Anda di halaman 1dari 138

6.

1
BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIS

SAFE MOTHERHOOD & INFANCY

TA. 2021-2022

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG
JATI
CIREBON
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

TIM PENYUSUN

dr. Tissa Octavira Permatasari, MMed.Ed


dr. dr.Vivi Meidianawaty, MMedEd
dr. Kati Sriwiyati,
M.Biomed
dr. Cantika Widia Astui

2
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

VISI DAN MISI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Visi Program Studi Pendidikan Dokter UGJ Cirebon :


Terwujudnya Program Studi Sarjana Kedokteran dan Program Studi Profesi Dokter yang
unggul di bidang pendidikan kedokteran berbasis masyarakat yang bereputasi nasional pada
tahun 2025.

Misi Program Studi Pendidikan Dokter UGJ Cirebon :


1. Melaksanakan pendidikan yang unggul dalam bidang pendidikan kedokteran berbasis
masyarakat
2. Melaksanakan penelitian kedokteran dasar dan terapan berbasis masyarakat
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat berlandaskan pendidikan kedokteran
berbasis masyarakat.

3
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

DAFTAR ISI

Visi dan Misi Fakultas Kedokteran Unswagati....................................................3


Daftar Isi..............................................................................................................4
Deskripsi Modul...................................................................................................5
Tata Tertib Laboratorium Ketrampilan Klinik.......................................................7
Aspek Yang Dinilai Dalam Keterampilan Klinis...................................................9
Daftar Masalah Kesehatan Individu Dan Masyarakat.........................................10
Daftar Penyakit....................................................................................................11
Daftar Keterampilan Klinis...................................................................................14
Pemeriksaan ANC dan Leopold..........................................................................15
Asuhan Persalinan Normal dan Partograf...........................................................41
Pemeriksaan Fisik pada Neonatus......................................................................79
Resusitasi Neonatus............................................................................................99
Pemasangan dan Pencabutan IUD.....................................................................111
Pemasangan dan Pencabutan Implan................................................................122

4
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

DESKRIPSI MODUL

Kemampuan ketrampilan klinik yang baik ditunjang dengan kemampuan


prosedural dan tingkah laku professional, merupakan bekal utama menjadi seorang
dokter. Untuk mencapai hal tersebut, disusunlah buku panduan ketrampilan klinik
blok 6.1 dengan materi “Safe Motherhood and Infancy”. Pada blok 6.1 ini mahasiswa
semester 6 akan mempelajari Pemasangan dan Pencabutan IUD dan implan,
Pemeriksaan ANC dan Leopold, Integrated Patient Management Antenatal Care,
Asuhan Persalinan Normal dan Partograf, Pemeriksaan Fisik pada Neonatus,
Resusitasi Neonatus.
Mahasiswa akan belajar mengenai pemasangan dan pelepasan alat kontrasepsi
khusus, yakni implan dan IUD. Karena pentingnya keterampilan ini dalam pelayanan
kesehatan reproduksi, mahasiswa diharapkan mampu mengenali jenis, cara kerja,
tingkat efektivitas, indikasi dan kontraindikasi, serta prosedur pemasangan dan
pelepasan implan maupun IUD.
Pada pemeriksaan antenatal care dan leopold, mahasiswa diharapkan mampu
melakukan pemeriksaan antenatal care dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik
termasuk pemeriksaan leopold, diagnosis dan penatalaksanaan yang sesuai. Pada
pemeriksaan fisik neonatus, diharapkan mahasiswa mampu melakukan teknik
pemeriksaan fisik pada neonatus dengan teknik yang benar. Selain itu, mahasiswa
diharapkan mampu melakukan resusitasi neonatus pada kondisi kegawatdaruratan
neonatus.
Adapun metode pembelajaran yang akan digunakan pada keterampilan klinik
semester 6 blok 1 adalah secara luring dan asinkronus dimana mahasiswa akan
belajar dibawah bimbingan instruktur melalui tatap muka langsung. Oleh sebab itu,
mahasiswa diharapkan mengikuti kegiatan ini secara lengkap dengan mematuhi
protokol kesehatan dan tata tertib yang ditetapkan oleh tim pelaksana keterampilan
klinik FK UGJ.
Penilaian praktikum keterampilan klinis ini akan dinilai melalui OSCE yang akan
dilaksanakan pada akhir semester, aspek yang dinilai mencakup: introduction,
informed consent, kemampuan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, diagnosis, tatalaksana farmakologis dan tatalaksana nonfarmakologis
5
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

serta profesionalisme.
Kami selaku tim penyusun buku ini tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. Catur Setiya Sulistiyana, MMedEd selaku Dekan Fakultas Kedokteran
UGJ Cirebon yang telah memberikan masukkannya terhadap pembuatan buku
panduan ini.
2. dr. Edial Sanif, Sp.JP, selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Kedokteran Unswagati
Cirebon yang telah memberikan masukkannya terhadap pembuatan buku
panduan ini.
3. Semua pihak terkait yang telah membantu dalam pembuatan buku panduan
ini.
Tim penyusun Buku Panduan Praktikum Keterampilan Klinik berusaha agar
buku ini dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Kritik dan
saran sangat di harapkan demi kemajuan bersama.

Tim Penyusun

6
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

TATA TERTIB
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK

1. Di laboratorium, mahasiswa harus memakai jas praktikum dan name tag.


2. Mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan keterampilan klinis harus berpakaian rapi
dan sopan serta menggunakan jas praktikum.
3. Mahasiswa tidak diperbolehkan menggunakan pakaian berbahan kaos maupun
jeans dan memakai sandal/sepatu sandal. Untuk mahasiswa perempuan yang
berambut panjang, rambutnya harus terikat rapi.
4. Mahasiswa melakukan promosi kesehatan COVID-19 dan mematuhi protokol
kesehatan yang berlaku
5. Mahasiswa datang tepat waktu dengan membawa buku panduan keterampilan
klinis. Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit atau tidak membawa
buku panduan keterampilan klinis, tidak diperbolehkan mengikuti keterampilan klinis
pada hari itu
6. Setiap mahasiswa berhak untuk mengikuti kegiatan di laboratorium keterampilan
klinis sesuai jadwal dan ketentuan yang berlaku. Mahasiswa yang akan melakukan
latihan diluar jadwal harus seizin Ka. Lab Keterampilan klinis/Skills Lab.
7. Mahasiswa harus mengikuti semua materi kegiatan di laboratorium keterampilan
klinis, apabila Mahasiswa tidak mengikuti kegiatan keterampilan klinis, maka harus
menunjukkan surat keterangan sakit atau surat keterangan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
8. Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok dan setiap kelompok yang dipimpin
oleh satu instruktur.
9. Semua mahasiswa harus aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
Keterampilan Klinis.
10. Selama kegiatan keterampilan klinis, mahasiswa dilarang menyalakan atau
menggunakan telepon seluler, ipad, dan/atau alat elektronik lainnya. Praktikan juga
dilarang merokok, makan dan minum di dalam laboratorium, serta meninggalkan
laboratorium tanpa seijin instruktur.

7
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

11. Setiap mahasiswa wajib menjaga kebersihan ruangan dan kerapihan alat di ruang
Laboratorium Keterampilan Klinis. Kelalaian dalam melakukan hal tersebut akan
mengakibatkan sanksi sesuai ketentuan laboratorium.
12. Tiap kerusakan/kehilangan alat atau fasilitas laboratorium yang dilakukan oleh
mahasiswa, harus dibuatkan berita acara yang diketahui oleh ketua kelompok dan
instruktur untuk kemudian dilaporkan kepada Koodinator Alat dan Perlengkapan
Laboratorium keterampilan klinis.
13. Jika ada tugas, setiap mahasiswa wajib mengumpulkan tugas sesuai dengan
ketentuan. Apabila mahasiswa tidak mengumpulkan tugas sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan maka kehadiran ditiadakan.
14. Kehadiran mahasiswa 75% per Blok sebagai syarat mengikuti OSCE

8
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

ASPEK YANG DINILAI DALAM KETERAMPILAN KLINIS

1. Keterampilan komunikasi: kemampuan mahasiswa menanyakan keluhan utama,


riwayat penyakit sekarang. riwayat pengobatan sebelumnya, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga, faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang
berhubungan.
2. Pemeriksaan fisik/psikiatri: kemampuan mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik
sesuai dengan masalah klinik pasien dengan menerapkan prinsip menggunakan
teknik pemeriksaan yang benar, sistematik/runut
3. Melakukan tes/prosedur klinik atau intepretasi data untuk menunjang
diagnosis banding/diagnosis: kemampuan mahasiswa melakukan tes/prosedur
yang lengkap dan menyampaikan hasil prosedur atau mengintepretasikan hasil
pemeriksaan penunjang dengan lengkap dan menjelaskan kepada pasien dengan
tepat
4. Menentukan diagnosis: kemampuan mahasiswa menetapkan diagnosis kerja dan
diagnosis banding secara lengkap, sesuai dengan masalah pasien
5. Tata laksana farmakoterapi: kemampuan mahasiswa memilih obat dengan tepat
sesuai indikasi, menentukan bentuk sediaan obat dengan tepat, menetapkan dosis
dengan tepat, menuliskan resep dengan benar
6. Tata laksana non-farmakoterapi: kemampuan mahasiswa melakukan tindakan
yang sesuai perintah dan lengkap tetapi dan menyampaikan alasan dan prosedur
pelaksanaan tindakan.
7. Komunikasi dan edukasi pasien: kemampuan mahasiswa mengucapkan
salam,menanyakan identas pasien, menggunakan bahasa yang bisa dimengerti,
menanggapi setiap pertanyaan/pernyataan pasien baik verbal maupun non verbal,
memberikan kesempatan bertanya kepada pasien, membina hubungan baik dengan
pasien, dan atau memberikan penyuluhan yang isinya sesuai dengan masalah
pasien namun dengan cara yang tidak tepat
8. Perilaku profesional: kemampuan mahasiswa meminta informed consent,
melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan teliti sehingga tidak
membahayakan pasien, memperhatikan kenyamanan pasien, melakukan tindakan
sesuai prioritas, menunjukkan rasa hormat kepada pasien
9
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

10
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

DAFTAR MASALAH KESEHATAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT

11
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

DAFTAR PENYAKIT
Sistem Reproduksi

12
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

13
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

14
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

DAFTAR KETERAMPILAN KLINIS

No Keterampilan Tingkat Keterampilan


1 Pelayanan perawatan antenatal 4A
2 Inspeksi abdomen wanita hamil 4A
3 Palpasi: tinggi fundus, manuver Leopold, 4A
penilaian posisi dari luar
4 Mengukur denyut jantung janin 4A
5 Pemeriksaan dalam pada kehamilan muda 4A
6 Pemeriksaan obstetri (penilaian serviks, 4A
dilatasi, membran, presentasi janin dan
penurunan)
7 Menolong persalinan fisiologis sesuai 4A
Asuhan Persalinan Normal (APN)
8 Pemecahan membran ketuban sesaat 4A
sebelum melahirkan
9 Insersi kateter untuk tekanan intrauterus 2
10 Resusitasi bayi baru lahir 4A
11 Menilai skor Apgar 4A
12 Pemeriksaan fisik bayi baru lahir 4A
13 Postpartum: pemeriksaan tinggi fundus, 4A
plasenta: lepas/tersisa
14 Memperkirakan/mengukur kehilangan darah 4A
sesudah melahirkan

15
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

PEMERIKSAAN KEHAMILAN / ANTENATAL CARE (ANC) DAN


PEMERIKSAAN LEOPOLD

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti latihan keterampilan pemeriksaan kehamilan, mahasiswa mampu :
1. Melakukan pemeriksaan ANC dan leopold
2. Mampu mengenali dan mengobati penyaki-penyakit yang mungkin diderita sedini
mungkin, misalnya hipertensi yang menyertai kehamilan
3. Melakukan pemeriksaan leopold I
4. Melakukan pemeriksaan leopold II
5. Melakukan pemeriksaan leopold III
6. Melakukan pemeriksaan leopold IV
7. Dapat melakukan perhitungan usia kehamilan, hari perkiraan lahir dan taksiran berat janin.

PENDAHULUAN
Antenatal Care
Pemeriksaan antenatal care merupakan kunjungan ibu hamil dengan tenaga
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan.
Pemeriksaan ANC dan pemeriksaan Leopold ini bertujuan untuk mempersiapkan
persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan
trauma seminimal mungkin. Pada blok Safe Motherhood and Infancy, mahasiswa
diharapkan dapat melakukan pemeriksaan ANC sesuai dengan Standar Kompetensi
Dokter Indonesia.
Pemeriksaan kehamilan atau ANC sangat disarankan bagi para ibu hamil untuk
memonitor kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Pemeriksaan kehamilan adalah
serangkaian pemeriksaan yang dilakukan secara berkala dari awal kehamilan hingga
proses persalinan untuk memonitor kesehatan ibu dan janin agar tercapai kehamilan
yang optimal.
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan

16
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit
yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap
untuk menjalani persalinan normal.
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami
penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara
rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas.
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
1. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini (Keluhan
utama).
2. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan dan
penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil:
a. Muntah berlebihan. Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan
muda terutama pada pagi hari namun kondisi ini biasanya hilang setelah
kehamilan berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan, kecuali
kalau memang cukup berat, hingga tidak dapat makan dan berat badan
menurun terus.
b. Pusing. Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu diwaspadai.
c. Sakit kepala. Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil mungkin
dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.
d. Perdarahan. Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah
merupakan tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.
e. Sakit perut hebat. Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan
ibu dan janinnya.
f. Demam. Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan
dari liang rahim dan kadang-kadang berbau merupakan salah satu tanda
bahaya pada kehamilan.
g. Batuk lama. Batuk lama Lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut.
Dapat dicurigai ibu menderita TBC.

17
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

h. Berdebar-debar. Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah


satu masalah pada kehamilan yang harus diwaspadai.
i. Cepat lelah. Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya timbul
rasa lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang biasanya terjadi
pada sore hari. Kemungkinan ibu menderta kurang darah.
j. Sesak nafas atau sukar bernafas. Pada akhir bulan ke delapan ibu hamil
sering merasa sedikit sesak bila bernafas karena bayi menekan paru-paru
ibu. Namun apabila hal ini terjadi berlebihan maka perlu diwaspadai.
k. Keputihan yang berbau. Keputihan yang berbau merupakan salah satu
tanda bahaya pada ibu hamil.
l. Gerakan janin. Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir
bulan ke empat. Apabila gerakan janin belum muncul pada usia kehamilan
ini, gerakan yang semakin berkurang atau tidak ada gerakan maka ibu hamil
harus waspada.
m. Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah, menarik diri,
bicara sendiri, tidak mandi, dsb. Selama kehamilan, ibu bisa mengalami
perubahan perilaku. Hal ini disebabkan karena perubahan hormonal. Pada
kondisi yang mengganggu kesehatan ibu dan janinnya maka akan
dikonsulkan ke psikiater.
n. Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama kehamilan.
Informasi mengenai kekerasan terhadap perempuan terutama ibu hamil
seringkali sulit untuk digali. Korban kekerasan tidak selalu mau berterus
terang pada kunjungan pertama, yang mungkin disebabkan oleh rasa takut
atau belum mampu mengemukakan masalahnya kepada orang lain,
termasuk petugas kesehatan. Dalam keadaan ini, petugas kesehatan
diharapkan dapat mengenali korban dan memberikan dukungan agar mau
membuka diri.
3. Menanyakan Riwayat Haid/Menstruasi
a. Usia menarche pertama kali
b. Siklus haid : ….hari. Teratur/tidak. Lama menstruasi : ….hari

18
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

c. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)


d. Usia Kehamilan dan taksiran persalinan
4. Menanyakan Riwayat kehamilan yang sekarang
a. Identifikasi kehamilan termasuk riwayat pemeriksaan kehamilan (asuhan
antenatal)
b. Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan)
c. Penyakit lain yang diderita
d. Gerakan janin
5. Menanyakan Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya
 Asuhan antenatal, persalinan dan nifas kehamilan sebelumnya
 Cara persalinan
 Jumlah dan jenis kelamin anak hidup
 Berat badan lahir
 Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan
 Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir
6. Menanyakan Riwayat imunisasi (status imunisasi Tetanus Toksoid)
7. Menanyakan Riwayat penyakit dahulu
a. Penyakit yang pernah diderita
b. Dm, penyakit jantung, hipertensi, infeksi saluran kemih, infeksi virus, dll.
c. Alergi obat atau makanan tertentu
d. Pernah mendapatkan transfusi darah dan indikasi tertentu tindakan
tersebut
e. Inkompatibilitas rhesus
f. Paparan sinar x/rontgen
8. Menanyakan Riwayat Penyakit Keluarga (relevan)
9. Menanyakan Riwayat Pribadi dan Sosial
a. Jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
b. Obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi, diuretika, anti vomitus,
antipiretika, antibiotika, obat TB, dan sebagainya.
c. Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat

19
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

pemakaian obat Malaria.


d. Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit
pada pasangannya. Informasi ini penting untuk langkahlangkah
penanggulangan penyakit menular seksual.
e. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah, frekuensi
dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya.
f. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi
kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan, antara lain:
1) Siapa yang akan menolong persalinan? Setiap ibu hamil harus
bersalin ditolong tenaga kesehatan.
2) Dimana akan bersalin? Ibu hamil dapat bersalin di Poskesdes,
Puskesmas atau di rumah sakit? o Siapa yang mendampingi ibu saat
bersalin? Pada saat bersalin, ibu sebaiknya didampingi suami atau
keluarga terdekat. Masyarakat/organisasi masyarakat, kader, dukun
dan bidan dilibatkan untuk kesiapan dan kewaspadaan dalam
menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
3) Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi pendarahan?
Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon donor darah yang
sewaktu-waktu dapat menyumbangkan darahnya untuk keselamatan
ibu melahirkan.
4) Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu saat harus dirujuk?
Alat transportasi bisa berasal dari masyarakat sesuai dengan
kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar
calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan. Alat
transportasi tersebut dapat berupa mobil, ojek, becak, sepeda, tandu,
perahu, dsb.
5) Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan? Suami diharapkan
dapat menyiapkan dana untuk persalinan ibu kelak. Biaya persalinan
ini dapat pula berupa tabulin (tabungan ibu bersalin) atau dasolin
(dana sosial ibu bersalin) yang dapat dipergunakan untuk membantu

20
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

pembiayaan mulai antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan.


Informasi anamnesa bisa diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kader
ataupun sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya. Setiap ibu hamil, pada
kunjungan pertama perlu diinformasikan bahwa pelayanan antenatal selama kehamilan
minimal 4 kali dan minimal 1 kali kunjungan diantar suami.
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1. Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Kenaikan berat badan normal
pada waktu hamil ialah sebesar pada Trimester I 0,5 Kg perbulan dan Trimester II-
III 0,5 Kg perminggu.Dengan kenaikan berat badan rata-rata sebesar 6-12 kg
selama kehamilan, Maksimal mengalami kenaikan berat badan sebesar 12 Kg dan
minimal sebesar 6-7 Kg. Perhatikan besar kenaikan berat badan ibu, jangan
sampai ibu mengalami penurunan berat badan atau jangan sampai ibu mengalami
obesitas. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan
atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin.
2. Ukur lingkar lengan atas (LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil
berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya ibu
hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
3. Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah >140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria)
4. Ukur tinggi fundus uteri

21
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika
tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada
gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur
setelah kehamilan 24 minggu.
5. Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari
160/menit menunjukkan adanya gawat janin.
6. Tentukan presentasi janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui
letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala
janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada
masalah lain.
7. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-
nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu
saat ini. Selama kehamilan bila ibu hamil statusnya T0 maka hendaknya
mendapatkan minimal 2 dosis (TT1 dan TT2 dengan interval 4 minggu dan bila
memungkinkan untuk mendapatkan TT3 sesudah 6 bulan berikutnya). Ibu hamil
dengan status T1 diharapkan mendapatkan suntikan TT2 dan bila memingkinkan
juga diberikan TT3 dengan interval 6 bulan (bukan 4 minggu / 1 bulan). Bagi bumil
dengan status T2 maka bisa diberikan 1 kali suntikan bila interval suntikan
sebelumnya 6 bulan. Bila statusnya T3 maka suntikan selama hamil cukup sekali
dengan jarak minimal 1 tahun dari suntikan sebelumnya. Ibu hamil dengan status
T4 pun dapat diberikan sekali suntikan (TT5) bila suntikan terakhir telah lebih dari
satu tahun dan bagi ibu hamil dengan status T5 tidak perlu disuntik TT lagi karena
mendapatkan kekebalan seumur hidup (25 tahun).

22
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

8. Beri tablet tambah darah (tablet besi)


Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi
minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.

9. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)


Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah. Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil
tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila
terjadi situasi kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb). Pemeriksaan kadar hemoglobin
darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali
pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil
tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi
anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam
kandungan.
c. Pemeriksaan protein dalam urin. Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu
hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan
ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria
merupakan salah satu indikator terjadinya pre- eklampsia pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah. Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes
Melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya
minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali
pada trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).
e. Pemeriksaan darah Malaria. Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria
dilakukan pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak
pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan
darah Malaria apabila ada indikasi.
f. Pemeriksaan tes Sifilis. Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan
risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya

23
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.


g. Pemeriksaan HIV. Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko
tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah
menjalani konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusannya untuk menjalani tes HIV.
h. Pemeriksaan BTA. Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai
menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
10. Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang
tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
11. KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:
a) Kesehatan ibu. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil
agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9- 10 jam per hari)
dan tidak bekerja berat.
b) Perilaku hidup bersih dan sehat. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga
kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum
makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi
setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.
c) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan. Setiap
ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam
kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya
persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal
ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar
segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

24
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan


menghadapi komplikasi. Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-
tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya
perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada
jalan lahir saat nifas, dan sebagainya. Mengenal tanda-tanda bahaya ini
penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan
kesehatan.
e) Asupan gizi seimbang. Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan
asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini
penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu.
Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk
mencegah anemia pada kehamilannya.
f) Gejala penyakit menular dan tidak menular. Setiap ibu hamil harus tahu
mengenai gejala-gejala penyakit menular (misalnya penyakit IMS,
Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular (misalnya hipertensi) karena dapat
mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.
g) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu
(risiko tinggi). Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang
risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan
sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil
tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan HIV dari ibu ke
janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV negatif maka diberikan
bimbingan untuk tetap HIV negatif selama kehamilannya, menyusui dan
seterusnya.
h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif. Setiap ibu hamil
dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir
karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan
bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
i) KB paska persalinan. Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya

25
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya
waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
j) Imunisasi. Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.
k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster). Untuk
dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil
dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi
pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.

Jadwal Pemeriksaan ANC


Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak
minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut: sampai dengan
kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, kehamilan trimester
kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester ketiga (28-36
minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan.
Walaupun demikian, disarankan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya
dengan jadwal sebagai berikut: sampai dengan kehamilan 28 minggu periksa empat
minggu sekali, kehamilan 28-36 minggu perlu pemeriksaan dua minggu sekali,
kehamilan 36-40 minggu satu minggu sekali.
Sebaiknya tiap wanita hamil segera memeriksakan diri ketika haidnya terlambat
sekurang-kurangnya satu bulan. Pemeriksaan dilakukan tiap 4 minggu sampai
kehamilan. sesudah itu, pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu, dan sesudah 36 minggu.
Pemeriksaan Leopold
Tujuan Pemeriksaan Leopold
- Leopold I bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian lain yang
terdapat pada bagian fundus uteri
- Leopold II bertujuan untuk menentukan bagian janin pada sisi kanan dan kiri ibu
- Leopold III bertujuan untuk menentukan bagian janin yang terletak di bagian bawah
uterus
- Leopold IV bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada pemeriksaan

26
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Leopold III dan mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk pintu atas
panggul, memberikan informasi tentang bagian presentasi janin
Prosedur Pemeriksaan
1. Menyapa, perkenalan, menjelaskan prosedur (tujuan dan hasil yang diharapkan).
2. Meminta persetujuan pasien. Meminta pasien jika ingin berkemih, meminta
pasien tidur dengan kaki sedikit fleksi.
3. Mempersilahkan pasien untuk berbaring, menutupi bagian bawah tubuh dengan
selimut.
4. Mencuci tangan, menggunakan sabun, air hangat, membilas, lalu mengeringkan.
Berdiri di sisi kanan pasien, wajah pemeriksa menghadap ke abdomen pasien.
5. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan abdomen

Inspeksi
a. Wajah: adakah cloasma gravidarum, konjungtiva pucat/merah, oedem pada muka,
bagaimana keadan lidah, gigi/gusi.
b. Leher: apakah vena terbendung di leher ( misal pada penyakit jantung), apakah
kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfa membengkak.
c. Thoraks: bentuk payudara, pigmentasi puting susu, keadaan puting susu, adakah
kolostrum
d. Abdomen: perut membesar ke depan atau ke samping (asites membesar ke
samping), keadaan umbilicus, pigmentasi linea alba, nampak gerakan anak atau
kontraksi, adakah striae gravidarum atau bekas luka (scar).

Palpasi
Abdomen
Leopold I
1. Manuver ini untuk menentukan tinggi fundus uteri dan mengidentifikasi bagian
janin yang terdapat di fundus uteri.
2. Pemeriksa menghadap ke kepala pasien, gunakan ujung jari kedua tangan untuk
mempalpasi fundus uteri.

27
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 Bagian kepala, jika teraba bentuknya bulat, keras, mudah digerakkan.


 Bagian bokong, jika teraba bentuknya bulat tidak beraturan, lunak, dan tidak
mudah digerakkan.

Gambar 1. Leopold I

Leopold II
Pemeriksa menghadap ke kepala pasien. Letakkan kedua tangan pada kedua sisi
abdomen. Pertahankan uterus dengan tangan yang satu, dan palpasi sisi lain untuk
menentukan bagian kanan dan kiri janin.
 Punggung: Bagian tubuh akan teraba, jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat
digerakan.
 Ekstremitas: Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk/ posisi
tidak jelas, dan menonjol dan mungkin dapat bergerak aktif atau pasif.

28
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Gambar 2. Leopold II
Leopold III
1. Letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen pasien tepat
diatas simphisis dan minta pasien untuk menarik nafas dalam dan
menghembuskannya.
2. Pada saat pasien menghembuskan nafas, tekan jari tangan kebawah secara
perlahan dan dalam ke sekitar bagian presentasi. Catat kontur, ukuran dan
konsistensinya
 Bila itu adalah kepala, maka teraba benda bulat dan keras, sedangkan bila bokong
ia teraba sebagai bangunan yang tidak bulat dan lunak.

Gambar 3. Leopold III


Leopold IV
1. Pemeriksa berubah posisi menghadap ke kaki pasien
2. Kedua telapak tangan ditempatkan di sisi kiri dan kanan bagian terendah janin
3. Tentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas panggul, dan
seberapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.
4. Menentukan dengan kedua tangan kedua tangan apakah divergen (sudah masuk
PAP) atau konvergen (belum masuk PAP).

29
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Gambar 4. Leopold
IV MENGUKUR TINGGI FUNDUS UTERI
Pengukuran tinggi fundus uteri diatas simphisis pubis digunakan sebagai salah
satu indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi
fundus uteri juga dapat dijadikan perkiraan usia kehamilan. Tinggi fundus yang
stabil/tetap atau menurun merupakan indikasi adanya retardasi pertumbuhan janin,
sebaliknya tinggi fundus yang meningkat secara berlebihan mengindikasikan adanya
jumlah janin lebih dari satu atau kemungkinan adanya hidramnion.
Pengukuran tinggi fundus uteri ini harus dilakukan dengan teknik pengukuran yang
konsisten pada setiap kali pengukuran dan dengan menggunakan alat yang sama. Alat
ukur ini dapat berupa pita/tali, atau dengan menggunakan pelvimeter.
Posisi yang dianjurkan pada saat melakukan pengukuran adalah klien berbaring
(posisi supinasi) dengan kepala sedikit terangkat (menggunakan satu bantal) dan lutut
diluruskan.
Alat ukur (pita atau pelvimeter) diletakkan dibagian tengah abdomen dan diukur
mulai dari batas atas simpisis pubis hingga batas atas fundus. Alat ukur tersebut
diletakkan mengikuti kurve fundus.
Cara pengukuran lain yaitu dengan meletakkan alat ukur dibagian tengah
abdomen dan diukur mulai dari batas simphisis pubis hingga batas fundus tanpa
mengikuti kurve atas fundus.
Pengukuran tinggi fundus uteri ini dilakukan pada usia kehamilan memasuki
trisemester kedua dan ketiga.

30
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Gambar 5. Mengukur Tinggi Fundus


Uteri MENGHITUNG DENYUT JANTUNG JANIN
Pergerakkan janin biasanya dirasakan oleh ibu di usia kehamilan 16 minggu
(multigravida) atau 20 minggu (primigravida). Denyut jantung janin dapat terdengar
melalui Doppler (12 minggu), fetoscope (18 – 20 minggu) atau ultrasound stetoscope
(awal tri semester). Pemeriksaan USG kehamilan dapat lebih tepat memperkirakan usia
kehamilan dan digunakan apabila tanggal menstruasi terakhir tidak dapat dipastikan
atau jika ukuran uterus tidak sesuai dengan kepastian tanggal menstruasi terakhir.
Lokasi untuk mendengar denyut jantung janin berada disekitar garis tengah fundus
2 – 3 cm diatas simpisis terus ke arah kuadran kiri bawah. Hitung DJJ pada (5 detik
pertama+5 detik ketiga+5 detik kelima) x 4 akan didapatkan jumlah DJJ/menit. (Untuk
DJJ yang regular).

Gambar 6. Menghitung Denyut Jantung Janin

31
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Gambar 7. Stetoskop monoaural (Laenec)

Menghitung Taksiran Persalinan dan Usia Kehamilan


1. Berdasarkan HPHT
Metode Rumus Neagle digunakan untuk menghitung usia kehamilan
berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga tanggal saat anamnese
dilakukan. Rumus Neagle memperhitungkan usia kehamilan berlangsung selama
280 hari (40 minggu). Usia kehamilan ditentukan dalam satuan minggu. Selain
umur kehamilan, dengan rumus Neagle dapat diperkirakan pula hari perkiraan
persalinan/lahir (HPL). Namun rumus ini hanya bisa digunakan untuk ibu yang
siklus haidnya teratur.
Cara menghitung Hari Perkiraan Lahir (HPL) menurut rumus Neagle:
a) Apabila HPHT pada bulan Januari dan pertengahan Maret (Sebelum dari
tanggal 25) menggunakan rumus = +7 +9 +0
 Contoh : HPHT : 6 Januari 2020 = 6 / 1 / 2020 = +7 +9 +0
Jadi HPLnya = 13 / 10 / 2020 (13 Okt 2020)
b) Apabila HPHT lebih dari pertengahan Maret (Dari tanggal 25 dan selebihnya)
dan bulan seterusnya sampai akhir Desember menggunakan rumus = +7 -3 +1
 Contoh : HPHT : 8 Juli 2020
= 8 / 7 / 2020
= +7 -3 +1
Jadi HPLnya = 15 / 4 / 2021 (15 Apr 2021)

Untuk perhitungan usia kehamilan berdasarkan HPHT:


(Bulan kunjungan – Bulan HPHT) + (tanggal kunjungan – tanggal HPHT)
Contoh: Seorang perempuan hamil, datang berkunjung untuk pemeriksaan pada
tanggal 25 Juli 2020, sedangkan HPHT adalah 6 Januari 2020, maka takasiran usia
kehamilan:
 (7-1 bulan) + (25 – 6 hari)
 6 bulan 19 hari

32
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 24 minggu + 2 minggu + 5 hari


 26 minggu 5 hari

2. Berdasarkan Hasil Pengukuran TFU


Hasil pengukuran TFU dibaca dalam skala cm, ukuran yang terukur sebaiknya
diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan setelah 22-24 minggu
kehamilan.
Untuk menghitung perkiraan usia kehamilan berdasarkan hasil pengukuran
TFU digunakan rumus McDonald’s (McDonald’s rule):
 Usia kehamilan (hitungan bln) = Tinggi fundus uteri (cm) x 2/7 (atau +3.5)
 Usia kehamilan (hitungan mgg) = Tinggi fundus uteri (cm) x 8/7
3. Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic (pencitraan
diagnostik) untuk pemeriksaan bagian-bagian dalam tubuh manusia, dimana dapat
mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan serta hubungan dengan jaringan
sekitarnya. Penentuan usia kehamilan dengan USG menggunakan 3 cara yaitu:
1. Mengukur diameter kantong kehamilan pada kehamilan 6-12 minggu.
2. Mengukur jarak kepala bokong pada kehamilan 7-14 minggu.
3. Mengukur diameter biparietal (BPD) pada kehamilan lebih 12 minggu

33
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Langkah Sistematis

IDENTITAS

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

MANUVER LEOPOLD I
Menentukan tinggi fundus dan bagian janin yang terdapat di fundus

MANUVER LEOPOLD II
Menentukan posisi punggung janin

MANUVER LEOPOLD III


Menentukan bagian terbawah janin, dan apakah bagian terbawah janin sudah masuk PAP atau belum

MANUVER LEOPOLD IV
Menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh sudah masuk PAP

PEMERIKSAAN DJJ

PEMERIKSAAN KONTRAKSI (JIKA ADA)

PERHITUNGAN TAKSIRAN BERAT JANIN (TBJ)

PEMERIKSAAN PENUNJANG (SESUAI INDIKASI)

PENENTUAN DIAGNOSIS

PENENTUAN TATALAKSANA

34
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Menuliskan dalam rekam medis


IDENTITAS PASIEN (IBU)
Nama Ibu:
Agama:
Pendidikan:
Pekerjaan:
Gol. Darah:
Alamat:
IDENTITAS PENDAMPING(AYAH)
Nama Ayah :
Agama:
Pendidikan:
Pekerjaan:
Gol. Darah:
Alamat:

ANAMNESIS
- Keluhan utama
- Riwayat Penyakit Sekarang
- Riwayat Haid/Menstruasi
- Riwayat kehamilan yang sekarang
- Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya
- Riwayat imunisasi
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat Pribadi dan Sosial
-
PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan Umum
- Kesadaran
- Tinggi badan
- Berat badan
- Lingkar lengan atas (lila)

35
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

- Tanda-tanda Vital : tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan dan suhu
- Pemeriksaan fisik umum
- Pemeriksaan Leopold
1. Leopold I
TFU =…..cm
Teraba:……………… ……… ………… ……… ……… …… …… ……… ……… … …
2. Leopold II
Bagian Kanan Teraba : ………………………………………………………………………
Bagian Kiri Teraba :……………………………………………………………………………
3. Leopold III
Bagian Bawah Teraba :………………………………………………………………………
4. Leopold IV
Konvergen/ Divergen Perlimaan (Skala Penurunan Janin) = …/….

- DJJ: (+/-), Frekuensi: ….x/ menit, Irama: Regular/ Iregular


- Kontraksi: (+/-) Frekuensi: ….x/ menit, Durasi: ……. Detik, Kekuatan: …….
- TBJ: Gram (TFU-12 x 155)

PEMERIKSAAN PENUNJANG (SESUAI INDIKASI)

DIAGNOSIS
GxPxAx, Usia kehamilan …-… minggu, janin tunggal/ganda, hidup/mati, presentasi
kepala/bokong, belum/sudah masuk PAP, sesuai masa kehamilan/kecil masa
kehamilan/besar masa kehamilan, + penyakit penyerta/penyulit, jika ada (Anemia,
diabetes gestasional, preeklampsia, dll)

REFERENSI
Saifuddin AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Kemenkes RI. Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Kemenkes RI; 2010.

36
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan Pedoman bagi tenaga Kesehatan. Edisi ke-1. Jakarta: Kemenkes RI;
2013.
Lesson Plan
No. KEGIATAN WAKTU
1 - Instruktur memperkenalkan diri 5 menit
- Mengenal nama mahasiswa
- Menjelaskan tujuan latihan
2 - Menilai persiapan mahasiswa mengenai topik 5 menit
keterampilan yang akan dipelajari
- Meminta salah seorang mahasiswa untuk mencoba
melakukan ANC-Leopold
3 - Meminta mahasiswa untuk refleksi 15 menit
- Meminta mahasiswa lain untuk memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback
- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mencoba secara bergantian kemudian memberikan
4 feedback 70 menit
- Instruktur mengobservasi dan memberikan feedback pada
masing-masing mahasiswa
5 Penutup 5 menit

37
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

LEMBAR KERJA

LANGKAH KLINIK Dilakukan


PEMERIKSAAN Ya Tidak
A. IDENTITAS PASIEN
B. ANAMNESIS
C. PERSETUJUAN
1. Jelaskan prosedur pemeriksaan ini kepada ibu.
2. Jelaskan tujuan atau hasil yang diharapkan dari
pemeriksaan ini
3. Jelaskan bahwa pemeriksaan ini kadang-kadang
menimbulkan perasaan khawatir atau tidak enak
tetapi tidak akan membahayakan bayi yang ada
dalam kandungan.
4. Bila ibu mengerti apa yang telah disampaikan,
mintakan persetujuan lisan tentang pemeriksaan
yang akan dilakukan.
D. PERSIAPAN
a. Ranjang obtetrik/periksa
b. Selimut/kain penutup
c. Stetoskop monoaural (Laenec)
d. Tensimeter
e. Stetoskop
f. Termometer
g. Pita ukur
h. Air hangat dan wadahnya
i. Handuk bersih dan kering
E. PEMERIKSAAN
1. Cuci tangan pemeriksa dengan sabun, bilas dengan
air hangat kemudian keringkan kedua tangan
dengan handuk
2. Beritahukan kepada ibu bahwa pemeriksa akan
memulai proses pemeriksaan
3. Pemeriksaan Keadaan Umum
4. Pemeriksaan Kesadaran
5. Pemeriksaan Tinggi Badan
6. Pemeriksaan Berat Badan
7. Pemeriksaan LiLA
8. Persilahkan ibu untuk berbaring
9. Sisihkan pakaian ibu hingga seluruh bagian perut

38
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

ibu tampak jelas kemudian minta ibu untuk


meletakkan telapak kaki pada ranjang, sehingga
terjadi sedikit fleksi pada sendi paha (coxae)
dan lutut (genu) untuk mengurangi ketegangan
dindin perut.

10. Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah
disediakan.
11. Pemeriksa berada di sisi kanan ibu, menghadap
bagian lateral kanan.
12. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
13. Pemeriksaan Fisik Umum (sesuai keluhan)
Pemeriksaan Leopold
14. Leopold I
 Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak
fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus.
Perhatiakan agar jari tersebut tidak mendorong
uterus ke bawah (jika diperlukan, fiksasi uterus
bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk
tangan kanan di bagian lateral depan kanan dan
kiri, setinggi tepi atas simfisis).
 Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang
memfiksasi uterus bawah) kemudian atur posisi
pemeriksa sehingga menghadap ke bagian
kepala ibu.
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan
pada fundus uteri dan rasakan bagian bayi yang
ada pada bagian tersebut dengan jalan
menekan
secara lembut dan menggeser telapak tangan
kiri dan kanan secara bergantian.
15. Leopold II
 Pemeriksa menghadap ke kepala pasien.
Letakkan kedua tangan pada kedua sisi
abdomen. Pertahankan uterus dengan tangan
yang satu, dan palpasi sisi lain untuk
menentukan lokasi punggung janin..
 Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan
teraba kecil, bentuk/ posisi tidak jelas, dan
menonjol dan mungkin dapat bergerak aktif atau
Pasif
16. Leopold III
39
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 Letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada


kedua sisi abdomen pasien tepat diatas
simphisis dan minta pasien untuk menarik nafas
dalam dan menghembuskannya.
 Pada saat pasien menghembuskan nafas, tekan
jari tangan kebawah secara perlahan dan dalam
kesekitar bagian presentasi. Catat kontur,
ukuran dan konsistensinya
17. Leopold IV
 Pemeriksa berubah posisi menghadap ke kaki
pasien
 Kedua telapak tangan ditempatkan di sisi kiri
dan kanan bagian terendah janin
 Tentukan apakah bagian bawah sudah masuk
ke dalam pintu atas panggul, dan seberapa
masuknya bagian bawah ke dalam rongga
panggul.
 Menentukan dengan kedua tangan kedua tangan
apakah divergen (sudah masuk PAP) atau
konvergen (belum masuk PAP).
18. DJJ: (+/-), Frekuensi: ….x/ menit, Irama: Regular/
Iregular

19. Kontraksi: (+/-) Frekuensi: ….x/ menit, Durasi:


……. Detik, Kekuatan: …….
20. TBJ...............Gram (TFU-12 x 155)
21. Memberitahukan ibu bahwa pemeriksaan sudah
selesai
22. Melakukan pemeriksaan penunjang
23. Menegakkan diagnosis
24. memberikan tatalaksana (farmakoterapi dan/non-
farmakoterapi)
25. melakukan komunikasi dan edukasi

40
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

ASUHAN PERSALINAN NORMAL DAN MEMBUAT PARTOGRAF

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pelatihan keterampilan pemeriksaan fisik mahasiswa mampu
melakukan:
1. Mengetahui tugas penolong persalinan pada asuhan persalinan normal
2. Mengetahui langkah-langkah asuhan persalinan normal
3. Melakukan keterampilan klinis persalinan normal dengan baik
4. Melakukan intervensi terhadap jalannya proses persalinan yang
fisiologs/alamiah
5. Memberikan dukungan pada ibu, suami dan keluarga selama proses
persalinan, saat melahirkan bayi dan pada masa sesudahnya
6. Melakukan pemantauan terhadap ibu dan janin dalam proses persalinan dan
setelah persalinan, menilai adanya factor resiko, melakukan deteksi dini
terhadap komplikasi persalinan yang mungkin muncul
7. Melakukan intervensi minor bila diperlukan seperti melakukan amniotomi,
episiotomy pada kasus gawat janin
8. Melakukan rujukan pada fasilitas yang lebih lengkap sesuai dengan masalah/
kasus yang dihadapi .

Pendahuluan
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
kedalam jalan lahir.Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir.Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin.

41
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Proses persalinan dapat terjadi dengan adanya perubahan hormon estrogen,


progesteron, prostaglandin, uterus yang menjadi besar dan meregang, tekanan pada
ganglion cervicale dan penurunan fungsi plasenta. Selain hal tersebut, persalinan
juga dipengaruhi oleh 5 faktor P, yaitu:
a. Power
b. Passenger
c. Passage
d. Psychology
e. Position

Tabel 1. Faktor 5P yang Mempengaruhi Persalinan


Faktor Deskripsi dan contoh
Power Kekuatan kontraksi uterus, dipengaruhi oleh kadar oksitosin,
normal tidaknya struktur mIometrium, inersia uteri, uncoordinate
contraction atau hal sederhana seperti ibu kelelahan
Passage Jalan lahir: ada tidaknya panggul sempit, tumor jalan lahir, dll
Passenger Bagaimana ukuran kepala, letak dan presentasi janin
Kualitas dan kuantitas air ketuban
Plasenta
Psychology Bagaimana kondisi psikologis ibu saat persalinan
Sejumlah kondisi mental dapat menahan ibu untuk mengejan
Position Bukan posisi janin, tapi posisi maternal saat melahirkan
Hal sederhana namun bila diabaikan sangat mempengaruhi
kelancaran persalinan

Kala Persalinan:
A. Kala I (pembukaan)
Kala I merupakan tahap yang paling lama, rata–rata 8–12 jam untuk
primigravida atau 6 – 8 jam untuk multipara.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase yaitu:
1. Fase laten dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai
42
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam


2. Fase aktif, berlangsung selama 6 jam fase ini dibagi menjadi 3 subfase:
a. Periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm
b. Periode dilatasi maksimal maksimal selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm
c. Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap

Fase-fase yang dikemukakan diatas dijumpai pada primigravida bedanya


dengan multigravida adalah:
a. Primigravida
1) Serviks mendatar (effacement) dulu baru dilatasi
2) Berlangsung 13-14 jam
b. Multigravida
1) Serviks mendatar dan membuka bisa bersamaan
2) Berlangsung 6-7 jam
Saat Kala 1 fase aktif, tenaga kesehatan yang akan membantu persalinan ibu
mulai mengisi partograf. Adapun cara pengisian partograf akan dibahas di sub
bab selanjutnya.
B. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Dimulai ketika serviks sudah berdilatasi penuh dan berakhir dengan kelahiran
lengkap bayi. Normalnya kala II berlangsung <30 menit dengan tanda-tanda
sebagai berikut:
1. His terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali.
2. Kepala janin telah turun masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan
pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbukan rasa
mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau BAB
dengan tanda lubang anus terbuka.

43
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

3. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam
vulva pada waktu his.
4. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi
diluar his, dan dengan his kekuatan mengedan maksimal kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput dibawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu
melewati peritoneum
5. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan
anggota bayi. Kala II pada primigravida 1 ½ - 2 jam pada multigravida ½ - 1
jam

44
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Gambar 8. Seven Cardinal Movement

45
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

46
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

C. Kala III atau kala pelepasan dan pengeluaran plasenta (uri)


Periode sejak lahirnya bayi hingga 1 jam setelah lahirnya plasenta.
Cepatnya pelepasan dan metode pengeluaran placenta menentukan lama kala
3.
D. Kala IV
Kala pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.

Tabel 2. Perbedaan Lamanya Persalinan Primigravida dan Multigravida


Primigravida Multigravida
Kala I 13 jam 7 jam

Kala II 1 jam ½ jam


Kala III ½ jam ¼ jam
Lama persalinan 14 ½ jam 7 ¾ jam

PARTOGRAF
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas
kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan, yang digunakan
selama fase aktif persalinan.
Menurut depkes RI (2004), tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai serviks
melalui pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan normal
3. Melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama

47
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Kapan Partograf digunakan? Menurut depkes RI (2004) partograf harus digunakan :


1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I, persalinan sebagai elemen penting
asuhan persalinan. Partograf harus dilakukan, baik adanya penyulit maupun
tidak.
2. Untuk membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan
membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan
penyulit.
3. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat ( rumah, puskesmas, klinik
bidan swasta, rumah sakit, dll).
4. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada
ibu selama pesalinan dan kelahiran ( dr. spesialis obstetric ginekologi, bidan,
dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :
 Denyut jantung janin: setiap ½ jam.
 Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam.
 Nadi: setiap ½ jam.
 Pembukaan serviks: setiap 4 jam.
 Penurunan: setiap 4 jam.
 Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam.
 Produksi urine, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam

48
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

49
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Partograf halaman Depan

50
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Gambar 2. Partograf halaman depan


Partograf halaman belakang

51
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Gambar 3. Partograf halaman belakang

52
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Cara pengisian Partograf (halaman depan):


1. Informasi tentang ibu :
Berisi: nama, umur, GPA (gravida, para, abortus), nomor catatan medik/nomor
puskesmas, tanggal dan waktu mulai dirawat/kedatangan (tertulis sebagai “jam”
pada partograf) , waktu pecahnya selaput ketuban.
2. Kondisi Janin :
a. Denyut Jantung Janin (DJJ)
Penilaian dan pencatatan DJJ dilakukan setiap 30 menit (lebih sering jika
ada tanda – tanda gawat janin).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal 180 dan
100.Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di
atas 160.
b. Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna
air ketuban bila sudah pecah. Catat temuan–temuan dalam kotak yang
sesuai di bawah lajur DJJ.
Gunakan – gunakan lambang berikut ini :
U : ketuban utuh (belum pecah)
J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : ketuban sudah pecah dan air ketuan bercampur darah
K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)
Bila terdapat mekonium, pantau DJJ, apakah ada tanda-tanda gawat
janin (DJJ<100 atau DJJ>180 kali permenit) atau tidak.
c. Penyusupan (molase) kepala janin.
Penyusupan merupakan indikator penting seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang
saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukan kemungkinan adanya

53
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

disproporsi tulang panggul ( CPD). Ketidakmampuan akomodasi terjadi


jika tulang kepala yang saling menyusup dan tidak dapat dipisahkan.Apabila
diduga adanya CPD, tetap pantau kondisi janin dan kemajuan
persalinan.Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan
kepala janin.
Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan
lambang-lambang berikut ini :
0 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi.
1 : tulang- tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : tulang –tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat
dipisahkan.
3 : tulang – tulang kepala janin tupang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
3. Kemajuan Persalinan : pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah atau
presentasi janin, garis waspada dan garis bertindak.
a. Pembukaan Serviks
Penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan setiap 4 jam
( lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada
dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap
pemeriksaan. Tanda ’X ” harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan
lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan – temuan dari
pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif
persalinan di garis waspada.Hubungkan tanda ’X’ dari setiap pemeriksaan
dengan garis utuh (tidak terputus).
b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Penilaian dan pencatatan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin
dilakukan bersamaan dengan pembukaan serviks (setiap 4 jam), karena
pada persalinan normal, kemajuan pembukaan umumnya diikuti dengan

54
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.Namun kadangkala,


turunnya bagian terbawah /presentasi janin baru terjadi setelah
pembukaan serviks sebesar 7 cm.
Kata-kata ”turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5 tertera di sisi
yang sama dengan angka pembukaan serviks.
Berikan tanda ” O ” pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika
kepala bisa di palpasi 4/5, tulis tanda ”O” di nomor 4, hubungkan tanda ” O ”
dari setiap pembukaan dengan garis tidak terputus.
c. Garis waspada dan Garis bertindak
Garis Waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada
titik pembukaaan lengkap dengan laju pembukaan 1 cm / jam (10 cm).
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai digaris waspada jika
pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada
(pembukaan
< 1 cm/jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase
aktif yang memanjang, macet, dll ).
Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8
kotak atau 4 jalur kesisi kanan.Jika pembukaan serviks berada di sebelah
kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan
harus dilakukan.Ibu harus tiba ditempat rujukan sebelum garis bertindak
terlampaui.
4. Jam dan Waktu : waktu mulai fase aktif persalinan, waktu aktual saat
pemeriksaan atau penilaian.
a. Waktu mulainya fase aktif persalinan.
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-
kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak
dimulainya fase aktif persalinan.
b. Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan

55
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif.Tertera kotak-kotak


untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak
menyatakan 1 jam penuh dan berkaitan dengan 2 kotak waktu 30 menit pada
lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi dibawahnya. Saat ibu masuk
dalam fase aktif persalinan, catat pembukaan serviks di garis waspada
kemudian catat waktu aktual pemeriksaan ini dikotak waktu yang sesuai.
Contoh: jika pemeriksaan dalam menunjukan ibu mengalami pembukaan 6
cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda X digaris waspada yang sesuai dengan
angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai
pada kotak waktu dibawahnya ( kotak ketiga dari kiri ).
5. Kontraksi uterus
Yang dinilai adalah frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit dan lama kontraksi
(dalam detik). Pada persalinan normal, makin persalinan berlangsung, his akan
makin lama, makin sering, dan semakin sakit.
1) Mengamati his.
Pengamatan his dilakukan setiap jam dalam fase laten, dan setiap setengah
jam dalam fase aktif. Yang harus diamati adalah :
 frekuensi : diukur jumlah his / 10 menit
 lama : dalam detik dari permulaan his terasa dengan palpasi perut
sampai hilang.
2) Mencatat his pada partograf :
Di bawah garis waktu, ada 5 kotak kosong melintang sepanjang partograf,
yang pada sisi kirinya tertulis “ his/10 menit”. Satu kotak menggambarkan
satu his.Kalau ada 2 his dalam 10 menit, ada 2 kotak yang diarsir. Ada 3
cara mengarsir :
1. < 20 detik ( berupa titik-titik)
2. 20-40 detik (garis miring/arsiran)
3. > 40 detik ( dihitamkan penuh).

56
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

6. Obat-obatan dan cairan yang diberikan : oksitosin, obat-obatan lainnya dan


cairan IV yang diberikan.
 Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan intravena
dan dalam
satuan tetesan per menit
 Obat- obatan lain dan cairan intravena
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dqan atau cairan
intravena dalam kotak yang seuai dengan kolom waktunya.
7. Kondisi Ibu : nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh, urin (volume, aseton
atau protein)
 Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan
tekanan darah ibu.Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase
aktif persalinan (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit).Beri tanda titik
pada kolom yang sesuai ).
 Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan (lebih sering jika dianggap akan ada penyulit). Beri tanda
panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
 Nilai dan catat temperatur tubuh ibu ( lebih sering jira meningkat, atau
dianggap adanya infeksi ) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam
kotak yang sesuai.
 Volume urine, protein, aseton.
Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap
kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap ibu berkemih, lakukan
pemeriksaan adanya ketón atau proten dalam urine.
8. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya. Berisi mengenai:

57
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 Jumlah cairan peroral yang diberikan.


 Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur.
 Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgyn, bidan, dokter
umum)
 Persiapan sebelum melakukan rujukan.
 Upaya rujukan.

Cara pengisian Partograf (halaman belakang):


Pengisian data di lembar belakang partograf baru dilengkapi setelah seluruh proses
persalinan selesai. Informasi pada halaman belakang partograf meliputi unsur-unsur :
data dasar, Kala I, kala II, Kala III, Kala IV, dan Bayi Baru lahir. Pada pencatatan Kala
I maupun II ditulis masing-masing lamanya kala persalinan.

58
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

59
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Contoh Penulisan Partograf pada Persalinan Lama

Gambar 4. Contoh Partograf Persalinan Lama

60
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

PERTOLONGAN PERSALINAN
Seorang ibu dikatakan dalam persalinan (in partum) bila telah timbul His
(keinginan untuk mengedan) yaitu kontraksi yang teratur, makin sering, makin lama,
dan makin kuat, mengeluarkan lendir bercampur darah (bloody show), serviks mulai
membuka atau mendatar, merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya, perineum menonjol, Vulva-vagina dan sfingter anal sudah
membuka. Bila ketuban telah pecah, ibu harus berbaring. Tabel berikut merangkum
perbedaan antara tanda inpartu dan persalinan palsu.

Tabel 3. Mengenali Tanda Persalinan yang Sebenarnya

Karakteristik In Partu Persalinan Palsu


Kontraksi (His)
Ritme Regular Iregular
Interval Secara bertahap Tidak berubah
memendek
Intensitas Secara bertahap Tidak berubah
meningkat
Nyeri/kram
Lokasi Pinggang dan abdomen Abdomen bagian bawah
Sedasi Tidak berpengaruh Berpengaruh
Dilatasi Serviks Ada Tidak ada

Sebelum melakukan pertolongan persalinan, Ibu harus diperiksa secara cermat


untuk mengetahui bahwa ia memang benar dalam persalinan dan dinilai adanya
kelainan (misalnya disproporsi sefalopelvik, gangguan his). Beberapa prosedur yang
harus dilakukan:
a. Gali riwayat kesehatan saat pemeriksaan terakhir.

61
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

b. Catat tanda vital, keadaan umum, dan segala kelainan fisik yang ditemukan
pada pasien
c. Lakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan.
d. Bila terdapat fasilitas, periksa protein dan glukosa urin.
e. Periksa abdomen, inspeksi adanya jaringan parut atau bekas trauma lama.
Palpasi dengan cara Leopold untuk menentukan presentasi janin, turunnya
bagian terbawah janin, dan posisi janin. Hitung frekuensi detak jantung janin
(misalnya dengan Laenec atau Doppler).
f. Perhatikan frekuensi, keteraturan, kekuatan, dan lama kontraksi uterus.
g. Jika ada pendarahan dari vagina atau keluarnya air ketuban, catat sifat dan
jumlahnya.
h. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai pembukaan dan penipisan seviks,
posisi bagian bawah janin.

Penatalaksanaan selanjutnya tergantung proses persalinan yang terjadi.


1. Memimpin persalinan kala I
a. Menilai kondisi ibu
1. Nilai keadaan umum dan kesadaran ibu
2. Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan.
3. Lakukan pemeriksaan tubuh secara sistematis dan per-organ.
b. Melakukan pemeriksaan luar
1. Lakukan pemeriksaan Leopold I-IV
2. Lakukan pemeriksaan bunyi jantung janin.
3. Tentukan kondisi janin: janin di dalam atau diluar rahim, jumlah janin,
letak janin, presentasi janin, menilai turunnya kepala janin, menaksir
berat janin.
4. Tentukan his: lama kontraksi (detik), simetri, dominasi fundus, relaksasi
optimal, interval (menit), dan intensitas kontraksi.

62
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

c. Melakukan pemeriksaan dalam


1. Lakukan pemeriksaan vulva/vagina.
2. Lakukan pemeriksaan colok vagina.
3. Nilai kondisi janin (presentasi, turunnya presentasi sesuai bidang Hexigen,
posisi, molase, kaput suksedaneum, bagian kecil disamping presentasi, dan
anomaly congenital)
4. Nilai kondisi pangggul dalam (promontorium, konjugata diagonalis, konjugata
vera, linea inominata, tulang sakrum, dinding samping, spina iskiadika, arkus
pubis, coccigis, panggul patologi, kesimpulan panggul dalam).
d. Nilai adanya tumor jalan lahir
e. Tentukan imbang fotopelvik
f. Tetapkan diagnosis in partu dan rencana persalinan.
g. Pantau kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin sesuai petunjuk
partograf. Hasil pemeriksaan dimasukkan ke lembar partograf. Bila
kemajuan persalinan normal, lanjutkan pemantauan hingga tercapai kala II,
namun bila nilai kemajuan persalinan tidak normal, tentukan tindakan yang
perlu dilakukan atau rujuk ibu ke sarana medis yang memadai.
h. Kosongkan kandungan kemih dan rectum.
i. Persiapkan pasien, alat dan penolong.

2. Memimpin persalinan kala II


a. Penolong mengenakan apron.
b. Cuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril/DTT.
c. Aseptik daerah vulva dan perineum.
d. Ibu dipimpin mengejan saat ibu terus-menerus ingin mengejan, perineum
teregang, anus terbuka, dan tampak bagian mukosa anus, kepala bayi
mulai crowning (kepala bayi tampak di vulva dengan diameter 3-4 cm).
e. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu

63
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

f. Lakukan episiotomi medialis/mediolateralis bila diperlukan. Episiotomi


dilakukan pada primipara atau multipara bila dinding introitus vagina kaku,
sebelumnya lakukan anestesi lokal infiltrasi di tempat episiotomi
menggunakan lidokain 1% 3-4 ml. Saat perineum sudah sangat tipis atau
diameter pembukaan vulva 4-5 cm bertepatan dengan his, lakukan
episiotomi dengan cara jari II dan III tangan kiri dirapatkan, dimasukkan antara

kepala janin dan dinding vagina menghadap ke penolong. Pagang gunting


episiotomi dengan tangan kanan, masukan secara terbuka dengan perlindungan
jari II dan III.

Gambar 5. Episiotomi

g. Saat his, ibu di minta menarik napas dalam dan menutup mulut rapat-rapat
dengan menempelkan dagu ke dada kemudian mengejan pada perut
dengan kekuatan penuh. Lahirkan kepala bayi dengan cara menahan
perineum, dengan cara Ibu jari dan jari II-V tangan kanan yang
ditutup/beralaskan kain duk steril/DTF dan menekan ke arah cranial.

64
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Gambar 6. Cara Menahan Perineum


Tangan kiri menahan defleksi maksimal kepala bayi dengan suboksiput
sebagai hipomoklion, berturut-turut akan lahir dahi, mata, hidung, mulut,
dan dagu.

Gambar 7. Melahirkan Kepala

Bersihkan lendir di mulut dan hidung bayi. Biarkan kepala bayi


mengadakan putaran paksi luar.

65
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Gambar 8. Membersihkan Lendir dari mulut dan Hidung Bayi

Bila perlu, bantuan paksi luar dilakukan bila ada lilitan tali pusat pada leher
bayi, dengan cara:
- Tali pusat kendor : longgarkan dan bebaskan tali pusat dengan bantuan
jari penolong.
- Tali pusat ketat : jepit tali pusat dengan klem di dua tempat dan tali
pusat di potong di antara 2 klem tersebut dengan gunting tali

pusat.

Gambar 9. Melonggarkan Tali Pusar

66
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

h. Lahirkan bahu bayi dengan cara tetap memegang kepala bayi secara
biparietal dan menarik ke belakang untuk melahirkan bahu depan dahulu,
kemudian ke arah atas untuk melahirkan bahu belakang.

Gambar 10. Melahirkan Bahu Bayi

i. Lahirkan badan dan tungkai bayi dengan cara tetap memegang kepala
bayi secara biparietal, melakukan tarikan searah lengkung panggul sampai
lahir seluruh badan bayi. Bila terasa berat dapat di bantu dengan dorongan
ringan pada fundus uteri oleh asisten atau dengan cara mengait ketiak bayi
dan menariknya secara perlahan.
j. Letakkan bayi pada kain duk steril di atas perut ibu.
k. Lakukan resusitasi bayi baru lahir bila diperlukan dan tentukan nilai APGAR.
l. Sesegera mungkin lakukan pembersihan mulut/jalan napas.
m. Jepit tali pusat dengan klem kocher I berjarak 5 cm dari perut bayi, tali
pusat dikosongkan dari darah dengan diurut ke arah plasenta, kemudian
dijepit dengan klem kocher II, jarak 1-2 cm dari klem kocher I ke arah
plasenta. Tali pusat digunting di antara 2 klem kohler, kemudian ikat tali
pusat dengan benang/klem tali pusat. Tali pusat dibalut dengan kasa steril
yang dibasahi antiseptik ringan.
67
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

n. Palpasi abdomen untuk memastikan apakah bayi tunggal/tidak.


o. Berikan suntikan oksitosin 10 unit IM/IV di sisi lateral paha ibu.
p. Lakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)

3. Memimpin persalinan kala III


a. Sebelum memimpin persalinan kala III, lakukan palpasi kontraksi uterus.
Nilai apakah kontraksi uterus baik atau tidak.
b. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
c. Lakukan tekanan dorso kranial pada abdomen.

Gambar 11. Peregangan Tali Pusar Terkendali

d. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat ke arah bawah dan ke atas sampai plasenta lahir lengkap.

68
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Gambar 12. Placenta Lahir Lengkap

e. Periksa kelengkapan selaput dan ukuran plasenta.


f. Periksa lagi ke dalam uterus apakah masih ada pendarahan atau jaringan
yang tertinggal periksa juga kontraksi uterus. Bila kontraksi baik, akan
terlihat fundus uteri setinggi pusat dan keras seperti batu.
g. Lakukan masase uterus.

Cara mengetahui lepasnya plasenta:


1. Perasat Kustner. Tangan kanan menegangkan tali pusat; tangan kiri
menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat tidak masuk lagi kedalam
vagina berarti plasenta telah lepas.
2. Perasat Strassman, tangan kanan mengangkat tali pusat; tangan kiri
mengetok fundus uterus. Bila berasa getaran pada tangan kanan, berarti
plasenta belum lepas.

69
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

3. Perasat Klein, ibu di minta mengejan, tali pusat akan turun. Bila berhenti
mengedan dan tali pusat masuk lagi, berarti plasenta belumlepas dari
dinding uterus.
Pentingnya mengetahui apakah plasenta telah lepas atau belum ialah untuk
melahirkan plasenta dengan meminimalisir terjadinya komplikasi. Bila plasenta
dipaksa untuk dilahirkan saat belum terlepas dari dinding uterus, akan
menimbulkan perdarahan (retensio plasenta, sisa plasenta) dan komplikasi
lainnya seperti inversio uteri.

4. Asuhan persalinan kala IV


Sebelum meninggalkan wanita postpartum, harus diperhatikan beberapa
hal yaitu kontraksi uterus harus baik, tidak ada perdarahan dari vagina atau
alat- alat genital lainnya, plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir
lengkap, kandung kemih harus kosong, luka-luka perineum terawat dengan
baik (menjahit perineum bila terdapat laserasi dengan perdarahan aktif) dan
tidak ada hematoma, bayi dan ibu dalam keadaan baik (dengan memeriksa
tanda- tanda vital). Keadaan ini harus sudah dicapai dalam waktu 1 jam
setelah plasenta lahir lengkap.
Adapun asuhan persalinan kala IV yang harus dilakukan meliputi
langkah- langkah berikut:
a. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
b. Mulai perawatan neonatal esensial (IMD, kontak kulit ibu-bayi minimal 1
jam, pemberian salep atau tetes mata antibiotika, vaksinasi hepatitis B,
termoregulasi, pemeriksaan neonatal dll)
c. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pecegahan perdarahan pervaginam
 Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalin
70
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin.


 Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika
uterus tidak berkontraksi dengan baik.
d. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus
memanggil bantuan medis.
e. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
f. Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15
menit selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap 30 menit selama jam
kedua pascasalin
 Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pascasalin.
 Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
g. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,50C).
h. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
i. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
j. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
k. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
l. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih
m. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda
71
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

vital dan asuhan kala IV.

REFERENSI
Asosiasi Unit Pelatihan Klinik Organisasi Profesi. Buku Acuan Asuhan Persalinan
Normal Asuhan Esensial bagi Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir serta
Penatalaksanaan Komplikasi Segera Pascapersalinan dan Nifas. Jakarta: JNPK- KR;
2014.
Waspodo D. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini.
Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik; 2007.
Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasyankes Dasar dan
Rujukan. Edisi 1, Kemenkes RI 2013.
Cunningham, F. Gary,, Kenneth J. Leveno, Steven L. Bloom, Catherine Y. Spong, Jodi
S. Dashe, Barbara L. Hoffman, Brian M. Casey, and Jeanne S. Sheffield. Williams
Obstetrics. 25th edition. New York: McGraw-Hill Education, 2018

72
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

LANGKAH KERJA
PENUNTUN BELAJAR PERSALINAN NORMAL

LANGKAH / TUGAS DILAKUKAN


YA TIDAK
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua :
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan/atau vaginanya
c. Perineum menonjol
d. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan, yaitu :
 Partus set :
 2 klem kelly atau kocher
 Gunting tali pusat
 Benang tali pusat
 Kocher
 Sarung tangan steril
 Kateter nelaton/folley
 Gunting episiotomi
 Kassa secukupnya
 Kapas steril
 Spuit 3 ml
 1 ampul oksitosin 10 U
 Kapas alkohol
 DeLee
 2 kain bersih
 2 handuk
 Celemek plastik
 Perlengkapan perlindungan pribadi : masker, kaca mata,
alas kaki tertutup
 Perlak
 Stetoskop Laenec
 Tensimeter
73
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 Larutan klorin 0,5 % dalam tempatnya


 Air dalam wadah
 3 buah tempat sampah : basah, kering, tempat benda
Tajam
 Kantung plastik
 Kain ibu
 Pembalut
 Gurita
 Waslap
3. Mematahkan ampul oksitosin 10 U, dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set
4. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih
5. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku.
Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan haduk satu
kali
pakai / pribadi yang bersih.
6. Memakai sarung tangan steril
7. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan steril) dan meletakkannya kembali di
partus set/ wadah steril tanpa mengkontaminasi tabung
suntik.
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP & KEADAAN JANIN BAIK

8. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-


hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau
kassa yang sudah dibasahi air steril. Jika mulut vagina,
perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang. Membuang kapas atau kassa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung
tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan
tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminai, langkah #
10)
9. A. Kosongkan kandung kemih dengan menggunakan kateter
intermiten.
B. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan
sudah lengkap
 Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan
sudah lengkap, lakukan amniotomi.
74
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

10. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan


tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam
keadaan terbalik serta merendamnya di larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).

11. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus


berakhir untuk memastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160
x/mnt)
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf

IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES PIMPINAN


MENERAN

12. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin


baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu
serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
 Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka
dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat
ibu mulai meneran.

13. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk


meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ibu merasa nyaman)

14. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan


kuat untuk meneran :
 Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran
 Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran
 Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang)
75
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 Menganjurkan ibu untuk istirahat di antara kontraksi


 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu
 Menganjurkan asupan cairan per oral
 Menilai denyut jantung janin setiap lima menit
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk
segera

Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran


 Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman. Jika ibu belum ingin
meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran
pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di
antara kontraksi
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan
segera

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI

15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-


6 cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
Sediakan tempat untuk mengantisipasi terjadinya komplikasi
persalinan (asfiksia), sebelah bawah kaki ibu tempat yang datar
alas keras. Beralaskan 2 kain dan 1 handuk. Dengan Radiant
Warmer (jarak 60 cm dari tubuh bayi)

16. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah


bokong ibu
17. Membuka partus set
18. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan
VII. MENOLONG KELAHIRAN BAYI

Lahirnya Kepala

19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,
letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan
76
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,


membiarkan kepala keluar perlahan- lahan. Menganjurkan ibu
untuk meneran perlahan- lahan atau bernafas cepat saat kepala
lahir
 Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap
mulut dan hidung bayi setelah kepala lahir menggunakan
penghisap lendir DeLee steril atau bola karet penghisap
yang baru danbersih
20. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan
kain atau kassa yang bersih
21. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi:
 Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
 Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di
dua tempat, dan memotongnya.
22. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara Spontan
Lahirnya Bahu
23. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu
anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan
bahu posterior
Lahirnya Badan dan Tungkai
24. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berda di bagian bawah ke arah perineum
tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan
tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan
anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.
25. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada
di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua
mata kaki bayi dan dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

77
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

VII. PENANGAN BAYI BARU LAHIR

26. Menilai bayi dengan cepat (jika dalam penilaian terdapat


jawaban tidak dari 5 pertanyaan, maka lakukan langkah awal),
kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi
kepala lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan)
27. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan
bayi kecuali bagian tali pusat
28. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke
arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama
(ke arah ibu)
29. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting, dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut
30. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan
kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian
kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, mengambil tindakan
yang sesuai.
31. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III

Oksitosin
32. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi
kedua.
33. Memberi tahu ibu bahwa ia akan disuntik
34. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan
suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian
luar, setelah mengaspirasinya terlebih dulu.
Peregangan Tali Pusat Terkendali
35. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva
36. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu,
tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini
untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
37. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
perengangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
78
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah


uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang
(dorso- kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40
detik, menghentikan peragangan tali pusat dan menunggu
hingga kontraksi berikut mulai.
 Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang
anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu
Mengeluarkan Plasenta

38. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil


menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke atas,
mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva
 Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan peregangan tali
pusat selama 15 menit :
• Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
• Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi
kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik
jika perlu
• Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
• Mengulangi peregangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya
• Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30
menit sejak kelahiran bayi
39. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang
plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut dan
perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
 Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan
serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan
atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril
untuk melepasakan selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Pemijatan) Uterus

40. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan


masase uterus, meletakkan telapak tangan kanan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
79
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras ).


IX. MENILAI PERDARAHAN

41. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu


maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam
kantung plastik atau tempat khusus.
 Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase
selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai
42. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif
X. ASUHAN PERSALINAN KALA IV

43. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak


terjadi perdarahan pervaginam
44. Memulai perawatan neonatal esensial (IMD, kontak kulit ibu-
bayi minimal 1 jam, pemberian salep atau tetes mata
antibiotika, vaksinasi hepatitis B, termoregulasi, pemeriksaan
neonatal dll)
45. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan pecegahan
perdarahan pervaginam
 Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalin
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin.
 Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia
uteri jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.
46. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta
kapan harus memanggil bantuan medis.
47. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

48. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih


ibu setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap
30 menit selama jam kedua pascasalin
 Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pascasalin.
 Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
49. Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal
(36,5 – 37,50C).
50. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
80
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan


setelah didekontaminasi.
51. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai.
Membersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
52. Merendam sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
53. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan
bersih
54. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV

81
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti latihan keterampilan pemeriksaan fisik mahasiswa mampu :
1. Mengetahui prinsip pemeriksaan bayi baru lahir
2. Melakukan pemeriksaan Fisik Neonatus di kamar bersalin dan di ruang rawat
3. Melakukan refleks rooting, sucking, moro, grasp, dan plantar

Keterampilan klinik ini bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi


adanya penyimpangan pada bayi baru lahir/neonates. Selain itu, untuk mengetahui
seberapa baik bayi mampu melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar
uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Pemeriksaan neontatus/ Bayi Baru Lahir
(BBL) sebaiknya dimulai dengan melihat riwayat kehamilan dan persalinan, sehingga
mampu mendeteksi/ menentukan kondisi bayi yang akan dilahirkan.
Pemeriksaan fisik BBL dilakukan minimal 3x yaitu: pada saat lahir; dalam 24
jam pertama; pada waktu pulang. Pemeriksaan yang pertama pada BBL harus
dilakukan di kamar bersalin. Tujuannya adalah:
1. Menilai gangguan adaptasi BBL yang memerlukan resusitasi
2. Menentukan kelainan yang perlu tindakan segera (atresia ani, atresia esofagus),
trauma lahir
3. Menentukan apakah BBL dapat rawat gabung atau ruang perawatan khusus atau
segera operasi
Pemeriksaan kedua dilakukan di ruang perawatan dan dilakukan di depan ibu,
yang bertujuan agar kelainan yang luput dari pemeriksaan pertama dapat ditemukan.
Pemeriksaan yang ketiga adalah sebelum bayi dipulangkan. Hal ini ditujukan untuk
menilai kelainan BBL yang masih ada, misal: ikterus, cephalhematom, aspirasi
pneumonia, atau infeksi nosokomial.

82
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir


a. Persiapan : lingkungan hangat, bayi hangat, cahaya cukup
b. Melibatkan ibu dan keluarga
c. Waspada terhadap tanda abnormal
d. Menyeluruh dan sistematis
e. Dilakukan dengan lembut
f. Head to toe
g. Perhatikan kesimetrisan kanan dan kiri
h. Sebelum pakaian bayi dibuka periksa daerah kepala dan refleks
i. Periksa tanda-tanda vital di awal sebelum bayi menangis
j. Pemeriksaan panggul dilakukan akhir karena kurang nyaman

A. TAHAP PERSIAPAN
1. Persiapan Alat dan bahan
Alat yang digunakan untuk memeriksa:
 Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan kehangatan.
 Air bersih, sabun, handuk kering dan hangat
 Sarung tangan bersih
 Kain bersih
 Stetoskop
 Jam dengan jarum detik
 Termometer
 Timbangan bayi
 Pengukur panjang bayi
 Pengukur lingkar kepala.
2. Persiapan Tempat Pemeriksaan

83
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 Pemeriksaan dilakukan di tempat yang datar, rata, bersih, kering, hangat


dan terang
3. Persiapan Pemeriksa
 Sebelum memeriksa bayi, cucilah tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir kemudian keringkan dengan lap bersih dan kering atau
dianginkan. Jangan menyentuh bayi jika tangan anda masih basah dan
dingin.
 Gunakan sarung tangan jika tangan menyentuh bagian tubuh yang ada
darah seperti tali pusat atau memasukkan tangan ke dalam mulut bayi.
 Untuk menjaga bayi tetap hangat, tidak perlu menelanjangi bayi bulat-
bulat pada setiap tahap pemeriksaan. Buka hanya bagian yang akan
diperiksa atau diamati dalam waktu singkat untuk mencegah kehilangan
panas.

B. PEMERIKSAAN DI KAMAR BERSALIN


1. Menilai adaptasi
a. Penilaian Awal
Begitu bayi lahir, langsung dikaji dengan cepat 3 hal dari Skor APGAR:
 WARNA KULIT: Apakah warna kulit bayi merah muda? Atau
pucat/biru?
 TONUS OTOT: Apakah bayi aktif atau lemas?
 USAHA NAFAS: Apakah bayi menangis kuat? Atau merintih, lemah?
Jika penilaian awal didapatkan hasil buruk (kulit biru, bayi lemas, tidak
menangis) maka SEGERA dilakukan tindakan resusitasi
b. Penilaian APGAR Score
Dilakukan pada 1 menit, 5 menit dan 10 menit setelah lahir.

84
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Tabel 1. APGAR Score

Interpretasi:

Bayi Normal : Skor APGAR 7 – 10


Asfiksia Ringan – Sedang : Skor APGAR 4 – 6
Asfiksia Berat : Skor APGAR 0 – 3

Keterangan: APGAR Score TIDAK digunakan untuk mendiagnosa asfiksia atau


memulai resusitasi. Pengukuran pada menit pertama, kelima dan kesepuluh hanya
dicantumkan sebagai penilaian keberhasilan resusitasi dan ada peningkatan Skor
APGAR. Diagnosis asfiksia dibuat dari penilaian 3 hal (di poin a)

2. Mencari kelainan kongenital


a. Anamnesis ibu mengenai riwayat kehamilan: konsumsi obat, infeksi virus,
penyakit ibu, kelainan bawaan
b. Memeriksa jumlah cairan ketuban
 Hidramnion (>2000ml), berkaitan dengan obstruksi (penyumbatan) usus;
ibu DM, Preeklamsia (PE)

85
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 Oligohidramnion (<500 ml), berkaitan dengan kelainan ginjal

86
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

c. Memeriksa tali pusat : segar atau tidak, ada simpul atau tidak, jumlah arteri
dan vena. Normalnya umbilicus memiliki 2 arteri dan 1 vena. Apabila hanya
ada 2 pembuluh darah (1 arteri dan 1 vena), mengindikasikan adanya
masalah ginjal atau genetik (trisomi 18). Jika hanya ada 1 arteri umbilikal,
kemungkinan munculnya anomali kongenital juga meningkat.
d. Memeriksa plasenta: pengapuran, nekrosis/infark, bentuk dan ukuran
berkaitan dengan fungsi plasenta, kecukupan gizi dan O2 bayi
e. Berat lahir dan kehamilan
Bayi kurang bulan dan Intra Uterine Growth Restriction/Retardation (IUGR)
memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kelainan kongenital
f. Memeriksa mulut: utuh atau ada labio-palatoschizis
g. Memeriksa kesimetrisan wajah saat menangis. Hal ini menunjukkan ada atau
tidaknya paralisis nervus fasialis (cacat saraf wajah)
h. Melihat adakah defek medula spinalis (meningokel, omfalokel, meningokel,
spina bifida)
i. Melihat jenis kelamin

C. PEMERIKSAAN DI RUANG RAWAT


1. Pemeriksaan Umum
a. Tonus otot
b. Keaktifan
Dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan lengan. Pada BBL
cukup bulan yang sehat, ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan
tungkai serta lengan aktif dan simetris
c. Tangisan bayi
Tangisan melengking ditemukan pada kelainan neurologis, sedangkan
tangisan lemah dan merintih ditemukan pada kesulitan bernafas

87
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

2. Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital yang penting dievaluasi pada bayi baru lahir meliputi
HR(normalnya 120 – 160 x/menit), RR (normalnya 40 – 60 x/menit), Suhu
(normalnya 36,5-37,5°C).
Hitung denyut jantung dengan meletakkan stetoskop di dada kiri setinggi apeks
kordis. Hitung pula frekuensi pernapasan dan lihat ada tidaknya tarikan dinding
dada kedalam (retraksi ICS) ketika bayi sedang tidak menangis.
Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan beberapa metode:
a. Aksiler
Tempat pengukuran paling tepat. Pada Hipotermi, hasil lebih tinggi daripada
rektal karena tertimbunnya brown fat di daerah ketiak
b. Rektal
Digunakan pada pemeriksaan fisik sekaligus memastikan anus ada atau jika
temperatur aksiler tidak normal. Lebih traumatik dibanding aksiler.

3. Ukuran Antropometri
Adalah ukuran fisik yang dapat diukur dengan alat pengukur seperti timbangan
atau pita pengukur, terdiri dari:
a. Berat Badan
 Kain alas atau pelindung yang kering dan bersih diletakkan di
atas timbangan
 Skala penimbangan diatur ke titik nol sebelum penimbangan.
 Bayi kemudian ditimbang bersama kain alas dan pembungkus bayi
 Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi
 Berat badan lahir normal berada pada rentang 2500-4000 gram.
 Bila berada di bawah nilai terendah, diklasifikasikan sebagai:
- BBLR : <2500 gr
- BBLSR : 1000 – 1500 gr
88
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

- BBLASR : <1000 gr
b. Panjang Badan
 Bayi diletakkan di tempat yang datar
 Panjang badan diukur dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi
diluruskan
 Bayi aterm panjang kepala ke tumit rata-rata 45 – 53 cm
c. Lingkar Kepala
 Lingkar kepala bayi aterm 34- 39 cm.
 Lingkar kepala diukur dari oksiput mngelilingi kepala, tepat di atas alis
 Pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menaksir pertumbuhan
otak.
d. Lingkar Dada
 Ukuran normal 31-35 cm, pengukurannya dilakukan saat bernafas biasa
pada tulang xipoideus, ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung
kembali ke dada melalui kedua puting susu
 Ukuran lingkar dada biasanya 2 cm kurang dr lingkar kepala/ kadang sama
namun tidak melebihi lingkar kepala.
e. Lingkar Lengan Atas
 Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan
otot yang berguna untuk menilai keadaan gizi. Ukuran normal LILA saat
lahir kira-kira 11 cm
 Untuk mengukur LILA< tentukan dahulu titik bahu dan siku
 Letakkan pita antara bahu dan siku, lalu tentukan titik tengahnya
 Lingkarkan pita ukur pada titik tengah lengan atas yang sudah ditentukan
sebelumnya
 Tentukan ukuran menurut pita ukur

89
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

4. Kulit
a. Warna
 Normalnya neonatus berwarna merah muda
 Neonatus yang kulitnya berwarna merah sekali menunjukkan kerapuhan
system vasomotor
 Akrosianosis (kebiruan pada ekstremitas) menunjukkan bayi kedinginan
 Sianosis (kebiruan) menunjukkan bayi kekurangan O2
 Kulit seperti marmer (cutis marmorata) menunjukkan penyakit berat
 Pewarnaan mekonium (mekonium staining) pada verniks caseosa, kulit,
kuku, dan tali pusat ditemukan pada bayi dengan riwayat fetal distress
 Ikterus (warna kuning) paling mudah dilihat di daerah dahi
b. Rash, lesi, bintik-bintik ada atau tidak.
 Jika ada seperti apa warna, bentuknya, ada cairan atau tidak
c. Vernix caseosa, lanugo ada atau tidak
 Vernix Caseosa: subtansi putih yg berlemak yg disekresi oleh kelenjar
sebasea dan sel epitel yang melapisi tubuh BBL. Ini akan menghilang
sendiri beberapa hari setelah lahir, berfungsi untuk menjaga suhu bayi.
Dapat dibersihkan dengan kapas dan minyak kelapa yg steril.
 Lanugo: rambut halus yang melapisi permukaan tubuh, sering pada kulit
kepala, dahi dan muka.
d. Kelembaban, turgor kulit baik atau tidak
 Kulit bayi prematur tipis, halus dan berwarna merah. Kulit bayi lebih bulan
tampak seperti kertas perkamen dan mengelupas
e. Tanda lahir ada atau tidak. Jika ada di mana letaknya, bentuk, warna seperti
apa.
5. Kepala
Pemeriksaan kepala dilakukan dengan cara menginspeksi kepala, fontanela anterior
dan posterior, kemudian mempalpasi daerah sutura dan juga fontanel.
90
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Palpasi sutura terasa seperti bubungan dan fontanela terasa seperti cekungan
yang lembut. Pulsasi yang teraba di fontanela merefleksikan pulsasi perifer.
Periksa fontanela secara hati-hati, karena kepenuhannya merefleksikan tekanan
intrakranial. Hal-hal yang dievaluasi pada pemeriksaan kepala meliputi:
a. Ada tidaknya Makro- atau Mikrocephali
b. Sutura ada molase atau tidak
c. Fontanela anterior dan posterior (bentuk, ukuran, rata, cekung
atau mencembung)
d. Tulang-tulang tengkorak ada fraktur atau tidak, simetris atau tidak, adakah
molding
e. Kaput suksedaneum, cephal hematoma ada atau tidak
Fontanel merupakan bagian lunak di antara tulang cranium bayi. Pada
perabaan, konsistensinya lunak. Fontanel anterior memiliki diameter antara 4 – 6
cm dan biasanya menutup pada usia antara 7 – 19 bulan. Fontanel posterior
memiliki diameter antara 1 – 2 cm dan biasanya menutup pada usia 2 bulan.
Pembesaran fontanel posterior biasanya didapatkan pada hipotiroid kongenital.
Fontanel yang tegang dan menonjol didapatkan pada bayi dengan peningkatan
tekanan intrakranial, yang disebabkan oleh infeksi susunan saraf pusat, penyakit
neoplasma atau hidrosefalus. Fontanel anterior yang cekung dapat merupakan
salah satu tanda dehidrasi.

Tabel 2. Perbedaan Chepal hematome dan Caput Succedaneum


Cephal Hematom Caput Suksedaneum
Lunak, berisi cairan, bengkak di salah satu Edema jaringan lunak lokal, melewati
sisi kepala sutura
Muncul beberapa jam setelah lahir Muncul segera setelah lahir
Membesar dalam 2-3 hari Tidak membesar
Menghilang 2-6 bulan Hilang beberapa hari

91
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Berbatas tegas Tidak berbatas tegas


Disebabkan perdarahan subperiosteal Disebabkan adanya cairan akibat
pembengkakan jaringan lunak
Komplikasi: ikterik, fraktur tulang kepala, Jarang ada komplikasi
perdarahan intrakranial, syok

6. Wajah
a. Adakah kelainan khas misal: Sindrom Down atau bayi Mongol
b. Apakah wajah simetris atau tidak
7. Mata
a. Sklera tampak tanda perdarahan atau tidak, ada sekret atau tidak, ukuran dan
reaktivitas pupil baik atau tidak, arah pandangan, jarak dan bentuk mata,
gerak bola mata simetris atau tidak.
b. Jarak antara kantus medial mata tidak boleh lebih dari 2.5 cm
c. BBL kadang menunjukkan gerak mata berputar dan tidak teratur (strabismus)
8. Telinga
a. Posisi dan hubungan dengan mata dan kepala
Jika ditarik garis horisontal melewati mata, seharusnya melewati sedikit bagian
atas telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada
bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre-robin). Kemiringan telinga
terhadap garis vertikal maksimal 10°.
b. Adakah daun telinga, posisi lubang, bentuk lekukan bagaimana, tulang rawan
terbentuk atau tidak. Bayi prematur biasanya tulang rawan belum terbentuk.
9. Hidung
a. Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, adakah milia (bintik keputihan yg
khas terlihat di hidung, dahi dan pipi yg menyumbat kelenjar sebasea yg
belum berfungsi), adakah pernafasan cuping atau tidak
b. Adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah, hal ini
92
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

kemungkinan adanya sifilis kongenital.


c. Adanya pernapasan cuping hidung (gangguan pernapasan)
10. Mulut
a. Bentuk bibir, lihat dan raba langit-langit keras (palatum durum) dan lunak
(palatum molle), tenggorokan, bentuk dan ukuran lidah, lesi, sekret.
b. Daerah bibir dan palatum diraba apakah utuh atau tidak. Ketidaksimetrisan
bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Salivasi tidak terdapat pada bayi
normal, karena grandula saliva belum matur. Bila terdapat sekret yang
berlebihan mungkin ada kelainan di esofagus.
11. Leher
Massa, pembesaran kelenjar ada atau tidak, pergerakan leher apakah ada
hambatan, kesan nyeri saat bayi menggerakkan kepala.
12. Dada
a. Inspeksi:
 Amati bentuk dan simetrisitas dinding dada. Dinding dada yang asimetris
menunjukkan adanya space atau air occupying lesion seperti tension
pneumothorax
 Pectus excavatum (funnel chest): bentuk dada abnormal yang
muncul akibat depresi sternum. Biasanya tidak menyebabkan
gangguan serius, namun dapat berhubungan dengan sindroma
Marfan dan Noonan
 Pectus carinatum (pigeon chest): disebabkan oleh sternum yang
menonjol. Juga berhubungan dengan sindroma Marfan dan Noonan
 Processus Xiphoideus prominen: temuan ringan, tampak seperti
benjolan di ujung bawah sternum
 Barrel chest: muncul akibat ventilasi mekanik, pneumothorax,
pneumonia, atau space occupying lesion
 Observasi ada tidaknya takipnea dan retraksi. Bila ada, identifikasi

93
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

kemungkinan adanya nasal flaring, dan dengarkan suara grunting saat


ekspirasi:
 Grunting adalah suara nafas bernada rendah yang terdengar ketika
glottis menutup saat ekspirasi. Suara ini tidak selamanya abnormal,
bila jarang terdengar dan muncul dalam 1 jam pertama kehidupan
dapat diabaikan. Namun jika menetap >2 jam setelah lahir dan
terdengar di setiap pernafasan, menunjukkan adanya kelainan.
Penyebab yang paling sering adalah transient tachypnea, respiratory
distress syndrome, dan infeksi (sepsis atau pneumonia)
 Nasal flaring: pelebaran nostril pada inspirasi, muncul pada distres
pernafasan
 Retraksi: dapat ditemukan di subcostal maupun intercostal.
Menandakan adanya peningkatan kerja dari otot respirasi. Retraksi
ringan (umumnya subcostal) mungkin normal.
 Abnormalitas Fonasi: fonasi merupakan fungsi utama dari laring, dan
abnormalitas pada laring (obstruksi) menyebabkan tangisan yang
lemah atau tidak ada tangisan samasekali.
 Stridor: merupakan suara bernada tinggi pada inspirasi yang
terdengar tanpa stetoskop. Bila jarang terdengar, mungkin normal.
Namun bila menetap, penyebab utama yang paling sering ditemukan
adalah laryngomalacia
 Payudara tampak membesar atau tidak, adakah sekresi seperti susu. BBL
payudara kadang membesar dan tampak sekresi susu akibat pengaruh
hormon estrogen maternal
b. Palpasi
Palpasi thorax pada neonatus berbeda dengan pasien dewasa (ie: tidak
mungkin mengevaluasi fremitus, maupun nyeri tekan secara verbal). Palpasi
thorax yang penting mencakup:

94
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 Palpasi clavicula: palpasi kedua clavicula, bila salah satu di antaranya sulit
dipalpasi, dan terdapat krepitasi maka fraktur clavicula mungkin ada
 Palpasi costae: juga untuk mencari ada tidaknya krepitasi yang
menunjukkan fraktur costae akibat proses persalinan
c. Auskultasi
 Suara nafas: dengarkan sama tidaknya suara nafas lapang paru kanan
dan kiri. Tempat yang paling baik untuk mendengarkan suara nafas pada
neonatus adalah di aksila kanan dan kiri. Tidak adanya suara nafas, atau
suara nafas asimetris menunjukkan pneumothorax atau atelektasis. Suara
nafas yang menghilang, disertai abdomen scaphoid (relatif datar terhadap
dada) dan suara bising usus mengindikasikan adanya hernia
diafragmatika.
 Suara jantung: dengarkan kualitas dan ritme dari bunyi jantung.
Identifikasi ada tidaknya mur-mur di lokasi tertentu yang berhubungan
dengan adanya PJB.
13. Abdomen
Raba hepar, limpa, ginjal, adakah distensi, massa, hernia, perdarahan tali pusat,
jumlah arteri dan vena umbilikalis. Jika perut sangat cekung kemungkinan
terdapat hernia diafragmatika. Abdomen yang membuncit kemungkinan karena
hepato- splenomegali atau tumor lainnya. Jika bayi menangis dan muncul
benjolan di perut, menunjukkan hernia di dinding abdomen. Palpasi diperlukan
untuk mengkonfirmasi hal-hal tersebut. Lakukan pula auskultasi untuk
mengevaluasi bising usus.
14. Genitalia dan Rektum
a. Lubang anus ada atau tidak
b. Meconium dan urin sudah keluar atau belum
c. Testis sudah turun ke skrotum atau belum, jumlah testis 2, lubang kencing ada
atau tidak, letaknya di mana, hidrokel ada atau tidak;

95
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

d. Labia mayora menutupi labia minora, lubang vagina, adakah sekcret atau
bercak darah. Pada bayi wanita, terkadang tampak adanya sekret atau bercak
darah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu.
15. Ekstremitas atas
Kesimetrisan, bentuk dan ukuran, jumlah jari, ada selaput atau tidak, tampak garis
telapak tangan atau tidak
16. Ekstremitas bawah
Dislokasi kongenital, kesimetrisan, bentuk, ukuran, jumlah jari, ada selaput atau
tidak, tampak garis telapak kaki atau tidak. Tes Ortolani dan Barlow positif atau
negatif.

Gambar 13. Tes Ortolani dan Barlow

17. Punggung
a. Inspeksi bentuk, adakah tonjolan di kulit, adakah celah, adakah rambut
96
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

abnormal.
b. Palpasi tulang belakang dan rasakan ada tidaknya benjolan di sepanjang
struktur tersebut

18. Pemeriksaan Sistem Saraf (Refleks Primitif)


a. Refleks rooting.
 Refleks ini muncul bila sudut bibir, pipi dan daerah mulut diberi stimulasi
taktil (disentuh). Bayi akan bayi akan memutar kepalanya, membuka
mulut, dan siap menghisap mengikuti arah rangsangan tersebut seakan-
akan mencari putting susu.
 Pola perkembangan : menghilang di usia 3 – 7 bulan
 Bila tak ada respons: Bayi kurang bulan (prematur) atau kemungkinanadanya
kelainan sensorik
b. Reflek sucking
 Refleks menghisap yang muncul bila ada objek disentuhkan / dimasukkan
ke mulut
 Pola perkembangan menghilang di usia 3 – 7 bln
 Bila tidak ada respon : kelainan saluran pernapasan dan kelainan pada
mulut termasuk langit-langit mulut
c. Refleks Moro/Startle.
 Refleks di mana bayi akan mengembangkan tangan & jari lebar-lebar, lalu
mengembalikan dengan yang cepat seakan – akan memeluk jika tiba-tiba
dikejutkan oleh suara atau gerakan
 Cara pemeriksaan: (1) Posisikan bayi dalam posisi semi-tegak (2) Biarkan
kepala bayi sesaat terjatuh ke belakang saat diangkat, lalu dengan segera
tangan pemeriksa membantu untuk menahan kepala (3) Respon bayi
akan mengabduksikan dan mengekstensikan lengan, dan memfleksikan
ibu jari, diikuti dengan fleksi dan aduksi dari ekstremitas atas
97
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 Pola perkembangan: hilang di usia 3 – 4 bulan


 Bila tidak ada respons, menunjukkan : fraktur atau cedera pada bagian
tubuh tertentu
d. Refleks menggenggam (Grasp)
 Refleks yang timbul bila ibu jari diletakkan pd telapak tangan bayi, maka
bayi akan menutup telapak tangannya.
 Menghilang di usia 3-4 bulan
 Bila tak ada respons:menunjukkan kelainan pada saraf otak.
e. Reflek Plantar
 Refleks yang timbul bila telapak kaki disentuh, maka bayi akan menutup
telapak kakinya.
 Menghilang di usia 8 bulan

REFERENSI
Marsis O., et al. Panduan Ketrampilan Klinis Bagi Dokter di Faskes Primer. Edisi I. PB
IDI, 2017.
Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasyankes Dasar dan Rujukan.
Edisi 1, Kemenkes RI 2013.
Pritasari K., et al. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial: Pedoman
Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Kemenkes RI, 2010
Gomella, T. L., Cunningham, M. D., Eyal, F. G., & Zenk, K. E. Neonatology:
Management, procedures, on-call problems, diseases, and drugs. 8th ed. New York:
Lange Medical Books/McGraw-Hill Medical Pub. Division, 2020.

98
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

LESSON PLAN

No. KEGIATAN WAKTU


1 - Instruktur memperkenalkan diri 5 menit
- Mengenal nama mahasiswa
- Menjelaskan tujuan latihan
2 - Menilai persiapan mahasiswa mengenai 5 menit
topik keterampilan yang akan dipelajari
- Meminta salah seorang mahasiswa untuk
mencoba melakukan pemeriksaan APN
3 dan Pemeriksaan Neonatus 15 menit
- Meminta mahasiswa untuk refleksi
- Meminta mahasiswa lain untuk
memberikan
feedback
- Instruktur memberikan feedback
- Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk mencoba secara
4 bergantian kemudian memberikan 70 menit
feedback
- Instruktur mengobservasi dan memberikan
feedback pada masing- masing mahasiswa

5 Penutup 5 menit

99
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

LEMBAR KERJA

LANGKAH KLINIK Dilakukan


PEMERIKSAAN Ya Tidak
TAHAP PERSIAPAN
1. Mempersiapkan alat dan bahan untuk pemeriksaan:
 Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan
memberikan kehangatan.
 Air bersih, sabun, handuk kering dan hangat
 Sarung tangan bersih
 Kain bersih
 Stetoskop
 Jam dengan jarum detik
 Termometer
 Timbangan bayi
 Pengukur panjang bayi
 Pengukur lingkar kepala
2. Menyiapkan tempat pemeriksaan yang datar,
bersih, kering dan hangat
3. Persiapan Pemeriksa:
 Mencuci tangan 7 langkah dengan sabun dan
air bersih mengalir
 Memakai sarung tangan (bersih)
4. Persiapan bayi: menempatkan bayi baru lahir pada
tempat pemeriksaan yang telah disiapkan dengan
tetap menjaga kehangatan
PEMERIKSAAN DI KAMAR BERSALIN
5. Melakukan penilaian awal terhadap:
 Warna kulit
 Tonus otot
 Usaha nafas
6. Menilai APGAR score pada menit pertama, kelima
dan kesepuluh
7. Mencari kelainan kongenital:
 Menanyakan riwayat kehamilan pada ibu:
konsumsi obat, infeksi virus, penyakit ibu,
kelainan bawaan
 Memeriksa jumlah cairan ketuban

100
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 Memeriksa tali pusat : segar atau tidak, ada


simpul atau tidak, jumlah arteri dan vena
 Memeriksa plasenta: pengapuran,
nekrosis/infark, bentuk dan ukuran berkaitan
dengan fungsi plasenta, kecukupan gizi dan
O2 bayi
 Memeriksa mulut dan palatum: utuh atau ada
labio-palatoschizis
 Memeriksa kesimetrisan wajah saat
menangis. Hal ini menunjukkan ada atau
tidaknya paralisis nervus fasialis (cacat saraf
wajah)
 Melihat adakah defek tabung saraf
(meningokel, omfalokel, meningokel, spina
bifida)
 Melihat jenis kelamin
PEMERIKSAAN DI RUANG RAWAT
8 Melakukan pemeriksaan umum (tonus, keaktifan dan
tangisan bayi)
9 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
10 Melakukan pengukuran antropometri dan menentukan
interpretasinya
11 Melakukan pemeriksaan kulit:
 Warna
 Ruam
 Vernix caseosa dan lanugo
 Kelembaban dan turgor
 Tanda lahir
12 Melakukan pemeriksaan kepala:
 Menginspeksi bentuk dan ukuran kepala,
fontanela anterior dan posterior
 Mempalpasi daerah sutura dan juga fontanel
13 Menginspeksi wajah untuk mengevaluasi ada
tidaknya kelainan
14 Melakukan pemeriksaan mata:
 Melihat bentuk dan arah pandangan
 Memeriksa ada tidaknya sekret
maupun perdarahan pada sklera
 Mengevaluasi ukuran dan bentuk pupil serta
reaktivitas terhadap cahaya
 Mengidentifikasi ada tidaknya strabismus
101
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 Mengukur jarak antara kedua cantus medial


15 Melakukan pemeriksaan telinga:
 Posisi dan hubungan dengan mata dan
kepala
 Adakah daun telinga, posisi lubang, bentuk
lekukan bagaimana, tulang rawan terbentuk
atau tidak. Bayi prematur biasanya tulang
rawan belum terbentuk
16 Melakukan pemeriksaan hidung:
 Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak,
adakah milia (bintik keputihan yg khas
terlihat di hidung, dahi dan pipi yg
menyumbat kelenjar sebasea yg belum
berfungsi), adakah pernafasan cuping atau
tidak
 Adanya sekret yang mukopurulen yang
terkadang berdarah, hal ini kemungkinan
adanya sifilis kongenital.
 Adanya pernapasan cuping hidung
(gangguan pernapasan)
17 Melakukan pemeriksaan mulut:
 Bentuk bibir, lihat dan raba langit-langit keras
(palatum durum) dan lunak (palatum molle),
tenggorokan, bentuk dan ukuran lidah, lesi,
sekret.
 Daerah bibir dan palatum diraba apakah utuh
atau tidak. Ketidaksimetrisan bibir
menunjukkan adanya palsi wajah. Salivasi
tidak terdapat pada bayi normal, karena
grandula saliva belum matur. Bila terdapat
sekret yang berlebihan mungkin ada kelainan
di esofagus.
18 Melakukan pemeriksaan leher
19 Melakukan pemeriksaan thorax (inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi)
20 Melakukan pemeriksaan abdomen (inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palpasi)
21 Melakukan pemeriksaan ekstremitas
22 Melakukan pemeriksaan punggung dan vertebra
23 Melakukan pemeriksaan reflex:
 Reflex Rooting
102
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 Reflex Sucking
 Reflex Moro
 Reflex Grasping
 Reflex Plantar
RESUSITASI PADA NEONATUS

Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan prosedur resusitasi pada bayi baru lahir

Landasan Teori
Bayi baru lahir memerlukan adaptasi untuk dapat bertahan hidup di luar rahim,
terutama pada menit-menit pertama kehidupannya. Bila di dalam rahim kebutuhan
nutrisi dan terutama oksigen dipenuhi seluruhnya oleh ibu melalui sirkulasi
uteroplasenter, saat lahir dan tali pusat dipotong, bayi baru lahir harus segera
melakukan adaptasi terhadap keadaan ini yaitu harus mendapatkan atau
memproduksi oksigennya sendiri.
Sebagian besar (80%) bayi baru lahir dapat bernafas spontan, sisanya mengalami
kegagalan bernafas karena berbagai sebab. Keadaan inilah yang disebut asfiksia
neonatorum. Pertolongan untuk bayi ini disebut resusitasi. Tujuan dari resusitasi ialah
memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang
cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan alat vital lainnya. Asfiksia
sendiri didefinisikan sebagai gagal nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat sesudah lahir.
Kata asfiksia juga dapat memberi gambaran atau arti kejadian di dalam tubuh bayi
berupa hipoksia progresif, penimbunan CO2 (hiperkarbia) dan asidosis. Penyebab
asfiksia neonatorum dapat digolongkan ke dalam 3 faktor: faktor ibu, faktor janin, dan
faktor plasenta.
Apapun penyebab yang melatarbelakangi asfiksia, segera setelah penjepitan tali
pusat menghentikan penyaluran oksigen dari plasenta, bayi akan mengalami depresi

103
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

dan tidak mampu untuk memulai pernafasan spontan yang memadai dan akan
mengalami hipoksia yang berat dan secara progresif akan menjadi asfiksia. Bila bayi
mengalami keadaan ini untuk pertama kalinya (apneu primer/gasping primer), berarti
ia mengalami kekurangan oksigen, maka akan terjadi pernafasan cepat dalam
periode yang singkat. Bila segera diberikan pertolongan dengan pemberian oksigen,
biasanya dapat segera merangsang pernafasan spontan. Bila tidak diberi
pertolongan yang adekuat, maka bayi akan mengalami gasping sekunder/apneu
sekunder dengan tanda dan gejala yang lebih berat. Pertolongan dengan resusitasi
aktif dengan pemberian oksigen dan nafas buatan harus segera dimulai. Dalam
penanganan asfiksia neonatorum, setiap apneu yang dilihat pertama kali harus
dianggap sebagai apneu sekunder. Perubahan biokimiawi yang terjadi dalam tubuh
bayi asfiksia, dengan penilaian analisa gas darah akan didapatkan hasil pada saat
kejadian akan terjadi metabolisme aerob, hipoksia (paO2 < 50 mmHg), hiperkarbia
(paCO2 > 55 mmHg) dan asidosis (PH <7,2). Bila tidak segera dilakukan resusitasi
akan berlanjut menjadi metabolisme anaerob dengan hasil akhir terbentuk dan
tertimbunnya asam laktat dalam darah dan jaringan tubuh bayi yang akan berakibat
kerusakan sel dan jaringan yang berujung pada kegagalan fungsi organ dan
kematian. Diagnosis asfiksia dapat ditegakkan melalui :
1. Dengan mengamati 3 variabel yaitu: usaha nafas, denyut jantung dan warna kulit.
Bila bayi tidak bernafas atau nafas megap-megap, denyut jantung turun, dan kulit
sianosis atau pucat, maka secara klinis dapat ditegakkan diagnosis asfiksia
neonatorum
2. Dengan pemeriksaan analisis gas darah
3. Dengan skor apgar dan skor sigtuna
Tabel 1. APGAR Score

104
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Cara menghitung :
Setelah bayi lahir pada pengamatan berturut-turut menit I, V, dan X diamati dan
dihitung jumlah skor apgar. Skor Sigtuna lebih sederhana karena hanya
menggunakan 2 variabel yaitu usaha nafas dan denyut jantung.
Interpretasi:
Bayi Normal : Skor APGAR 7 – 10
Asfiksia Ringan – Sedang : Skor APGAR 4 – 6
Asfiksia Berat : Skor APGAR 0 – 3

Keterangan: APGAR Score TIDAK digunakan untuk mendiagnosa asfiksia atau


memulai resusitasi. Pengukuran pada menit pertama, kelima dan kesepuluh hanya
dicantumkan sebagai penilaian keberhasilan resusitasi dan ada peningkatan Skor
APGAR. Diagnosis asfiksia dibuat dari penilaian 3 hal (di poin a)

105
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

PROSEDUR RESUSITASI NEONATUS

106
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Gambar 14. Skema Prosedur Resusitasi Neonatus

107
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Gambar 15. Lokasi Kompresi Dada

INTUBASI ENDOTRAKHEAL TUBE (ETT)


Indikasi
1. Bila ada mekonium dan bayi mengalami depresi pernafasan, tonus otot dan
frekuensi jantung, harus dilakukan intubasi endotrakheal sangat awal, sebelum
memulai langkah resusitasi lain
2. Bila ventilasi tekanan positif (VTP) tidak menghasilkan perbaikan klinis yang
adekuat dan tidak ada pengembangan dada yang baik, sebaiknya anda

108
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

memutuskan intubasi untuk memberikan ventilasi adekuat daripada


meneruskan usaha perbaikan ventilasi dengan sungkup
3. Bila kebutuhan VTP berlanjut setelah beberapa menit, anda mungkin perlu
melakukan intubasi untuk meningkatkan efektifitas dan memudahkan bantuan
ventilasi
4. Bila perlu dilakukan kompresi dada, intubasi akan mempermudah koordinasi
antara kompresi dada dan ventilasi, serta memaksimalkan efisiensi ventilasi
tekanan positif
5. Bila ada indikasi khusus, seperti bayi sangat prematur, pemberian surfaktan
atau dicurigai hernia diafragmatika

Alat dan bahan


1. Laringoskop dengan lampu dan batere cadangan
2. Bilah laringoskop No. 1 (bayi cukup bulan), No. 0 (bayi prematur), No.00 (bayi
sangat prematur). Dianjurkan untuk memakai bilah lurus disbanding bilah
melengkung
3. Pipa endotrakheal (ETT) dengan diameter dalam 2.5, 3.0, 3.5 dan 4.0 mm
4. Stilet yang cocok dengan ukuran pipa endotrakheal (pilihan)
5. Pemantau atau pendekteksi CO2
6. Alat penghisap dengan kateter penghisap ukuran 10 F (untuk menghisap
farings), ukuran 8F, dan salah satu ukuran 5F atau 6F (untuk menghisap pipa
endotrakheal berbagai ukuran)
7. Plester kedap air (ukuran 1/2 atau ¾ inci= 1,5-2 cm), atau alat fiksasi pipa
endotrakheal lain
8. Gunting
9. Jalan nafas per oral
10. Mekonium aspirator
11. Stetoskop (ukuran bayi baru lahir)
109
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

12. Alat ventilasi tekanan positif (balon resusitasi atau T-piece resuscitator) dan
selang untuk mengalirkan udara dan atau oksigen tambahan. Balon
mengembang sendiri harus dilengkapi reservoir oksigen dan semua jenis alat
harus dilengkapi dengan manometer tekanan.
13. Oksimeter nadi dengan sensor (probe) sesuai untuk neonatus
14. Sungkup laring (ukuran 1) dan semprit 5 ml

Prosedur Pemasangan ETT


1. Laringoskop dinyalakan
2. Pegang laringoskop dengan tangan kiri
3. Stabilkan kepala bayi dengan tangan kanan
4. Buka mulut bayi. Gunakan jari telunjuk tangan kanan untuk membuka mulut
bayi
5. Masukkan laringoskop mulai dari sisi kanan kemudian menyingkirkan lidah ke
kiri
6. Cari epiglotis
7. Angkat epiglottis dengan elevasi laringoskop ke atas
8. Masukkan pipa ETT
9. Mengecek apeks paru kiri kemudian kanan. Apabila terdapat sumbatan jalan
nafas, lakukan suction
10. Memasang plester

REFERENSI
American Heart Association. Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk
CPR dan ECC. [online serial] Diunduh dari: https://eccguidelines.heart.org/wp-
content/uploads/2015/10/2015-AHA- Guidelines-Highlights-Indonesian.pdf
Niermeyer S, Kattwinkel J, Van Reempts P, Nadkarni V, Phillips B, Zideman D, dkk.
International Guidelines for Neonatal Resuscitation: An excerpt from the Guidelines
110
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

2000 for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care:


International Consensus on Science. Contributors and Reviewers for the Neonatal
Resuscitation Guidelines. Pediatrics. 2000 Sep;106(3):E29.
Rohsiswatmo R, Rindjan L, penyunting. Resusitasi Neonatus. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI; 2014.

LESSON PLAN
No KEGIATAN WAKTU
1 - Instruktur memperkenalkan diri 5 menit
- Mengenal nama mahasiswa
- Menjelaskan tujuan latihan
2 - Menilai persiapan mahasiswa mengenai 10 menit
topik keterampilan yang akan dipelajari
- Meminta salah seorang mahasiswa untuk
mencoba melakukan Resusitasi
3 Neonatus 15 menit
- Meminta mahasiswa untuk refleksi
- Meminta mahasiswa lain untuk
memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback
- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk mencoba sendiri dan temannya secara
4 bergantian memberikan feedback 60 menit
- Instruktur mengobservasi dan memberikan
feedback pada masing-masing kelompok
5 Penutup 10 menit

111
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

LEMBAR KERJA

112
NO Kegiatan Ya Tidak
1 Melakukan konseling
BLOK antenatal,
6.1 SAFE pembagian
MOTHERHOOD ANDtugas tim T.A 2021-2022
INFANCY
dan persiapan alat
A. Konseling Antenatal/ Persiapan Pasien
Menanyakan 5 pertanyaan :
- Usia kehamilan (berapa minggu)
- Taksiran berat janin (berapa gram)
- Janin tunggal/gemelli ?
- Ketuban sudah pecah/belum ? Kalau sudah
pecah, tanyakan warna ketuban dan lama
pecah ketuban ?
- Penyulit selama kehamilan (riwayat sakit
selama hamil : Diabetes Militus, Hipertensi,
perdarahan, demam saat trimester I)

B. Pembagian Tugas Tim, jika ada


- Mahasiswa sebagai leader/chief bertugas untuk
airway dan breathing
- Asisten I : Circulation
- Asisten II : Thermoregulator dan equipment

C. Persiapan Alat
1. Thermoregulator
- Menyalakan Infant warmer
- Menyiapkan kain 3 lapis (1 menerima bayi,
1ganjelan bahu, 1 menyelimuti bayi)
- Bayi kecil ≤ 2000gram : topi, plastik
2. Airway
- Alat suction dan selang suction yang sudah
dipastikan berfungsi baik
- Selang Endotrakeal Tube (ET), laringoskop
(dicoba terlebih dahulu)
- NB :
ET 2.5 : BB < 1000gram
3 : BB 1000 – 2000 gram
3.5 : BB > 2000 – 3000 gram
3.5/4 : BB > 3000 gram Kedalaman
ET = 6.5 + BB
3. Breathing : T-piece resuscitator (mixsafe), setting
awal : PiP 25, PEEP 5, FiO2 21% (aterm) 30%
(preterm)
4. Circulation : Epinefrin/ Adrenalin 1:10.000, D10,
NaCl 0.9% darah, spuit, kateter umbilical.
5. Persiapan Diri
- Cuci tangan 6 langkah
- Menggunakan Alat Pelindung Diri

“Saya Ambil Selembar Kain dan Saya Siap


Menerima Bayi”
2 BAYI LAHIR
 Letakkan bayi dibawah infant warmer dan
menyalakan Timer
 Tanyakan 3 Pertanyaan :
1. Prematur ?
2. Bernapas(Menangis)/Menangis Lemah (Merintih)
113
?
3. Tonus otot lemah ?

** Bila bayi bernapas/ menangis kuat dan tonus otot


baik,RAWAT BERSAMA IBU, Lakukan :
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

KETERAMPILAN PEMASANGAN
INTRA-UTERINE DEVICE (IUD)/AKDR

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti latihan keterampilan pemasangan IUD/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR), mahasiswa mampu :
1. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemasangan IUD
2. Mempersiapkan alat dan bahan untuk melakukan pemasangan dan pelepasan IUD
3. Melakukan pemasangan dan pelepasan IUD

Cara Kerja IUD:


 Mencegah masuknya spermatozoa/sel mani ke saluran tuba
 Lilitan logam menyebabkan reaksi antifertilitas.

Efektivitas : Sekitar 99 %.

Keuntungan :
 Praktis dan ekonomis
 Efektivitas tinggi (angka kegagalan kecil)
 Kesuburan segera kembali jika dibuka
 Tidak harus mengingat seperti kontrasepsi pil
 Tidak mengganggu pemberian ASI.

Kerugian :
Dapat keluar sendiri jika IUD tidak cocok dengan ukuran rahim pemakai.

Cara Penggunaan :
Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat menstruasi. Pemilihan IUD yang akan
digunakan tergantung :
1. IUD yang dipasang harus mempunyai efektivitas kontraseptif yang tinggi dan angka
kegagalan serta efek samping yang rendah
2. Prinsip yang penting adalah IUD harus mudah dipasang, tetapi tidak bisa lepas

114
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

sendiri (ekspulsi)
3. Ukuran IUD harus sesuai dengan besar rahim
4. Riwayat pemakaian IUD jenis tertentu sebelumnya

Yang tidak boleh menggunakan/ kontraindikasi:


 Kehamilan
 Gangguan perdarahan
 Peradangan alat kelamin
 Kecurigaan kanker pada alat kelamin
 Tumor jinak rahim
 Radang panggul

Efek/ akibat samping:


 Terjadi perdarahan yang lebih banyak dan lebih lama pada masa menstruasi
 Keluar bercak-bercak darah (spotting) setelah 1 atau 2 hari pemasangan
 Kram/ nyeri selama menstruasi
 Keputihan

Jenis-jenis IUD dalam Program KB Nasional:


 Lippes Loop (A, B, C dan D)
 Copper T (220 dan 380 Ag)
 Multi Load (Mini, Short dan Standard)

Gambar 16. IUD

115
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Kunjungan Ulang:
 Pemakai harus datang ke klinik dalam 1-6 minggu untuk pengecekan.
 Jika ada keluhan atau masalah, pemakai harus segera kembali ke klinik.

ALAT DAN BAHAN


1. IUD dan Inserter
2. sarung tangan
3. kain steril (duk) bolong
4. spekulum
5. tenakulum (cunam peluru)
6. pinset
7. klem
8. sonde rahim
9. gunting

PROSEDUR PELAKSANAAN
Persiapan:
 Periksalah apakah alat – alat sudah disiapkan dengan lengkap dan sudah disterilkan
 Memberi salam dan anamnesis seperlunya
Ada dua cara pemasangan atau insersi IUD, yaitu cara dorong dan cara tarik.
Cara dorong digunakan untuk IUD Lippes Loop, sedangkan cara tarik digunakan
untuk IUD Copper-T.

TEKNIK PEMASANGAN IUD LIPPES LOOP (CARA DORONG)

 Akseptor dipersilahkan berbaring dengan posisi litotomi, tangan ada di


samping badan atau di atas kepala agar kedudukannya lebih santai dan otot
tidak tegang
 Untuk mensterilkan daerah vulva dan sekitarnya, dilakukan aseptik dengan
bahan – bahan desinfektan. Agar tidak mudah terkena kontaminasi dari kulit di
sekitar alat genitalia pada saat pemasangan IUD, maka dipasang duk (kain)
steril yang berlubang
116
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 Spekulum yang ukurannya sesuai dipasang secara hati-hati pada vagina,


sampai porsio dapat terlihat dengan jelas. Sekali lagi diamati apakah ada
kelainan pada porsio dan vagina yang merupakan kontraindikasi pemasangan
IUD. Rongga vagina dan permukaan porsio dibersihkan dibersihkan dengan
bahan desinfektan.
 Dengan hati-hati porsio bagian depan dijepit dengan tenakulum, agar porsio
dapat terfiksasi. Dilakukan sondase rongga rahim dengan sonde rahim,
perhatikan kelengkungan sonde terhadap posisi dan kedudukan uterus (ante
atau retrofleksi). Tujuan melakukan sondase adalah mengetahui arah serta
panjang rongga rahim, sehingga dapat menentukan ukuran IUD yang harus
dipasang dan kedudukan elips penghenti pada inserter.
IUD Lippes Loop yang berbentuk seperti spiral, direndam lebih dahulu dalam
bahan desinfektan (biasanya larutan yodium). IUD diregangkan sehingga
hampir lurus dan dimasukkan ke dalam inserter dari ujung yang menghadap
pasien. Secara perlahan, IUD dalam inserter didorong sedemikian rupa
sehingga benang IUD keseluruhannya masuk ke dalam inserter dan ujung IUD
mencapai tepat sejajar dengan ujung inserter yang menghadap ke arah
pasien.
Tangan kiri pemasang memegang pegangan tenakulum. Tabung inserter
yang didalamnya sudah ada IUD dan pendorong Inserter secara halus
dimasukkan ke dalam rongga rahim melalui orifisium uteri eksternum dengan
tangan kanan sampai melalui kanalis servikalis (tidak sampoai fundus). Dengan
hati-hati IUD didorong
dengan pendorong inserter dan secara bersamaan tabung inserter ditarik
perlahan keluar rongga rahim.
 Tenakulum dilepas, dan diperiksa apakah bekas jepitan pada porsio
mengeluarkan darah. Darah yang keluar dari luka bekas jepitan dan keluar
dari orifisium uteri eksternum dibersihkan dengan kasa kering. Benang IUD
yang terlalu panjang dipotong dengan gunting, sehingga benang yang
tertinggal terjulur dari orifisium uteri eksternum sampai kira-kira 2 atau 3 cm
dari introitus vagina. Dengan bahan desinfektan dilakukan desinfeksi pada
daerah orifisium uteri eksternum dan luka bekas tenakulum.
 Spekulum dilepas dan sebelum mengakhiri pemasangan, dilakukan
117
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

pemeriksaan colok vagina untuk memastikan bahwa seluruh IUD sudah masuk
ke dalam rongga rahim sehingga ujung IUD tidak teraba lagi, serta untuk
menempatkan benang IUD pada forniks anterior vagina agar tidak
memberikan keluhan pada suami saat koitus.
 Setelah selesai pemasangan ditanyakan pada akseptor, apakah cukup
nyaman dan tidak merasa pusing atau sakit perut yang berlebihan. Awasi juga
keadaan umum akseptor sesudah pemasangan IUD

TEKNIK PEMASANGAN IUD COPPER-T (CARA TARIK)

 Akseptor dipersilahkan berbaring dengan posisi litotomi, tangan ada di


samping badan atau di atas kepala agar kedudukannya lebih santai dan otot
tidak tegang
 Untuk mensterilkan daerah vulva dan sekitarnya, dilakukan aseptik dengan
bahan – bahan desinfektan. Agar tidak mudah terkena kontaminasi dari kulit di
sekitar alat genitalia pada saat pemasangan IUD, maka dipasang duk (kain)
steril yang berlubang
 Spekulum yang ukurannya sesuai dipasang secara hati-hati pada vagina,
sampai porsio dapat ditampakkan dengan jelas. Sekali lagi diamati apakah ada
kelainan pada porsio dan vagina yang merupakan kontra indikasi pemasangan
IUD. Rongga vagina dan permukaan porsio dibersihkan dibersihkan dengan
bahan desinfektan.
Dengan hati-hati porsio bagian depan dijepit dengan tenakulum, agar porsio
dapat terfiksasi. Dilakukan sondase rongga rahim dengan sonde rahim,
perhatikan kelengkungan sonde terhadap posisi dan kedudukan uterus (ante
atao retrofleksi). Tujuan melakukan sondase adalah mengetahui arah serta
panjang rongga rahim, sehingga dapat menentukan ukuran IUD yang harus
dipasang dan kedudukan elips penghenti pada inserter.
 Setelah kemasan dibuka, bagian sayap dari IUD Cu-T dilipat ke arah
pangkalnya dan ikut dimasukkan ke dalam inserter. Cu-T yang terlipat ini harus
sesegera mungkin dipasangkan pada akseptor, agar kedudukannya tidak
menetap (terlipat). Lebih dianjurkan agar pelipatan ini dilakukan pada saat
118
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

masih ada dalam kemasan atau kemasan belum dibuka, sehingga lebih
menjamin sterilitasnya.
 Tangan kiri pemasang memegang pegangan tenakulum. Tabung inserter yang
didalamnya sudah ada IUD dan pendorong inserter secara halus dimasukkan ke
dalam rongga rahim melalui orifisium uteri eksternum dengan tangan kanan.
Pada waktu memasukkan inserter dengan IUD di dalamnya, harus sampai
elips penghenti tertahan oleh serviks uteri, sehingga ujung inserter telah
mencapai fundus. Dengan menahan pendorong inserter, maka IUD dapat
dipasang dan tertinggal di dalam kavum uteri.
 Tenakulum dilepas, dan diperiksa apakah bekas jepitan pada porsio
mengeluarkan darah. Darah yang keluar dari luka bekas jepitan dan keluar
dari orifisium uteri eksternum dibersihkan dengan kasa kering. Benang IUD
yang terlalu panjang dipotong dengan gunting, sehingga benang yang
tertinggal terjulur dari orifisium uteri eksternum sampai kira-kira 2 atau 3 cm
dari introitus vagins. Dengan bahan desinfektan dilakukan desinfeksi pada
daerah orifisium uteri eksternum dan luka bekas tenakulum.
 Spekulum dilepas dan sebelum mengakhiri pemasangan, dilakukan
pemeriksaan colok vagina untuk memastikan bahwa seluruh IUD sudah masuk
ke dalam rongga rahim sehingga ujung IUD tidak teraba lagi, serta untuk
menempatkan benang IUD pada forniks anterior vagina agar tidak
memberikan keluhan pada suami saat koitus.
 Setelah selesai pemasangan ditanyakan pada akseptor, apakah cukup
nyaman dan tidak merasa pusing atau sakit perut yang berlebihan. Awasi juga
keadaan umum akseptor sesudah pemasangan IUD.

TINDAK LANJUT PEMASANGAN


 Akseptor diminta untuk datang kembali ke klinik untuk diperiksa pada 1
minggu, 1 bulan dan 3 bulan setelah pemasangan serta sedikitnya tiap 6 bulan
sesudahnya. Tindak lanjut ini digunakan untuk mengetahui apakah adad keluhan
dari akseptor, ada tidaknya efek samping, ada tidaknya kegagalan
(kehamilan), dan tentu saja untuk mengetahui apakah IUD masih terpasang
dengan baik.
 Salah satu cara untuk mengetahui apakah IUD masih terpasang adalah
119
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

dengan mengajar akseptor melakukan pemeriksaan terhadap dirinya sendiri.


Akseptor diajar untuk memeriksa IUD sendiri dengan cara membasuh tangan
kemudian memasukkan jari tangannya ke vagina hingga mencapai serviks
uteri, dan meraba apakah benang IUDnya masih bisa diraba, tetapi
dianjurkan agar tidak menarik benang IUD tertsebut. Apabila benang tidak
teraba, akseptor diminta untuk tidak melakukan koitus dan segera datang ke
klinik.

TEKNIK PENCABUTAN IUD

 Akseptor dipersilahkan berbaring dengan posisi litotomi, tangan ada di


samping badan atau di atas kepala agar kedudukannya lebih santai dan otot
tidak tegang
 Untuk mensterilkan daerah vulva dan sekitarnya, dilakukan aseptik dengan
bahan – bahan desinfektan. Agar tidak mudah terkena kontaminasi dari kulit di
sekitar alat genitalia pada saat pemasangan IUD, maka dipasang duk (kain)
steril yang berlubang
 Sesudah spekulum dipasang dan rongga vagina dibersihkan sehingga serviks
uteri dan benang IUD tampak jelas, maka benang IUD dijepit dengan klem.
Pada waktu mencabut, benang harus ditarik perlahan-lahan. Pencabutan yang
terlalu kasar atau tergesa-gesa akan berakibat putusnya benang IUD. Lebih
bijaksana pencabutan dilakukan dengan menegangkan benang IUD, dan IUD
akan tercabut dengan sendirinya.
 Apabila benang IUD tidak tampak, benang putus atau pada waktu pencabutan
dirasakan tarikan berat, hendaknya akseptor dikirimkan kepada dokter yang
berwenang menanganinya lebih lanjut dengan surat rujukan.

REFERENSI
Soeprono, Bharoto W. Keterampilan Terapi Pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim. Laboratorium Obstetri-Ginekologi. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM;

120
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

2001.
Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2009.
Cunningham FG, Lenevo KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, dkk.

Williams Obstetircs. 24th Ed. USA: McGraw-Hill Education; 2014.

121
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Lesson Plan

NO KEGIATAN WAKTU
1  Instruktur memperkenalkan diri 5 menit
 Mengenal nama mahasiswa
 Menjelaskan tujuan latihan
2  Menilai persiapan mahasiswa mengenai topik 5 menit
keterampilan yang akan dipelajari

 Meminta salah seorang mahasiswa untuk mencoba


melakukan pemasangan dan pelepasan IUD
3  Meminta mahasiswa untuk refleksi 15 menit
 Meminta mahasiswa lain untuk memberikan feedback
 Instruktur memberikan feedback
 Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
4 mencoba secara bergantian kemudian memberikan 70 menit
feedback
 Instruktur mengobservasi dan memberikan feedback
pada masing-masing mahasiswa
5 Penutup 5 menit

122
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Langkah kerja
Pemasangan AKDR dengan Model Panggul (IUD)

No Aspek yang Nilai


dinilai
YA TIDAK
1 Memeriksa alat dan bahan yang diperlukan, termasuk
menyalakan lampu.
2 Simulasi memberi salam dan melakukan anamnesis
seperlunya (pastikan tidak ada masalah kondisi
kesehatan sebagai pemakai AKDR)

3 Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kencingnya


dan
membersihkan area genitalia dengan air bersih dan
sabun.
4 Simulasi mencuci kedua tangan dengan desinfektan,
termasuk
melepas cincin, jam dsb.
5 Memasang sarung tangan secara aseptic.
6 Atur peralatan dan bahan yang akan dipakai dalam wadah
steril (DTT)
7 Menutup daerah genital dengan kain lubang steril.
8 Melakukan simulasi teknik aseptik vulva dengan
sekitarnya secara legaartis.
4 Simulasi mencuci kedua tangan dengan desinfektan,
termasuk
melepas cincin, jam dsb.
8 Melakukan simulasi teknik aseptik vulva dengan
sekitarnya secara legaartis.
9 Lakukan pemeriksaan pada genitalia ekterna
10 Lakukan pemeriksaan bimanual
11 Buka dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin
0.5%
12 Buka dan ganti sarung tangan yang baru
13 Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
14 Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2
sampai 3 kali
15 Jepit serviks dengan tenakulum secara hati hati
16 Masukkan sondase uteri dengan teknik “ tidak menyentuh”
17 Tentukan kedalaman cavum uteri pada tabung dan
keluarkan sonde
18 Geser biru tabung inserter sesuai hasil pengukuran
kedalaman uterus, kemudian buka seluruh plastik penutup

123
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

kemasan

19 Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan


satu tangan
20 Pasang AKDR dengan teknik withdrawal
21 Keluarkan pendorong kemudian tabung inserter didorong
kembali ke serviks sampai leher biru menyentuh serviks
atau terasa tahanan
22 Gunting benang AKDR kurang lebih 3 – 4 cm
23 Melakukan simulasi pelepasan tenakulum.
24 Simulasi mengusap porsio dengan desinfektan.
25 Melepaskan spekulum dan meletakkan pada tempatnya.
26 Rendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5%
27 Buang bahan yang sudah tidak dipakai dan buka sarung
tangan serta rendam dalam larutan klorin 0,5%
28 Amati klien selama 15 menit sebelum pulang dan berikan
edukasi tentang AKDR
29 Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien

Pencabutan AKDR dengan Model Panggul (IUD)


No Aspek yang Nilai
dinilai Ya Tidak
1 Memeriksa alat dan bahan yang diperlukan, termasuk
menyalakan lampu.
2 Simulasi memberi salam dan melakukan anamnesis
seperlunya.
3 Membetulkan posisi ginekologi klien (model).
4 Simulasi mencuci kedua tangan dengan desinfektan,
termasuk melepas cincin, jam dsb.
5 Memasang sarung tangan secara aseptik
6 Melakukan simulasi teknis aseptik vulva dengan sekitarnya
secara legeartis.
7 Menutup daerah genital dengan kain lubang steril.
8 Memilih spekulum dengan mengatur sekrupnya.
9 Memasang spekulum dengan tangan kanan.
10 Menampilkan serviks dengan membuka spekulum.
11 Mengunci kedudukan spekulum.
12 Simulasi membersihkan disinfektan. Rongga vagina
dengan desinfektan.

124
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

13 Menampilkan benang dengan pean.


14 Menarik benang dan mencabut AKDR secara perlahan-
lahan.
15 Meletakkan AKDR ditempatnya.
16 Melaporkan keadaan serviks dan AKDR.
17 Melepaskan spekulum dan meletakkan pada tempatnya.
18 Simulasi membuka sarung tangan dan mencuci tangan

125
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

KETERAMPILAN PEMASANGAN IMPLAN

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menjalani praktikum kontrasepsi susuk (implant) mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan jenis-jenis implant
2. Menjelaskan indikasi dan kontra indikasi pemasangan implant
3. Melakukan konseling kontrasepsi susuk (implant)
4. Melakukan pemasangan implant 2 kapsul dengan baik dan benar
5. Mencabut implant 2 kapsul dengan baik dan benar

PENDAHULUAN
Susuk (implant) merupakan kontrasepsi jangka panjang. Saat ini ada dua jenis
kontrasepsi susuk (implant), yaitu :
1. Susuk Norplan.
Kontrasepsi ini terdiri dari 2 batang kapsul kecil yang fleksibel dibuat dari bahan
silastik berisi levonorgestrel (LNG) yaitu suatu progestin sintetik dengan panjang
3,4 cm dan diameter 2,4 mm. Metode ini memiliki masa kerja sampai 5 tahun
2. Susuk Implanon
Kontrasepsi ini hanya terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40 mm dan diameter 2 mm yang telah dipersiapkan dalam suatu jarum terpasang
pada inserter khusus berbentuk semprit dispossible dalam kemasan steril kantong
aluminium. Implanon berisi progestin 3-keto-desogestrel (3-keto-DSG).
Pemasangan implanon merupakan penyuntikan subkutan biasa yang bisa
dilakukan tanpa anestesi local. Metode ini bisa efektif sampai 3 tahun. Pada modul
ini hanya akan dibahas tentang susuk Norplan.

Mekanisme Kerja
Kehamilan dicegah melalui kombinasi beberapa mekanisme. Dua diantaranya yang
paling utama ialah
 Membuat lendir serviks menjadi kental untuk mencegah penetrasi sperma.
 Menghambat ovulasi sekitar 50% siklus haid
Mekanisme lainnya yang dapat menambah efek kontrasepsi antara lain :

126
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 Menekan pertumbuhan endometrium (hipoplasia)


 Mengurangi produksi progesterone alami dari ovarium selama fase pasca ovulasi
(luteal) dalam siklus tersebut dimana terjadi ovulasi.
Pengaruh pada lendir serviks
Pengaruh kontrasepsi yang paling penting dari LNG dalam implan adalah perubahan
yang terjadi pada komposisi lendir serviks walaupun siklus haid perempuan tersebut
teratur. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dalam 24 sampai 48 jam setelah
pemasangan, lendir serviks menjadi kental, jumlahnya berkurang sehingga mencegah
penetrasi sperma.
Pengaruh pada ovulasi
Sejumlah kecil LNG yang dilepas secara terus-menerus dari kapsul bekerja pada
daerah tertentu di otak (hipotalamus dan kelenjar hipofise anterior) untuk :
 Menurunkan sekresi FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing
Hormone).
 Menghambat (mengurangi) sentakan gelombahng (surge) LH pada pertengahan
siklus Dengan demikian pada pemakaian implan mekanismenya adalah mencegah
ovulasi (tidak terjadi LH surge), atau bila terjadi ovulasi kadar progesterone akan
berkurang .
Pengaruh pada endometrium
Levonorgestrel dan progestin sintetik lainnya menghambat reseptor progesterone
(protein khusus didalam sel endometrium yang mengikat progesterone). Mekanisme
kerja ini menyebabkan sel endometrium yang melapisi kavum uteri menjadi lebih
sedikit, kelenjar menjadi lebih kecil dengan fungsi yang sangat berkurang (aktivitas
sekresi menurun). Hal ini menambah efek dari LNG, sehingga mengurangi
kemungkinan keberhasilan implantasi dan ini merupakan efek sekunder yang penting
pada pemakaian implan

Efektivitas
Norplant merupakan salah satu metode kontrasepsi reversible yang sangat efektif.
Walaupun disadari bahwa tidak ada satupun metoda kontrasepsi yang memiliki hasil
guna 100%, namun rentang angka kehamilan rata-rata per tahun pada penggunaan
norplant ternyata tidak lebih dari 1%.
Pulihnya kesuburan setelah pencabutan implant hanya memerlukan waktu beberapa

127
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

hari saja, dimana kadar LNG serum akan segera menghilang. Tidak ditemukan efek
jangka panjang penggunaan implant bagi kesuburan perempuan tanpa memandang
umur ataupun paritas (perempuan muda yang belum pernah hamil dapat dengan aman
menggunakan metode ini).

Efek samping
Pada pengguna susuk (implant) dapat terjadi perubahan pola daur haid, perubahan-
perubahan tersebut dapat berupa :
 Masa haid memanjang (terutama sering dijumpai pada bulan pertama penggunaan)
 Perdarahan bercak di antara 2 siklus
 Amenorea beberapa bulan, dan pada beberapa klien dapat berlangsung dalam
skala tahunan
 Kombinasi dari pola diatas
Efek samping lain yang jarang terjadi dapat berupa sefalgia, perubahan berat badan
dan gangguan depresi.

Keuntungan pemakaian norplant


 Daya guna tinggi
 Awitan kerja sangat cepat (< 24 jam)
 Pemulihan kesuburan cepat setelah pencabutan
 Perlindungan jangka panjang (5 tahun)
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
 Tidak mengandung zat aktif berisiko (bebas estrogen)
 Tidak mengganggu kegiatan sanggama
 Cara penggunaan mudah
 Ekonomis
 Proses penggunaannya mudah (setelah insersi hanya membutuhkan kunjungan
follow up dan datang kembali saat pencabutan)
 Tingkat proteksi berkesinambungan
 Reversibel
 Tidak mengganggu aktivitas keseharian
 Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan

128
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

 Tidak mempengaruhi laktasi


 Mengurangi dismenorea
 Mengurangi anemia
 Menurunkan angka kejadian adenokarsinoma endometrii
 Menurunkan angka kejadian tumor jinak payudara
 Mencegah terjadinya kehamilan ektopik

Kerugian norplant :
 Tidak memberikan proteksi terhadap penyakit menular seksual termasuk AIDS
 Membutuhkan tindakan bedah minor saat insersi dan pencabutan
 Ketergantungan akseptor kepada dokter untuk pemasangan dan pencabutan
 Dapat mempengaruhi berat badan
 Memiliki risiko seperti tindakan bedah minor lainnya (infeksi, hematoma, dan
perdarahan
 Secara kosmetik susuk dapat terlihat dari luar
 Pada beberapa klien dapat terjadi perubahan pola haid
 Pada beberapa klien timbul keluhan-keluhan nyeri, sefalgia, jerawat, hirsutism
 Tidak memberikan jaminan pencegahan terhadap terbentuknya kista ovarium
bagi perempuan yang pernah menderita kista ovarium.

Indikasi Pemakaian Norplant


Akseptor KB yang :
1. Memilih atau menghendaki kontrasepsi yang tidak perlu dipakai setiap hari atau
tidak dipakai setiap hendak sanggama.
2. Menghendaki penjarangan kehamilan
3. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
4. Memilih untuk tidak memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
5. Menginginkan metode kontrasepsi hormonal, tetapi tidak dapat memakai pil
kombinasi karena alasan : perokok aktif, usia lebih dari 35 tahun, mempunyai
riwayat klinis timbulnya bekuan darah intravaskular, mengidap hipertensi.

Pada beberapa klien perlu mendapatkan perhatian khusus (kontra indikasi relatif) :
1. Dugaan terhadap adanya kehamilan

129
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

2. Sedang mengidap penyakit tromboembolik


3. Sedang mengalami perdarahan pervaginam yang belum terdiagnosis
4. Benjolan atau kanker payudara
5. Diabetes Mellitus
6. Hipertensi
7. Sakit kepala atau migren karena kelainan vascular
8. Epilepsi
9. Tuberkulosis
10. Depresi
11. Perokok
12. Perempuan yang tidak dapat menerima keadaan amenorea

C.ALAT DAN BAHAN

1. Meja periksa untuk klien berbaring


2. Alat penyangga lengan
3. Batang Norplant (2 buah) dalam kantong steril
4. Duk steril
5. Mangkok tempat meletakkan norplant
6. Handscoen steril
7. Sabun cuci tangan
8. Larutan antiseptik (povidon iodine, lengkap dengan cawan/mangkok)
9. Zat anestesi local (konsentrasi 1% tanpa epinefrin)
10. Spuit 5 ml
11. Trokar #10 dan mandrin
12. Skalpel # 11 atau # 15
13. Kasa pembalut, bandaid, atau plester
14. Kasa steril dan pembalut
15. Epinefrin untuk keperluan darurat (renjatan anafilaktik)
16. Klem penjepit atau forseps mosquito
17. Bak/tempat instrumen
18. Tempat sampah kering

130
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

19. Tempat sampah medis


20. Ember berisi larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi instrumen yang selesai
digunakan.

D.PROSEDUR TINDAKAN

Pemasangan Implant
1. Konseling pra pemasangan, jelaskan hal-hal yang perlu diketahui klien tentang
norplant (indikasi, perhatian khusus, keuntungan dan kerugiannya).
2. Pastikan bahwa klien telah yakin dengan pilihannya untuk menggunakan KB
norplant.
3. Pemasangan kapsul implant
 Persiapan
a. Minta klien mencuci lengannya sebersih mungkin dengan sabun dan air,
dan membilasnya sehingga tidak ada sisa sabun.
b. Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas
c. Beri tanda pada tempat pemasangan
d. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau DTT dan keenam kapsul implant
sudah tersedia
 Tindakan pra pemasangan
a. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih
b. Pakai sarung tangan steril atau DTT
c. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik
d. Pasang duk steril atau DTT disekeliling lengan klien
 Pemasangan kapsul implant
a. Suntikkan anestesi lokal tepat dibawah kulit (subkutan) sampai kulit sedikit
menggelembung
b. Teruskan penusukan jarum kurang lebih 4 cm dan suntikkan masing-
masing 1 cc diantara pola pemasangan nomor 1 dan 2, 3 dan 4, 5 dan 6.
c. Uji efek anestesinya sebelum melakukan insisi pada kulit
d. Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan scalpel (alternatif lain tusukkan
trokar langsung ke lapisan dibawah kulit)
e. Sambil mengungkit kulit, masukkan terus trokar dan pendorongnya sampai
batas tanda 1 (pada pangkal trokar) tepat pada luka insisi.

131
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

f. Keluarkan pendorong dan masukkan kapsul kedalam trokar (dengan


tangan atau pinset)
g. Masukkan kembali pendorong dan tekan kapsul kearah ujung dari trokar
sampai terasa adanya tahanan.
h. Tahan pendorong ditempatnya dengan satu tangan, dan tarik trokar keluar
sampai mencapai pegangan pendorong.
i. Tarik trokar dan pendorongnya secara bersama-sama sampai batas tanda
2 terlihat pada luka insisi (jangan mengeluarkan trokar dari tempat insisi)
j. Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan masukkan kembali
trokar serta pendorongnya sampai tanda 1.
k. Jangan menarik ujung trokar dari tempat insisi sampai seluruh kapsul
sudah terpasang.
l. Raba kapsul utnuk memastikan keenam kapsul implant telah terpasang
dalam pola kipas.
m. Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh dari
insisi.
 Tindakan pasca pemasangan
a. Dekatkan ujung-ujung insisi dan tutup dengan band-aid.
b. Beri pembalut tekan untuk mencegah pendarahan dan mengurangi memar.
c. Taruh alat suntik ditempat terpisah dan letakkan semua peralatan dalam
larutan klorin untuk dikontaminasi.
d. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke tempatnya (kasa,
kapas, sarung tangan / alat suntik sekali pakai)
e. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam klorin .
f. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan kain
bersih.

Pencabutan Implant
1. Konseling pra pencabutan (alasan pencabutan, rencana klien pasca pencabutan)
2. Pencabutan kapsul implant
 Persiapan
a. Mintalah klien untuk mencuci seluruh lengan dan tangan dengan sabun dan
air yang mengalir. Pastikan tidak terdapat sisa sabun.

132
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

b. Mintalah klien berbaring dengan lengan yang diletakkan lurus atau sedikit
bengkok dan disangga dengan baik
c. Letakkan kain yang bersih dan kering dibawah lengan klien
d. Tentukan lokasi keenam kapsul dengan meraba. Untuk menentukan tempat
insisi, raba (tanpa sarung tangan ujung kapsul dekat lipatan siku. Bila tidak
dapat meraba kapsul, lihat lokasi pemasangan pada cacatan medik klien.
Beri tanda pada posisi setiap kapsul di lengan dengan menggunakan
spidol.
e. Siapkan alat-alat dengan selalu menjaga sterilitas.

 Tindakan pra pencabutan


a. Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain bersih
b. Pakai sarung tangan steril atau DTT.
c. Desinfeksi tempat pencabutan secara sentrifugal dengan kasa iodine.
d. Pasang duksteril pada daerah pencabutan, raba sekali lagi seluruh kapsul
untuk menentukan lokasinya.
e. Suntikkan obat anenstesi lokal dengan memasukkan jarum dibawah ujung
kapsul yang paling dekat dengan siku, kemudian masukkan sampai kurang
lebih sepertiga panjang kapsul pertama (1 cm ), trik jarum pelan-pelan
sambil menyuntikkan obat anastesi sebanyak 0,5 ml. Tanpa mencabut
jarum geser ujung jarum ke arah kapsul berikutnya, ulangi proses ini
sampai jarum keenam.

 Tindakan pencabutan dengan teknik “U”


a. Tentukan lokasi insisi pada kulit diantara kapsul 3 dan 4 lebih kurang 5 ml
di atas ujung kapsul dekat siku.
b. Lakukan pada lokasi yang telah ditentukan, gunakan scalpel untuk
membuat insisi kecil (4 mm) dengan arah memanjang.
c. Masukkan ujung klem pemegang susuk secara hati-hati melalui luka insisi.
d. Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi dengan jari telunjuk
sejajar panjang kapsul.
e. Masukkan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh kapsul, buka
klem dan jepit kapsul denga sudut yang tepat pada sumbu panang kapsul
lebih kurang 5 mm diatas ujung bawah kapsul. Setelah kapsul terjepit, tarik

133
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

ke arah insisi dan jatuhkan klem 1800 ke arah bahu klien.untuk


memaparkan ujung bawah kapsul.
f. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan
menggunakan kassa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul
sehingga mudah dicabut.Bila tidak bisa dengan kassa, boleh menggunakan
sisi tumpul scalpel.
g. Gunakan klem lain untuk menjepit kapsul yang sudah terpapar. Lepaskan
klem pemegang susuk dan cabut kapsul dengan pelan-pelan dan hati- hati.
Setelah kapsul dicabut, letakkan dalam mangkuk kecil berisi larutan klorin
0,5 % untuk dekontaminasi. Kapsul dapat dihitung dengan mudah dalam
mangkuk kecil untuk memastikan keenam kapsul sudah dicabut.
h. Pencabutan kapsul berikutnya adalah yang tampak paling mudah dicabut
dengan teknik yang sama seperti di atas.

 Tindakan pasca pencabutan


a. Bila klien tidak ingin memakai susuk lagi, bersihkan daerah sekitar insisi
denga kasa antiseptik. Gunakan klem mosquito untuk memegang kedua
tepi luka insisi selama lebih kurang 10 – 15 detik untuk mengurangi
perdarahan.
b. Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudian tutup dengan bandaid atau kasa
steril dan plester. Tutup daerah insisi dengan pembalut tekan mengelilingi
lengan untuk homeostasis dan mengurangi perdarahan di bawah kulit.
c. Taruh alat suntik ditempat terpisah dan letakkan semua peralatan dalam
larutan klorin untuk dikontaminasi.
d. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke tempatnya (kasa, kapas,
sarung tangan / alat suntik sekali pakai)
e. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam klorin .
f. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan kain
bersih.

REFERENSI
Sonalkar S, Schreiber CA, Barnhart KT. Contraception. Dalam: De Groot LJ,
Chrousos G, Dungan K, dkk, penyunting. Endotext [Internet]. South Dartmouth

134
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

(MA): MDText.com, Inc.; 2000-. Tersedia dari:


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279148/
JHPIEGO. Providing Contraceptive Implants Reference Manual Interim Version-
Updated to Reflect WHO Medical Eligibility Criteria. Baltimore: JHPIEGO Corporation;
2015.
Kemenkes RI. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta:
Kemenkes RI; 2014.

135
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

Lesson Plan

NO KEGIATAN WAKTU
1  Instruktur memperkenalkan diri 5 menit
 Mengenal nama mahasiswa
 Menjelaskan tujuan latihan
2  Menilai persiapan mahasiswa mengenai topik 5 menit
keterampilan yang akan dipelajari

 Meminta salah seorang mahasiswa untuk


mencoba melakukan Pemasangan dan
3 Pencabutan Implan 15 menit
 Meminta mahasiswa untuk refleksi
 Meminta mahasiswa lain untuk memberikan
feedback
 Instruktur memberikan feedback
 Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mencoba secara bergantian kemudian memberikan
4 feedback 70 menit
 Instruktur mengobservasi dan memberikan feedback
 pada masing-masing mahasiswa
5 Penutup 5menit

136
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

LEMBAR KERJA
KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING PEMASANGAN IMPLANT

NILAI
No LANGKAH/KEGIATAN
YA TIDAK
Tindakan prapemasangan
1 Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain
bersih
2 Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm diatas
lipat siku, dan gunakan pola dan spidol untuk menandai
tempat insisi yang
3 Pakai sarung tangan steril atau DTT*
4 Pasang duk steril dibawah lengan ibu
5 Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik
6 Pasang duk steril atau DTT disekeliling lengan klien
Pemasangan kapsul implant
7 Suntikkan anestesi lokal tepat dibawah kulit (subkutan)
sampai kulit sedikit menggelembung
8 Teruskan penusukan jarum kurang lebih 4 cm dan
suntikkan masing-masing 1 cc diantara pola pemasangan
nomor 1 dan 2, 3
9 Uji efek anestesinya sebelum melakukan insisi pada kulit
10 Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan skalpel (alternatif
lain tusukkan trokar langsung ke lapisan di bawah kulit)
11 Sambil mengungkit kulit, masukkan terus trokar dan
pendorongnya sampai batas tanda 1 (pada pangkal trokar)
tepat pada luka insisi.
12 Keluarkan pendorong dan masukkan kapsul kedalam
trokar (dengan tangan atau pinset)
13 Masukkan kembali pendorong dan tekan kapsul kearah
ujung dari trokar sampai terasa adanya tahanan.
14 Tahan pendorong ditempatnya dengan satu tangan, dan
tarik trokar keluar sampai mencapai pegangan pendorong.
15 Tarik trokar dan pendorongnya secara bersama-sama
sampai batas tanda 2 terlihat pada luka insisi (jangan
mengeluarkan trokar
16 Pemasangan kapsul berikutnya, pastikan ujung kapsul
terdekat kurang lebih 5mm dari tepi luka insisi.
17 Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan
masukkan kembali trokar serta pendorongnya sampai tanda
1.
18 Jangan menarik ujung trokar dari tempat insisi sampai
seluruh kapsul sudah terpasang.
19 Raba kapsul untuk memastikan kedua kapsul implant telah

137
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2021-2022

terpasang dalam pola kipas.


20 Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul
berada jauh dari insisi.
Tindakan pascapemasangan
21 Dekatkan ujung-ujung insisi dan tutup dengan band-aid.
22 Beri pembalut tekan untuk mencegah pendarahan dan
mengurangi
23 Bereskan alat dan edukasi ibu tentang luka dan kapan
kontrol
24 Buat catatan pada rekam medik tempat pemasangan, amati
klien kurang lebih 15-20 menit setelah pemasangan.

138

Anda mungkin juga menyukai