Anda di halaman 1dari 88

BUKU PETUNJUK

PRAKTIKUMBIOMEDIK
BLOK 19

LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIMUS
2020/2021
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM BIOMEDIK
BLOK 19

Penyusun
dr. Ardhea Jaludamascena, Sp.PK
dr. Ika Dyah Kurniati, Msi.Med
dr. Kanti Ratnaningrum, MSc

Editor
dr. Kanti Ratnaningrum, MSc

Cetakan September2020

Laboratorium biomedik
Fakultas kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang
Jl. Kedungmundu Raya No.18, Kecaatan Tembalang
Semarang 50273

2
VISI
PROGRAM STUDI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIMUS

Menjadi program studi yang unggul dalam pendidikan


kedokteran dengan pendekatan Kedokteran Keluarga dan
kedokteran okupasi yang Islami, berteknologi dan berwawasan
internasional pada tahun 2034

MISI
PROGRAM STUDI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIMUS

1. Menyelenggarakan pendidikan kedokteran yang unggul


berbasis Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) dan
Standar Kompetensi dan Karakter Dokter Muhammadiyah
(SKKDM).
2. Menyelenggarakan penelitian di bidang Kedokteran Dasar,
Kedokteran Klinik, Kedokteran Komunitas, dan Kedokteran
Islam guna mendukung pengembangan pendidikan
kedokteran dan kesehatan masyarakat.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat di bidang
kedokteran dan kesehatan masyarakat.
4. Mengembangkan dan memperkuat manajemen program
studi untuk mencapai kemandirian.
5. Mengembangkan dan menjalin kerjasama dengan pemangku
kepentingan melalui fakultas.

3
LEMBAR PENGESAHAN

Buku Petunjuk Praktikum Biomedik Blok 19 Program Studi


Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang ini telah disahkan pada
September 2020.

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT atas


karunia Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan Buku Petunjuk Praktikum Biomedik Blok 19.
Blok 19 terdiri dari 3 mata ajar praktikum yaitu patologi
klinik, parasitologi dan mikrobiologi. Praktikum patologi
klinik terdiri dari 2 kegiatan praktikum, mikrobiologi 1
praktikum, dan parasitologi 1 praktikum.Buku Petunjuk
Praktikum Biomedik Blok 19 diharapkan dapat digunakan
sebagai panduan untuk dosen pengampu praktikum
biomedik dan mahasiswa pada blok 19 yang akan
diselenggarakan pada semester gasal tahun ajaran 2020-
2021. Buku Petunjuk ini berisi ketentuan umum
laboratorium Biomedik topik dan materi, tata cara penilaian
dan referensi sumber pembelajaran.
Terimakasih sebesar besarnya kami sampaikan
kepada dosen, staf dan pihak-pihak yang berperan serta
dalam penyusunan buku petunjuk ini. Kami menyadari
masih banyak kekurangan dalam buku ini, oleh karena itu
tim penyusun sangat mengharapkan masukan untuk
kesempurnaan Buku Petunjuk Praktikum Biomedik ini.
Semoga buku ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat
dalam sistem pembelajaran FK UNIMUS, khususnya dosen
dan mahasiswa.
Semarang, September 2020

Tim Penyusun

5
AREA KOMPETENSI
Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri
atas profesionalitas yang luhur, mawas diri dan
pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan ditunjang
oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah
kedokteran, ketrampilan klinis, dan pengelolaan masalah
kesehatan. Praktikum biomedik yang dilaksanakan di FK
UNIMUS disesuaikan dengan area kompentensi seperti
tercantum pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(SKDI) tabel 1 berikut:

Tabel 1. Area kompetensi UKDI terkait pelaksanaan praktikum


biomedik FK UNIMUS
Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
6. Menerapkan mawas diri
7. Mempraktekkan belajar sepanjang hayat
8. Mengembangkan pengetahuan
Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
14. Menerapkan ilmu biomedik, ilmu humaniora, ilmu
kedokteran klinik, dan ilmu kesehatan
masyarakat/kedokteran pencegahan/kedokteran
komunitas yang terkini untuk mengelola masalah
kesehatan secara holistik dan komprehensif
Area Ketrampilan Klinis
6.3 Prinsip laboratorium dasar
6.4 Prinsip pemeriksaan penunjang lain
6.5 Prinsip ketrampilan terapeutik
Area Pengelolaan Masalah Kesehatan
b. Prinsip dasar berbagai pemeriksaan penunjang diagnostik
(laboratorium sederhana, USG, EKG, radiodiagnostik,
biopsy jaringan)

6
TATA TERTIB PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM
BIOMEDIK

TATA TERTIB PRAKTIKUM ONLINE

1. Mahasiswa wajib mempelajari materi praktikum sebelum


pelaksanaan praktikum biomedik.
2. Buku panduan praktikum, materi/ suplemen tambahan &
tugas dapat di donload di i-fk.
3. Mahasiswa wajib hadir pada pengarahan praktikum
terjadwal
4. Pelaksanaan pretes dilakukan pada waktu yang berbeda
dari pengarahan praktikum
5. Mahasiswa wajib login i-fk 15 menit sebelum pretest
dimulai
6. Pretest dimulai secara serempak selama 5 menit
(otomatisasi sistem)
7. Tidak ada penambahan waktu bagi mahasiswa yang
terlambat mengikuti pretest
8. Pelaksanaan praktikum online dilakukan secara mandiri &
terjadwal
9. Pengumpulan tugas dilakukan di akhir waktu praktikum.
Misal praktikum terjadwal jam 9.30-11.10 WIB maka tugas
wajib di upload di i-fk maksimal jam 11.10 WIB
10. Tugas dapat dikumpulkan di awal waktu sesi praktikum
terjadwal
Misal praktikum terjadwal jam 9.30-11.10 WIB maka tugas
dapat dikumpulkan antara jam 9.30-11.10 WIB
11. Penulisan identitas mahasiswa dan pengerjaan tugas
dilakuakn secara manual (tulis tangan)
12. Tugas yang dikumpulkan,bentuk file scan foto/ pdf/ jpeg
maksimal 500 KB

7
13. Pelaksanaan postes dilakukan pada waktu yang berbeda
dari praktikum terjadwal
14. Mahasiswa wajib login i-fk 15 menit sebelum postest
dimulai
15. Postest dimulai secara serempak selama 5 menit
(otomatisasi sistem)
16. Tidak ada penambahan waktu bagi mahasiswa yang
terlambat mengikuti postest
17. Kegiatan remidi pretest dan laporan pelaksanaan
praktikum ditiadakan
18. Laporan kendala selama pelaksanaan praktikum online
dipertimbangkan jika terdapat bukti otentik yang dapat
dipertanggungjawabkan

TATA TERTIB UJIAN PRAKTIKUM ONLINE


1. Mahasiswa wajib joint room ujian 60 menit sebelum
pelaksaan ujian
2. Pelaksanaan ujian menggunakan 2 tampilan layar (depan
dan samping)
3. Ujian dilaksanakan serempak (otomatisasi sistem)
4. Jika terjadi kecurangan/ ketidakjujuran, nilai ujian tidak
diperhitungkan
5. Laporan kendala selama pelaksanaan ujian praktikum
online dipertimbangkan jika terdapat bukti otentik yang
dapat dipertanggungjawabkan

TATA TERTIB PRAKTIKUM OFFLINE

Selama menjalankan kegiatan pembelajaran di


Laboratorium Biomedik, mahasiswa diwajibkan mengetahui dan
menaati peraturan berikut:

8
1. Mahasiswa dilarang memasuki ruangan praktikum sebelum
jam praktikum yang telah ditetapkan, kecuali ada keperluan
lain.
2. Mahasiswa wajib mengikuti keseluruhan proses kegiatan
pembelajaran Biomedik, yaitu mulai dari Kuliah Pengantar
Biomedik, Pretes, Tugas, Praktikum, Laporan akhir, Postes
hingga Ujian (100%). Kuliah Pengantar Biomedik, Tugas,
Praktikum, dan Laporan akhir merupakan prasyarat
mengikuti ujian.
3. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti Kuliah Pengantar
Biomedik, Praktikum dan Ujian sesuai dengan jadwalnya
dikarenakan alasan yang jelas, yaitu menjadi delegasi
kegiatan kampus, menikah atau ada keluarga yang menikah
(ayah, ibu, adik atau kakak kandung) atau terkena musibah
sebagai berikut: sakit/ kecelakaan yang menimbulkan
hendaya fisik, meninggalnya keluarga dekat akan
mendapatkan dispensasi (berupa boleh mengikuti remedi
pretes bagi yang tidak mengikuti Kuliah Pengantar Biomedik
dan boleh mengikuti praktikum pengganti (inhal) dan ujian
susulan bagi yang tidak mengikuti praktikum atau ujian)
dengan menunjukkan bukti yang kuat. Bukti yang dimaksud
adalah surat tugas dari institusi bagi mahasiswa yang
menjadi delegasi, surat keterangan dari orangtua, surat
keterangan sakit dari dokter ataupun pelayanan kesehatan
lainnya bagi mahasiswa yang sakit atau mengalami

9
kecelakaan, surat keterangan kematian. Bukti tersebut harus
ditunjukkan/diberikan kopinya kepada Bagian
Biomedik/dosen pengampu praktikum.
4. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum sesuai
dengan jadwalnya dikarenakan alasan lain selain poin
sebelumnya misalnya ketiduran, macet atau lupa, tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum dan ujian dan
wajib mengulang praktikum Biomedik mata kuliah tersebut
pada tahun berikutnya.
5. Mahasiswa diwajibkan datang tepat waktu. Apabila
terlambat lebih dari 15 menit setelah praktikum dimulai,
dan tanpa alasan yang dapat diterima dosen pengampu
(seperti ketiduran, lupa, mengerjakan tugas yang lain), maka
mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti praktikum dan
ujian dan wajib mengulang praktikum Biomedik mata kuliah
tersebut pada tahun berikutnya.
6. Mahasiswa yang ingin mengikuti inhal harus melapor
kepada Bagian Biomedik dan dosen pengampu dan
mengikuti praktikum inhal sesuai dengan jadwal yang
ditentukan.
7. Mahasiswa diharuskan memakai jas praktikum (dikancing
penuh) dan alat pelindung diri (APD) lainnya yang sesuai,
selama mengikuti kegiatan pembelajaran di Laboratorium
Biomedik.

10
8. Mahasiswa dilarang meninggalkan ruang praktikum tanpa
seizin dari dosen pengampu atau asisten, makan, minum,
mengobrol maupun membuat kegaduhan dalam bentuk
apapun selama mengikuti kegiatan pembelajaran di
Laboratorium Biomedik. Dosen pengampu berhak
memberikan hukuman jika ada hal yang mengganggu
jalannya praktikum.
9. Mahasiswa harus bersungguh-sungguh, cermat, hati-hati
serta bertingkah laku sopan & santun, selama mengikuti
kegiatan pembelajaran di Laboratorium Biomedik.
10. Meja dan alat praktikum harus bersih dan alat dikembalikan
ke tempatnya setelah selesai praktikum.
11. Jika mahasiswa memecahkan atau merusakkan alat
laboratorium dengan alasan apapun, maka diwajibkan
mengganti alat tersebut dalam waktu selambat-lambatnya
sebelum ujian berlangsung sebagai prasyarat mengikuti
ujian praktikum.
12. Peraturan tambahan akan diterangkan lebih lanjut oleh
masing-masing Laboratorium.

11
ALUR & TATA CARA KEGIATAN PRAKTIKUM BIOMEDIK

Kuliah
Pengantar
Biomedik

Praktikum

Pretes & Laporan Postes


Tugas

Praktikum
Inhal
Ujian

A. KULIAH PENGANTAR BIOMEDIK


1. Tujuan kuliah pengantar biomedik adalah memberikan
bekal materi yang akan dipraktikumkan untuk
membantu mahasiswa menghadapi proses
pembelajaran praktikum biomedik selanjutnya dan juga
untuk mensosialisasikan tata tertib atau peraturan
tambahan setiap laboratorium.
2. Kuliah pengantar berisi tata tertib dan rangkuman
semua topik praktikum dari setiap dosen pengampu
praktikum biomedik pada blok tersebut.
3. Kuliah pengantar dilakukan satu kali, dijadwalkan
sebelum jadwal praktikum dimulai dan wajib diikuti
oleh seluruh mahasiswa tanpa terkecuali.

12
4. Mahasiswa wajib mengikuti, menyimak dan fokus
mendengarkan penyampaian materi oleh dosen.
5. Mahasiswa tidak diperkenankan makan, berbicara, atau
membuat kegaduhan ketika dosen menyampaikan
materi.
6. Mahasiswa diperkenankan bertanya pada sesi tanya
jawab.
7. Kuliah pengantar ini merupakan bagian dari kegiatan
praktikum Biomedik, bagi mahasiswa yang tidak hadir
karena menjadi delegasi kegiatan kampus atau terkena
musibah sebagai berikut : sakit, kecelakaan yang
menimbulkan hendaya fisik, meninggalnya keluarga
dekat, wajib menghadap dan menunjukkan bukti yang
kuat untuk dapat diperbolehkan mengikuti remedi
pretes. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan
ini dikarenakan alasan lain selain diatas tidak
diperkenankan mengikuti pre-test ulang semua topik
praktikum terkait.

B. PRE-TEST
1. Tujuan pelaksanaan pre-test adalah untuk mengetahui
kesiapan mahasiswa mengikuti praktikum.
2. Pre-test diadakan setiap awal praktikum setelah
pembukaan praktikum oleh masing-masing dosen
pengampu.

13
3. Soal yang diujikan dapat berupa soal esai atau pilihan
ganda mengenai teori dasar, cara kerja, alat dan bahan
dan teori interpretasi hasil materi praktikum.
4. Nilai pre-test termasuk komponen penilaian. Nilai
minimal lulus adalah 70 (Skala 0-100). Jika nilai
dibawah nilai minimal lulus, maka mahasiswa dapat
mengulang pretest sebanyak satu kali, kecuali bagi
mahasiswa yang tidak mengikuti kuliah “Pengantar
Biomedik”.
5. Remedi pretes tidak dipungut biaya dan dijadwalkan di
kemudian hari.
6. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti pretes karena
alasan apapun akan mendapatkan nilai 0 dan
mendapatkan kesempatan mengulang pretest sebanyak
satu kali, kecuali bagi mahasiswa yang tidak mengikuti
kuliah “Pengantar Biomedik”.

C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Praktikum merupakan salah satu prasyarat mengikuti
ujian praktikum.
2. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum
sesuai dengan jadwalnya dikarenakan alasan yang jelas,
yaitu menjadi delegasi kegiatan kampus, menikah atau
ada keluarga yang menikah (ayah, ibu, adik atau kakak
kandung) atau terkena musibah sebagai berikut: sakit/

14
kecelakaan yang menimbulkan hendaya fisik,
meninggalnya keluarga dekat dapat mengikuti
praktikum kelompok lain dengan menunjukkan bukti
yang kuat jika masih ada materi praktikum yang sama.
Jika sudah tidak ada jadwal praktikum lain, maka
diwajibkan mengikuti inhal. Bukti tersebut harus
ditunjukkan/diberikan kopinya kepada dosen
pengampu praktikum untuk menentukan inhal tidaknya
mahasiswa tersebut.
3. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum
sesuai dengan jadwalnya dikarenakan alasan lain selain
poin sebelumnya tidak diperkenankan mengikuti
kegiatan praktikum dan ujian dan wajib mengulang
praktikum Biomedik mata kuliah tersebut pada tahun
berikutnya.
4. Mahasiswa wajib membuat tugas sebelum praktikum
sesuai dengan format yang telah ditentukan. Mahasiswa
yang tidak mengumpulkan tugas dengan alasan apapun
akan mendapatkan sanksi dari dosen pembimbing.
5. Setiap kelompok melakukan praktikum, sesuai cara
kerja dalam buku petunjuk praktikum.
6. Hasil praktikum ditunjukkan kepada pembimbing atau
didokumentasikan oleh mahasiswa.

15
7. Mahasiswa wajib mengesahkan laporan sementara
kepada pembimbing praktikum sebelum meninggalkan
laboratorium.
8. Mahasiswa wajib membuat dan mengumpulkan laporan
akhir dan penugasan sesuai dengan format yang
ditentukan masing-masing dosen pengampu setelah
mengikuti kegiatan praktikum setiap topik sebagai
prasyarat untuk dapat mengikuti ujian.

D. PRAKTIKUM INHAL
1. Praktikum inhal adalah praktikum pengganti yang
dilakukan jika mahasiswa tidak dapat mengikuti
praktikum sesuai dengan jadwal dengan alasan yang
jelas dan mampu menunjukkan buktinya. Praktikum
inhal merupakan prasyarat mengikuti ujian bagi
mahasiswa tersebut.
2. Praktikum inhal dikenakan biaya. Biaya akan ditentukan
kemudian.
3. Kesempatan inhal hanya diberikan sampai H-1 ujian
laboratorium pengampu dilaksanakan.
4. Bagi mahasiswa yang tidak inhal sampai dengan waktu
yang telah diberikan, wajib mengikuti kembali seluruh
kegiatan praktikum laboratorium pengampu pada tahun
berikutnya

16
5. Mahasiswa yang ingin mengikuti inhal diwajibkan
melapor/memberitahukan/mendaftar dan membayar
biaya ke bagian biomedik lantai 2 sebelum praktikum
inhal berlangsung.
6. Jadwal praktikum inhal akan ditentukan kemudian.
7. Mahasiswa yang mengikuti praktikum inhal tetap wajib
membuat dan mengumpulkan laporan sementara dan
laporan akhir.

E. LAPORAN & TUGAS


1. Laporan terdiri dari Laporan sementara dan laporan
akhir. Keduanya merupakan prasyarat mengikuti ujian.
2. Mahasiswa diwajibkan membuat laporan sementara
sesuai dengan format yang telah ditentukan.
Keterlambatan mengumpulkan atau ketidaksesuaian
format akan mempengaruhi penilaian.
3. Laporan akhir merupakan laporan yang dikumpulkan
setelah selesai mengikuti kegiatan praktikum atau
praktikum inhal. Setiap mahasiswa wajib membuat dan
mengumpulkan laporan akhir dan penugasan sesuai
dengan format yang ditentukan masing-masing dosen
pengampu sebagai salah satu prasyarat mengikuti ujian.
Jika tidak mengumpulkan laporan akhir, maka tidak
diperbolehkan ujian dan diwajibkan mengulangi

17
keseluruhan proses pembelajaran Biomedik tersebut di
tahun depan.
4. Laporan akhir praktikum di tulis tangan, memakai tinta
biru. Format detail mengenai penulisan laporan akhir
ditentukan dalam peraturan masing-masing
laboratorium
5. Jangka waktu pengumpulan laporan ditentukan masing-
masing dosen pengampu praktikum

F. POSTEST
1. Tujuan pelaksanaan postest adalah mengevaluasi
kegiatan praktikum dan mempersiapkan mahasiswa
untuk ujian praktikum.
2. Postes dilakukan satu kali setelah kegiatan praktikum
selesai dilakukan. Jadwal akan ditentukan kemudian
oleh masing-masing dosen pengampu praktikum.
3. Postes wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa tanpa
terkecuali. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti
postest dengan alasan apapun, akan tetap dianggap
hadir dan diberikan nilai 0.
4. Postes masuk dalam komponen penilaian. Tidak ada
batas lulus dalam postest dan tidak ada remidi atau
susulan.

18
G. UJIAN
1. Merupakan tahap evaluasi kegiatan pembelajaran
praktikum biomedik
2. Mahasiswa harus mengikuti kegiatan pembelajaran
100% untuk dapat mengikuti ujian praktikum.
3. Ujian ident/ujian praktikum dilaksanakan setelah
seluruh materi kegiatan praktikum selesai dilaksanakan.
4. Ujian merupakan prasyarat mengikuti remedi
praktikum Biomedik.
5. Mahasiswa wajib datang 30 menit sebelum ujian
dimulai. Mahasiswa yang terlambat datang setelah ujian
dimulai tidak diperkenankan mengikuti ujian ident/
ujian praktikum.
6. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti ujian karena
alasan yang jelas, yaitu menjadi delegasi kegiatan
kampus, menikah atau ada keluarga yang menikah
(ayah, ibu, adik atau kakak kandung) atau terkena
musibah sebagai berikut: sakit/ kecelakaan yang
menimbulkan hendaya fisik, meninggalnya keluarga
dekat wajib menghadap dan mendapatkan izin
mengikuti ujian susulan dari dosen pengampu dengan
menunjukkan bukti yang kuat dan dengan
menyelesaikan semua prasyarat ujian sebelum hari H
ujian. Ujian susulan dilakukan bersamaan dengan ujian
remedi akhir semester.

19
7. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti ujian karena
alasan apapun selain yang sudah disebutkan pada poin
sebelumnya harus mengulang kegiatan praktikum
Biomedik Blok tersebut di tahun depan, kecuali bagi
mahasiswa yang telah menyelesaikan semua prasyarat
ujian pada periode tersebut.

SISTEM PENILAIAN

Komponen penilaian praktikum Biomedik terdapat


pada kegiatan Pretes, Praktikum, Laporan & tugas, Postes
dan Ujian dari setiap mata ajar praktikum. Penilaian dalam
biomedik terdiri dari:
1. Nilai harian mata ajar praktikum terdiri dari nilai pretes,
nilai perilaku, nilai laporan sementara/tugas sebelum
praktikum dan nilai keterampilan mahasiswa saat
praktikum. Nilai pre-test adalah nilai yang didapatkan dari
hasil penilaian secara tertulis mengenai materi kegiatan
praktikum. Nilai pre-test dinyatakan lulus apabila mencapai
angka minimal 70. Mahasiswa yang mendapatkan nilai di
bawah 70, diperbolehkan mengikuti remedi pre-test
sebanyak 1 (satu) kali. Nilai yang dipakai adalah nilai
terbaik dari kedua ujian pre-test (maksimal 70). Nilai
perilaku, nilai laporan sementara/tugas sebelum praktikum

20
dan nilai keterampilan mahasiswa saat praktikum akan
diberikan oleh masing-masing dosen pengampu mata ajar
terkait.
2. Nilai akhir mata ajar praktikum merupakan nilai gabungan
antara nilai laporan akhir tiap materi praktikum (15%), nilai
postes (15%) dan nilai ident/ujian praktikum (70%) suatu
mata ajar dalam satu blok tersebut. Nilai laporan akhir
adalah nilai rerata dari nilai laporan akhir semua materi
kegiatan praktikum. Nilai postes adalah rerata nilai hasil
postes semua topik/semua dosen pengampu. Nilai
ident/ujian praktikum adalah rerata nilai dari semua dosen
pengampu ujian ident/ujian praktikum.
3. Nilai akhir Biomedik adalah rerata dari seluruh akhir mata
ajar praktikum dalam satu blok. Dalam satu blok dapat
berjalan lebih dari satu mata ajar praktikum.

Nilai praktikum biomedik merupakan bagian dari nilai


blok. Nilai blok dinyatakan lulus apabila setiap komponen
nilai (kognitif CBT, tutorial, praktikum ketrampilan klinik,
dan praktikum biomedik) dinyatakan lulus. Batas minimal
kelulusan biomedik adalah 70, baik nilai akhir
Biomedik maupun nilai akhir mata ajar praktikum.
Apabila mahasiwa tidak lulus praktikum biomedik, dapat
mengulang pada saat ujian remidi akhir semester
(ganjil/genap) atau remidi khususdengan syarat mahasiswa

21
telah mengikuti ujian praktikum mata kuliah biomedik
tersebut. Remidi akhir semester adalah ujian remidi yang
dilaksanakan pada akhir semester ganjil atau genap (setelah
blok ketiga dalam semester tersebut selesai). Remidi khusus
adalah ujian remidi yang dilaksanakan pada akhir proses
pembelajaran S1 (akhir blok 21/semester 7). Ujian remidi
akhir semester dilaksanakan maksimal 1 kali.Ujian remedi
khusus dilaksanakan maksimal 1 kali dalam setiap periode
remedi. Pada remedi akhir semester ganjil (1,2,3,7,8,9 dst),
mahasiswa boleh mengambil remidi mata kuliah biomedik
yang pernah diambil sesuai dengan blok yang ada pada
semester ganjil. Pada remedi akhir semester genap
(4,5,6,10,11,12 dst), mahasiswa boleh mengambil remidi
mata kuliah biomedik yang pernah diambil sesuai dengan
blok yang ada pada semester genap. Pada remedi khusus,
mahasiswa boleh mengambil semua remidi mata kuliah
biomedik yang pernah diambil.
Mahasiswa yang tidak hadir pada saat ujian tanpa
alasan yang dapat diterima, secara otomatis akan mendapat
nilai 0 pada ujian tersebut. Apabila saat ujian mahasiswa ijin
dengan alasan yang dapat diterima serta membawa surat
ijin, maka diperbolehkan mengikuti ujian susulan dengan
menghubungi dosen pembimbing praktikum dan
laboratorium biomedik. Ujian susulan hanya diberikan
1(satu) kali dengan batasan waktu H-1 Rapat Yudisium.

22
Hal-hal lain yang belum tercantum dalam ketentuan ini
akan diatur kemudian sesuai kebijakan yang berlaku di
lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang.

23
DAFTAR ISI

Cover ……………………………………………………………………………. 1
TimPenyusun Biomedik…………………………………………………. 2
Visi dan Misi Program Studi FK UNIMUS ………………………… 3
Lembar Pengesahan………………………………………………………... 4
Kata Pengantar ……………………………………………………………… 5
Area dan level kompetensi……………………………………………… 6
Tata tertib Pelaksanaan …………………………………………………. 8
Alur dan Tata Cara Kegiatan Praktikum Biomedik ………….. 12
Sistem Penilaian ……………………………………………………………. 20
Daftar Isi ………………………………………………………………………. 24

Patologi Klinik
Pengantar Patologi Klinik ………………………………………………. 26
P1 Morfologi Eritrosit dan Trombosit Abnormal …………….. 28
P2Morfologi Leukosit Abnormal …………………………………….. 42

Mikrobiologi
P1 Pewarnaan Ziehl Nielsen dan Jamur………………………… 55
P2 Pembuatan preparat dan pewarnaan jamur..................… 64

Parasitologi
P1. Pemeriksaan Darah Tebal dan Identifikasi Malaria……… 77

Daftar Pustaka………………………………………………………………… 88

24
PATOLOGI KLINIK

25
PENGANTAR PATOLOGI KLINIK
Pemeriksaan Hematologi Berdasarkan Indikasi
Pemeriksaan hematologi berdasarkan indikasi
merupakan pemeriksaan penunjang laboratorik untuk menilai
keadaan sel-sel darah yang dilakukan atas dasar adanya indikasi
atau kecurigaan terhadap penyakit tertentu. Pemeriksaan
hematologi berdasarkan indikasi mempunyai level kompetensi
4A pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). Seorang
dokter penting untuk mengetahui pemeriksaan hematologi
berdasarkan indikasi sehingga seorang dokter diharapkan
mampu memilih jenis pemeriksaan yang sesuai dan mampu
menginterpretasikan hasil pemeriksaan tersebut.
Salah satu pemeriksaan hematologi berdasarkan
indikasi adalah pemeriksaan gambaran darah tepi. Pemeriksaan
gambaran darah tepi menilai keadaan setiap sel darah (eritrosit,
leukosit dan trombosit) yang berada dalam darah tepi, baik jenis,
jumlah maupun morfologi (bentuk, ukuran &
warna).Pemeriksaan gambaran darah tepi utamanya
diindikasikan pada kasus-kasus yang berkaitan dengan kelainan
darah seperti anemia, thalassemia, dan leukimia, namun
pemeriksaan ini juga dapat dilakukan pada kasus diluar kelainan
darah seperti sepsis, infeksi Malaria, infeksi Dengue, kelainan
mikronutrien, luka bakar, atau lupus eritematosus sistemik.
Melalui gambaran darah tepi dapat diperoleh informasi
mengenai keadaan sel-sel darah terutama yang berwujud dalam
bentuk kelainan-kelainan morfologi dari eritrosit, leukosit, dan
trombosit yang dapat mendukung diagnosis suatu
penyakit.Spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan
gambaran darah tepi adalah whole blood dengan antikoagulan
EDTA.
Pemeriksaan gambaran darah tepi membutuhkan
preparat sediaan apus darah tepi (SADT) dan mikroskop yang

26
baik untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik dan
akurat. Preparat sediaan apus darah tepi yang baik mempunyai
ciri-ciri yaitu tipis, rata, tidak terputus, bagian ekor tidak robek,
berbentuk seperti peluru dan pewarnaan yang baik. Preparat
sediaan apus darah tepi perlu diwarnai dengan pengecatan
tertentu agar dapat digunakan untuk pemeriksaan gambaran
darah tepi. Pewarnaan yang biasa digunakan adalah pewarnaan
Romanowsky yaitu Giemsa, Wright, atau Leishman. Pewarnaan
yang baik juga menjadi faktor baik tidaknya sediaan apus darah
tepi. Pewarnaan yang baik harus meliputi seluruh bagian
goresan darah pada sediaan apus darah tepi, warnanya sama
tebal/rata pada goresan darah, tidak ada kotoran cat, waktu
pengecatan yang sesuai dan dapat mewarnai bagian yang
seharusnya terwarnai.

Preparat SADT yang baik

27
PRAKTIKUM 1
Gambaran Morfologi Eritrosit & Trombosit Abnormal

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan morfologi eritrosit abnormal pada
sediaan apus darah tepi.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan morfologi trombosit abnormal pada
sediaan apus darah tepi.

B. Dasar Teori
Penilaian Morfologi Eritrosit Abnormal
Penilaian morfologi eritrosit merupakan bagian dari
pemeriksaan gambaran darah tepi.Penilaian morfologi
eritrosit meliputi penilaian ukuran, bentuk, kromasi, benda
inklusi, sebaran dan formasi eritrosit.Penilaian eritrosit
dilakukan pada zona IV dan V. Pada blok 14 telah dipelajari
mengenai morfologi eritrosit normal, dimana eritrosit normal
berukuran 6,9-9,6 µm, kurang lebih sebesar ukuran inti dari
limfosit, berbentuk bulat dengan zona berwarna kepucatan di
bagian tengah (central pallor) kurang dari 1/3 diameter
eritrosit, terwarna kemerahan hingga abu-abu oleh cat
Romanowsky, tidak memiliki inti sel, tidak memiliki granula
maupun benda inklusi lain pada sitoplasmanya, dan tersusun
terpisah satu sama lain pada zona IV dan V.

Eritrosit normal (Normosit)

28
Pada keadaan atau penyakit tertentu, morfologi
eritrosit dapat berubah, baik ukuran, bentuk, kromasi,
benda inklusi, sebaran maupun formasinya.
Kelainan ukuran eritrosit terdiri dari makrosit,
mikrosit dan anisositosis.Anisositosis adalah kelainan
variasi ukuran eritrosit. Anisositosis merupakan kesimpulan
dari kelainan gambaran variasi ukuran eritrositatau adanya
lebih dari satu macam ukuran pada populasi
eritrosit.Anisositosis terbagi menjadi tiga berdasarkan
derajat keparahannya, yaitu anisositosis ringan, anisositosis
sedang dan anisositosis berat.
Mikrosit :
- Eritrosit yang berukuran
<6,9 mikron
- Ukuran eritrosit lebih
kecil dari inti sel limfosit

Makrosit :
- Eritrosit yang berukuran
>9,6 mikron
- Ukuran eritrosit lebih
besar dari inti sel limfosit

29
Anisositosis ringan :
- Dijumpai mikrositsampai
normosit atau normosit
sampai makrosit
- Jumlah variasi
ukuransedikit

Anisositosis sedang
- Dijumpai mikrositsampai
normosit atau normosit
sampai makrosit
- Jumlah variasi ukuran
lebih dari ringan

Anisositosis Berat
- Dijumpai mikrosit sampai
makrosit
- Jumlah variasi ukuran
banyak

Kelainan bentuk eritrosit bermacam-macam dan


memiliki nama masing-masing, biasanya penamaannya
berdasarkan nama bentuk dalam bahasa latin. Terdapat pula
istilah Poikilositosis, yaitu suatu keadaan dimana
didapatkan variasi bentuk eritrosit. Poikilositosis
merupakan kesimpulan dari kelainan gambaran bentuk
eritrosit atau adanya lebih dari satu macam bentuk pada
populasi eritrosit. Poikilositosis dibedakan menjadi tiga
berdasarkan derajat keparahannya, yaitu poikilositosis
ringan, poikilositosis sedang dan poikilositosis berat.

30
Sferosit Ovalosit & Eliptosit Sel pensil

Sel Burr Akantosit Schistosit

Sel Sickle Sel Helm Bite cell

Blister cell Pear shape & Tear Target cell

31
drop cell

Anulosit Stomatosit Triangulosit

Poikilositosis ringan Poikilositosis Poikilositosis


sedang berat

Kelainan kromasi eritrosit didasarkan pada luas central


pallor dari eritrosit.Kelainan kromasiterdiri dari hipokrom,

32
hiperkrom dan polikromasi.Polikromasi adalah keadaan
dimana terdapat variasi kromasi pada populasi eritrosit,
sekaligus merupakan kesimpulan dari variasi kelainan
gambaran kromasi eritrosit.
Hipokrom :
- Dominasi
warna pucat
pada bagian
tengah
eritrosit
- Luas central
pallor> 1/3
luas eritrosit

Hiperkrom :
- Central pallor
menghilang

Polikromasi :
- Dijumpai
normokrom dan
hiperkrom yang
berwarna lebih
gelap (keunguan)

33
Benda inklusi merupakan gambaran benda atau granula
pada sitoplasma eritrosit yang seharusnya tidak ada pada
eritrosit normal.Terdapat beberapa benda inklusi yang
dapat terlihat pada pengecatan Romanowsky, diantaranya
adalah basophilic stippling, Pappenheimer bodies, Howel-jolly
body dan cincin Cabot.
Basophilic Stippling
- Granula biru
- Akumulasi agregat
ribosom dan
poliribosom akibat
sintesis Hb abnormal

Pappenheimer bodies
- Benda inklusi kecil,
berwarna gelap
- Jumlah 2-5 pada
tiap eritrosit
- Terlihat dengan
pengecatan Giemsa
- Merupakan
kelebihan besi
Howell Jolly body
- Berasal dari sisa inti
sel berisi DNA
- Terdapat pada
perifer eritrosit dan
biasanya tunggal

34
CincinCabot (denaturasi
protein)
- Mikrotubulus yang
berbentuk cincin di
dalam sitoplasma
- Berasal dari sisa
benang spindel saat
pembelahan sel

Kelainan formasi eritrositdan sebaran eritrosit


dinilai berdasarkan susunan eritrosit pada zona IV-
V.sebaran eritrosit pada keadaan normal terlihat sebagai
eritrosit yang saling terpisah antara satu dengan lainnya
dengan jarak yang relatif sama pada zona IV-V, namun pada
keadaan patologis susunan tersebut dapat berubah. Pada
keadaan anemia, eritrosit tampak berjauhan satu dengan
lainnya, keadaan ini disimpulkan sebagai sebaran longgar.
Pada keadaan Hb yang tinggi misal pada keadaan
polisitemia, eritrosit tampak saling berdekatan, namun
batas antara satu eritrosit dengan lainnya masih terlihat
jelas, keadaan tersebut disimpulkan sebagai sebaran padat.
Kelainan formasi terdiri dari aglutinasi dan formasi
rouleaux. Secara umum, hal yang membedakan antara
sebaran padat dengan kelainan formasi adalah batas
membran eritrosit satu dengan lainnya pada zona IV-V. Pada
kelainan formasi, batas membran sel tersebut tidak jelas
karena posisi eritrosit yang saling menumpuk. Untuk
menilai ada tidaknya kelainan formasi, sangat penting untuk
melihat sebaran eritrosit tersebut secara menyeluruh mulai
dari zona III hingga zona VI(ekor), kemudian dilihat ada
tidaknya zona dimana eritrosit saling terpisah satu sama
lain. Kelainan formasi harus didukung dengan tidak adanya

35
gambaran zona IV-V dimana eritrosit saling terpisah satu
sama lain.
Aglutinasi Formasi Rouleaux
- Eritrosit tampak - Eritrosit tampak
berkelompok pada zona IV-V seperti rantai koin
- Disebabkan adanya - Disebabkan adanya
Autoantibodi protein yang
- Terdapat pada AIHA abnormal
- Normal jika
ditemukan pada zona
III
- Terdapat pada
multiple myeloma

36
Penilaian Morfologi Trombosit Abnormal
Penilaian trombosit meliputi penilaian estimasi
jumlah trombosit, penilaian ukuran, dan susunan/formasi
trombosit. Trombosit normal berukuran 1-4 µm, kurang
lebih tidak lebih besar dari eritrosit, berbentuk bulat dengan
sitoplasma keunguan/keabu-abuan, tidak memiliki inti sel,
tidak memiliki benda inklusi pada sitoplasmanya, dan
tersusun terpisah satu sama lain. Penilaian estimasi jumlah
trombosit dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
jumlah trombosit secara visual.Penilaian ini dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah trombosit dengan
metode kuantitatif. Metode yang sering digunakan untuk
estimasi jumlah trombosit adalah metode Barbara Brown,
yaitu dengan cara menghitung jumlah trombosit pada
beberapa lapang pandang perbesaran 100x kemudian
dirata-rata, hasilnya dikalikan 20.000. Nilai rujukannya
adalah 150.000-400.000.Walaupun dari hasil didapatkan
hasil angka (kuantitatif), namun yang dilaporkan BUKAN
angka tersebut, tetapi kesimpulan dari perkiraan
jumlah trombosit tersebut, yaitu jika hasil estimasi
trombosit dibawah 150.000 dilaporkan estimasi jumlah
trombosit menurun, jika hasil estimasi trombosit lebih dari
400.000 dilaporkan estimasi jumlah trombosit
meningkat.
Pada keadaan atau penyakit tertentu, jumlah dan
morfologi trombosit dapat berubah, baik ukuran, bentuk,
maupun formasinya.Kelainan ukuran trombosit diantaranya
adalah trombosit besar dan trombosit raksasa (giant
thrombocyte). Ukuran trombosit dibandingkan dengan
eritrosit sekitarnya, jika kurang lebih berukuran sama
dinilai sebagai trombosit besar, sedangkan bila berukuran
lebih besar dari eritrosit pada umumnya dinilai sebagai

37
trombosit raksasa. Trombosit berukuran besar
menunjukkan keadaan trombosit imatur yang teraktivasi.

Trombosit normal (panah hijau); Trombosit


besar (panah merah); Giant thrombocyte
(panah hitam)

Trombosit bentuk panjang (elongated platelet)


Kelainan formasi trombosit menunjukkan
susunan trombosit yang unik dan tidak ada pada keadaan
normal. Kelainan formasi trombosit diantaranya
clumpingdan platelet satelitism.

38
Clumping Platelet Satelitism
- Penggerombolan - Penempelan trombosit
trombosit pada sel darah putih
- Disebabkan adanya
- Penyebab tidak
antibodi
diketahui

C. Alat dan Bahan


1. Preparat SADT
2. Mikroskop
3. Minyak emersi
4. Alkohol 70%

D. Cara Kerja
1. Pasang preparat SADT pada meja uji
mikroskop.
2. Nyalakan mikroskop, pasang lensa objektif 10x,
putar makrometer dan mikrometer hingga
lapang pandang menjadi fokus
3. Cari zona baca
4. Evaluasi seluruh lapang pandang zona baca
perbesaran 100 kali
5. Ganti lensa objektif 10x menjadi 40x, putar
mikrometer hingga lapang pandang menjadi
fokus
6. Evaluasi morfologi eritrosit lakukan penilaian
pada beberapa lapang pandang

39
7. Ganti lensa objektif 40x menjadi 100x, beri
minyak emersi, putar mikrometer hingga
lapang pandang menjadi fokus
8. Lakukan estimasi hitung jumlah trombosit
metode Barbara Brown
9. Evaluasi morfologi trombosit, lakukan penilaian
pada beberapa lapang pandang

E. Interpretasi hasil
Hasil dilaporkan sebagai berikut:
Eritrosit
Ukuran: normosit/mikrosit/makrosit
Anisositosisringan/sedang/berat
Bentuk : ovalosit/sel target/anulosit/stomatosit/dsb
Poikilositosis ringan/sedang/berat
Kromasi : normokrom/hipokrom/hiperkrom
polikromasi+/-
Benda inklusi +/-, sebutkan jika +
Kelainan formasi +/-, sebutkan jika +

Trombosit
Estimasi jumlah trombosit menurun/normal/meningkat
Ukuran: normal/besar/giant
Bentuk: normal/tidak normal
Kelainan formasi +/-, sebutkan jika +

40
Contoh: Gambaran Zona IV-V perbesaran 100x objektif

Eritrosit
Ukuran: normosit, mikrosit
Anisositosis sedang
Bentuk :ovalosit, anulosit, stomatosit, sel pensil,
triangulosit
Poikilositosis sedang
Kromasi : hipokrom
polikromasi-
Benda inklusi-
Kelainan formasi -

Trombosit
Estimasi jumlah trombosit menurun
Ukuran: normal
Bentuk: normal
Kelainan formasi -

41
PRAKTIKUM 2
Gambaran Morfologi Leukosit Abnormal

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan jenis leukosit abnormal pada
sediaan apus darah tepi.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan morfologi leukosit abnormal
pada sediaan apus darah tepi.
B. Dasar Teori
Abnormalitas leukosit pada gambaran darah
tepi terdiri dari abnormalitas jumlah, jenis dan
morfologi leukosit.Pendeteksian ada tidaknya
abnormalitas leukosit dilakukan pada zona baca SADT
(IV, V, VI/ekor). Abnormalitas jumlah diperiksa dengan
cara melakukan estimasi jumlah leukosit secara visual,
yaitu dengan cara menghitung rerata jumlah leukosit
pada perbesaran 10x objektif pada beberapa lapang
pandang zona baca. Nilai rujukannya adalah 20-30
leukosit per lapang pandang.Walaupun dari hasil
didapatkan hasil angka (kuantitatif), namun yang
dilaporkan BUKAN angka tersebut, tetapi
kesimpulan dari perkiraan jumlah leukosit tersebut,
jika rata-rata kurang dari 20 per lapang pandang maka
estimasi dilaporkan menurun, jika >30 maka
dilaporkan meningkat.
Terdapat enam jenis leukosit yang ditemukan
pada keadaan normal, yaitu eosinofil, basofil, netrofil
staf, netrofil segmen, monosit, dan limfosit.Keenam
leukosit tersebut merupakan bentuk matur atau matang
dari setiap galur leukosit.Abnormalitas jenis leukosit
ditandai dengan tampaknya sel-sel leukosit dengan

42
stadium yang lebih muda yang seharusnya tidak pernah
ada dalam darah tepi, dapat berupa sel blas, promielosit,
mielosit, metamielosit, prolimfosit, promonosit, atau sel
plasma.Adanya sel-sel leukosit dengan stadium yang
lebih muda dalam darah tepi menunjukkan adanya
suatu gangguan atau penyakit.Gangguan tersebut dapat
berupa penyakit bukan keganasan (inflamasi, infeksi
dan alergi), dapat pula berupa penyakit keganasan
hematologi (leukimia akut atau kronis, mieloid atau
limfoid). Berikut adalah beberapa jenis leukosit
abnormal beserta cirinya:
Sel Blas:
- Ukuran lebih besar dari
eritrosit, bentuk relatif
bulat
- Inti sel bulat, besar
- Kromatin inti longgar
- Tampak nukleoli
- Sitoplasma sedikit, tidak
ada granula
Promielosit :
- Ukuran lebih besar dari
sel blas, bentuk relatif
bulat
- Inti bulat, agak eksentrik,
kromatin longgar,
terdapat zona keputihan
disekitar inti (halo)
- Nukleoli masih tampak
- Sitoplasma lebih banyak
dari sel blas, terdapat
granula azurofilik

43
Mielosit :
- Ukuran lebih besar dari
eritrosit, bentuk bulat
- Inti sel bulat
- Kromatin inti padat
- Tidak tampak nukleoli
- Sitoplasma lebar, tampak
granula kasar

Metamielosit :
- Ukuran lebih besar dari
eritrosit, bentuk bulat
- Inti sel berlekuk < ½
diameter inti sel
- Kromatin inti padat
- Tidak tampak nukleoli
- Sitoplasma lebar, tampak
granula kasar
Prolimfosit :
- Ukuran sama besar dari
eritrosit, bentuk bulat
- Inti sel bulat dengan
lekukan kecil
- Kromatin inti longgar
- Nukleoli kadang masih
tampak
- Sitoplasma sedikit, tanpa
granula

44
Promonosit :
- Ukuran lebih besar dari
eritrosit
- Bentuk tidak beraturan
- Inti sel bulat dengan
indentasi/lekukan yang
jelas
- Kromatin inti longgar
- Nukleoli kadang masih
tampak
- Sitoplasma lebar, tampak
granula disekitar inti,
bervakuola
Sel Plasma :
- Ukuran sama besar dari
eritrosit, bentuk oval
- Inti sel bulat, eksentrik,
tampak zona putih dekat
inti sel
- Kromatin inti padat
- Nukleoli tidak tampak
- Sitoplasma biru, lebar,
tanpa granula

Pada gangguan yang mengarah kepada keganasan


hematologi, umumnya ditandai dengan ditemukannya sel
blas pada sediaan apus darah tepi. Keadaan tersebut juga
diperkuat dengan tampaknya tanda-tanda keganasan
hematologi lainnya, yaitu jumlahnya berlebihan, sel-selnya
bergerombol, ukuran abnormal, tampak dominasi sel
yang serupa (tampak monoton), banyak sel yang rusak
(smudge cell) dan tampak abnormalitas morfologi
leukosit.Keganasan hematologi dibagi menjadi dua
berdasarkan dominasi sel abnormalnya, yaitu mieloid dan
limfoid.Mieloid terdiri dari sel dari galur eritroid, granulosit,

45
monosit dan trombosit, sedangkan limfoid terdiri dari galur
sel limfosit.Keganasan hematologi juga dibedakan menjadi
akut dan kronis, yang dibedakan berdasarkan ada tidaknya
hiatus leukemikus.Hiatus leukemikus adalah keadaan dimana
tidak ditemukannya stadium perantara, jadi hanya
ditemukan sel blas dan sel matang.Hiatus leukemikus
ditemukan pada leukimia akut.

5
4
2

Gambaran keganasan hematologi akut. Tampak peningkatan jumlah


leukosit, bergerombol, monoton, sel blas+ (No.1), sel smudge+ (No.2),
tampak kelainan inti leukosit (No.3), hanya tampak sel blas dan sel
matang (No.1;blas&No.4; limfosit), dan tampak kelainan jenis leukosit
lainnya (No.5sel plasma+)

Abnormalitas morfologi leukosit terdiri dari kelainan


bentuk inti, kelainan sitoplasma, dan benda inklusi
leukosit.Kelainan inti sel dapat berupa inti ganda, inti piknotik,
hiposegmentasi dan hipersegmentasi netrofil.Kelainan
sitoplasma berupa hipogranulasi, granulasi toksik, anomali
Alder-Reilly, sindrom Chediak-Higashi, vakuolisasi netrofil,
limfosit plasma biru dan sel smudge.Kelainan benda inklusi

46
meliputi Benda Dohle, anomali May-Hegglin, inklusi
Histoplasma, Auer rod, dan Benda Faggot.Beberapa
abnormalitas morfologi leukosit khas ditemukan pada
keganasan hematologi, namun tidak semua abnormalitas
leukosit hanya ditemukan pada kelainan keganasan
hematologi.Kelainan lain seperti infeksi bakterial, virus, atau
jamur juga dapat menimbulkan abnormalitas morfologi leukosit
tertentu, bahkan beberapa kelainan langka seperti sindrom-
sindrom tertentu juga dapat menimbulkan abnormalitas leukosit
yang khas. Berikut beberapa abnormalitas morfologi leukosit
yang mungkin ditemukan:
Inti ganda:
- Jumlah inti sel lebih dari
satu dalam satu
sitoplasma
- Hasil pembelahan yang
tidak sempurna
- Dapat terjadi pada sel
plasma

Inti Piknotik :
- Sel dengan inti yang
sudah mengalami
degenerasi atau
kerusakan
- Sel dalam proses
kematian

47
Hiposegmentasi Neutrofil
(Pelger Huet/ Pseudo
Pelger Anomaly):
- Netrofil dengan lobus
kurang dari 3 segmen
- Pelger huet merupakan
kelainan genetik
- Pseudo pelger
merupakan
hiposegmentasi didapat
karena penyakit
tertentu seperti infeksi
berat, mielodisplasia
Hipersegmentasi Neutrofil:
- Netrofil dengan lobus >
5 segmen
- Didapatkan pada
anemia megaloblastik

Hipogranulasi :
- Netrofil tanpa granula
- Disebabkan kelainan
perkembangan
- Terdapat pada
mielodisplasi

Granulasi Toksik
(Hipergranulasi) :
- Netrofil dengan granula
kasar dan difus
- Ditemukan pada
inflamasi berat seperti
sepsis

48
Anomali Alder-Reilly :
- Hipergranulasi
- Kelainan genetik langka
- Ada gangguan pada
metabolisme
mukopolisakarida

Sindrom Chediak-Higashi :
- Kelainan genetik langka
- Hipergranulasi netrofil,
eosinofil, limfosit dan
monosit
- Granula besar

Vakuolisasi Neutrofil :
- Neutrofil dengan
sitoplasma bervakuola
- Biasanya multipel
- Menunjukkan aktivasi
neutrofil
- Terdapat pada inflamasi
berat seperti sepsis

Limfosit Plasma Biru :


- Limfosit berukuran
besar dengan
sitoplasma berwarna
biru
- Menunjukkan aktivasi
limfosit
- Dapat ditemukan pada
infeksi virus (biasanya
infeksi Dengue)

49
Sel Smudge/Sel Basket/Sel
Rusak :
- Leukosit yang rusak
- Bentuk bervariasi mulai
dari leukosit tanpa
sitoplasma (hanya inti
sel saja) dengan inti
selnya masih intak
hingga bentukan sisa sel
dengan inti dan
sitoplasma yang tidak
intak
- Dilaporkan tanpa
menghitung jumlahnya
- Jumlah yang banyak
sering ditemukan pada
leukimia akut
Benda Dohle :
- Benda inklusi basofilik
pada sitoplasma
leukosit berwarna
biru/keabu-abuan,
- Biasanya tunggal
- Ditemukan pada infeksi,
keganasan, luka bakar
luas, dan anomali May-
Hegglin
Anomali May-Hegglin :
- Kelainan genetik yang
langka
- Karaketiristik khas
Benda Dohle, Giant
Thrombocyte, dan
trombositopenia

50
Inklusi Histoplasma :
- Infeksi Histoplasma
capsulatum, sejenis
jamur mikroskopis yang
menjadi parasit dalam
leukosit
- Dapat ditemukan pada
keadaan defisiensi
imunitas
Auer rod :
- Benda inklusi
berbentuk jarum pada
sitoplasma mieloblas
atau promielosit
- Tunggal
- Khas pada leukimia
mieloid
- Dapat ditemukan pada
leukimia mieloid akut
tipe M2
Benda Faggot :
- Sama dengan Auer rod,
namun jumlahnya lebih
dari satu atau multipel
- Dapat ditemukan pada
leukimia mieloid akut
tipe M3

C. Alat dan Bahan


1. Preparat SADT
2. Mikroskop
3. Minyak emersi
4. Alkohol 70%

51
D. Cara Kerja
1. Pasang preparat SADT pada meja uji
mikroskop.
2. Nyalakan mikroskop, pasang lensa objektif 10x,
putar makrometer dan mikrometer hingga
lapang pandang menjadi fokus
3. Cari zona baca (IV,V,VI), evaluasi seluruh
lapang pandang perbesaran 10x objektif
4. Lakukan estimasi jumlah leukosit pada
beberapa lapang pandang zona baca
5. Ganti lensa objektif 10x menjadi 40x, fokuskan
lapang pandang
6. Evaluasi jenis & morfologi leukosit yang
abnormal, lakukan penilaian pada beberapa
lapang pandang
7. Ganti lensa objektif 40x menjadi 100x, beri
minyak emersi, putar mikrometer hingga
lapang pandang menjadi fokus untuk
memperjelas pandangan pada leukosit
abnormal
8. Evaluasi keadaan granula, nukleoli dan
kromatin leukosit, lakukan identifikasi
abnormalitas
9. Lakukan langkah 6-7 kembali terhadap leukosit
yang lain pada beberapa lapang pandang yang
berbeda
E. Interpretasi hasil
Hasil dilaporkan sebagai berikut:
Leukosit
Estimasi jumlah leukosit tampak menurun /normal
Jenis leukosit: normal, abnormal, jika abnormal sebutkan
Tanda-tanda keganasan hematologi: ada/tidak ada
Kelainan Morfologi Leukosit: +/-, sebutkan jika +

52
Kelainan inti: +/-, sebutkan jika +
Kelainan sitoplasma: +/-, sebutkan jika +
Benda inklusi: +/-, sebutkan jika +

Contoh: Zona baca, perbesaran 10x objektif

Leukosit
Estimasi jumlah leukosit tampak menurun
Jenis leukosit: normal
Tanda-tanda keganasan hematologitidak ada
Kelainan Morfologi Leukosit: -
Kelainan inti: -
Kelainan sitoplasma: -
Benda inklusi: -

Tugas
Jawablah pertanyaan berikut!
1. Jelaskan tahapan granulopoiesis dan limfopoiesis!
2. Jelaskan perbedaan leukemia myeloid dan limfoid!
3. Jelaskan perbedaan leukemia akut dan kronis!
Catatan: jawaban ditulis tangan, gambar diprint, sertakan
bersama laporan.

53
MIKROBIOLOGI

54
PRAKTIKUM 1
Pewarnaan Ziehl Nielsen dan Jamur
1. Pemeriksaan Sputum BTA & Pewarnaan Ziehl Nielsen
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Melatih mahasiswa untuk dapat melakukan pewarnaan
Ziehl-Nelssen serta pembacaan sediaan apus sputum pada
smear sputum (pemeriksaan Bakteri Tahan Asam/BTA)

B. DASAR TEORI
Saat ini kriteria terpenting untuk menetapkan dugaan
diagnosis TB adalah berdasarkan pewarnaan tahan asam.
Walau demikian, metode ini kurang sensitif, karena baru
memberikan hasil positif bila terdapat >10 3 organisme/ml
sputum. Kultur memiliki peran penting untuk menegakkan
diagnosis TB karena mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas yang lebih baik daripada pewarnaan tahan
asam. Kultur Lowenstein- Jensen(LJ) merupakan baku emas
metode identifikasi Mycobacterium tuberculosis, dengan
sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 99% dan 100%,
akan tetapi waktu yang diperlukan untuk memperoleh hasil
kultur cukup lama, yaitu sekitar 8 minggu. Hal ini tentu saja
akan menyebabkan keterlambatan yang bermakna untuk
menegakkan diagnosis dan memulai terapi. Secara umum,
metode penegakan diagnosis yang banyak digunakan saat
ini adalah metode lama.
Salah satu kriteria penting penegakan diagnosis TB paru
yang direkomendasikan oleh WHO, yaitu menemukan BTA
pada pemeriksaan mikrsokopik 3 sediaan apus sputum SPS
dengan pewarnaan Ziehl Neelsen. Pemeriksaan
mikroskopis ini mudah dilakukan dan biayanya cukup
ekonomis, sehingga dapat diaplikasikan hingga pada
laboratorium-laboratorium sederhana di Puskemas yang
terletak di berbagai pelosok Indonesia. Walaupun
pemeriksaan mikroskopis BTA apus sputum dengan
pewarnaan Ziehl Neelsen memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang lebih rendah dibandingkan hasil kultur M.
tuberculosis, tetapi prosedur pemeriksaannya relatif

55
mudah dan sederhana, serta hanya membutuhkan sarana
sederhana dan mudah didapat yaitu mikroskop cahaya.
Bahan pemeriksaan TB biasanya berupa sputum yang
diambil dari pasien tersangka KP (Koch pulmonum), tetapi
dapat pula diambil dari lokasi lain seperti cairan otak, getah
lambung, urine, ulkus.

1. KETERAMPILAN PENGUMPULAN SPUTUM


Dalam program pengendalian tubrculosis, diagnosis
ditegakkan melalui pemeriksaan sputum secara
mikroskopis langsung yang diambil 3 kali berturut-turut :
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS). Pemeriksaan 3 spesimen
(SPS) sputum secara mikroskopis langsung menjadi pilihan
karena nilainya setara dengan pemeriksaan sputum secara
kultur atau biakan. Pemeriksaan kultur memerlukan waktu
lebih lama (paling cepat sekitar 6 minggu) dan mahal.

Waktu Pengumpulan Spesimen


Dibutuhkan tiga spesimen sputum untuk
menegakkan diagnosis TB secara mikroskopis. Spesimen
sputum paling baik diambil pada pagi hari selama 3 hari
berturut-turut (pagi-pagi-pagi), tetapi untuk kenyamanan
penderita pengumpulan sputum dilakukan : Sewaktu – Pagi
– Sewaktu (SPS) dalam jangka waktu 2 hari.
Sewaktu hari -1 (sputum sewaktu pertama = A)
 Kumpulkan sputum spesimen pertama pada saat pasien
berkunjung ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan)
 Beri pot sputum pada saat pasien pulang untuk
keperluan pengumpulan sputum pada hari berikutnya.

56
Pagi hari -2 (sputum pagi = B)
 Pasien mengeluarkan sputum spesimen kedua pada
pagi hari kedua setelah bangun tidur dan membawa
spesimen ke laboratorium.
Sewaktu hari -2 (sputum sewaktu kedua = C)
 Kumpulkan sputum spesimen ketiga di laboratorium
pada saat pasien kembali ke laboratorium pada hari
kedua saat membawa sputum pagi (B).
Tempat Pengumpulan Sputum
Pengumpulan sputum dilakukan di ruang terbuka
dan mendapat sinar matahari langsung atau di ruangan
dengan ventilasi yang baik, untuk mengurangi kemungkinan
penularan akibat percikan sputum yang infeksius.
Jangan mengambil sputum di ruangan tertutup
dengan ventilasi yang buruk, misalnya:
 Kamar kecil / toilet
 Ruang kerja (ruang pendaftaran, ruang pengumpulan
sampel, laboratorium, dsb)
 Ruang tunggu, ruang umum lainnya

Syarat pot sputum yang ideal :


 Sekali pakai.
 Bahan kuat, tidak bocor dan tidak mudah pecah.
 Tutup berulir, dapat menutup rapat.
 Plastik jernih/ tembus pandang.
 Mulut lebar, diameter 6 cm.
 Dapat ditulisi dengan pena
Pot sputum yang tidak dianjurkan:
 Tidak tembus pandang
 Terlalu kecil
 Tutup tidak berulir

57
Sputum mukoid Sputum purulen

Sputum + darah Bukan dahak, tetapi air liur

Indikasi :
Tujuan pemeriksaan mikroskopis sputum adalah :
 Menegakkan diagnosis TB
 Menentukan potensi penularan
 Memantau hasil pengobatan pasien

2. KETERAMPILAN PEMBUATAN SEDIAAN APUS

Sediaan apus yang baik ialah :


• Berasal dari dahak mukopurulen, bukan air liur.
• Berbentuk spiral-spiral kecil berulang (coil type), yang
tersebar merata, ukuran 2 x 3 cm.
• Tidak terlalu tebal atau tipis.
• Setelah dikeringkan sebelum diwarnai, tulisan pada surat
kabar 4 - 5 cm di bawah sediaan apus masih terbaca.

Cara penanganan dahak yang bercampur darah :


1. Dahak dengan darah sedikit: Pilih bagian dahak yang tidak
mengandung darah, dan buat sediaan seperti biasa

58
2. Dahak dengan darah sedang. Buat sediaan, kemudian fiksasi,
genangi dengan air bersih/aquades lalu digoyang-goyang
sampai warna merah darah hilang. Lalu air dibuang dan bilas
lagi dengan air kemudian warnai dengan Ziehl-Neelsen.

3. KETERAMPILAN PEMBACAAN SEDIAAN APUS


Sediaan dahak yang telah diwarnai dapat dinilai baik
atau jelek dengan memperhatikan beberapa hal secara
makroskopis dan mikroskopis, di antaranya :
 Kualitas dahak : ditemukan adanya makrofag atau
leukosit > 25 LP dengan pembesaran 100x
 Ukuran sediaan : 2 x 3 cm
 Kerataan : Sediaan tampak rata atau tidak terkelupas
 Ketebalan sediaan : seluruh bagian sediaan dapat dilihat
dengan jelas pada setiap lapang pandang
 Kualitas pewarnaan : BTA dan latar belakang dapat
dibedakan dengan jelas
 Kebersihan sediaan : adanya sisa zat warna, kotoran
harus dihindarkan agar tidak mengganggu pembacaan

Interpretasi BTA
Hasil dilihat dibawah lensa objektif 100 x (+ minyak
emersi). Minimum diperiksa sebanyak 300 LP, sebelum
dinyatakan negatif (–)
Intepretasi BTA (quantitative report) menurut Kemenkes /
Union Against Tuberculosis and Lung Diseases ( IUATLD ) :
 Tidak ada BTA : 0 / 100 LP
 Meragukan = 1-9/100 LP
 1 + = 10-99/100 LP
 2 + = 1-10/LP, periksa minimal 50 LP
 3 + = > 10 BTA dalam 1 LP, periksa minimal 20 LP

C. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan antara lain alcohol 70%, ose
steril, pembakar tungsten (spiritus), object glass, deck glass,

59
larutan Karbol Fuchin (ZN), methylene blue, mikroskop,
biakan bakteri

D. CARA KERJA PEWARNAAN ZEIHL-NELSSEN


1. Gelas benda dicuci menggunakan alcohol 70%,
kemudian dikeringkan menggunakan tissue dan
selanjutnya dibakar di atas bunsen.
2. Biakan (sputum) diambil menggunakan ose bulat
kemudian digoreskan (di smear) di atas gelas benda.
Biarkan kering.
3. Gelas benda yang berisi smear yang sudah kering dijepit
dengan penjelit, kemudian fiksasi diatas api sebanyak
3x berturut-turut.
4. Preparat dituangi dengan larutan Karbol Fuchin (ZN A)
hingga seluruh smear tertutup cat.
5. Panaskan diatas api spiritus, sampai keluar uapnya
tetapi jaga jangan sampai kering. Biarkan dalam
keadaan ini selama 3-5 menit.
6. Cuci preparat dengan air mengalir, kemudian kering
anginkan.
7. Preparat dituangi dengan larutan HCl Alcohol (ZN B)
diamkan selama 30 detik.
8. Cuci preparat dengan air mengalir, kering anginkan.
9. Tuangi preparat dengan larutan Methylen Blue (ZN C)
dan biarkan selama 2 menit.
10. Cuci dengan air mengalir. Kering anginkan dan periksa
di bawah mikroskop dengan perbesaran kuat

Keterangan: Hasil pengecatan BTA dengan pewarnaan


Ziehl-Nelssen adalah berwarna merah, sedang bakteri selain
BTA berwarna biru, serta latar belakang smear berwarna
biru.

60
NO LANGKAH PEMBACAAN SEDIAAN APUS
MENCUCI TANGAN
1 Lakukan cuci tangan rutin
MENYIAPKAN MIKROSKOP
2 Siapkan mikroskop dan letakkannya di meja dengan
permukaan datar dan tidak licin
3 Atur tegangan lampu ke minimum
4 Nyalakan mikroskop memakai tombol ON.
5 Sesuaikan dengan pelan-pelan sampai intensitas cahaya yang
diinginkan tercapai
6 Letakkan sediaan yang telah diwarnai ke atas meja sediaan.
7 Putar lensa objektif ke objektif 10 x
8 Atur dengan tombol pengatur fokus kasar dan pengatur fokus
halus sampai sediaan terlihat jelas
9 Sesuaikan jarak antar pupil sampai gambar kiri dan gambar
kanan menyatu dengan cara menggeser-geser kedua lensa
okuler (karena setiap orang mempunyai jarak antar pupil
yang berbeda-beda)
10 Fokuskan gambar dengan mata kanan dengan cara melihat ke
dalam okuler kanan dan sesuaikan dengan tombol pengatur
focus halus.
11 Fokuskan gambar dengan mata kiri dengan cara melihat ke
dalam okuler kiri dan putar. cincin penyesuai diopter sampai
didapatkan gambar yang paling jelas, baik untuk mata kiri
maupun mata kanan.
12 Buka diafragma sampai 70 – 80%, hingga lapangan pandang
terang dengan merata.
PEMBACAAN SEDIAAN APUS
13 Teteskan satu tetes minyak emersi. Aplikator minyak emersi
tidak boleh menyentuh kaca objek. Tetesan harus jatuh bebas
ke permukaan sediaan apus agar aplikator minyak emersi
tidak terkontaminasi dengan sediaan

61
14 Putar lensa objektif 100x dengan hati-hati ke atas sediaan
apus. Jangan sekali-kali lensa menyentuh kaca sediaan.
15 Sesuaikan fokus dengan hati-hati sampai sel-sel terlihat
dengan jelas
16 Lakukan pembacaan sediaan apus secara sistematis untuk
memastikan hasil yang dilaporkan mewakili seluruh
bagian sediaan.
17 Mulai pembacaan dari ujung kiri ke ujung kanan dan
dilakukan pada sediaan yang sel-selnya terlihat, bila sediaan
tampak kosong, geser pada lapang pandang lainnya

18 Lakukan interpretasi sediaan secara kuantitatif


19 Begitu sediaan selesai dibaca, putar objektif 100 x menjauhi
kaca sediaan, tempatkan objektif 10 x di atas sediaan, lalu
sediaan diambil.
20 Bila telah selesai, atur kembali pengatur tegangan lampu ke
minimum dan matikan mikroskop dengan menekan tombol
OFF.
21 Setelah selesai pembacaan, bersihkan minyak dari sediaan
apus dengan menggunakan kertas tissue
22 Setelah kering, tempatkan sediaan apus tersebut dengan hati-
hati dalam kotak penyimpanan guna pengontrolan kualitas
oleh laboratorium rujukan
23 Setiap selesai menggunakan mikroskop, bersihkan dengan
hati-hati minyak emersi dari lensa objektif 100 x dengan
menggunakan kertas lensa/kain halus,

62
MENCUCI TANGAN
24 Cuci tangan rutin

Tugas praktikan :
1. Membuat preparat dengan pengecatan ZN
2. Baca sediaan apus/preparat hasil buatan praktikan
dengan preparat awetan yang disediakan.
3. Gambar dan berikan penjelasan pada buku laporan

Nama Bakteri :
Pewarnaan :
Perbesaran :
Bentuk sel :
Hasil pembacaan :

Nama Bakteri :
Pewarnaan :
Perbesaran :
Bentuk sel :
Hasil pembacaan :

63
PRAKTIKUM 2
PEMBUATAN PREPARAT DAN PEWARNAAN JAMUR

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Melatih mahasiswa untuk dapat membuat preparat
basah untuk identifikasi jamur benang
2. Melatih mahasiswa untuk dapat membuat preparat
basah khamir (KOH)
3. Melatih mahasiswa untuk dapat mengidentifikasi jamur
dan khamir pada preparat awetan.

B. DASAR TEORI
Pengamatan morfologi/identifiksi jamur ini meliputi
pengamatan morfologi/identifikasi terhadap jamur benang dan
khamir yeast. Pengamatan mikroskopis jamur ini sangat penting
untuk identifikasi dan determinasi.
Pada pengamatan morfologi jamur benang perlu
diperhatikan:
1. Hifa : bersekat (septate) atau tidak (non-septate atau
coenocytic), transparan atau keruh, dan warnanya.
2. Spora seksual : oospora, askosopra, basidiospora atau
bentuk lain.
3. Spora aseksual : sporangiospora, konidiospora, artrospora
atau bentuk lain. Selain itu juga bentuk, warna dan
ukurannya.
4. Badan buah : kolumel, vesikula, dan tentukan juga warna
dan bentuknya.
5. Bentuk khusus : stolon, rhizoid,sel kaki,dsb.

Fungi:
1. Moulds (filamentous): memproduksi hifa dan miselium.
2. Yeasts: jamur uniselluler yang bereproduksi secara
bertunas (budding)

64
3. Dimorphic: tumbuh sebagai mould (lingkungan) atau yeast
(pada host manusia)

Kingdom fungi:
1. Phylum Zygomycota
2. Phylum Ascomycota
3. Phylum Basidiomycota
4. Phylum Chytridiomycota

1. Zygomycota
Zygomycota adalah jamur kapang yang memiliki hifa tidak
bersekat (aseptae) pada kondisi normal/vegetatif. Jamur ini
bersifat coenocytic (selnya berinti banyak) dan dapat
membentuk struktur dorman bersifat sementara yang disebut
zigospora.
Cara perkembangbiakan jamur dari divisi Zygomycota
melalui dua cara, yaitu aseksual dan seksual. Perkembangbiakan
secara aseksual dilakukan dengan spora yang berasal dari
sporangium yang telah pecah. Beberapa hifa akan tumbuh dan
ujungnya membentuk sporangium yang berisi spora. Spora yang
terhambur inilah yang akan tumbuh menjadi miselium baru.
Sedangkan perkembangbiakan secara seksual dilakukan melalui
peleburan dua hifa, yaitu hifa betina dan hifa jantan. Hifa jantan
adalah hifa yang memberikan isi selnya. Hifa betina adalah hifa
yang menerima isi selnya. Perkembangbiakan ini dilakukan
dengan gametangium yang sama bentuknya (hifa jantan dan hifa
betina) yang mengandung banyak inti. Selanjutnya,
gametangium mengadakan kopulasi.

Ciri-ciri jamur yang termasuk dalam divisi Zygomycota adalah:


1. Biasa hidup sebagai saprofit
2. Miselium bercabang banyak dan hifa tidak bersekat sehingga
terlihat seperti pipa atau buluh

65
3. Dinding sel terdiri atas kitin
4. Tidak memiliki zoospora sehingga sporanya merupakan sel-
sel yang berdinding

Beberapa contoh jamur yang termasuk dalam


divisi Zygomycota adalah sebagai berikut.
 Mucor mucedo: hidup sebagai saprofit pada sisa tumbuhan
dan hewan
 Mucor javanicus: berperan dalam pembuatan tapai karena
jamur ini terdapat dalam ragi tapai
 Rhizopus sp.: terdapat pada ragi tempe ini mempunyai daya
untuk memecah putih telur dan lemak.

1.Rhizopus stolonifer

`Gambar 1. Bagian-bagian dari Rhizopus stolonifer

Rhizopus stolonifer merupakan salah satu dari jenis jamur


Zygomycotina. Jenis jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-
cabang dan berfungsi sebagai akar (rizoid) untuk melekatkan
diri serta menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Selain

66
itu, terdapat pula sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan
mengandung banyak inti sel, di bagian ujungnya terbentuk
sporangium (sebagai penghasil spora), serta terdapat stolon
(hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid dan
sporangiofor)
Rhizopus Stolonifer terutama banyak dijumpai pada roti dan
menyebabkan kerusakan pada roti tersebut. Spora berada pada
udara, tanah ataupun diri kita, yang kemudian apabila jatuh
pada roti maka spora tersebut akan tumbuh dengan sangat
cepat.

B. Ascomycota
Ascomycota adalah kelompok jamur yang berkembang biak
dengan membentuk spora di dalam selnya (kantung kecil) yang
disebut askus. Dinding selnya terdiri atas kitin. Pembentukan
askus inilah yang menjadi ciri jamur dari divisi Ascomycota.
Bentuk hifa pada Ascomycota adalah bersekat – sekat.
Kelompok jamur divisi Ascomycota dapat hidup sebagai saprofit,
parasit, atau bersimbiosis.
Kelompok jamur dari divisi ascomycota seperti
Aspergillus dan Penicillium, dapat ditemui di permukaan roti,
nasi, dan makanan yang sudah basi. Umumnya, jamur jenis ini
memiliki warna merah, cokelat, atau hijau.

Mycotoxin :
a. Aflatoxins - Aspergillus spp
b. Citrinin – Penicillium spp

67
a. Aspergillus sp

Gambar 2. Bagian-bagian dari Aspergillus sp. Konidia (C), phialid


primer (P), phialid sekunder (S), vesikel (V).

Jamur Aspergillus bersifat patogen fakultatif, banyak


ditemukan di tempat lembab dan basah, misalnya di ruang
bawah tanah, di lubang galian tanah, pada makanan maupun di
luka terbuka yang terpapar jamur dari lingkungan. Aspergillus
fumigatus adalah penyebab umum infeksi pada manusia, baik
aspergilosis bentuk invasif maupun yang non invasif
(aspergiloma/bola jamur). Morfologi jamur menunjukkan
bentuk kepala konidia yang kolumnar.

2. Penicillium sp
Penicillium mempunyai hifa yang bersepta dan konidia yang
halus diatas phialid yang keluar dari metula. Konidiofor
mempunyai 4-5 metula, yang masing-masing metula mempunyai
4-6 phialide. Hialohifomikosis adalah infeksi jamur
hyphomycetes yang tidak berpigmen yang jaringannya adalah
miselium. Termasuk dalam kelompok jamur ini adalah
Penicillium, Fusarium, Acremonium, Paecilomyces, Beauveria dan

68
Scopulariopsis. Penicillium marneffei yang endemik di Asia
Tenggara, banyak menimbulkan infeksi pada orang dengan
immunocompromised dan jarang terjadi pada penderita yang
imunocompetent.

Gambar 3. Bagian-bagian dari Penicillium . Konidia (C), Phialid


(P), Metula (M).

3. Dermatofita
Dermatofita merupakan golongan jamur yang melekat dan
tumbuh pada jaringan keratin, jamur menggunakan jaringan
keratin sebagai sumber makanannya. Jaringan yang
mengandung keratin ialah jaringan seperti stratum korneum
kulit, kuku, dan rambut pada manusia. terdiri dari spesies
Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Penyakit kulit
yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita ini disebut
dengan dermatofitosis. Dermatofitosis disebut juga dengan tinea
dan memiliki variasi sesuai dengan lokasi anatominya seperti
tinea kapitis, tinea barbae, tinea kruris, tinea pedis, dan tinea
korporis.

69
Gambar 4. Makrokonidia pada dermatofita

Tricophyton : Mikrokonidia bentuk bulat, memiliki banyak hifa


bentuk spiral, makrokonidia benbentuk pensil.
Microsporum : Mikrokonidia bentuk lonjong tidak khas.
Makrokonidia bentuk kumparan ujung runcing, terdiri atas
6 sel atau lebih, dinding tebal.

Epidermophyton : hifa lebar, makrokonidia berbentuk gada,


dinding tebal, terdiri atas 2-4 sel. Beberapa makrokonidia
tersusun pada satu konidiofora. Mikrokonidia biasanya
tidak ditemukan.

Pengamatan Khamir
Khamir adalah jamur uniseluler yang mikroskopis dan
tidak membentuk percabangan permanen. Khamir disebut juga
yeast dan umumnya berkembang biak dengan tunas (budding)
atau melalui pembelahan sel (binary fission) disebut fission yeast.
Morfologinya berbeda dengan sebagian besar jamur yang
tumbuh sebagai hifa yang menyerupai benang.
Candida spp. mempunyai dua morfologi. Pada keadaan
normal, Candida spp. berada dalam bentuk ragi, yang
merupakan sel tunggal. Dalam bentuk ini, Candida spp.
bereproduksi dengan membentuk blastospora, yaitu spora yang
dibentuk dengan pembentukan tunas. Dalam proses ini, sel ragi

70
Candida spp. membentuk tunas yang kemudian tumbuh semakin
besar dan akhirnya melepaskan diri melalui proses budding.
Pada kondisi tertentu, termasuk pada saat menginfeksi,
organisme ini dapat mengalami perubahan morfologi menjadi
lebih bersifat invasif, yaitu bentuk hifa atau miselial atau
filamentous. Dalam bentuk miselial, Candida spp. membentuk
hifa dan pseudohifa. Hifa berbentuk tabung, terbentuk dari
blastospora yang terus menerus mengalami pertumbuhan pada
apeksnya, yang pada stadium awal terlebih dahulu membentuk
germ tube, sehingga tidak terdapat septum antara blastospora
dan bagian sel yang tumbuh.
Pseudohifa terbentuk dari sel tunas, seperti blastospora,
yang bermultiplikasi, tetapi sel anak tidak lepas dari sel
induknya dan terus menerus memanjang sehingga menyerupai
hifa, sehingga terdapat septum antara blastospora dan bagian sel
yang tumbuh, serta pada bagian ini terdapat bagian yang
menyempit. Bila Candida spp. berada di lingkungan yang tidak
optimal untuk melakukan pertumbuhan atau pun ditanam di
medium tertentu, organisme ini dapat membentuk
klamidospora, yaitu spora aseksual yang terbentuk dari suatu sel
atau segmen hifa yang membulat dan membesar, serta
dindingnya mengalami penebalan. Klamidiospora dibentuk di
sepanjang hifa berseptum ataupun di terminal, dan semakin
lama semakin banyak, sehingga hifa tersebut akhirnya tertutup
dan tidak lagi terlihat jelas.

71
Gambar 5. Candida albicans

C. BAHAN DAN ALAT


Pembuatan Preparat Jamur mold
- Media roti berjamur
- Larutan mounting medium Laktofenol
- Ose jarum
- Gelas benda dan deck glass
- Lampu spiritus
- Mikroskop dan tissue lensa
- Xylol
- Preparat awetan Rhizopus stolonifer, Aspergillus sp,
Penicillium sp, , makrokonidia.

Pembuatan Preparat Jamur yeast


- Biakan murni Candida albicans.
- Alkohol 70%
- Larutan KOH 10%
- Larutan Methyleen blue 0,01%
- Gelas benda dan deck glass
- Lampu spiritus
- Ose jarum
- Mikroskop, xylol, tissue

72
D. CARA KERJA
Preparat basah jamur benang:
1. Bersihkan gelas benda dengan alcohol sampai bersih
(bebas dari lemak dan debu).
2. Ambil sedikit biakan jamur dengan ose jarum dan
kemudian letakkan pada gelas benda.
3. Kemudian teteskan larutan mounting medium
Laktofenol pada bagian atas biakan.
4. Jika masa,miselium jamur mengumpul, maka regangkan
dengan ose jarum
5. Tutup dengan deck glass dan periksa di bawah
mikroskop dengan perbesaran sedang
6. Laporkan hasilnya. Gambar dan beri keterangan

Pewarnaan Jamur yeast dengan KOH


Bersihkan gelas benda dan deck glass sampai bebas debu
dan lemak, dengan menggunakan alcohol 70%, lalu fiksasi
di atas nyala api spiritus
Ambil secara aseptic 1 ose biakan Candida albicans.
Letakkan 1 tetes KOH 10% dan 1 tetes larutan Methylene
Blue 0,01% diatas smear Candida albicans tanpa
menyentuh hasil smear.
Tutup dengan deck glass. Jaga jangan sampai terbentuk
gelembung udara pada waktu meletakkan deck glass.
Beri label pada ujung gelas benda
Amati dengan mikroskop dengan perbesaran sedang

Laporkan hasilnya, pada format laporan sebagai


berikut.

73
TugasPraktikan :
- Membuat preparat dengan pengecatan laktofenol & KOH
- Bandingkan preparat hasil buatan praktikan dengan
preparat awetan yang disediakan.
- Gambar dan berikan penjelasan pada buku laporan

1. Rhizopus
Hifa tidak bersepta,
3 Jenis hifa :
-Sporangiophore
- Stolon
-Rhizoid
Sporangium
Spora
Penyakit : Mucormycosis
Material : Sputum
2. Aspergillus sp
Konidia
Phialid/Sterigmata
Metulae
Vesikel
Konidiophor
Hifa bersepta
Penyakit : Aspergillosis paru
Material : sputum
3. Penicilium sp
Konidiospora
Phialid/Sterigmata
Konidiophor
Hifa bersepta
Penyakit : Tuberculosis-like
disease pada penderita
AIDS

74
Material : Sputum
4. Candida albicans.
Sel ragi (yeast) bentuk
oval/sferis/elipsoid,
sel budding/blastospora,
unicelluler fungi,
pseudomycellium/ pseudohifa
ukuran 2,5x7-11 mikron
Penyakit :
Candidiasis/Moniliasis
(kulit, mukosa vagina,
mulut, organ
dalam, dll),
Material : Kerokan kulit, apusan
mukosa, sputum, tinja, darah,
urine, dll
5. Dermatofita

hifa bersepta,
Makrokonidia, berbentuk
gada/pensil, 8-15x35-150
mikron/4-15 septa.

Penyakit :Dermofitosis, Mycosis


superficial
Material : Kerokan kulit, kuku,
rambut

75
PARASITOLOGI

76
PRAKTIKUM 1
Pemeriksaan Darah Tebal dan Identifikasi Malaria

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan darah tebal untuk
diagnosis malaria
2. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi Plasmodium
3. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosis etiologi
malaria

B. Alat dan Bahan


Pembuatan sediaan darah
1. Mikroskop
2. Object glass
3. Lancet steril
4. Larutan giemsa
5. Aquades
6. Kapas
7. Alkohol 70%
8. Arloji/ timer
9. Buku laporan
10. Bolpoint/ pensil.
Identifikasi plasmodium
1. Mikroskop
2. Buku kerja
3. Pensil warna
4. Awetan sediaan darah tipis dan tebal spesies
Plasmodium

C. DASAR TEORI
Seiring berkembangnya teknologi, berkembang pula
alat diagnosis canggih untuk diagnosis malaria seperti
Quatitative Buffy Coat (QBC), Polymerase Chain

77
Reaction(PCR), dipstick test, dll.Alat diagnosis canggih ini
memiliki kelemahanlebih rumit, mahal, dan sulit
menentukan parasit malaria secara kuantitatif sehingga
tidak dapat menentukan berat ringannya malaria yang di
derita pasien. Sebaliknya pemeriksaan mikroskopis
Plasmodium menggunakan sediaan darah digunakan
sebagai gold standar pada diagnosis malaria karena lebih
praktis, akurat, dan murah. Sediaan darah tebal dapat
digunakan untuk menentukan berat ringanya penyakit
malaria karena dapat menghiung secara kuantitatif jumlah
Plasmodium.
Sediaan darah tebal baik digunakan untuk diagnosis
malaria terutama pada kondisi parasitemia ringan/ rendah
karena mengandung darah 16-30 kali lebih banyak.
Plasmodium lebih mudah ditemukan karena jumlah darah
lebih banyak, area pengamatan lebih sempit, dan jumlah
Plasmodium lebih padat..
Darah yang digunakan untuk pemeriksaan dapat
berasal dari
1. ujung jari (pemilihan jari dilakukan pada sisi lateral
ujung jari)

78
2. ujung telinga,

3. ujung tumit atau ibu jari kaki (pada bayi),

permukaan
plantar ibu
jari kaki

permukaan lateral/
medial tumit

4. darah vena.
Jika pemeriksan menggunakan darah vena, gunakan
tetesan pertama dari ujung jarum pada spuit injeksi.
Antikoagulan tidak digunakan saat pengambilan darah
karena dapat menyebabkan distorsi Plasmodium,
mengganggu proses pengecatan sehingga tampak pucat,
dan menyebabkan degenerasi Plasmodium terutama
stadium tropozoit tua atau schizont.

Pengecatan sebaiknya dilakukan sebelum 24 jam.


Darah kehilangan afinitasnya terhadap cat setelah 3
hari.Pengecatan pada sediaan darah tebal mengakibatkan
lisisnya eritrosit sehingga yang terlihat hanya lekosit,

79
platelet, dan Plasmodium (jika terinfeksi). Proses
pengeringan tidak boleh menggunakan pemanasan karena
menyebabkan fiksasi eritrosit. Kesalahan yang mungkin
terjadi pada saat pembuatan sediaan darah tebal meliputi
jumlah darah terlalu banyak/ terlalu sedikit, objek glass
berlemak, atau tepi glass spreader slidetidak rata

D. PROSEDUR KERJA
Pembuatan sediaan darah tebal
1. Siapkan seluruh alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini
2. Cuci tangan sebelum praktikum
3. Tusuk ujung jari:
a. tentukan tusukan (jari ke 3 atau ke 4) tangan kiri,
pada bagian tepi arah lateral jari,
b. disinfeksi jari dengan kapas alkohol 70%,
c. tusuk ujung jari dengan tepat dan cepat,
d. usap tetesan pertama dengan kapas kering
4. Gunakan tangan kanan untuk memegang objek glass
pada bagian tepinya. Gunakan tangan kiri untuk
menekan jari yang telah ditusuk agar tetesan darah
dapat keluar
5. Usap bekas tusukan menggunakan kapas kering
6. Tempatkan 2-3 tetes darah pada tengah objek glass
7. Usap bekas tusukan menggunakan kapas kering
8. buat apusan darah tebal menggunakan ujung objek glass
lain dengan cara memutar searah jarum jam sehingga
terbentuk bulatan dengan diameter 1-1,5cm
9. Beri label pada ujung objek glass
10. Biarkan sediaan darah tebal mengering tanpa
pemanasan. Proses pengeringan sediaan dilakukan pada
tempat yang datar.

80
Hindarkan dari gangguan serangga, debu, pemanasan,
kelembapan tinggi, dan getaran
11. Segera lakukan pengecatan. Pengecatan dilakukan
selambat-lambatnya dalam 24 jam

Pewarnaan giemsa pada sediaan darah tebal


1. Genangi objek glass dengan larutan giemsa hingga
menutupi seluruh permukaan.
Pengecatan dilakukan menggunakan giemsa 10%
(pengenceran 1:10 dengan menambahkan 1 mL giemsa
stok dalam 9 mL aquades) dengan cara digenangi/
dicelup.
2. Diamkan selama 15-20 menit
3. Aliri sediaan dengan aquades selama 3-5 menit
alirkan air perlahan-lahan dari tepi objek glass agar cat
tidak terbawa air / mengendap. Aliri hingga larutan
giemsa yg terbuang menjadi jernih
4. Keringkan pada suhu ruangan

Pengamatan menggunakan mikroskop


1. Periksa sediaan menggunakan mikroskop binokuler
cahaya lensa okuler 10x dan perbesaran objektif 100x
2. Tetesi minyak imersi. Penggunakan minyak imersi tidak
boleh terlalu banyak karena dapat mengaburkan fokus
pandangan preparat apus.
3. Hitung jumlah parasit Plasmodium (dilakukan jika
preparat apus + Plasmodium)
4. Catat yang anda lihat pada buku laporan

81
Contoh hasil sediaan darah tebal

*Lingkaran merah adalah gambaran plasmodium

Hitung jumlah Plasmodium


1. Rumus semikuantitatif
+ =ditemukan 1-10 Plasmodium/ 100 lapang pandang
++ =ditemukan 11-100 Plasmodium/ 100 lapang pandang
+++ =ditemukan 1-10 Plasmodium/ 1 lapang pandang
++++ =ditemukan >10 Plasmodium/ 1 lapang pandang

2. Rumus kuantitatif
Parasit/µl = jumlah parasit/ 200 leukosit x rata-rata leukosit
200
Keterangan:
- Leukosit diasumsikan 8000/µl jika tidak diketahui jumlah
leukositnya
- Jumlah Plasmodium stadium aseksual (tropozoid, skizont)
dan seksual (gametosit) dihitung terpisah

82
Identifikasi Plasmodium
1. Disiapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan
dalam praktikum.
2. Pengamatan sediaan
a. Sediaan awetan dipasang pada mikroskop dengan
perbesaran kuat (100X menggunakan minyak imersi).
b. Amati morfologi parasit secara keseluruhan
c. Identifikasi dan gambarkan preparat yang ditemukan
pada buku kerja
d. Beri keterangan pada gambar

E. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan Pemeriksaan Plasmodium
NO Deskripsi Gambar
Plasmodium falciparum:
 Ukuran dan bentuk eritrosit yang terinfeksi sama dengan
eritrosit normal
 Stadium tropozoid muda dan gametosit ditemukan pada
sediaan darah tepi
 Tropozoid tua dan schizont pada sediaan darah tepi
mengindikasikan dilakukan rawat inap dan pemberian
terapi malaria berat

1 Plasmodium falciparum ( tropozoit)

- Bentuk cincin tipis/kecil 0,1-


0,3x eritrosit
- Sitoplasma tampak halus
kadang seperti cincin/ koma/
seperti burung terbang
dipinggir eritrosit (accole)/
tonjolan dipermukaan
eritrosit (knop)

83
- Kadang terdapat 2 inti pada
infeksi ganda (Multipel
infeksi)
- Bintik maurer dalam eritrosit
(maurer cleft) (tropozoid tua)
- Hemozoin/ pigmen malaria
mulai tampak (tropozoid tua)

2 Plasmodium falciparum ( schizont)

Skizont muda
- Parasit mengisi separuh
eritrosit
- Bentuk membulat
- Inti sudah membelah tapi
belum diikuti oleh
sitoplasmanya
- Pigmen malaria mulai tampak
diantara inti
- Bintik maurer menghilang

Skizont tua
- Sitoplasma tidak mengisi
seluruh eritrosit
Kira-kira ¾ bagian
- Inti sudah membelah 15-32
buah
- Pembelahan inti diikuti
pembelahan sitoplasma
membentuk merozoit
- Pigmen malaria menggumpal

84
dibagian tengah

3 Plasmodium falciparum ( makrogametosit)


- Bentuk langsing seperti
pisang
- Plasma warna biru
- Inti padat ditengah
- Pigmen malaria tersebar
disekitar inti
- Ujung relatif lancip
6 Plasmodium falciparum ( mikrogametosit)

- Bentuk lebih gemuk seperti


ginjal
- Plasma warna merah muda
- Inti lebih besar, tersebar,
pucat
- Pigmen malaria tersebar
diantara inti
- Ujung relatiftumpul

Plasmodium vivax
 Ukuran dan bentuk eritrosit yang terinfeksi 1,5-2x lebih
besar dari eritrosit normal
 Kadang cincin parasit mengisi separuh volume eritrosit
 Setiap stadium dapat ditemukan di sediaan darah tepi
 Pada infeksi berat dapat ditemukan infeksi ganda (multipel
infeksi)

1 Plasmodium vivax (tropozoit)

85
- Berbentuk cincin tebal
- Plasma yang berhadapan
dengan inti menebal
- Letak parasit sentral di dalam
eritrosit
- 1 infeksi parasit
- Tampak titik schuffner
(tropozoid tua)

2 Plasmodium vivax (schizont)

Skizont muda
- Bentuk bulat, mengisi separuh
eritrosit
- Plasma padat
- Inti sudah membelah
- Pigmen malaria berwarna
coklat diantara inti
- Terdapat titik schuffner

Skizont tua
- Inti sudah membelah 12-24
- Pembelahan inti diikuti
pembelahan sitoplasma
membentuk merozoit
- Merozoit mengisi penuh
eritrosit
- Pigmen malaria menggumpal
dibagian tengah
- Titik schuffner tetap terlihat

86
3 Plasmodium vivax (makrogametosit)

- Bentuk lonjong atau bulat,


lebih besar dari mikrogamet
- Inti kecil, kompak (padat),
letak eksentris
- Plasma tampak biru
- Pigmen tampak biru
- Pigemen malaria tersebar

4 Plasmodium vivax (mikrogametosit)

- Bentuk bulat besar, lebih kecil


dari makrogamet
- Inti besar pucat, tidak
kompak, letak sentral
- Plasma tampak pucat sampai
merah muda
- Pigmen malaria tersebar

87
DAFTAR PUSTAKA

Bakta IM. 2003. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.


DaMichael J. Leboffe, Burton E. Pierce. A Photographic Atlas for
the Microbiology Laboratory, 4th Edition Morton Publishing
Company, 2011.
Eldin A. Practical hematology. Zolfi College of Science, Dept
Medical Laboratories, 2013. From
http://faculty.mu.edu.sa/public/uploads/1335687089.7552
3-Lab-PracticalHematologyManual.pdf
E.N. Kosasih N. 2002. Tafsiran hasil pemeriksaan laboratorium
klinik. Jakarta : Kharisma Publishing Group.
Gandasoebrata. 1999. Penuntun Laboratrium klinik. Jakarta:
Dian rakyat
Guyton A. 2002. Fisiologi kedokteran,ed 9.Jakarta : EGC
Harijanto, Nugroho A, Gunawan CA. 2012. Malaria dari
molekuler ke klinis. Jakarta: EGC
Hoffbrand AV, Petit JE, Moss PAH. 2005. Kapita Selekta
Hematologi. Jakarta: EGC.
Prasetyo H. 2005. Pengantar praktikum protozoology
kedokteran edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press
(AUP)
Purnomo, rahmad A. 2015. Atlas diagnosis malaria. Jakarta: EGC

88

Anda mungkin juga menyukai