Anda di halaman 1dari 119

PETUNJUK SKILLS LAB

BLOK 11 KEPERAWATAN MATERNITAS

Topic skills lab:

1. Pemeriksaan fisik kehamilan


2. Pertolongan persalinan normal
3. Pemeriksaan fisik postpartum
4. Senam Hamil dan senam postpartum
5. Manajement laktasi dan pijat oksitosin
6. Perawatan tali pusat dan memandikan bayi baru lahir

Supported by:

Departement of Maternity Nursing

Coordinator:

Riski Oktafia, M.Kep., Sp.Kep.Mat

School of Nursing
Medical Faculty and Health Science
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2019/2020

1
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
3. TATA TERTIB PRAKTIKUM SKILLS LAB

A. Penjelasan Umum
Praktikum Skills Lab dilakukan di Mini Hospital PSIK FKIK UMY sesuai
pada jadwal yang telah ditentukan. Mahasiswa akan dibagi menjadi kelompok-
kelompok kecil dengan jumlah mahasiswa sebanyak maksimal 10 mahasiswa
per kelompok. Masing-masing kelompok akan dibimbing secara intensif oleh
instruktur praktikum dengan fasilitas yang tersedia di Mini Hospital.
Mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses praktikum dan
diharapkan semua mahasiswa mampu mendemonstrasikan skill yang sedang di
praktikumkan. Selain kegiatan praktikum dibawah bimbingan instruktur,
mahasiswa juga mempunyai kesempatan untuk belajar mandiri sesuai jadwal
yang telah ditentukan maupun belajar mandiri diluar jadwal yang telah
ditentukan dengan seijin koordinator Mini Hospital. Diakhir kegiatan
praktikum, mahasiswa wajib untuk mengikuti ujian skills (OSCE).

B. Ujian Skills Lab


Ujian praktikum Blok Keperawatan maternitas dilakukan pada akhir
masa praktikum. Ujian ini untuk mengetahui penyerapan mahasiswa tentang
praktikum yang telah dijalankan dan mengetahui kemampuan mahasiswa
dalam melakukan praktikum. Bahan–bahan ujian terutama dari bahan
praktikum dan teori.

C. Sistem Penilaian
Penilaian praktikum meliputi:
1. Ujian OSCE sebesar 60 %
2. Praktikum sebesar 40 %
a. 15% pretest
b. 25% proses praktikum

2
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
D. Tata Tertib Skill’s Lab
 Sebelum praktikum, mahasiswa:
1. Datang 15 menit sebelum praktikum dimulai.
2. Memakai seragam biru-biru.
3. Memakai name tag.
4. Baju atasan menutupi pantat dan tidak ketat.
5. Bagi mahasiswa putri:
a. Baju bawahan longgar dan menutupi mata kaki.
b. Memakai jilbab biru polos, tanpa poni dan buntut.
c. Memakai sepatu tertutup dan berhak rendah, bukan sepatu karet, warna
sepatu hitam, memakai kaos kaki.
d. Tidak berkuku panjang dan tidak menggunakan pewarna kuku.
e. Tidak memakai cadar.
Bagi mahasiswa putra:
a. Memakai seragam biru-biru.
b. Celana longgar, bukan celana pensil.
c. Rambut rapi, tidak melebihi krah baju, tidak menutupi mata dan telinga.
d. Tidak beranting dan bertato.
e. Memakai sepatu tertutup berwarna hitam dan memakai kaos kaki.
f. Tidak berkuku panjang dan memakai perhiasan dalam bentuk apapun.
6. Mahasiswa sudah siap didalam ruangan maksimal 15 menit sebelum
praktikum dimulai.
7. Apabila alat, bahan, dan mahasiswa belum siap dalam 15 menit setelah jam
praktikum berjalan, maka mahasiswa tidak diijinkan untuk mengikuti
praktikum.
 Selama praktikum, mahasiswa:
1. Melakukan pretes.
2. Mengikuti pretest adalah syarat mahasiswa mengikuti kegiatan skills lab.
a. Mahasiswa dinyatakan lulus pretest apabila nilai ≥60
b. Apabila nilai pretest <60 maka mahasiswa tersebut tidak lulus pretest
dan diberi kesempatan sekali mengulang pretest, apabila mahasiswa
3
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
tersebut masih belum mencapai nilai ≥60 maka masuk kategori inhal
skill lab serta tidak diperkenankan mengikuti kegiatan skill lab
c. Bagi mahasiwa yang terlambat namun masih punya waktu untuk
pretest diberbolehkan mengikuti pretest tanpa ada penambahan
waktu
d. Bagi mahasiswa yang terlambat namun sudah diluar waktu pretest,
tidak diperkenankan mengikuti kegiatan belajar dan harus mengikuti
inhal skill lab.
3. Mengikuti praktikum dari awal sampai akhir dengan aktif dan baik.
4. Apabila mahasiswa terlambat lebih dari 15 menit, maka tidak diperkenankan
mengikuti praktikum.

 Setelah praktikum, mahasiswa:


1. Mengembalikan dan merapikan alat, bahan dan ruangan dengan rapi pada
tempatnya.
2. Mengisi daftar presensi mahasiswa.
3. Memberikan evaluasi terhadap proses berjalannya praktikum melalui
instruktur masing-masing.

E. Inhal Skill Lab


1. Mahasiswa yang tidak mengikuti skill lab wajib mengikuti inhal
2. Mahasiswa yang diperkenankan inhal karena tidak hadir antara lain:
a. Tidak lulus prestest skill lab
b. Sakit (di buktikan dengan surat keterangan sakit dari Dokter)
c. Anggota Keluarga inti meninggal (dibuktikan dengan surat ijin
yang ditandatangani orang tua)
d. Menikah (dibuktikan dengan surat undangan dan surat ijin dari
orang tua)
e. Menjadi delegasi dalam suatu kegiatan (dibuktikan dengan surat
ijin dan surat tugas yang ditandatangani oleh kaprodi)

4
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
3. Mahasiswa akan mengikuti inhal kegiatan skill lab dikenakan biaya
sebesar Rp. 40.000., /topik kegiatan kecuali mahasiswa yang menjadi
delegasi prodi/ universitas maka tidak dikenakan biaya.

F. OSCE
Mahasiswa diperkenankan mengikuti OSCE jika telah menyelesaiakn semua
(100%) kegiatan skills lab blok 11 keperawatan maternitas.

5
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
PEMERIKSAAN FISIK ANTENATAL (HEAD TO TOE)

Penyusun:

Sri Sumaryani, Ns., M.Kep., Sp.Mat


Nur Azizah Indriastuti, Ns., M.Kep

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti kegiatan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu
melakukan pemeriksaan fisik antenatal

2. Tujuan Instruksional Khusus


a. Mampu melakukan pemeriksaan fisik head to toe pada ibu hamil
b. Mampu melakukan pemeriksaan Leopold
c. Mampu menghitung denyut jantung janin
d. Mampu menghitung hari prakiraan lahir
e. Mampu memperkirakan usia kehamilan
f. Mampu memberikan pendidikan kesehatan untuk ibu hamil dan
keluarganya

Skenario
Seorang wanita, usia 26 tahun, G1P0A0, hamil 36 minggu datang ke
poliklinik kebidanan untuk memeriksakan kehamilannya. Keluhan yang
dirasakan pasien antara lain pegel di bagian pinggang dan sering terbangun
malam hari karena frekuensi BAK meningkat.

6
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
3. Materi

Asuhan antenatal (antenatal care/prenatal care) adalah suatu program yang


terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang memuaskan.Pengkajian
fisik harus dilakukan secara komprehensif serta meliputi riwayat kesehatan. Ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan pengkajian fisik, di
antaranya sikap petugas kesehatan saat melakukan pengkajian. Selain harus
menjaga kesopanan, petugas harus membina hubungan yang baik dengan pasien.
Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan lingkungan tempat pemeriksaan
senyaman mungkin, termasuk mengatur pencahayaan. Asuhan keperawatan pada
ibu hamil dengan adanya pencatatan data yang akurat diharapkan pengambilan
tindakan yang dilakukan sesuai dengan masalah atau kondisi pasien.

Definisi Pemeriksaan fisik:


Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bagian tubuh dari
kepala sampai kaki. Kehamilan merupakan suatu proses pembuahan dalam rangka
melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh
normal di dalam rahim ibu.
Pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan pandang
(inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar (auskultasi),periksa ketuk
(perkusi). Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, yang
dalam pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan.

Tujuan Pemeriksaan Fisik:


Pemeriksaan fisik pada ibu hamil selain bertujuan untuk mengetahui kesehatan ibu
dan janin saat ini, juga bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada
pemeriksaan berikutnya. Penentuan apakah sang ibu sedang hamil atau tidak sangat
diperlukan saat ibu pertama kali berkunjung ke petugas kesehatan. Jika hasil
pemeriksaan pada kunjungan pertama sang ibu dinyatakan hamil, maka langkah
selanjutnya perlu ditentukan berapa usia kehamilannya.
Setiap pemeriksaan kehamilan adalah dengan melihat dan meraba petugas akan
mengetahui apakah ibu sehat, janin tumbuh dengan baik, tinggi fundus uteri sesuai
dengan umur kahamilan atau tidak, serta di mana letak janin.

Jadwal pemeriksaan:

Usia kehamilan sampai 28 minggu: 4 minggu sekali; usia kehamilan 28 – 36 minggu:


2 minggu sekali; di atas usia kehamilan 36 minggu: 1 minggu sekali.

7
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Kecuali: Jika ditemukan kelainan atau faktor risiko yang memerlukan
penatalaksanaan lebih lanjut, maka pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.

Komponen Pemeriksaan Fisik :


1) Pemeriksaan fisik umum
a. Tinggi Badan
b. Berat badan
c. LILA
d.Tanda – tanda vital: tekanan darah, denyut nadi, suhu, pernapasan

2) Kepala dan leher


a. Edema diwajah
b. Ikterus pada mata, jaundice pada sklera
c. Mulut pucat, keadaan gigi
d. Leher: pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran
vena jugularis

3) Payudara
a. Bentuk, ukuran dan kesimetrisan
b. Puting menonjol / masuk
c. Keluarnya kolostrom atau cairan lain
d. Retraksi
e. Massa
f. Nodul axilla

4) Abdomen
Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui:
1. Letak, presentasi, posisi, dan jumlah (jika>36 minggu)
2. Engagement
3. Pengukuran tinggi fundus (jika>12 minggu)
4. Evaluasi kadar volume cairan amnion (melalui USG)
5. Observasi atau palpasi gerakan janin.
6. Perkiraan berat badan janin (bandingkan dengan perkiraan berat badan pada
kunjungan sebelumnya)
7. Denyut jantung janin (catat frekuensi dan lokasinya) (jika>18 minggu)

5) Genetalia luar (externa)


a. varises
b. perdarahan
c. luka

8
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
d. cairan yang keluar
e. pengeluaran dari uretra dan skene
f. kelenjar bartholini: bengkak (massa), ciaran yang keluar

6) Genetalia dalam (interna)


a. servik meliputi cairan yang keluar, luka (lesi), kelunakan, posisi, mobilitas,
tertutup atau terbuka
b. vagina meliputi cairan yang keluar, luka, darah

7) Hemoroid
8) Tangan dan kaki
a. Edema atau pucat pada kuku jari
b. Varises
c. Reflek patella (jika reflek negative atau melemah menandakan kekurangan
vitamin B12, sedangkan jika refleknya positif berlebihan dicurigai mengalami
Preeklampsia)

Alat Pemeriksaan:
Adapun alat – alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil diantaranya
adalah: timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, tensi meter, stetoskop
monokuler atau laenec, meteran atau medline, dan hammer reflek.

PEMERIKSAAN LEOPOLD

Pemeriksaan Leopold dapat digunakan untuk menentukan posisi fetus,


presentasi dan bagian-bagian janin. Sebelum melakukan pemeriksaan leopold
anjurkan klien untuk mengosongkan kandung kemih kemudian atur posisi supinasi
dan buka area abdomen. Pemeriksaan leopold terdiri atas 4 manuver:

1. Manuver I:
Tujuan: menemukan apa yang ada di bagian fundus?
Kepala atau bokong.

 Menghadap ke kepala pasien, gunakan ujung jari kedua


tangan untuk mempalpasi fundus uteri.
 Apabila kepala janin, di bagian fundus akan teraba

9
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
keras, bulat, rata, mudah digerakkan dan “ballotable”.
 Apabila bokong janin, di bagian fundus akan terasa
lembut, tidak beraturan/tidak rata, melingkar dan sulit
digerakkan.

2. Manuver II
Tujuan: menemukan letak punggung janin?

 Menghadap ke kepala pasien. Letakkan kedua tangan


pada kedua sisi abdomen. Pertahankan uterus dengan
tangan yang satu dan palpasi sisi lain untuk
menentukan lokasi punggung janin.
 Bagian punggung akan teraba jelas, rata, cembung,
kaku/tidak dapat digerakkan. Bagian-bagian kecil
(tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk/posisi
tidak jelas dan menonjol dan mungkin dapat bergerak
aktif atau pasif

3. Manuver III
Tujuan: Menemukan bagian terbawah fetus/ apa yang
menjadi presentasi?

 Letakkan jari tangan pada sisi abdomen pasien tepat


diatas simphisis dan minta pasien untuk menarik nafas
dalam dan menghembuskannya. Pada saat pasien
menghembuskan nafas, tekan jari tangan kebawah
secara perlahan dan dalam ke sekitar bagian
presentasi. Catat kontur, ukuran dan konsistensinya.
 Bagian kepala akan teraba keras, rata dan mudah
digerakkan jika tidak terikat/tertahan, sulit digerakkan
jika terikat/tertahan

10
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
 Bagian bokong akan teraba lembut dan tidak
rata/kurang simetris
4. Manuver IV
Tujuan: Menemukan apakah kepala sudah masuk
panggul atau belum dan menemukan letak ujung
kepala?
Manuver ini mengidentifikasi bagian terbesar dari ujung
kepala janin yang dipalpasi di bagian sisi atas pelvis.
Apabila posisi kepala fleksi, ujung kepala adalah bagian
depan kepala. Apabila posisi kepala ekstensi, ujung kepala
adalah bagian oksiput.

 Menghadap ke kaki pasien. Secara perlahan gerakkan


jari tangan ke sisi bawah abdomen ke arah pelvis hingga
ujung jari salah satu tangan menyentuh tulang terakhir.
Inilah bagian ujung kepala. Jika bagian ujung terletak di
bagian yang berlawanan dengan punggung, ini adalah
pundak bayi dan kepala pada posisi fleksi. Jika kepala
pada posisi ekstensi, ujung kepala akan terletak pada
bagian yang sama dengan punggung dan bagian oksiput
menjadi ujung kepala.

MENGUKUR TINGGI FUNDUS UTERI

Pengukuran tinggi fundus uteri digunakan sebagai salah satu indikator untuk
menentukan kemajuan pertumbuhan janin. Selain itu, juga dapat dijadikan
perkiraan usia kehamilan. Pengukuran tinggi fundus uteri ini harus dilakukan
dengan teknik pengukuran yang konsisten pada setiap kali pengukuran.

Posisi yang dianjurkan adalah posisi klien berbaring (supinasi) dengan


kepala sedikit terangkat (mengunakan satu bantal) dan lutut diluruskan. Alat ukur
(pita/pelvimeter) diletakkan di bagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas

11
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
atas simphisis pubis hingga batas atas fundus. Alat ukur tersebut diletakkan
mengikuti kurve fundus. Cara pengukuran lain dengan meletakkan alat ukur
dibagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas atas simphisis pubis hingga
batas atas fundus tanpa mengikuti kurva fundus. Pengukuran TFU dilakukan pada
usia kehamilan trimester 2 dan 3. Untuk mendapatkan ketepatan hasil pengukuran
digunakan rumus McDonald’s (McDonald’s rule).

Rumus Mc Donald’s:

 Usia kehamilan (hitungan bulan)=Tinggi fundus uteri (cm) x 2/7 (atau +3.5)
 Usia kehamilan (hitungan minggu) = TFU (cm) x 8/7

PENENTUAN HARI PERKIRAAN LAHIR (HPL)

HPL dapat dihitung dengan Naegele’s rule dengan mengetahui HPMT (Hari Pertama
Menstruasi Terakhir) atau HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)

Rumusnya adalah: Hari plus 7, Bulan minus 3, Tahun plus 1

MENGHITUNG DJJ

Pergerakan janin biasanya dirasakan ibu di usia kehamilan 16 minggu


(multigravida) atau 20 minggu (primigravida). Denyut jantung janin dapat
terdengar melalui dopller (12 minggu), fetoscope (18 – 20 minggu) atau ultrasound
stetoscope (awal trimester). Pemeriksaan USG kehamilan dapat lebih tepat

12
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
memperkirakan usia kehamilan dan digunakan apabila tanggal menstruasi terakhir
tidak dapat dipastikan atau jika ukuran uterus tidak sesuai dengan kepastian
tanggal menstruasi terakhir. Lokasi untuk mendengarkan DJJ dengan memastikan
posisi punggung janin atau pada area garis tengah fundus 2-3 cm di atas simphisis
terus ke arah kuadran kiri bawah.

Jika auskultasi DJJ menggunakan Laennec maka dihitung frekuensi pada 5


detik pertama, 5 detik ketiga, dan 5 detik kelima, kemudian dijumlahkan dan
hasilnya dikalikan 4 untuk memperoleh frekuensi satu menit. Idealnya DJJ dihitung
seluruhnya selama satu menit. DJJ normal adalah 120 – 160 kali permenit.

13
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Checklist Pemeriksaan Fisik Head to Toe pada kehamilan

Raw Score Critically Difficult Score


Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
Pre Membaca basmalah 1 2 1 2 2
interaksi Membaca catatan rekam medis 1 2 1 2 2
Cuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Menyiapkan alat: 1 3 1 3 3
timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, tensi
meter, stetoskop, laenec, meteran atau medline dan
hammer reflek

Fase Ucapkan salam dan perkenalkan diri 2 1 1 1 2


Orientasi Klarifikasi nama, umur dan alamat pasien 3 3 1 3 9
Jelaskan tujuan dan prosedur 2 2 1 1 4
Kontrak waktu 1 1 1 1 1
Berikan kesempatan klien untuk bertanya 1 1 1 1 1
Menutup pintu/tirai untuk privasi klien 1 2 1 2 2
Fase Kerja Cuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Anjurkan klien BAK sebelum melakukan tindakan 1 2 1 2 2
Lakukan pengukuran TB+BB+LILA 3 3 1 9 9
Anjurkan klien berbaring di tempat tidur dengan satu 1 1 1 1 1
bantal di bagian kepala.

14
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Raw Score Critically Difficult Score
Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
Lakukan pemeriksaan TTV: Tekanan darah, nadi, 4 3 1 12 12
respirasi, temperature
Lakukan pemeriksaan pada kepala dan rambut, untuk 4 3 1 12 12
melihat distribusi, warna rambut, kelembaban dan
lesi
Lakukan pemeriksaan pada wajah untuk melihat 2 2 1 4 4
adanya cloasma gravidarum, oedema
Lakukan pemeriksaan mata: oedema, konjungtiva, 4 3 1 12 12
sklera, dan kebersihan.
Lakukan pemeriksaan hidung: benda asing, sekret, 4 3 1 12 12
perdarahan dan polip
Lakukan pemeriksaan mulut: bibir, mukosa mulut, 5 3 1 15 15
gusi, gigi dan lidah
Lakukan pemeriksaan tonsil dan kerongkongan 1 3 1 3 3
adakah peradangan atau tidak
Lakukan pemeriksaan telinga: kebersihan, radang, 4 3 1 12 12
serumen dan benda asing
Lakukan pemeriksaan pada leheruntuk melihat 4 3 1 12 12
kesimetrisan, pergerakan, massa, dan kekakukan
leher
Lakukan pemeriksaan leher (pembesaran kelenjar 3 3 1 9 9
thyroid, vena jugularis, dan kelenjar limfe)
Lakukan pemeriksaan dada: adakah tanda kesulitan 2 3 1 6 6
bernafas, adakah retraksi dinding dada

15
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Raw Score Critically Difficult Score
Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
Lakukan pemeriksaan payudara: bentuk mammae, 5 3 1 15 15
putting, hiperpigmentasi areola, palpasi ada tidaknya
massa, pengeluaran kolostrum
Lakukan pemeriksaan pada aksila adakah massa dan 2 3 1 6 6
pembesaran kel. getah bening
Anjurkan klien membuka area abdomen dan tutupi 1 2 1 2 2
area yang lain dengan selimut
Lakukan pemeriksaan abdomen: inspeksi striae dan 1 3 1 3 3
linea gravidarum serta adakah bekas operasi
Posisi pemeriksa menghadap ke kepala klien 1 3 1 3 3
LEOPOLD *
Manuver I
Letakkan kedua belah telapak tangan di bagian fundus
uteri klien 1 3 1 3 3
Lakukan palpasi dengan mengunakan ujung jari untuk 1 3 3 9 9
menentukan apa yang ada di bagian fundus uteri
Tentukan apa yang ada di bagian fundus uteri 1 3 3 9 9
Letakkan ujung alat ukur (skala 0 pada meteran) di 1 3 2 6 6
batas atas simphisis pubis.
Ukur sepanjang garis tengah fundus uteri hingga batas 1 3 2 6 6
atas mengikuti kurve fundus, tentukan TFU

Manuver II
Posisi menghadap ke kepala klien 1 3 1 3 3

16
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Raw Score Critically Difficult Score
Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
Letakkan kedua belah telapak tangan di kedua sisi 1 3 1 3 3
abdomen klien
Pertahankan letak uterus dengan menggunakan 1 3 2 6 6
tangan yang satu
Gunakan tangan yang lain untuk melakukan palpasi 1 3 2 6 6
uterus disisi yang lain
Tentukan dimana letak punggung janin 1 3 3 9 9
Hitung DJJ: letakkan fetoscope/doppler dibagian 1 3 3 9 9
punggung2-3 cm di atas simphisis pubis
Manuver III
Posisi pemeriksa menghadap ke kepala klien 1 2 1 2 2
Letakkan ujung jari tangan pada abdomen klien tepat 1 3 2 6 6
di atas simphisis
Anjurkan klien menarik nafas dalam dan 1 3 1 3 3
menghembuskannya
Tentukan bagian apa yang menjadi presentasi 1 3 3 9 9
Manuver IV
Posisi pemeriksa menghadap ke kaki klien 1 3 3 9 9
Letakkan kedua belah telapak tangan di kedua sisi 2 3 2 12 12
abdomen
Gerakkan jari tangan secara perlahan ke sisi bawah 1 3 1 3 3
abdomen ke arah pelvis

17
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Raw Score Critically Difficult Score
Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
Tentukan letak dari bagian presentasi tersebut. 1 3 3 9 9
Tentukan apakah bagian kepala sudah masuk PAP?
Jika sudah masuk PAP, berapa bagian yang sudah
masuk?
Lakukan pemeriksaan genitalia: kebersihan, 5 3 1 15 15
pengeluaran, oedema, lesi, palpasi ada tidaknya massa
Lakukan pemeriksaan hemoroid: derajat hemoroid 1 3 1 3 3
Lakukan pemeriksaan ekstremitas: inspeksi (varises, 3 3 1 9 9
edema) dan palpasi periksa ada tidaknya oedema
Periksa refleks patella 1 3 2 6 6
Hitung perkiraan usia kehamilan dan Hitung hari 2 3 1 6 6
perkiraan lahir (jika kunjungan pertama)
Terminasi Evaluasi perasaan klien 1 1 1 1 1
Melepas sarung tangan 1 1 1 1 1
Berikan reinforcement 1 1 1 1 1
Berikan pendidikan kesehatan terkait kehamilan 1 3 1 3 3
klien: nutrisi, aktivitas
Mencuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Mendoakan ibu 1 1 1 1 1
Memberikan salam 1 1 1 1 1
Hamdalah 1 2 1 1 2
Dokumentasi Nama, umur dan alamat pasien 5 3 1 15 15
Diagnosa Keperwatan
Tindakan keperawatan

18
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Raw Score Critically Difficult Score
Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
Evaluasi
Tanggal, jam, nama dan tanda tangan perawat
Empati 3 2 1 6 6
Sikap Teliti
Memperhatikan keamanan pasien
TOTAL 375
NILAI = SCORE/TOTAL SCORE X 100

Nilai Akhir: Actual Score X 100 = Actual Score X 100 =..............................


Max Score 375

Nilai batas lulus ≥ 75

Keterangan:
Raw Score Critically level Difficulty level
0-Tidak dilakukan 1- kurang kritikal 1- Kurang sulit
1- Melakukan 1 2- Kritikal 2- Sulit
2- Melakukan 2 3- Sangat kritikal 3- Sangat suli
3- Melakukan 3
4- Melakukan 4
5- Melakukan 5

19
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
SENAM HAMIL

Penyusun: Nur Azizah Indriastuti.,M.Kep

Tujuan Instruksional Umum:


Setelah selesai kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu
mendemonstrasikan cara melakukan senam hamil

Tujuan Instruksional Khusus :


1. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat senam hamil
2. Mahasiswa mampu mendemonstarsikan gerakan-gerakan dalam senam nifas

SKENARIO
Seorang ibu, 25 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 32 minggu
menanyakan kepada seorang ners bagaimana caranya agar
nantinya bisa melahirkan dengan mudah dan lancer

Pertanyaan Minimal:
1. Apa manfaat senam hamil?
2. Bagaimana gerakan senam hamil?
3. Kapan senam hamil bisa dilakukan?

Materi

Pengertian:
Senam hamil adalah latihan fisik berupa beberapa gerakan tertentu yang dilakukan
khusus untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil. (Mandriwati, 2008).
Senam hamil adalah terapi latihan gerak yang diberikan kepada ibu hamil untuk
mempersiapkan dirinya, baik persiapan fisik maupun mental untuk mengahadapi
dan mempersiapkan persalinan yang cepat, aman dan spontan (Huliana, 2001).
Senam hamil adalah sebuah program berupa latihan fisik yang sangat penting bagi
calon ibu untuk mempersiapkan saat persalinannya (Indiarti, 2008).

20
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Dapat disimpulkan bahwa senam hamil adalah latihan fisik ringan sesuai dengan
indikasi kehamilan yang bertujuan untuk relaksasi dan persiapan saat persalinan

Tujuan senam hamil


Menurut Mandriawati (2008) tujuan senam hamil adalah:
a. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligamen-
ligamen, otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses pesalinan.
b. Membentuk sikap tubuh. Sikap tubuh yang baik selama kelahiran dan persalinan
dapat mengatasi keluhan-keluhan umum pada wanita hamil, mengharapkan letak
janin normal, mengurangi sesak nafas akibat bertambah besarnya perut.
c. Menguasaai teknik-teknik pernafasan yang mempunyai peranan penting dalam
persalinan dan selama hamil untuk mempercepat relaksasi tubuh yang diatasi
dengan napas dalam, selain itu juga untuk mengatasi rasa nyeri pada saat his.
d. Menguatkan otot -otot tungkai, mengingat tungkai akan menopang berat tubuh
ibu yang makin lama makin berat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
e. Mencegah varises, yaitu pelebaran pembuluh darah balik (vena) secara segmental
yang tak jarang terjadi pada ibu hamil.
f. Memperpanjang nafas, karena seiring bertambah besarnya janin maka dia akan
mendesak isi perut ke arah dada. hal ini akan membuat rongga dada lebih sempit
dan nafas ibu tidak bisa optimal. dengan senam hamil maka ibu akan dapat berlatih
agar nafasnya lebih panjang dan tetap relaks.
g. Latihan pernafasan khusus yang disebut panting quick breathing terutama
dilakukan setiap saat perut terasa kencang.
h. Latihan mengejan latihan ini khusus utuk menghadapi persalinan, agar mengejan
secara benar sehingga bayi dapat lancar keluar dan tidak tertahan di jalan lahir.
i. Mendukung ketenagaan fisik

Manfaat Senam Hamil


Menurut Mandriawati (2008) manfaat senam hamil adalah:
a. Mengatasi sembelit (konstipasi), kram dan nyeri punggung.
b. Memperbaiki sirkulasi darah
21
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
c. Membuat tubuh segar dan kuat dalam aktivitas sehari-hari.
d. Tidur lebih nyenyak
e. Mengurangi resiko kelahiran prematur.
f. Mengurangi stress.
g. Membantu mengembalikan bentuk tubuh lebih cepat setelah melahirkan.
h. Tubuh lebih siap dan kuat di saat proses persalinan.
i. Bertemu dengan calon ibu lain bila ibu melakukannya kelas senam hamil.

Syarat Melakukan Senam Hamil


Menurut Mandriawati (2008) syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan senam
hamil adalah:
a. Kehamilan berjalan normal
b. Diutamakan pada kehamilan pertama atau kehamilan berikutnya yang mengalami
kesulitan persalinan.
c. Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter atau bidan.
d. Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin, dalam batas kemampuan fisik ibu.
e. Jangan membiarkan tubuh ibu kepanasan dalam jangka waktu panjang.
istirahatlah sejenak.
f. Gunakan bra yang cukup baik untuk olah raga dan semacam decker yang bisa
menyokong kaki.
g. Minum cukup air
h. Perhatikan keseimbangan tubuh (kehamilan mengubah keseimbangan tubuh Ibu)
i. Lakukan olahraga sesuai porsi dan jangan berlebihan. Jika terasa pusing, kram,
lelah atau terlalu panas, istirahat saja.

Kontraindikasi Senam Hamil


Menurut Mandriawati (2008) kontraindikasi senam hamil adalah:
a. Kelainan jantung
b. Tromboplebitis
c. Emboli Paru
d. Perdarahan pervaginam
22
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
e. Ada tanda kelainan pada janin
f. Plasenta previa

Waktu Untuk Melakukan Senam Hamil


Menurut Mandriawati (2008) dianjurkan untuk melakukan senam hamil yaitu
setelah usia kehamilan 22 minggu.

Tempat Melakukan Senam Hamil


Untuk menjamin dilakukannya senam hamil dengan aman dan benar dibutuhkan
tuntunan yang jelas atau instruktur yang berpengetahuan dan terampil. Oleh karena
itu, dianjurkan agar ibu hamil melakukan senam hamil bersama ibu hamil yang lain
di Rumah Sakit atau Rumah Bersalin yang akan digunakan untuk bersalin. Karena
ditempat tersebut akan ada saling tukar pengalaman, bertambah semangat juga
akan ada penambahan wawasan bisa diberikan oleh petugas medis yang merangkap
sebagai instruktur (Kushartanti, 2004). Namun jika tidak sempat atau jarak rumah
terlalu jauh dari Rumah Sakit atau Klinik, bisa juga dilaksanakan dirumah dengan
dibantu instruktur atau ibu sudah pernah mengikuti senam hamil dan sudah
mengerti bagaimana cara melakukannya misalnya diteras atau di ruang keluarga
(Musbikin, 2005)

Gerakan Senam Hamil


a. Gerakan 1
 Posisi duduk bersila dengan menegakkan punggung, letakkan tangan di atas
kaki seperti orang yang sedang bersemedi. Lakukan posisi ini untuk
beberapa saat sambil mengatur pernafasan. Gerakan ini bisa dilakukan di
atas matras, karpet, tikar, atau alas yang menurut anda lembut dan empuk
lainnya.
 Posisi duduk di atas alas lembut seperti diatas dengan merenggangkan kedua
kaki lurus ke depan. Langkah selanjutnya yaitu condongkan tubuh ke
belakang dan bertumpu pada siku lengan yang diletakan di lantai. Lakukan

23
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
gerakkan telapak kaki dengan menegakkan lalu mengarahkannya ke bawah
hingga posisinya lurus dengan lutut. Gerakkan lainnya yaitu menggerakkan
telapak kaki ke samping, lalu tegakkan lurus, ke samping lagi, ulangi gerakan
ini sampai merasa cukup
 Posisi tidur dengan satu bantal meyangga kepala, lalu angkat kedua lutut
kaki menjadi seperti posisi melahirkan. Tarik nafas sedalam-dalamnya lewat
mulut, tahan, dan mengejan, seperti saat anda sedang buang air besar. Jika
anda merasa nafas sudah mau habis, keluarkan nafas anda kemudian tarik
nafas kembali, dan ulangi proses ini sebanyak beberapa kali.

Manfaat dari gerakan senam hamil diatas adalah:


1) Melemaskan otot-oto tubuh dan melancarkan peredara darah
2) Tubuh merasa lebih rileks, segar dan bugar
3) Mempermudah persalinan dan menjaga kesehatan janin

b. Gerakan 2
o Gerakan pertama yaitu posisi berdiri dan tangan di pinggang, gerakkan leher
ke kanan dan kiri untuk meregangkan otot leher.
o Gerakan sederhana dengan melakukan latihan dasar kaki dan menggerakkan
telapak kaki ke depan dan ke belakang guna membantu sirkulasi vena dan
mencegah pembengkakkan di kaki.
o Tidur telentang dengan satu kaki lurus dan satu kaki ditekuk kemudian
dorong kembali ke depan. Lakukan bergantian dengan kaki lainnya. Gunanya
untuk latihan dasar panggul.
o Pada gerakan ini yaitu berbaring dengan posisi miring. Angkatlah kaki
perlahan-lahan lalu turunkan. Lakukan bergantian dengan kaki satunya.
Gunanya untuk menguatkan otot paha.
o Selanjutnya berbaring telentang, kedua lutut dipegang dengan tangan,
kemudian tarik nafas dan berlatih mengejan.

24
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
o Sikap merangkak, letakkan kepala di antara ke dua tangan, lalu menoleh ke
samping. Selanjutnya turunkan badan sehingga dada menyentuh kasur.
Bertahanlah pada posisi ini selama kurang lebih 1 menit.
o Gerakan yang ini anda bisa melibatkan suami dengan membantu memijat
daerah pinggang, punggung, dan bahu untuk melepaskan ketegangan dan
memulihkan otot pinggang yang lelah.

Gerakan senam hamil menurut Ratna Dewi Pudiastuti, 2011 adalah:


a. Duduk bersila Sikap duduk dengan perut bagian bawah menekan perut
kedalmam rongga panggul (beserta janinnya) sehingga kedudukan janin dalam
kandungan tetap baik lakukan gerakan pemanasan dengan menggerakan kepala
menengok kekanan dan kekiri, miring kekiri dan kanan. Gerakan dilakukan 8x
hitungan
b. Memutar lengan dan mengencangkan payudara Letakkan jari-jari tangan di
bahu, dua lengan menjepit kedeua payudara dan mengangkat payudara keatas
dengan kedua sikut tersebut.
c. Gerakan relaksasi Gerakan ini dilakukkan dengan posisi tidur miring dengan
kepala ditopang dengan bahu bantal. Kaki bawah lurus, kaki atas ditekuk.
d. Gerakan pergelangan kaki mengayuh Posisi tubuh terlentang kedua kaki lurus.
Menekan jari-jari kaki lurus ke bawah dan ke atas kembali.
e. Mengangkat panggul Posisi terlentang dengan kedua kaki ditekuk, kedua tangan
diletakkan disamping untuk menahan badan. Tarik nafas, tahan
sambilmengencangkan otot panggul, tahan beberapa detik lalu kembali ke posisi
semula sambil menghembuskan nafas.
f. Latihan membrane Gerakan ini adalah posisi tidur terlentang, rangkul paha
dengan tangan sampai siku, lakukan dengan posisi miring ke kiri dan ke kanan.
Gerakan dilanjutkan dengan posisi terlentang dan merangkul kedua paha
dengan lengan sampai siku. Sambil menarik nafas angkat kepala, Pandangan ke
perut. Lalu hembuskan nafas. lanjutkan dengan memegang pergelangan kaki.
Gerakkan dilakukan 8x hitungan.

25
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
ALAT DAN BAHAN
1. Matras
2. Bantal

DAFTAR PUSTAKA
Huliana, Mellyna. (2006). Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta: Puspa Swara
Mandriati, G.A. (2008). Panduan Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC.
Pudiastuti, R. A, 2011. Buku Ajar; Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Haikhi.

26
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
CHECKLIST SENAM HAMIL

Performance Prosedur Raw score Critically Difficulty Score


criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 Actual Maxi
(RxCxD) score
Pra Interaksi Baca basmallah 1 2 1 2 2
Baca catatan rekam medis 1 2 1 2 2
Melakukan cuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Siapkan alat: 1 3 1 3 3
Matras, bantal, dan pakaian longgar
Siapkan diri 1 2 1 2 2
Fase Ucapkan salam dan perkenalkan diri 2 1 1 2 2
Orientasi Klarifikasi nama, umur dan alamat 3 3 1 9 9
klien
Jelaskan tujuan dan prosedur 2 2 1 4 4
Kontrak waktu 1 1 1 1 1
Berikan kesempatan klien untuk 1 1 1 1 1
bertanya
Menutup pintu atau tirai untuk 1 2 1 2 2
menjaga privasi klien
Fase Kerja Duduk bersila (lakukan gerakkan 5 3 2 6 30
pemanasan dengan menggerakkan
kepala dengan menengok ke kanan
dan ke kiri, miring ke kanan dan kekiri,
sesudah itu tundukkan kepala dan
angkat kepala sambil menarik nafas
kemudian menghembuskannya)
lakukan gerakan sebanyak 8x
Memutar lengan dan mengencangkan 1 3 2 6 6
payudara (letakkan jari–jari tangan

27
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Performance Prosedur Raw score Critically Difficulty Score
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 Actual Maxi
(RxCxD) score
dibahu. Meletakkan dua lengan
menjepit kedua payudara dan
mengangkat keatas dengan kedua siku
tersebut. Lakukan gerakan ini dengan
memutar lengan, lepas perlahan–lahan
kemudian lanjutkan dengan
mengangkat kedua siku keatas dan
kembali ke posisi semula) lakukan
gerakan 8x
Gerakan relaksasi (posisi tidur 3 3 2 18 18
miring kekanan dengan kepala
ditopang tangan atau bantal. Kaki
bawah lurus, kaki atas ditekuk, tarik
nafas dan hembuskan lewat mulut.
Lakukan gerakan dengan mengangkat
kaki atas setinggi pinggul, kemudian
turunkan. Lanjutkan dengan
mengangkat kaki atas, tekuk kearah
perut dengan kaki bawah sejajar,
luruskan dan kemudian keposisi
semula. Ulangi semua gerakan dengan
posisi miring ke kiri) masing – masing
8x gerakan
Gerakan kaki dan mengayuh (posisi 3 3 2 18 18
tubuh telentang, posisi kaki lurus.
Tekanlah jari – jari lurus ke bawah dan
tekuk keatas kembali. Putar

28
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Performance Prosedur Raw score Critically Difficulty Score
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 Actual Maxi
(RxCxD) score
pergelangan kaki dari arah kanan ke
kiri dan sebaliknya. Lanjutkan gerakan
dengan kaki seolah – olah mengayuh
sepeda dengan kedua tangan disisi
samping untuk menahan) lakukan
gerakan 8x
Mengangkat panggul (posisi tidur 1 3 2 6 6
telentang dengan kedua kaki ditekuk.
Kedua tangan diletakkan disamping
untuk menahan badan. Tarik nafas,
tahan sambil mengencangkan otot
panggul, tahan beberapa detik, lalu
kembali keposisi semula sambil
menghembuskan nafas) lakukan
gerakan 8 x
Latihan membran (posisi tidur 2 3 2 12 12
telentang dan merangkul kedua paha
dengan lengan sampai siku, sambil
menarik nafas angkat kepala,
pandangan ke perut, lalu hembuskan
nafas. Lanjutkan dengan memegang
pergelangan kaki) lakukan gerakan
sebanyak 8x
Melenturkan punggung (posisi seperti 1 3 2 6 6
merangkak, bahu sejajar dengan kedua
lengan dibuka sejajar, dengan
membuka kaki angkat punggung dan

29
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Performance Prosedur Raw score Critically Difficulty Score
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 Actual Maxi
(RxCxD) score
tundukkan kepala sambil menarik
nafas, tahan beberapa detik dan
kembali keposisi semula, pada posisi
kembali otot punggung rileks) ulangi
gerakan 8 x
Gerakan anti sungsang (dengan posisi 3 3 2 18 18
menungging tangan rileks disamping
tubuh dan kedua kaki terbuka, ditekuk
sejajar bahu dan letakkan kepala
diantara kedua tangan. Turunkan dada
perlahan – lahan sampai menyentuh
kasur, kepala menoleh ke samping
(kiri atau kanan) letakkan siku diatas
kasur, geser sejauh mungkin dari
tubuh ke samping. Pertahankan
gerakan selama ± 5-10 menit atau
sesuai dengan kemampuan ibu)

Fase Evaluasi perasaan klien 1 1 1 1 1


Terminasi Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya 1 1 1 1 1
Berikan reinforcement positif 1 1 1 1 1
Memberikan salam 1 1 1 1 1
Hamdalah 1 1 1 1 1
Mencuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Dokumentasi Nama, umur, alamat 5 3 1 15 15
Diagnosa keperawatan
Tindakan keperawatan

30
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Performance Prosedur Raw score Critically Difficulty Score
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 Actual Maxi
(RxCxD) score
Evaluasi
Tanggal, jam, nama dan tanda tangan perawat
Sikap Empati 3 2 1 6 6
Teliti
Memperhatikan keamanan klien
TOTAL 174
NILAI= SCORE/TOTAL SCORE X 100

Nilai Akhir: Actual Score X 100 = Actual Score X 100 =..............................


Max Score 174

Nilai batas lulus ≥ 75

Keterangan:
Raw Score Critically level Difficulty level
0-Tidak dilakukan 1- kurang kritikal 1- Kurang sulit
1- Melakukan 1 2- Kritikal 2- Sulit
2- Melakukan 2 3- Sangat kritikal 3- Sangat suli
3- Melakukan 3
4- Melakukan 4
5- Melakukan 5

31
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
SENAM NIFAS

Penyusun: Sri Sumaryani, Ns., M.Kep., Sp.Mat

Tujuan Instruksional Umum:


Setelah selesai kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu
mendemonstrasikan cara melakukan senam nifas

Tujuan Instruksional Khusus :


1. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat senam nifas
2. Mahasiswa mampu mendemonstarsikan gerakan-gerakan dalam senam nifas

SKENARIO Koq saya belum pulih maksimal….???

Seorang ibu, 30 tahun, N2P2A0, mengeluh kalau kondisinya belum


pulih sepenuhnya. Ibu tersebut menanyakan kepada seorang ners
cara supaya segera sehat dan tubuhnya bugar kembali setelah
melahirkan.

Pertanyaan Minimal:
1. Apa manfaat senam nifas?
2. Bagaimana gerakan senam nifas?
3. Kapan senam nifas bisa dilakukan?

SENAM NIFAS

Senam nifas berguna untuk mengencangkan otot perut, liang sanggama, otot-otot
sekitar vagina maupun otot-otot dasar panggul, disamping melancarkan sirkulasi
darah.

Tujuan:

1. Membantu mencegah pembentukan bekuan (trombosis) pada pembuluh


tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit
menjadi sehat dan tidak bergantung
2. berguna bagi semua system tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih,
sirkulasi dan paru-paru.
3. memungkinkan tubuh ibu menjadi sembuh.

32
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2017/2019
LATIHAN PENGUATAN PERUT

Tahap 1. Pernafasan Perut


Caranya:
1. Tidur terlentang dengan lutut ditekuk, serta kedua tangan diperut untuk
menahan
2. Tarik nafas dalam dari hidung, usahakan rongga dada tetap dan rongga perut
mengembang
3. Tahan 3 – 5 detik
4. Keluarkan udara perlahan-lahan dengan menggunakan otot – otot perut
5. Istirahat
6. Lakukan latihan ini sebanyak 10 kali

Tahap 2. Kombinasi Pernafasan Perut dengan Pengerutan Panggul


Caranya:
1. Tidur terlentang dengan lutut ditekuk
2. Sambil menarik nafas dalam, kerutkan sekitar anus dengan pinggang
mendatar pada tempat tidur
3. Tahan 3 – 5 detik
4. Keluarkan udara perlahan-lahan, dorong dengan kekuatan perut dan bokong
5. Istirahat
6. Lakukan latihan ini sebanyak 10 kali

Tahap 3. Menggapai Lutut


Caranya:
1. Tidur terlentang dengan lutut ditekuk
2. Sambil menarik nafas dalam, tarik dagu kearah dada
3. Sambil mengeluarkan udara, angkat kepala dan bahu perlahan-lahan.
Regangkan tangan sampai menyentuh lutut. Tubuh boleh diangkat setinggi
15 – 20 cm
4. Perlahan-lahan kepala dan bahu diturunkan seperti posisi semula
5. Lakukan latihan ini sebanyak 10 kali

LATIHAN PENGUATAN PINGGANG

Tahap 1. Memutar Kedua Lutut


Caranya:
1. Tidur terlentang dengan kedua lutut ditekuk

33
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2017/2019
2. Pertahankan bahu tetap lurus, telapak kaki tetap dan secara perlahan-lahan
putar kedua lulut hingga menyentuh sisi kanan tempat tidur
3. Pertahankan gerakan yang halus, putar kedua lutut kembali sampai
menyentuh sisi kanan tempat tidur
4. Kembali ke posisi semula dan istirahat
5. Lakukan latihan ini sebanyak 10 kali

Tahap 2. Memutar Satu Lutut


Caranya:
1. Tidur terlentang dengan lutut kiri ditekuk
2. Pertahankan bahu tetap datar, secara perlahan-lahan putar lutut kiri samapi
menyentuh sisi kanan tempat tidur dan kembali keposisi semula
3. Ganti posisi kaki, sentuh sisi kiri tempat tidur dengan menggunakan lutut
sebelah kanan, lalu kembali keposisi semula dan istirahat
4. Lakukan latihan ini sebanyak 10 kali

Tahap 3. Memutar Tungkai


Caranya:
1. Tidur terlentang dengan posisi lurus
2. Pertahankan bahu tetap datar, secara perlahan-lahan tungkai kiri diangkat
dalam keadaan lurus dan putar sampai menyentuh sisi kanan tempat tidur,
lalu kembali ke posisi semula
3. Ulangi gerakan kedua, dengan menggunakan kaki kanan sehingga
menyentuh sisi kiri
4. Lakukan sebanyak 10 kali

ISTIRAHAT DENGAN POSISI TELUNGKUP

Caranya:
Tidur dengan posisi telungkup dengan kaki lurus, posisi ini dapat membantu
mengembalikan rahim dalam posisi normal dan dapat mencegah kekakuan pada
punggung dan bokong
.

34
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2017/2019
CHECKLIST SENAM NIFAS

Performance Prosedur Raw score Critically Difficulty Score


criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 Actual Maxi
(RxCxD) score
Pra Interaksi Membaca basmallah 1 2 1 2 2
Membaca catatan rekam medis 1 2 1 2 2
Cuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Menyiapkan alat 1 3 1 3 3
Menyiapkan diri 1 2 1 2 2
Fase Ucapkan salam dan perkenalkan diri 2 1 1 2 2
Orientasi Klarifikasi nama, umur dan alamat klien 3 3 1 9 9
Jelaskan tujuan dan prosedur 2 2 1 4 4
Kontrak waktu 1 1 1 1 1
Berikan kesempatan klien untuk 1 1 1 1 1
bertanya
Menutup pintu atau tirai untuk menjaga 1 2 1 2 2
privasi klien
Fase Kerja Latihan penguatan perut
1. Pernafasan perut (10 kali) 1 3 2 6 6
2. Kombinasi pernafasan perut dan 1 3 2 6 6
pengerutan panggul (10 kali)
3. Menggapai lutut (10 kali) 1 3 2 6 6
Latihan penguatan pinggang
1. Memutar kedua lutut (10 kali) 1 3 2 6 6
2. Memutar satu lutut (10 kali) 1 3 2 6 6
3. Memutar tungkai (10 kali) 1 3 2 6 6
Istirahat dengan posisi telungkup 1 3 1 3 3
Fase Evaluasi perasaan klien 1 1 1 1 1
Terminasi Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya 1 1 1 1 1

35
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2017/2019
Performance Prosedur Raw score Critically Difficulty Score
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 Actual Maxi
(RxCxD) score
Berikan reinforcement 1 1 1 1 1
Memberikan salam 1 1 1 1 1
Hamdalah 1 1 1 1 1
Dokumentasi Nama, umur, alamat 5 3 1 15 15
Diagnosa keperawatan
Tindakan keperawatan
Evaluasi
Tanggal, jam, nama dan tanda tangan perawat
Sikap Empati 3 2 1 6 6
Teliti
Memperhatikan keamanan klien
TOTAL 96
NILAI= SCORE/TOTAL SCORE X 100
Nilai Akhir: Actual Score X 100 = Actual Score X 100 =..............................
Max Score 96

Nilai batas lulus ≥ 75

Keterangan:
Raw Score Critically level Difficulty level
0-Tidak dilakukan 1- kurang kritikal 1- Kurang sulit
1- Melakukan 1 2- Kritikal 2- Sulit
2- Melakukan 2 3- Sangat kritikal 3- Sangat suli
3- Melakukan 3
4- Melakukan 4
5- Melakukan 5

36
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2017/2019
PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL

Penyusun:
Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat.

Nur Azizah Indriastuti, Ns., M.Kep

Yuni Astuti, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mat

Riski Oktafia, M.Kep., Ns., Sp.Kep. Mat

Tujuan Instruksional Umum:


Setelah selesai kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu
mendemonstrasikan cara melakukan pertolongan persalinan normal
Tujuan Instruksional Khusus :

Mahasiswa mampu mendemonstrasikan cara memberikan pertolongan persalinan:

1. Mhs mampu mendemonstrasikan pertolongan persalinan Kala 1


2. Mha mampu mendemonstrasikan pertolongan persalinan kala II
3. Mhs mampu memberikan pertolongan persalinan Kala III
4. Mhs mampu memberikan pertolongan persalinan Kala IV

SKENARIO Kapan anak saya akan lahir …….???.

Seorang ibu, G3P2A0, dirawat di kamar bersalin. Hasil


pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa pembukaan 10 cm,
ketuban sudah pecah, selalu ingin mengejan.

Pertanyaan Minimal:

1. Apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum menolong persalinan?


2. Bagaimana cara menolong persalinan?
3. Kapan disebut sebagai Kala I?
37
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
4. Kapan disebut sebagai Kala II?
5. Kapan disebut sebagai Kala III?
6. Kapan disebut sebagai Kala IV?

PERSALINAN NORMAL
Definisi persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) dari
rahim dan melalui jalan lahir. Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks
sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi (JNPK, 2008).

Tanda-tanda persalinan
1. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan rasa sakit oleh adanya his yang
datang lebih kuat, sering, dan teratur
2. Merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum/ vagina
3. Perineum menonjol
4. Vulva-vagina dan spingter ani membuka
5. Keluarnya lendir bercampur darah (show) karena robekan kecil pada serviks
6. Jika dilakukan pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan terdapat pembukaan.
7. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

Tanda pasti kala dua ditentukan melalui pemeriksan dalam (informasi


obyektif) yangt hasilnya adalah pembukaan serviks lengkap dan terlihatnya
bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

Persiapan penolong persalinan


1. Perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri merupakan penghalang antara penolong dengan bahan
bahan yang berpotensi untuk menularkan penyakit. APD yang digunakan adalah
sarung tangan, celemek, kacamata, dan masker

38
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
2. Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan
Ruangan yang digunakan memiliki pencahayaan cukup, tempat tidur dilapisi kain
penutup yang bersih, dan tersedia troly untuk meletakkan peralatan yang
diperlukan.

Persiapan alat:

 1 buah kateter urin


 1 buah duk untuk bayi
 2 buah tali untuk pengikatan tali pusat/umbilikal klem
 1 buah gunting tali pusat
 2 buah arteri klem
 1 buah penghisap lendir
 Kasa secukupnya
 1 buah tempat betadine
 2 buah lidi kapas
 1 buah duk persalinan
 1 buah ½ kocher
 1 buah gunting episiotomy
 2 buah sarung tangan steril kanan dan 1 kiri (minimal)
 kapas sublimat ditempatnya (secukupnya)

Persiapan lain:

 Set jahitan: 1 nalpuder, 1 pinset cirurgis, 1 jarum otot/jarum kulit dan benang
catgut, 1 depper besar, 1 gunting hecting)
 Lidonest atau Lidocain dalam ampul dan spuit 3 cc
 Betadine dalam botol
 Obat uterotonika (1 Sintosinon, 1 Metergin, 1 spuit 3 cc, kapas alkohol dalam
tempatnya)
 Alat pelingdung diri (1 pasang alas kaki tertutup, 1 celemek plastik/gaun
penutup, masker, dan kaca mata)

39
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
 Under pet
 Air klorin 0,5% dan air DTT
 Persiapan untuk meja bagian bawah (1 pispot, 1 tempat plasenta, 1 bengkok, dan
1 ember untuk tempat pakaian kotor)
3. Persiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi
Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang berlebihan
pada bayi baru lahir harus dimulai sebelum kelahiran bayi itu sendiri.
4. Persiapan Ibu dan Keluarga
a. Anjurkan ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama pross persalinan
dan kelahiran bayinya
b. Bantu ibu memilih posis yang nyaman saat meneran
c. Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada
dorongan kuat dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk
meneran berkepanjangan dan menahan nafas. Anjurkan ibu untuk
beristirahat diantara kontraksi.
d. Anjnurkan ibu untuk minum selama persalinan kala dua

Cara Meneran
Bila tanda pasti kala dua telah diperoleh, tunggu sampai ibu merasakan ada
dorongan spontan untuk meneran.
1. Anjurkan ibu untuk meneran mengikurti dorongan alamiahnya selama kontraksi
2. Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran
3. Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi
4. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk maka ia akan lebih mudah untuk
meneran jika lutut ditarik kearag dada dan dagu ditempelkan ke dada
5. Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran
6. Tidak diperbolehkan mendorong fundus untuk membantu kelahiran bayi karena
akan meningkatkan resiko distosia bahu dan ruptur uteri.

40
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Posisi Ibu saat Meneran
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat mengubah ubah
posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini dapat membantu kemajuan
persalinan, menxcari posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero
plasenta tertap baik. Posisi duduk atau setengah duduk dapat memberikan rasa
nyaman bagi ibu dan memberi ikemudahan baginya untuk beristirahat diantara
kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah gaya grafitasi untuk membantu
ibu melahirkan bayinya.

Persalinan Kala Tiga


Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban. Pada kala tiga, otot uterus berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi.

Tanda lepasnya plasenta


1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus uterus
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah mendadak dan singkat

Manajemen Aktif Kala Tiga


Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang
lebihy efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah pendarahan, dan
mengurangi kehilangan darah.

Manajemen Kala Tiga terdiri dari tiga langkah utama:


1. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
3. Masase Fundus Uteri

Kala Empat (Pemantauan keadaan umum ibu).

41
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Kejadian perdarahan post partum terjadi selama empat jam pertama setelah
kelahiran bayi sehingga pentuing memmantau ibu secara ketat setelah persalinan.

KALA I

1. Cuci tangan
2. Lakukan pemeriksaan Denyut Jantung Janin atau DJJ menggunakan leanex,
jelaskan cara menghitung frekuensi DJJ
 Posisi leanex tegak lurus
 Letakkan pada punggung janin, bila sudah masuk pintu atas panggul (PAP),
posisi leanex diatas sympisis
 Lepaskan tangan tidak memegang leanex
 Arahkan wajah perawat ke bagian bawah ibu
 Salah satu tangan perawat memegang arteri radialis ibu, bandingkan bunyi yang
didengar dengan yang diraba, bila yang terdengar tidak sama dengan nadi
berarti itu adalah DJJ
3. Pengawasan: keadaan umum, cairan mekonium, kandung kemih, rektum, tanda
vital, kontraksi (interval, lama dan intensitas/kekuatan). Keadaan umum (KU),
tanda vital, kontraksi uterus (frekuensi dalam 10 menit/interval, lama,
intensitas, relaksasi), kandung kemih, rektum, pengeluaran pervaginam
(fluksus)
4. Persiapan alat:
Sebutkan alat-alat yang diambil, letakkan dalam bak instrumen dengan urutan
kebalikan dari proses persalinan

5. Jelaskan pada ibu yang bahwa akan dilakukan Pemeriksaan Dalam (PD) untuk
mengetahui kemajuan persalinan. Pemeriksaan dalam (PD) setiap 4 jam (sesuai
Partogram) atau bila ada indikasi

6. Lakukan vulva hygiene untuk Periksa Dalam I:


 Letakkan bengkok didepan vulva
 Pasang sarung tangan steril sebelah kanan
 Ambil kapas sublimat (secukupnya)

42
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
 Buka labia mayora, bersihkan sisi kiri dan kanan
 Buka labia minora, bersihkan sisi kiri dan kanan
 Bersihkan bagian tengah

7. Jelaskan pada ibu untuk menarik nafas dalam dan rileks


8. Pegang fundus dan lakukan PD dari bagian luar ke dalam
Lakukan PD dengan jari telunjuk dan jari tengah. Masukkan jari tengah terlebih
dahulu

 Porsio tipis lunak


 Pembukaan 5 cm
 Ketuban (+) teraba seperti air dalam balon keras
 Kepala bayi pada Hodge II, sejajar Hodge I setinggi bagian bawah sympisis
 Presentasi kepala, dengan posisi: uuk ki/ka depan
 Jalan lahir tidak ada halangan/ tumor
9. Pada waktu PD tangan kanan harus tetap berada di dalam sambil menceritakan
hasil PD
10. PD selesai, keluarkan tangan dari vagina, buka sarung tangan, lepaskan dalam
keadaan terbalik, rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%. Cuci kedua
tangan setelah pemeriksaan selesai. Jelaskan pada ibu, kemajuan persalinan dan
anjuran apa yang dapat dilakukan ibu:
 Ibu boleh jalan-jalan, kecuali bila ketuban pecah
 Cara mengurangi nyeri persalinan
 Posisi klien
 Pemenuhan nutrisi dan cairan
 Penjelasan proses persalinan, cara meneran yang benar dan kapan dapat
dilakukan
 Observasi tanda-tanda Kala II
11. Ibu dianjurkan untuk BAB
12. PD II, 4 jam berikutnya. Bila tiba-tiba keluar air ketuban, ibu diistirahatkan
13. Observasi kontraksi, DJJ,penurunan kepala, lengkapi partogram

43
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
14. Darah dan lendir keluar semakin banyak, vulva hygiene sebelum periksa dalam.
Ceritakan tanda-tanda Kala II pembukaan lengkap dan atau kepala bayi terlihat
pada introitus vagina.
15. Hasil PD II:
 Porsio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban +/menonjol
 Kepala Hodge IV

16. Pengawasan janin:


 Letak, presentasi, posisi, penurunan, DJJ (kuat, jumlah dan keteraturan)

44
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
KALA II

1. Dengan tangan kanan tetap berada di dalam vagina (minta tolong asisten untuk
memasang sarung tangan kiri dan mengganti bengkok yang ada di depan vulva.
Tangan kiri memegang ½ kocker. Untuk amniotomi jika ketuban +
2. Letakkan pada tangan kanan, dengan arah yang kasar/tajam kedalam
menghadap telapak tangan, posisi menyusuri jari tangan kanan
3. Pada saat kontraksi, balikkan ½ kocher, torehkan pada selaput ketuban. Tangan
kiri menutup arah vulva (agar air ketuban tidak memancar)
4. Pada saat mengeluarkannya, balikkan1/2 kocher, ambil dengan tangan kiri,
buang ke bengkok
5. Tangan kanan menbuka selaput amnion, lalu lebarkan
6. Angkat keluar jari tangan
7. Lanjutkan dengan pimpinan persiapan, tangan membantu melebarkan vulva
Lakukan episiotomi, (bila perlu)
8. Ambil duk persalinan dengan 2 tangan mempertahankan sterilitas, pasang di
bawah bokong ibu. minta ibu untuk mengangkat bokong. Gunakan duk ini untuk
menahan perineum (staining)

45
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
9. Pimpin meneran : ibu dipimpin meneran sesuai dengan datangnya his
10. Tangan kiri menekan vulva bagian atas untuk menahan fleksi kepala bayi dan
mencegah ruptur. Tangan kanan menahan perineum
11. Kepala turun menurut jalan lahir sehingga tampak vulva. Tampak perineum
meregang. Tampak suboksiput dibawah sympisis, dengan suboksiput sebagai
hipomioklion kepala mengadakan defleksi maksimal. Berturut-turut lahir uub,
dahi, mulut, dagu, seluruh kepala. Lap muka bayi dengan kassa *). Kepala
mengadakan paksi luar. Dengan pegangan biparetal dan tarikan ke bawah dan
keatas, lahir bahu depan dan belakang. Dengan kaitan pada ketiak dilahirkan
trochater depan, belakang dan bokong, seluruh kaki.
Kepala lahir *):

 Tahan. Biarkan agar perputaran kepala terjadi dengan sendirinya putar


punggung kanan. Pada saat pangkal bahu keluar, tangan kanan perawat
berada di atas bahu, tangan kiri dibawah, keluar bahu depan, bahu belakang.
12. Bayi lahir:
 Lakukan suction, buang cairan ke bengkok
 Letakkan bayi diatas perut ibu
 Informasikan pada ibu : jenis kelamin bayi dan keadaan bayi
 Nilai A/S menit pertama
13. Klem tali pusat
 Tunggu sampai denyut tali pusat berhenti (untuk mengurangi trauma pada
bayi)
 Ukur  2-3 cm dari pangkal tali pusat (sesuaikan dengan kondisi bayi) =
gunakan tehnik 3 klem I. Lebih kurang 2 cm dari klem I, pasang klem II
 Minta tolong asisten menuangkan Betadine pada tempat Betadine. Dengan
lidi kapas, ulas seputar tali pusat, sambil tangan kiri berada di bawah tali
pusat untuk melindungi bayi dari gunting
 Nilai A/S menit ke lima
14. Pengikat tali pusat:

46
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
 Ikat bagian bawah dari klem, kencangkan tali dengan cara kedua ibu jari
bertemu. Lakukan 2 kali pengikatan
 Tekuk tali pusat yang ada diatas klem, ikat longgar 1 kali, lepaskan klem,
lalu kencangkan dengan cara yang sama, ikat 1 kali lagi
 Oleskan Betadine pada tali pusat yang telah diikat tersebut sampai batas
perut bayi
 Lalu tutup dengan kassa alkohol bentuk segitiga, lalu diikatkan
15. Bayi diserahkan pada asisten – Bonding Attachment
 Dada asisten ditutup/pasang dengan duk bayi
 Tunjukkan bayi pada bayi bahwa siap dibersihkan. Selimuti bayi dengan duk
bayi tersebut
 Letakkan pispot dibawah bokong (untuk menampung darah)
 Pengawasan : perdarahan, kontraksi uterus, robekan perineum, KU, tanda
vital

KALA III
1. Lakukan pengososngan kandung kemih (kateterisasi)

47
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
 Pangkal kateter ditutup
 Minta tolong asisten: pasang bengkok (untuk menampung urin)
 Buang kateter dibengkok
2. Observasi tanda-tanda kala III: rahim membulat, lebih mengeras, keluar darah
tiba-tiba, tali pusat menjulur keluar dari vagina
3. Tes pelepasan plasenta dengan Perasat Kustner*:
*: tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri
menekan daerah diatas sympisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam
vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding. Bila tetap atau tidak masuk
kembali kedalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Hati-
hati!tarikan jangan terlalu kuat.

4. Bila plasenta telah lepas, tekuk tali pusat dengan cara memutar tali pusat. Bantu
dengan klem arteri untuk mengeluarkan selaputnya.
 Dengan gerakan memutar searah jarum jam, lahirkan plasenta
 Tangkap plasenta pada tempatnya
 Letakkan plasenta pada tempatnya
5. Pemeriksaan plasenta
 Permukaan maternal : lengkap atau ketinggalan. Caranya dengan
menelangkupkan plasenta. Lihat kelengkapan kotiledon dan keadaannya
(perkapuran / tidak) dan kondisi selaput
 Permukaan fetal
 Tali pusat: jumlah arteri dan vena, insersio
 Ukur panjang tali pusat dengan jari :  5 cm yang berada pada bayi
 Laserasi tali pusat bagian pinggir atau tengah
 Ukur plasenta (diameter dan tebal). Mengukur tebal dengan cara:
tusukkan klem arteri

48
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
KALA IV
1. Observasi: KU, keluhan enek/sakit kepala tidak ada, tanda vital, kontraksi
uterus, perdarahan, pengosongan kandung kencing
2. Periksa daerah perineum, luka-luka dirawat, hematoma, keluarkan sisa darah
stolsel
3. Perineorafi
4. Bersihkan ibu, pertahankan keamanan dan kenyamanan
5. Nutrisi dan cairan ibu
6. Kelengkapan dan kebenaran laporan
7. Berikan uterotonika: Metergin atau Syntosinon
8. Dokumentasi pada partograf

49
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Gambar: Ilustrasi Proses Persalinan

Fetal Lie

The fetal lie is described by the relationship of


the long axis of the fetus to the long axis of the
mother. This is a vertical lie. It is the most
common fetal lie.

This picture shows the transverse lie of the


fetus. This is a problem with a term baby and
labour approaching.

50
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
This is a picture of an oblique lie of the fetus
and is a problem in a term pregnancy

51
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
CHEKLIST PERTOLONGAN PERSALINAN

Raw Score Critically Difficult Score


Performance Actual
Prosedur Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 (RxCx
Score
D)
Pre interaksi Membaca basmalah 1 2 1 2 2
Membaca catatan rekam medis 1 2 1 2 2
Mengenali tanda dan gejala Kala Dua: 4 3 1 12 12
mendengar dan melihat adanya tanda persalinan
Kala Dua:
a. Ibu merasa dorongan kuat untuk meneran
b. Ibu merasa adanya tekanan pada anus
c. Perineum terlihat menonjol
d. Vulva dan anus membuka
Cuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Menyiapkan alat dan obat: 1 3 1 3 3
Partus set, hecting set, dopler, Obat uterotonika
(1 Sintosinon, 1 Metergin, 1 spuit 3 cc, kapas
alkohol dalam tempatnya), alat pelingdung diri
(1 pasang alas kaki tertutup, 1 celemek
plastik/gaun penutup, masker, dan kaca mata),
Under pad, Air klorin 0,5% dan air DTT.
Memasukkan spuit dan klem tali pusat ke bak
instrumen, serta mematahkan oksitosin
Menyiapkan diri untuk memberikan pertolongan 1 3 1 3 3
persalinan: memastikan lengan/tangan tidak
memakai perhiasan

52
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Raw Score Critically Difficult Score
Performance Actual
Prosedur Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 (RxCx
Score
D)
Fase Ucapkan salam dan perkenalan diri 2 1 1 1 2
Orientasi
Klarifikasi nama, umur dan alamat pasien 3 3 1 3 9
Jelaskan tujuan dan prosedur 2 2 1 4 4
Kontrak waktu 1 1 1 1 1
Berikan kesempatan pasien untuk bertanya 1 1 1 1 1
Menutup pintu/tirai untuk privasi pasien 1 2 1 2 2
Fase Kerja Memakai celemek, masker, sepatu bertutup, dan 1 2 1 2 2
kaca mata
Mencuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Meletakkan kain diatas perut ibu dan underpad 2 2 1 4 4
Memakai satu sarung tangan steril untuk 1 3 1 3 3
pemeriksaan dalam (VT)
Membuka partus set dengan tangan yang tidak 1 1 1 1 1
bersarung tangan
Ambil alat suntik dengan tangan yang bersarung 1 2 2 4 4
tangan, isi dengan oksitosin (gunakan teknik satu
tangan), letakkan kembali ke dalam wadah
partus set
Membersihkan vulva dan perineum 1 3 1 3 3
menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air
DTT dengan gerakan dari vulva ke perineum
(*ganti sarung tangan jika terkontaminasi tinja)
“satu usapan saja”

53
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Raw Score Critically Difficult Score
Performance Actual
Prosedur Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 (RxCx
Score
D)
Melakukan pemeriksaan dalam (VT) untuk 1 2 3 3 18 18
memastikan pembukaan lengkap:
a. Bila pembukaan belum lengkap, catat hasil
pemeriksaan pada partograf dan nilai kemajuan
persalinan
b. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap:Lakukan pemecahan
selaput ketuban
Membuka sarung tangan dan merendamnya 1 1 1 1 1
dalam larutan klorin 0,5%
Mencuci tangan dengan 6 langkah 1 3 1 3 3
Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) 1 3 2 6 6
Beritahukan ibu bahwa pembukaan sudah 1 2 2 4 4
lengkap dan keadaan janin baik (DJJ bayi) serta
bantu ibu dalam memperoleh posisi yang
nyaman sesuai keinginannya
Meminta ibu untuk meneran saat ada dorongan 1 1 2 2 2
kuat untuk meneran (Bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat)
Membimbing ibu agar dapat meneran secara 1 1 2 2 2
benar dan efektif dan anjurkan ibu untuk
beristirahat diantara kontraksi
Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan 1 2 2 4 4
diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih dan
kering pada perut ibu (untuk mengeringkan

54
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Raw Score Critically Difficult Score
Performance Actual
Prosedur Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 (RxCx
Score
D)
bayi)
Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian (atau 2 1 1 2 2
underpate) dan meletakkan dibawah bokong ibu
Membuka tutup partus set 1 1 1 1 1
Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan 1 1 1 1 1
Saat sub-occiput tampak dibawah simfisis, 2 3 3 18 18
tangan kanan melindungi perineum dengan
dialas lipatan kain dibawah bokong ibu,
sementara tangan kiri menahan puncak kepala
agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat
kepala lahir
Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher 2 3 2 12 12
janin:
Jika tali pusat melilit leher secara longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi secara
perlahan
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem
tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua
klem tersebut
Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan 1 1 1 1 1
putaran paksi luar secara spontan

55
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Raw Score Critically Difficult Score
Performance Actual
Prosedur Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 (RxCx
Score
D)
Setelah kepala janin menghadap paha ibu, 3 3 3 27 27
tempatkan kedua telapak tangan biparietal
kepala janin, tarik secara hati-hati ke arah bawah
sampai bahu anterior/depan lahir, kemudian
tarik secara hati-hati ke atas sampai bahu
posterior/belakang lahir
Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga 3 3 18 18
kepala, leher dan bahu janin bagian posterior 2
dengan posisi ibu jari pada leher dan keempat
jari pada bahu dan dada/punggung janin,
sementara tangan kiri memegang lengan dan
bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan
lahir
Setelah badan dan lengan lahir, penelusuran 1 3 3 9 9
tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,
tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang
masing – masing mata kaki dengan ibu jari dan
jari – jari lainnya)
Lakukan penilaian (selintas): 2 3 3 18 18
Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas
tanpa kesulitan?
Apakah bayi bergerak dengan aktif?

56
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Raw Score Critically Difficult Score
Performance Actual
Prosedur Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 (RxCx
Score
D)
*Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau
megap – mega segera lakukan tindakan resusitasi
neonatal
Keringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut 3 2 1 6 6
ibu serta ganti handuk basah dengan
handuk/kain kering
Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak 1 3 1 3 3
ada bayi lain dalam uterus (palpasi fundus uteri)
Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan 1 1 1 1 1
menyuntikkan oksitosin (agar uterus
berkontraksi dengan baik)
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, lakukan 2 1 4 4
desinfektan dan suntikkan oksitosin 10 unit 2
(intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin)
- Memastikan tidak ada denyutan pada tali pusat, 3 3 2 18 18
kemudian menjepit tali pusat menggunakan
klem tali pusat kira-kira 3 cm dari umbilical
bayi.
-Mengurut tali pusat ke arah ibu
-Memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama

57
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Raw Score Critically Difficult Score
Performance Actual
Prosedur Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 (RxCx
Score
D)
Memegang tali pusat diantara 2 klem 3 2 12 12
menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan 2
jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara
kedua klem (*ikat tali pusat dengan benang jika
belum menggunakan klem tali pusat)
Tempatkan bayi untuk kontak kulit, ibu ke kulit 1 2 2 4 4
bayi, letakkan bayi dengan posisi tengkurap di
dada ibu dan usahakan kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah
dari putting payudara ibu
Selimuti ibu dan bayi dengan kain bersih dan 2 2 1 4 4
kering dan pasang topi di kepala bayi
Memindahkan klem pada tali pusat hingga 1 2 1 2 2
berjarak 5-10 cm dari vulva
Meletakkan tangan kiri diatas simfisis, menahan 2 3 2 12 12
bagian bawah uterus, sementara tangan kanan
memegang tali pusat
Saat uterus kontraksi, menegangkan tali pusat 1 2 1 2 2
dengan tangan kanan sementara tangan kiri
menekan uterus dengan hati-hati ke arah
dorsokranial
*Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu
atau suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi putting susu

58
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Raw Score Critically Difficult Score
Performance Actual
Prosedur Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 (RxCx
Score
D)
Jika dengan peregangan tali pusat terkendali, tali 2 2 8 8
pusat terlihat bertambah panjang dan terasa 2
adanya pelepasan plasenta, minta ibu untuk
meneran sedikit sementara tangan kanan
menarik tali pusat ke arah bawah kemudian ke
atas hingga plasenta tampak pada vulva
*Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit berikan
dosis ulangan oksitosin 10 unit IM, lakukan
katerisasi jika kandung kemih penuh, dan ulangi
penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan 3 2 6 6
melahirkan plasenta dengan hati – hati (pegang 1
dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin dan terlepas)
Segera setelah plasenta lahir, lakukan massage 1 3 1 3 3
pada fundus uteri hingga kontraksi uterus baik
(fundus teraba keras)
Memeriksa plasenta untuk memastikan bahwa 3 1 6 6
seluruh kotiledon dan selaput ketuban lengkap 2
dan masukkan ke dalam kantong plastik yang
tersedia
Memeriksa apakah ada robekan pada vagina dan 2 2 1 4 4
perineum. Lakukan penjahitan jika laserasi
menyebabkan perdarahan

59
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Raw Score Critically Difficult Score
Performance Actual
Prosedur Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 (RxCx
Score
D)
Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit 1 2 1 2 2
ibu-bayi (paling sedikit 1 jam)
Pantau kontraksi uterus 1 2 1 2 2
Evaluasi jumlah perdarahan yang terjadi dan 2 2 1 4 4
pantau adanya tanda-tanda perdarahan
Pantau tanda-tanda vital ibu: TD, Nadi, suhu dan 1 3 1 3 3
respirasi
Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir 3 1 1 3 3
dan darah dengan waslap menggunakan air DTT
serta memakaikan pampers/pembalut dan
pakaian
Merendam semua peralatan bekas pakai dalam 1 1 1 1 1
larutan khlorin 0,5%
Melepas sarung tangan 1 1 1 1 1
Mencuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Terminasi Evaluasi perasaan klien 1 1 1 1 1
Kontrak waktu pertemuan selanjutnya: Monitor 1 1 1 1 1
kala IV
Berikan reinforcement: memberikan selamat, 3 2 1 6 6
mendoakan, mengajak bersyukur dan edukasi
menyusui sesuai anjuran islam (QS: Al baqarah:
233)
Memberikan salam 1 1 1 1 1
Hamdalah 1 1 1 1 1

60
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Raw Score Critically Difficult Score
Performance Actual
Prosedur Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3 (RxCx
Score
D)
Dokumentas Nama, umur dan alamat pasien 3 1 15 15
i Diagnosa Keperawatan (dx: kesiapan 5
meningkatkan proses kehamilan-melahirkan)
Tindakan keperawatan
Evaluasi
- Keadaan ibu: TTV, jumlah perdarahan, ruptur
perineum/episiotomy, keadaaan plasenta
(utuh/tidak)
- Keadaan bayi: status bayi, jenis kelamin, dan
kondisi bayi
- Tanggal dan waktu persalinan
Tanggal, jam, nama dan tanda tangan perawat

Sikap Empati 3 2 1 6 6
Teliti
Memperhatikan keamanan pasien
TOTAL 358
NILAI = SCORE/TOTAL SCORE X 100

Nilai Akhir: Actual Score X 100 = Actual Score X 100 =..............................


Max Score 358

Nilai batas lulus ≥ 75

61
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
Keterangan:
Raw Score Critically level Difficulty level
0-Tidak dilakukan 1- kurang kritikal 1- Kurang sulit
1- Melakukan 1 2- Kritikal 2- Sulit
2- Melakukan 2 3- Sangat kritikal 3- Sangat suli
3- Melakukan 3
4- Melakukan 4
5- Melakukan 5

62
Blok Keperawatan maternitas tahun ajar 2019/2020
PEMERIKSAAN FISIK POST PARTUM

Penyusun: Riski Oktafia, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mat

Tujuan Instruksional Umum:


Setelah selesai kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu
mendemonstrasikan cara melakukan pemeriksaan fisik post
partum

Tujuan Instruksional Khusus :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan hal-hal yang perlu dikaji pada klien post
partum
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik klien post partum

SKENARIO Koq masih sering mulas ya….???

Seorang ibu, 27 tahun, dirawat di bangsal post partum dengan


keluhan mulas diperutnya. Lima jam yang lalu ibu tersebut
melahirkan anak pertamanya dengan cara persalinan normal dan
dibantu oleh Ners Spesialis Maternitas

Pertanyaan Minimal:

1. Apa yang perlu dikaji pada ibu post partum?


2. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik post partum?

63
Materi

Postpartum adalah suatu periode pertama setelah kelahiran yang ditandai perubahan fisik dan
psikologis serta pulihnya organ reproduksi sebelum ada kehamilan dengan waktu 6-8 minggu.

Adaptasi fisik postpartum

1. Involusi uterus

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai
segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga
persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian
fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai
kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari
pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis
pubis.

2. Kontraksi

intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi
sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis pasca
partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh
agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar
hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan
membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah
lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin. teratur. Untuk
mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler
diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan
membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara
merangsang pelepasan oksitosin.

64
3. Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa postpartum dan mempunyai reaksi basa dan
lochea mempunyai bau yang amis dan volumenya berbeda beda setiap wanita. Komposisi
lochea adalah jaringan endometrial, darah dan limfe. Lochea mengalami perubahan karena
proses involusi. Tahap lochea:

a. Rubra (merah)
Lochea ini muncul pada hari pertama hingga hari ke tiga. Warnanya merah dan
mengandung darah dari luka pada plasenta
b. Sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pengeluaran pada hari ke 4-5
postpartum
c. Serosa
Lochea ini muncul pada hari kelima samapi kesembilan. Warnanya kekuning kecoklatan
d. Alba
Lochea ini muncul lebih dari hari ke 10. Biasanya 10-14 hari. Warnanya lebih pucat,
putih kekuningan dan banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati.

4. Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum, serviks memendek
dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen
bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.

5. Vagina dan perineum

Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hami, 6-8
minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun
tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.

65
6. Abdomen

Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan menonjol dan
membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk
dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.

7. Sistem urinarius

Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan
kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis
ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil

8. sistem pencernaan

Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu
melahirkan.

9. Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama wanita hamil
(esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin)
menurun dengan cepat setelah bayi lahir. a) Ibu tidak menyusui Kadar prolaktin akan menurun
dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat
palpasi dailakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa
terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba. b)
Ibu yang menyusui Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan,
yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa
nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam.

10. Sistem kardiovaskuler

a. Volume darah

Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya kehilangan darah selama
melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah
merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi
perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan volume darah menurun dengan lambat.

66
Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai
mencapai volume sebelum lahir.

b. Curah jantung

Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segera
setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60
menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit utero plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi
umum.

c. Tanda-tanda vital

Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan normal.
Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol maupun diastol dapat
timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan.

Adaptasi psikologis postpartum


Adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan

Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan
perlindungandan pelayanan. Pada fase ini ibu fokus terhadap dirinya sendiri.

b. Fase taking hold / tidak ketergantungan

Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada 10 hari setelah
mehairkan atau minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima
peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung
menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan
fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik

c. Fase letting go / fase menerima tanggung jawab terhadap peran barunya

Dimulai sekitar sepuluh hari setelah melahirkan atau minggu kelima sampai keenam setelah
kelahiran. Ibu sudah dapat menyesuaiakan diri, merawat diri dan bayinya dan kepercayaan
dirinya sudah meningkat, Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang

67
baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan
seksualnya telah dilakukan kembali.

Pemeriksaan fisik dan psikologis pada ibu postpartum


1. Persiapan klien :
a. Menyampaikan salam terapeutik
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pengkajian
c. Membuat kontrak
d. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
e. Anjurkan BAK
2. Persiapan alat dan bahan
a. Spignomanometer
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Jam detik
e. sarung tangan
f. Bengkok
g. 1 set perawatan perineum
h. Hands Rub
3. Persiapan lingkungan
a. Jaga privasi: Tutup pintu /jendela /gorden /penghalang
b. Udara dan pencahayaan yang mendukung
4. Anamnesa
a. Menanyakan keluhan sekarang : pusing, nyeri, afterpain, gangguan eliminasi urin dll
b. Menanyakan riwayat kehamilan dan persalinan sekarang : keluhan/ komplikasi selama
kehamilan, berat badan selama hamil, jenis persalinan : spontan, sectio caesarea,
vakum ekstrasi, forseps ekstrasi, penolong, lama persalinan
c. Menanyakan riwayat kehamilan, persalinan dan postpartum yang lalu: Jumlah dan
keadaan anak, tahun lahir, umur kehamilan, jenis persalinan, penolong / tempat
persalinan, komplikasi saat kehamilan, persalinan dan postpartum

68
d. Menanyakan metoda kontrasepsi : metoda apa yang dipakai sebelum hamil, lama
penggunaan, alasan berhenti, keluhan selama menggunakan metoda teresebut,
rencana kontrasepsi yang akan digunakan nanti.
e. Tanyakan kebiasaan sosial budaya yang diyakini klien dan keluarga erat kaitannya
dengan postpartum ; pantangan, kebiasaan diri
5. Pemeriksaan fisik
a. Tanda – tanda vital : Ukur tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
b. Kepala dan wajah :
a) Inspeksi kebersihan dan kerontokan rambut, cloasma gravidarum, keadaan
sklera, conjungtiva, kebersihan gigi dan mulut, caries.
b) Palpasi palpebra, odem pada mata dan wajah
c) Palpasi pembesaran getah bening, JVP, kelenjar tiroid
c. Dada :
a) Inspeksi irama nafas
b) Dengarkan bunyi nafas dan bunyi jantung
c) Hitung frekuensi nafas
d. Payudara :
a) Inspeksi keadaan puting : menonjol, datar, tertarik kedalam (inverted), bekas
luka/trauma, inspeksi areola dan seluruh mamae : ukuran, pembengkakan,
produksi ASI
b) Palpasi daerah payudara
c) Kaji pengeluaran : colostrum atau ASI dengan cara letakkan jari telunjuk dan
ibu jari didaerah areola, lalu tekan perlahan, kemudian pijat sambil mengarah
ke pangkal puting susu dan lihat cairan yang dikeluarkan.
e. Ekstremitas bagian atas
a) Inspeksi keadaan odem pada jari – jari atau kelainan lain
b) Ajak klien untuk berjabat tangan dan kaji kekuatan otot
f. Abdomen
a) Inspeksi : striae, luka/insisi, linea
b) Letakkan stetoskop pada setiap kuadran abdomen untuk mendengarkan
bising usus selama 1 menit penuh

69
c) Lakukan pemeriksaan vesika urinaria dan involutio uteri , dengan cara :
Letakkan kedua tangan perawat pada bagian abdomen dan supra pubis.
Telapak tangan diatas suprapubis meraba daerah vesika urinaria, sedangkan
telapak tangan diatas abdomen meraba dan menemukan tinggi fundus uteri.
Tetaplah telapak tangan pada vesika urinaria, sedangkan telapak tangan di
daerah abdomen sedikit terbuka, menghadap kearah umbilikus dan turun
menyusuri abdomen untuk menemukan tinggi fundus uteri, setelah
ditemukan kaji : intensitas, kekuatan kontraksi uterus, posisi / letak uteri.
g. Lakukan pemeriksaan diastasis recti abdominis ( lakukan jika tidak ada luka SC)
a) Letakkan dua atau tiga jari tangan perawat secara vertikal , tepat dibawah
pusat klein .
b) Anjurkan klien untuk mengangkat kepala dan bahu tanpa dibantu
c) Raba dan rasakan berapa jari yang terjepit oleh dinding abdomen ketika klien
menunduk
d) Simpulkan keadaan diastasis recti abdominis
h. Lakukan pemeriksaan vulva vagina, fokus pada lochia.
a) Bantu klein membuka celana dalam
b) Atur klien pada posisi dorsal recumbent
c) Pasang sarung tangan
d) Lihat keadaan dan kebersihan vulva serta perineum
e) Lihat jumlah darah yang terpapar pada pembalut
f) Tanyakan kapan mengganti pembalut yang terakhir (jam berapa)
g) Simpulkan karakteristik lokhia (rubra, serosa, alba)
i. Lakukan pengkajian perineum fokus pada luka episiotomi
a) Atur klien pada posisi Sim kiri
b) Tarik pangkal paha kearah atas oleh tangan kiri dan tarik bagian bawah oleh
tangan kanan
c) Lihat keadaan luka episiotomi : jenis episiotomi, jumlah jahitan, keadaan luka
REEDA.
d) Lihat keadaan anus, fokus pada keadaan haemoroid. Atur kembali klien pada
posisi terlentang.

70
e) Bantu kien untuk kembali memakai celana dan pembalut yang baru
f) Atur klien pada posisi senyaman mungkin
g) Cuci tangan
j. Lakukan pemeriksaan ektremitas bagian bawah, fokus pada Homans’ Sign,
a) Letakkan satu telapak tangan pada daerah lutut dan tekan perlahan ketika
tangan yang lainnya melakukan dorsofleksi
b) Inspeksi adanya warna kemerahan yang menjalar dari paha ke betis dan
sebaliknya
c) Tanyakan adanya rasa nyeri dan panas yang ditimbulkan oleh warna
kemerahan

6. Pengkajian Psikologis Postpartum


a. Fase taking in:
a) Kaji tingkat ketergantungan klien tentang perawatan diri dan bayinya, klien
berpusat pada dirinya
b) Dengarkan dan respon setiap keluhan atau pertanyaan yang diajukan oleh
klien seputar riwayat persalinan
c) Ketergantungan harus berakhir pada hari kedua
b. Fase taking hold:
a) Kaji tingkat keterlibatan klien yang berpusat pada dirinya
b) Kaji tingkat keinginannya untuk mendapat pendidikan kesehatan
c) Kaji tanda – tanda terjadinya depresi atau postpartum blues : gelisah,
menangis tiba – tiba, sulit tidur, marah terhadap anggota keluarga termasuk
bayi, cemas

71
c. Fase letting go:
a) Kaji tingkat kesiapan ibu untuk merawat dirinya dan bayinya.
b) Kaji pola interaksi dengan keluarga dan lingkungannya
c) Kaji keinginannya untuk segera keluar dari Rumah Sakit dan ingin merawat
bayi dan keluarganya.
d) Simpulkan perubahan psikologis ibu pada tahap yang mana.

72
CHEKLIST PEMERIKSAAN FISIK POST PARTUM

Raw Score Critically Difficult Score


Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
Pre interaksi Membaca basmalah 1 2 1 2 2
Membaca catatan rekam 1 2 1 2 2
medis
Mencuci tangan dengan 1 3 1 3 3
6 langkah
Menyiapkan alat: 1 3 1 3 3
Tensimeter, stetoskop,
termometer, handrub,
sarung tangan bersih
Fase Ucapkan salam dan 2 1 1 1 2
Orientasi perkenalan diri
Klarifikasi nama, umur 3 3 1 3 9
dan alamat pasien
Jelaskan tujuan dan 2 2 1 4 4
prosedur
Kontrak waktu 1 1 1 1 1
Berikan kesempatan 1 1 1 1 1
pasien untuk bertanya
Menutup pintu/tirai 1 2 1 2 2
untuk privasi klien
Cuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Menganjurkan klien 1 2 1 2 2
buang air kecil sebelum
melakukan tindakan
Mengatur posisi yang 1 2 1 2 2
nyaman dan anjurkan
klien berbaring di
tempat tidur dengan
satu bantal di bagian
Fase Kerja kepala.
Pemeriksaan Umum: 3 3 1 9 9
- Keluhan: pusing,
nyeri, afterpain,
gangguan eliminasi urin
dll
- Tanda-tanda vital
- Keadaan Umum
Pemeriksaan Kepala: 3 3 1 9 9

73
Raw Score Critically Difficult Score
Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
Konjungtiva, kebersihan
gigi dan mulut
Pemeriksaan Payudara: 3 3 2 18 18

- Inspeksi (Ukuran
simetris, Putting susu
inverted,
warna payudara
- Palpasi: kekenyalan,
nyeri
- Stimulasi produksi
ASI
Pemeriksaan abdomen: 3 3 2 18 18
- Fundus uteri:
kontraksi, posisi dan
tinggi
- Stimulasi Kontraksi
- Diastasis rectus
abdominis
Pengkajian Bladder: 1 3 1 3 3
Distensi, Puas dalam
berkemih, Nyeri saat
berkemih
Pengkajian bowel dan 2 3 1 6 6
Hemoroid
Pemeriksaan perineum 3 3 2 18 18
- Perineum: Episiotomi
(REEDA)
- Kebersihan
- Lochea
Pemeriksaan 3 3 2 18 18
ekstremitas bawah:
- Edema
- Tanda homan
- Varises
Emotional Status:
Taking in, Taking Hold, 3 3 1 9 9
Letting Go
Berikan pendidikan 1 2 1 2 2
kesehatan pada klien

74
Raw Score Critically Difficult Score
Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
Terminasi Menyimpulkan hasil 1 1 1 1 1
pemeriksaan
Melakukan evaluasi 1 1 1 1 1
perasaan klien
Memberikan 1 1 1 1 1
reinforcement
Melakukan kontrak 1 1 1 1 1
untuk kegiatan
selanjutnya
Cuci Tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Membaca doa 1 1 1 1 1
Memberikan salam 1 1 1 1 1
Mengucapkan 1 1 1 1 1
hamdallah
Nama, umur dan alamat 5 3 1 15 15
pasien
Diagnosa Keperawatan
Dokumentasi Tindakan keperawatan
Evaluasi
Tanggal, jam, nama dan
tanda tangan perawat
Sikap Empati 3 2 1 6 6
Teliti
Memperhatikan
keamanan pasien
TOTAL 168
NILAI = SCORE/TOTAL SCORE X 100
Nilai Akhir: Actual Score X 100 = Actual Score X 100 =..............................
Max Score 168

Nilai batas lulus ≥ 75


Keterangan:
Raw Score Critically level Difficulty level
0-Tidak dilakukan 1- kurang kritikal 1- Kurang sulit
1- Melakukan 1 2- Kritikal 2- Sulit
2- Melakukan 2 3- Sangat kritikal 3- Sangat suli
3- Melakukan 3
4- Melakukan 4
5- Melakukan 5

75
PERAWATAN PERINEUM

Riski Oktafia, M.Kep., Sp.Kep.Mat


Nur Azizah Indriastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Tujuan Instruksional Umum:


Setelah selesai kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu
mendemonstrasikan cara melakukan perawatan perineum pada ibu
postpartum

Tujuan Instruksional Khusus :


1. Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat perawatan perineum pada ibu
postpartum
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan alat sebelum melakukan
perawatan perineum ibu postpartum
3. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan cara perawatan perineum pada ibu
postpartum

SKENARIO Kok kotor ya…????

Seorang ibu, P2A0 belum mengganti balutan sejak 8 jam yang lalu.
Ners H memeriksa lokhea dan keadaan luka episiotomi pada ibu
tersebut. Hasil pemeriksaan, lokhea rubra, luka jahitan agak kotor
dan pembalut sudah saatnya untuk diganti.

Pertanyaan Minimal:
1. Apa yang dimaksud dengan perineal care?
2. Apa manfaat perineal care?
3. Bagaimana cara melakukannya?

Materi

Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara


paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta
sampai dengan kembalinya organ reproduksi seperti pada waktu sebelum hamil. Perineal
Hygiene seringkali disebut juga Pericare. Perineal care bermanfaat untuk mencegah infeksi
dan membuat rasa nyaman pada ibu post partum.

Tujuan
Perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan
penyembuhan jaringan, pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi
dalam 28 hari setelah kelahiran bayi. Selain itu perawatan perineum juga ditujukan

76
untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya
mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari
perkembangbiakan bakteri pada pembalut yang digunakan.

Bentuk Luka Perineum


Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
1. Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara
alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan.
Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan
penjahitan.
2. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara
vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi. Episiotomi, suatu tindakan
yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang.
Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala
janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien
sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau
mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak
pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki.

Menjaga kebersihan pada masa postpartum untuk menghindari infeksi,baik pada luka jahitan
atau kulit:
a. Kebersihan alat genetalia
Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak bengkak/memar dan mungkin ada luka
jahitan bekas robekan atau episiotomi.
Kebersihan alat genetalia pada masa postpartum:
a. Menjaga alat genetalia dengan mencucinya menggunakan sabun dan air, kemudian
daerah vulva sampai anus harus kering sebelum memakai pembalut wanita, setiap kali
selesai buang air kecil atau besar, pembalut diganti minimal 3x sehari.
b. Cuci tangan dan sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah membersihkan
daerah genetalia
c. Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah
disekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan
daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
d. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.
Kain dapat digunakan ulang ulang jika dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah
matahari atau disetrika.
e. Jika mempunyai luka episiotomi, hindari untuk menyentuh daerah luka. Ini yang kadang
kurang diperhatikan oleh pasien dan tenaga kesehatan. Karena rasa ingin tahunya,
tidak jarang pasien ingin menyentuh luka bekas jahitan diperineum tanpa
memperhatikan efek yang bisa ditimbulkan dari tindakannya ini. Apalagi pasien kurang
memperhatikan kebersihan tangannya sehingga tidak jarang terjadi infeksi.
b. Membersikan vagina
Pada prinsipnya urgensi kebersihan vagina pada saat nifas dilandasi beberapa alasan:
a. Banyak darah dan kotoran yang keluar dari vagina.
b. Vagina berada dekat saluran buang air kecil dan buang air besar yang tiap hari kita
lakukan.

77
c. Adanya luka di daerah perineum yang bila terkena kotoran dapat terinfeksi
d. Vagina merupakan organ terbuka yang mudah dimasuki kuman untuk kemudian
menjalar ke rahim.
c. Menjaga kebersihan vagina
Langkah-langkah untuk menjaga kebersihan vagina yang benar:
a. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan BAB. Air yang
digunakan tidak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan ke belakang
hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel di sekitar vagina, baik itu dari air seni
maupun feses yang mengandung kuman dan bisa menimbulkan infeksi pada luka
jahitan.
b. Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upaya menjaga kebersihan vagina
dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptik selama 10
menit. Lakukan setelah BAB atau BAK
c. Setelah vagina dibersihkan, pembalutnya sebaiknya diganti dengan yang baru. Bila
pembalut tidak diganti, maka vagina akan tetap lembab dan kotor.
d. Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu kenakan pembalut
baru. Ingat pembalut harus diganti setiap habis BAB atau BAK atau minimal 3-4 jam
sekali atau bila dirasa sudah tidak nyaman.

78
Cheklist Perawatan Perineum
Raw score Criticall Difficult Score
Performance
Prosedur y y Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5
1,2,3 1,2,3 (RxCxD) score
Pre Interaksi Membaca basmallah 1 2 1 2 2
Membaca catatan rekam medis 1 2 1 2 2
Cuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Menyiapkan alat: 1 3 1 3 3
Sarung tangan bersih, kapas bulat, betadine, kassa,
air bersih hangat, washlap, bedpan
Fase Ucapkan salam dan perkenalkan diri 2 1 1 2 2
Orientasi Klarifikasi nama, umur dan alamat pasien 3 3 1 9 9
Jelaskan tujuan dan prosedur 2 2 1 4 4
Kontrak waktu 1 1 1 1 1
Berikan kesempatan pasien untuk bertanya 1 1 1 1 1
Menutup pintu atau tirai untuk menjaga privasi 1 2 1 2 2
pasien
Meminta pasien/keluarga menyiapkan pembalut 1 1 1 1 1
baru dan pakain dalam bersih
Fase Kerja Anjurkan pasien untuk melepas pakaian 2 2 1 4 4
dalam/bagian bawah sementara bagian yang lain
ditutup
Anjurkan pasien untuk berbaring di tempat tidur 2 2 1 4 4
dan posisikan pasien dengan lutut ditekuk (posisi
dorsal recumbent)
Cuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Pakai sarung tangan bersih 1 3 1 3 3
Pasang perlak, dan bedpan di bawah 3 2 1 6 6
pinggul/pantat pasien dan siapkan handuk

79
Raw score Criticall Difficult Score
Performance
Prosedur y y Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5
1,2,3 1,2,3 (RxCxD) score
Usap paha atas bagian dalam dengan washlap lalu 2 3 1 6 6
keringkan
Menyiram area perineum dengan air hangat 2 2 1 4 4
dengan salah satu tangan sedangkan tangan
satunya membuka labia
Bersihkan labia mayora dan labia minora dari 4 3 3 36 36
bagian atas ke bawah sekali usap, uretra sampai
perineum dengan menggunakan kapas
Angkat bedpan 1 1 1 1 1
Jika ada luka episiotomi lakukan usapan betadin 1 3 3 9 9
pada luka dengan kassa betadin dengan satu kali
usap dari dalam keluar
Membantu pasien memakai pembalut dan celana 1 1 1 1 1
dalam bersih
Membantu pasien merapikan pakaian kembali 1 2 1 2 2
Kembalikan posisi pasien seperti semula 1 1 1 1 1
Tahap Simpulkan kegiatan 1 1 1 1 1
Terminasi Memberikan Pendkes: Perawatan perineum 1 2 1 2 2
dirumah
Evaluasi perasaan pasien 1 1 1 1 1
Berikan reinforcement positif 1 1 1 1 1
Kontrak waktu selanjutnya 1 1 1 1 1
Ucapkan salam 1 1 1 1 1
Baca Hamdallah 1 1 1 1 1
Rapikan alat 1 2 1 2 2
Cuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3

80
Raw score Criticall Difficult Score
Performance
Prosedur y y Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5
1,2,3 1,2,3 (RxCxD) score
Dokumentasi Nama, umur dan alamat pasien 5 3 1 15 15
Diagnosa keperawatan
Tindakan keperawatan
Evaluasi
Tanggal, jam, nama dan tanda tangan perawat
Sikap Empati 3 2 1 6 6
Teliti
Memperhatikan keamanan pasien
TOTAL 142
NILAI: SCORE/TOTAL SCORE X 100

Nilai Akhir: Actual Score X 100 = Actual Score X 100 =..............................


Max Score 142

Nilai batas lulus ≥ 75

Keterangan:
Raw Score Critically level Difficulty level
0-Tidak dilakukan 1- kurang kritikal 1- Kurang sulit
1- Melakukan 1 2- Kritikal 2- Sulit
2- Melakukan 2 3- Sangat kritikal 3- Sangat suli
3- Melakukan 3
4- Melakukan 4
5- Melakukan 5

81
MANAJEMEN LAKTASI DAN PIJAT OKSITOSIN

Oleh:

Sri Sumaryani, Ns., M.Kep., Sp.Mat

Nur Azizah Indriastuti, Ns., M.Kep

Yuni Astuti, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mat

Tujuan Instruksional Umum:


Setelah selesai kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan
manajemen laktasi dan pijat oksitosin pada ibu post partum

Tujuan Instruksional Khusus :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pentingnya pemberian ASI eksklusif


2. Mahasiswa mampu menjelaskan cara pemberian ASI
3. Mahasiswa mampu melakukan pendidikan kesehatan terkait pemberian ASI
4. Mahasiswa mampu melakukan pijat oksitosin

SKENARIO ASI saya belum keluar….???

Seorang ibu, 25 tahun, N1P1A0, mengeluh kalau puting susunya


datar dan ASInya belum keluar. Ibu tersebut cemas kalau tidak
bisa memberikan ASI pada bayinya

Pertanyaan Minimal:

1. Bagaimana posisi menyusui yang benar?


2. Apa yang bisa dilakukan supaya puting susu tidak lecet?
3. Bagaimana cara menyendawakan bayi?

82
MANAJEMEN LAKTASI

1. Mitos Seputar Menyusui


Masyarakat masih banyak yang mempunyai anggapan bahwa menyusui akan
menyebabkan tubuh ibu sukar kembali ke bentuk aslinya yang ramping, padahal
timbunan lemak yang terjadi selama masa kehamilan justru lebih mudah lenyap
karena digunakan dalam proses menyusui. Justru kalau tidak menyusui timbunan
lemak akan menetap (Suradi, et al., 2004).

Masyarakat juga sering punya anggapan bahwa “penampilan” payudara akan


berubah karena menyusui, padahal payudara berubah karena kehamilan bukan
menyusui. Bagus dan tidaknya payudara juga berkaitan dengan usia dan faktor
keturunan (Suradi, et al., 2004).

2. Fisiologi Laktasi
a. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan
pengeluaran ASI (Suradi, et al, 2004). ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan
antar hormon dan refleks. Waktu bayi mulai menghisap ASI akan terjadi dua
refleks yang menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dengan jumlah
yang tepat pula, yaitu refleks pembentukan/produksi ASI atau refleks
prolaktin yang dirangsang oleh hormone prolaktin dan refleks
pengaliran/pelepasan ASI (let down reflex).

Kelenjar hipofisa bagian depan yang berada di dasar otak menghasilkan


hormon prolaktin. Prolaktin akan merangsang kelenjar payudara untuk
memproduksi ASI. Fungsi lain prolaktin adalah menekan fungsi indung telur
(ovarium). Efek penekanan ini pada ibu yang menyusui secara eksklusif adalah
memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid sehingga dapat
menjarangkan kehamilan (Roesli, 2005)

Hormon lain yang berperan dalam proses laktasi adalah oksitosin. Hormon
oksitosin berfungsi memacu kontraksi otot polos yang berada di dinding

83
alveolus dan dinding saluran, sehingga memeras ASI keluar. Fungsi lain
oksitosin adalah memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi rahim makin
cepat dan baik (Suradi, et al., 2004).

Sumber: Roesli (2005)

3. Manfaat dan Keunggulan ASI


Setiap mamalia telah dipersiapkan dengan sepasang atau lebih payudara yang
akan memproduksi susu untuk makanan bayi yang baru dilahirkannya. Susu
setiap jenis mamalia berbeda dan bersifat spesifik untuk tiap spesies, yaitu
disesuaikan dengan keperluan, laju pertumbuhan, dan kebiasaan menyusuinya.
Bayi manusia akan mencapai 2 (dua) kali berat lahirnya dalam waktu kurang
lebih 6 (enam) bulan, sedangkan anak sapi hanya memerlukan waktu 6 (enam)
minggu, sehingga dapat dimengerti bahwa komposis ASI dan susu sapi berbeda
(Suradi, et al., 2004).

ASI bermanfaat bukan hanya untuk bayi saja, tetapi juga untuk ibu, keluarga dan
Negara. Manfaat ASI bagi bayi adalah: ASI mengandung nutrisi yang lengkap dan
seimbang bagi bayi sehingga ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal
dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi. ASI mampu meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena ASI
mengandung zat kekebalan tubuh yang akan melindungi bayi dari berbagai

84
penyakit infeksi bakteri, parasit, virus, dan jamur. Hasil penelitian di Brasil
Selatan menunjukkan bayi yang diberi ASI eksklusif mempunyai resiko 14,2 kali
lebih rendah terjadinya kemungkinan meninggal akibat diare (Roesli, 2005)

ASI dapat menyebabkan pertumbuhan sel otak bayi lebih optimal, terutama
karena ASI mengandung taurin, laktosa dan asam lemak ikatan panjang (DHA,
AA, omega-3, omega-6). Hasil penelitian Lucas (1993) terhadap 300 bayi
premature membuktikan bahwa bayi-bayi premature yang diberi ASI eksklusif
mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 poin lebih tinggi)
dibanding bayi premature yang tidak diberi ASI. Riva (1997) menemukan
bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif, ketika berusia 9,5 tahun mempunyai
tingkat IQ 12,9 poin lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi ASI
eksklusif (Roesli, 2005).

Manfaat lain pemberian ASI eksklusif bagi bayi adalah meningkatkan jalinan
kasih sayang. Perasaan terlindung dan disayangi akan menjadi dasar
perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan
dasar spiritual yang baik. ASI juga dapat menunjang perkembangan motorik
sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa berjalan, dan mampu
menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan
spiritual, dan hubungan sosial yang baik. ASI dapat mengurangi resiko terkena
penyakit diabetes mellitus, kanker pada anak, dan diduga mengurangi
kemungkinan menderita penyakit jantung (Roesli, 2005).

Manfaat ASI bagi ibu yaitu: mengurangi perdarahan pasca melahirkan,


mengurangi terjadinya anemia, menjarangkan kehamilan, mengecilkan rahim,
ibu dapat lebih cepat langsing kembali, mengurangi resiko terjadinya kanker
rahim dan payudara serta memberi kepuasan bagi ibu.

ASI juga bermanfaat bagi keluarga. Memberi ASI berarti menghemat


pengeluaran (ekonomis), tidak merepotkan dan menghemat waktu (praktis)
sera portable atau mudah dibawa kemana – mana. ASI dapat diberikan kapan

85
saja dan dimana saja dalam keadaan siap dimakan/diminum, serta dalam suhu
yang selalu tepat (Roesli, 2005; Suradi, et al., 2004).

Manfaat ASI bagi Negara antara lain: menurunkan angka kematian dan
kesakitan, mengurangi subsidi rumah sakit, dan meningkatkan kualitas generasi
pebnerus bangsa. ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional karena jika
semua ibu menyusui, diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar 8,6 milyar
yang seharusnya dipakai untuk pembelian susu formula (Roesli, 2005; Suradi, et
al., 2004).

4. Teknik Menyusui
Seorang ibu yang baru pertama kali mempunyai seorang bayi mungkin akan
mengalami masalah ketika menyusui yang sebetulnya hanya karena belum tahu
cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana. Tenaga kesehatan seharusnya
mengetahui bahwa menyusui itu merupakan proses alamiah, namun untuk
mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-
teknik menyusui yang benar.

Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri,
atau berbaring. Menyusui bayi kembar secara bersamaan dilakukan dengan
caradoublefootball position. Keberhasilan dalam menyusui memerlukan langkah
– langkah menyusui yang benar. Adapun langkah – langkah tersebut adalah:

a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada


puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat
sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
1) Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan
kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu
bersandar pada sandaran kursi.

86
2) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung
siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh
tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
3) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di
depan.
4) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak
hanya membelokkan kepala bayi)
5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
6) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang

c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah.
d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan
cara:
1) Menyentuh pipi dengan puting susu
2) Menyentuh sisi mulut bayi

87
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke mulut bayi

2) Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi,


sehingga puting susu berada di bawah langit – langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di
bawah areola
3) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau
disangga lagi.

5. Rawat Gabung dalam Proses Laktasi

88
Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah
ruang selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi sangat
besar yang meliputi:

a. Aspek fisik
Bila ibu berada dekat dengan bayinya maka ibu dapat dengan mudah
menjangkau bayinya dan menyusui setiap saat, kapan saja bayinya
menginginkan (nir-jadwal).Menyusui dini dapat merangsang kolostrum
untuk segera keluar.

b. Aspek fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayi, maka bayi dapat disusui dengan frekuensi lebih
sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, sehingga bayi
mendapatkan nutrisi alami yang terbaik.

c. Aspek psikologis
Rawat gabung menyebabkan terjalinnya proses lekat (early infant-mother
bonding) ibu dan bayi akibat sentuhan badaniah antara ibu dan bayinya. Hal
ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena
kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan
oleh bayi.Bayi yang merasa aman terlindungi merupakan dasar terbentuknya
rasa percaya diri di kemudian hari.

d. Aspek edukatif
Rawat gabung memfasilitasi ibu untuk mendapatkan pengalaman yang
berguna, yaitu mampu menyusui serta merawat bayinya sepulang dari
rumah sakit karena selama di rumah sakit, ibu akan melihat, belajar dan
mendapat bimbingan bagaimana cara menyusui yang benar, memandikan
bayi, merawat tali pusat, dll. Rawat gabung juga dapat menjadi sarana
pendidikan bagi keluarga, terutama suami dengan mengajak suami
membantu isteri dalam proses belajar menyusui. Suami akan termotivasi
untuk memberi dukungan moral bagi isterinya agar mau menyusui bayinya.

89
e. Aspek ekonomi
Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin melalui rawat gabung. Bagi
rumah bersalin pemerintah, hal tersebut merupakan suatu penghematan
anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu, dot, serta
peralatan lain yang dibutuhkan. Beban petugas kesehatan menjadi lebih
ringan karena ibu berperan lebih besar dalam merawat bayinya. Lama
perawatan ibu lebih pendek karena involusi rahim terjadi lebih cepat dan
memungkinkan tempat tidur digunakan oleh pasien lain.

f. Aspek medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah infeksi nosokomial. Perubahan
fisik atau perilaku bayi dapat diketahui lebihj cepat dan ibu deapat
menanyakan kepada petugas kesehatan apabila didapatkan hal yang dianggap
tidak wajar.

6. ASI dan Ibu Bekerja


Bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara
eksklusif setelah ibu menjalani cuti hamil selama 3 (tiga) bulan.Idealnya setiap
tempat kerja yang memperkerjakan perempuan menyediakan fasilitas yang
dapat dimanfaatkan ibu untuk penitipan bayi maupun tempat untuk memerah
ASI (Pojok Laktasi).Namun, bila tidak memungkinkan, Ibu tetap bisa
memberikan ASI kepada bayinya dengan ASI perah atau ASI pompa.

Manfaat pemerahan ASI antara lain: bayi akan tetap mendapat ASI saat ibunya
kembali bekerja, menghilangkan bendungan ASI, menjaga kelangsungan
persediaan ASI pada saat ibu sakit atau bayi sakit, menghilangkan perembesan
ASI, memudahkan bayi minum bila ASI terlalu banyak, dan untuk memberi
minum bayi dengan berta lahir rendah atau bayi sakit yang belum dapat
langsung menyusu pada ibu karena terlalu lemah.

7. Pengeluaran ASI
Pengeluaran ASI berguna untuk ibu bekerja yang akan meninggalkan bayinya di
rumah, ASI yang merembes karena payudara penuh, bayi yang mempunyai

90
masalah menghisap (BBLR), menghilangkan bendungan atau memacu produksi
ASI. Pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Pengeluaran dengan tangan


Cara ini lazim digunakan karena tidak membutuhkan sarana dan lebih
mudah.

1) Ibu diminta mencuci tangan sampai bersih


2) Ibu atau keluarganya menyiapkan cangkir/gelas bertutup yang telah
dicuci dengan air mendidih
3) Ibu melakukan massase atau pemijatan payudara dengan kedua telapak
tangan dari pangkal ke arah areola. Ibu diminta mengulngi pemijatan ini
pada sekeliling payudara secara merata.
4) Pesankan kepada ibu untuk menekan daerah areola kea rah dada dengan
ibu jari di sekitar areola bagian atas dan jari telunjuk pada sisi areola
yang lain.
5) Peras areola dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan memijat/menekan
putting karena dapat menyebabkan nyeri/lecet
6) Minta ibu mengulangi tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas. Pada
mulanya ASI tidak keluar, jangan berhenti, setelah beberapa kali maka
ASI akan keluar.
7) Pesankan kepada ibu agar mengulangi gerakan ini pada sekeliling areola
dari semua sisi sehingga yakin bahwa ASI telah diperas dari semua
segmen payudara.
b. Pengeluaran dengan pompa
Payudara bengkak/terbendung dan putting susu terasa nyeri, maka akan
lebih baik bila ASI dikeluarkan dengan pompa payudara, dengan
memberikan kompres hangat terlebih dahulu. Pengeluaran asi dengan
pompa baik digunakan bila ASI benar-benar penuh, tetapi pada payudara
yang lunak akan lebih sukar.

8. Penyimpanan ASI

91
ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat, namun ada
perbedaan lamanya penyimpanan terkait dengan tempat penyimpanan.Di
udara terbuka/bebas, ASI mampu bertahan dalam waktu 6 – 8 jam. Di lemari
es (suhu 4°C), ASI mampu bertahan selama 24 jam, sedangkan di lemari
pendingin/freezer (suhu – 18°C), ASI mampu bertahan selama 6 bulan.

ASI yang telah didinginkan tidak boleh direbus bila akan diminumkan,
karena kualitasnya akan menurun. ASI tersebut cukup didiamkan beberapa
saat di dalam suhu kamar agar tidak terlalu dingin atau dapat pula direndam
di dalam wadah yang telah berisi air panas.

9. “Ayah Menyusui”
Menurut Utami Roesli (2005), ayah merupakan bagian yang vital dalam
keberhasilan atau kegagalan menyusui. Pendapat yang salah dari para ayah
bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya merupakan salah satu factor
kegagalan menyusui. Ayah mempunyai peran yang sangat menentukan
dalam keberhasilan menyusui karena ayah akan turut menentukan
kelancaran pengeluaran ASI (let down reflex) yang sangat dipengaruhi oleh
keadaan emosi atau perasaan ibu.

Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI. Ayah cukup
memberikan dukungan emosional dan bantuan-bantuan yang praktis seperti
menyedawakan bayi, mengendong bayi dan menenangkan bayi yang gelisah,
mengganti popok, memandikan bayi, membawa jalan-jalan ke taman,
memberikan ASI perah, dan memijat bayi.

10. Lama dan Frekuensi Menyusui


Sebaiknya menyusui bayi berdasar (on demand), karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
menangis bukan karena sebab lain (misal: kencing) atau ibu sudah merasa
perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu
payudara sekitar 5 –7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam

92
waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak
teratur dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 –2 minggu kemudian.

Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi
sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan
menyusui sesuai kebutuhan bayi akan mencegah banyak masalah yang
mungkin timbul. Menyusui pada malam hari sangat berguna bagi ibu yang
bekerja karena dengan sering disusukan pada malam hari akan memacu
produksi ASI dan juga dapat mendukung keberhasilan menunda kehamilan.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya
setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara dan diusahakan sampai
payudara terasa kosong agar produksi ASI lebih baik. Setiap menyusui
dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama menyusui
sebaiknya menggunakan Bra yang menyangga payudara, tetapi tidak terlalu
ketat atau justru menekan payudara.

REFERENSI
Pilliteri, A. (2003). Maternal & child health nursing: care of the childbearing
family. (4thed.). Philadelphia: Lippincott
Reeder, S.J., Martin, L.L., & Koniak, D. (1999).Maternity nursing, family,
newborn & women health. Philadelphia: Lippincott
Roesli, U. (2005). Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya
Roesli, U. (2005). Panduan praktis menyusui, dukung bunda memberikan yang
terbaik bagi si buah hati. Jakarta: Puspa Swara
Suradi, R., Kristina, H., Sidi, I.P.S., Masuara, S.(2004). Bahan bacaan manajemen
laktasi. Cetakan ke-2. Jakarta: Program manajemen laktasi
perkumpulan perinatologi Indonesia
Swasono, M.H. (1998). Kehamilan, kelahiran, perawatan ibu dan bayi dalam
konteks budaya. Jakarta: UI Press

93
CHEKLIST PENILAIAN MANAJEMEN LAKTASI

Raw Score Critically Difficult Score


Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
Pre interaksi Membaca basmalah 1 2 1 2 2
Membaca catatan rekam medis 1 2 1 2 2
Mencuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Menyiapkan alat: 1 3 1 3 3
Handuk, baskom, bantal, minyak kelapa
atau baby oil
Fase Ucapkan salam dan perkenalan diri 2 1 1 1 2
Orientasi Klarifikasi nama, umur dan alamat pasien 3 3 1 3 9
Menjelaskan tujuan dan prosedur 2 2 1 2 4
Kontrak waktu 1 1 1 1 1
Memberikan kesempatan klien untuk 1 1 1 1 1
bertanya sebelum kegiatan dimulai
Menutup pintu/tirai untuk privasi klien 1 2 1 2 2
Fase Kerja Cuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit 2 3 1 6 6
kemudian dioleskan pada puting susu dan
areola sekitarnya
Bayi diletakkan menghadap perut 3 3 1 9 9
ibu/payudara:

94
Raw Score Critically Difficult Score
Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
a. Ibu duduk atau berbaring santai. Bila
duduk lebih baik menggunakan kursi yang
rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan
punggung ibu bersandar pada sandaran
kursi.
b. Bayi dipegang dengan satu lengan,
kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu
dan bokong bayi terletak pada lengan.
Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan
ibu
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang
badan ibu, dan yang satu di depan
Pastikan posisi bayi benar: 4 3 2 24 24
a. Telinga dan bahu bayi terletak pada
satu garis lurus
b. Wajah bayi menghadap payudara ibu
dan hidungnya berhadapan dengan puting
ibu
c. Badan bayi dekat dengan badan bayi
d. Ibu menatap bayi dengan penuh kasih
saying
Pastikan cara menyangga payudara ibu 3 2 2 12 12
benar:
a. Jari–jari diletakkan pada dinding dada di
bawah payudara

95
Raw Score Critically Difficult Score
Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
b. Jari telunjuk menyangga payudara
c. Ibu jari diatas payudara, dan jari–jari ibu
tidak boleh terlalu dekat dengan putting
Bayi diberi rangsangan untuk membuka 1 3 1 3 3
mulut dengan menyentuh bibir bayi
dengan putting ibu
- Setelah bayi membuka mulut, dengan 3 2 2 12 12
cepat kepala bayi didekatkan ke payudara
ibu dengan putting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi
- Usahakan sebagian besar areola dapat
masuk ke dalam mulut bayi, sehingga
puting susu berada di bawah langit – langit
dan lidah bayi akan menekan ASI keluar
dari tempat penampungan ASI yang
terletak di bawah areola
- Setelah bayi mulai menghisap, payudara
tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
Pastikan pelekatan bayi benar: 4 3 1 12 12
- Tampak lebih banyak aerola diatas
bibir
- Mulut bayi terbuka lebar
- Bibir bawah bayi terputar/terlipat
keluar
- Dagu bayi menempel pada payudara
Ketika menyusui selesai, lepaskan putting 1 3 1 3 3

96
Raw Score Critically Difficult Score
Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
bayi dengan meletakkan jari kelingking ibu
ke ujung mulut bayi atau menekan dagu
kebawah
Menyendawakan bayi dengan meletakkan 2 3 1 6 6
bayi pada punggung ibu, kemudian
menepuk – nepuk ringan punggung bayi
Mencuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Melakukan pendidikan kesehatan: 2 2 1 4 4
- Makanan/nutrisi yang penting untuk
ibu menyusui sayuran hijau (daun katuk
dsb)
- Anjuran untuk menyusui sesuai ajaran
islam yaitu sampai bayi berumur 2 tahun
Terminasi Evaluasi perasaan klien 1 1 1 1 1
Memberikan reinforcement 1 1 1 1 1
Berikan pendidikan kesehatan terkait 1 3 1 3 3
laktasi
Mencuci tangan6 langkah 1 3 1 3 3
Memberikan salam 1 1 1 1 1
Hamdalah 1 2 1 1 2
Dokumentasi Nama, umur dan alamat pasien 5 3 1 15 15
Diagnosa Keperawatan
Tindakan keperawatan
Evaluasi
Tanggal, jam, nama dan tanda tangan

97
Raw Score Critically Difficult Score
Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
perawat
Sikap Empati 3 2 1 6 6
Teliti
Memperhatikan keamanan pasien
TOTAL 158
NILAI = SCORE/TOTAL SCORE X 100

Nilai Akhir: Actual Score X 100 = Actual Score X 100 =..............................


Max Score 158

Nilai batas lulus ≥ 75

Keterangan:
Raw Score Critically level Difficulty level
0-Tidak dilakukan 1- kurang kritikal 1- Kurang sulit
1- Melakukan 1 2- Kritikal 2- Sulit
2- Melakukan 2 3- Sangat kritikal 3- Sangat suli
3- Melakukan 3
4- Melakukan 4
5- Melakukan 5

98
PIJAT OKSITOSIN

Penyusun:
Riski Oktafia, M.Kep., Sp.Kep.Mat
Yuni astuti, M.Kep., Sp.Kep.Mat

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik
fisik, psikososial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur
kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI
mencakup hampir 200 unsur zat makanan. Pada persalinan tindakan seksio sesarea
seringkali ibu mengalami kesulitan dalam memberikan ASI kepada bayinya segera
setelah lahir, terutama jika ibu diberikan anestesi umum. Ibu relatif tidak dapat
menyusui bayinya di jam pertama setelah bayi lahir. Kondisi luka operasi di bagian
perut membuat proses menyusui sedikit terhambat. Seksio sesarea ialah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus.

Beberapa masalah yang terjadi pada ibu setelah menjalani operasi seksio sesarea
seperti tindakan anastesi, mobilisasi terganggu, ADL terganggu, serta pemberian ASI
langsung setelah melahirkan tidak terpenuhi yang akan mempengaruhi proses
menyusui. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang
tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelimakeenam dan merupakan
usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan.

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran


produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan padasepanjang tulang belakang
(vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenamdan merupakan usaha untuk
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003;
Indiyani, 2006; Yohmi & Roesli, 2009).

99
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down.
Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat oksitosin adalah
memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),
mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone oksitosin, merangsang
kontraksi uterus, dan mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit
(Depkes RI, 2007).

Pijat oksitosin dapat dilakukan oleh suami atau keluarga pada ibu menyusui yang
berupa back massage pada punggung ibu untuk meningkatkan pengeluaran hormon
oksitosin. Pijat oksitosin yang dilakukan oleh suami akan memberikan kenyamanan
pada ibu sehingga akan memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui.
Langkah pijat oksitosin:
a. Membangkitkan rasa percaya diri ibu
b. Kaji puting dan payudara
c. Melepaskan baju ibu bagian atas dan BH
d. Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa juga dengan
posisi duduk
e. Memasang handuk
f. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil
g. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua
kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan
h. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakangerakan
melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya
i. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah bawah, dari
leher ke arah tulang belikat, selama 2-3 menit
j. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
k. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara
bergantian.

100
101
CHEKLIST PENILAIAN PIJAT OKSITOSIN

Raw Score Critically Difficult Score


Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
Pre Membaca basmalah 1 2 1 2 2
interaksi Membaca catatan rekam medis 1 2 1 2 2
Cuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Menyiapkan alat:
Handuk, bantal, minyak kelapa atau baby oil, 1 1 1 1 1
2 kom kecil, waslap
Fase Ucapkan salam dan perkenalkan diri 2 1 1 1 2
Orientasi Klarifikasi nama, umur dan alamat pasien 3 3 1 3 9
Menjelaskan tujuan dan prosedur 2 1 1 2 4
Kontrak waktu 1 1 1 1 1
Memberikan kesempatan pasien untuk
1 1 1 1 1
bertanya
Menutup pintu/tirai untuk privasi pasien 1 2 1 2 2
Cuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Melepaskan baju ibu bagian atas 1 2 1 2 2
Memposisikan ibu duduk rileks bersandar
kedepan, tangan dilipat diatas meja dengan
2 3 2 12 12
Fase Kerja kepala diletakkan diatasnya dan payudara
dibiarkan menggantung tanpa BH
Memasang handuk di pangkuan ibu 1 2 1 2 2
Melumuri kedua telapak tangan dengan
1 3 1 3 3
minyak kelapa,minyak zaitun atau baby oil

102
Raw Score Critically Difficult Score
Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang
ibu dengan menggunakan ibu jari (dua
kepalan tangan dengan ibu jari menghadap
kedepan) dari 3 jari dibawah punuk ibu 1 3 3 9 9
hingga sebatas tali BH dengan membentuk
gerakan melingkar kecil-kecil selama 15-30
menit
Membersihkan punggung ibu dengan waslap
2 2 1 4 4
air hangat dan dingin secara bergantian
Mencuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Memberikan pendidikan kesehatan
Nutrisi/makanan yang dapat memperbanyak 1 2 1 2 2
produksi ASI
Terminasi Evaluasi perasaan klien 1 1 1 1 1
Memberikan reinforcement 1 1 1 1 1
Berikan pendidikan kesehatan terkait laktasi 1 3 1 3 3
Mencuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Memberikan salam 1 1 1 1 1
Hamdalah 1 2 1 1 2
Nama, umur dan alamat pasien 5 3 1 15 15
Diagnosa Keperwatan
Dokumentasi Tindakan keperawatan
Evaluasi
Tanggal, jam, nama dan tanda tangan perawat

103
Raw Score Critically Difficult Score
Performance
Prosedur Actual Maxi
criteria 0 1 2 3 4 5 1,2,3 1,2,3
(RxCxD) Score
Sikap Empati
Teliti 3 2 1 6 6
Memperhatikan keamanan pasien
TOTAL 99
NILAI = SCORE/TOTAL SCORE X 100

Nilai Akhir: Actual Score X 100 = Actual Score X 100 =..............................


Max Score 99

Nilai batas lulus ≥ 75

Keterangan:
Raw Score Critically level Difficulty level
0-Tidak dilakukan 1- kurang kritikal 1- Kurang sulit
1- Melakukan 1 2- Kritikal 2- Sulit
2- Melakukan 2 3- Sangat kritikal 3- Sangat suli
3- Melakukan 3
4- Melakukan 4
5- Melakukan 5

104
MEMANDIKAN BAYI DAN PERAWATAN TALI PUSAT

Oleh:

Rahmah, S.Kep.,Ns.,M.Kep, Sp.Kep.An

Nur Azizah Indriastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Kasus

Seorang bayi, usia 3 hari lahir dari seorang ibu dengan dua anak. Perawat memandikan
bayi dengan cara mandi seka (tepid sponge) dan tali pusat dibersihkan dengan air steril
tanpa ditutup kassa. Ibu merasa tidak puas karena memandikan bayi dan perawatan tali
pusat dilakukan oleh perawat, berbeda dengan pengalaman saat melahirkan anak
pertamanya yaitu tali pusat ditutup dengan kassa alkohol. Setelah itu, perawat.
menjelaskan kembali cara memandikan bayi dan perawatan tali pusat.

Materi

Memandikan bayi dan perawatan tali pusat merupakan salah satu tindakan untuk
memelihara kebersihan personal dan pencegahan infeksi khususnya pada bayi baru lahir
(neonatus). Pada saat perawat memandikan bayi, orang tua harus mendapatkan
kesempatan atau berpartisipasi dalam mendemonstrasikan teknik memandikan bayi dan
perawatan tali pusat yang benar sebelum pulang kerumah. Selain itu orang tua diajarkan
untuk mengenali tanda-tanda infeksi lokal pada bayi muda pada saat memandikan bayi.
Penilaian terhadap infeksi lokal adalah dengan melihat adanya pustul di kulit atau adanya
mata bernanah atau pusar kemerahan atau bernanah.

Prinsip memandikan bayi adalah dimulai dari daerah yang paling bersih ke daerah
yang paling kotor (genital dan daerah perianal dibersihkan terakhir), perawatan khusus
dilakukan pada daerah lipatan kulit, orang tua juga dijelaskan juga bahwa teknik mandi
seka (sponge bath) harus diteruskan sampai tali pusat putus da tidak ada tanda-tanda
infeksi pada umbilicus.

Tujuan memandikan dan perawatan tali pusat bayi

Tujuan dari memandikan dan perawatan tali pusat bayi adalah

Blok Keperawatan Maternitas tahun ajar 2019/2020


1. Membersihkan kulit dari darah dan cairan amnion terutama pada bayi baru lahir
(neonatus)
2. Mempertahankan kebersihan diri sehari-hari, memungkinkan perawat atau
keluarga untuk observasi keadaan kulit bayi dan mengenali adanya tanda infeksi
lokal
3. Mengajarkan orang tua/keluarga cara memandikan bayi dan perawatan tali pusat.
Learning Objective

Pada akhir bab ini mahasiswa mampu :

1. Menjelaskan tujuan memandikan dan perawatan tali pusat pada bayi dengan benar.
2. Menjelaskan memandikan dan perawatan tali pusat bayi dengan tepat
3. Menjelaskan tanda-tanda infeksi lokal pada bayi
4. Mendemonstrasikan prosedur memandikan dan perawatan tali pusat pada bayi

Learning Outcome

Pada akhir bab ini mahasiswa mampu :

1. Mendemonstrasikan prosedur memandikan dan perawatan tali pusat pada bayi


yang dimulai dari tahap pra interaksi, orientasi, kerja, terminasi dan dokumentasi.
2. Mendemonstrasikan dokumentasi tindakan yang dilakukan.
3. Menganalisis kemampuan melakukan prosedur atau tindakan memandikan dan
perawatan tali pusat pada bayi
4. Menunjukkan sikap mendukung untuk menerapkan tindakan memandikan dan
perawatan tali pusat pada bayi

Tinjauan Teori

1. Memandikan Bayi
Masalah keperawatan yang mungkin muncul selama merawat bayi baru lahir adalah
gangguan mempertahankan kebersihan diri karena kurangnya pengetahuan orang
ta tentang cara memandikan bayi baru lahir, hipotermia, dan resiko infeksi terutama
pada kulit, mata, dan tali pusat. Selama melakukan prosedur memandikan pada
bayi, perawat, dapat mengobservasi tanda0tanda infeksi bakteri lokal antara lain:
a. Adanya pustul dikulit
Periksa seluruh badan bayi apakah ada tanda/gejala bercak merah atau
benjolan yang berisi nanah di kulit. Pustul sering ditemukan pada daerah
yang tertutup, misalnya lipatan leher dan ketiak.
b. Adanya nanah pada mata

Blok Keperawatan Maternitas tahun ajar 2019/2020


Mata bayi baru lahir yang bernanah merupakan tanda infeksi mata. Berat
ringan infeksi tersebut dapat dilihat dari banyaknya produksi nanah dan
bengkak pada mata bayi.
c. Adanya kemerahan atau nanah pada pusar
Perawat atau orang tua dapat memeriksa tali pusat bayi apakah ada
kemerahan, dan apakah kemerahan tersebut sampai ke kulit perut dan
berbau busuk. Pusar yang infeksi, di daerah pangkal tali pusat biasanya
kemerahan, mengeluarkan nanah, atau pusar berbau. Jika warna kemerahan
meluas sampai ke kulit daerah perut (abdomen) berarti bayi mengalami
infeksi berat.
Terdapat beberapa teknik memandikan bayi yaitu dengan cara rendam dan
seka (sponge bath). Sponge bath/ mandi seka adalah salah satu teknik yang
digunakan untuk memandikan bayi dengan membasuh seluruh bagian tubuh dari
kepala sampai ujung kaki tanpa dimasukkan dalam bak mandi/rendam. Sponge bath
dilakukan pada bayi sampai tali pusat mengering dan putus. Dengan metode ini bayi
sudah mendapatkan perawatan kebersihan yang adekuat. Disamping itu, juga
menjaga keadaan tali pusat agar tidak basah dan membantu proses pengeringan tali
pusat.

Saat perawat memandikan bayi, orang tua harus mendapatkan kesempatan


atau berpartisipasi dalam mendemonstrasikan teknik sponge bath dan mandi
rendam sebelum pulang ke rumah. Jika kesempatan untuk memandikan bersama
orang tuahanya satu kali, perawat dapat menggabungkan demonstrasi dan diskusi
pada saat memandikan bayi berikutnya jika diperlukan perawat hanya memberikan
dukungan dan menjadi asisten. Orang tua harus dijelaskan prinsip-prinsip
memandikan adalah prosedur memandikan bayi, orang tua juga harus dijelaskan
juga bahwa teknik sponge bayh harus diteruskan sampai tali pusat putus dan tidak
ada tanda-tanda infeksi pada umbilicus.

2. Perawatan Tali Pusat


Tali pusat merupakan hubungan vital antara ibu dan bayi melalui plasenta.
Setelah bayi lahir tali pusat dipotong, secara mendadak tali pusat tidak mendapat
aliran darah dan menjadi kering. Pengeringan tali pusat dipermudah karena
terpapar udara. Dalam 24 jam warna putih tali pusat menghilang dan berubah
menjadi kuning kecoklatan dan akan mengering atau kehitaman dan kaku
(gangren). Tali pusat yang dalam keadaan lembab dan tidak dilakukan perawatan
yang bersih, merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman. Menjaga
tali pusat tetap kering dan bersih merupakan salah satu upaya pencegahan infeksi
melalui tali pusat.

Blok Keperawatan Maternitas tahun ajar 2019/2020


Pelepasan tali pusat dimulai dengan timbulnya peradangan diperbatasan tali
pusat dan perut yaitu timbulnya infiltrasi leukosit. Selama proses pelepasan normal,
terkumpul material mukoid yang kusam diperbatasan tersebut, tampak beberapa
hari kemudian akan terlepas meninggalkan luka kecil dengan granulasi yang telah
tumbuh. Lepasnya tali pusat biasanya terjadi dalam waktu 5 – 15 hari.

Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi, salah satu caranya yaitu melalui
infeksi tali pusat yang merupakan penyebab kesakitan dan kematian terbesar di
negara berkembang. Oleh karena itu tujuan perawatan tali pusat adalah untuk
mencegah dan mengidentifikasi secara dini perdarahan dan mempercepat
peluruhan tali pusat (Depkes RI, 1977). Tanda dan gejala yang harus diwaspadai
bila pada tali pusat merah dan bengkak adalah mengeluarkan nanah dan berbau
busuk, tetapi kemerahan dan pembengkakan terbatas pada daerah kurang dari 1
cm, obati sebagai infeksi tali pusat lokal atau terbatas. Sedangkan jika kulit di sekitar
tali pusat merah dan mengeras atau bayi dalam keadaan distensi abdomen, obati
sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas.

Panjang tali pusat yang disisakan sehabis dipotong dianjurkan 2-3 cm.
Beberapa peneliti menganjurkan sisa tali pusat sebanyak 3-4 cm dari dinding
abdomen untuk mencegah terikatnya sebagian gud yang masuk umbilikus
walaupun kasusnya jarang. Bila tali pusat terlalu panjang dikhawatirkan sulit
menjaga kebersihan, mudah terkena feses, dan air kencing bayi. Prinsip perawatan
tali pusat yang direkomendasikan WHO (1998) yaitu berdasarkan prinsip asepsis
dan kering.

Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir sangat beragam dan sampai saat ini
belum ada satupun metode yang paling baik dan efektif. Berikut beberapa
rekomendasi dan studi mengenai prinsip-prinsip perawatan tali pusat:

a. Alat/Media yang Digunakan untuk Membersihkan Tali Pusat


Menurut WHO (1998) penggunaan air steril untuk perawatan tali pusat tidak
merusak flora normal sekitar tali pusat karena tidak mengandung antiseptik.
Pemakaian antimikroba topikal ditentukan berdasarkan pertimbangan kondisi
lingkungan setempat, seperti bayi yang sedang dirawat di ruang intensif atau di
bangsal perawatan bayi dan budaya setempat yang biasa menggunakan ramuan
tradisional untuk merawat tali pusat. Pemakaian antibiotik topikal berdasarkan
beberapa penelitian di negara berkembang dapat menurunkan kolonisasi bakteri
patogen disekitar umbili yang dianggap cukup efektif antara lain chlorexidin, iodine
tinture, povidone iodine, triple dye (brilliant green 2,29gram, provaline hemisulfat
1,14gram, crystal violet 2,29 gram dan air hingga 100 ml), dan silver sulvadiazine.

Blok Keperawatan Maternitas tahun ajar 2019/2020


Penelitian mengenai chlorexidin dan salicylic sugar powder pada bayi
prematur didapatkan data bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna yaitu
kelompok bayi yang mendapat salicylic sugar powder waktu pelepasan tali pusat
lebih pendek dibandingkan chlorexidin (Pezzati, et.al, 2003). Alkohol sebagai
antiseptik dianggap memperlambat lepasnya tali pusat karena merusak flora
normal di sekitar tali pusat diikuti penurunan fungsi kemoaksis leukosit sehingga
pemakaiannya tidak dianjurkan lagi. Bukti lain menjelaskan bahwa pemakaian
alkohol sedikit efektif melawan bakteri dibandingkan dengan antimikroba (Dore,
et.al, 1998; Medves & O’Brian, 1997).

Pendapat lain menurut Depkes (1997) tali pusat dapat dibersihkan dengan
air hangat atau alkohol 70%. Hasil penelitian Subagyo (2003) didapatkan waktu
pelepasan tali pusat pada bayi normal yang menggunakan air steril lebih cepat
dibandingkan povidone iodine 10% dan alkohol 70%. Sedangkan Widowati (2003)
menyimpulkan waktu pelepasan tali pusat lebih cepat pada bayi yang dirawat
dengan menggunakan kolostrum dibandingkan alkohol 70%. Sedangkan penelitian
Wijayanti (2006) pada BBLRdidapatkan perbedaan waktu pelepasan tali pusat
antara BBLR yang mendappat air steril dan alkohol dimana BBLR dengan air steril
lebih cepat waktu pelepasan tali pusatnya.

Penelitian lainnya yang dikembangkan oleh Gulsen et.al (2006)


menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara pemakaian ASI,
povidone iodine dan air steril (perawatan kering) tetapi pada kelompok bayi yang
mendapatkan ASI dan perawatan kering, waktu pelepasan tali pusat lebih pendek
dibandingkan kelompol povidone iodine. Pemakaian ASI untuk perawatan tali pusat
memang termasuk tradisional, seperti di Kenya yang diyakini dapat mempercepat
proses penyembuhan tali pusat.

Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat adalah cara
perawatan yang tidak bersih dan pemberian ramuan tradisional meningkatnya
terjadinya kejadian tetanus pada bayi baru lahir (WHO, 1998). Cara lain yang
dikembangkan oleh Depkes dan WHO (2005) menyatakan bahwa jika tali pusat
kotor atau basah, segera cuci dengan air Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT) yaitu
dengan mendidihkan air selama 20 menit atau dengan air matang dan sabun.
Selanjutnya keringkan dengan kain bersih dan biarkan kering.

Berdasarkan beberapa data Cohrane database of Systematic Reviews dapat


disimpulkan bahwa bukti-bukti tentang praktik terbaik untuk perawatan tali pusat
di negara berkembang belum banyak diyakinkan, hal penting yang dilakukan adalah
menjaga tali pusat dalam kieadaan bersih dan kering (Zupan & Gamer, 1999).

Blok Keperawatan Maternitas tahun ajar 2019/2020


b. Prinsip-prinsip dalam perawatan tali pusat yang direkomendasikan berdasarkan
hasil beberapa studi:
1. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum dan sesudah melakukan
perawatan
2. Bayi baru lahir diletakkan di tempat yang bersih dan kering pada saat tali pusat
dipotong dengan alat yang tajam dan steril
3. Menjaga tali pusat tetap kering dengan membiarkan tetap terpapar udara, bila
perlu tali pusat dicuci dengan air bersih dan sabun kemudian dikeringkan
4. Jika basah atau kotor, segera cuci dengan air DTT, yaitu dengan mendidihkan air
selama 20 menit atau dengan air matang dan sabun. Selanjutnya keringkan
dengan kain bersih dan biarkan kering.
5. Dilarang membubuhkan abu dapur, ramu-ramuan dan sebagainya pada tali
pusat sebab dapat mengakibatkan infeksi dan tetanus pada bayi baru lahir yang
dapat menyebabkan kematian.
6. Popok harus dilipat dibawah tali pusat untuk menghindari persentuhan tali
pusat dengan media yang kotor
7. Hindari penggunaan koin, perban atau benda lainnya untuk menutupi tali pusat.
8. Jangan gunakan alat perawatan tali pusat secara bergantian antara bayi satu
dengan yang lain
9. Lakukan segera perawatan tali pusat gabung dalam 24 jam bila bayi dan ibu
dalam keadaan sehat
10. Dorong adanya kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi untuk meningkatkan
kolonisasi bakteri non patogen yang berasal dari flora kulit ibu.
11. Dorong pemberian dan peningkatan frekuensi ASI dini yang dapat memberikan
antibodi pada bayi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Dari beberapa prinsip tersebut diatas, berikut langkah-langkah perawatan tali pusat
pada bayi normal tanpa adanya infeksi dari persiapan hingga dokumentasi.

Bila ditemukan adanya infeksi tali pusat lokal atau terbatas perlu
diperhatikan beberapa hal berikut:
1. Bersihkan tali pusat dengan menggunakan larutan antiseptik (misal, chlorhexidine
atau povidon iodine 2,5%) dengan kain kassa bersih.
2. Olesi tali pusat dan daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (misalnya, Gentian
Violet 0,5%) sampai delapan kali sehari sampai tidak ada nanah pada tali pusat.
Anjurkan ibu melakukan ini kapan saja bila memungkinkan
3. Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas hingga melebihi 1 cm, obati
sesuai dengan prosedur perawatan pada infeksi tali pusat berat atau meluas

Perawatan pada infeksi tali pusat berat atau meluas:


1. Ambil sampel darah ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas

Blok Keperawatan Maternitas tahun ajar 2019/2020


2. Beri Kloksasilin peroral sesuai selama 5 hari
3. Jika terdapat pustula/lepuh kulit, obati sesuai aturan
4. Identifikasi tanda-tanda sepsis
5. Lakukan perawatan seperti dijelaskan pada infeksi tali pusat lokal atau terbatas

Untuk meningkatkan proses pengeringan dan penyembuhan tali pusat, pada saat
memandikan bayi dianjurkan untuk tidak merendam sampai tali pusat putus dan umbilikus
sembuh. Orangtua dapat menggunakan metode sponge bathsampai jaringan granulasi
menutupi bagian tali pusat yang lepas. Penutupan tali pusat tidak dianjurkan karena akan
memperlambat proses pengeringan. Warna merah dan pengeluaran bau yang tidak sedap
di sekitar umbilikus harus diperhatikan dan dilaporkan untuk mendapatkan pengobatan
dan perawatan lebih lanjut.

Persiapan alat:
1. Termometer tubuh dan termometer air
2. Handuk dan waslap bersih
3. Sabun dan shampoo bayi
4. Air steril
5. Cotton bud atau kapas bersih
6. Kapas untuk membersihkan daerah perineal(jika bayi BAK/BAB)
7. Waskom atau bath-tub
8. Bengkok
9. Air hangat
10. Popok dan pakaian bersih
11. Keranjang/plastik pakaian kotor

Prosedur memandikan bayi


I. Tahap Prainteraksi
1. Baca catatan keperawatan dan medis klien
2. Rencanakan mandi sesuai dengan pola makan dan tidur. Memandikan bayi baru
lahir pada pertengahan waktu makan memiliki beberapa keuntungan seperti
bayi akan siap selama prosedur
3. Siapkan ruangan
4. Tetapkan tujuan dilakukannya prosedur
5. Siapkan peralatan
6. Cuci tangan

II. Tahap Orientasi


1. Berikan salam dan panggil klien (bayi dan orangtua jika ada) sesuai dengan
namanya

Blok Keperawatan Maternitas tahun ajar 2019/2020


2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien dan keluarga
3. Berikan privacy

III. Tahap Kerja


1. Berikan kesempatan keluarga bertanya sebelum kegiatan dilakukan
2. Kaji suhu tubuh serta tanda dan gejala adanya sitres pernafasan
3. Memandikan:
a. Pastikan bayi dalam posisi nyaman dalam pegangan atau berbaring dalam
incubator
b. Periksa kembali temperatur air dengan suhu 37oC-38oC (hangat-hangat
kuku). Air dalam waskom hanya digunakan untuk menyeka (sponge bathing)
dan membersihkan rambut.
c. Mulai memandikan dengan mengusap mata dari kantus dalam ke luar.
Gunakan air bersih dan sisi waslap yang lain untuk tiap-tiap mata.
d. Bersihkan wajah dengan lembut. Gunakan air biasa/tanpa menggunakan
sabun
e. Membersihkan rambut:
 Pegang bayi dengan aman, gunakanfootball hold, basahi rambut dengan air
secara lembut (lihat gambar)
 Usapkan shampoo (jika diperlukan) dengan menggunakan lap. Bilas
rambut dan keringkan kulit kepala dengan cepat
 Bersihkan telinga luar dengan gerakan memutar dan gunakan bagian yang
berbeda untuk masing-masing telinga
f. Membersihkan telinga luar, bersihkan dengan gerakanmemutar dan gunakan
bagian yang berbeda untuk setiap telinga
g. Membersihkan tubuh dan ekstremitas
 Setelah melepas selimut mandi/pakaian bayi, bersihkan leher, dada,
lengan, dan punggung dengan cara yang sama
 Bersihkan tubuh dengan sabun dan air, bilas dengan hati-hati dan
keringkan bagian tubuh yang dibersihkan sebelum berpindah ke bagian
tubuh yang lain
h. Membersihkan genitalia
 Bayi perempuan: bersihkan labia secara perlahan dengan arah dari depan
ke belakang
 Bayi laki-laki: tarik kulup dengan lembut dan sejauh-jauhnya, bersihkan
ujung glands dengan gerakan memutar dan kembalikan kulup dengan
segera setelah dibersihkan
i. Bersihkan dan leringkan daerah perineal
j. Tidak dianjurkan menggunakan bedak, minyak, atau lotion pada kulit bayi

Blok Keperawatan Maternitas tahun ajar 2019/2020


k. Gunakan air steril untuk perawatan tali pusat, jika perlu angkat tali pusat
agar perawatan lebih adekuat. Bersihkan tali pusat dari perlekatan tali pusat
dan abdomen ke ujung potongan tali pusat. Biarkan tali pusat dalam keadaan
kering dan terbuka
l. Gunakan popok dengan lipatan ke depandan berada di bawah tali pusat,
biarkan tali pusat dalam keadaan terbuka
m. Gunakan pakaian bayi yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungan

IV. Tahap Terminasi


1. Bersihkan dan kembalikan peralatan mandi, rapikan ruangan senyaman
mungkin dan kembalikan alat-alat pada tempat semula
2. Perhatikan respon klien dan buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
3. Cuci tangan
4. Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan

V. Dokumentasi
Catat waktu, respon serta temuan penting setelah tindakan seperti tanda gejala
hipotermi atau distres pernafasan.

Blok Keperawatan Maternitas tahun ajar 2019/2020


CHECKLIST MEMANDIKAN BAYI DAN PERAWATAN TALI PUSAT

Raw Skor Critically Difficulty Score


No. Prosedur Actual Maxi
0 1 2 3 4 5 6 1,2,3 1,2,3
RxCxD score
TAHAP Membaca basmallah 1 2 1 2 2
PRAINTERAKSI Membaca catatan rekam medis untuk 1 2 1 2 2
meyakinkan bahwa bayi siap dimandikan
Cek waktu terakhir bayi makan 1 2 1 2 2
Cek suhu bayi terakhir diukur 1 2 1 2 2
Menyiapkan alat: 1 3 1 3 3
Kapas, air hangat, handuk, baju ganti bayi,
sabun
Cuci tangan dengan 6 langkah 1 3 1 3 3
TAHAP Ucapkan salam dan perkenalan diri 2 1 1 2 2
ORIENTASI Klarifikasi nama, umur dan alamat pasien 4 3 1 12 12
Jelaskan tujuan dan prosedur 3 2 1 6 6
Kontrak waktu 1 1 1 1 1
Berikan kesempatan pasien untuk bertanya 1 1 1 1 1
Menutup pintu dan jendela untuk menjaga 1 2 1 2 2
kehangatan bayi
TAHAP KERJA Cuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Kaji kondisi bayi secara umum 1 2 1 2 2
Matikan kipas angin atau AC 1 1 1 1 1
Pasang matras dan dekatkan handuk, baju 4 2 1 8 8
dan diapers
Pastikan bayi dalam posisi nyaman dalam 1 3 1 3 3

Blok Keperawatan Maternitas tahun ajar 2019/2020


Raw Skor Critically Difficulty Score
No. Prosedur Actual Maxi
0 1 2 3 4 5 6 1,2,3 1,2,3
RxCxD score
pegangan atau terbaring dalam inkubator
Bersihkan bayi terlebih dahulu jika diapers 1 1 1 1 1
penuh
Kaji tanda vital dan cek kembali suhu air 2 3 1 6 6
(37oC-38oC). (hangat-hangat kuku).
*Air dalam waskom hanya digunakan
untuk menyeka (sponge bathing) dan
membersihkan rambut.
Membersihkan wajah: 5 3 2 30 30
 Pegang bayi dengan satu tangan
 Mulai memandikan dengan mengusap
mata dari kantus dalam ke luar.
Gunakan air bersih dan sisi waslap
yang lain untuk tiap-tiap mata.
 Bersihkan dahi mulai dari garis tengah
dahi ke sisi kanan kemudian kembali
ke telinga. Ulangi untuk sisi yang kiri
 Bersihkan pipi dari hidung ke arah pipi
kanan kemudian ke depan telinga dan
ke bawah daun telinga. Ulangi untuk
sisi kiri
 Bersihkan mulut bayi dari kanan atau
kiri bibir atas kemudian ke sekitar
mulut sampai kembali ke titik awal
(melingkar)

Blok Keperawatan Maternitas tahun ajar 2019/2020


Raw Skor Critically Difficulty Score
No. Prosedur Actual Maxi
0 1 2 3 4 5 6 1,2,3 1,2,3
RxCxD score
Membersihkan rambut: 5 3 2 30 30
 Pegang bayi dengan aman, gunakan
football hold
 Basahi rambut dengan air secara lembut
 Usapkan shampoo (jika diperlukan)
dengan menggunakan washlap
 Bilas rambut dan keringkan kulit kepala
dengan cepat.
 Bersihkan telinga luar dengan gerakan
memutar dan gunakan bagian yang
berbeda untuk masing-masing telinga
Lepaskan baju bayi satu persatu 1 2 1 2 2
Membersihkan tubuh dan ekstremitas 6 3 2 36 36
 Bersihkan leher, ketiak, tangan dan jari,
dada, abdomen, pangkal paha, dan kaki
 Bersihkan punggung dengan memegang
bayi pada bahu dan ketiak
 Bersihkan tubuh dengan sabun dan air,
bilas dengan hati-hati dan keringkan
bagian tubuh yang dibersihkan sebelum
berpindah ke bagian tubuh yang lain
Membersihkan genitalia 2 3 2 12 12
 Bayi perempuan: bersihkan labia
mayora kemudian minora secara
perlahan dengan arah dari depan ke

Blok Keperawatan Maternitas tahun ajar 2019/2020


Raw Skor Critically Difficulty Score
No. Prosedur Actual Maxi
0 1 2 3 4 5 6 1,2,3 1,2,3
RxCxD score
belakang
 Bayi laki-laki: tarik kulup dengan
lembut dan sejauh-jauhnya, bersihkan
ujung glands dengan gerakan memutar
dan kembalikan kulup dengan segera
setelah dibersihkan
Tempatkan bayi di atas handuk kemudian 2 2 1 4 4
keringkan bayi segera
Memakaikan baju bayi sesuai kondisi bayi 1 2 1 2 2
dan lingkungan
Perawatan tali pusat (terbuka): 3 3 2 18 18
 Lipat popok ke bawah
 Inspeksi area umbilicus apakah ada
kemerahan, keluar cairan dan bau tidak
sedap
 Gunakan air bersih untuk perawatan
tali pusat, kemudian keringkan pakai
kassa
Cuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
Berikan Pendidikan kesehatan kepada 1 3 1 3 3
orang tua: menjaga kebersihan daerah
umbilical
TAHAP Evaluasi respon bayi/keluarga terhadap 1 1 1 1 1
TERMINASI prosedur yang dilakukan
Kesimpulan kegiatan 1 1 1 1 1

Blok Keperawatan Maternitas tahun ajar 2019/2020


Raw Skor Critically Difficulty Score
No. Prosedur Actual Maxi
0 1 2 3 4 5 6 1,2,3 1,2,3
RxCxD score
Berikan reinforcement positif 1 1 1 1 1
Kontrak waktu pertemuan selanjutnya 1 1 1 1 1
Rapikan alat 1 1 1 1 1
Cuci tangan 6 langkah 1 3 1 3 3
DOKUMENTASI Nama, umur dan alamat pasien 5 3 1 15 15
Diagnosa keperawatan
Tindakan keperawatan
Evaluasi
Tanggal, jam, nama dan tanda tangan
perawat
SIKAP Empati 3 2 1 6 6
Teliti
Memperhatikan keamanan pasien
TOTAL SKOR 230
NILAI: SCORE/TOTAL SCORE X 100
Nilai Akhir: Actual Score X 100 = Actual Score X 100 =..............................
Max Score 230

Nilai batas lulus ≥ 75

Keterangan:
Raw Score Critically level Difficulty level
0-Tidak dilakukan 1- kurang kritikal 1- Kurang sulit
1- Melakukan 1 2- Kritikal 2- Sulit
2- Melakukan 2 3- Sangat kritikal 3- Sangat suli
3- Melakukan 3
4- Melakukan 4
5- Melakukan 5

Blok Keperawatan Maternitas tahun ajar 2019/2020


REFERENSI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1997). Prosedur perawatan. Jakarta: Bakti


Husada
Pezzati, M., et al. (2003). Umbilical cord care in premature infants: The effect of two
different cord care regimen (salicylic sugar powder vs chlorhexidine) and cord
separation time and other outcome. Pediatrics, 12 (4): 275
Subagyo, L. (2003). Lama pelepasan tali pusat pada perawatan tali pusat menggunakan
air steril dibandingkan dengan alkohol 70% dan iodium povidone 10% di RSUP Dr
Sardjito Yogyakarta
Widowati, T. (2003). Efektivitas dan keamanan kolostrum pada perawatan tali pusat
World Health Organization. (1999). Care of the umbilical cord: A review the evidence.
Geneva: author

Blok Keperawatan Maternitas tahun ajar 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai