Anda di halaman 1dari 33

BLOK 2.

2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

KETERAMPILAN KLINIS

1
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

TIM PENYUSUN

Vivi Meidianawaty, dr., MMedEd


Tissa Tissa Octavira Permatasari, dr., MMedEd
Kati Sriwiyati, dr., M.Biomed
Amalia Prarizkahati, dr

2
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

VISI DAN MISI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Visi Program Studi Pendidikan Dokter:


Terwujudnya Program Studi Sarjana Kedokteran dan Program Studi Profesi Dokter yang
unggul di bidang pendidikan kedokteran berbasis masyarakat yang bereputasi nasional
pada tahun 2025.

Misi Program Studi Pendidikan Dokter:


1. Melaksanakan pendidikan yang unggul dalam bidang pendidikan kedokteran berbasis
masyarakat.
2. Melaksanakan pendidikan kedokteran dasar dan terapan berbasis masyarakat.
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat berlandaskan pendidikan kedokteran berbasis
masyarakat

3
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

DAFTAR ISI

Tim Penyusun ........................................................................................................................... 2


Visi dan Misi Program Studi Pendidikan Dokter........................................................................... 3
Daftar Isi ................................................................................................................ 4_TOC_250003
Deskripsi Modul .................................................................................................... 5_TOC_250003
Tata Tertib Laboratorium Ketrampilan Klinis. ............................................................................... 6
Aspek yang Dinilai ........................................................................................................................ 8
Daftar Keterampilan .............................................................................................. 9_TOC_250003
Anamnesis Sistem Pencernaan ................................................................................................. 10
Pemeriksaan Fisik Abdomen ...................................................................................................... 20
IPM Sistem Digestif............................................................................................. 33_TOC_250003

4
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

DESKRIPSI MODUL

Buku Panduan Praktikum Keterampilan Klinik ini dibuat untuk mempersiapkan


mahasiswa dalam mengikuti kegiatan praktikum pada Blok 2.2 (Digestive System). Buku ini
berisikan materi, prosedur tindakan, dan tata tertib dalam praktikum Keterampilan Klinik (Skills
Lab). Pada blok 2.2 ini, mahasiswa semester 2 akan mempelajari teknik anamnesis pada
Sistem Pencernaan, pemeriksaan fisik abdomen, dan Integrated Patient Management (IPM)
Sistem Pencernaan.
Pada keterampilan klinik anamnesis, mahasiswa semester 2 diharapkan mampu
melakukan anamnesis kepada pasien dengan keluhan sistem pencernaan secara lengkap
dan sistematis dengan menerapkan komunikasi yang efektif, komunikatif serta menunjukkan
empati sehingga dapat menggali gejala-gejala yang dialami oleh pasien secara tepat dan
mendalam. Pada keterampilan klinik pemeriksaan fisik abdomen, mahasiswa semester 2
diharapkan mampu melakukan pemeriksaan fisik abdomen dengan teknik pemeriksaan yang
benar, lengkap, dan sistematis serta dapatmenginterpretasikan hasil pemeriksaan fisik dengan
benar. Pada keterampilan klinik IPM, mahasiswa semester 2 diharapkan mampu melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisikabdomen secara terintegrasi.
Metode pembelajaran yang akan dilaksanakan secara asinkronus dan sinkronus. Pada
saat asinkronus mahasiswa akan mempelajari keterampilan melalui media audiovisual
keterampilan tersebut. Pada saat sinkronus mahasiswa akan belajar dibawah bimbingan
instruktur secara daring. Penilaian hasil belajar keterampilan klinis dilaksanakan dengan
menggunakan metode OSCE pada akhir semester.
Kami selaku tim penyusun buku ini tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Catur Setiya Sulistiyana, MMedEd selaku Dekan Fakultas Kedokteran UGJ
Cirebon yangtelah memberikan masukkannya terhadap pembuatan buku panduan ini.
2. dr. Edial Sanif, Sp.JP, selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Kedokteran UGJ Cirebon yang
telah memberikan masukkannya terhadap pembuatan buku panduan ini.
3. Semua pihak terkait yang telah membantu dalam pembuatan buku panduan ini.
Tim penyusun Buku Panduan Praktikum Keterampilan Klinik berusaha agar buku ini
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Kritik dan saran sangat di
harapkan demi kemajuan bersama.

Tim Penyusun

5
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

TATA TERTIB

LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK

1. Di laboratorium, mahasiswa harus memakai jas praktikum dan name tag.


2. Mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan keterampilan klinis harus berpakaian rapi dan
sopan serta menggunakan jas praktikum.
3. Mahasiswa tidak diperbolehkan menggunakan pakaian berbahan kaos maupun jeans dan
memakai sandal/sepatu sandal. Untuk mahasiswa perempuan yang berambut panjang,
rambutnya harus terikat rapi.
4. Mahasiswa melakukan promosi kesehatan COVID-19 dan mematuhi protokol kesehatan
yang berlaku
5. Mahasiswa datang tepat waktu dengan membawa buku panduan keterampilan klinis.
Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit atau tidak membawa buku panduan
keterampilan klinis, tidak diperbolehkan mengikuti keterampilan klinis pada hari itu
6. Setiap mahasiswa berhak untuk mengikuti kegiatan di laboratorium keterampilan klinis
sesuai jadwal dan ketentuan yang berlaku. Mahasiswa yang akan melakukan latihan diluar
jadwal harus seizin Ka. Lab Keterampilan klinis/Skills Lab.
7. Mahasiswa harus mengikuti semua materi kegiatan di laboratorium keterampilan klinis,
apabila Mahasiswa tidak mengikuti kegiatan keterampilan klinis, maka harus menunjukkan
surat keterangan sakit atau surat keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan.
8. Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok dan setiap kelompok yang dipimpin oleh satu
instruktur.
9. Semua mahasiswa harus aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Keterampilan Klinis.
10. Selama kegiatan keterampilan klinis, mahasiswa dilarang menyalakan atau menggunakan
telepon seluler, ipad, dan/atau alat elektronik lainnya. Praktikan juga dilarang merokok,
makan dan minum di dalam laboratorium, serta meninggalkan laboratorium tanpa seijin
instruktur.
11. Setiap mahasiswa wajib menjaga kebersihan ruangan dan kerapihan alat di ruang
Laboratorium Keterampilan Klinis. Kelalaian dalam melakukan hal tersebut akan
mengakibatkan sanksi sesuai ketentuan laboratorium.
12. Tiap kerusakan/kehilangan alat atau fasilitas laboratorium yang dilakukan oleh mahasiswa,
harus dibuatkan berita acara yang diketahui oleh ketua kelompok dan instruktur untuk

6
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

kemudian dilaporkan kepada Koodinator Alat dan Perlengkapan Laboratorium keterampilan


klinis.
13. Jika ada tugas, setiap mahasiswa wajib mengumpulkan tugas sesuai dengan ketentuan.
Apabila mahasiswa tidak mengumpulkan tugas sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
maka kehadiran ditiadakan.
14. Kehadiran mahasiswa 75% per Blok sebagai syarat mengikuti OSCE

7
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

ASPEK YANG DINILAI DALAM KETERAMPILAN KLINIS

1. Keterampilan komunikasi: kemampuan mahasiswa menanyakan keluhan utama, riwayat


penyakit sekarang. riwayat pengobatan sebelumnya, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga, faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang berhubungan.
2. Pemeriksaan fisik: kemampuan mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan
masalah klinik pasien dengan menerapkan prinsip menggunakan teknik pemeriksaan yang
benar, sistematik/runut
3. Melakukan tes/prosedur klinik atau intepretasi data untuk menunjang diagnosis
banding/diagnosis: kemampuan mahasiswa melakukan tes/prosedur yang lengkap dan
menyampaikan hasil prosedur atau mengintepretasikan hasil pemeriksaan penunjang
dengan lengkap dan menjelaskan kepada pasien dengantepat
4. Perilaku profesional: kemampuan mahasiswa meminta informed consent, melakukan
setiap tindakan dengan berhati-hati dan teliti sehingga tidak membahayakan pasien,
memperhatikan kenyamanan pasien, melakukan tindakan sesuai prioritas, menunjukkan
rasa hormat kepada pasien

8
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

Daftar Keterampilan SKDI

Tingkat
No Keterampilan Kompetensi

KOMUNIKASI
1. Menyelenggarakan komunikasi lisan maupun tulisan 4A
2. Menulis rekam medik dan membuat pelaporan 4A
PEMERIKSAAN FISIK
1. Penilaian keadaan umum 4A
2. Penilaian respirasi 4A
3. Pengukuran tekanan darah 4A
4. Penilaian denyut kapiler 4A
5. Inspeksi abdomen 4A
6. Palpasi (dinding perut, kolon, hepar, lien, aorta, rigiditas 4A
dinding perut)
7. Perkusi (pekak hati dan area traube) 4A
8. Pemeriksaan bimanual ginjal 4A
9. Pemeriksaan nyeri ketok ginjal 4A

9
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

ANAMNESIS SISTEM PENCERNAAN

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti latihan keterampilan komunikasi mahasiswa mampu :
1. Menggali informasi dari pasien dengan tepat dan lengkap mengenai keluhan-keluhan yang
dirasakan, riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat pribadi dan sosial, dan tinjauan sistem tubuh pada keluhan sistem pencernaan.
2. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti.

A. ANAMNESIS
TINJAUAN GEJALA SPESIFIK YANG SERING DIJUMPAI
Anda akan menemukan berbagai macam keluhan gastrointestinal pada praktik klinik
sehari-hari. Anamnesis yang cermat sering akan membawa anda pada kelainan yang ada
di balik keluhan tersebut. Bagian ini membicarakan permasalahan gastrointestinal, seperti
gangguan pencernaan, anoreksia, nausea, atau vomitus, hematemesis, nyeri abdomen,
disfagia atau odinofagia, perubahan defekasi konstipasi atau mencret, serta ikterus.
Gejala-gejala penyakit abdomen yang paling sering ditemukan adalah:
- Gangguan pencernaan atau anoreksia
- Mual, muntah, atau hematemesis
- Nyeri abdomen
- Disfagia atau odinofagia
- Perubahan buang air besar
- Perdarahan rectum
- Ikterus
- Distensi abdomen
- Pruritus (gatal)
Mekanisme dan patofisiologi yang menimbulkan tanda dan gejala pada kelainan
sistem digestif, hepatobilier, dan pankreas adalah nyeri, gangguan fungsi,
perdarahan gastrointestinal, gejala sistemik, tanda-tanda dekompensasi organ,
obstruksi organ berongga, dan iritasi peritoneum. Anamnesis yang cermat akan
membawa pada kelainan yang ada di balik keluhan tersebut.
“Bagaimana selera makan bapak/ibu?” merupakan pertanyaan terbuka yang baik
dan dapat membawa kita pada persoalan penting lainnya seperti gangguan
pencernaan, nausea, vomitus, dan anoreksia. Pasien sering mengeluhkan gangguan
pencernaan, suatu keluhan yang sering ditemukan dan mengacu kepada keadaan
distress yang berkaitan dengan makan, kendati pasien menggunakan istilah ini
untuk gejala yang berbeda-beda. Temukanlah lebih lanjut apa yang dimaksud oleh
pasien mengenai keluhannya tersebut.
Kemungkinannya meliputi :
1. Heartburn, Didefinisikan sebagai perasaan terbakar atau panas dibalik sternum
(retrosternal) yang dapat menjalar dari daerah epigastrium hingga leher. Biasanya
10
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

keluhan ini berasal dari esofagus. Jika keluhan ini menetap, khususnya di daerah
epigastrium, heartburn dapat menimbulkan pertanyaan mengenai penyakit jantung.
Sebagian pasien penyakit jantung koroner menjelaskan rasa nyerinya sebagai perasaan
seperti terbakar yang “menyerupai keluhan dispepsia”.
▪ Berikan perhatian yang khusus terhadap apa yang menimbulkan rasa tidak nyaman
tersebut dan tindakan apa yang dapat menguranginya?
▪ Apakah keluhan heartburn dipicu oleh aktivitas fisik dan berkurang dengan istirahat,
yang menunjukan kemungkinan angina?
▪ Ataukah keluhan tersebut berkaitan dengan makanan dan menjadi semakin parah
pada saat makan atau sesudah makan, yang menunjukan refluks gastroesofageal?
2. Gas yang berlebihan, khususnya dengan gejala sendawa yang sering, meteorismus,
atau distensi abdomen atau flatus (pengeluaran gas lewat rektum). Temukan apakah
gejala ini berhubungan dengan konsumsi susu atau produk susu.
3. Perasaan penuh dalam perut atau perasaan mudah kenyang yang merupakan
ketidakmampuan untuk makan makanan dengan takaran yang penuh.
4. Nausea dan vomitus, Nausea sering dijelaskan sebagai perasaan mual dan tidak enak
pada lambung dan dapat berlanjut dengan muntah (retching atau vomiting). Retching
merupakan gerakan spasmodik dada dan diafragma yang mendahului dan berakhir
dengan vomitus atau ekspulsi isi lambung (muntahan) yang kuat melalui mulut.
Sebagian pasien mungkin tidak benar-benar muntah, tetapi isi esofagus atau
lambungnya mengalir naik tanpa didahului nausea atau retching; keadaaan ini
dinamakan regurgitasi.
▪ Tanyakan tentang setiap muntahan yang dimuntahkan ataupun tentang bahan yang
keluar pada regurgitasi dan jika mungkin, lakukan inspeksi untuk melihatnya sendiri.
− Bagaimana warna muntahannya?
− Seperti apakah bau muntahan itu?
− Berapa banyakkah yang sudah dimuntahkan?
▪ Tanyakan secara spesifik apakah muntahannya mengandung darah dan coba untuk
menentukan berapa banyak darah yang dimuntahkan. Anda mungkin dapat
membantu pasien dalam menyebutkan takarannya, misal satu sendok teh? Dua
sendok teh? Secangkir penuh?
▪ Muntahan yang berwarna kecoklatan atau kehitaman dengan gambaran separti
“ampas kopi” menunjukan darah yang sudah terkena asam lambung. Muntah
dengan muntahan seperti ampas kopi atau dengan darah yang berwarna merah
dinamakan hematemesis.
▪ Apakah gejala yang diperlihatkan oleh pasien menunjukan komplikasi vomitus,
seperti aspirasi muntahan ke dalam paru, yang dapat terjadi pada pasien yang
berusia lanjut, pasien yang keadaan umumnya jelek atau pada pasien dengan
penurunan kesadaran?
▪ Apakah terdapat gejala dehidrasi atau gangguan keseimbangan elektrolit akibat
vomitus yang lama atau kehilangan darah yang signifikan?
5. Nyeri abdomen, Nyeri abdomen memiliki beberapa kemungkinan mekanisme serta pola
klinisnya dan memerlukan pemeriksaan klinis yang cermat. Karena itu, penting untuk
menguasai tiga kelompok besar nyeri abdomen di bawah ini:
11
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

▪ Nyeri Viseral, Nyeri viseral terjadi ketika organ-organ abdomen yang berongga
seperti intestinum atau percabangan bilier melakukan kontraksi kuat secara
abnormal atau jika organ-organ tersebut mengalami distensi atau peregangan.
Organ-organ padat, seperti hepar, dapat pula menimbulkan rasa nyeri jika
kapsulnya teregang. Lokasi nyeri viseral mungkin sulit ditentukan. Nyeri tersebut
seringkali dapat diraba di dekat garis tengah dengan ketinggian bervariasi menurut
struktur yang terkena seperti diilustrasikan gambar.
Nyeri viseral memiliki kualitas yang bervariasi dan dapat berupa sakit perut atau
rasa mulas, rasa panas seperti terbakar, kram, ataupun rasa pegal. Jika keluhan ini
bertambah berat, dapat disertai perspirasi, pucat, mual, muntah, dan perasaan
gelisah.
Nyeri viseral pada kuadran kanan atas terjadi karena distensi hepar yang
meregangkan kapsula hepatika pada hepatitis alkoholik.

Gambar 1. Nyeri dari organ viseral abdomen

▪ Nyeri Parietal, Nyeri parietal berasal dari peritoneum parietalis dan disebabkan
oleh inflamasi. Nyerinya berupa perasaan pegal yang menetap yang biasanya lebih
hebat daripada nyeri viseral dan memiliki lokasi yang lebih tepat di daerah struktur
yang sakit. Rasa nyeri ini akan bertambah parah jika pasien bergerak atau batuk.
Biasanya pasien dengan nyeri ini lebih menyukai berbaring diam.
Nyeri viseral di daerah periumbilikal pada apendisitis akut stadium awal disebabkan
oleh distensi apendiks atau inflamasi apendiks. Nyeri viseral ini berangsur-angsur
akan berubah menjadi nyeri parietal pada kuadran kanan bawah akibat inflamasi
peritoneum parietalis yang ada di dekatnya.
▪ Nyeri alih (referred pain), Nyeri alih merupakan nyeri yang berasal dari organ
dalam tetapi dilukiskan oleh pasien sebagai nyeri yang terletak di dinding perut atau
dada, bahu, rahang, atau daerah lain yang dipasok oleh saraf somatis. Nyeri
berasal dari daerah yang disuplai oleh saraf somatis yang memasuki medulla
spinalis pada segmen yang sama seperti saraf sensoris dari organ yang
menyebabkan nyeri. Misalnya nyeri bahu kanan dapat timbul pada kolesistitis akut,

12
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

nyeri testis dapat timbul pada kolik ginjal atau apendisitis, nyeri akibat pleuritis atau
infark miokard akut dapat beralih ke abdomen bagian atas.

Gambar 2. Penyebab tersering nyeri abdomen

Gambar 3. Pembagian berdasarkan kuadran

Gambar 4. Sebaran nyeri pada akut abdome


13
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

Minta pasien untuk menjelaskan nyeri abdomen menurut kata-katanya sendiri,


kemudian minta untuk menunjukkan lokasi nyeri tersebut. Jika pakaiannya mengganggu,
ulangi pertanyaan tersebut pada saat melakukan pemeriksaan fisik. Anda mungkin
harus mengejar detail-detail yang penting :
▪ “Dimanakah rasa nyeri itu mulai timbul?”
▪ “Apakah nyeri itu menjalar atau berpindah ke tempat lain?”
▪ “Bagaimana nyeri itu terasa?”
▪ Apabila pasien menghadapi kesulitan untuk menjelaskan rasa nyerinya, coba dengan
pertanyaan yang memberikan pilihan jawaban seperti “Apakah nyeri itu terasa pegal,
panas seperti terbakar, mulas, atau seperti apa?”
▪ “Seberapa hebat nyeri itu terasa?” “Bagaimana dengan skala nyeri 1 hingga 10?”
▪ Tanyakan apakah rasa nyeri masih bisa ditahan oleh pasien dan apakah
mengganggu aktivitas yang biasa dilakukan? Apakah rasa nyeri itu membuat pasien
terus berbaring? Uraian tentang intensitas nyeri dapat memberitahukan tentang
respon terhadap nyeri dan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan pasien,
namun tidak selalu membantu dalam menilai penyebabnya. Sensitivitas seseorang
terhadap nyeri abdomen sangat bervariasi dan cenderung berkurang seiring dengan
pertambahan usia sehingga pada pasien berusia lanjut khususnya lebih dapat
menutupi permasalahan abdomen.
▪ Menentukan saat terjadinya nyeri merupakan tindakan yang sangat membantu.
− Apakah nyeri itu timbul secara tiba-tiba ataukah secara berangsur-angsur?
− Kapan rasa nyeri mulai terjadi?
− Barapa lama nyeri itu berlangsung?
− Bagaimana pola nyerinya selama periode waktu 24 jam? Selama berminggu-
minggu atau berbulan-bulan?
− Apakah anda sedang menderita sakit yang akut atau kronik atau kambuhan?
▪ Tentukan faktor apakah yang memperberat atau meringankan rasa nyeri, dengan
perhatian khusus kepada makanan, penggunaan antasid, alkohol, obat-obatan (yang
meliputi aspirin dan obat-obatan mirip aspirin serta obat-obatan yang dijual bebas),
faktor emosional dan posisi tubuh.
▪ Demikian pula, apakah rasa nyeri berhubungan dengan defekasi, urinasi, atau
menstruasi?
▪ Anda juga harus menemukan gejala apapun yang berkaitan dengan rasa nyeri,
seperti demam atau menggigil, dan tanyakan urutannya bila terdapat gejala-gejala
tersebut.
6. Anoreksia, Merupakan gangguan kehilangan atau penurunan selera makan. Temukan
apakah anoreksia terjadi karena intoleransi terhadap makanan tertentu ataukah karena
keengganan makan yang disebabkan oleh ketidaknyamanan yang telah diantisipasi
sebelumnya.
7. Disfagia, Hal yang lebih jarang dijumpai, pasien mungkin melaporkan kesulitan menelan
atau disfagia, yaitu perasaan bahwa makanan atau minuman yang dikonsumsinya
terasa mengganjal, tersendat-sendat atau tidak mau turun sama sekali didalam
kerongkongan. Disfagia dapat terjadi karena kelainan esophagusatau kesulitan
mengalirkan makanan dari mulut kedalam esofagus. Perasaan adanya benjolan di
14
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

dalam kerongkongan atau di daerah retrosternum yang tidak berkaitan dengan menelan
bukan merupakan disfagia yang sebenarnya.
▪ Minta pasien untuk menunjuk ke tempat disfagia terasa dan menjelaskan tipe
makanan yang menimbulkan keluhan tersebut. Apakah disfagia terjadi ketika
memakan makanan yang relatif padat seperti daging atau makanan yang lebih
lunak seperti daging cincang dan kentang giling, ataukah ketika meminum cairan
yang panas atau dingin?
▪ Tentukan waktu terjadinya. Kapan disfagia tersebut hilang timbul atau menetap?
Apakah semakin lama semakin parah? Jika iya, berapa lama waktunya? Gejala dan
keadaan medis apa yang menyertainya?
8. Odinofagia, Odinofagia didefinisikan sebagai rasa nyeri ketika menelan, dapat terjadi
dalam 2 bentuk. Nyeri yang menusuk dan panas seperti terbakar menunjukan inflamasi
mukosa sedangkan nyeri yang terasa diremas dan seperti kram menunjukan penyebab
muskular. Odinofagia dapat menyertai disfagia, tetapi kedua gejala itu dapat terjadi
secara sendiri-sendiri.
9. Perubahan Buang Air Besar, Dalam hal traktus gastrointestinal bawah, kita sering
perlu menilai fungsi usus. Hal ini dapat dimulai dengan pertanyaan terbuka:
▪ “Bagaimana buang air besar Bapak/Ibu?”
▪ “Berapa sering Bapak/Ibu buang air besar?”
▪ “Apakah Bapak/Ibu mengalami sulit buang air besar?”
▪ “Apakah Bapak/Ibu memperhatikan adanya perubahan pada kebiasaan buang air
besar?”
Frekuensi defekasi normal berkisar dari tiga kali sehari hingga dua kali
seminggu. Pasien memiliki pandangan yang beragam mengenai konstipasi dan diare.
Pastikan untuk mendapatkan kejelasan tentang apa yang dimaksudkan pasien dengan
istilah-istilah ini. Sebagai contoh, apakah konstipasi? Suatu penurunan frekuensi buang
air besar? Pengeluaran feses (tinja) yang keras dan mungkin nyeri? Perlu mengejan
dengan tenaga yang tidak biasa dilakukan? Perasaan buang air besar yang tidak tuntas
atau masih terasa tekanan di dalam rektum?
Tanyakan apakah pasien benar-benar melihat kotorannya. Jika ”YA”, bagaimana
warnanya dan seberapa banyak jumlah kotorannya tersebut? Obat apakah yang sudah
dikonsumsi pasien untuk mengatasi gejala tersebut? Apakah obat-obatan, stres, kondisi
lingkungan berperan dalam permasalahan ini? Kadang-kadang terdapat konstipasi total
tanpa adanya feses atau gas yang keluar, dan keadaan ini dinamakan obstipasi.
Warna feses merupakan suatu yang penting ditanyakan. apakah feses yang
dikeluarkan mirip petis (black tarry stools), yang menunjukan gejala melena atau adanya
darah merah di dalam feses yang dikenal dengan istilah hematoschezia. Jika kedua
keadaan ini ditemukan, tentukan berapa lama dan berapa sering keduanya terjadi. Jika
darahnya berwarna merah, berapa banyak darah yang ada dalam feses? Apakah darah
murni yang tercampur dengan feses ataukah darah itu hanya terdapat pada permukaan
feses?
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang berlebihan dan biasanya
feses tersebut tidak berbentuk atau encer. Tanyakan tentang konsistensi dan volume
feses serta frekuensi buang air besar.
15
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

Tanyakan lebih lanjut apakah feses tersebut berlemak atau berminyak? Berbuih?
Berbau busuk? Mengapung pada permukaan air karena mengandung gas yang
berlebihan sehingga sulit disiram sampai bersih di toilet? Apakah juga disertai dengan
lendir, nanah, atau darah?
Penting juga untuk mengetahui apakah gejala diare sampai membangunkan
pasien di malam hari? Faktor apakah yang memperberat atau meringankan gejala?
Apakah pasien merasa lebih enak setelah buang air besar atau masih terdapat desakan
buang air yang hebat disertai mengejan sekalipun feses yang keluar hanya sedikit atau
tidak ada; keadaan ini dikenal dengan nama tenesmus. Bagaimana keadaan sekitar?
Apakah berhubungan dengan perjalanan, stres, atau pemakaian obat baru? Apakah ada
anggota keluarga atau pendamping yang memiliki gejala serupa? Apakah ada gejala lain
yang menyertai?
10. Ikterus, Ikterus atau jaundice, yaitu perubahan warna kulit dan sklera menjadi
kekuningan karena peningkatan kadar bilirubin.
Ketika memeriksa pasien dengan ikterus, berikan perhatian khusus pada gejala
yang menyertai dan lingkungan ketika sakit itu terjadi. Bagaimana warna urin ketika
pasien sakit? Tanyakan pula tentang warna feses. Ketika ekskresi empedu ke dalam
usus halus sama sekali tersumbat, warna fases berubah menjadi abu-abu atau warna
cerah, atau akolik-feses tanpa empedu.
Apakah kulit terasa gatal tanpa penyebab yang jelas? Apakah disertai rasa
nyeri? Bagaimana polanya? Apakah bersifat kembuhan di masa lalu?
Apakah terdapat faktor risiko untuk penyakit hati, seperti:
▪ Hepatitis
Melancong atau makan pada tempat yang sanitasinya buruk, minum air yang
terkontaminasi atau makan makanan yang tercemar (hepatitis A), pajanan parenteral
atau membran mukosa dengan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti darah, serum, air
mani, dan air liur, khususnya melalui hubungan seksual dengan pasangan yang
sudah terinfeksi atau melalui penggunaan bersama jarum suntik untuk menyuntikkan
obat (hepatitis B), penggunaan obat-obat terlarang yang disuntikan intravena atau
transfusi darah (hepatitis C).
▪ Hepatitis alkoholik atau sirosis alkoholik (wawancarai dengan cermat tentang
kebiasaan minum minuman keras/beralhokol).
▪ Kerusakan hati karena intoksikasi obat-obatan, pelarut industri, atau racun/toksin
dari lingkungan.
▪ Penyakit atau pembedahan pada kandung empedu yang dapat mengakibatkan
obstruksi bilier ekstrahepatik.
▪ Kelainan bawaan dalam riwayat keluarga.

11. Perdarahan rectum, Perdarahan mungkin bermanifestasi sebgai darah merah segar,
darah yang bercampur tinja, atau darah hitam seperti ter. Darah merah segar melalui
rectum disebut hematoskezia, dapat terjadi pada tumor kolon, penyakit divertikulum, atau
kolitis ulceratif.
Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini kepada pasien yang
mengalamiperdarahan rectum:

16
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

“Sudah berapa lama anda menemukan darah merah segar di dalam tinja anda?”
“Apakah darahnya tercampur dengan tinja?”
“Apakah ada garis darah pada permukaan tinja?”
“Apakah ada perubahan dalam kebiasaan buang air besar anda?”
“Apakah ada perasaan dalam rectum anda bahwa anda buang air besar tetapi tidak
dapat?”
“Apakah anda pernah mengeluarkan lebih dari satu kali tinja hitam seperti ter? jikaya,
Kapan?”
“Sudah berapa lama anda mengeluarkan tinja hitam seperti ter?”“Apakah anda merasa
nyeri kepala?”
“Apakah anda menderita mual yang berkaitan dengan tinja ini? Muntah? Mencret?Nyeri
perut? Berkeringat?”
Referensi
1. Bates B, Bickley LS, Hoekelman RA. A Guide to Physical Examination and History Taking.
8th ed. Philadelphia: JB. Lippincott; 2008.
2. Burnside JW, McGlynn TJ. Physical Diagnosis. 17ͭʰ ed. Jakarta: EGC; 1995.
3. Gondodiputro S. Rekam medik Dan Sistem Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan Primer (Puskesmas). Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran UNPAD; 2007.
4. Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC; 2010.

17
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

LANGKAH-LANGKAH ANAMNESIS SISTEM PENCERNAAN

NO. ASPEK YANG DINILAI DILAKUKAN


YA TIDAK
1 Memperkenalkan diri
2 Menanyakan identitas pasien
3 Menanyakan keluhan utama
4 Menggali riwayat penyakit sekarang
5 Menggali riwayat penyakit dahulu
6 Menggali riwayat penyakit keluarga
7 Menggali riwayat pribadi dan sosial
8 Menanyakan keluhan berdasarkan tinjauan sistem tubuh
9 Melakukan konfirmasi terhadap informasi yang
didapatkan kepada pasien

18
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

Instruksi Untuk Mahasiswa


1. Mahasiswa mempelajari teori anamnesis dan penulisan rekam medik yang terdapat
pada buku panduan keterampilan klinik dan video. Berikut adalah link video: Video
Pembelajaran IPM Abdomen - Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung jati
(FK UGJ) - https://youtu.be/jkIxker51Rw
2. Mahasiswa melakukan anamnesis kepada pasien simulasi terkait keluhan pasien
3. Mahasiswa melakukan penulisan rekam medis

Lesson Plan

NO KEGIATAN WAKTU
1. - Mereview kegiatan pembelajaran yang akan berjalan 5 menit
2. - Meminta salah seorang mahasiswa untuk mencoba melakukan
anamnesis terhadap pasien simulasi dan membuat narasi
riwayat penyakit sekarang pada lembarrekam medik yang
sudah disediakan
- Meminta mahasiswa untuk refleksi 85 menit
- Meminta mahasiswa lain untuk memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback
3. Penutup 10 menit

19
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti latihan keterampilan pemeriksaan fisik abdomen, mahasiswa mampu:
1. Melakukan pemeriksaan fisik abdomen: inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasidengan
benar dan sistematis.
2. Melakukan pemeriksaan hepar
3. Melakukan pemeriksaan lien
4. Melakukan pemeriksaan ginjal

LANDASAN TEORI
Dinding Abdomen
Muskulus rektus abdominis dapat ditemukan apabila seseorang dalam posisi terlentang
mengangkat kepala dan bahunya.

Gambar 1. Abdomen bagian anterior

Untuk tujuan deskripsi, abdomen dibagi menjadi 4 kuadran menurut dua garis imajiner
yang saling tegak lurus dan berpotongan di umbilicus, yaitu:
1. Kuadran kanan atas
2. Kuadran kanan bawah
3. Kuadran kiri atas
4. Kuadran kiri bawah.

Abdomen juga dapat dibagi menjadi 9 regio, seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah ini.

20
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

Gambar 2. Pembagian kuadran dan regio pada abdomen

Identifikasi kuadran abdomen dan proyeksi alat/ organ dalam abdomen.


Bila kita memeriksa abdomen, beberapa struktur organ normal dalam abdomen dapat
diidentifikasi. Kolon sigmoid dapat diraba seperti tabung di kuadran kiri bawah sedangkan
caecum dan bagian dari kolon asenden seperti tabung yang lunak dan lebih lebar pada kuadran
kanan bawah. Kolon tranversum dan kolon desenden juga mungkin dapat diraba .

Tabel 1. Identifikasi Empat kuadran abdomen :

Kuadran Kanan Atas Kuadran Kiri Atas


- Hepar - Lobus kiri dari hepar
- vesica fellea - Lambung
- Pylorus - Corpus pancreas
- Duodenum - Fleksura lienalis kolon
- Caput pancreas - Sebagian dari kolon
- Fleksura hepatika colon tranversum
- Sebagian kolon asendens - Kolon desenden
- Kolon tranversum
Kuadran Kanan bawah Kuadran Kiri Bawah
- Cecum dan appendik - Kolon sigmoid
- Sebagian colon acenden - Sebagian kolon desenden

21
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

Gambar 3. Viscera abdomen

Tabel 2. Identifikasi Sembilan Regio Abdomen

Hipochondrium Epigastrika Hipochondriumkiri


kanan • Pylorus dan gaster • Gaster
• Lobus hepar • Duodenum • Ekor pancreas
kanan • Pancreas • Fleksura lienalis kolon
• Vesika felea • Bagian dari hepar lobuskiri

Lumbal Kanan Umbilicalis Lumbal kiri


• Bagian • Omentum • Kolon desenden
duodenum • Mesenterium • Bagian Distalduodenum
• Jejunum • Bagian distal duodenum • Jejunum

Inguinal Kanan Suprapubik/Hipogastrika Inguinal kiri


• Caecum • Ileum • Colon sigmoid
• Appendik • Vesica Urinaria
• Bagian distal
ileum

Pada waktu memeriksa abdomen, dapat teraba beberapa organ yang normal. Kolon
sigmoid dapat teraba sebagai suatu saluran sempit yang agak keras pada kuadran kiri bawah,
sedangkan caecum dan sebagian dari colon ascenden membentuk suatu tube yang lebih lunak
dan lebih besar di kuadran kanan bawah. Bagian dari colon transversum dan kolon descenden
dapat pula diraba.
Walaupun tepi bawah hepar normal terletak lebih rendah dari pada batas bawah kosta
kanan, karena konsistennya yang lunak kadang-kadang normal sulit untuk diraba.

22
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

Bagian bawah dari ginjal kanan, kadang-kadang dapat juga diraba pada kuadran kanan atas,
tetapi pada daerah yang lebih dalam terutama pada wanita yang kurus, dengan dinding
abdomen yang betul-betul relaks. Pulsasi dari aorta abdominalis dapat terlihat dan biasanya
teraba dibagian atas abdomen, sedangkan pulsasi arteri iliaka kadang- kadang teraba di
kuadran bawah.
Kandung kemih yang penuh dan teregang dan uterus dalam kehamilan dapat teraba di
atas symphisis pubis. Pada orang kurus dengan dinding abdomen yang relaks, beberapa
sentimeter di bawah umbilicus, kadang- kadang teraba promontorium sacralis atau tepi depan
vertebra sacralis pertama. Pada pemeriksaan yang belum familiar dengan suatu tonjolan yang
keras seperti ini, kadang–kadang menyalahartikan sebagai suatu tumor. Processus xyphoideus
juga suatu tonjolan yang kadang-kadang dirasakan dan disalahartikan sebagai tumor oleh
pasien.
Cavum abdomen meluas mulai dari daerah di bawah diaphragma yang terlindungi oleh
kosta. Di daerah yang terlindung ini, terletak sebagian besar dari hepar, ventrikulus, dan seluruh
bagian dari lien normal. Organ-organ pada daerah terlindung tersebut tidak dapat diraba
(dipalpasi), tetapi dengan perkusi dapat diperkiraan adanya organ-organ tersebut. Sebagian
besar dari kandung empedu normal terletak disebelah dalam hepar, sehingga hampir tidak dapat
dibedakan. Duodenum dan pancreas terletak dibagian dalam kuadran atas abdomen, sehingga
dalam keadaan normal tidak teraba.
Ginjal adalah organ yang terletak di daerah posterior, terlindung oleh tulang rusuk, sudut
costovertebral (sudut yang dibentuk oleh batas bawah kosta ke-12 dengan proccesus
transversus vertebra lumbalis) merupakan daerah untuk menentukan ada tidaknya nyeri ginjal.

PEMERIKSAAN FISIK PADA SISTEM DIGESTIVE


1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda vital
▪Tekanan darah
▪Nadi
▪Suhu
▪Respirasi
4. Kepala
5. Leher
6. Thoraks (untuk yang menunjang penyakit tertentu seperti spider naevi pada penyakit
sirosis hati).
7. Abdomen

CARA PEMERIKSAAN REGIO ABDOMEN


Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan abdomen, antara lain:
1. Melakukan informed consent sebelum melakukan pemeriksaan.
2. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
3. Kulit abdomen memiliki sensibilitas yang tinggi sehingga sebelum melakukan palpasi
sebaiknya pemeriksa menghangatkan kedua telapak tangan dengan cara menggosokkan
kedua telapak tangan.
23
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

4. Ketika melakukan palpasi, ajak pasien untuk berbicara terutama pada pasien yang sensitif
terhadap rasa geli (dapat mengaburkan hasil pemeriksaan karena kontraksi otot-otot
abdomen).
5. Ketika menilai adanya nyeri tekan pada abdomen, pemeriksa bertanya sambil melihat
ekspresi wajah pasien, apakah tampak ekspresi wajah yang kesakitan.
6. Mintalah penderita untuk menunjukkan daerah yang terasa sakit dan memeriksa daerah
tersebut terakhir.
7. Lakukan pemeriksaan dengan perlahan, hindarkan gerakan yang cepat dan tiba- tiba.
8. Pemeriksaan abdomen pada anak-anak dilakukan dengan urutan Inspeksi, Auskultasi,
Palpasi dan Perkusi. Hal ini dilakukan karena pada anak-anak, pemeriksaan palpasi dan
perkusi dapat mempengaruhi frekuensi suara usus. Sedangkan pada orang dewasa
dapat dilakukan urutan pemeriksaan seperti pada anak-anak maupun dengan urutan
seperti pada pemeriksaan regio yang lain (Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi).
9. Pada pemeriksaan palpasi abdomen, pasien diminta untuk menekuk lututnya agar otot-
otot abdomen rileks

INSPEKSI
1. Kulit : menilai apakah ada sikatriks, striae, tanda-tanda inflamasi, jejas, atau vena yang
melebar (venektasi). Secara normal, mungkin terlihat vena-vena kecil. Striae alba
didapatkan pada pasien obese dan post gravida. Sedangkan striae rubra didapatkan
pada pasien Sindroma Cushing. Vena yang melebar dapat terlihat pada sirosis hepatis
atau bendungan vena cava inferior. Perhatikan pula apakah ada rash atau lesi-lesi kulit
lainnya.
2. Umbilikus: perhatikanlah bentuk dan lokasinya, dan apakah ada tanda-tanda inflamasi
atau hernia.
3. Perhatikanlah bentuk permukaan (contour) abdomen termasuk daerah inguinal dan
femoral. Apakah permukaan abdomen datar, cembung atau cekung (skapoid). Bentuk
permukaan abdomen yang cembung didapatkan pada pasien dengan obesitas, gravida,
tumor/massa dan ascites. Penonjolan supra-pubik bida didapatkan pada kehamilan atau
kandung kencing yang penuh. Tonjolan asimetri mungkin terjadi karena pembesaran
organ setempat atau masa.
4. Simetrisitas dinding abdomen.
5. Pembesaran organ : mintalah penderita untuk bernafas, perhatikan apakah nampak
adanya hepar atau lien yang menonjol di bawah arcus costa.
6. Massa
7. Gerakan peristaltik: Gerakan peristaltik normal terlihat pada orang yang sangat kurus.
Gambaran darm contour menandakana adanya dilatasi usus, misalnya pada ileus
obstruktif.
8. Pulsasi: Pulsasi aorta yang normal kadang-kadang dapat terlihat di daerah epigastrium.

24
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

PALPASI
1. PALPASI SUPERFICIAL
Palpasi ringan (superfisial) dilakukan untuk menilai adanya nyeri tekan abdomen,
nyeri lepas, rangsang peritoneum dan massa superficial. Posisi kaki pasien agak fleksi
pada panggul dan lutut. Pemeriksa melakukan palpasi ringan dengan menggunakan
telapak tangan ujung jari-jari secara bersama-sama dengan sudut 45o. Lakukanlah
gerakan menekan yang lembut dan ringan pada semua regio abdomen. Hindarkan suatu
gerakan yang menyentak.

Gambar 4. Palpasi Ringan Pada Abdomen

2. PALPASI DALAM
Palpasi dalam dilakukan untuk menilai adanya massa pada abdomen dan adanya
pembesaran organ, seperti hepar, lien dan ginjal. Posisi kaki pasien agak fleksi pada
panggul dan lutut. Dengan menggunakan permukaan palmar dari ujung-ujung jari,
terutama sisi medial dari jari telunjuk, pemeriksa melakukan palpasi dalam di semua regio
abdomen.
Apabila terdapat adanya massa, tentukanlah lokasinya, ukurannya, bentuknya,
konsistensinya, mobilitasnya, apakah terasa nyeri pada tekanan atau tidak. Massa di
abdomen dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis :
a. Fisiologis (uterus dalam kehamilan).
b. Inflamasi (diverticulitis colon atau pseudocyst pancreas).
c. Vaskuler (aneurisma aorta)
d. Neoplastik (uterus yang miomatosa, karsinoma kolon, atau ovarium)
e. Obstruktif (kandung kencing yang teregang).

Gambar 5. Palpasi dalam menggunakan dua tangan

25
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

Pemeriksaan Palpasi Hepar:


1. Melakukan pemeriksaan palpasi Lobus Kanan Hepar dengan ujung-ujung jari tangan kanan
(sisi medial jari telunjuk). Pasien diminta untuk menarik napas dalam dan membuang napas.
Saat inspirasi lakukan palpasi dengan gerakan tangan parabolik (tekan dengan lembut ke
arah dalam dan ke atas), dimulai dari SIAS dextra ke arah atas (arcus costae).
2. Pemeriksa mencoba merasakan sentuhan hepar pada jari tangan kanan saat hepar
bergerak ke bawah (inspirasi). Apabila pemeriksa merasakannya,kendorkanlah tekanan jari
sehingga hepar dapat meluncur di bawah jari dan pemeriksa dapat meraba permukaan
anterior hepar penderita.
3. Untuk palpasi Lobus Kiri Hepar, dimulai dari umbilicus ke arah atas (processus xiphoideus).
4. Yang perlu dinilai pada pemeriksaan palpasi hepar antara lain apakah hepar teraba atau
tidak (bila teraba deskripsikan berapa cm/jari dari arcus costae untuk lobus kanan dan dari
processus xiphoideus untuk lobus kiri hepar), apakah tepi hepar tajam/tumpul, apakah
konsistensinya kenyal atau keras, permukaannya datar atau berbenjol-benjol dan apakah
nyeri saat ditekan. Pada orang normal, hepar tidak teraba saat palpasi.

Gambar 6. Pemeriksaan Palpasi Hepar

Pemeriksaan Lien
Lien yang normal terletak pada lengkung diafragma, di sebelah posterior garis midaksila.
Suatu daerah kecil suara redup dapat ditemukan di antara suara sonor paru dan suara timpani,
tetapi mencari suara redup lien ini tidak banyak gunanya. Perkusi lien hanya berguna kalau
dicurigai atau didapatkan splenomegali. Apabila membesar, lien akan membesar ke arah
depan, ke bawah dan ke medial, mengganti suara timpani dari lambung dan kolon, menjadi
suara redup.
Apabila anda mencurigai splenomegali, cobalah pemeriksaan-pemeriksaan berikut :
1. Perkusilah daerah spatium intercosta terbawah di garis aksilaris anterior kiri. Daerah ini
biasanya timpani. Kemudian mintalah penderita untuk menarik nafas panjang dan lakukanlah
perkusi lagi. Apabila lien tidak membesar, suara perkusi tetap timpani. Apabila suara menjadi
redup pada inspirasi, berarti ada pembesaran lien. Walaupun demikian, kadang-kadang
terdapat juga suara redup pada lien normal (falsely positivesplenic percussion sign).
2. Perkusilah daerah redup lien dari berbagai arah. Apabila ditemukan daerah redup yang luas,
berarti terdapat pembesaran lien. Pemeriksaan perkusi untuk mengetahui adanya
26
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

pembesaran lien, dapat terganggu oleh isi lambung dan kolon, tetapi pemeriksaan ini dapat
menunjukkan adanya pembesaran lien sebelum lien teraba pada palpasi.

Cara pemeriksaan palpasi lien :


1. Melakukan palpasi lien dengan dengan ujung-ujung jari tangan kanan (sisi medial jari
telunjuk). Pasien diminta untuk menarik napas dalam dan membuang napas. Saat inspirasi
lakukan palpasi dengan gerakan tangan parabolik (tekan dengan lembut ke arah dalam dan
ke atas), dimulai dari SIAS dextra ke arah kiri atas, melewati umbilicus, hingga ke arcus
costae sinistra.
2. Pemeriksa mencoba merasakan sentuhan lien pada jari tangan kanan. Apabila teraba
deskripsikan pada Schuffner berapa.

Gambar 7. Palpasi Lien

PEMERIKSAAN BALLOTEMENT (GINJAL)


a. Ginjal kanan
1. Pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri di bagian lumbal kanan penderita (posterior),
sejajar costa XII dengan ujung jari menyentuh sudut costovertebrae. Sedangkan telapak
tangan kanan pemeriksa berada pada permukaan abdomen bagian anterior, regio
lumbalis dextra, di sebelah lateraldan sejajar terhadap musculus rectus abdominis.
2. Angkat dan dorong telapak tangan kiri ke arah anterior penderita, sedangkan telapak
tangan kanan merasakan apakah teraba massa (ginjal kanan) seperti menyundul
permukaan telapak tangan. Pada pasien normal, ginjal tidak teraba(Ballotement negatif).
b. Ginjal kiri
1. Pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri di bagian lumbal kiri penderita (posterior),
sejajar costa XII dengan ujung jari menyentuh sudut costovertebrae. Sedangkan telapak
tangan kanan pemeriksa berada pada permukaan abdomen bagian anterior, region
lumbalis sinistra, di sebelahlateral dan sejajar terhadap musculus rectus abdominis.
2. Angkat dan dorong telapak tangan kiri ke arah anterior penderita, sedangkan telapak
tangan kanan merasakan apakah teraba massa (ginjal kanan) seperti menyundul
permukaan telapak tangan. Pada pasien normal, ginjal tidak teraba(Ballotement negatif).

27
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

Gambar 8. Palpasi Ginjal Kanan


PERKUSI
Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, untuk memperkirakan ukuran hepar, dan
kadang-kadang lien, menemukan ascites, mengetahui apakah suatu massa padat atau kistik,
dan untuk mengetahui adanya udara pada lambung dan usus.
Pemeriksa melakukan perkusi pada semua region abdomen secara sistematis. Perkusi
abdomen normal adalah timpani. Suara redup pada kedua sisi abdomen mungkin menunjukan
adanya ascites.
a. Lakukan perkusi superfisial. Letakan tangan kiri diatas permukaan abdomen, jari tengah
tangan kanan mengetuk bagian dorsal dari ruas kedua jari tengah tangan kanan. Lakukan
perkusi secara sistematis pada setiap regio hingga mencakup seluruh dinding abdomen.
Nilai perubahan suara pada permukaan abdomen.
b. Perkusi hepar (liver span)
• Melakukan perkusi pada ICS 2 linea midklavikulis dextra ke arah bawah hingga
terdengar peralihan suara perkusi dari sonor menjadi pekak, yang merupakan batas
atas hepar.
• Melakukan perkusi pada linea midklavikulis dextra di abdomen kanan bawah ke arah
atas hingga terdengar peralihan suara dari timpani menjadi pekak yang merupakan
batas bawah hepar.
• Mengukur berapa cm liver span menggunakan penggaris, yaitu jarak antara batas atas
hepar ke batas bawah hepar.

Gambar 9. Perkusi hepar


c. Pemeriksaan Lien
• Perkusilah daerah spatium intercosta terbawah di garis aksilaris anterior kiri. Daerah ini
biasanya timpani. Kemudian mintalah penderita untuk menarik nafas panjang dan
lakukanlah perkusi lagi. Apabila lien tidak membesar, suara perkusi tetap timpani.

28
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

Apabila suara menjadi redup pada inspirasi, berarti ada pembesaran lien. Walaupun
demikian, kadang-kadang terdapat juga suara redup pada lien normal (falsely positive
splenic percussion sign).

AUSKULTASI :
Pemeriksaan auskultasi abdomen berguna untuk memperkirakan gerakan usus dan
kemungkinan adanya gangguan vaskuler.
Letakkan diafragma stetoskop dengan lembut pada abdomen. Dengarkanlah suara usus,
dan perhatikanlah frekuensi dan karakternya. Suara yang normal terdiri dari click dan gurgles,
dengan frekuensi kira-kira 5-35 x/menit. Kadang-kadang pemeriksa dapat mendengarkan
borborygmi, yaitu gurgles yang panjang. Karena suara usus akan disebarkan ke seluruh
abdomen, maka mendengarkannya pada suatu tempat saja, yaitu di regio umbilicalis. Tetapi
apabila pada anamnesis dicurigai adanya gangguan peristaltik usus maka pemeriksaan
auskultasi dilakukan pada semua regio abdomen. Suara usus ini dapat berubah pada diaret,
ileus obstruktif, ileus paralitik dan peritonitis.
Pada penderita dengan hipertensi, periksalah daerah epigastrium dan daerah kuadran
kanan dan kiri atas, apakah ada bising. Bising pada sistole dan diastole pada penderita
hipertensi menunjukan adanya stenosis arteria renalis. Sedangkan bising sistole saja pada
epigastrium dapat terdapat pada orang normal, apabila dicurigai adanya influensi arteri pada
tungkai, periksalah adanya bising sistolik dan diastolik pada arteria illaca dan femoralis.

PEMERIKSAAN NYERI KETOK GINJAL


1. Posisi pasien duduk dan bebaskan area yang diperiksa (punggung bawah) dari pakaian.
2. Untuk menilai ada tidaknya nyeri ketok ginjal kanan, pemeriksa meletakkan telapak tangan
kirinya pada sudut costovertebral kanan pasien. Kemudian pukul dengan sisi ulnar kepalan
tangan kanan. Tanyakan kepada pasien apakah terasanyeri saat tangan memukul.
3. Lakukan pada sisi kiri dengan cara yang sama untuk menilai ada tidaknya nyeri ketok ginjal
kiri.

Gambar 10. Ginjal dan sudut costovertebral

29
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

Gambar 11. Pemeriksaan Nyeri Ketok Ginjal


Referensi
1. Bates B. The Abdomen, A Guide to Physical Examination and History Taking.
Philadelphia: JB. Lippincott Company; 2010.
2. Seidel. Mosby’s Guide to Physical Examination. 6th ed. Missouri: Mosby Elsevier;2009.

30
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

LANGKAH-LANGKAH
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

DILAKUKAN
NO ASPEK YANG DINILAI YA TIDAK
1 Komunikasi Efektif:
a. Memperkenalkan diri
b. Informed consent: Menjelaskan tujuan, prosedur, risiko
pemeriksaan, memastikan pasien memahami penjelasan dokter,
meminta ijin kepada pasien.
2 Pemeriksa melakukan cuci tangan sebelum pemeriksaan fisik.
3 Posisi penderita berbaring terlentang. Penderita diminta
menyingkap pakaiannya ke atas agar semua bagian abdomen
terlihat. Bagian tubuh yang tidak diperiksa ditutup dengan selimut.
4 Penderita diminta untuk relaks, lengan bebas diletakkan disepanjang
sisi tubuh. Bernafas seperti biasa, untuk menghilangkan ketegangan
ajaklah penderita untuk bercakap- cakap.
5 Dokter berdiri disebelah kanan penderita.
INSPEKSI
6 Menilai bentuk abdomen (cembung, cekung, datar)
7 Menilai ada tidaknya kelainan pada permukaan kulit (sikatrik, striae,
tanda-tanda inflamasi, jejas, venektasi)
8 Menilai keadaan umbilicus (bentuk, lokasi dan ada tidaknya kelainan
seperti tanda-tanda inflamasi, hernia) dan daerah inguinal.

9 Menilai simetrisitas dinding abdomen


10 Menilai apakah terlihat massa, gerakan peristaltik, pulsasi aorta
PALPASI
11 Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua ekstremitas bawah fleksi
pada sendi panggul dan lutut.
12 Menghangatkan tangan
13 Melakukan palpasi superfisial pada semua regio abdomen secara
sistematis
14 Menentukan tonus otot abdomen, adanya massa pada abdomen,
adanya nyeri tekan dan nyeri lepas.
15 Melakukan palpasi dalam untuk menilai organ hepar, lien dan
ballottement ginjal.
PERKUSI
16. Melakukan pemeriksaan perkusi pada Liver Span
17. Melakukan pemeriksaan perkusi pada semua region abdomen

AUSKULTASI
18. Melakukan pemeriksaan bising usus pada region umbilikalis. Nilai
apakah terdengar bising usus dan berapa kali per enit.

31
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

PEMERIKSAAN NYERI KETOK GINJAL


19. Pasien diminta untuk duduk
20. Bebaskan daerah punggung bawah pasien dari pakaian
21. Pemeriksa berada di belakang pasien
22. Melakukan pemeriksaan neyri ketok ginjal kanan dan kiri
23. Pemeriksaan selesai, sampaikan kepada pasien bahwa pemeriksaan
fisik telah selesai.
24. Pemeriksa melakukan cuci tangan dan mencatat hasil pemeriksaan
fisik pada lembar rekam medis.

Instruksi Untuk Mahasiswa


1. Mahasiswa mempelajari teori pemeriksaan fisik thoraks yang terdapat pada buku panduan
keterampilan klinik dan video. Berikut adalah link video: Video Pembelajaran IPM Abdomen
- Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung jati (FK UGJ) -
https://youtu.be/jkIxker51Rw
2. Mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik abdomen kepada manekin

32
BLOK 2.2 GASTROINTESTINAL SYSTEM

INTEGRATED PATIENT MANAGEMENT (IPM)


SISTEM DIGESTIF

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti latihan keterampilan IPM, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menggali riwayat penyakit pada pasien terkait sistem digestif.
2. Melakukan pemeriksaan fisik yang terkait sistem digestif.

Instruksi Untuk Mahasiswa


1. Mahasiswa mempelajari teori kasus pada sistem digestive yang terdapat pada buku
panduan keterampilan klinik dan video
2. Tahapan pelaksanaan IPM meliputi:
a. Mahasiswa melakukan anamnesis kepada pasien simulasi terkait keluhan penyakit.
b. Mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik abdomen pada pasien simulasi.
c. Mahasiswa menginterpretasikan hasil anamnesis serta pemeriksaan fisik pada kasus

LESSON PLAN
NO KEGIATAN WAKTU
1 - Instruktur memperkenalkan diri
- Mengenal nama mahasiswa
- Menjelaskan tujuan latihan 5 menit
- Menilai persiapan mahasiswa mengenai topik keterampilan
yang akan dipelajari
2 - Meminta salah seorang mahasiswa untuk mencoba
melakukan Integrated Patient Management
- Meminta mahasiswa untuk refleksi 20 menit
- Meminta mahasiswa lain untuk memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback

- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk


mencoba secara bergantian kemudian memberikan
3 feedback 70 menit
- Instruktur mengobservasi dan memberikan feedback
pada masing-masing mahasiswa

4 Penutup 5 menit

33

Anda mungkin juga menyukai