Anda di halaman 1dari 81

BUKU PETUNJUK

PRAKTIKUM BIOMEDIK
BLOK 7

LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIMUS
2019/2020
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM BIOMEDIK
BLOK 7

Penyusun
dr. Yanuarita Tursinawati, M.Si, Med
dr. Andra Novitasari, MPd
dr. Ika Dyah Kurniati, Msi.Med
dr. Kanti Ratnaningrum, MSc

Editor
dr. Kanti Ratnaningrum, MSc

Cetakan September2019

Laboratorium biomedik
Fakultas kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang
Jl. Kedungmundu Raya No.18, Kecaatan Tembalang
Semarang 50273

2
VISI
PROGRAM STUDI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIMUS

Menjadi program studi yang unggul dalam pendidikan


kedokteran dengan pendekatan Kedokteran Keluarga dan
kedokteran okupasi yang Islami, berbasis teknologi dan
berwawasan internasional pada tahun 2034

MISI
PROGRAM STUDI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIMUS

1. Menyelenggarakan pendidikan kedokteran yang unggul


berbasis Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) dan
Standar Kompetensi dan Karakter Dokter Muhammadiyah
(SKKDM).
2. Menyelenggarakan penelitian di bidang Kedokteran Dasar,
Kedokteran Klinik, Kedokteran Komunitas, dan Kedokteran
Islam guna mendukung pengembangan pendidikan
kedokteran dan kesehatan masyarakat.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat di bidang
kedokteran dan kesehatan masyarakat.
4. Mengembangkan dan memperkuat manajemen program
studi untuk mencapai kemandirian.
5. Mengembangkan dan menjalin kerjasama dengan pemangku
kepentingan melalui fakultas.

3
LEMBAR PENGESAHAN

Buku Petunjuk Praktikum Biomedik Blok 7 Program Studi


Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang ini telah disahkan pada
September 2019.

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT atas


karunia Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan Buku Petunjuk Praktikum Biomedik Blok 7.
Blok 7 terdiri dari 3 mata ajar praktikum yaitu patologi
klinik, parasitologi dan mikrobiologi. Praktikum patologi
klinik terdiri dari 2 kegiatan praktikum, mikrobiologi 2
praktikum, dan parasitologi 1 praktikum. Buku Petunjuk
Praktikum Biomedik Blok 7 diharapkan dapat digunakan
sebagai panduan untuk dosen pengampu praktikum
biomedik dan mahasiswa pada blok 7 yang akan
diselenggarakan pada semester gasal tahun ajaran 2019-
2020. Buku Petunjuk ini berisi ketentuan umum
laboratorium Biomedik topik dan materi, tata cara penilaian
dan referensi sumber pembelajaran.
Terimakasih sebesar besarnya kami sampaikan
kepada dosen, staf dan pihak-pihak yang berperan serta
dalam penyusunan buku petunjuk ini. Kami menyadari
masih banyak kekurangan dalam buku ini, oleh karena itu
tim penyusun sangat mengharapkan masukan untuk
kesempurnaan Buku Petunjuk Praktikum Biomedik ini.
Semoga buku ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat
dalam sistem pembelajaran FK UNIMUS, khususnya dosen
dan mahasiswa.
Semarang, September 2019

Tim Penyusun

5
AREA KOMPETENSI
Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri
atas profesionalitas yang luhur, mawas diri dan
pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan ditunjang
oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah
kedokteran, ketrampilan klinis, dan pengelolaan masalah
kesehatan. Praktikum biomedik yang dilaksanakan di FK
UNIMUS disesuaikan dengan area kompentensi seperti
tercantum pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(SKDI) tabel 1 berikut:

Tabel 1. Area kompetensi UKDI terkait pelaksanaan praktikum


biomedik FK UNIMUS
Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
6. Menerapkan mawas diri
7. Mempraktekkan belajar sepanjang hayat
8. Mengembangkan pengetahuan
Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
14. Menerapkan ilmu biomedik, ilmu humaniora, ilmu
kedokteran klinik, dan ilmu kesehatan
masyarakat/kedokteran pencegahan/kedokteran
komunitas yang terkini untuk mengelola masalah
kesehatan secara holistik dan komprehensif
Area Ketrampilan Klinis
6.3 Prinsip laboratorium dasar

6
6.4 Prinsip pemeriksaan penunjang lain
6.5 Prinsip ketrampilan terapeutik
Area Pengelolaan Masalah Kesehatan
b. Prinsip dasar berbagai pemeriksaan penunjang diagnostik
(laboratorium sederhana, USG, EKG, radiodiagnostik,
biopsy jaringan)

7
TATA TERTIB PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM
BIOMEDIK

Selama menjalankan kegiatan pembelajaran di


Laboratorium Biomedik, mahasiswa diwajibkan mengetahui
dan menaati peraturan berikut:
1. Mahasiswa dilarang memasuki ruangan praktikum sebelum
jam praktikum yang telah ditetapkan, kecuali ada keperluan
lain.
2. Mahasiswa wajib mengikuti keseluruhan proses kegiatan
pembelajaran Biomedik, yaitu mulai dari Kuliah Pengantar
Biomedik, Pretes, Tugas, Praktikum, Laporan akhir, Postes
hingga Ujian (100%). Kuliah Pengantar Biomedik, Tugas,
Praktikum, dan Laporan akhir merupakan prasyarat
mengikuti ujian.
3. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti Kuliah Pengantar
Biomedik, Praktikum dan Ujian sesuai dengan jadwalnya
dikarenakan alasan yang jelas, yaitu menjadi delegasi
kegiatan kampus, menikah atau ada keluarga yang menikah
(ayah, ibu, adik atau kakak kandung) atau terkena musibah
sebagai berikut: sakit/ kecelakaan yang menimbulkan
hendaya fisik, meninggalnya keluarga dekat akan
mendapatkan dispensasi (berupa boleh mengikuti remedi
pretes bagi yang tidak mengikuti Kuliah Pengantar
Biomedik dan boleh mengikuti praktikum pengganti (inhal)
dan ujian susulan bagi yang tidak mengikuti praktikum atau

8
ujian) dengan menunjukkan bukti yang kuat. Bukti yang
dimaksud adalah surat tugas dari institusi bagi mahasiswa
yang menjadi delegasi, surat keterangan dari orangtua, surat
keterangan sakit dari dokter ataupun pelayanan kesehatan
lainnya bagi mahasiswa yang sakit atau mengalami
kecelakaan, surat keterangan kematian. Bukti tersebut harus
ditunjukkan/diberikan kopinya kepada Bagian
Biomedik/dosen pengampu praktikum.
4. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum sesuai
dengan jadwalnya dikarenakan alasan lain selain poin
sebelumnya misalnya ketiduran, macet atau lupa, tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum dan ujian dan
wajib mengulang praktikum Biomedik mata kuliah tersebut
pada tahun berikutnya.
5. Mahasiswa diwajibkan datang tepat waktu. Apabila
terlambat lebih dari 15 menit setelah praktikum dimulai,
dan tanpa alasan yang dapat diterima dosen pengampu
(seperti ketiduran, lupa, mengerjakan tugas yang lain), maka
mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti praktikum dan
ujian dan wajib mengulang praktikum Biomedik mata kuliah
tersebut pada tahun berikutnya.
6. Mahasiswa yang ingin mengikuti inhal harus melapor
kepada Bagian Biomedik dan dosen pengampu dan
mengikuti praktikum inhal sesuai dengan jadwal yang
ditentukan.

9
7. Mahasiswa diharuskan memakai jas praktikum (dikancing
penuh) dan alat pelindung diri (APD) lainnya yang sesuai,
selama mengikuti kegiatan pembelajaran di Laboratorium
Biomedik.
8. Mahasiswa dilarang meninggalkan ruang praktikum tanpa
seizin dari dosen pengampu atau asisten, makan, minum,
mengobrol maupun membuat kegaduhan dalam bentuk
apapun selama mengikuti kegiatan pembelajaran di
Laboratorium Biomedik. Dosen pengampu berhak
memberikan hukuman jika ada hal yang mengganggu
jalannya praktikum.
9. Mahasiswa harus bersungguh-sungguh, cermat, hati-hati
serta bertingkah laku sopan & santun, selama mengikuti
kegiatan pembelajaran di Laboratorium Biomedik.
10. Meja dan alat praktikum harus bersih dan alat dikembalikan
ke tempatnya setelah selesai praktikum.
11. Jika mahasiswa memecahkan atau merusakkan alat
laboratorium dengan alasan apapun, maka diwajibkan
mengganti alat tersebut dalam waktu selambat-lambatnya
sebelum ujian berlangsung sebagai prasyarat mengikuti
ujian praktikum.
12. Peraturan tambahan akan diterangkan lebih lanjut oleh
masing-masing Laboratorium.

10
ALUR & TATA CARA KEGIATAN PRAKTIKUM BIOMEDIK

Kuliah
Pengantar
Biomedik

Praktikum

Pretes & Laporan Postes


Tugas

Praktikum
Inhal
Ujian

A. KULIAH PENGANTAR BIOMEDIK


1. Tujuan kuliah pengantar biomedik adalah memberikan
bekal materi yang akan dipraktikumkan untuk
membantu mahasiswa menghadapi proses
pembelajaran praktikum biomedik selanjutnya dan juga
untuk mensosialisasikan tata tertib atau peraturan
tambahan setiap laboratorium.
2. Kuliah pengantar berisi tata tertib dan rangkuman
semua topik praktikum dari setiap dosen pengampu
praktikum biomedik pada blok tersebut.
3. Kuliah pengantar dilakukan satu kali, dijadwalkan
sebelum jadwal praktikum dimulai dan wajib diikuti
oleh seluruh mahasiswa tanpa terkecuali.
4. Mahasiswa wajib mengikuti, menyimak dan fokus
mendengarkan penyampaian materi oleh dosen.

11
5. Mahasiswa tidak diperkenankan makan, berbicara, atau
membuat kegaduhan ketika dosen menyampaikan
materi.
6. Mahasiswa diperkenankan bertanya pada sesi tanya
jawab.
7. Kuliah pengantar ini merupakan bagian dari kegiatan
praktikum Biomedik, bagi mahasiswa yang tidak hadir
karena menjadi delegasi kegiatan kampus atau terkena
musibah sebagai berikut : sakit, kecelakaan yang
menimbulkan hendaya fisik, meninggalnya keluarga
dekat, wajib menghadap dan menunjukkan bukti yang
kuat untuk dapat diperbolehkan mengikuti remedi
pretes. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan
ini dikarenakan alasan lain selain diatas tidak
diperkenankan mengikuti pre-test ulang semua topik
praktikum terkait.

B. PRE-TEST
1. Tujuan pelaksanaan pre-test adalah untuk mengetahui
kesiapan mahasiswa mengikuti praktikum.
2. Pre-test diadakan setiap awal praktikum setelah
pembukaan praktikum oleh masing-masing dosen
pengampu.
3. Soal yang diujikan dapat berupa soal esai atau pilihan
ganda mengenai teori dasar, cara kerja, alat dan bahan
dan teori interpretasi hasil materi praktikum.

12
4. Nilai pre-test termasuk komponen penilaian. Nilai
minimal lulus adalah 70 (Skala 0-100). Jika nilai
dibawah nilai minimal lulus, maka mahasiswa dapat
mengulang pretest sebanyak satu kali, kecuali bagi
mahasiswa yang tidak mengikuti kuliah “Pengantar
Biomedik”.
5. Remedi pretes tidak dipungut biaya dan dijadwalkan di
kemudian hari.
6. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti pretes karena
alasan apapun akan mendapatkan nilai 0 dan
mendapatkan kesempatan mengulang pretest sebanyak
satu kali, kecuali bagi mahasiswa yang tidak mengikuti
kuliah “Pengantar Biomedik”.

C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Praktikum merupakan salah satu prasyarat mengikuti
ujian praktikum.
2. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum
sesuai dengan jadwalnya dikarenakan alasan yang jelas,
yaitu menjadi delegasi kegiatan kampus, menikah atau
ada keluarga yang menikah (ayah, ibu, adik atau kakak
kandung) atau terkena musibah sebagai berikut: sakit/
kecelakaan yang menimbulkan hendaya fisik,
meninggalnya keluarga dekat dapat mengikuti
praktikum kelompok lain dengan menunjukkan bukti
yang kuat jika masih ada materi praktikum yang sama.

13
Jika sudah tidak ada jadwal praktikum lain, maka
diwajibkan mengikuti inhal. Bukti tersebut harus
ditunjukkan/diberikan kopinya kepada dosen
pengampu praktikum untuk menentukan inhal tidaknya
mahasiswa tersebut.
3. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum
sesuai dengan jadwalnya dikarenakan alasan lain selain
poin sebelumnya tidak diperkenankan mengikuti
kegiatan praktikum dan ujian dan wajib mengulang
praktikum Biomedik mata kuliah tersebut pada tahun
berikutnya.
4. Mahasiswa wajib membuat tugas sebelum praktikum
sesuai dengan format yang telah ditentukan. Mahasiswa
yang tidak mengumpulkan tugas dengan alasan apapun
akan mendapatkan sanksi dari dosen pembimbing.
5. Setiap kelompok melakukan praktikum, sesuai cara
kerja dalam buku petunjuk praktikum.
6. Hasil praktikum ditunjukkan kepada pembimbing atau
didokumentasikan oleh mahasiswa.
7. Mahasiswa wajib mengesahkan laporan sementara
kepada pembimbing praktikum sebelum meninggalkan
laboratorium.
8. Mahasiswa wajib membuat dan mengumpulkan laporan
akhir dan penugasan sesuai dengan format yang
ditentukan masing-masing dosen pengampu setelah

14
mengikuti kegiatan praktikum setiap topik sebagai
prasyarat untuk dapat mengikuti ujian.

D. PRAKTIKUM INHAL
1. Praktikum inhal adalah praktikum pengganti yang
dilakukan jika mahasiswa tidak dapat mengikuti
praktikum sesuai dengan jadwal dengan alasan yang
jelas dan mampu menunjukkan buktinya. Praktikum
inhal merupakan prasyarat mengikuti ujian bagi
mahasiswa tersebut.
2. Praktikum inhal dikenakan biaya. Biaya akan ditentukan
kemudian.
3. Kesempatan inhal hanya diberikan sampai H-1 ujian
laboratorium pengampu dilaksanakan.
4. Bagi mahasiswa yang tidak inhal sampai dengan waktu
yang telah diberikan, wajib mengikuti kembali seluruh
kegiatan praktikum laboratorium pengampu pada tahun
berikutnya
5. Mahasiswa yang ingin mengikuti inhal diwajibkan
melapor/memberitahukan/mendaftar dan membayar
biaya ke bagian biomedik lantai 2 sebelum praktikum
inhal berlangsung.
6. Jadwal praktikum inhal akan ditentukan kemudian.
7. Mahasiswa yang mengikuti praktikum inhal tetap wajib
membuat dan mengumpulkan laporan sementara dan
laporan akhir.

15
E. LAPORAN & TUGAS
1. Laporan terdiri dari Laporan sementara dan laporan
akhir. Keduanya merupakan prasyarat mengikuti ujian.
2. Mahasiswa diwajibkan membuat laporan sementara
sesuai dengan format yang telah ditentukan.
Keterlambatan mengumpulkan atau ketidaksesuaian
format akan mempengaruhi penilaian.
3. Laporan akhir merupakan laporan yang dikumpulkan
setelah selesai mengikuti kegiatan praktikum atau
praktikum inhal. Setiap mahasiswa wajib membuat dan
mengumpulkan laporan akhir dan penugasan sesuai
dengan format yang ditentukan masing-masing dosen
pengampu sebagai salah satu prasyarat mengikuti ujian.
Jika tidak mengumpulkan laporan akhir, maka tidak
diperbolehkan ujian dan diwajibkan mengulangi
keseluruhan proses pembelajaran Biomedik tersebut di
tahun depan.
4. Laporan akhir praktikum di tulis tangan, memakai tinta
biru. Format detail mengenai penulisan laporan akhir
ditentukan dalam peraturan masing-masing
laboratorium
5. Jangka waktu pengumpulan laporan ditentukan masing-
masing dosen pengampu praktikum

16
F. POSTEST
1. Tujuan pelaksanaan postest adalah mengevaluasi
kegiatan praktikum dan mempersiapkan mahasiswa
untuk ujian praktikum.
2. Postes dilakukan satu kali setelah kegiatan praktikum
selesai dilakukan. Jadwal akan ditentukan kemudian
oleh masing-masing dosen pengampu praktikum.
3. Postes wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa tanpa
terkecuali. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti
postest dengan alasan apapun, akan tetap dianggap
hadir dan diberikan nilai 0.
4. Postes masuk dalam komponen penilaian. Tidak ada
batas lulus dalam postest dan tidak ada remidi atau
susulan.

G. UJIAN
1. Merupakan tahap evaluasi kegiatan pembelajaran
praktikum biomedik
2. Mahasiswa harus mengikuti kegiatan pembelajaran
100% untuk dapat mengikuti ujian praktikum.
3. Ujian ident/ujian praktikum dilaksanakan setelah
seluruh materi kegiatan praktikum selesai
dilaksanakan.
4. Ujian merupakan prasyarat mengikuti remedi
praktikum Biomedik.

17
5. Mahasiswa wajib datang 30 menit sebelum ujian
dimulai. Mahasiswa yang terlambat datang setelah ujian
dimulai tidak diperkenankan mengikuti ujian ident/
ujian praktikum.
6. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti ujian karena
alasan yang jelas, yaitu menjadi delegasi kegiatan
kampus, menikah atau ada keluarga yang menikah
(ayah, ibu, adik atau kakak kandung) atau terkena
musibah sebagai berikut: sakit/ kecelakaan yang
menimbulkan hendaya fisik, meninggalnya keluarga
dekat wajib menghadap dan mendapatkan izin
mengikuti ujian susulan dari dosen pengampu dengan
menunjukkan bukti yang kuat dan dengan
menyelesaikan semua prasyarat ujian sebelum hari H
ujian. Ujian susulan dilakukan bersamaan dengan ujian
remedi akhir semester.
7. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti ujian karena
alasan apapun selain yang sudah disebutkan pada poin
sebelumnya harus mengulang kegiatan praktikum
Biomedik Blok tersebut di tahun depan, kecuali bagi
mahasiswa yang telah menyelesaikan semua prasyarat
ujian pada periode tersebut.

18
SISTEM PENILAIAN

Komponen penilaian praktikum Biomedik terdapat


pada kegiatan Pretes, Praktikum, Laporan & tugas, Postes
dan Ujian dari setiap mata ajar praktikum. Penilaian dalam
biomedik terdiri dari:
1. Nilai harian mata ajar praktikum terdiri dari nilai pretes,
nilai perilaku, nilai laporan sementara/tugas sebelum
praktikum dan nilai keterampilan mahasiswa saat
praktikum. Nilai pre-test adalah nilai yang didapatkan dari
hasil penilaian secara tertulis mengenai materi kegiatan
praktikum. Nilai pre-test dinyatakan lulus apabila mencapai
angka minimal 70. Mahasiswa yang mendapatkan nilai di
bawah 70, diperbolehkan mengikuti remedi pre-test
sebanyak 1 (satu) kali. Nilai yang dipakai adalah nilai
terbaik dari kedua ujian pre-test (maksimal 70). Nilai
perilaku, nilai laporan sementara/tugas sebelum praktikum
dan nilai keterampilan mahasiswa saat praktikum akan
diberikan oleh masing-masing dosen pengampu mata ajar
terkait.
2. Nilai akhir mata ajar praktikum merupakan nilai gabungan
antara nilai laporan akhir tiap materi praktikum (15%), nilai
postes (15%) dan nilai ident/ujian praktikum (70%) suatu
mata ajar dalam satu blok tersebut. Nilai laporan akhir
adalah nilai rerata dari nilai laporan akhir semua materi
kegiatan praktikum. Nilai postes adalah rerata nilai hasil

19
postes semua topik/semua dosen pengampu. Nilai
ident/ujian praktikum adalah rerata nilai dari semua dosen
pengampu ujian ident/ujian praktikum.
3. Nilai akhir Biomedik adalah rerata dari seluruh akhir mata
ajar praktikum dalam satu blok. Dalam satu blok dapat
berjalan lebih dari satu mata ajar praktikum.

Nilai praktikum biomedik merupakan bagian dari nilai


blok. Nilai blok dinyatakan lulus apabila setiap komponen
nilai (kognitif CBT, tutorial, praktikum ketrampilan klinik,
dan praktikum biomedik) dinyatakan lulus. Batas minimal
kelulusan biomedik adalah 70, baik nilai akhir
Biomedik maupun nilai akhir mata ajar praktikum.
Apabila mahasiwa tidak lulus praktikum biomedik, dapat
mengulang pada saat ujian remidi akhir semester
(ganjil/genap) atau remidi khususdengan syarat mahasiswa
telah mengikuti ujian praktikum mata kuliah biomedik
tersebut. Remidi akhir semester adalah ujian remidi yang
dilaksanakan pada akhir semester ganjil atau genap (setelah
blok ketiga dalam semester tersebut selesai). Remidi khusus
adalah ujian remidi yang dilaksanakan pada akhir proses
pembelajaran S1 (akhir blok 21/semester 7). Ujian remidi
akhir semester dilaksanakan maksimal 1 kali.Ujian remedi
khusus dilaksanakan maksimal 1 kali dalam setiap periode
remedi. Pada remedi akhir semester ganjil (1,2,3,7,8,9 dst),
mahasiswa boleh mengambil remidi mata kuliah biomedik

20
yang pernah diambil sesuai dengan blok yang ada pada
semester ganjil. Pada remedi akhir semester genap
(4,5,6,10,11,12 dst), mahasiswa boleh mengambil remidi
mata kuliah biomedik yang pernah diambil sesuai dengan
blok yang ada pada semester genap. Pada remedi khusus,
mahasiswa boleh mengambil semua remidi mata kuliah
biomedik yang pernah diambil.
Mahasiswa yang tidak hadir pada saat ujian tanpa
alasan yang dapat diterima, secara otomatis akan mendapat
nilai 0 pada ujian tersebut. Apabila saat ujian mahasiswa ijin
dengan alasan yang dapat diterima serta membawa surat
ijin, maka diperbolehkan mengikuti ujian susulan dengan
menghubungi dosen pembimbing praktikum dan
laboratorium biomedik. Ujian susulan hanya diberikan
1(satu) kali dengan batasan waktu H-1 Rapat Yudisium.
Hal-hal lain yang belum tercantum dalam ketentuan ini
akan diatur kemudian sesuai kebijakan yang berlaku di
lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang.

21
FORMAT COVER LAPORAN AKHIR

LAPORAN
PRAKTIKUM (NAMA MATA AJAR)

(JUDUL TOPIK PRAKTIKUM)

Logo Unimus

Disusun oleh:
Nama Mahasiswa/NIM
Kelompok……

Pembimbing:
…………………

LABORATORIUM (NAMA MATA AJAR)


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018

22
DAFTAR ISI

Cover ……………………………………………………………………………. 1
TimPenyusun Biomedik…………………………………………………. 2
Visi dan Misi Program Studi FK UNIMUS ………………………… 3
Lembar Pengesahan………………………………………………………... 4
Kata Pengantar ……………………………………………………………… 5
Area dan level kompetensi……………………………………………… 6
Tata tertib Pelaksanaan …………………………………………………. 8
Alur dan Tata Cara Kegiatan Praktikum Biomedik ………….. 11
Sistem Penilaian ……………………………………………………………. 19
Format cover ………………………………………………………………… 23
Daftar Isi ………………………………………………………………………. 24

Patologi Klinik
Format Laporan Patologi Klinik ……………………………………… 25
Pengantar Patologi Klinik ………………………………………………. 27
P1 Pemeriksaan Hb, Ht, dan LED …………………………………….. 34
P2 Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit dan
Penentuan Golongan Darah ……………………………………….. 40

Mikrobiologi
P1 Sterilisasi, Pengenalan dan Pembuatan Media……………... 47
P2 Pengenalan Mikroba,Pengecatan Gram……………………..… 66

Parasitologi
P1. Identifikasi Telur Cacing ………………………………………… 76

Daftar Pustaka………………………………………………………………… 82

23
PATOLOGI KLINIK

24
FORMAT LAPORAN PATOLOGI KLINIK

I. LAPORAN SEMENTARA
Laporan sementara adalah laporan yang harus
diserahkan sebelum memasuki ruangan laboratorium.
Laporan sementara merupakan bagian dari nilai kegiatan
praktikum. Laporan sementara dikerjakan individual.
Laporan sementara ditulis tangan dalam kertas ukuran
A4. Format laporan sementara adalah :
1. Nama dan nomor mahasiswa
2. Judul Topik Praktikum
3. Tujuan praktikum
4. Alat dan bahan
5. Cara kerja (dalam bentuk skema/bagan/tabel)
6. Kemungkinan hasil pemeriksaan

II. LAPORAN AKHIR


Laporan akhir praktikum harus diserahkan
maksimal 1 (satu) minggu setelah percobaan praktikum
dilaksanakan. Keterlambatan mengikuti praktikum akan
mengakibatkan pengurangan sebesar maksimal 10 poin
nilai praktikum. Laporan akhir dikerjakan satu untuk
setiap mahasiswa/individu.
Urutan materi/ isi laporan praktikum akhir
praktikum biomedik adalah sebagai berikut (angka
dalam kurung menunjukkan nilai laporan) :
1. Judul acara praktikum (5)
Meliputi judul praktikum, logo unimus, golongan dan
kelompok praktikum, nama dan nomor mahasiswa
anggota kelompok, serta alamat tujuan laporan
diserahkan.
2. Tujuan praktikum (5)

25
3. Dasar teori
Tuliskan mengenai teori yang berhubungan dengan
materi praktikum (15)
4. Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum
(10)
5. Cara kerja (10)
6. Hasil pengamatan dan analisis data (15)
Meliputi hasil pengamatan (kualitatif dan kuantitatif).
Jika kuantitatif, sertakan perhitungan mengenai hasil
pengamatan.
7. Pembahasan (25)
Meliputi teori dasar, hasil, dan kesenjangan antara
hasil dengan teori dasar. Selain itu jelaskan singkat
mengenai manfaat hasil pada klinik, yang disesuaikan
dengan teori dasar materi praktikum
8. Kesimpulan (10)
9. Daftar pustaka (5)

26
PENGANTAR PATOLOGI KLINIK

Ilmu Patologi Klinik adalah ilmu kedokteran yang


mempelajari metode, teknik dan interpretasi hasil
pemeriksaan laboratorium terhadap berbagai sampel
biologis dari penderita (darah, urin, tinja, cairan tubuh, dll).
Tujuan pemeriksaan laboratorium patologi klinik antara lain:
a. Menunjang/menegakkan diagnosa
b. Menyingkirkan diagnosa
c. Pengelolaan penderita
d. Menentukan prognosis
e. Menentukan perjalanan penyakit dan pemeriksaan
penyaring

Komponen penting untuk praktikum patologi klinik


1. Metode : prinsip pemeriksaan
2. Teknik :prosedur/langkah-langkah/cara
kerja untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
3. Bahan / spesimen : bahan berasal dari mausia yang
akan diperiksa (urin, darah, tinja, cairan otak, sekret
vagina, sperma, dll)

Jenis Pemeriksaan Laboratorium


1. Rutin : untuk setiap pasien yang masuk rumah sakit
2. Lengkap : dilakukan dengan pertimbangan/
berdasarkan indikasi
a. Macam/jenis pemeriksaan lebih banyak
b. Informasi yang diperlukan lebih banyak
3. Cito : dibutuhkan segera, untuk segera dilakukan
sikap/tindakan terhadap pasien.

27
Suatu tes laboratorium yang ideal harus memenuhi
persyaratan teliti, tepat, sensitif, spesifik, dapat dilakukan
dalam waktu singkat, dan murah.
Peran dokter umum dalam pemeriksaan laboratorium antara
lain (1) meminta/memesan pemeriksaan pasien, (2)
memberi penerangan pada pasien (tentang tujuan dan
manfaat pemeriksaan laboratorium), (3) mempersiapkan
pasien dengan benar (tahap pra-analitik) dan mendapatkan
informed concern, dan (4) menjelaskan hasil pemeriksaan
laboratorium.
Dokter diharapkan dapat menginterpretasi hasil
pemeriksaan laboratorium, sehingga harus mengetahui:
1. Cara pemeriksaan laboratorium
2. Nilai normal / Nilai Rujukan
3. Mekanisme perubahan/patogenesis
4. Arah perubahan pada keadaan patologis (patofisiologis)
5. Limitasi teknik
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium (umur,jenis kelamin, makanan, dll)

Tahap Pemeriksaan Laboratorium


1. Tahap Pra Analitik
Meliputi persiapan pasien, penjelasan kepada penderita,
instruksi persiapan penderita, administrasi, sampling
(handling process)
2. Tahap Analitik
Meliputi pemeiksaan dan pengukuran
3. Tahap Pasca Analitik
Meliputi pencatatan (dokumentasi), pelaporan dan
pengiriman hasil

28
Pemeriksaan Darah

Terdapat beberapa macam sampel darah yang dapat


digunakan sebagai bahan pemeriksaan laboratorium
1. Darah Vena (pengambilan di fossa cubiti pada V. Mediana
cubiti)
2. Darah Arteri (lazim digunakan pada pemeriksaan analisis
gas darah/ AGD, biasanya diambil pada : A. Radialis, A.
Brachialis dan A. Femoralis)
3. Darah kapiler (dilakukan punksi kulit, biasanya pada
ujung jari ke II, III dan IV)

Untuk mendapatkan sampel plasma darah, maka darah utuh


yang diambil dari sampel harus diberi antikoagulan agar
tidak mengendap. Antikoagulan yang dapat digunakan antara
lain:
1. EDTA (ethylendiaminetetraacetat), tiap 1 mg
menghindarkan pembekuan 10 ml darah. EDTA sering
dipakai dalam bentuk larutan 10%.
2. Heparin (1 mg menghindarkan pembekuan 10 ml darah).
Heparin boleh dipakai sebagai larutan atau dalam bentuk
kering.
3. Natrium sitrat 3,8%. Dapat dipakai untuk beberapa
macam percobaan hemoragik dan untuk laju endap darah
cara westergen.
4. Double oxalat (amonium oxalat dan kalium oxalat)

Penampung darah untuk pemeriksaan Laboratorium


1. Tabung/botol bersih, kering, dansteril (untuk
kultur/biakan kuman)
2. Semprit/spuit
3. Tabung hampa/vacutainer (tabung vacum)

29
4. Tabung khusus: chemically clean (pemeriksaan timbale
atau besi)

Macam spesimen darah untuk pemeriksaan


1. Whole blood, adalah darah secara keseluruhan, tanpa
pemrosesan apapun, dapat diambil dari
kapiler(menggunakan teknik khusus), vena atau arteri.
2. Serum, adalah bagian darah yang bening setelah darah
vena dipisahkan dari sel-sel darah dengan cara
sentrifugasi
3. Plasma, adalah bagian darah yang bening setelah darah
diberi antikoagulan yang telah dipisahkan dari sel-sel
darah dengan cara sentrifugasi

Cara memperoleh darah untuk pemeriksaan hematologi


tergantung dari area pengambilan darah. Untuk pemeriksaan
hematologi biasanya dipakai darah kapiler atau darah vena.
Sediakanlah terlebih dulu semua alat yang diperlukan: pipet,
Hb-meter, semprit, jarum, botol penampung (wadah) darah,
kamar hitung, dsb. Tempat yang akan ditusuk harus bersih,
jika perlu cucilah dulu dengan air dan sabun.

A. Darah Kapiler
Pada orang dewasa pakailah ujung jari atau anak daun
telinga untuk mengambil darah kapiler, pada bayi dan
anak kecil boleh juga tumit atau ibu jari kaki. Tempat
yang dipilih itu tidak boleh yang memperlihatkan
gangguan peredaran darah seperti sianosis atau pucat.
Tata cara pengambilan adalah sebagai berikut:
1. Bersihkanlah tempat itu memakai alkohol 70% dan
biarkan sampai kering lagi.

30
2. Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak
bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri
berkurang.
3. Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada
jari tusuklah dengan arah tegak lurus pada garis-
garis sidik kulit jari, jangan sejajar dengan itu. Bila
memakai anak daun telinga tusuklah pinggirnya,
jangan sisinya. Tusukan harus cukup dalam supaya
darah mudah keluar. Tangan hendaknya sampai
menekan-nekan jari atau telinga itu untuk mendapat
cukup darah. Darah yang diperas ke luar semacam itu
telah bercampur dengan cairan jaringan sehingga
menjadi encer dan menyebabkan kesalahan.
4. Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan
memakai segumpal kapas kering. Tetes darah yang
berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.

B. Darah Vena
Biasanya pada orang dewasa dipakai salah satu vena
dalam fossa cubiti, pada bayi vena jugularis superficialis
dapat dipakai atau juga darah dari sinus sagitalis
superior.
1. Bersihkanlah tempat itu dengan alkohol 70% dan
biarkan sampai menjadi kering lagi.
2. Jika memakai vena dalam fossa cubiti, pasanglah
ikatan pembendung pada lengan atas dan mintalah
orang itu mengepal dan membuka tangannya berkali-
kali agar vena jelas terlihat. Pembendungan vena
tidak perlu dengan ikatan erat-erat, bahkan
sebaiknya hanya cukup erat untuk memperlihatkan
dan agak menonjolkan vena.

31
3. Tegangkanlah kulit di atas vena itu dengan jari-jari
tangan kiri supaya vena tidak dapat bergerak.
4. Tusuklah kulit dengan jarum dan semprit dalam
tangan kanan sampai ujung jarum masuk ke dalam
lumen vena.
5. Lepaskan atau renggangkan pembendungan dan
perlahan-lahanlah tarik pengisap semprit sampai
jumlah darah yang dikehendaki didapat.
6. Lepaskan pembendungan jika masih terpasang.
7. Taruhlah kapas di atas jarum dan cabutlah semprit
dan jarum itu.
8. Mintalah kepada orang yang darahnya diambil
supaya tempat tusukan itu ditekan selama beberapa
menit dengan kapas tadi.
9. Angkatlah jarum dari semprit dan alirkanlah (jangan
semprotkan) darah ke dalam wadah atau tabung
yang tersedia melalui dinding.

32
PRAKTIKUM 1
Pemeriksaaan Hemoglobin, Hematokrit, dan Laju Endap
Darah

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan
hemoglobin, hematokrit mikro dan LED metode
Westergreen.
2. Mahasiswa dapat menginterprestasikan hasil secara
klinis dari pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan
LED

B. Dasar Teori
Hemoglobin (Hb) adalah komponen sel darah
merah yang berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh
tubuh. Jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan
oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar
proses metabolisme. Haemoglobin adalah molekul
protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai
media transport oksigen dari paru-paru. Kandungan zat
besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah
berwarna merah. Di antara metode yang paling sering
digunakan di laboratorium dan paling sederhana adalah
metode Sahli, dan yang lebih canggih adalah metode
sianmethemoglobin, pemeriksaan Hb elektrik.
Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan
HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen
yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang
segera bereaksi dengan ion CI membentuk
ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin
yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini

33
dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata
telanjang).
Hematokrit adalah volume eritrosit yang
dipisahkan dari plasma dan dimampatkan dengan cara
sentrifugasi dalam waktu dan kecepatan tertentu yang
dinyatakan dalam persen. Hematokrit dapat diukur
dengan cara makro dengan tabung wintrobe dan mikro
dengan tabung kapiler menggunakan darah kapiler.
Pemeriksaan LED merupakan salah satu
pemeriksaan darah rutin selain pemeriksaan Hb, jumlah
lekosit dan hitung jenis lekosit. LED diukur dengan cara
memasukkan darah sampel ke dalam tabung khusus
secara vertikel selama 1 jam. Semakin banyak sel darah
merah yang mengendap maka makin tinggi LED.
Pemeriksaan LED ada 2 cara yakni wintrobe dan
westergreen namun oleh International Commitee for
Standardization in Hematology (ICSH) lebih
merekomendasikan metode westergreen.

C. Alat dan Bahan


1. Pemeriksaan Hb : darah vena, hemometer, larutan HCl
0,1 N, pipet,aquadest, tabung reaksi, mikropipiet 20 ul,
pipet ukur 5ml, photometer 4010, dan larutan Drabkin.
2. Pemeriksaan hematokrit mikro, : darah vena, Lancet,
pipa kapiler yang telah dibilas antikoagulan, plastik
compund, sentrifuse mikrohematokrit, haematocrite
reader.
3. Pemeriksaan LED metode Westergreen : darah EDTA,
tabung reaksi, pipet ukur 1 ml, pipet ukur 5 ml, tabung
Westergren, rak Westergren, dan antikoagulan NaCitrat
3,8%.

34
D. Cara Kerja
1. Pemeriksaan Hemoglobin
a. Cara Sahli
Cara kerja :
1. Masukkan 5 tetes larutan HCl 0,1 N ke dalam
tabung hemometer
2. Pipet darah (kapiler, EDTA atau oxalate)
dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda
20 ul, hapuslah darah yang melekat pada
sebelah luar ujung pipet, segera alirkan darah
ke dasar tabung hemometer (jaga jangan
sampai terjadi gelembung udara)
3. Angkat pipet sedikit lalu pipet larutan HCl ke
dalam pipet 2 atau 3 kali
4. Untuk membersihkan darah yang masih
tertinggal dalam pipet campur isi tabung dan
tambahkan aquadest tetes demi tetes sambil
diaduk dengan pengaduk hingga terjadi warna
yang sama dengan warna standard dalam
waktu 3 – 5 menit
5. Nyatakan hasil dalam gram/100ml darah
(gr/dl)

Syarat-syarat :
- Pada waktu memipet darah kolom darah tidak
boleh ber-gelembung-gelembung udara.
- Periksa dalam kamar yang terang, cahaya siang
hari.

b. Cara Sianmethemoglobin
Cara kerja :

35
1. Masukkan 20 ul darah EDTA/oxalate ke dalam
tabung reaksi
2. Tambahkan dengan 5 ml larutan Drabkin,
campur sampai homogen
3. Bacalah absorben sampel (darah) terhadap
blanko (larutan drabkin) dengan menggunakan
photometer pada panjang gelombang 546 nm

Interprestasi hasil:
Kadar hemoglobin dinyatakan dalam gram/100ml
darah (gr/dl)

Nilai rujukan
 Laki-laki : 13,5 – 19,0 g/dl
 Wanita : 11,5 – 16,5 g/dl
 Bayi baru lahir : 13,6 – 19,6 g/dl
 Bayi umur 3 bulan : 9,5 – 12,5 g/dl
 1 tahun : 11,0 – 13,0 g/dl
 Usia 10-12 tahun : 11,5 – 14,8 g/dl

2. Pemeriksaan Hematokrit mikro


Prinsip pemeriksaan hematokrit mikro adalah darah
antikoagulan dalam tabung kapiler disentrifuse,
persentasenya ditentukan dari sebuah grafik pada
haematocrite reader.
Cara kerja
1. Hisap darah kapiler ke dalam pipa kapiler
(jangan sampai penuh, sisakan ± 10 ml ruang
kosong)

36
2. Sumbatlah salah satu ujungnya dengan plastik
compund atau jika tidak ada,ujungnya bisa
dibakar diatas nyala api.
3. Tegakkan pada rak husus yang tersedia pada
sentrifuse mikrohematokrit.
4. Sentrifuse pada kecepatan 16.000 rpm selama 3-
5 menit.
5. Baca % volume eritrosit yang telah dipadatkan
dengan alat baca haematocrite reader.

Nilai rujukan
Laki laki = 40-54 %
Wanita = 37-47 %

3. Pemeriksaan LED metode Westergreen


Prinsip pemeriksaan LED adalah darah yang diberi
antikoagulan maka dalam waktu tertentu sel sel
darah akan mengendap, dalam hal ini yang dihitung
adalah kecepatan waktu mengendapnya.
Cara Kerja
1. Sediakan tabung reaksi berisi 0,4 ml NaCitrat
3,8%
2. Campurkan darah EDTA sebanyak 1,6 ml ke dalam
tabung reaksi isi NaCitrat, campur dengan cara
melingkar perlahan lahan.
3. Hisap campuran tersebut ke dalam tabung
Westergreen sampai garis bertanda 0 mm (jaga
jangan sampai ada gelembung udara)
4. Biarkan tabung dalam sikap tegak lurus pada rak
tabung Westergren selama 60 menit.

37
5. Ukurlah tinggi cairan plasma yang terlihat jernih
di atas sel darah merah yang mengendap pada
akhir menit ke 60.

Nilai Rujukan
Pria = 0-15 mm/jam
Wanita = 0-20 mm/jam

38
PRAKTIKUM 2
Pemeriksan Hitung Jumlah Leukosit dan Penentuan
Golongan Darah

A. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu menghitung jumlah leukosit
dan menentukan golongan darah serta mengintepretasi
hasilnya.

B. Dasar Teori
Darah tersusun atas sel darah (eritrosit, leukosit
dan trombosit) yang bersirkulasi dalam cairan yang
disebut plasma. Leukosit adalah sel darah yang
mengandung inti, bergerak bebas secara ameboid,
berfungsi melawan kuman secara fagositosis,
dibentuk oleh jaringan retikuloendothelium disumsum
tulang untuk granulosit dan kelenjar limpa untuk
agranulosit. Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur,
penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain, orang
dewasa jumlah leukosit berkisar antara 4000-
11.000/mm3. Jumlah leukosit yang melebihi nilai normal
disebut dengan leukositosis yang bisa terjadi pada
kondisi infeksi bakteri, inflamasi, leukemia. Jumlah
leukosit yang kurang dari nilai normal disebut dengan
leukopeni yang bisa terjadi pada penggunaan obat obatan
misalnya kemoterapi , demam tifoid, infeksi virus ,
anemia aplastik.
Sejak penemuan Landsteiner (1901) sampai
sekarang, telah diketemukan lebih dari 400 antigen
golongan darah dalam eritrosit. Golongan darah adalah
pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan
ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada

39
permukaan membran sel darah merah. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat
dan protein pada permukaan membran sel darah merah
tersebut. Sistem penggolongan darah besar yang dikenal
adalah sistem ABO (golongan darah A, B, AB, dan O) serta
sistem penggolongan darah Rhesus (Rh+ dan Rh-).
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan
jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam
darahnya, sebagai berikut:
 Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah
merah dengan antigen A di permukaan membran
selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya.
 Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B
pada permukaan sel darah merahnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam
serum darahnya
 Individu dengan golongan darah AB memiliki sel
darah merah dengan antigen A dan B serta tidak
menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B
 Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah
tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap
antigen A dan B.

C. Alat dan Bahan


1. Pemeriksaan hitung jumlah leukosit
Bahan : Darah vena EDTA
Alat : Hemocytometer, bilik hitung Improved
Neubeuer, larutan Turk, deck glass.
Bilik hitung Improved Neubeuer.

40
Bilik hitung adalah sekeping gelas tabung cahaya
yang memiliki ukuran 7,5 x 3 x0,4 cm. Didalamnya
terdapat kotak kotak yang memiliki kedalaman 0,1 mm.
Pada bilik hitung ini kotak yang luasnya 3x3 mm dibagi
menjadi 9 kotak ukuran 1x1 mm. Empat buah kotak yang
terdapat di pojok yang masing masing ukurannya 1x1
mm terbagi menjadi 16 buah kotak sedang ukuran ¼ x ¼
mm. Dalam pemeriksaan hematologi kotak ini dipakai
untuk menghitung lekosit. Kotak yang di tengah terbagi
menjadi 25 kotak sedang ukuran 1/5 x 1/5 mm, dan tiap
kotak sedang tersebut dibagi dalam 16 kotak kecil
ukuran 1/20 x 1/20 mm yang dalam pemeriksaan
hematologi dipergunakan untuk menghitung eritrosit.

Gambar 2. Bilik hitung Improved Neubeuer

41
Keterangan cara menghitung jumlah sel dalam bilik
hitung.
Untuk menghitung sel yang terdapat pada garis pembagi,
hitung semua sel yang terdapat pada garis atas dan
sebelah kiri garis rangkap, sedangkan sel yang terdapat
pada garis bawah dan sebelah kanan garis rangkap
jangan dihitung.

2.Penentuan golongan darah


Bahan : darah kapiler , Anti-A , Anti- B, dan anti AB
Alat : Object glass, kapas alkohol, lancet,tusuk gigi

D. Cara Kerja
1. Menghitung jumlah leukosit
a. Hisap darah dengan pipet leukosit sampai garis
tanda 0,5 tepat.
b. Hisap larutan Turk perlahan-lahan sampai garis
tanda 11, jaga jangan sampai terjadi gelembung
udara
c. Lepas karet dari pipet lalu tutup ujung pipet
dengan ujung jari, kocok pipet selama 15 – 30
detik (bila tidak segera diperiksa letakkan pada
posisi horizontal)
d. Buang 1-2 tetes awal cairan, lalu teteskan sisa
campuran tersebut pada permukaan bilik hitung
yang telah ditutup deck glass, biarkan cairan
mengisi sendiri
e. Hitung jumlah leukosit dengan lensa objektif 10x.
f. Hitung semua leukosit yang terdapat dalam ke-4
kotak besar pada pojok bilik hitung.
g. Hitung dengan rumus

42
Jumlah leukosit = (rerata jumlah leukosit dalam 1
kotak besar/ volume 1 kotak besar) x
pengenceran
N=jumlah leukosit yang terhitung dalam 4 kotak
besar
Rerata jumlah leukosit dalam 1 kotak besar= N/4
Volume kotak besar = 1 mm x 1 mm x 1/10 mm
Pengenceran= 20x (jika darah dihisap sampai 0,5,
larutan Turk dihisap sampai 11)
Jumlah leukosit per mm3
= N x 20
4 x 1 x 1 x 1/10
= N x 200
4
= N x 50

Nilai Rujukan
Dewasa : 4000-11000 /mm3

2. Penentuan Golongan darah


a. Siapkan object glass yang telah di beri nomor 1 -
4
b. Sterilkan salah satu ujung jari dengan kapas yang
telah dibasahi dengan alkohol 70%
c. Tusukkan lancet dengan hati-hati dan mantap ke
ujung jari yang telah steril, lalu tekanlah ujung
jari hingga darah keluar
d. Teteskan 1 tetes darah pada object glass pada
tempat yang berbeda sesuai nomor.
e. Teteskan sebanyak 1 tetes Anti A pada sampel
darah pertama, lalu aduklah dengan gerakan
memutar menggunakan tusuk gigi.

43
f. Teteskan sebanyak 1 tetes Anti B pada sampel
darah kedua, lalu aduklah dengan gerakan
memutar menggunakan tusuk gigi.
g. Teteskan sebanyak 1 tetes Anti AB pada sampel
darah ketiga, lalu aduklah dengan gerakan
memutar menggunakan tusuk gigi.
h. Amati dalam waktu 2 menit setelah percampuran
serum dan darah yang diperiksa. Amati adanya
aglutinasi yang berupa butiran butiran halus.

Interpretasi hasil

Gambar 1. Penentuan golongan darah ABO

44
MIKROBIOLOGI

45
PRAKTIKUM 1
Metode Sterilisasi, Pengenalan dan Pembuatan Media

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengenal dan mengetahui fungsi dari media
pertumbuhan mikroba.
2. Mahasiswa dapat melakukan sterilisasi dengan autoklaf,
filtrasi, tyndalisasi dan dapat melakukan kerja aseptis
3. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai proses sterilisasi
dan desinfeksi
4. Mahasiswa dapat melakukan sterilisasi secara fisik dan
kimia
5. Mahasiswa memahami tujuan dari sterilisasi dan
desinfeksi

B. ALAT DAN BAHAN


Pengenalan Media
a. Mikroskop cahaya
b. Autoklaf elektrik
c. Incubator
d. Mikropipet
Metode Sterilisasi
a. Cawan Petri
b. Pipet tetes
c. Tabung reaksi
d. Labu Erlenmeyer
e. Mortar & pestle
f. Beaker glass
g. Buncen burner
h. Gelas ukur

C. DASAR TEORI
A. STERILISASI
Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu
bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan. Pada
prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara
mekanik, fisik dan kimiawi.

46
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan
suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22
mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut. Proses ini
ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas,
misal nya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan
pemanasan & penyinaran.
Pemanasan
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar
alat pada api secara langsung, contoh alat :
jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira
60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk
alat yang terbuat dari kaca misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan
mengukus. Bahan yang mengandung air lebih
tepat menggungakan metode ini supaya tidak
terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan
autoklaf
Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses
sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang
menempel pada permukaan interior Safety Cabinet
dengan disinari lampu UV.
6. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan
senyawa desinfektan antara lain alkohol.

47
48
49
50
Saran-saran kerja aseptis :
1. Sebelum membuka ruangan atau bagian steril didalam
tabung/cawan/erlenmeyer sebaiknya bagian mulut
(bagian yang memungkinkan kontaminan masuk)
dibakar/dilewatkan api terlebih dahulu.
2. Pinset, batang L, dll dapat disemprot dengan alkohol
terlebih dahulu lalu dibakar.
3. Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus
ditunggu dingin dahulu atau dapat ditempelkan tutup
cawan bagian dalam untuk mempercepat transfer panas
yang terjadi.
4. Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi
steril didekatkan ke bagian api.
5. Jika kerja di Safety Cabinet tidak perlu memakai
pembakar bunsen tetapi jika di luar Safety Cabinet maka

51
semakin banyak sumber api maka semakin terjamin
kondisi aseptisnya.

B. PRINSIP CARA KERJA AUTOKLAF


Seperti yang telah dijelaskan sebagian pada bab
pengenalan alat, autoklaf adalah alat untuk memsterilkan
berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15
psi (2 atm) dan suhu 121 oC. Untuk cara kerja penggunaan
autoklaf telah disampaikan didepan. Suhu dan tekanan
tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang
disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk
membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya
untuk mesterilkan media digunakan suhu 121 oC dan
tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit.
Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,80F adalah karena
air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan
15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan
laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan
untuk autoklaf yang diletakkan diketinggian sama,
menggunakan tekanan 15 psi maka air akan mendidih pada
suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level,
jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka
pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya
autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka
tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu
1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan
mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi
selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam
autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang
terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah
semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup
uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf
naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai,
maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung
waktu mundur.

52
Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas
dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga
mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum
tekanan mencapai 0 psi. Untuk mendeteksi bahwa autoklaf
bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba
pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora
yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini
tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas
spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan.
Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika
media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah
bekerja dengan baik.
Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan
autoklaf adalah :
a. Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin,
antibiotik, dan enzim
b. Paelarut organik, seperti fenol
c. Buffer dengan kandungan detergen, seperti SDS
Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan
(media menjadi coklat) dan hancurnya substrat dapat
dilakukan pencegahan sbb :
a. Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino
(peptone) atau senyawa fosfat

53
b. Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam
amino (peptone) atau senyawa garam mineral lain.
c. Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan
agar
d. Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan
autoklaf
e. Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0
Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari
total volumenya, sisa ruang dibirkan kosong. Jika
mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L
maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.

C. MEDIA
Dalam pemeriksaaan Mikrobiologi, dibutuhkan media
yang merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran
zat makanan atau nutrisi yang diperlukan untuk
menumbuhkan suatu mikroorganisme dengan syarat
tertentu. Penggunaan media ini sangat diperlukan untuk
isolasi, identifikasi, diferensiasi maupun sebagai transport
yang membawa material dari Rumah Sakit atau tempat lain
ke Laboratorium Mikrobiologi.
Untuk mendapatkan suatu lingkungan kehidupan yang
cocok bagi pertumbuhan kuman maka syarat-syarat
pembuatan media harus memenuhi antara lain:
1. Susunan makanan
2. Tekanan osmose
3. Derajat keasaman
4. Temperatur
5. Sterilitas

Bahan-bahan media pertumbuhan yaitu:


1.Bahan dasar :
a. Air sebagai pelarut
b. Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat
media. Agar sulit didegradasi oleh mikroorganisme
pada umumnya dan mencair pada suhu 45 derajat C.
c. Gelatin juga memiliki fungsi sama seperti agar. Gelatin
adalah polimer asam amino yang diproduksi dari

54
kolagen. Kekurangannya adalah lebih banyak jenis
mikroba yang mampu menguraikannya disbanding agar.
d. Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat.
Fungsinya juga sebagai pemadat media. Silica gel
khusus digunakan untuk memadatkan media bagi
mikroorganisme autotroph obligat.
2.Nutrisi atau zat makanan
Media harus mengandung unsur-unsur yang
diperlukan untuk metabolism sel yaitu berupa unsur-
unsur makro seperti C, H, O, N, P unsur mikro seperti Fe,
Mg, dan unsur pelican/trace element.
Sumber karbon dan energy yang dapat diperoleh
berupa senyawa organic atau anorganik sesuai dengan
sifat mikrobanya. Jasad heterotroph memerlukan sumber
karbon organic antara lain dari karbohidrat, protein, dan
asam organic.
Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein, atau
senyawa bernitrogen lainnya. Sejumlah mikroba dapat
menggunakan sumber N anorganik seperti urea.
3.Bahan tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang
ditambahkan ke medium dengan tujuan tertentu,
misalnya phenol red (indicator asam basa) ditambahkan
untuk indicator perubahan pH akibat produksi asam
organic hasil metabolism. Antibiotic ditambahkan untuk
menghambat pertumbuhan mikroba non
target/kontaminan.
4.Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan media :
a. Agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula,
atau bubuk dan terbuat dari beberapa jenis rumput laut.
Kegunaannya adalah sebagai pemadat yang pertama
kali digunakan oleh Fraw and Walther hese untuk
mebuat media. Jika dicampur dengan air dingin agar
tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus
dimaksukkan san dipanasi, pencairan dan pemadatan
berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama dapat
menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang
asam.

55
b. Peptone, adalah produk hidrolisis protein hewani atau
nabati seperti otot, liver, darah, susu, casein,
lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya
tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana cara
memperolehnya.
c. Meat ekstrak, mengandung basa organic terbuat dari
otak, limpa, plasenta dan daging sapi.
d. Yeast extract, mengandung asam amino yang lengkap
dan vitamin B komplek. Terbuat dari ragi pengembang
roti atau pembuat alcohol.
e. Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya
pembentukan asam amino dan gas dari karbohidrat.
Jenis karbohidrat yang umumnya digunakan adalah
amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol,
dll. Konsentrasi yang ditambahkan untuk analisis
fermentasi adalah 0,5 – 1 %.

Macam-macam media pertumbuhan:


1. Medium berdasarkan sifat fisik :
a. Medium padat, yaitu media yang mengandung agar 1-1,5%
sehingga setelah dingin media menjadi padat. Pada kondisi
cair media padat juga dapat ditempatkan dalam tabung uji,
yang kemudian dibiarkan mendingin dan memadat pada
posisi miring sehingga akan menghasilkan agar miring.Agar
miring berguna untuk memelihara biakan murni. Setelah
pembuatan, tabung serupa yang dibiarkan memadat pada
posisi tegak disebut tabung agar tegak. Tabung agar tegak
digunakan terutama untuk mempelajari kebutuhan gas
pada mikroorganisme. Akan tetapi, agar tersebut dapat
dicairkan dengan menggunakan penangas air mendidih dan
dituang ke dalam cawan Petri menghasilkan agar lempeng.
b. Medium setengah padat, yaitu media yang mengandung
agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat,
tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan
supaya pertumbuhan mikroba menyebar ke seluruh media
tetapi tidak mengalami pencampuran sempurna jika
tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada media NFB
(nitrogen free bromotymol blue). Semisolid akan

56
membentuk cincin hijau kebiruan dibawah permukaan
media, jika media ini cair maka cincin ini dapat dengan
mudah hancur, semisolid juga bertujuan untuk mencegah
atau menekan difusi oksigen, misalnya bakteri yang
tumbuh pada media NFB (nitrogen free bromotymol blue).
Semisolid akan membentuk cincin hijau kebiruan dibawah
permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat
dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk
mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media
nitrate broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen
meningkatkan metabolism nitrat tetapi bakteri ini juga
diharuskan tumbuh merata diseluruh media.
c. Medium cair : yaitu media yang tidak mengandung agar,
contohnya adalah NB (nutrient broth), LB (lactose broth).
2. Medium berdasarkan komposisi :
a. Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya
diketahui jenis dan takarannya secara pasti, misalnya
glukosa agar, mackonkey agar.
b. Media semi sintesis yaitu media yang sebagian
komposisinya diketahui secara pasti. Misalnya PDA (potato
dextrose agar) yang mengandung agar, deztrosa dan
ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak
dapat mengetahui secara detail tentang komposisi senyawa
penyusunnya.
c. Medium non sistesis yaitu media yang dibuat dengan
komposisi yang tidak dapat diketahui secara pasti dan
biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya
tomato juice agar, brain heart infusion agar, pancreatic
extract.
3. Medium berdasarkan tujuan:
a. Media untuk isolasi :
Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk
pertumbuhan mikroba, misalnya nutrient broth, blood
agar.
b. Media selektif/penghambat :
Berfungsi menumbuhkan mikroba target/yang diinginkan
dan menekan pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan
(background flora). Umumnya media selektif menseleksi

57
target berdasarkan kelompok, genus atau
spesiesnya,misalnya Eosin Methylen Blue (EMB) agar untuk
menseleksi E.coli, Baird parker untuk isolasi S.aureus.
c. Media diperkaya (enrichment)
Media yang mengandung komponen dasar untuk
pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks
seperti darah, serum, kuning telur. Media diperkaya juga
bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang
tumbuh pada media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi
sederhana untuk berkembangbiak, tetapi membutuhkan
komponen kompleks: blood tellurite agar, bile agar, serum
agar.
d. Media untuk peremajaan kultur :
Media umum atau spesifik yang digunakan untuk
peremajaan kultur.Misal, nutrient agar.
e. Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik
Media ini digunakan untuk mendiagnosis atau menganalisis
metabolism suatu mikroba. Misal Koser Citrate untuk
mendeteksi penggunaan citrate sebagai sumber karbon
tunggal.
f. Media Penguji ;
Digunakan untuk pengujian sifat mikroorganisme. Contoh
Manitol Salt Agar
g. Media Khusus :
Media yang digunakan untuk menentukan tipe
pertumbuhan dan kemampuannya mengadakan perubahan
kimia tertentu. Contoh : media KIA (Kliger Iron Agar),
media LIA (Lysin Iron Agar), Semi Solid Sucrose Agar yang
digunakan untuk menguji reaksi biokimia kuman perut.
Media Agar Darah yang bisa memberikan tipe
pertumbuhan yang berbeda pada kuman streptococcus
(alfa , beta atau gamma hemolisis), medi gula-gula (maltosa,
glukosa, lakstosa)
Berdasarkan penggunaan media-media tersebut dalam
laboratorium Mikrobiologi, maka dapat digolongkan sebagai
berikut :
1. Media transport :BGS/Buffered Gliserol Saline, Carry &Blair
transport medium, Amies transprt medium.

58
2. Media untuk isolasi :
a. Kultur umum : agar darah, agar coklat, Mac Conkey
Agar, Thayer Martin Medium, Media Telurit
b. Penanaman M.TBC : Medium Louwestein-Jensen
c. Penanaman bakteri anaerob : Brucella agar darah, agar
darah, Thioglycolat dengan antibiotika
d. Penanaman Leptospira : Fletcher Medium
e. Penanaman Jamur : Sabouroud agar, Sabouroud dengan
Chloramphenicol
f. Penanaman Enterobactericeae : DCLS, DST agar, Mac
Conkey agar
3. Media penyubur/Enriched media : SC broth, Larutan Alkali
Pepton, Kaldu Darah,Gal Kultur
4. Media untuk sensitivitas tes : Mueller Hinton agar, BHI
5. Media untuk Identifikasi :
a. Kultur umum : media gula-gula, deret media kompleks,
untuk identifikasi kuman perut batang gram negatif
b. Enterobactericeae : KIA, SSS, LIA, MIO, ACE, Uea broth

Hasil Uji Identifikasi Bakteri S. aureus Menggunakan Media


Manitol Salt Agar (MSA). Terjadi perubahan warna media
menjadi kuning (A) dari warna merah sebagai kontrol (B)

59
Hasil Uji Identifikasi Bakteri Streptococcus Menggunakan Media
Agar Darah. (A) alfa hemolisis , (B) beta hemolisis (C) gamma
hemolisis.

D. CARA KERJA PRAKTIKUM PEMBUATAN MEDIA


Pembuatan media ditentukan oleh ketelitian dan kebersihan.
Pembuatan media bisa gagal bila media tersebut encer atau
terlalu keras karena salah takaran, serta terkontaminasi karena
tidak steril pada proses sterilisasi dan penuangan.
A. Pembuatan media Nutrient Agar (NA)
1. Menimbang NA bubuk sebanyak 20 gram dengan neraca
analis
2. Siapkan akuades sebanyak 1000 ml, kemudian
campurkan dengan NA bubuk dalam erlenmeyer.
3. Homogenkan campuran tersebut dengan menggunakan
magnetic stirrer/hot plate stirrer dengan suhu ± 200oC
dengan kecepatan 300 rpm. Campuran yang telah
homogen di tandai dengan larutan menjadi berwarna
bening atau kekuningan.
4. Dinginkan dan ukur pH larutan. Nilai pH dari medium
NA yang baik untuk menumbuhkan bakteri adalah 6,8-
7,2.

60
5. Tutup erlenmeyer dengan kapas dan lapisi plastic wrap,
kemudian sterilisasi dengan menggunakan autoclave
pada tekanan 1,5 ATM dan suhu 121 oC selama 15-30
menit.
6. Siapkan tabung reaksi/ cawan petri steril sesuai
kebutuhan, kemudian tuang media pada wadah
tersebut. Tuang media sebanyak 5-7ml untuk membuat
media miring dan 10 ml untuk membuat media tegak
maupun lempeng agar. Lakukan prosedur ini secara
aseptik dalam keadaan media masih cair dengan suhu ±
45 oC di dalam laminar air flow.
7. Tutup tabung reaksi dengan kapas dan plastic wrap,
kemudian inkubasi selama 1x24 jam sebelum
digunakan untuk melihat ada tidaknya media yang
terkontaminasi. Media yang terkontaminasi ditandai
dengan tumbuhnya mikroorganisme yang tidak
diinginkan.
8. Medium NA yang telah siap digunakan dapat disimpan
dalam suhu di bawah 30 oC dan digunakan hingga 2
minggu. Medium NA yang telah melewati masa
penyimpanan akan menjadi kering, terutama medium
NA pada cawan petri.
9. Medium NA yang langsung digunakan setelah sterilisasi
(tanpa melewati proses inkubasi) dapat terjadi
kontaminasi tak terdeteksi yang dapat mengakibatkan
hasil false positif.
10. Simpan medium lempeng NA dalam posisi terbalik agar
air hasil kondensasi tidak membasahi media.

B. Pembuatan media Nutrient Broth (NB)


1. Menimbang NB bubuk sebanyak 8 gram dengan neraca
analis
2. Siapkan akuades sebanyak 1000 ml, kemudian
campurkan dengan NB bubuk dalam erlenmeyer.
3. Homogenkan campuran tersebut dengan menggunakan
magnetic stirrer/hot plate stirrer dengan suhu ± 200oC
dengan kecepatan 300 rpm. Campuran yang telah

61
homogen di tandai dengan larutan menjadi berwarna
bening atau kekuningan.
4. Dinginkan dan ukur pH larutan. Nilai pH dari medium
NB yang baik untuk menumbuhkan bakteri adalah 6,8-
7,2.
5. Tutup erlenmeyer dengan kapas dan lapisi plastic wrap,
kemudian sterilisasi dengan menggunakan autoclave
pada tekanan 1,5 ATM dan suhu 121 oC selama 15-30
menit.
6. Siapkan tabung reaksi sesuai kebutuhan, kemudian
tuang media pada wadah tersebut. Lakukan prosedur ini
secara aseptik dalam laminar air flow.
7. Tutup tabung reaksi dengan kapas dan lapisi dengan
plastic wrap, kemudian inkubasi selama 1x24 jam
sebelum digunakan untuk melihat ada tidaknya media
yang terkontaminasi. Media yang terkontaminasi
ditandai dengan tumbuhnya mikroorganisme yang tidak
diinginkan.

E. STERILISASI DAN DESINFEKSI


A. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan kuman
Alat dan bahan :
1. Biakan kuman E.Coli dalam media NB/aquades
2. Media lempeng agar (NA/MHA)
3. Lidi kapas steril
4. Ose
5. Lampu spritus

Cara kerja :
1. Dengan menggunakan spidol bagilah media agar
menjadi 3 sektor (I,II,III)
2. Sterilkan ose dengan memijarkan di atas lampu
spritus dari pangkal menuju ke ujung, kemudian
dibiarkan dingin 3 menit.
3. Ambil 1 ose biakan E.Coli dan oleskan pada
permukaan lempeng agar secara merata pada
sektor I (sebagai control)
4. Ulangi langkah 2

62
5. Ambil 1 ose biakan E.Coli, kemudian langsung
dilakukan sterilisasi seperti langkah 2.
6. Oleskan pada medium agar pada sektor II,
kemudian ulangi langkah 2.
7. Sisa suspense kuman dididihkan selama 15 menit,
kemudian dilanjutkan dengan langkah 3 untuk
dioleskan pada agar sektor III.
8. Inkubasikan pada 37oC selama 18-24 jam.
9. Hitunglah jumlah koloni kuman pada lempeng agar,
kemudian bandingkan ketiganya (kalau koloni
terlalu mengumpul dan tidak bisa dihitung, tulislah
dengan tingkat pertumbuhan misalnya +1, +3.
Hasil dan evaluasi
Sektor I Sektor II Sektor III
Pertumbuhan
kuman

B. Sterilisasi secara kimia


Alat dan bahan :
1. Aquades steril
2. Kapas steril
3. Media lempeng agar (NA/MHA)
4. Antiseptik : alcohol, sabun dan betadin

Cara kerja:
1. Dengan spidol bagilah bagian bawah media
lempeng agar menjadi 4 sektor (I,II,III,IV)
2. Bagi anggota kelompok mahasiswa sesuai untuk
kontrol dan 3 macam antiseptik yang digunakan.
3. Kapas dibasahi dengan aquades, kemudian
diusapkan pada jari tangan mahasiswa I dan
kemudian ditanam pada media agar sektor I
(kontrol) dengan cara ditekan secara lembut (hati-
hati jangan sampai melukai media)
4. Kapas dibasahi dengan alcohol 70%, kemudian
diusapkan pada jari tangan mahasiswa II dengan
kemudian ulangi langkah 3

63
5. Kapas dibasahi dengan sabun, kemudian diusapkan
pada jari tangan mahasiswa III, kemudian ulangi
langkah 3
6. Kapas dibasahi dengan betadin, kemudian
diusapkan pada jari tangan mahasiswa IV,
kemudian ulangi langkah 3
7. Inkubasikan pada 37oC selama 18-24 jam.
8. Hitunglah jumlah koloni kuman pada lempeng agar,
kemudian bandingkan ketiganya (kalau koloni
terlalu mengumpul dan tidak bisa dihitung, tulislah
dengan tingkat pertumbuhan misalnya +1, +3.

Hasil dan evaluasi


Sektor I Sektor II Sektor III Sektor IV
(control (Alkohol 70%) (Sabun) (Betadin)
Pertumbuhan
kuman

64
PRAKTIKUM 2
Pengenalan Mikroba dan Pengecatan Gram

P1. Pengenalan Mikroba


A. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat membedakan bakteri atau mikroba dari
bentuk selnya.
B. Alat dan Bahan
1. Mikroskop monokuler atau mikroskop binokuler
2. Minyak imersi
3. Beberapa preparat awetan
4. Xylol/benzene
5. Tissue khusus/kertas lensa untuk membersihkan lensa
mikroskop
C. Dasar Teori
Bakteri dibedakan bentuknya menjadi 3 macam kelompok
besar yaitu
1. Coccus/bola
2. Basil/batang
3. Spirilium/spiral
Bakteri coccus dapat dibedakan susunannya yaitu:
1. Bakteri coccus bergerombol, menyerupai bentuk buah
anggur dan disebut staphylococcus. Bakteri coccus yang
pathogen contohnya Staphylococcus aurcus,
Staphylococcus saprofiticus.
2. Bakteri coccus berdert seperti rantai, dikenal dengan
streptococcus. Streptococcus pathogen contohnya
Streptococcus pyogenes, Streptococcus agalactie.
3. Bakteri coccus berpasangan (dua-dua) disebut
diplococcus. Biasanya bagian sel yang saling
berhadapan datar atau agak melengkung ke dalam
sehingga menyerupai biji kopi. Contoh Neiserria
gonorrhoe penyebab penyakit kelamin. Diplococcus ada

65
yang bentuk coccusnya berbentuk lancet (seperti nyala
api) yang saling berhadapan, contohnya Pneumococcus
sp. / Diplococcus pneumoniae penyebab penyakit
pneumonia.
4. Bakteri coccus bergerombol membentuk bangunan
seperti kubus yang setiap kubus terdiri dari delapan sel
disebut dengan sarcina (biasanya bakteri pencemar
yang sering ada pada debu).
Bakteri bentuk batang/basil yang berspora dan basil
yang tidak membentuk spora. Spora bakteri adalah suatu
bentuk modifikasi bakteri untuk mempertahankan hidup
dari lingkungan ekstrem, misalnya kekurangan makanan,
kekeringan, adanya oksigen (bagi bakteri anaerob obligat).
Spora bakteri ada yang letaknya tepat di tengah
(central) sel, subcentral atau di terminal (ujung) sel.
Contohnya spora pada bakteri Clostridium tetani penyebab
penyakit tetanus.
Jika dilihat dari susunannya, bakteri bentuk batang/basil
dibedakan menjadi:
1. Basil soliter. Bakteri ini sendiri-sendiri, tidak saling
berhubungan satu dengan lainnya. Contohnya
Escherichia coli yang sering disebut sebagai bakteri
pencemar air (oleh faeces). Bakteri basil soliter yang
membentuk spora contohnya Clostridium perfringens
penyebab luka gangrene.
2. Basil berderet (streptobacil). Biasanya bakteri ini
berbentuk batang dengan kedua ujung selnya saling
bergandengan satu dengan lainnya sehingga membentu
deretan yang panjang. Bakteri ini biasanya membentuk
spora pada central sel dan sel yang membentuk spora
terlihat membengkak. Dengan pengecatan khusus, spora
terlihat seperti lubang di tengah-tengah sel. Contohnya
Bacillus subtilis.

66
Bakteri spirillum / bentuk spiral tidak dapat diwarnai
dengan pewarnaan yang lazim pada pewarnaan bakteri
(misalnya pewarnaan Gram). Bakteri ini hanya dapat
diamati pada mikroskop medan gelap. Contoh bakteri
Treponema pallidum penyebab syphilis.

Gambar 5. Pembagian bakteri berdasarkan bentuk sel

D. Penggolongan Bakteri
1. Bakteri digolongkan berdasarkan sifatnya terhadap
pengecatan Gram, yaitu bakteri Gram positif berwarna
ungu (violet) dan bakteri Gram negative berwarna
merah jambu (pink). Bakteri staphylococcus biasanya
mengikat cat Gram dengan kuat sehingga warnanya
terlihat lebih ungu daripada bakteri streptococcus yang
kurang kuat menyerap warna.

67
2.Basil Tahan Asam (BTA) adalah bakteri kelompok
Mycobacterium sp. (penyebab TBC atau lepra). Bakteri
ini tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan Gram.
Pewarnaan bakteri ini dengan metoda Ziehl-Nelsen.
Bakteri akan berwarna merah berbentuk batang
langsing soliter dengan latar belakang berwarna biru.
Bakteri lain yang bukan BTA berwarna biru.
3. Bakteri penyebab diphteri (Corynobacterium diphteriae)
pada kedua ujung selnya terdapat Erns body /granula
metakhromatin/granula volutin yang berisi senyawa
metafosfat/pirofosfat yang berfungsi sebagai cadangan
makanan sel. Adanya granula ini dipakai sebagai
pedoman untuk membedakan bakteri pathogen dengan
apatogen. Granula ini ada pada bakteri pathogen.
4. Bakteri virulens seperti Krepsiella pneumonia dan
Streptococcus pneumonia pada bagian luar selnya
dilapisi dengan lapisan polisakarida (kapsul). Kapsul ini
dilihat dengan pengecatan negative (bagian latar
belakang yng diwarnai) dengan metoda Burry-Gins
dengan mengunakan tinta cina. Pada metode
pengecatan ini bakteri berkapsul terlihat jernih
(transparan) dengan latar belakang hitam/gelap.
E. Cara Kerja
1. Siapkan mikroskop monokuler atau binokuler
2. Ambil preparat yang tersedia kemudaian amati dengan
menggunakan perbesaran lemah, kemudian sedang
untuk pengamatan pada jamur dan yeast. Sedangkan
pada pengamatan preparat awetan bakteri gunakan
perbesaran lemah, sedang, kemudian kuat dan bila
perlu gunakan minyak imersi untuk memperjelas
pengamatan.
3. Amati dan gambarlah hasil pengamatan menggunakan
pensil warna, dan berilah keterangan pada gambar.

68
NO GAMBAR BAKTERI KETERANGAN
Nama bakteri Bentuk :
Susunan :
Warna :

Nama bakteri Bentuk :


Susunan :
Warna :

Nama bakteri Bentuk :


Susunan :
Warna :

Nama bakteri Bentuk :


Susunan :
Warna :

P2. Pengecatan Gram


A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui macam-macam pengecatan
2. Melatih mahasiswa dapat membuat smear bakteri dari
koloni/suspensi bakteri
3. Melatih mahasiswa untuk dapat mewarnai smear
dengan metoda pengecatan Gram pada preparat bakteri
selain BTA.

B. Alat dan Bahan


a. Sampel biakan bakteri
b. Objek glass
c. Alcohol 70%
d. Ose bulat
e. Penjepit
f. Api bunsen

69
g. Rak
h. Cat Gram A (Cristal Violet)
i. Cat Gram B (lugol)
j. Cat Gram C (etil alcohol),
k. Cat Gram D (Safranin),
l. Mikroskop

C. Dasar Teori
Preparat sering juga disebut smear atau sediaan.
Untuk membuat preparat ini digunakan gelas benda/object
glass yang bersih dan bebas lemak. Gelas benda ini dapat
dibersihkan dengan merendamnya di dalam sabun spiritus,
bichromat asam sulfat (5% kalium bichromat dalam 45-48%
asam sulfat). Kemudian dicuci dengan air bersih. Gelas
benda yang berlemak tidak dapat menghasilkan smear yang
merata. Lemak pada gelas benda dapat dihilangkan dengan
cara melewatkan gelas benda yang sudah bersih pada nyala
api spiritus beberapa kali (difiksasi). Gelas benda yang telah
difiksasi tidak boleh dipegang dengan tangan pada bagian
permukaannya.

D. Pewarnaan Gram
Merupakan pewarnaan diferensial yang sangat
berguna dan paling banyak digunakan dalam
laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan
penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini
didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan
di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada
membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan
gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram
negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal
dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif
mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua

70
lapis membran sel.

E. Cara Kerja
1. Gelas benda dicuci menggunakan alcohol 70%,
kemudian dikeringkan menggunakan tissue dan
selanjutnya dibakar di atas bunsen.
2. Biakan bakteri diambil menggunakan ose bulat
kemudian digoreskan (di smear) di atas gelas benda.
Biarkan kering.
3. Gelas benda yang berisi smear yang sudah kering dijepit
dengan penjelit, kemudian fiksasi diatas api sebanyak
3x berturut-turut.
4. Letakkan smear yang sudah kering pada rak
pengecatan. Tuangi smear dengan Gram A (Cristal
Violet) dan biarkan selama 4 menit
5. Buang cat dan cuci smear dengan air mengalir
6. Tuangi dengan cat Gram B (lugol) dan biarkan selama 1
menit
7. Buang cat dan cuci smear dengan air mengalir.
8. Tuangi dengan cat Gram C (etil alcohol), biarkan selama
1 menit
9. Buang cat dan cuci smear dengan air mengalir
10. Tuangi smear dengan cat gram D (safranin) dan biarkan
selama 4 menit
11. Buang cat dan cuci dengan air mengalir
12. Kering anginkan dan periksa di bawah mikroskop
dengan perbesaran kuat

71
Gambar 7. Prosedur pengecatan gram

Keterangan:
Hasil pengecatan dengan metode Gram adalah bakteri Gram
positif berwarna ungu/violet dan bakteri Gram negative
berwarna merah jambu/pink, serta latar belakang smear
bening (tidak berwarna).

Tugas Praktikan :
1. Membuat preparat dengan pengecatan gram
2. Gambar dan berikan penjelasan pada buku laporan

NO GAMBAR BAKTERI KETERANGAN


Nama bakteri Bentuk :
Susunan :
Warna :
Sifat gram :

72
Nama bakteri Bentuk :
Susunan :
Warna :
Sifat gram :

Nama bakteri Bentuk :


Susunan :
Warna :
Sifat gram :

Nama bakteri Bentuk :


Susunan :
Warna :
Sifat gram :

73
PARASITOLOGI

74
PRAKTIKUM 1
Identifikasi Telur Cacing

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat melakuan identifikasi macam-macam
telur cacing
2. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri khas telur dan larva
cacing
B. Alat dan Bahan
1. Mikroskop,
2. Buku kerja,
3. Pensil warna.
4. Bahan praktikum berupa awetan preparat feses

C. Dasar Teori
Cacing merupakan parasit yang menyebabkan gangguan
kesehatan pada manusia. klasifikasi cacing parasitik
dilakukan berdasarkan bentuk tubuh, rongga tubuh,
kesempurnaan organ dan sistem termasuk sistem
pencernaan dan reproduksi. Terdapat 3 kelompok utama
yaitu
1 Platyhelminthes (cacing pipih) terdiri dari trematoda
(cacing daun) dan cestoda (cacing pita),
2 Acanthocephalins (cacing berkepala duri) merupakan
bentuk pertengahan antara cestoda dan nematoda
3 Nematoda (cacing gelang)
Penularan penyakit akibat infeksi cacing dari individu
ke individu melalui beberapa cara meliputi:
1. per oral (mulut) diantaranya ascariasis
2. inhalasi (saluran nafas): enterobiasis
3. per cutan (kulit/ membran mukosa)
- melalui gigitan nyamuk: filariasis

75
- aktif/ penetrasi langsung: ancylostomiasis, necatoriasis,
cutaneus larva migra

D. Prosedur Kerja
1. Disiapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan
dalam praktikum.
2. Pengamatan sediaan
a. Sediaan awetan dipasang pada mikroskop dengan
perbesaran kuat (40-100X menggunakan minyak
imersi).
b.Amati morfologi secara keseluruhan

Tugas praktikan :
Identifikasi dan gambarkan preparat yang ditemukan pada buku
kerja dan beri keterangan pada gambar

NO Deskripsi Gambar
NEMATODA
1 Telur Ascaris lumbricoides
Telur Fertille
- Bentuk bulat/ oval
- Ukuran berkisar 45-75μ x 35-50
μ
- Dinding 3 lapis, yaitu :
a. Lapisan luar: lapisan
albuminoid, berfungsi
sebagai peindung benturan
(shock breaker)
b. Lapisan tengah: lapisan
glikogen
c. Lapisan paling: membran
vitteline sebagai pelapis sel
telurnya

76
Telur unfertile
- bentuk lonjong
- ukuran 88-94 x 44 µ
- dinding 2 lapis
a. lapisan albuminoid
b. lapisan glikogen
- isi telur: amorf

Telur decorticated
- telur ini berkembang menjadi
telur infektif
- telur fertile yag kehilangan
lapisan albuminoid
- dinding 2 lapis:
a. lapisan glikogen
b. lapisan vitteline
2 Telur Trichuris trichiura
- Bentuknya khas seperti
tempayan kayu (barrel shape)
- Telur berukuran 50-54µ x 22-
23μ
- Ada penonjolan jernih di kedua
kutub kulit telur (mukoid plat)
- Berisi telur/larva

3 Telur Cacing tambang

- Ukuran 55x35 μ
- Bentuk oval
- Dinding telur selapis yang
transparan dari bahan hialin
- Sel telur yg belum berkembang
tampak seperti kelopak

77
bunga,,berisis 4-8 sel telur
- Stadium akhir telur berisi larva

4 Mikrofilaria Brugia malayi

- Rongga kepala besar


- Lekukan badan terpilin, tak
teratur
- Selubung merah muda
- Inti badan kasar saling
menutupi
- Ujung ekor: terdapat 2 inti
yang letaknya berjauhan
- Ekor ujung tumpul

CESTODA
Telur Taenia sp.

- Bentuk bulat
- Ukuran 30-40 μ x 20-30 μ
- Embriofor berbentuk garis
radier
- Dalam telur bersisi heksakan
embrio / onkoster yg memiliki 6
kait

Scolex Taenia solium

- Rostellum dengan 4 batil isap


- Rostellum2 baris pengait

78
TREMATODA
Telur Fasciola sp.

- Ukuran 130-150 μ x 60-90 μ


- Bentuk oval, dengan ujung
mengecil
- Memiliki operculum pada salah
satu ujungnya
- Telur berisi mirasidium

Fasciola hepatica dewasa

- Bentuk pipih
- Terdapat batil isap
- Seka bercabang banyak

Telur Schistosoma japonicum

- Telur agak bulat


- Tojolan tumpul
- Berisi mirasidium

Schistosoma japonicum dewasa

- Jantan dan betina berkopulasi


(betina terletak pada saluran
ginekofor dari jantan)
- Testis
- Uterus
- Ovarium
- Vitellaria

79
Telur Paragonimus watermani

- Berbentuk oval
- Operculum datar
- Terdapat penebalan pada
dinding telur ujung yang lain

Telur Clonorchis sinensis

- Bentuk oval
- Operculum di salah satu kutub
- Tonjolan/ knob di kutub
berlawanan
- Berisi mirasidium

Larva Clonorchis sinensis

- Bentuk memanjang
- Kelenjar vitelaria tersebar
merata di sepertiga lateral
tubuh
- Uterus berkelok
- Cacing trasparan

80
DAFTAR PUSTAKA

Eldin, A. Practical hematology. Zolfi College of Science, Dept


Medical Laboratories, 2013. From
http://faculty.mu.edu.sa/public/uploads/1335687089.7
5523-Lab-PracticalHematologyManual.pdf
E.N. Kosasih N. 2002. Tafsiran hasil pemeriksaan
laboratorium klinik. Jakarta : Kharisma Publishing Group.
Gandasoebrata. 1999. Penuntun Laboratorium klinik. Jakarta:
Dian rakyat
Guyton, Arthur. 2002. Fisiologi kedokteran,ed 9.Jakarta : EGC
Sarjono TW. 2016. Helmintologi kedokteran dan veteriner.
Malang: UB press
Zaman V. 1997. Atlas parasitologi kedokteran edisi
II.University of microbiologi: Hipokrates

81

Anda mungkin juga menyukai