Anda di halaman 1dari 81

KETERAMPILAN KLINIS DASAR (KKD)

SISTEM GASTROINTESTINAL,
HEPATOBILIER, DAN PANKREAS

Diberikan pada

Mahasiswa Kedokteran Semester 3

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2020
PENGANTAR

Puji syukur pada Tuhan yang Maha Esa sehingga kami


dapat menyelesaikan dan menyusun Modul Pemeriksaan Fisik
Abdomen ini untuk digunakan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi
Fakultas Kedokteran UNSRAT 2016.
Kami juga menyampaikan banyak terima kasih kepada
segenap pihak yang telah berpartisipasi dan membantu penyusunan
modul ini sehingga dapat selesai pada waktunya. Kami telah
berusaha mempersiapkan buku ini sebaik-baiknya, namun kami
menyadari bahwa banyak kekurangan yang masih mungkin
ditemukan dalam modul ini, yang kiranya dapat kita sempurnakan
bersama melalui saran dan kritik yang membangun.
Semoga buku ini dapat bermanfaat sebagai upaya kita
mempersiapkan dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran
dan kompetensi lulusan dokter di Fakultas Kedokteran kita.

Tim Penyusun Modul

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 1



DAFTAR ISI

PENGANTAR................................................................................ 1
DAFTAR ISI .................................................................................. 2
TATA TERTIB PRAKTIKUM PEMERIKSAAN
FISIK ABDOMEN .......................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 4
BAB II SASARAN PEMBELAJARAN ............................................ 5
BAB III MATERI MODUL PEMERIKSAAN FISIK
ABDOMEN .................................................................................... 6
BAB IV STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN................. 7
BAB V SUMBER DAYA ................................................................ 9
BAB VI MATERI MODUL ............................................................ 10

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 2



TATA TERTIB PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

1. Mahasiswa wajib menggunakan pakaian yang bersih, rapi,


sopan, memakai jas praktikum, papan nama, alas kaki atau
sepatu tertutup, tidak boleh memakai kaos oblong, tidak boleh
memakai jeans, serta apabila mengenakan baju berlengan
panjang, lengan jas praktikum dibuat panjang.
2. Potongan rambut kepala rapi. a. Pria: rambut kepala tidak
menutup mata, telinga, kerah, tidak boleh dicat. b. Wanita:
rambut kepala tidak menutup mata maupun telinga, diikat rapi
ke belakang, tidak boleh tergerai, tidak boleh dicat
3. Bersikap saling menghargai, sopan, dan jujur.
4. Dilarang merokok, makan/minum, ribut di ruangan praktikum.
Handphone dimatikan atau dimatikan nada deringnya.
5. Sebelum praktikum, teori dan petunjuk praktikum harus
dipahami.
6. Sebelum dan sesudah skill lab alat-alat diperiksa terlebih
dahulu, jika ada alat yang rusak atau hilang segera laporkan
kepada petugas yang ada di laboratorium.
7. Alat yang rusak atau hilang karena kelalaian praktikan menjadi
tanggung jawab mahasiswa, dan harus diganti dalam 1 minggu
dari waktu kehilangan / rusak.
8. Mahasiswa tidak dapat meninggalkan ruangan sebelum waktu
yang ditetapkan, kecuali atas izin instruktur yang bertugas.
9. Bila mahasiswa berhalangan hadir, harus ada pemberitahuan
dari yang berwenang memberikannya.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 3



10. Bagi yang melanggar tata tertib ini akan dikenakan sanksi
berupa pengurangan nilai ujian praktikum.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 4



BAB I
PENDAHULUAN

Modul PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN diberikan kepada


mahasiswa semester III FK UNSRAT. Modul ini difokuskan kepada
penguasaan Fisik Diagnostik level 4 yaitu mahasiswa dapat
melakukan sendiri.
Secara umum area kompetensi yang ingin dicapai melalui
modul ini sejalan dengan 7 kompetensi utama KIPDI III yaitu
Ketrampilan Komunikasi Efektif, Ketrampilan Klinis Dasar,
Ketrampilan dalam menerapkan dasar Ilmu Biomedik, Ilmu Klinik,
Ilmu Perilaku dan Epidemiolgi dalam Praktek Kedokteran Keluarga,
Ketrampilan Pengelolaan Masalah kedokteran dan kesehatan pada
individu ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif,
holistik, berkesinambungan, terkoordinasi, dan bekerjasama dalam
konteks pelayanan kesehatan, Ketrampilan menggunakan Teknologi
Informasi, Mawas diri dan belajar sepanjang hayat, dan Etika, moral
dan profesionalisme dalam praktek.
Pemeriksaan fisik abdomen merupakan bagian dari
pemeriksaan fisik umum secara keseluruhan. Secara umum tujuan
pemeriksaan abdomen yaitu untuk mencari atau mengidentifikasi
kelainan di sistem gastrointestinal atau sistem ginjal dan saluran
kemih. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik abdomen sangatlah
diperlukan pengambilan anamnesis yang berhubungan dengan
kelainan sistem gastrointestinal atau sistem lainnya di abdomen.
Yang dimaksud abdomen yaitu suatu rongga dalam badan dibawah
di bawah diafragma sampai dasar pelvis. Pemeriksaan fisik

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 5



abdomen yaitu pemeriksaan fisik daerah di bawah arkus kosta
dekstra dan sinistra sampai garis lipat paha atau daerah inguinal.

Manado, September 2020


Tim Penyusun

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 6



BAB II
SASARAN PEMBELAJARAN

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan
dapat mengetahui dan memahami serta melakukan sendiri
pemeriksaan fisik abdomen.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Pada akhir pembelajaran modul ini, mahasiswa diharapkan
dapat melakukan sendiri secara baik dan benar :
1. Inspeksi (bentuk, gerakan, kulit)
2. Auskultasi (peristaktik usus, bising pembuluh darah)
3. Palpasi (dinding abdomen, hepar, limpa, ginjal)
4. Perkusi (timpani, pekak, hepar, limpa, ascites, nyeri
kostovertebra)

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 7



BAB III
MATERI MODUL PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

A. Pemeriksaan Inspeksi Abdomen


- Bentuk
- Gerakan
- Kulit
B. Pemeriksaan Auskultasi Abdomen
- Peristaltik usus
- Bising pembuluh darah
C. Pemeriksaan Palpasi Abdomen
- Dinding abdomen
- Hepar
- Limpa
- Ginjal
D. Pemeriksaan Perkusi Abdomen
- Udara bebas
- Hepar
- Limpa
- Ascites
- Nyeri kostovertebra

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 8



BUKU ACUAN
1. Harrison’s Principles of Internal Medicine, Edisi 17
2. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 5
3. Bates Guide to Physical Examination and history taking
Edisi 9.
4. Fisik Diagnostik, Adams
5. Fisik Diagnostik, Delp dan Manning, Edisi 9
6. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis, Markum

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 9



BAB IV
STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN

A. STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Kuliah Pakar
2. Tutorial

B. METODE PENILAIAN
1. Nilai Tutor
2. Ujian Akhir

C. METODE PEMBELAJARAN
C.1. Orientasi
Ini merupakan tahap untuk mendapatkan ilmu mengenai
ruang lingkup Pemeriksaan Fisik Abdomen. Pengenalan ruang
lingkup ini dilakukan dengan metode kuliah yang diberikan oleh para
pakar. Peserta didik juga diberikan kesempatan untuk melakukan
belajar mandiri di internet atau perpustakaan untuk menambah
wawasannya mengenai Pemeriksaan Fisik.

C.2. Pelatihan
Para pelatih akan memeragakan cara pemeriksaan fisik
abdomen kepada peserta didik yang telah dibagi ke dalam
kelompok-kelompok kecil. Peserta didik selanjutnya melakukan
sendiri pemeriksaan fisik umum kepada salah seorang teman pria
dalam kelompok tersebut. Instruktur mengawasi dan mengoreksi
apabila ada kekeliruan dalam pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh
mahasiswa tersebut.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 10



C.3. Umpan Balik
Penilaian hasil pendidikan ditentukan berdasarkan hasil
belajar mahasiswa, serta proses bagaimana mahasiswa menjalani
pendidikan ini. Untuk dapat mengikuti evaluasi ini, mahasiswa harus
memenuhi persyaratan mengikuti kegiatan dengan jumlah kehadiran
minimal 100% untuk kuliah, dan 75% tutorial. Ujian skills lab
dilakukan dengan cara ujian praktikum.

D. TUGAS MAHASISWA
1. Mengikuti Penjelasan Tim Penyusun Modul
2. Mengikuti Kuliah Pakar dan mengerjakan tugas yang diberikan
oleh Pakar
3. Melakukan sendiri pemeriksaan fisik abdomen.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 11



MATRIKS KEGIATAN MODUL PEMERIKSAAN FISIK UMUM
T.A. 2020/2021 KELAS A
HARI DAN
JAM KEGIATAN TEMPAT
TANGGAL
JUMAT 08.00- PENGANTAR
06 Nov 2020 08.50
09.00- PEMERIKSAAN SISTEM
11.50 GASTROINTESTINAL &
HEPATOBILIER UMUM
13.00- MANDIRI
16.50
SENIN 08.00- PEMERIKSAAN
09 Nov 2020 11.50 GASTROINTESTINAL &
HEPATOBILIER
13.00- MANDIRI
16.50
SELASA 08.00- PEMERIKSAAN FISIK
10 Nov 2020 11.50 SECARA SISTEMATIK
- INSPEKSI
- PALPASI
13.00- MANDIRI
16.50
RABU 08.00- PEMERIKSAAN FISIK
11 Nov 2020 11.50 SECARA SISTEMIK
- PERKUSI
- ASKULTASI
13.00- MANDIRI
16.50

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 12



INSTRUKTUR KELAS A :
1. dr. Murniati Tiho, M.Kes
2. dr. Youla Annatje Assa, M.Kes, AIFO
3. Dr. dr. Janette Mareska Rumbajan
4. Prof. dr. Jimmy Posangi,M.Sc,PhD,Sp.FK
5. dr. Jimmy Frangky Rumampuk, M.Kes, AIFO
6. dr. Maya Esther Wulur Moningka, MSc
7. dr. Damajanty Helen Carol Pangemanan, M.Kes,
AIFM, AIFO

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 13



MATRIKS KEGIATAN MODUL PEMERIKSAAN FISIK UMUM
T.A. 2020/2021 KELAS B
HARI DAN JAM KEGIATAN TEMPAT
TANGGAL
JUMAT 08.00- PENGANTAR
06 Nov 2020 08.50
09.00- PEMERIKSAAN SISTEM
11.50 GASTROINTESTINAL &
HEPATOBILIER UMUM
13.00- MANDIRI
16.50
SENIN 08.00- PEMERIKSAAN
09 Nov 2020 11.50 GASTROINTESTINAL &
HEPATOBILIER
13.00- MANDIRI
16.50
SELASA 08.00- PEMERIKSAAN FISIK
10 Nov 2020 11.50 SECARA SISTEMATIK
- INSPEKSI
- PALPASI
13.00- MANDIRI
16.50
RABU 08.00- PEMERIKSAAN FISIK
11 Nov 2020 11.50 SECARA SISTEMIK
- PERKUSI
- ASKULTASI
13.00- MANDIRI
16.50

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 14



INSTRUKTUR KELAS B :

1. dr. Diana Vanda Daturara Doda, MOSH, PhD


2. dr. Sylvia Ritta Marunduh, M.Med
3. dr. Shirley Everdina Susanna Kawengian, MSi
4. dr. Henry Malcom Frank Palandeng, MSc
5. dr. Windy Mariane Virenia Wariki, MSc, PhD
6. dr. Bradley Jimmy Waleleng, Sp.PD-KGEH
7. dr. Octavianus Robert Hentje Umboh, Sp.PD

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 15



MATRIKS KEGIATAN MODUL PEMERIKSAAN FISIK UMUM
T.A. 2020/2021 KELAS C
HARI DAN JAM KEGIATAN TEMPAT
TANGGAL
JUMAT 08.00- PENGANTAR
06 Nov 2020 08.50
09.00- PEMERIKSAAN SISTEM
11.50 GASTROINTESTINAL &
HEPATOBILIER UMUM
13.00- MANDIRI
16.50
SENIN 08.00- PEMERIKSAAN
09 Nov 2020 11.50 GASTROINTESTINAL &
HEPATOBILIER
13.00- MANDIRI
16.50
SELASA 08.00- PEMERIKSAAN FISIK
10 Nov 2020 11.50 SECARA SISTEMATIK
- INSPEKSI
- PALPASI
13.00- MANDIRI
16.50
RABU 08.00- PEMERIKSAAN FISIK
11 Nov 2020 11.50 SECARA SISTEMIK
- PERKUSI
- ASKULTASI
13.00- MANDIRI
16.50

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 16



INSTRUKTUR KELAS C:
1. Prof.Dr.dr. Starry Homenta Rampengan, Sp.JP(K),
MARS, FIHA
2. dr. Natalia Christina Intania Polii, Sp.JP
3. Dr.dr. Aaltje Ellen Manampiring, M.Kes
4. DR.Dr. John Pitra Porotuo, MHA, MSi, AIFO
5. dr. Fredine Esther Silyana Rares, M.Kes
6. dr. Victor David Pijoh, M.Kes
7. Prof. Dr. dr. Josef Sem Berth Tuda, M.Kes, SpPark

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 17



MATRIKS KEGIATAN MODUL PEMERIKSAAN FISIK UMUM
T.A. 2020/2021 KELAS D
HARI DAN JAM KEGIATAN TEMPAT
TANGGAL
JUMAT 08.00- PENGANTAR
06 Nov 2020 08.50
09.00- PEMERIKSAAN SISTEM
11.50 GASTROINTESTINAL &
HEPATOBILIER UMUM
13.00- MANDIRI
16.50
SENIN 08.00- PEMERIKSAAN
09 Nov 2020 11.50 GASTROINTESTINAL &
HEPATOBILIER
13.00- MANDIRI
16.50
SELASA 08.00- PEMERIKSAAN FISIK
10 Nov 2020 11.50 SECARA SISTEMATIK
- INSPEKSI
- PALPASI
13.00- MANDIRI
16.50
RABU 08.00- PEMERIKSAAN FISIK
11 Nov 2020 11.50 SECARA SISTEMIK
- PERKUSI
- ASKULTASI
13.00- MANDIRI
16.50

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 18



INSTRUKTUR KELAS D:
1. Dr. dr. Greta Jane Pauline Wahongan, M.Kes
2. dr. Angle Maria Hasthee Sorisi, MSc
3. dr. Carla Felly Kairupan, PhD
4. dr. Maria Kristanti Sambuaga, M.Biomed
5. Dr.dr. Jeanette Irene Christiene Manoppo, Sp.A(K)
6. dr. Muhamad Awaludin
7. dr. Ronald J. Datu

CADANGAN
1. dr. Nur Anindhita K. Wijaya
2. dr. David S. Waworuntu, Sp.A
3. Dr. Anggun Layuck

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 19



BAB V
SUMBER DAYA

INSTRUKTUR SKILLS LABORATORY


Keterampilan Klinik Dasar Sistem Gastrointestinal, Hepatobilier,
dan Pankreas
1. Prof. dr. Jimmy Posangi,M.Sc,PhD,Sp.FK
2. Prof. Dr. dr. Josef Sem Berth Tuda, M.Kes, SpPark
3. Prof. Dr. dr. Starry Homenta Rampengan, Sp.JP(K), MARS,
FIHA
4. Dr. dr. John Pitra Porotuo, MHA, MSi, AIFO
5. Dr. dr. Jeanette Irene Christiene Manoppo, Sp.A(K)
6. Dr. dr. Aaltje Ellen Manampiring, M.Kes
7. Dr. dr. Janette Mareska Rumbajan
8. Dr. dr. Greta Jane Pauline Wahongan, M.Kes
9. dr. Bradley Jimmy Waleleng, Sp.PD-KGEH
10. dr. Youla Annatje Assa, M.Kes, AIFO
11. dr. Windy Mariane Virenia Wariki, MSc, PhD
12. dr. Victor David Pijoh, M.Kes
13. dr. Sylvia Ritta Marunduh, M.Med
14. dr. Shirley Everdina Susanna Kawengian, MSi
15. dr. Ronald J. Datu
16. dr. Octavianus Robert Hentje Umboh, Sp.PD
17. dr. Natalia Christina Intania Polii, Sp.JP
18. dr. Murniati Tiho, M.Kes
19. dr. Muhamad Awaludin
20. dr. Maya Esther Wulur Moningka, MSc
21. dr. Maria Kristanti Sambuaga, M.Biomed
22. dr. Jimmy Frangky Rumampuk, M.Kes, AIFO
23. dr. Henry Malcom Frank Palandeng, MSc
24. dr. Fredine Esther Silyana Rares, M.Kes
25. dr. Diana Vanda Daturara Doda, MOSH, PhD
26. dr. Damajanty Helen Carol Pangemanan, M.Kes, AIFM, AIFO
27. dr. Carla Felly Kairupan, PhD
28. dr. Angle Maria Hasthee Sorisi, MSc
Cadangan
1. dr. Nur Anindhita K. Wijaya
2. dr. David S. Waworuntu, Sp.A
3. dr. Anggun Layuck

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 20



BAB VI
MATERI MODUL

Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan posisi pasien


telentang, kepala rata atau dengan satu bantal, dengan kedua
tangan disisi kanan dan kiri. Usahakan semua bagain abdomen
dapat diperiksa. Sebaiknya kandung kemih dikosongkan dulu
sebelum pemeriksaan dilakukan. Pemeriksaan abdomen terdidri dari
4 tahap yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.

A. PEMERIKSAAN INSPEKSI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir praktikum, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Melakukan sendiri pemeriksaan inspeksi abdonem dengan
baik dan benar.

2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan inspeksi abdomen.

TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa cara untuk membagi permukaan dinding
abdomen dalam beberapa regio:
1. Dengan menarik garis median dan garis tegak lurus
terhadap garis median abdomen melalui umbilikus. Dinding
abdomen terbagi menjadi 4 regio, yaitu kuadran kanan atas,
kuadran kiri atas, kuadran kanan bawah, dan kuadran kiri
bawah.

2. Pembagian yang lebih rinci adalah dengan menarik dua


garis vertikal sejajar garis midklavikularis kanan dan kiri; dan

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 21



dua garis horisontal yaitu garis melalui ujung bawah kosta
kanan-kiri dan garis melalui krista iliaka kanan-kiri. Dinding
abdomen terbagi menjadi 9 regio, yaitu regio epigastrium
(1), hipokondrium dekstra (2), regio hipokondrium sinistra
(3), regio umbilikalis (4), regio lumbalis dekstra (5), regio
lumbalis sinistra (6), regio hipogastrium atau suprapubik (7),
regio inguinal dekstra (8), dan regio inguinal sinistra (9).

Selain peta regional diatas, terdapat titik dan garis yang telah
disepakati.
1. Titik Mc Burney yaitu titik pada dinding perut kuadran
kanan bawah yang terletak pada 1/3 lateral garis yang
menghubungkan SIAS dan umbilkus. Titkk Mc Burney
dianggap lokasi apendiks.

2. Garis Schuffner yaitu garis yang menghubungkan titik pada


arkus kosta kiri dan SIAS kiri, kemudian garis ini dibagi 8
titik dimana umbilikus merupakan titik 4. Garis Schuffner
digunakan untuk menyatakan pembesaran limpa

Dengan pemeriksaan fisik abdomen, kita dapat memproyeksi-


kan organ-organ dalam abdomen, misalnya
a) Hati berada didaerah hipokondrium dekstra dan epigastrium

b) Gaster berada didaerah epigastrium

c) Limpa berada didaerah hipokondrium sinistra

d) Kandung empedu berada didaerah perbatasan epigastrium


dan hipokondrium dekstra

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 22



e) Kandung kemih berada didaerah hipogastrium atau
suprapubik

f) Apendiks berada didaerah Mc.Burney

Pemeriksaan inspeksi yaitu melihat abdomen bagian depan


ataupun belakang (pinggang). Inspeksi dilakukan dengan
penerangan cukup. Informasi yang perlu didapatkan adalah simetris,
bentuk dan ukuran, kulit, dan pergerakan dinding perut.
Pada keadaan normal telentang, dinding perut terlihat simetris.
Bila ada tumor, abses, pembesaran organ, atau pelebaran setempat
lumen usus membuat perut telihat tidak simetris. Pada umbilikus
dilihat bentuk, lokasi, dan inflamasi atau benjolan (misalnya hernia).
Bentuk dan ukuran abdomen dalam keadaan normal bervariasi
tergantung habitus, jaringan lemak subkutan atau intraabdomen dan
kondisi otot dinding abdomen. Pada keadaan starvasi, bentuk
dinding abdomen cekung dan tipis, disebut bentuk skopoid.
Abdomen yang membuncit dalam keadaan normal dapat terjadi
pada pasien gemuk. Pada keadaan patologis, abdomen membuncit
disebabkan oleh ileus paralitik, ileus obstruktif, meteorismus,
ascites, distensi vesica urinaria, kistoma ovarii, dan kehamilan.
Tonjolan setempat menunjukkan adanya kelainan organ
dibawahnya, misalnya tonjolan regio suprapubik terjadi karena
pembesaran uterus pada perempuan dengan kehamilan muda atau
retensi urine pada pria tua akibat hipertrofi prostat. Pada stenosis
pilorus, lambung dapat menjadi besar sekali sehingga pada
abdomen terlihat pembesaran setempat. Pada pembesaran hepar

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 23



yang ekstrim (misalnya hepatoma) akan terlihat dinding abdomen
asimetris antara regio hipokondrium kanan dan kiri.
Pada keadaan normal dan fisiologis, pergerakan usus akibat
peristaltik usus tidak terlihat. Namun pada orang kurus, dapat terlihat
gerakan peristaltik usus. Bila terlihat gerakan peristaltik usus maka
dapat dipastikan adanya hiperperistaltik dan dilatasi akibat obstruksi
lumen usus. Obstruksi lumen usus dapat disebabkan oleh tumor,
perlengketan, strangulasi, dan skibala. Pulsasi arteri pada dinding
abdomen terlihat pada pasien yang kurus, dan dapat terlihat pulsasi
aorta normal sering terlihat pada epigastrium. Peningkatan pulsasi
terjadi pada aneurisme atau peningkatan tekanan nadi.
Pada kulit perlu diperhatikan adanya sikatriks akibat ulserasi
pada kulit atau akibat operasi atau luka tusuk. Adanya garis-garis
putih sering disebut Striae alba yang dapat terjadi setelah kehamilan
atau pada pasien yang mulanya gemuk atau bekas ascites. Striae
kemerahan dapat terlihat pada sindrom Cushing. Kulit perut menjadi
kuning pada berbagai macam ikterus. Adakalanya ditemukan garis-
garis bekas garukan yang menandakan pruritus karena ikterus atau
diabetes melitus. Pelebaran vena terjadi pada hipertensi portal.
Pelebaran di sekitar umbilikus disebut kaput medusa yang terdapat
pada sindrom Banti. Pelebaran vena akibat obstruksi vena kava
inferior aliran vena ke umbilikus, sedang akibat obstruksi vena kava
superior aliran vena ke distal.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 24



Xiphoid process
Rectus abdominis
muscle

Costal margin

Midine, overlying
linea alba
Umbilicus Iliac crest
Anterior superior
iliac spine

Inguinal Ligament

Pubic tubercle Symphysis pubis

Gambar dinding abdomen

Gambar Pembagian daerah abdomen menjadi 4 kuadran (kiri) dan 9


regio (kanan).

RUQ= right upper quadrant, LUQ=left upper quadrant, RLQ= right


lower quadrant, LLG= left lower quadrant

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 25



1. Regio epigastrium
2. Regio hipokondrium kanan
3. Regio hipokondrium kiri
4. Regio umbilikalis
5. Regio lumbalis kanan
6. Regio lumbalis kiri
7. Regio hipogastrika/suprapubik
8. Regio inguinal kanan
9. Regio inguinal kiri

Gambar Proyeksi organ dalam abdomen

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 26



Gambar Dinding posterior abdomen.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 27



PENILAIAN KETRAMPILAN INSPEKSI ABDOMEN
No Aspek yang dinilai 0 1 2
1. Memberi salam pada pasien
2. Memperkenalkan diri pada pasien
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan
tindakan pada pasien
4. Memberi kesempatan pada pasien untuk
bertanya
5. Meminta pasien membuka baju dengan
menutup bagian pribadi pasien
6. Memeriksa bentuk abdomen
7. Memeriksa gerakan abdomen
8. Memeriksa warna kulit abdomen
9. Memeriksa lesi kulit abdomen
Total Nilai
Keterangan:
0: tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna

B. PEMERIKSAAN AUSKULTASI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir praktikum, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Melakukan sendiri pemeriksaan auskultasi abdonem dengan
baik dan benar.

2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan auskultasi abdomen

TINJAUAN PUSTAKA

Auskultasi memberikan informasi motilitas usus. Auskultasi


dilakukan sebelum perkusi dan palpasi karena dapat mengubah
frekuensi peristaltik. Dalam keadaan normal, suara peristaltik usus

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 28



kadang-kadang dapat didengar walalupun tanpa menggunakan
stetoskop, biasanya setelah makan atau dalam keadaan lapar.
Dalam keadaan normal bisisng usus terdengar kurang lebih 3-5 kali /
menit. Pada obstruksi usus atau diare, suara peristaltik usus akan
meningkat, terutama saat timbul rasa sakit yang bersifat kolik.
Peningkatan suara usus ini disebut borborigmi. Pada keadaan
paralisis usus, suara peristaltik sangat melemah dan frekuensi
menurun bahkan menghilang. Paralisis usus dapat terjadi akibat
gangguan elektrolit, post operasi, peritonitis, atau ileus obstruksi
tahap lanjut dimana usus sangat melebar dan atoni. Pada ileus
obstruksi kadang terdengar suara peristaltik dengan nada tinggi dan
nyaring disebut metallic sound.
Suara murmur/bruit/bising vaskular dapat didengar pada
auskultasi abdomen (pada aorta dan arteri lain). Bisisng sistolik
epigastrium dapat didengar pada aneurisma aorta atau pada
pembesaran hati karena hepatoma. Bising vena (venous hum), yang
kadang-kadang disertai dengan terabanya getaran (thrill), dapat
didengar diantara umbilikus dan epigastrium. Pada keadaan fistula
arteriovenosa intraabdominal kadang-kadang dapat didengar suara
bising. Adanya bising sistolik dan diastolik menunjukkan turbulensi
aliran darah oklusi arteri parsial atau insufisiensi aorta.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 29



PENILAIAN KETERAMPILAN AUSKULTASI ABDOMEN
No Aspek yang dinilai 0 1 2
1. Memberi salam pada pasien
2. Memperkenalkan diri pada pasien
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan
tindakan pada pasien
4. Memberikan kesempatan pada pasien
untuk bertanya
5. Meminta pasien membuka baju bagian
atas dengan menutup bagian pribadi
pasien
6. Menentukan peristaltic usus
7. Memeriksa bising pembuluh darah
abdomen
Total Nilai
Keterangan:
0: tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna

Gambar Lokasi auskultasi aorta, arteri renal, arteri iliaka, arteri


femoralis

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 30



C. PEMERIKSAAN PALPASI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir praktikum, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Melakukan sendiri pemeriksaan palpasi abdomen dengan
baik dan benar.
2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan palpasi abdomen.

TINJAUAN PUSTAKA
Palpasi dinding abdomen sangat penting untuk menentukan
ada tidaknya kelainan dalam rongga abdomen. Palpasi dilakukan
secara sistematis dengan seksama, pertama kali tanyakan apakah
ada daerah-daerah yang nyeri tekan. Perhatikan ekspresi wajah
pasien selama pemeriksaan palpasi. Sedapat mungkin seluruh
dinding abdomen diperiksa. Kemudian cari apakah ada pembesaran
massa tumor, hepar, limpa, atau kandung empedu. Periksa apakah
ginjal, ballotement positif atau negatif. Palpasi dilakukan dengan 2
tahap yaitu palpasi permukaan (superficial) dan palpasi dalam
(deep). Palpasi dapat dilakukan dengan 1 tangan atau 2 tangan
(bimanual) terutama pada pasien gemuk. Biasakan palpasi dengan
seksama meskipun tidak tidak ada keluhan penyakit traktus
gastrointestinal.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
melaksanakan palpasi:
1. Beritahu pasien bahwa dokter akan meraba dan menekan
dinding abdomen.
2. Minta pasien memberitahukan apabila terasa nyeri akibat
penekanan tersebut. Bila mungkin tanyalah derajat nyeri

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 31



(ringan, sedang, atau berat/nyeri sekali), sifat nyeri (seperti
ditusuk jarum, seperti diiris, seperti dipukul).
3. Tangan yang akan digunakan sebaiknya dalam keadaan
cukup hangat.
4. Perhatikan mimik pasien selama dipalpasi serta reaksi
dinding abdomen. Pada pasien yang sensitif (geli) akan
timbul ketegangan pada dinding abdomen dengan mimik
pasien menahan tawa. Bila hal ini terjadi, palpasi dilakukan
dengan halus dan pelan, serta pasien disuruh
memperhatikan / memandang ke langit-langit, hindarkan
pasien melihat perutnya.
5. Palpasi dilakukan secara sistematis dan sedapat mungkin
seluruh dinding abdomen dipalpasi.
6. Ingatlah akan lokasi nyeri yang dikeluhkan oleh pasien
sehingga kita akan lebih hati-hati dalam melakukan palpasi.
7. Palpasi dilakukan dalam 2 tahap yaitu palpasi permukaan
(superficial) dan palpasi dalam (deep).
8. Palpasi dapat dilakukan dengan 1 tangan atau 2 tangan
(bimanual) terutama pada pasien gemuk.
9. Biasakanlah palpasi yang seksama meskipun tidak ada
keluhan penyakit traktus gastrointestinal.
10. Pasien dalam posisi telentang dengan bantal secukupnya,
kecuali bila pasien sesak nafas.
Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien, kecuali dokter
yang kidal (left-handed).

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 32



Palpasi superfisial. Posisi tangan menempel pada dinding
abdomen. Umumnya penekanan dilakukan oleh ruas terakhir dan
ruas tengah jari, bukan dengan ujung jari. Sistematika palpasi
dilakukan dengan hati-hati pada daerah nyeri yang dikeluhkan oleh
pasien. Palpasi superfisial tersebut bisa juga disebut palpasi awal
untuk orientasi sekaligus memperkenalkan prosedur palpasi pada
pasien.
Palpasi dalam. Palpasi dalam dipakai untuk mengidentifikasi
kelainan/ rasa nyeri yang tidak didapatkan pada palpasi superfisial,
untuk lebih menegaskan kelainan yang didapat pada palpasi
superfisial, dan yang terpenting untuk palpasi organ secara spesifik
misalnya palpasi hepar, limpa, ginjal. Palpasi dalam juga penting
untuk pasien gemuk atau otot dinding abdomen yang tebal.
Penemuan dan persepsi kekakuan dan nyeri tekan abdomen
penting untuk melakukan penilaian tentang keparahan penyakit
intraperitoneal. Perasaan nyeri yang diakibatkan oleh tekanan
palpasi disebabkan oleh peregangan peritoneum viseralis pada
permukaan organ-organ abdomen (nyeri tekan abdomen/
abdomninal tenderness). Kalau kekakuan abdomen bersifat difus
menandakan rongga peritoneum secara umum terlibat proses
penyakit, misalnya pada peritonitis umum, perforasi gaster, perforasi
usus, dan lain-lain. Nyeri tekan terhadap tekanan mungkin bersifat
lokal akibat iritasi lokal peritoneum viseralis, misalnya apendisitis
akut, kolesisititis akut, hepatitis, gastritis, pankreatitis akut,
kehamilan ektopik, torsi ovarium, dan lain-lain. Nyeri tekan bersifat
difus. Nyeri lepas (rebound tenderness) adalah nyeri yang
ditimbulkan saat melepas tangan tiba-tiba dari dinding abdomen, hal

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 33



ini menghilangkan tekanan langsung palpasi dan menimbulkan nyeri
abdomen yang tajam. Nyeri lepas disebabkan peregangan tiba-tiba
peritoneum parietalis waktu tangan diangkat dari dinding abdomen,
berarti peritoneum parietalis terlibat proses penyakit, misalnya
peritonitis, kolitis ulserativa, dan lain-lain.

Gambar Palpasi Superfisial

Gambar Palpasi Dalam dengan dua tangan

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 34



Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 35

Hepar. Secara anatomis, organ hepar terletak dibawah
diafragma kanan dan lengkung kosta kanan. Hepar akan bergerak
kebawah saat inspirasi, sehingga ujung tepi hepar teraba saat
melewati lengkung kosta kanan. Agar memudahkan palpasi hepar,
diperlukan:
a) Dinding abdomen yang lemas dengan cara kaki ditekuk
hingga membentuk sudut 45-60°.
b) Palpasi dilakukan dengan menggunakan sisi palmar radial
tangan kanan (bukan ujung jari) dengan posisi ibu jari
terlipat dibawah palmar manus. Arah jari membentuk sudut
45° dengan garis median. Ujung jari berada pada bagian
lateral muskulus rektus abdominalis dan kemudian pada
garis median untuk memeriksa lobus kiri hepar.
c) Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan menuju tepi lengkung
kosta kanan, dan dari regio umbilikalis menuju epigastrium
untuk palpasi lobus kiri.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 36



d) Pasien diminta untuk menarik nafas panjang. Pada saat
ekspirasi maksimal jari ditekan kebawah, kemudian pada
awal inspirasi jari bergerak ke arah dorsal dan kranial dalam
arah parabolik. Gerakan ini dilakukan berulang dan
posisinya digeser 1-2 jari ke arah lengkung kosta kanan.
e) Diharapkan bila hepar membesar, akan teraba sentuhan
dengan hepar.
Bila pada palpasi kita dapat meraba pembesaran hepar, maka
harus dilakukan deskripsi sebagai berikut:
• Berapa besar (sentimeter) hepar dibawah lengkung kosta
kanan?
• Bagaimana keadaan tepi hepar? Misalnya tajam pada
hepatitis akut atau tumpul pada tumor hepar. Bentuk tepi
hepar ditelusuri mulai sisi lateral lengkung kosta kanan
sampai epigastrium sehingga bentuk proyeksi pada dinding
abdomen dapat digambar.
• Bagaimana konsistensinya? Apakah kenyal (konsistensi
normal) atau keras (pada tumor hepar).
• Bagaimana permukaannya? Pada tumor hepar
permukaannya teraba berbenjol.
• Apakah terdapat nyeri tekan. Hal ini dapat terjadi pada
abses hepar, tumor hepar. Pada abses hepar disertai
fluktuasi.

Pada keadaan normal hepar tidak teraba, kecuali tubuh yang


kurus (teraba 1 cm). Terabanya hepar 1-3 cm harus dikonfirmasi
apakah pembesaran hepar atau perubahan bentuk diagfragma

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 37



(misalnya emfisema paru). Batas atas hepar sesuai dengan
pemeriksaan perkusi batas paru hepar (normal sela kosta 6). Pada
beberapa keadaan patologis misalnya emfisema paru, batas akan
lebih rendah sehingga ukuran hepar normal dapat teraba pada
palpasi. Perkusi batas atas dan bawah hepar (perubahan suara
pekak ke timpani) berguna untuk menilai adanya pengecilan hepar
(misalnya sirosis hepatis).
Nyeri tekan pada kandung empedu yang membesar dan dapat
diraba pada waktu inspirasi (tanda Murphy) merupakan petunjuk
penting adanya kolesistitis; tanda yang dapat pula ditemukan pada
penderita hepatitis. John B. Murphy melukiskan tanda tersebut
sebagai berikut: tanda paling khas dan konstan dari kandung
empedu yang kepekaannya berlebihan adalah ketidakmampuan
pasien melakukan inspirasi dalam dan penuh, kalau jari-jari
pemeriksa menekan ke dalam dibawah lengkung kosta kanan;
inspirasi berhenti mendadak, seakan-akan pernafasan berhenti.
Limpa. Teknik palpasi limpa tidak berbeda dengan palpasi
hepar. Pada keadaan normal limpa tidak teraba. Limpa membesar
mulai dari lengkung kosta kiri melewati umbilikus sampai regio iliaka
kanan. Seperti halnya hepar, limpa juga bergerak turun saat
inspirasi. Letakkan tangan kanan pada lengkung kosta kiri garis
midklavikularis. Suruh pasien inspirasi dalam. Kalau limpa
membesar, akan menyentuh tepi jari tangan kanan. Pembesaran
limpa diukur menggunakan garis Schuffner, yaitu garis dari lengkung
kosta kiri melewati umbilikus menuju spina iliaka anterior superior
(SIAS) kanan, garis tersebut dibagi 8 bagian yang sama. Setelah
tepi bawah limpa teraba, maka dilakukan deskripsi sebagai berikut:

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 38



• Berapa besar pembesaran limpa pada garis Schuffner (S1-
S8)? Pembesaran limpa (splenomegali) ditemukan pada
malaria, leukemia, sirosis hepatis, dan lain-lain.
• Bagaimana konsistensinya? Apakah kenyal (splenomegali
karena hipertensi portal) atau keras (karena malaria).
Ginjal. Ginjal terletak pada daerah retroperitoneal sehingga
pemeriksaan harus dengan cara bimanual. Tangan kiri pemeriksa
diletakkan pada pinggang bagian belakang sejajar kosta 12, ujung
jari diletakkan di sudut kostovertebra dan tangan kanan pada
kuadran kanan atas dinding abdomen lateral dan pararel muskulus
rektus abdominalis. Jari tangan kiri mendorong ke atas, jika ginjal
membesar, maka akan teraba massa di tangan kanan. Jari tangan
kiri diturunkan ke dasar tempat tidur, maka massa tidak teraba oleh
tangan kanan. Bila salah satu tangan digerakkan akan teraba
benturannya ditangan lain. Massa itu ginjal, yaitu suatu
hidronefrosis, ginjal polikistik, atau tumor ginjal. Fenomena ini
disebut ballotement positif. Pada keadaaan normal ballotement
negatif.

Gambar Pemeriksaan palpasi ginjal

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 39



Palpasi aorta. Tekan dengan lembut abdomen bagian atas,
sedikit kekiri dari garis tengah, dan identifikasi pulsasi aorta. Pada
usia lebih dari 50 tahun, cari lebar aorta dengan menekan yang
dalam abdomen bagian atas pada sisi kanan dan kiri aorta seperti
pada gambar. Pada kelompok usia ini, lebar aorta normal tidak lebih
dari 3,0 cm (rata-rata 2,5 cm). Pengukuran ini tidak termasuk
ketebalan dinding abdomen. Pulsasi aorta bervariasi tergantung
ketebalan dinding abdomen dan diameter anteroposterior
abdomen.

Gambar pemeriksaan palpasi aorta

Gambar Pemeriksaan palpasi aorta

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 40



Tanda Rovsing. Tangan kanan menekan kuadran kiri
bawah dengan lembut kemudian dilepas secara cepat. Nyeri di
kuadran kanan bawah selama menekan kuadran kiri bawah
menunjukkan apendisitis (tanda Rovsing positif). Begitu juga saat
tekanan tangan dilepas secara cepat (nyeri lepas referal), nyeri di
kuadran kanan bawah
Tanda Psoas. Letakkan tangan kanan pemeriksa diatas
lutut kanan pasien dan minta pasien mengangkat paha melawan
tahanan tangan pemeriksa. Atau minta pasien miring ke kiri,
ekstensi paha tungkai kanan. Fleksi paha menyebabkan kontraksi
muskulus psoas, ekstensi merenggangkan muskulus psoas. Nyeri
abdomen saat manuver ini berarti tanda psoas positif, menunjukkan
iritasi muskulus psoas oleh apendisitis.
Tanda Obturator. Fleksi paha kanan pasien, dengan lutut
ditekuk, dan rotasi kearah dalam (medial) tungkai pada panggul.
Manuver ini merenggangkan muskulus obturator internal. Nyeri regio
hipogastrik kanan berarti tanda obturator positif, menunjukkan iritasi
muskulus obturator oleh apendisitis.

Palpasi Limpa
Limpa dalam keadaan normal tidak teraba pada palpasi.
Secara anatomi, limpa terletak dibelakang iga ke -9 pada regio
hipokondrium kiri. Pembesaran limpa dimulai dari bawah lengkung
iga kiri, melewati umbilikus, sampai regio iliaka kanan.Sebelum
melakukan pemeriksaan, pemeriksa menjelaskan terlebih dahulu
prosedur pemeriksaan palpasi limpa yang akan dilakukan secara
lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 41



mintalah persetujuan pasien.Bila pasien setuju, aturlah posisi pasien
agar berbaring supinasi dengan kepala rata dengan dada. Agar
dinding perut lemas, mintalah pasien untuk menekuk kedua
tungkainya pada pangkal paha dan lutut. Posisi pemeriksa dalam
pemeriksaan ini adalah berdiri di sebelah kanan pasien. Teknik
palpasi limpa hampir sama dengan palpasi hati, dan seperti halnya
hati, limpa juga bergerak sesuai inspirasi. Palpasi dimulai dari regio
iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah abdomen, menuju
arkus kosta kiri.Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan
garis Schuffner, yaitu garis imajiner yang dimulai dari titik di arkus
kosta kiri menuju umbilikus, kemudian diteruskan sampai ke spina
iliaka anterior superior kanan. Garis Schuffner, yang dinotasikan
dengan huruf S, membagi daerah abdomen menjadi delapan bagian
yang sama, dimana Schuffner satu terletak pada daerah arkus kosta
kiri, Schuffner empat terletak pada umbilikus, sedangkan Schuffner
delapan berada pada SIAS kanan.

Palpasi Limpa Menurut Garis Schuffner


Sebelum memulai pemeriksaan, gosokkanlah kedua tangan
pemeriksa, agar suhunya menjadi kurang lebih sama dengan
suhu dinding perut abdomen, untuk mencegah pasien terkejut
saat palpasi mulai dilakukan.Tentukan titik pedoman
pemeriksaan, yaitu titik arkus kosta kiri yang dilalui oleh garis
midklavikula kiri.Letakkan telapak tangan kiri pemeriksa dalam
posisi supinasi pada bagian posterior tulang iga yang terbawah
sebelah kiri (iga ke-12).Letakkan telapak tangan kanan
pemeriksa dalam posisi pronasi pada regio iliaka kanan

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 42



pasien.Lakukan palpasi secara diagonal ke arah kiri atas, dari
regio iliaka kanan menuju ke umbilikus, selanjutnya dilanjutkan
ke arah arkus kosta kiri. Palpasi limpa dilakukan dengan
melakukan penekanan dinding perut dengan menggunakan sisi
lateral telunjuk jari tangan kanan. Pasien diminta untuk menarik
nafas panjang ketika jari-jari tangan kanan pemeriksa ditekan ke
arah dalam dan ke arah atas, sementara pada saat yang
bersamaan jari-jari tangan kiri menekan ke arah atas
(dorsokranial).Gerakan ini dilakukan berulang-ulang, dan
posisinya digeser 1-2 jari secara diagonal ke arah kiri atas
sesuai garis Schuffner, untuk meraba tepi bawah limpa.Bila
pada palpasi teraba tepi bawah limpa, lakukanlah penilaian
antara lain, berapa jauh tepi bawah limpa yang teraba dari arkus
kosta kiri pada garis Schuffner (S-I sampai S-VIII), bagaimana
konsistensi limpa, apakah kenyal atau keras, dan apakah teraba
lekukan (insisura) limpa.

Pembesaran Masif Limpa Palpasi Bimanual Limpa

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 43



Palpasi Limpa Menurut Garis Hacket
Apabila limpa membesar ke arah bawah, pembesaran limpa dapat
diukur menurut Garis Hacket. Garis Hacket adalah garis imajiner
yang ditarik dari arkus kosta kiri menuju ke spina iliaka anterior
superior kiri, dan membagi bidang tersebut atas lima bagian yang
sama besar. Garis Hacket dinotasikan dengan huruf H, dimana
Hacket satu terletak pada arkus kosta kiri, sedangkan Hacket lima
(H-V) terletak pada SIAS kiri. Cara melakukan pemeriksaan palpasi
limpa menurut Garis Hacket adalah sebagai berikut : Sebelum
memulai pemeriksaan, gosokkanlah kedua tangan pemeriksa, agar
suhunya menjadi kurang lebih sama dengan suhu dinding perut
abdomen, untuk mencegah pasien terkejut saat palpasi mulai
dilakukan.Tentukan titik pedoman pemeriksaan, yaitu titik arkus
kosta kiri yang dilalui oleh garis midklavikula kiri.Letakkan telapak
tangan kiri pemeriksa dalam posisi supinasi pada bagian posterior
tulang iga yang terbawah sebelah kiri (iga ke-12).Letakkan telapak
tangan kanan pemeriksa dalam posisi pronasi pada regio iliaka kiri
pasien.Lakukan palpasi ke arah atas, dari regio iliaka kiri (SIAS kiri)
menuju ke titik arkus kosta kiri yang dilalui garis midklavikula
kiri.Palpasi limpa dilakukan dengan melakukan penekanan dinding
perut dengan menggunakan sisi lateral telunjuk jari tangan
kanan.Pasien diminta untuk menarik nafas panjang ketika jari-jari
tangan kanan pemeriksa ditekan ke arah dalam dan ke arah atas,
sementara pada saat yang bersamaan jari-jari tangan kiri menekan
ke arah atas (dorsokranial).Gerakan ini dilakukan berulang-ulang,
dan posisinya digeser 1-2 jari ke arah atas sesuai garis Hacket,
untuk meraba tepi bawah limpa.Bila pada palpasi teraba tepi bawah

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 44



limpa, lakukanlah penilaian antara lain, berapa jauh tepi bawah
limpa yang teraba dari arkus kosta kiri pada garis Hacket (H-I
sampai H-V), bagaimana konsistensi limpa, apakah kenyal atau
keras, dan apakah teraba lekukan (insisura) limpa.

PENILAIAN KETERAMPILAN PALPASI ABDOMEN


No. Aspek yang dinilai 0 1 2
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan
sapaan yang sopan
2 Memperkenalkan pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
pasien
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
5 Meminta dengan sopan pada pasien untuk
menanggalkan bajunya
6 Meminta pasien memberitahukan apabila terasa
nyeri akibat penekanan tersebut
7 Hangatkan tangan yang akan digunakan
8 Posisi tangan menempel pada dinding
abdomen. Penekanan dilakukan oleh ruas
terakhir dan ruas tengah jari, bukan dengan
ujung jari
9 Memeriksa apakah ada nyeri tekan, nyeri lepas,
massa atau pembesaran organ
10 Perhatikan ekspresi wajah pasien selama
pemeriksaan palpasi
Pemeriksaan Hepar
11 Dinding abdomen yang lemas dengan cara kaki
ditekuk hingga membentuk sudut 45-600
12 Palpasi dilakukan dengan menggunakan sisi
palmar radial tangan kanan (bukan ujung jari)
dengan posisi ibu jari terlipat di bawah palmar
manus. Arah jari membentuk sudut 450 dengan
garis median. Ujung jari berada pada bagian

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 45



lateral muskulus rektus abdominalis (pada garis
median untuk memeriksa lobus kiri hepar)
13 Pasien diminta untuk menarik nafas panjang.
Pada saat ekspirasi maksimal jari ditekan ke
bawah kemudian pada awal inspirasi jari
bergerak kea rah dorsal dan cranial dalam arah
parabolic. Gerakan ini dilakukan berulang dan
posisinya digeser 1-2 jari ke arah lengkung
kosta kanan
14 Menentukan besar, tepi, permukaan,
konsistensi hepar (bila membesar)
Pemeriksaan Limpa
15 Dinding abdomen yang lemas dengan cara kaki
ditekuk hingga membentuk sudut 45-60°.
16 Palpasi dilakukan dengan menggunakan sisi
palmar radial tangan kanan (bukan ujung jari)
dengan posisi ibu jari terlipat dibawah palmar
manus. Arah jari membentuk sudut 45° dengan
garis median.
17 Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan menuju
tepi lengkung kosta kiri.
18 Pasien diminta untuk menarik nafas panjang.
Pada saat ekspirasi maksimal jari ditekan
kebawah, kemudian pada awal inspirasi jari
bergerak ke arah dorsal dan kranial dalam arah
parabolik. Gerakan ini dilakukan berulang dan
posisinya digeser 1-2 jari ke arah lengkung
kosta kanan
19 Menentukan besar, konsistensi limpa (bila
membesar)
Pemeriksaan Ginjal
20 Tangan kiri pemeriksa diletakkan pada
pinggang bagian belakang dan tangan kanan
pada dinding abdomen di ventralnya
21 Jari tangan kiri mendorong ke atas, jika ginjal
membesar, maka akan teraba massa di tangan
kanan. Jari tangan kiri diturunkan ke dasar
tempat tidur, maka massa tidak teraba oleh
tangan kanan.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 46



Pemeriksaan palpasi aorta
22 Tekan dengan lembut abdomen bagian atas,
sedikit kekiri dari garis tengah, dan identifikasi
pulsasi aorta.
Pemeriksaan Limpa menurut Garis Schuffner
23 Tentukan titik pedoman pemeriksaan, yaitu titik
arkus kosta kiri yang dilalui oleh garis
midklavikula kiri.
24 Letakkan telapak tangan kiri pemeriksa dalam
posisi supinasi pada bagian posterior tulang iga
yang terbawah sebelah kiri (iga ke-12).
25 Letakkan telapak tangan kanan pemeriksa
dalam posisi pronasi pada regio iliaka kanan
pasien.
26 Lakukan palpasi secara diagonal ke arah kiri
atas, dari regio iliaka kanan menuju ke
umbilikus, selanjutnya dilanjutkan ke arah
arkus kosta kiri.
27 Palpasi limpa dilakukan dengan melakukan
penekanan dinding perut dengan menggunakan
sisi lateral telunjuk jari tangan sebelah kanan
28 Pasien diminta untuk menarik nafas panjang
ketika jari-jari tangan kanan pemeriksa ditekan
ke arah dalam dan ke arah atas, sementara
pada saat yang bersamaan jari-jari tangan kiri
menekan ke arah atas (dorsokranial).
29 Lakukan gerakan ini berulang-ulang, dan
posisinya digeser 1-2 jari secara diagonal ke
arah kiri atas sesuai garis Schuffner, untuk
meraba tepi bawah limpa.
30 Bila pada palpasi teraba tepi bawah limpa,
lakukanlah penilaian antara lain, berapa jauh
tepi bawah limpa yang teraba dari arkus kosta
kiri pada garis Schuffner (S-I sampai S-VIII),
bagaimana konsistensi limpa, apakah kenyal
atau keras, dan apakah teraba lekukan
(insisura) limpa.
Pemeriksaan Limpa menurut garis Hacket

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 47



31 Tentukan titik pedoman pemeriksaan, yaitu titik
arkus kosta kiri yang dilalui oleh garis
midklavikula kiri.
32 Letakkan telapak tangan kiri pemeriksa dalam
posisi supinasi pada bagian posterior tulang
iga yang terbawah sebelah kiri (iga ke-12).
33 Letakkan telapak tangan kanan pemeriksa
dalam posisi pronasi pada regio iliaka kiri
pasien.
34 Lakukan palpasi ke arah atas, dari regio iliaka
kiri (SIAS kiri) menuju ke titik arkus kosta kiri
yang dilalui garis midklavikula kiri.
35 Palpasi limpa dilakukan dengan melakukan
penekanan dinding perut dengan menggunakan
sisi lateral telunjuk jari tangan kanan
36 Pasien diminta untuk menarik nafas panjang
ketika jari-jari tangan kanan pemeriksa ditekan
ke arah dalam dan ke arah atas, sementara
pada saat yang bersamaan jari-jari tangan kiri
menekan ke arah atas (dorsokranial).
37 Lakukan gerakan ini berulang-ulang, dan
posisinya digeser 1-2 jari ke arah atas sesuai
garis Hacket, untuk meraba tepi bawah limpa.
38 Bila pada palpasi teraba tepi bawah limpa,
lakukanlah penilaian antara lain, berapa jauh
tepi bawah limpa yang teraba dari arkus kosta
kiri pada garis Hacket (H-I sampai H-V),
bagaimana konsistensi limpa, apakah kenyal
atau keras, dan apakah teraba lekukan
(insisura) limpa.
Total Nilai

Keterangan:
0: tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 48



D. PEMERIKSAAN PERKUSI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir praktikum, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Melakukan sendiri pemeriksaan perkusi abdonem dengan
baik dan benar.
2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan perkusi abdomen.
TINJAUAN PUSTAKA
Perkusi abdomen dilakukan dengan cara tidak langsung, sama
seperti pada perkusi thoraks. Tujuan perkusi abdomen adalah untuk
konfirmasi pembesaran hepar dan limpa, menentukan ada tidaknya
nyeri ketok, ascites, udara, atau massa padat.
Perkusi secara singkat toraks anterior bagian bawah, antara
paru dan tepi kosta. Pada sisi kanan, biasanya ditemukan pekak
hepar; pada sisi kiri, timpani di daerah gaster dan kolon. Dalam
keadaan normal suara perkusi abdomen adalah timpani karena gas
dalam traktus gastrointestinal, kecuali didaerah hepar terdengar
pekak hepar. Pekak dpat berasal dari cairan, organ, atau feces.
Hilangnya pekak hepar dan bertambahnya bunyi timpani
(hipertimpani) di seluruh abdomen harus dipikirkan kemungkinan
adanya udara bebas dalam rongga abdomen, misalnya perforasi
usus.
Hepar. Kosta menutupi hampir seluruh hepar, sehingga sulit
diperiksa. Ukuran dan bentuk hepar dapat diestimasi dengan perkusi
dan palpasi. Menilai besar vertikal lobus kanan hepar, tentukan
pekak hepar di garis midklavikularis kanan, perkusi dimulai pada ICS
4 / 5 garis midklavikularis kanan (sonor) sampai berubah menjadi
pekak (batas atas), lanjutkan pada bagian bawah tepat di garis

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 49



midklavikularis kanan suara timpani sampai berubah menjadi pekak
(batas bawah), besar lobus kanan hepar normal 6-12 cm.; dan untuk
lobus kiri hepar, perkusi pada garis midsternalis mulai dari bawah
umbilikus keatas menuju hepar dengan lembut (suara timpani
menjadi pekak), besar lobus kiri hepar normal 4-8 cm.
Pindahkan/geser dengan lembut payudara wanita jika perlu untuk
memastikan bahwa pemeriksa mulai pada sonor paru. Pekak hepar
membesar ketika hepar membesar. Besar pekak hepar mengecil
ketika hepar mengecil atau udara bebas dibawah diafragma. Pekak
hepar dapat bergeser kebawah karena diagragma letak rendah
penyakit paru obstruktif kronik; namun ukuran hepar tetap normal.
Ukur panjang pekak hepar. Ukuran hepar normal umumnya lebih
besar pada pria dibandingkan wanita, pada orang tinggi
dibangingkan orang pendek. Jika hepar membesar, gambar tepi
bawah dengan perkusi daerah lain. Pekak efusi pleura atau
konsolidasi paru, jika berdampingan dengan pekak hepar, dapat
menyebabkan estimasi ukuran hepar membesar palsu. Udara dalam
kolon dapat menimbulkan timpani di kuadran kanan atas dan
mengganggu pekak hepar, sehingga estimasi ukuran hepar
mengecil palsu.
Limpa membesar ke anterior, bawah, and medial, sering
mengganti timpani gaster dan kolon dengan pekak organ padat. Dua
teknik perkusi untuk mendeteksi splenomegali (pembesaran limpa):
• Perkusi dinding toraks anterior bawah kiri antara sonor paru
dan tepi bawah kosta, suatu daerah disebut ruang Traube.
Kemudian perkusi ke lateral. Jika timpani prominen,
terutama lateral, tidak splenomegali. Pekak limpa normal

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 50



biasanya tersembunyi dalam pekak jaringan posterior lain.
Cairan atau massa dalam gaster atau kolon dapat
menyebabkan pekak di ruang Traube.
• Periksa tanda perkusi limpa. Perkusi daerah dibawah kosta
kiri garis aksilaris anterior, terdengar suara timpani,
kemudian pasien diminta inspirasi dalam, dan perkusi lagi.
Jika suara tetap timpani berarti ukuran limpa normal. Jika
suara menjadi pekak berarti splenomegali, tanda perkusi
limpa positif.
Jika salah satu atau kedua tes diatas positif, perlu pehatian lebih
saat palpasi limpa.

Gambar Pemeriksaan Perkusi Hepar Gambar Besar Hepar

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 51



Gambar Pemeriksaan perkusi limpa

Beberapa cara pemeriksaan ascites:


a) Pasien tidur telentang. Perkusi mulai dari umbilikus ke
lateral kiri (atau kanan) akan terdengar suara timpani
menjadi pekak. Kemudian pasien disuruh miring ke sisi
kanan (atau kiri), maka suara pekak akan menjadi timpani.
Perkusi lagi dari sisi kiri ke umbulikus akan terdengar suara
timpani menjadi pekak. Kemudian pasien disuruh telentang
kembali, maka suara pekak akan menjadi timpani. Perkusi
lagi dari umbilikus ke lateral kiri (atau kanan), maka suara
timpani menjadi pekak. Hal ini disebut pekak berpindah
(shifting dullness). Perkusi daerah yang mengandung cairan
terdengar pekak. Bila penderita berbaring telentang, maka
cairan akan terkumpul pada tempat yang terendah yaitu sisi
kanan dan kiri abdomen. Pekak berpindah karena cairan
berpindah ke sisi yang terendah. Pekak berpindah positif
berarti ascites sedang.
b) Pada pasien dengan ascites yang banyak dan abdomen
agak tegang, Pekak berpindah negatif. Pasien tidur

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 52



telentang, satu tangan pemeriksa diletakkan pada satu sisi
abdomen dan tangan lainnya mengetuk dinding abdomen
sisi lainnya, akan terasa gelombang-gelombang cairan pada
tangan disisi lainnya. Hal ini disebut tes undulasi. Untuk
mencegah gerakan diteruskan melalui dinding abdomen
maka tangan pemeriksa lain (dapat pula dengan
pertolongan tangan pasien sendiri) diletakkan ditengah-
tengah perut dengan sedikit tekanan.
c) Jika cairan ascites sedikti, baik tes undulasi maupun Pekak
berpindah negatif. Perkusi dilakukan dengan posisis pasien
tengkurap dan menungging (knee-chest position). Perkusi
pada daerah perut yang terendah akan terdengar pekak.
Dapat juga stetoskop diletakkan pada tempat terendah,
dengan perkusi pada salah satu sisi abdomen akan
terdengar perbedaan suara melalui stetoskop bila stetoskop
digeser kesisi lainnya. Tanda ini disebut Pudle Sign.

Gambar pemeriksaan ascites pekak berpindah

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 53



Gambar Pemeriksaan ascites tes undulasi

Fenomena papan catur (chess board phenomen) adalah


perkusi abdomen ditemukan bunyi timpani dan pekak berpindah-
pindah, sering ditemukan pada peritonitis tuberkulosa.
Nyeri kostovertebra (nyeri ginjal / renal tenderness). Pasien
dalam posisi duduk. Pemeriksa berdiri dibelakang pasien, letakkan
tangan kiri pada sudut kostovertebra, pukul dengan lembut
punggung tangan kiri menggunakan sisi ulnar kepalan tangan
kanan, bandingkan kostovertebra kanan dan kiri. Jika pasien merasa
nyeri, berarti ada infeksi ginjal (pyelonefritis), abses perinefrik,
nefrolitiasis.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 54



Gambar pemeriksaan nyeri kostovertebra

PENILAIAN KETERAMPILAN PERKUSI ABDOMEN


No Aspek yang dinilai 0 1 2
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan
sapaan yang sopan
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan
pada pasien
4 Memberikan kesempatan pasien untuk
bertanya
5 Meminta dengan sopan pada pasien untuk

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 55



menanggalkan bajunya
6 Meminta pasien tidur telentang
7 Meminta pasien memberitahukan apabila
terasa nyeri
8 Hangatkan tangan yang akan digunakan
9 Memeriksa apakah suara timpani, pekak,
hipertimpani
Pemeriksaan Perkusi Hepar
10 Menilai besar vertikal lobus kanan hepar,
tentukan pekak hepar di garis midklavikularis
kanan, perkusi dimulai pada ICS 4 / 5 garis
midklavikularis kanan (sonor) sampai berubah
menjadi pekak (batas atas), lanjutkan pada
bagian bawah tepat di garis midklavikularis
kanan suara timpani sampai berubah menjadi
pekak (batas bawah). Pindahkan/geser
dengan lembut payudara wanita jika perlu
untuk memastikan bahwa pemeriksa mulai
pada sonor paru.
11 Menilai besar vertikal lobus kiri hepar, perkusi
pada garis midsternalis mulai dari bawah
umbilikus keatas menuju hepar dengan lembut
(suara timpani menjadi pekak).
Pemeriksaan Perkusi Limpa
12 Perkusi dinding toraks anterior bawah kiri
antara sonor paru dan tepi bawah kosta, suatu
daerah disebut ruang Traube. Kemudian
perkusi ke lateral. Jika timpani prominen,
terutama lateral, tidak splenomegali.
13 Perkusi daerah dibawah kosta kiri garis
aksilaris anterior, terdengar suara timpani,
kemudian pasien diminta inspirasi dalam, dan
perkusi lagi. Jika suara tetap timpani berarti
ukuran limpa normal. Jika suara menjadi
pekak berarti splenomegali.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 56



Pemeriksaan Ascites ‘shifting dullness’
14 Perkusi mulai dari umbilikus ke lateral kiri (atau
kanan) akan terdengar suara timpani menjadi
pekak. Kemudian pasien disuruh miring ke sisi
kanan (atau kiri), maka suara pekak akan
menjadi timpani. Perkusi lagi dari sisi kiri ke
umbulikus akan terdengar suara timpani
menjadi pekak.
15 Pasien disuruh telentang kembali, maka suara
pekak akan menjadi timpani. Perkusi lagi dari
umbilikus ke lateral kiri (atau kanan), maka
suara timpani menjadi pekak.
Pemeriksaan Ascites ‘tes undulasi’
16 Pasien tidur telentang, satu tangan pemeriksa
diletakkan pada satu sisi abdomen dan tangan
lainnya mengetuk dinding abdomen sisi
lainnya, akan terasa gelombang-gelombang
cairan pada tangan disisi lainnya.
17 Tangan pemeriksa lain (dapat pula dengan
pertolongan tangan pasien sendiri) diletakkan
ditengah-tengah perut dengan sedikit tekanan.
Pemeriksaan Asicites ‘puddle sign’
18 Posisis pasien tengkurap dan menungging
(knee-chest position).
19 Perkusi pada daerah perut yang terendah
akan terdengar pekak.
20 Stetoskop diletakkan pada tempat terendah,
dengan perkusi pada salah satu sisi abdomen
akan terdengar perbedaan suara melalui
stetoskop bila stetoskop digeser kesisi lainnya.
Nyeri kostovertebra / Renal tenderness
21 Pasien dalam posisi duduk
22 Pemeriksa berdiri dibelakang pasien
23 Letakkan tangan kiri pada sudut kostovertebra
24 Pukul dengan lembut punggung tangan kiri

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 57



menggunakan sisi ulnar kepalan tangan kanan
25 Bandingkan kostovertebra kanan dan kiri
Total Nilai
Keterangan:
0: tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna

SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 17 tahun dibawa ke IGD Rumah Sakit
dengan keluhan utama sakit perut di daerah kanan bawah. Rasa
sakit ini datang tiba-tiba yang membuat ia terbangun dari tidur tadi
malam karena kesakitan. Keluhan utama diatas disertai rasa mual
dan beberapa kali muntah. Pasien pasien juga mengeluh mengalami
menggigil. Pasien dicurigai mengalami apendisitis akut.
Lakukan pemeriksaan fisik abdomen untuk mendiagnosis skenario.

COLOK DUBUR ( RECTAL TOUCHER/ DIGITAL RECTAL


EXAMINATION )

Pengertian
Pemeriksaan colok dubur adalah suatu pemeriksaan
dengan memasukkan jari telunjuk yang sudah diberi pelicin ke
dalam lubang dubur. Pemeriksaan ini membantu klinisi untuk
dapat menemukan penyakit-penyakit pada perineum, anus,
rektum, prostat, dan kandung kemih.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 58



Pada pemeriksaan colok dubur yang dinilai adalah
keadaan perianal, perineum, tonus sfingter ani dan refleks bulbo-
kavernosus (BCR), mukosa dan ampulla rekti, serta penonjolan
prostat kearah rektum. Pada pemeriksaan perianal dapat dilihat
adanya fistula perianal, skin tag, fissura, tumor anus dan
hemorrhoid. Dinilai juga keadaan perineum, apakah meradang
atau tidak. Penilaian Sfingter ani dilakukan dengan cara
merasakan adanya jepitan pada sfingter ani pada saat jari
telunjuk dimasukkan lubang anus. Colok dubur juga bertujuan
untuk mencari kemungkinan adanya massa di dalam lumen
rektum, menilai mukosa dan ampulla rektum serta keadaan
prostat.
Pemeriksaan ini menimbulkan rasa tidak nyaman dan
menyebabkan kontraksi sfingter ani sehingga dapat menyulitkan
pemeriksaan. Oleh karena itu perlu dijelaskan terlebih dahulu
kepada pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan, agar
pasien dapat bekerja sama dalam pemeriksaan ini.

Indikasi
Rectal toucher merupakan bagian tak terpisahkan dari
pemeriksaan fisik abdomen untuk kasus gastrointestinal, urologi,
dan ginekologi. Rectal toucher diindikasikan pada pasien-pasien
dengan penyakit atau keluhan sebagai berikut :
• Perdarahan saluran cerna bagian bawah.
• Hemorrhoid, prolaps rekti.
• Ca Recti, Tumor anus
• Ileus Obstruktif dan ileus paralitik.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 59



• Peritonitis.
• BPH & Ca prostat.

Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi mutlak untuk melakukan rectal
toucher. Perlu hati-hati saat melakukan rectal toucher pada
• Anak-anak karena pemeriksaan dapat menyebabkan vasovagal
syncope.
• Prostatitis, dapat menyebarkan infeksi.
• Hemorrhoid interna grade IV

Pemeriksaan Rectal Touche (Colok Dubur)


Pada pemeriksaan ini, kita dapat memilih posisi pasien sbb:
a. Left lateral prone position
Letak miring memudahkan pemeriksaan inspeksi dan palpasi
anal kanal dan rektum. Tetapi posisi ini kurang sesuai untuk
pemeriksaan peritoneum.
a. Litothomy position
Posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang
tidak memerlukan pemeriksaan anus secara detail. Dianjurkan
dalam pemeriksaan prostate dan vesika seminalis karena
memudahkan akses pada cavum peritoneal.
b. Knee-chest position
Posisi ini biasanya tidak/kurang menyenangkan bagi pasien.
c. Standing elbow-knee position
Posisi ini jarang digunakan.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 60



Pemeriksaan :
1. Mintalah pasien mengosongkan kandung kemih.
2. Persilahkan pasien untuk berbaring dengan salah satu posisi
diatas.
3. Minta pasien untuk menurunkan pakaian dalam (celana),
hingga regio analis terlihat jelas.
4. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan
5. Menggunakan pelumas secukupnya pada tangan kanan.
6. Inspeksi regio analis, perhatikan apakah ada kelainan
7. Penderita diminta mengedan, letakkan ujung jari telunjuk
kanan pada anal orificium dan tekanlah dengan lembut
sampai sfingter relaksasi. Kemudian fleksikan ujung jari dan
masukkan jari perlahan-lahan sampai sebagian besar jari
berada di dalam canalis analis.
8. Palpasi daerah canalis analis, nilailah adakah kelainan
9. Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik
acuan.
Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah ventral
sebagai titik acuan.
10. Menilai tonus sfingter ani.
11. Menilai struktur dalam rektum yang lebih dalam.
12. Menilai ampula rekti kolaps atau tidak
13. Pemeriksaan khusus
- Prostat : Nilailah ketiga lobus prostate, fisura mediana,
permukaan prostate (halus atau bernodul), konsistensi
(elastis, keras, lembut, fluktuan), bentuk (bulat, datar),

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 61



ukuran (normal, hyperplasia, atropi), sensitivitas dan
mobilitas.
- Vesikula seminalis : Normalnya tidak teraba, apabila
terdapat kelainan akan teraba pada superior prostate di
sekitar garis tengah. Nilailah distensi, sensitivitas,
ukuran, konsistensi, indurasi dan nodul.
- Uterus dan adneksa : Periksa dan nilai kavum Douglas
pada forniks posterior vagina.
14. Setelah selesai, keluarkan jari telunjuk dari rectum, perhatikan
apakah pada sarung tangan terdapat bekas feses, darah, dan
lendir.
15. Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air
mengalir
16. Buka sarung tangan dan tempatkan pada wadah yang
disediakan
17. Bersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar regio
analis.
18. Beritahukan pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan
persilahkan pasien untuk duduk di tempat yang sudah
disediakan.
19. Dokumentasi hasil pemeriksaan

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 62



Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Rectal Touche

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1. Menyapa pasien dengan ramah
2. Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada
pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Mintalah pasien mengosongkan kandung
kemih
4. Membantu dan mempersilahkan pasien untuk
berbaring dengan posisi yang benar
5. Meminta pasien untuk menurunkan pakaian
dalam (celana), hingga regio analis terlihat
jelas.
6. Mencuci tangan dan menggunakan sarung
tangan steril
7. Menggunakan pelumas secukupnya pada
tangan kanan.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 63



8. Inspeksi regio analisdan menilai adanya
kelainan
9. Meminta pasien tenang, meletakkan ujung jari
telunjuk kanan pada anal orificium dan
menekan dengan lembut sampai sfingter
relaksasi. Kemudian memfleksikan ujung jari
dan memasukkan jari perlahan-lahan sampai
sebagian besar jari berada di dalam canalis
analis.
10. Palpasi daerah canalis analis, menilai adanya
kelainan
Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah
ventral sebagai titik acuan.
Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah
ventral sebagai titik acuan.
11. Menilai tonus sfingter ani
12. Menilai struktur dalam rektum yang lebih
dalam (mukosa licin atau tidak)
13. Menilai ampula rekti kolaps atau tidak
14. Pemeriksaan khusus
- Prostat : Menilai ketiga lobus prostate,
sulcus mediana, permukaan prostate (halus
atau bernodul), konsistensi (elastis, keras,
lembut, fluktuan), bentuk (bulat, datar),
ukuran (normal, hyperplasia, atropi),
sensitivitas
- Vesikula seminalis : Normalnya tidak
teraba, apabila terdapat kelainan akan
teraba pada superior prostate di sekitar
garis tengah. Menilai distensi, sensitivitas,
ukuran, konsistensi, indurasi dan nodul.
- Uterus dan adneksa : Memeriksa dan nilai
kavum Douglas pada forniks posterior
vagina

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 64



15. Mengeluarkan jari telunjuk dari rectum,
memperhatikan apakah pada sarung tangan
terdapat bekas feses, darah, dan lendir.
16. Membersihkan pasien dengan larutan
antiseptik di sekitar regio analis.
17. Cuci tangan yang masih memakai sarung
tangan dengan air mengalir
18. Melepas sarung tangan dan meletakkan pada
wadah yang disediakan
19. Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan
sudah selesai dan mempersilahkan pasien
untuk duduk di tempat yang sudah disediakan.
TOTAL
Keterangan:
0: tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna

PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT)

Pemasangan Pipa Nasogastrik (NGT) adalah prosedur


memasukkan pipa panjang yang terbuat dari polyurethane atau
silicone melalui hidung, Pharynx, esofagus sampai kedalam
lambung dengan indikasi tertentu. Sangat penting bagi mahasiswa
kedokteran untuk mengetahui cara pemasangan pipa NGT dan
mengetahui pipa NGT tersebut sudah masuk dengan benar pada
tempatnya. Sebelum melakukan pemasangan pipa NGT, mahasiswa
perlu mereview kembali matei anatomi nasus, pharynx, oesophagus,
dan gaster.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 65



Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi
Ada 3 indikasi utama pemasangan pipa nasogastrik
– Diagnostik
Membantu diagnosis dengan analisa cairan isi lambung.
– Memasukkan Cairan/Makanan
Pasien tidak dapat menelan oleh karena berbagai sebab
– Dekompresi isi lambung
Mengeluarkan cairan lambung pada pasien ileus obstruktif/ileus
paralitik peritonitis dan pankreatitis akut. Bilas lambung pada
kasus intoksikasi. Perdarahan saluran cerna bagian atas untuk
bilas lambung (mengeluarkan cairan lambung)

Kontraindikasi
Kontraindikasi pemasangan pipa nasogastrik meliputi:
– Pasien dengan jejas maxillofacial atau fraktur basis cranii fossa
anterior. Pemasangan NGT melalui nasal berpotensi untuk
misplacement NGT melalui fossa cribiformis, menyebabkan
penetrasi ke intrakranial
– Pasien dengan riwayat striktur esofagus dan varises esofagus.
– Pasien dengan tumor esofagus

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan pipa nasogastrik:
– Iritasi hidung, sinusitis, epistaksis, rhinorrhea, fistula
esofagotrakeal akibat pemasangan NGT jangka lama.
– Pneumonia Aspirasi

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 66



– Hipoksia, sianosis, atau henti nafas akibat intubasi trakeal

Persiapan alat
– Memeriksa ketersediaan alat.
– Pipa nasogastric ukuran
• Dewasa : ukuran 16-18
• Anak : ukuran 12-14
– Jelly untuk lubrikasi
– Stetoskop
– Plester untuki fiksasi
– Spuit/ Urin Bag

Persiapan pasien
– Menjelaskan indikasi pemasangan NGT sesuai dengan kondisi
pasien
– Menjelaskan prosedur pemasangan NGT.
– Meminta persetujuan pasien dan meminta pasien duduk atau
berbaring terlentang.
Prosedur pemasangan dan penilaian adekuasi NGT
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, memastikan
identitas pasien, menjelaskan dan meminta persetujuan
tindakan yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan.
3. Meminta pasien duduk atau berbaring terlentang.
4. Memeriksa lubang hidung yang akan digunakan untuk insersi.
5. Mempersiapkan pipa nasogastrik.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 67



6. Mengukur panjang pipa yang akan digunakan dengan cara
mengukur panjang dari tengah telinga ke puncak hidung lalu
diteruskan ke titik antara processus xiphoideus dan umbilicus
lalu tandai dengan melihat skala pada pipa.

7. Mengoleskan lubrikan pada ujung pipa sepanjang 15 cm


pertama untuk melicinkan.
8. Memasukkan ujung pipa melalui lubang hidung sambil meminta
pasien untuk melakukan gerakan menelan sampai mencapai
batas yang ditandai.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 68



9. Menguji letak NGT apakah sudah sampai lambung
dengan menggunakan metode Whoosh tes :
– Memasang membran stetoskop setinggi epigastrium kiri.
– Melakukan aspirasi udara dengan spoit 10 cc.
– Memasang spoit 10 cc yang telah berisi udara ke NGT.
10. Menyemprotkan udara yang berada di dalam spoit dengan
cepat sambil mendengarkan ada tidaknya suara “whoosh”
pada stetoskop. Jika terdengar suara “whoosh” maka NGT
telah masuk ke dalam lambung.
11. Jika tidak terdengar maka selang NGT
dimasukkan/dikeluarkan beberapa cm. Kemudian dilakukan
pengulangan metode “whoosh” hingga terdengar suara pada
stetoskop. Bila ujung pipa tidak berada di lambung segera
tarik pipa, dan coba memasangnya lagi. Bila penderita
mengalami sianosis atau masalah respirasi segera tarik pipa.
12. Bila pipa telah ditempatkan dengan tepat, fiksasi pipa
menggunakan plester pada muka dan hidung, hati-hati
jangan menyumbat lubang hidung pasien.
13. Mengalirkan ke dalam kantong penampung yang disediakan
atau menutup ujung pipa bila tidak segera digunakan dengan
cara melipat ujung pipa nasogastrik. Bila digunakan untuk
memasukkan makanan, dihubungkan dengan spuit.
14. Memberikan edukasi mengenai perawatan pipa nasogastrik
dan rencana penggantian pipa nasogastrik.
15. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis pakai ke
tempat sampah medis .
16. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 69



Pelepasan Pipa Nasogastrik
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, memastikan
identitas pasien, menjelaskan dan meminta persetujuan
tindakan yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan.
3. Meminta pasien duduk atau berbaring terlentang.
4. Melepaskan plester
5. Mencabut pipa nasogastric dengan perlahan
6. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis pakai
ke tempat sampah medis.
7. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan.

PEMASANGAN NGT (NASO GASTRIC TUBE)

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Menyiapkan alat :
1. Sonde lambung steril
2. Mangkok berisi air hangat
3. Spuit 20 cc, 30 cc, 50 cc
4. Pinset anatomi 1 buah dan kain kasa
secukupnya
5. Klem arteri
6. Plester, gunting
7. Lumbricant/ jelly
8. Stetoskop
9. Gelas ukuran
10. Serbet/tissue
11. Makanan cair/buah/air kacang hijau
yang diperlukan dalam tempatnya

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 70



12. Air matang dalam gelas
13. Obat-obatan yang diperlukan
(dihaluskan dulu)
14. Bengkok
15. Korentang dalam tempatnya
16. Sampiran/sketsel
17. Perlak dan alasnya
18. Spatel lidah
19. Spuit 5cc/3cc
20. Handscoen steril
21. pH steril/ kertas lakmus
2 Persiapan perawat :
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan
tindakan pada pasien.
2. Menyiapkan posisi pasien dalam
keadaan berbaring atau posisi semi
fowler.
3 Persiapan lingkungan :
1. Gunakan sketsel saat melakukan
prosedur
2. Ciptakan lingkungan yang tenang
4 Mencuci tangan dan memakai handscoen
5 Lubang hidung dibersihkan
6 Letakkan bengkok di dekat pasien
7 Pengalas dipasang di dada pasien
8 Sonde lambung diukur dari hidung ke
telinga lalu ke processus xyphoideus lalu
beri tanda(diplester).
9 Licinkan ujung pipa dengan lumbricant/
jelly
10 Jepit pangkal pipa/sonde dengan klem.
11 Masukkan sonde melalui hidung perlahan-
lahan sampai pasien disuruh menelan
(kalau sadar)

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 71



12 Mengecek sonde apakah telah masuk ke
lambung dengan cara memasukkan udara
menggunakan spuit 5cc/3cc kedalam
lambung dan diauskultasi dengan stetoskop
atau dengan mengisap cairan lambung
dengan spuit dan mengukur tingkat
keasaman lambung dengan pH strip
13 Pemberian diet sonde:
Memasang spuit 20 cc, 30 cc, atau 50 cc
pada pangkal pipa/sonde kemudian
masukkan air matang ± 15 cc
(sebelumnya pipa dijepit dulu dengan
klem)
14 Buka klem penjepit perlahan-lahan
15 Tuangkan/masukkan cairan selanjutnya
secara terus menerus sebelum spuit
kosong

16 Masukkan obat sebelum makanan habis


(bila ada)
17 Bila makanan habis sonde dibilas dengan
air matang sampai bersih kemudian sonde
diklem.
18 Tutup pangkal sonde dengan kasa steril
19 Bila sonde dipasang permanen fiksasi
dengan plester
20 Klien dirapikan dan diselimuti dengan baik
21 Mencuci tangan
22 Catat pada status pasien tindakan yang
telah dilakukan, makanan dan obat yang
masuk
23 Bersihkan alat dan buang kotoran pada
tempatnya
a. Lakukan irigasi teratur dengan volume

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 72



cairan sedikit untuk mempertahankan
kepatenan.
b. Lakukan perawatan mulut lebih
sering.
c. Berikan krim atau gliserin pada bibir
untuk mempertahankan kelembaban.
24 Evaluasi tindakan :
1. Sonde terpasang dengan tepat
2. Makanan dan minuman dapat masuk
dan tidak terjadi aspirasi
TOTAL

Keterangan:
0: tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna

Pembacaan Foto Polos Abdomen

Foto polos abdomen adalah suatu pemeriksaan abdomen


tanpa menggunakan kontras dengan sinar X yang menggambaran
struktur dan organ di dalam abdomen, yaitu : lambung, hati, limpa,
usus besar, usus kecil, dan diafragma yang merupakan otot yang
memisahkan dada dan daerah abdomen.
Daya tembus sinar X berbeda-beda sesuai dengan benda
yang dilaluinya. Benda-benda yang mudah ditembus sinar X akan
memberi bayangan hitam (radiolusen). Benda-benda yang sukar
ditembus sinar X akan memberi bayangan putih (radioopak).
Diantaranya terdapat bayangan perantara yang tidak terlalu hitam
atau radiolusen sedang (moderately radiolucent) dan tidak terlalu

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 73



putih atau radioopak (moderately radio-opaque). Diantara radiolusen
sedang dan radioopak sedang bayangan keputih-putihan
(intermediate)/ berdasarkan mudah tidaknya ditembus sinar X, maka
bagain tubuh dibedakan atas :
1. Radiolusen (hitam) : gas dan udara.
2. Radiolusen sedang : jaringan lemak.
3. Keputih-putihan : jaringan ikat, otot, darah, kartilago, epitel,
batu kolesterol, batu asam urat.
4. Radioopak sedang : tulang dan garam kalsium.
5. Radioopak (putih) : logam-logam berat.

Indikasi
Pada kondisi akut abdomen, foto polos abdomen biasanya
merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan. Pemeriksaan
lainnya seperti USG, CT Scan dan IVP digunakan untuk mencari
kelainan yang lebih spesifik. Dalam keadaan akut, abdominal X ray
digunakan untuk mendiagnosis:
• Obstruksi usus
• Perforasi saluran cerna
• Pankreatitis
• Batu ginjal atau batu empedu
• Distribusi faeces

Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi mutlak pada foto polos abdomen,
tetapi jika mungkin harus dihindari pada wanita sampai akhir periode
reproduksi dan wanita hamil untuk mencegah paparan radiasi.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 74



Macam-macam Pemeriksaan Foto Polos Abdomen
a) Pemeriksaan radiodiagnostik sederhana, tanpa persiapan :
Foto polos abdomen tanpa persiapan dimana terutama
melihat gambaran distribusi dari gas dalam usus serta
kelainannya (BOF).
b) Pemeriksaan radiodiagnostik sederhana dengan persiapan
sebelumnya : Dikerjakan terutama bila nantinya diperkirakan
akan ada gangguan dari hasil photo bila kondisi penderita
belum memenuhi syarat, yaitu.:
Foto polos abdomen melihat saluran kencing (BNO atau
KUB) dalam hal ini kotoran dalam usus sangat mengganggu
hasil photo sehingga harus dibersihkan sebelumnya. Foto
polos abdomen dengan persiapan untuk melihat keadaan
ginjal dan salurannya serta bagian belakang abdomen ,
Dalam hal ini kita harus membersihkan sisa makanan
(faecal material) dari usus yang akan mengganggu
gambaran di film. Sehingga diperlukan penanganan
sebelum pemeriksaan dengan mempersiapkan penderita
dengan makanan yang bebas serat selama beberapa hari,
kemudian dibersihkan dengan pencahar agar kotoran
makanan dalam usus yang ada dikeluarkan semua dengan
demikian usus akan bersih dari kotoran sisa makanan/faecal
material yang menutupi daerah dibelakangnya. Hal ini tidak
dapat kita kerjakan sendiri terutama penderita rawat inap,
perlu bantuan rekan kerja terkait.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 75



Teknik Pemeriksaan
Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film
yang dapat mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Foto
polos abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi, yaitu :
1. Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan
proyeksi antero-posterior (AP).
Posisi AP untuk melihat distribusi usus, preperitonian fat,
ada tidaknya penjalaran. Gambaran yang diperoleh yaitu
pelebaran usus diproksimal daerah obstruksi, penebalan
dinding usus, gambaran seperti duri ikan (Herring bone
appearance)
2. Tiduran miring ke kiri (Left Lateral Decubitus = LLD), dengan
sinar horizontal, proyeksi AP.
Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan
perforasi usus. Dari air fluid level dapat diduga gangguan
pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus
letak tinggi, sedang jika panjang-panjang kemungkinan
gangguan dikolon. Gambaran yang diperoleh adalah adanya
udara bebas infra diagfragma dan air fluid level.
3. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau
memungkinkan, dengan sinar horizontal proyeksi AP.
Posisi setengah duduk atau berdiri untuk melihat gambaran
radiologis adanya air fluid level dan step ladder appearance.
Jadi gambaran radiologis pada ileus obstruktif yaitu adanya
distensi usus partial, air fluid level, dan herring bone
appearance.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 76



a) Posisi AP supine
• Persyaratan teknis : ukuran film 35x43 cm/30x40 cm,
posisi memanjang menggunakan grid yang bergerak
maupun statis, dengan variasi 70-80 kV dan 20-25 mAs.
• Posisi pasien : Pasien tidur terlentang dengan MSP (Mid
Sagital Plane) pada garis tengah meja atau kaset, lengan
pasien diletakkkan di samping tubuh, garis tengah badan
terletak tepat pada garis tengah pemeriksaan, kedua
tungkai ekstensi.
• Posisi obyek : tengah kaset setinggi crista iliaca, dengan
batas bawah pada sympisis pubis, tanpa ada rotasi
pelvis atau shoulder ( dengan melihat kedua SIAS
mempunyai jarak yang sama pada kedua sisi
• Central ray : CR tegak lurus dan langsung pada kaset
(film) setinggi crista iliaca, FFD minimal 100 cm.
• Kolimasi : Kolimasi meliputi pada tepi atas dan bawah
kaset.
• Respiration : eksposi dilakukan pada saat akhir
ekspirasi kira-kira 1 detik setelah ekspirasi
menyebabkan terhentinya pergerakan usus.

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 77



b) Posisi Left Lateral Decubitis (LLD)
• Penting : Pasien harus pada posisi LLD minimal 5 menit
sebelum eksposi (supaya udara naik atau cairan yang
abnormal terakumulasi) ; 10 sampai 20 menit
dipilih jika memungkinkan untuk menampakkan yang
paling baik potensial small amount udara
intraperitoneum.
• Left lateral Decubitus paling baik untuk menampakkan
udara bebas intraperitoneum pada daerah liver
abdomen atas bagian kanan (right upper abdomen)
terpisah dengan udara gaster
• Faktor teknik : Kaset 35 x 43 cm, moving atau
stationary grid.
• Shielding : gunakan gonad shield pada pasien laki-laki.
• Posisi pasien : pasien ditempatkan pada permukaan
yang keras dimana hepar berada dibawah, hal ini
dimaksudkan supaya tidak terjadi “ anatomy cutoff ”.
Lutut ditekuk dan pada salah satu lutut saling
superposisi dengan yang lain untuk sabilisasi pasien.
Kedua lengan berada didekat kepala dan diganjal
dengan bantal.
• Posisi obyek : Atur pasien dan ditengah kaset kira-kira
5 cm setinggi crista iliaca (termasuk diafragma), margin
proximal kaset kira-kira setinggi axilla. dengan batas
bawah pada sympisis pubis, tanpa ada rotasi pelvis
atau shoulder ( dengan melihat kedua SIAS mempunyai
jarak yang sama pada kedua sisi. Atur tinggi kaset

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 78



ditengah MSP pasien menuju tengah Film (Image
reseptor), tetapi pastikan bagian atas abdomen masuk
dalam film (Image Reseptor / IR)
• Central ray : CR horizontal, langsung menuju tengah
film kira-kira 5 cm setinggi Krista iliaca, menggunakan
sinar horizontal untuk memperlihatkan air-fluid levels
dan udara bebas intraperitoneum. FFD minimal 100 cm.
• Kolimasi : Kolimasi meliputi pada keempat sisi jangan
ada “ cut off ” pada abdomen bagian atas.
• Respiration : eksposi dilakukan pada saat akhir
ekspirasi

NILAI
ASPEK PENILAIAN
No 0 1 2

Mahasiswa dapat menjelaskan

Posisi foto: AP, supine/telentang, right lateral


1.
decubitus (RLD)

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 79



Distribusi udara usus (tersebar merata atau
2.
tidak), ada distensi

usus atau tidak (coil spring appearance,


hearing bone appearance,

haustra incisura)

3. Preperitoneal fat line

4. Psoas line kiri dan kanan

5. Renal out line

Kelainan abdomen: penebalan dinding usus,


6.
pneumoperitoneum

usus, pneumoperitoneum sign (triangular


sign, semilunar shadow,

air fluid level), asites sign (floating sign)

7. Sistem skeletal

8. Kesan

Keterangan:
0: tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna

Modul Pemeriksaan Fisik Abdomen 2019 80

Anda mungkin juga menyukai