembukaan)
Kala I merupakan tahap yang paling lama, rata–rata 8–12 jam untuk
primigravida atau 6 – 8 jam untuk multipara.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase yaitu:
1. Fase laten dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai
42
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
43
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
3. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam
vulva pada waktu his.
4. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi
diluar his, dan dengan his kekuatan mengedan maksimal kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput dibawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu
melewati peritoneum
5. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan
anggota bayi. Kala II pada primigravida 1 ½ - 2 jam pada multigravida ½ - 1
jam
44
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
45
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
46
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
PARTOGRAF
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas
kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan, yang digunakan
selama fase aktif persalinan.
Menurut depkes RI (2004), tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai serviks
melalui pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan normal
3. Melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama
47
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :
Denyut jantung janin: setiap ½ jam.
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam.
Nadi: setiap ½ jam.
Pembukaan serviks: setiap 4 jam.
Penurunan: setiap 4 jam.
Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam.
Produksi urine, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam
48
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
49
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
50
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
51
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
52
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
53
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
54
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
55
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
56
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
57
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
58
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
59
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
60
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
PERTOLONGAN PERSALINAN
Seorang ibu dikatakan dalam persalinan (in partum) bila telah timbul His
(keinginan untuk mengedan) yaitu kontraksi yang teratur, makin sering, makin lama,
dan makin kuat, mengeluarkan lendir bercampur darah (bloody show), serviks mulai
membuka atau mendatar, merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya, perineum menonjol, Vulva-vagina dan sfingter anal sudah
membuka. Bila ketuban telah pecah, ibu harus berbaring. Tabel berikut merangkum
perbedaan antara tanda inpartu dan persalinan palsu.
61
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
b. Catat tanda vital, keadaan umum, dan segala kelainan fisik yang ditemukan
pada pasien
c. Lakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan.
d. Bila terdapat fasilitas, periksa protein dan glukosa urin.
e. Periksa abdomen, inspeksi adanya jaringan parut atau bekas trauma lama.
Palpasi dengan cara Leopold untuk menentukan presentasi janin, turunnya
bagian terbawah janin, dan posisi janin. Hitung frekuensi detak jantung janin
(misalnya dengan Laenec atau Doppler).
f. Perhatikan frekuensi, keteraturan, kekuatan, dan lama kontraksi uterus.
g. Jika ada pendarahan dari vagina atau keluarnya air ketuban, catat sifat dan
jumlahnya.
h. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai pembukaan dan penipisan seviks,
posisi bagian bawah janin.
62
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
63
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Gambar 5. Episiotomi
g. Saat his, ibu di minta menarik napas dalam dan menutup mulut rapat-rapat
dengan menempelkan dagu ke dada kemudian mengejan pada perut
dengan kekuatan penuh. Lahirkan kepala bayi dengan cara menahan
perineum, dengan cara Ibu jari dan jari II-V tangan kanan yang
ditutup/beralaskan kain duk steril/DTF dan menekan ke arah cranial.
64
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
65
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Bila perlu, bantuan paksi luar dilakukan bila ada lilitan tali pusat pada leher
bayi, dengan cara:
- Tali pusat kendor : longgarkan dan bebaskan tali pusat dengan bantuan
jari penolong.
- Tali pusat ketat : jepit tali pusat dengan klem di dua tempat dan tali
pusat di potong di antara 2 klem tersebut dengan gunting tali
pusat.
66
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
h. Lahirkan bahu bayi dengan cara tetap memegang kepala bayi secara
biparietal dan menarik ke belakang untuk melahirkan bahu depan dahulu,
kemudian ke arah atas untuk melahirkan bahu belakang.
i. Lahirkan badan dan tungkai bayi dengan cara tetap memegang kepala
bayi secara biparietal, melakukan tarikan searah lengkung panggul sampai
lahir seluruh badan bayi. Bila terasa berat dapat di bantu dengan dorongan
ringan pada fundus uteri oleh asisten atau dengan cara mengait ketiak bayi
dan menariknya secara perlahan.
j. Letakkan bayi pada kain duk steril di atas perut ibu.
k. Lakukan resusitasi bayi baru lahir bila diperlukan dan tentukan nilai APGAR.
l. Sesegera mungkin lakukan pembersihan mulut/jalan napas.
m. Jepit tali pusat dengan klem kocher I berjarak 5 cm dari perut bayi, tali
pusat dikosongkan dari darah dengan diurut ke arah plasenta, kemudian
dijepit dengan klem kocher II, jarak 1-2 cm dari klem kocher I ke arah
plasenta. Tali pusat digunting di antara 2 klem kohler, kemudian ikat tali
pusat dengan benang/klem tali pusat. Tali pusat dibalut dengan kasa steril
yang dibasahi antiseptik ringan.
67
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
d. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat ke arah bawah dan ke atas sampai plasenta lahir lengkap.
68
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
69
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
3. Perasat Klein, ibu di minta mengejan, tali pusat akan turun. Bila berhenti
mengedan dan tali pusat masuk lagi, berarti plasenta belumlepas dari
dinding uterus.
Pentingnya mengetahui apakah plasenta telah lepas atau belum ialah untuk
melahirkan plasenta dengan meminimalisir terjadinya komplikasi. Bila plasenta
dipaksa untuk dilahirkan saat belum terlepas dari dinding uterus, akan
menimbulkan perdarahan (retensio plasenta, sisa plasenta) dan komplikasi
lainnya seperti inversio uteri.
REFERENSI
Asosiasi Unit Pelatihan Klinik Organisasi Profesi. Buku Acuan Asuhan Persalinan
Normal Asuhan Esensial bagi Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir serta
Penatalaksanaan Komplikasi Segera Pascapersalinan dan Nifas. Jakarta: JNPK- KR;
2014.
Waspodo D. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini.
Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik; 2007.
Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasyankes Dasar dan
Rujukan. Edisi 1, Kemenkes RI 2013.
Cunningham, F. Gary,, Kenneth J. Leveno, Steven L. Bloom, Catherine Y. Spong, Jodi
S. Dashe, Barbara L. Hoffman, Brian M. Casey, and Jeanne S. Sheffield. Williams
Obstetrics. 25th edition. New York: McGraw-Hill Education, 2018
72
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
LANGKAH KERJA
PENUNTUN BELAJAR PERSALINAN NORMAL
Lahirnya Kepala
19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,
letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan
76
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
77
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Oksitosin
32. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi
kedua.
33. Memberi tahu ibu bahwa ia akan disuntik
34. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan
suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian
luar, setelah mengaspirasinya terlebih dulu.
Peregangan Tali Pusat Terkendali
35. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva
36. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu,
tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini
untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
37. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
perengangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
78
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
81
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti latihan keterampilan pemeriksaan fisik mahasiswa mampu :
1. Mengetahui prinsip pemeriksaan bayi baru lahir
2. Melakukan pemeriksaan Fisik Neonatus di kamar bersalin dan di ruang rawat
3. Melakukan refleks rooting, sucking, moro, grasp, dan plantar
82
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
A. TAHAP PERSIAPAN
1. Persiapan Alat dan bahan
Alat yang digunakan untuk memeriksa:
Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan kehangatan.
Air bersih, sabun, handuk kering dan hangat
Sarung tangan bersih
Kain bersih
Stetoskop
Jam dengan jarum detik
Termometer
Timbangan bayi
Pengukur panjang bayi
Pengukur lingkar kepala.
2. Persiapan Tempat Pemeriksaan
83
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
84
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Interpretasi:
85
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
86
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
c. Memeriksa tali pusat : segar atau tidak, ada simpul atau tidak, jumlah arteri
dan vena. Normalnya umbilicus memiliki 2 arteri dan 1 vena. Apabila hanya
ada 2 pembuluh darah (1 arteri dan 1 vena), mengindikasikan adanya
masalah ginjal atau genetik (trisomi 18). Jika hanya ada 1 arteri umbilikal,
kemungkinan munculnya anomali kongenital juga meningkat.
d. Memeriksa plasenta: pengapuran, nekrosis/infark, bentuk dan ukuran
berkaitan dengan fungsi plasenta, kecukupan gizi dan O2 bayi
e. Berat lahir dan kehamilan
Bayi kurang bulan dan Intra Uterine Growth Restriction/Retardation (IUGR)
memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kelainan kongenital
f. Memeriksa mulut: utuh atau ada labio-palatoschizis
g. Memeriksa kesimetrisan wajah saat menangis. Hal ini menunjukkan ada atau
tidaknya paralisis nervus fasialis (cacat saraf wajah)
h. Melihat adakah defek medula spinalis (meningokel, omfalokel, meningokel,
spina bifida)
i. Melihat jenis kelamin
87
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
2. Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital yang penting dievaluasi pada bayi baru lahir meliputi
HR(normalnya 120 – 160 x/menit), RR (normalnya 40 – 60 x/menit), Suhu
(normalnya 36,5-37,5°C).
Hitung denyut jantung dengan meletakkan stetoskop di dada kiri setinggi apeks
kordis. Hitung pula frekuensi pernapasan dan lihat ada tidaknya tarikan dinding
dada kedalam (retraksi ICS) ketika bayi sedang tidak menangis.
Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan beberapa metode:
a. Aksiler
Tempat pengukuran paling tepat. Pada Hipotermi, hasil lebih tinggi daripada
rektal karena tertimbunnya brown fat di daerah ketiak
b. Rektal
Digunakan pada pemeriksaan fisik sekaligus memastikan anus ada atau jika
temperatur aksiler tidak normal. Lebih traumatik dibanding aksiler.
3. Ukuran Antropometri
Adalah ukuran fisik yang dapat diukur dengan alat pengukur seperti timbangan
atau pita pengukur, terdiri dari:
a. Berat Badan
Kain alas atau pelindung yang kering dan bersih diletakkan di
atas timbangan
Skala penimbangan diatur ke titik nol sebelum penimbangan.
Bayi kemudian ditimbang bersama kain alas dan pembungkus bayi
Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi
Berat badan lahir normal berada pada rentang 2500-4000 gram.
Bila berada di bawah nilai terendah, diklasifikasikan sebagai:
- BBLR : <2500 gr
- BBLSR : 1000 – 1500 gr
88
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
- BBLASR : <1000 gr
b. Panjang Badan
Bayi diletakkan di tempat yang datar
Panjang badan diukur dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi
diluruskan
Bayi aterm panjang kepala ke tumit rata-rata 45 – 53 cm
c. Lingkar Kepala
Lingkar kepala bayi aterm 34- 39 cm.
Lingkar kepala diukur dari oksiput mngelilingi kepala, tepat di atas alis
Pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menaksir pertumbuhan
otak.
d. Lingkar Dada
Ukuran normal 31-35 cm, pengukurannya dilakukan saat bernafas biasa
pada tulang xipoideus, ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung
kembali ke dada melalui kedua puting susu
Ukuran lingkar dada biasanya 2 cm kurang dr lingkar kepala/ kadang sama
namun tidak melebihi lingkar kepala.
e. Lingkar Lengan Atas
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan
otot yang berguna untuk menilai keadaan gizi. Ukuran normal LILA saat
lahir kira-kira 11 cm
Untuk mengukur LILA< tentukan dahulu titik bahu dan siku
Letakkan pita antara bahu dan siku, lalu tentukan titik tengahnya
Lingkarkan pita ukur pada titik tengah lengan atas yang sudah ditentukan
sebelumnya
Tentukan ukuran menurut pita ukur
89
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
4. Kulit
a. Warna
Normalnya neonatus berwarna merah muda
Neonatus yang kulitnya berwarna merah sekali menunjukkan kerapuhan
system vasomotor
Akrosianosis (kebiruan pada ekstremitas) menunjukkan bayi kedinginan
Sianosis (kebiruan) menunjukkan bayi kekurangan O2
Kulit seperti marmer (cutis marmorata) menunjukkan penyakit berat
Pewarnaan mekonium (mekonium staining) pada verniks caseosa, kulit,
kuku, dan tali pusat ditemukan pada bayi dengan riwayat fetal distress
Ikterus (warna kuning) paling mudah dilihat di daerah dahi
b. Rash, lesi, bintik-bintik ada atau tidak.
Jika ada seperti apa warna, bentuknya, ada cairan atau tidak
c. Vernix caseosa, lanugo ada atau tidak
Vernix Caseosa: subtansi putih yg berlemak yg disekresi oleh kelenjar
sebasea dan sel epitel yang melapisi tubuh BBL. Ini akan menghilang
sendiri beberapa hari setelah lahir, berfungsi untuk menjaga suhu bayi.
Dapat dibersihkan dengan kapas dan minyak kelapa yg steril.
Lanugo: rambut halus yang melapisi permukaan tubuh, sering pada kulit
kepala, dahi dan muka.
d. Kelembaban, turgor kulit baik atau tidak
Kulit bayi prematur tipis, halus dan berwarna merah. Kulit bayi lebih bulan
tampak seperti kertas perkamen dan mengelupas
e. Tanda lahir ada atau tidak. Jika ada di mana letaknya, bentuk, warna seperti
apa.
5. Kepala
Pemeriksaan kepala dilakukan dengan cara menginspeksi kepala, fontanela anterior
dan posterior, kemudian mempalpasi daerah sutura dan juga fontanel.
90
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Palpasi sutura terasa seperti bubungan dan fontanela terasa seperti cekungan
yang lembut. Pulsasi yang teraba di fontanela merefleksikan pulsasi perifer.
Periksa fontanela secara hati-hati, karena kepenuhannya merefleksikan tekanan
intrakranial. Hal-hal yang dievaluasi pada pemeriksaan kepala meliputi:
a. Ada tidaknya Makro- atau Mikrocephali
b. Sutura ada molase atau tidak
c. Fontanela anterior dan posterior (bentuk, ukuran, rata, cekung
atau mencembung)
d. Tulang-tulang tengkorak ada fraktur atau tidak, simetris atau tidak, adakah
molding
e. Kaput suksedaneum, cephal hematoma ada atau tidak
Fontanel merupakan bagian lunak di antara tulang cranium bayi. Pada
perabaan, konsistensinya lunak. Fontanel anterior memiliki diameter antara 4 – 6
cm dan biasanya menutup pada usia antara 7 – 19 bulan. Fontanel posterior
memiliki diameter antara 1 – 2 cm dan biasanya menutup pada usia 2 bulan.
Pembesaran fontanel posterior biasanya didapatkan pada hipotiroid kongenital.
Fontanel yang tegang dan menonjol didapatkan pada bayi dengan peningkatan
tekanan intrakranial, yang disebabkan oleh infeksi susunan saraf pusat, penyakit
neoplasma atau hidrosefalus. Fontanel anterior yang cekung dapat merupakan
salah satu tanda dehidrasi.
91
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
6. Wajah
a. Adakah kelainan khas misal: Sindrom Down atau bayi Mongol
b. Apakah wajah simetris atau tidak
7. Mata
a. Sklera tampak tanda perdarahan atau tidak, ada sekret atau tidak, ukuran dan
reaktivitas pupil baik atau tidak, arah pandangan, jarak dan bentuk mata,
gerak bola mata simetris atau tidak.
b. Jarak antara kantus medial mata tidak boleh lebih dari 2.5 cm
c. BBL kadang menunjukkan gerak mata berputar dan tidak teratur (strabismus)
8. Telinga
a. Posisi dan hubungan dengan mata dan kepala
Jika ditarik garis horisontal melewati mata, seharusnya melewati sedikit bagian
atas telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada
bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre-robin). Kemiringan telinga
terhadap garis vertikal maksimal 10°.
b. Adakah daun telinga, posisi lubang, bentuk lekukan bagaimana, tulang rawan
terbentuk atau tidak. Bayi prematur biasanya tulang rawan belum terbentuk.
9. Hidung
a. Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, adakah milia (bintik keputihan yg
khas terlihat di hidung, dahi dan pipi yg menyumbat kelenjar sebasea yg
belum berfungsi), adakah pernafasan cuping atau tidak
b. Adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah, hal ini
92
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
93
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
94
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Palpasi clavicula: palpasi kedua clavicula, bila salah satu di antaranya sulit
dipalpasi, dan terdapat krepitasi maka fraktur clavicula mungkin ada
Palpasi costae: juga untuk mencari ada tidaknya krepitasi yang
menunjukkan fraktur costae akibat proses persalinan
c. Auskultasi
Suara nafas: dengarkan sama tidaknya suara nafas lapang paru kanan
dan kiri. Tempat yang paling baik untuk mendengarkan suara nafas pada
neonatus adalah di aksila kanan dan kiri. Tidak adanya suara nafas, atau
suara nafas asimetris menunjukkan pneumothorax atau atelektasis. Suara
nafas yang menghilang, disertai abdomen scaphoid (relatif datar terhadap
dada) dan suara bising usus mengindikasikan adanya hernia
diafragmatika.
Suara jantung: dengarkan kualitas dan ritme dari bunyi jantung.
Identifikasi ada tidaknya mur-mur di lokasi tertentu yang berhubungan
dengan adanya PJB.
13. Abdomen
Raba hepar, limpa, ginjal, adakah distensi, massa, hernia, perdarahan tali pusat,
jumlah arteri dan vena umbilikalis. Jika perut sangat cekung kemungkinan
terdapat hernia diafragmatika. Abdomen yang membuncit kemungkinan karena
hepato- splenomegali atau tumor lainnya. Jika bayi menangis dan muncul
benjolan di perut, menunjukkan hernia di dinding abdomen. Palpasi diperlukan
untuk mengkonfirmasi hal-hal tersebut. Lakukan pula auskultasi untuk
mengevaluasi bising usus.
14. Genitalia dan Rektum
a. Lubang anus ada atau tidak
b. Meconium dan urin sudah keluar atau belum
c. Testis sudah turun ke skrotum atau belum, jumlah testis 2, lubang kencing ada
atau tidak, letaknya di mana, hidrokel ada atau tidak;
95
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
d. Labia mayora menutupi labia minora, lubang vagina, adakah sekcret atau
bercak darah. Pada bayi wanita, terkadang tampak adanya sekret atau bercak
darah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu.
15. Ekstremitas atas
Kesimetrisan, bentuk dan ukuran, jumlah jari, ada selaput atau tidak, tampak garis
telapak tangan atau tidak
16. Ekstremitas bawah
Dislokasi kongenital, kesimetrisan, bentuk, ukuran, jumlah jari, ada selaput atau
tidak, tampak garis telapak kaki atau tidak. Tes Ortolani dan Barlow positif atau
negatif.
17. Punggung
a. Inspeksi bentuk, adakah tonjolan di kulit, adakah celah, adakah rambut
96
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
abnormal.
b. Palpasi tulang belakang dan rasakan ada tidaknya benjolan di sepanjang
struktur tersebut
REFERENSI
Marsis O., et al. Panduan Ketrampilan Klinis Bagi Dokter di Faskes Primer. Edisi I. PB
IDI, 2017.
Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasyankes Dasar dan Rujukan.
Edisi 1, Kemenkes RI 2013.
Pritasari K., et al. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial: Pedoman
Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Kemenkes RI, 2010
Gomella, T. L., Cunningham, M. D., Eyal, F. G., & Zenk, K. E. Neonatology:
Management, procedures, on-call problems, diseases, and drugs. 8th ed. New York:
Lange Medical Books/McGraw-Hill Medical Pub. Division, 2020.
98
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
LESSON PLAN
5 Penutup 5 menit
99
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
LEMBAR KERJA
100
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Reflex Sucking
Reflex Moro
Reflex Grasping
Reflex Plantar
RESUSITASI PADA NEONATUS
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan prosedur resusitasi pada bayi baru lahir
Landasan Teori
Bayi baru lahir memerlukan adaptasi untuk dapat bertahan hidup di luar rahim,
terutama pada menit-menit pertama kehidupannya. Bila di dalam rahim kebutuhan
nutrisi dan terutama oksigen dipenuhi seluruhnya oleh ibu melalui sirkulasi
uteroplasenter, saat lahir dan tali pusat dipotong, bayi baru lahir harus segera
melakukan adaptasi terhadap keadaan ini yaitu harus mendapatkan atau
memproduksi oksigennya sendiri.
Sebagian besar (80%) bayi baru lahir dapat bernafas spontan, sisanya mengalami
kegagalan bernafas karena berbagai sebab. Keadaan inilah yang disebut asfiksia
neonatorum. Pertolongan untuk bayi ini disebut resusitasi. Tujuan dari resusitasi ialah
memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang
cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan alat vital lainnya. Asfiksia
sendiri didefinisikan sebagai gagal nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat sesudah lahir.
Kata asfiksia juga dapat memberi gambaran atau arti kejadian di dalam tubuh bayi
berupa hipoksia progresif, penimbunan CO2 (hiperkarbia) dan asidosis. Penyebab
asfiksia neonatorum dapat digolongkan ke dalam 3 faktor: faktor ibu, faktor janin, dan
faktor plasenta.
Apapun penyebab yang melatarbelakangi asfiksia, segera setelah penjepitan tali
pusat menghentikan penyaluran oksigen dari plasenta, bayi akan mengalami depresi
103
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
dan tidak mampu untuk memulai pernafasan spontan yang memadai dan akan
mengalami hipoksia yang berat dan secara progresif akan menjadi asfiksia. Bila bayi
mengalami keadaan ini untuk pertama kalinya (apneu primer/gasping primer), berarti
ia mengalami kekurangan oksigen, maka akan terjadi pernafasan cepat dalam
periode yang singkat. Bila segera diberikan pertolongan dengan pemberian oksigen,
biasanya dapat segera merangsang pernafasan spontan. Bila tidak diberi
pertolongan yang adekuat, maka bayi akan mengalami gasping sekunder/apneu
sekunder dengan tanda dan gejala yang lebih berat. Pertolongan dengan resusitasi
aktif dengan pemberian oksigen dan nafas buatan harus segera dimulai. Dalam
penanganan asfiksia neonatorum, setiap apneu yang dilihat pertama kali harus
dianggap sebagai apneu sekunder. Perubahan biokimiawi yang terjadi dalam tubuh
bayi asfiksia, dengan penilaian analisa gas darah akan didapatkan hasil pada saat
kejadian akan terjadi metabolisme aerob, hipoksia (paO2 < 50 mmHg), hiperkarbia
(paCO2 > 55 mmHg) dan asidosis (PH <7,2). Bila tidak segera dilakukan resusitasi
akan berlanjut menjadi metabolisme anaerob dengan hasil akhir terbentuk dan
tertimbunnya asam laktat dalam darah dan jaringan tubuh bayi yang akan berakibat
kerusakan sel dan jaringan yang berujung pada kegagalan fungsi organ dan
kematian. Diagnosis asfiksia dapat ditegakkan melalui :
1. Dengan mengamati 3 variabel yaitu: usaha nafas, denyut jantung dan warna kulit.
Bila bayi tidak bernafas atau nafas megap-megap, denyut jantung turun, dan kulit
sianosis atau pucat, maka secara klinis dapat ditegakkan diagnosis asfiksia
neonatorum
2. Dengan pemeriksaan analisis gas darah
3. Dengan skor apgar dan skor sigtuna
Tabel 1. APGAR Score
104
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Cara menghitung :
Setelah bayi lahir pada pengamatan berturut-turut menit I, V, dan X diamati dan
dihitung jumlah skor apgar. Skor Sigtuna lebih sederhana karena hanya
menggunakan 2 variabel yaitu usaha nafas dan denyut jantung.
Interpretasi:
Bayi Normal : Skor APGAR 7 – 10
Asfiksia Ringan – Sedang : Skor APGAR 4 – 6
Asfiksia Berat : Skor APGAR 0 – 3
105
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
106
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
107
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
108
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
12. Alat ventilasi tekanan positif (balon resusitasi atau T-piece resuscitator) dan
selang untuk mengalirkan udara dan atau oksigen tambahan. Balon
mengembang sendiri harus dilengkapi reservoir oksigen dan semua jenis alat
harus dilengkapi dengan manometer tekanan.
13. Oksimeter nadi dengan sensor (probe) sesuai untuk neonatus
14. Sungkup laring (ukuran 1) dan semprit 5 ml
REFERENSI
American Heart Association. Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk
CPR dan ECC. [online serial] Diunduh dari: https://eccguidelines.heart.org/wp-
content/uploads/2015/10/2015-AHA- Guidelines-Highlights-Indonesian.pdf
Niermeyer S, Kattwinkel J, Van Reempts P, Nadkarni V, Phillips B, Zideman D, dkk.
International Guidelines for Neonatal Resuscitation: An excerpt from the Guidelines
110
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
LESSON PLAN
No KEGIATAN WAKTU
1 - Instruktur memperkenalkan diri 5 menit
- Mengenal nama mahasiswa
- Menjelaskan tujuan latihan
2 - Menilai persiapan mahasiswa mengenai 10 menit
topik keterampilan yang akan dipelajari
- Meminta salah seorang mahasiswa untuk
mencoba melakukan Resusitasi
3 Neonatus 15 menit
- Meminta mahasiswa untuk refleksi
- Meminta mahasiswa lain untuk
memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback
- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk mencoba sendiri dan temannya secara
4 bergantian memberikan feedback 60 menit
- Instruktur mengobservasi dan memberikan
feedback pada masing-masing kelompok
5 Penutup 10 menit
111
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
LEMBAR KERJA
112
NO Kegiatan Ya Tidak
1 Melakukan konseling
BLOK antenatal,
6.1 SAFE pembagian
MOTHERHOOD ANDtugas tim T.A 2021-2022
INFANCY
dan persiapan alat
A. Konseling Antenatal/ Persiapan Pasien
Menanyakan 5 pertanyaan :
- Usia kehamilan (berapa minggu)
- Taksiran berat janin (berapa gram)
- Janin tunggal/gemelli ?
- Ketuban sudah pecah/belum ? Kalau sudah
pecah, tanyakan warna ketuban dan lama
pecah ketuban ?
- Penyulit selama kehamilan (riwayat sakit
selama hamil : Diabetes Militus, Hipertensi,
perdarahan, demam saat trimester I)
C. Persiapan Alat
1. Thermoregulator
- Menyalakan Infant warmer
- Menyiapkan kain 3 lapis (1 menerima bayi,
1ganjelan bahu, 1 menyelimuti bayi)
- Bayi kecil ≤ 2000gram : topi, plastik
2. Airway
- Alat suction dan selang suction yang sudah
dipastikan berfungsi baik
- Selang Endotrakeal Tube (ET), laringoskop
(dicoba terlebih dahulu)
- NB :
ET 2.5 : BB < 1000gram
3 : BB 1000 – 2000 gram
3.5 : BB > 2000 – 3000 gram
3.5/4 : BB > 3000 gram Kedalaman
ET = 6.5 + BB
3. Breathing : T-piece resuscitator (mixsafe), setting
awal : PiP 25, PEEP 5, FiO2 21% (aterm) 30%
(preterm)
4. Circulation : Epinefrin/ Adrenalin 1:10.000, D10,
NaCl 0.9% darah, spuit, kateter umbilical.
5. Persiapan Diri
- Cuci tangan 6 langkah
- Menggunakan Alat Pelindung Diri
KETERAMPILAN PEMASANGAN
INTRA-UTERINE DEVICE (IUD)/AKDR
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti latihan keterampilan pemasangan IUD/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR), mahasiswa mampu :
1. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemasangan IUD
2. Mempersiapkan alat dan bahan untuk melakukan pemasangan dan pelepasan IUD
3. Melakukan pemasangan dan pelepasan IUD
Efektivitas : Sekitar 99 %.
Keuntungan :
Praktis dan ekonomis
Efektivitas tinggi (angka kegagalan kecil)
Kesuburan segera kembali jika dibuka
Tidak harus mengingat seperti kontrasepsi pil
Tidak mengganggu pemberian ASI.
Kerugian :
Dapat keluar sendiri jika IUD tidak cocok dengan ukuran rahim pemakai.
Cara Penggunaan :
Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat menstruasi. Pemilihan IUD yang akan
digunakan tergantung :
1. IUD yang dipasang harus mempunyai efektivitas kontraseptif yang tinggi dan angka
kegagalan serta efek samping yang rendah
2. Prinsip yang penting adalah IUD harus mudah dipasang, tetapi tidak bisa lepas
114
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
sendiri (ekspulsi)
3. Ukuran IUD harus sesuai dengan besar rahim
4. Riwayat pemakaian IUD jenis tertentu sebelumnya
115
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Kunjungan Ulang:
Pemakai harus datang ke klinik dalam 1-6 minggu untuk pengecekan.
Jika ada keluhan atau masalah, pemakai harus segera kembali ke klinik.
PROSEDUR PELAKSANAAN
Persiapan:
Periksalah apakah alat – alat sudah disiapkan dengan lengkap dan sudah disterilkan
Memberi salam dan anamnesis seperlunya
Ada dua cara pemasangan atau insersi IUD, yaitu cara dorong dan cara tarik.
Cara dorong digunakan untuk IUD Lippes Loop, sedangkan cara tarik digunakan
untuk IUD Copper-T.
pemeriksaan colok vagina untuk memastikan bahwa seluruh IUD sudah masuk
ke dalam rongga rahim sehingga ujung IUD tidak teraba lagi, serta untuk
menempatkan benang IUD pada forniks anterior vagina agar tidak
memberikan keluhan pada suami saat koitus.
Setelah selesai pemasangan ditanyakan pada akseptor, apakah cukup
nyaman dan tidak merasa pusing atau sakit perut yang berlebihan. Awasi juga
keadaan umum akseptor sesudah pemasangan IUD
masih ada dalam kemasan atau kemasan belum dibuka, sehingga lebih
menjamin sterilitasnya.
Tangan kiri pemasang memegang pegangan tenakulum. Tabung inserter yang
didalamnya sudah ada IUD dan pendorong inserter secara halus dimasukkan ke
dalam rongga rahim melalui orifisium uteri eksternum dengan tangan kanan.
Pada waktu memasukkan inserter dengan IUD di dalamnya, harus sampai
elips penghenti tertahan oleh serviks uteri, sehingga ujung inserter telah
mencapai fundus. Dengan menahan pendorong inserter, maka IUD dapat
dipasang dan tertinggal di dalam kavum uteri.
Tenakulum dilepas, dan diperiksa apakah bekas jepitan pada porsio
mengeluarkan darah. Darah yang keluar dari luka bekas jepitan dan keluar
dari orifisium uteri eksternum dibersihkan dengan kasa kering. Benang IUD
yang terlalu panjang dipotong dengan gunting, sehingga benang yang
tertinggal terjulur dari orifisium uteri eksternum sampai kira-kira 2 atau 3 cm
dari introitus vagins. Dengan bahan desinfektan dilakukan desinfeksi pada
daerah orifisium uteri eksternum dan luka bekas tenakulum.
Spekulum dilepas dan sebelum mengakhiri pemasangan, dilakukan
pemeriksaan colok vagina untuk memastikan bahwa seluruh IUD sudah masuk
ke dalam rongga rahim sehingga ujung IUD tidak teraba lagi, serta untuk
menempatkan benang IUD pada forniks anterior vagina agar tidak
memberikan keluhan pada suami saat koitus.
Setelah selesai pemasangan ditanyakan pada akseptor, apakah cukup
nyaman dan tidak merasa pusing atau sakit perut yang berlebihan. Awasi juga
keadaan umum akseptor sesudah pemasangan IUD.
REFERENSI
Soeprono, Bharoto W. Keterampilan Terapi Pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim. Laboratorium Obstetri-Ginekologi. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM;
120
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
2001.
Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2009.
Cunningham FG, Lenevo KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, dkk.
121
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Lesson Plan
NO KEGIATAN WAKTU
1 Instruktur memperkenalkan diri 5 menit
Mengenal nama mahasiswa
Menjelaskan tujuan latihan
2 Menilai persiapan mahasiswa mengenai topik 5 menit
keterampilan yang akan dipelajari
122
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Langkah kerja
Pemasangan AKDR dengan Model Panggul (IUD)
123
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
kemasan
124
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
125
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menjalani praktikum kontrasepsi susuk (implant) mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan jenis-jenis implant
2. Menjelaskan indikasi dan kontra indikasi pemasangan implant
3. Melakukan konseling kontrasepsi susuk (implant)
4. Melakukan pemasangan implant 2 kapsul dengan baik dan benar
5. Mencabut implant 2 kapsul dengan baik dan benar
PENDAHULUAN
Susuk (implant) merupakan kontrasepsi jangka panjang. Saat ini ada dua jenis
kontrasepsi susuk (implant), yaitu :
1. Susuk Norplan.
Kontrasepsi ini terdiri dari 2 batang kapsul kecil yang fleksibel dibuat dari bahan
silastik berisi levonorgestrel (LNG) yaitu suatu progestin sintetik dengan panjang
3,4 cm dan diameter 2,4 mm. Metode ini memiliki masa kerja sampai 5 tahun
2. Susuk Implanon
Kontrasepsi ini hanya terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40 mm dan diameter 2 mm yang telah dipersiapkan dalam suatu jarum terpasang
pada inserter khusus berbentuk semprit dispossible dalam kemasan steril kantong
aluminium. Implanon berisi progestin 3-keto-desogestrel (3-keto-DSG).
Pemasangan implanon merupakan penyuntikan subkutan biasa yang bisa
dilakukan tanpa anestesi local. Metode ini bisa efektif sampai 3 tahun. Pada modul
ini hanya akan dibahas tentang susuk Norplan.
Mekanisme Kerja
Kehamilan dicegah melalui kombinasi beberapa mekanisme. Dua diantaranya yang
paling utama ialah
Membuat lendir serviks menjadi kental untuk mencegah penetrasi sperma.
Menghambat ovulasi sekitar 50% siklus haid
Mekanisme lainnya yang dapat menambah efek kontrasepsi antara lain :
126
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Efektivitas
Norplant merupakan salah satu metode kontrasepsi reversible yang sangat efektif.
Walaupun disadari bahwa tidak ada satupun metoda kontrasepsi yang memiliki hasil
guna 100%, namun rentang angka kehamilan rata-rata per tahun pada penggunaan
norplant ternyata tidak lebih dari 1%.
Pulihnya kesuburan setelah pencabutan implant hanya memerlukan waktu beberapa
127
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
hari saja, dimana kadar LNG serum akan segera menghilang. Tidak ditemukan efek
jangka panjang penggunaan implant bagi kesuburan perempuan tanpa memandang
umur ataupun paritas (perempuan muda yang belum pernah hamil dapat dengan aman
menggunakan metode ini).
Efek samping
Pada pengguna susuk (implant) dapat terjadi perubahan pola daur haid, perubahan-
perubahan tersebut dapat berupa :
Masa haid memanjang (terutama sering dijumpai pada bulan pertama penggunaan)
Perdarahan bercak di antara 2 siklus
Amenorea beberapa bulan, dan pada beberapa klien dapat berlangsung dalam
skala tahunan
Kombinasi dari pola diatas
Efek samping lain yang jarang terjadi dapat berupa sefalgia, perubahan berat badan
dan gangguan depresi.
128
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Kerugian norplant :
Tidak memberikan proteksi terhadap penyakit menular seksual termasuk AIDS
Membutuhkan tindakan bedah minor saat insersi dan pencabutan
Ketergantungan akseptor kepada dokter untuk pemasangan dan pencabutan
Dapat mempengaruhi berat badan
Memiliki risiko seperti tindakan bedah minor lainnya (infeksi, hematoma, dan
perdarahan
Secara kosmetik susuk dapat terlihat dari luar
Pada beberapa klien dapat terjadi perubahan pola haid
Pada beberapa klien timbul keluhan-keluhan nyeri, sefalgia, jerawat, hirsutism
Tidak memberikan jaminan pencegahan terhadap terbentuknya kista ovarium
bagi perempuan yang pernah menderita kista ovarium.
Pada beberapa klien perlu mendapatkan perhatian khusus (kontra indikasi relatif) :
1. Dugaan terhadap adanya kehamilan
129
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
130
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
D.PROSEDUR TINDAKAN
Pemasangan Implant
1. Konseling pra pemasangan, jelaskan hal-hal yang perlu diketahui klien tentang
norplant (indikasi, perhatian khusus, keuntungan dan kerugiannya).
2. Pastikan bahwa klien telah yakin dengan pilihannya untuk menggunakan KB
norplant.
3. Pemasangan kapsul implant
Persiapan
a. Minta klien mencuci lengannya sebersih mungkin dengan sabun dan air,
dan membilasnya sehingga tidak ada sisa sabun.
b. Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas
c. Beri tanda pada tempat pemasangan
d. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau DTT dan keenam kapsul implant
sudah tersedia
Tindakan pra pemasangan
a. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih
b. Pakai sarung tangan steril atau DTT
c. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik
d. Pasang duk steril atau DTT disekeliling lengan klien
Pemasangan kapsul implant
a. Suntikkan anestesi lokal tepat dibawah kulit (subkutan) sampai kulit sedikit
menggelembung
b. Teruskan penusukan jarum kurang lebih 4 cm dan suntikkan masing-
masing 1 cc diantara pola pemasangan nomor 1 dan 2, 3 dan 4, 5 dan 6.
c. Uji efek anestesinya sebelum melakukan insisi pada kulit
d. Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan scalpel (alternatif lain tusukkan
trokar langsung ke lapisan dibawah kulit)
e. Sambil mengungkit kulit, masukkan terus trokar dan pendorongnya sampai
batas tanda 1 (pada pangkal trokar) tepat pada luka insisi.
131
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Pencabutan Implant
1. Konseling pra pencabutan (alasan pencabutan, rencana klien pasca pencabutan)
2. Pencabutan kapsul implant
Persiapan
a. Mintalah klien untuk mencuci seluruh lengan dan tangan dengan sabun dan
air yang mengalir. Pastikan tidak terdapat sisa sabun.
132
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
b. Mintalah klien berbaring dengan lengan yang diletakkan lurus atau sedikit
bengkok dan disangga dengan baik
c. Letakkan kain yang bersih dan kering dibawah lengan klien
d. Tentukan lokasi keenam kapsul dengan meraba. Untuk menentukan tempat
insisi, raba (tanpa sarung tangan ujung kapsul dekat lipatan siku. Bila tidak
dapat meraba kapsul, lihat lokasi pemasangan pada cacatan medik klien.
Beri tanda pada posisi setiap kapsul di lengan dengan menggunakan
spidol.
e. Siapkan alat-alat dengan selalu menjaga sterilitas.
133
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
REFERENSI
Sonalkar S, Schreiber CA, Barnhart KT. Contraception. Dalam: De Groot LJ,
Chrousos G, Dungan K, dkk, penyunting. Endotext [Internet]. South Dartmouth
134
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
135
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
Lesson Plan
NO KEGIATAN WAKTU
1 Instruktur memperkenalkan diri 5 menit
Mengenal nama mahasiswa
Menjelaskan tujuan latihan
2 Menilai persiapan mahasiswa mengenai topik 5 menit
keterampilan yang akan dipelajari
136
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
LEMBAR KERJA
KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING PEMASANGAN IMPLANT
NILAI
No LANGKAH/KEGIATAN
YA TIDAK
Tindakan prapemasangan
1 Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain
bersih
2 Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm diatas
lipat siku, dan gunakan pola dan spidol untuk menandai
tempat insisi yang
3 Pakai sarung tangan steril atau DTT*
4 Pasang duk steril dibawah lengan ibu
5 Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik
6 Pasang duk steril atau DTT disekeliling lengan klien
Pemasangan kapsul implant
7 Suntikkan anestesi lokal tepat dibawah kulit (subkutan)
sampai kulit sedikit menggelembung
8 Teruskan penusukan jarum kurang lebih 4 cm dan
suntikkan masing-masing 1 cc diantara pola pemasangan
nomor 1 dan 2, 3
9 Uji efek anestesinya sebelum melakukan insisi pada kulit
10 Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan skalpel (alternatif
lain tusukkan trokar langsung ke lapisan di bawah kulit)
11 Sambil mengungkit kulit, masukkan terus trokar dan
pendorongnya sampai batas tanda 1 (pada pangkal trokar)
tepat pada luka insisi.
12 Keluarkan pendorong dan masukkan kapsul kedalam
trokar (dengan tangan atau pinset)
13 Masukkan kembali pendorong dan tekan kapsul kearah
ujung dari trokar sampai terasa adanya tahanan.
14 Tahan pendorong ditempatnya dengan satu tangan, dan
tarik trokar keluar sampai mencapai pegangan pendorong.
15 Tarik trokar dan pendorongnya secara bersama-sama
sampai batas tanda 2 terlihat pada luka insisi (jangan
mengeluarkan trokar
16 Pemasangan kapsul berikutnya, pastikan ujung kapsul
terdekat kurang lebih 5mm dari tepi luka insisi.
17 Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan
masukkan kembali trokar serta pendorongnya sampai tanda
1.
18 Jangan menarik ujung trokar dari tempat insisi sampai
seluruh kapsul sudah terpasang.
19 Raba kapsul untuk memastikan kedua kapsul implant telah
137
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022
138