Anda di halaman 1dari 32

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2 1

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO
JL. SOEKARNO HATTA KM. 9 TELP (0451) 422611 – 422355 FAX (0451) 422844
E-MAIL: untad@untad.ac.id PALU SULAWESI TENGAH 94118

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2019


SEMESTER 2
2 BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2

SEMESTER 2

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI

BUKU
ModulPENUNTUN
ini digunakan hanya untukPRAKTIKUM
proses pendidikan

FARMAKOLOGI
Di Prodi Kedokteran FK Universitas Tadulako

MODUL INI HANYA DIGUNAKAN PADA


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO SEMESTER 2

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019 | FK UNIVERSITAS TADULAKO
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2 3

Buku Penuntun Praktikum

© 2020 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako


diprint di Palu

Dipublikasikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako


All rights reserved

Compiled by : dr.Ayu Sekarani D.P

Copyright 2020 © FK Untad

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2019


4 BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2

SEMESTER 2
FARMAKOLOGI

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

TIM PENYUSUN
dr. Nur Syamsi, M.Sc
dr. Christin R. Nayoan, Sp.THT-KL
dr. Asrawati Sofyan, Sp.KK.,M.Kes
dr. Andi Alfia Muthmainah, M.Biomed
dr. Junjun Fitriani

Departemen Farmakologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako

2019 | FK UNIVERSITAS TADULAKO


BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2 5

VISI DAN MISI FK UNIVERSITAS TADULAKO

Visi
Pada tahun 2030 Program Studi Profesi Dokter FK Untad : “Unggul dalam
Pengabdian kepada Masyarakat terutama di bidang Penyakit Tropis dan
Traumatologi melalui pengembangan Pendidikan & Penelitian Kedokteran”

Misi

1. Melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Pengajaran yang bermutu untuk


menghasilkan lulusan yang bermoral dan professional terutama di
bidang Penyakit Tropis dan Traumatologi.
2. Mengembangkan Penelitian kedokteran dan kesehatan terutama bidang
Penyakit Tropis dan Traumatologi baik di tingkat lokal, nasional maupun
internasional.
3. Melaksanakan Pengabdian masyarakat dalam membantu pemecahan
masalah kedokteran dan kesehatan terutama di bidang penyakit tropis
dan traumatologi baik lokal, nasional dan internasional.
4. Menjalin kerjasama lintas sektor di bidang kedokteran dan kesehatan
serta bidang lainnya di tingkat nasional dan internasional.
5. Menyelenggarakan tata kelola yang efektif, efisien, transparan,
akuntabel dan berkelanjutan

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2019


6 BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa harus hadir sepuluh menit sebelum praktikum


2. Mahasiswa yang terlambat hingga 15 menit tidak diizinkan
mengikuti pretes tetapi diperkenankan mengikuti praktikum
3. Mahasiswa yang terlambat lebih dari 15 menit tidak
diperkenanakan mengikuti kegiatan praktikum
4. Selama mengikuti kegiatan praktikum, mahasiswa/i wajib
berpakaian sopan :
a. Memakai kemeja berkerah dan sepatu tertutup
b. Laki-laki dilarang menggunakan celana jeans
c. Perempuan memakai rok, Paling pendek ± 5 cm di bawah lutut,
tidak ketat.
5. Bersedia jika ditunjuk menjadi probandus untuk contoh sampel
yang akan digunakan saat praktikum dengan menandatangani
informed consent yang disediakan
6. Memakai jas praktikum dan name tag saat memasuki ruang
praktikum
7. Menanda tangani daftar hadir praktikum
8. Wajib menyerahkan kartu kontrol praktikum dan workplan
9. Mengikuti pre test yang akan dilaksanakan pada 5 menit pertama
kegiatan praktikum.
10. Mengikuti praktikum dengan tertib dan tidak membuat gaduh
11. Menjaga dan menggunakan peralatan praktikum dengan sebaik-
baiknya, sesuai dengan aturan penggunaannya. Bagi yang
merusak peralatan praktikum, harus menggantinya paling lambat 1
minggu setelah praktikum
12. Mohon ijin pada dosen pembimbing praktikum, bila akan
meninggalkan praktikum karena keperluan penting
13. Menjaga kebersihan ruang praktikum
14. Tidak merokok, makan dan minum dan mencoret-coret didalam
ruang praktikum
15. Mengikuti post test dan membuat laporan tertulis mengenai
kegiatan praktikum
16. Mereka yang tidak menjalankan praktikum pada harinya karena
alasan yang diperbolehkan berdasarkan panduan akademik harus
melapor dan mengikuti praktikum kelompok berikutnya

2019 | FK UNIVERSITAS TADULAKO


BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2 7

17. Sebelum meninggalkan ruang praktikum, mahasiswa harus


merapikan, membersihkan, mengecek, dan mengembalikan alat-
alat dan bahan praktikum di ruang praktikum

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2019


8 BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2

PENILAIAN

1. Komponen penilaian untuk mahasiswa:


Pretes 30%
Postes 40%
Laporan praktikum 30%
2. Bagi yang memiliki nilai hasil akumulasi pretes, posttes, dan laporan
praktikum < 60 (standar) dianggap INHAL.
3. Mahasiswa yang berhak mengikuti inhal adalah :
a. Mahasiswa yang telah menempuh ujian praktikum tetapi nilai
akumulasi akhir tidak mencapai 75.
b. Mahasiswa yang belum mengikuti keseluruhan praktikum karena
alasan berikut :
1) menderita sakit yang dibuktikan dengan surat dokter dan
diserahkan paling lambat 24 jam setelah hari ujian.
2) mendapat kemalangan (orang tua/saudara kandung
meninggal dunia)
3) mendapat tugas fakultas atau universitas dibuktikan dengan
surat tugas.
4. Bagi mahasiswa yang mengikuti ujian perbaikan karena alasan yang
tertera dalam poin 3.a, nilai maksimal adalah 74,99 .
5. Bagi mahasiswa yang mengikuti ujian perbaikan karena alsaan yang
tertera dalam poin 3.b. 1,2,3, bias memperoleh nilai maksimal.
6. Inhal hanya dilakukan sekali dan disesuaikan waktu yang tersedia.

Kepala Bagian Farmakologi

dr. Nursyamsi, M. Sc
NIP. 198408192010122004

2019 | FK UNIVERSITAS TADULAKO


BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2 9

PRAKTIKUM I
ABSORBSI, DISTRIBUSI, DAN EKSKRESI OBAT

Latar Belakang
Hampir semua obat diberikan secara oral dan pasti melewati
dinding usus untuk masuk ke dalam aliran darah. Proses absorpsi ini
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti:
1. Formulasi obat
2. Stabilitas enzim dan asam
3. Motilitas usus
4. Makanan di dalam lambung
5. Derajat pertama metabolisme
6. Solubilitas lipid (sangat bergantung pada pK obat dan pH
lingkungan)
Namun biasanya yang paling berperan adalah kelarutan lipid obat.
Sehingga, absorpsi molekul yang tidak terionisasi lebih mudah karena
lebih larut lipid dibandingkan obat yang terionisasi dan dilapisi oleh
molekul air. Obat terutama diabsorpsi dari usus kecil karena
permukaannya lebih besar. Obat yang diserap dari traktus
gastrointestinal umumnya langsung memasuki sirkulasi portal
sedangkan beberapa dimetabolisme saat melewati hepar (metabolisme
first-pass).
Obat-obat yang cukup larut lemak dan diberikan secara oral,
langsung didistribusikan ke seluruh kompartemen air di dalam tubuh. Di
antara obat-obat tersebut ada yang berikatan longgar pada albumin
plasma dan ada yang tidak. Obat yang terikat pada protein plasma
berarti terikat ke sistem vaskular dan tidak dapat mengeluarkan aksi
farmakologisnya.

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2019


10 BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2

Jika obat diberikan secara intravena, obat tersebut akan memasuki


aliran darah dan langsung didistribusikan ke jaringan. Distribusi ke
seluruh bagian tubuh terjadi ketika obat mencapai sirkulasi sampai
bekerja di tempat kerjanya. Setelah itu konsentrasi akan menurun
secara gradual. Proses tersebut melibatkan:
1. Eliminasi berupa ekskresi dari urin oleh filtrasi glomerular
2. Metabolisme, biasanya oleh hepar
3. Uptake oleh hepar, dan eliminasi subsekuen oleh empedu.
Proses ekskresi bersamaan dengan metabolisme dan distribusi ke
jaringan, merupakan hal penting untuk menentukan durasi dari aksi obat
dan laju dari eliminasi obat. Ekskresi adalah proses dimana obat
ditransferkan dari jaringan internal ke lingkungan eksternal, dan organ
utama yang terlibat dalam aktivitas ini adalah ginjal, paru, sistem biliaris,
dan usus.
Meskipun beberapa obat diekskresikan melalui jalur ekstrarenal,
ginjal merupakan organ utama untuk eliminasi kebanyakan obat,
khususnya untuk obat yang larut air dan volatil. Tiga proses prinsipal
yang menentukan ekskresi melalui urin dari sebuah obat adalah filtrasi
glomerular, sekresi tubular, dan reabsorpsi tubular (kebanyaan pasive
back-diffusion).
Ekskresi renal terutama berperan untuk eliminasi kebanyakan
obat. Obat masuk ke dalam filtrasi glomerulus, tetapi jika larut lemak,
obat tersebut kemungkinan akan direabsobsi pada tubulus renalis
melalui difusi pasif. Proses perubahan kelarutan lemak suatu obat
melalui metabolisme sering menghasilkan komponen yang kurang larut
dalam lemak, sehingga membantu ekskresi renal. Manipulasi dari pH
urin terkadang bermanfaat dalam meningkatkan ekskresi renal.
Ekskresi obat juga dapat terjadi melalui sistem biliaris. Obat yang
terkonsentrasi di dalam biliaris akan di ekskresikan ke dalam usus,

2019 | FK UNIVERSITAS TADULAKO


BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2 11

dimana dapat direabsorbsi kembali. Sirkulasi enterohepatik ini


meningkatkan persisten dari obat di dalam tubuh.
Ekskresi obat berikutnya dapat melalui keringat dan saliva (pada
beberapa obat). Mekanisme yang terlibat dalam ekskresi obat renal
sama pada keringat dan saliva. Ekskresi umumnya bergantung pada
difusi dari bentuk obat yang tidak terionisasi dan larut lemak pada sel
epitel dari kelenjar. Oleh karena itu, pKa dari obat dan pH dari sekresi
individual yang terbentuk di dalam kelenjar merupakan faktor penting
dari kuantitas dari obat yang muncul di cairan tubuh. Tidak sepenuhnya
diketahui apakah transportasi obat aktif terjadi di sepanjang duktus
kelenjar.
Komponen tidak larut lemak, seperi urea dan gliserol, masuk ke
saliva dan keringat pada laju yang proporsional dengan berat
molekulnya melalui kanal aqueous di membran sel sekretori. Obat atau
metabolit yang diekskresikan ke dalam keringat mungkin sebagian
berperan dalam menimbulkan dermatitis atau reaksi kulit lainnya.
Ekskresi dari obat ke dalam saliva dapat diketahui jika pasien mampu
merasakan obat di mulut setelah menerima obat yang diberikan secara
intravena.

Percobaan
a. Tujuan
Untuk memahami apa yang terjadi dengan obat setelah masuk ke
dalam tubuh.
b. Subjek
Enam probandus sehat, pria dan wanita, usia antara 20 – 40 tahun
yang telah diberikan informed consent untuk berpartisipasi dalam
eksperimen ini. Semua subjek dalam kondisi sehat dan akan
dinilai dengan riwayat medis dan pemeriksaan fisik, dan tanpa

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2019


12 BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2

riwayat penyakit hepar, ginjal atau lambung dan tidak ada riwayat
alergi obat. Setiap subjek akan menerima dosis oral KJ (0.3g)
dengan 200 ml air
c. Peralatan
 Tabung tes dan rak untuk tabung tes
 Pipet pasteur
 Pipet pengukur
 Gelas beaker
d. Bahan dan Obat
 0.3 g KJ (dalam kapsul)
 Larutan 1% KI
 Larutan 10% NaNO2
 Larutan H2SO4 encer
 Larutan 1% amilum
e. Prosedur ]
1. Setiap kelompok mahasiswa memilih satu probandus
2. Anamnesis singkat dilakukan untuk probandus sebelum
melakukan eksperimen untuk memastikan bahwa probandus
sehat (tanda-tanda vital normal) dan tidak memiliki riwayat
alergi terhadap obat yang akan dipelajari
3. Informed consent tertulis harus ditandatangani oleh probandus
menunjukkan bahwa mereka menunjukkan persetujuan
terhadap eksperimen
4. Semua probandus mengosongkan kandung kemih sebelum
mengkonsumsi obat (KI). Ambil 5 ml sampel urin dan 2 ml
saliva untuk kontrol
5. Setiap subjek menerima 0.3 g KI secara oral dengan 200 mL
air. Sampel saliva dikumpulkan 5 menit setelah pemberian

2019 | FK UNIVERSITAS TADULAKO


BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2 13

obat. Sampel urin dikumpulkan 15 menit setelah pemberian


obat. Sampel saliva dan urin secara periodik dikumpulkan
sampai 90 menit setelah pemberian obat (interval 15 menit
untuk urin dan 5 menit untuk saliva)
6. Ukur konsentrasi iod dalam urin dan saliva dengan
menggunakan kolorimetri semi kuantitatif
7. Lakukan reaksi berikut
a. 1 mL 1% KI + 1 ml 1% amilum, lihat perubahan warna
b. 1 mL 1% KI + 2 tetes 10% NaNO 2 + 2 tetes H2SO4 encer +
1 tetes 1 % amilum, lihat perubahan warna
c. 1 ml urin + 2 tetes 10% NaNO2 + 2 tetes H2SO4 encer + 1
tetes 1 % amilum, lihat perubahan warna
d. 1 ml saliva + 2 tetes 10% NaNO2 + 2 tetes H2SO4 encer +
1 tetes 1 % amilum, lihat perubahan warna
8. Hasil data semi kuantitatif dinyatakan sebagai berikut
a. Negatif (-)
b. Positif satu (+)
c. Positif dua (++)
d. Positif tiga (+++)
9. Data semi kuantitatif kemudian ditabulasikan dan buat kurva
waktu vs konsentrasi iodin dalam urin dan saliva

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2019


14 BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2

LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)

Nama :................................................ .
Umur : ................................................
Alamat : ................................................

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya telah menerima penjelasan


dan kesempatan untuk menanyakan sesuatu yang saya belum mengerti
tentang percobaan ABSORBSI, DISTRIBUSI, DAN EKSKRESI
OBAT. Penjelasan terdiri dari informasi terkait obat yang akan diberikan,
tujuan percobaan, prosedur percobaan dan efek yang mungkin terjadi
selama percobaan.

Prosedur percobaan, yang saya sepakati, adalah sebagai berikut:


1. Menjalani pemeriksaan klinis oleh dokter untuk menentukan
kelayakan saya sebagai relawan.
2. Menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk anamnesis, termasuk
riwayat alergi terhadap obat, status kesehatan keluarga, kebiasaan
makan, dll
3. Hadir dalam laboratorium sesuai jadwal dan menjalani pemeriksaan
fisik.
4. Langkah-langkah pencegahan telah disiapkan dan semua risiko
yang mungkin (jika ada), yang mungkin disebabkan oleh
percobaan, akan ditangani dengan baik oleh supervisor.

Oleh karena itu, saya setuju untuk berpartisipasi secara sukarela dalam
percobaan tanpa mengabaikan hak saya untuk ditarik dari percobaan
setiap saat selama saya masih terdaftar.

2019 | FK UNIVERSITAS TADULAKO


BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2 15

Palu,

Saksi, Probandus,

(..................................................... (.....................................................
.) .)
NIM. NIM.
Pengawas,

(.............................................)

Catatan

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2019


16 BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2

PRAKTIKUM II
JALUR PEMBERIAN OBAT

Latar Belakang
Obat-obatan akan mencapai organ target melalui darah.
Sebelumnya obat-obat tersebut harus dimasukkan dulu ke dalam darah,
Kecepatan proses tersebut ditentukan oleh rute dan metode aplikasinya.
Dalam hal ini yang paling cepat adalah injeksi intravena, sedikit lebih
lambat adalah injeksi intramuscular, dan paling lambat dengan injeksi
subkutan.
Pemberian intravena dimana obat langsung dimasukkan ke dalam
pembuluh darah biasanya untuk obat-obat yang hancur jika diberikan
melalui jalur gastrointestinal. Berbeda dengan injeksi intravena,
pemberian subkutan atau intramuscular tidak langsung masuk ke dalam
aliran darah tetapi berdifusi dulu. Ketiga prosedur tersebut merupakan
tindakan yang invasive dengan menimbulkan luka pada kulit bagian luar,
oleh karena itu, persyaratannya harus ketat termasuk teknik
pelaksanaan. Oleh karena itu, jalur oral merupakan pilihan yang lebih
sering digunakan.
Kekurangan pemberian obat secara oral adalah obat tersebut
harus melewati hati (metabolisme lintas pertama) dalam perjalanan
sirkulasi secara umum. Cara pemberian seperti ini memungkinkan obat
tersebut cepat diubah atau diinaktifkan dalam hati (melewati eliminasi
tahap pertama di hati). Ketika obat tersebut diberikan melalui rektal,
setidaknya hanya sebagian kecil dari obat yang masuk sirkulasi umum
melalui vena porta. Sementara untuk pemberian via bukal atau
sublingual tidak akan melalui metabolism lintas pertama karena
pembuluh darah vena dari rongga mulut akan mengalir langsung ke

2019 | FK UNIVERSITAS TADULAKO


BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2 17

dalam vena cava superior. Hal yang sama berlaku pada pemberian
melalui inhalasi.
Dalam kondisi tertentu, obat juga dapat diberikan perkutan melalui
pemberian transdermal. Dalam hal ini, obat secara perlahan dilepaskan
dari reservoir (wadah) yang kemudian menembus epidermis dan
jaringan ikat subepidermal yang selanjutnya akan memasuki kapiler
darah. Hanya sangat sedikit jenis obat yang menggunakan cara
pemberian ini karena harus mempertimbangkan sifat fisikokimia obat
dan persyaratan terapeutik lainnya..

Percobaan
a. Tujuan
Untuk mengetahui dan membandingkan efek obat pada berbagai
jalur pemberian obat.

b. Subjek
Tikus

c. Peralatan
 Syringe 1 ml
 Stomach tube
 Kandang tikus
 Fixator tikus

d. Bahan dan Obat


 Diazepam (tablet), injeksi (5mg/mL)
 Kapas

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2019


18 BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2

 Alkohol 70%
 Air hangat

e. Prosedur
1. Mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok
2. Tiap kelompok bekerja dengan empat tikus.
 Tikus A: diberikan 10 mg/kg diazepam oral
 Tikus B: diberikan 10 mg/kg diazepam intramuscular
 Tikus C: diberikan 10 mg/kg diazepam intravena
 Tikus D: diberikan 10 mg/kg diazepam intraperitoneal
3. Bersihkan area injeksi dengan air hangat/panas dan kemudian
dengan 70% alcohol (gunakan kapas) sebelum menginjeksi
obat.
4. Observasi dan buat catatan/rekaman waktu interval selama
pemberian obat dengan onset sedasi, waktu sedasi, dan waktu
tidur dari setiap tikus.
5. Untuk menilai tikus sudah tersedasi/tertidur atau tidak, balik
tubuh tikus. Tikus tersedasi jika tampak hipoaktivitas dan
dikatakan tidur jika tidak ada respon. Waktu tidur adalah
interval waktu antara tidur dan bangun.

Onset of sleep

Onset of sedation Duration of sedation Duration of sleep (sleeping time)

Drug Sedation Fall in sleep Get up


administration

2019 | FK UNIVERSITAS TADULAKO


BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2 19

Tabel 1.Permulaan dan durasi efek sedasi diazepam


Jalur Waktu
Permulaan Durasi
Tikus Pemberian Pemberian Efek Efek
(menit) (menit)
Obat Obat bermula berakhir
A
B
C
D

Tabel 2.Permulaan dan durasi efek tidur diazepam


Jalur Waktu
Permulaa Durasi
Tikus Pemberian Pemberian Efek Efek
n (menit) (menit)
Obat Obat bermula berakhir
A
B
C
D

6. Hitung rata-rata permulaan dan durasi efek untuk setiap rute


pemberian obat, dan membandingkan nilai rata-rata untuk
signifikansi.

Tabel 3.Permulaan dan durasi efek sedasi diazepam (semua kelompok)


Waktu (menit) Durasi (menit)
Kelom
Intra Intra Intra Intra Intra Intra
pok Oral oral
muskular vena peritoneal muskular vena peritoneal
1
2
3
4

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2019


20 BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2

Tabel 4.Permulaan dan durasi efek tidur diazepam (semua kelompok)

Waktu (menit) Durasi (menit)


Kelom
Intra Intra Intra Intra Intra Intra
pok Oral oral
muskular vena peritoneal muskular vena peritoneal
1
2
3
4

2019 | FK UNIVERSITAS TADULAKO


BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2 21

PRAKTIKUM III
HUBUNGAN DOSIS DENGAN EFEK OBAT

Efek suatu zat yang timbul tergantung pada berapa jumlah yang
diberikan, misalnya dosis. Jika dosis yang dipilih di bawah indeks
terapeutik maka tidak ada efek yang ditimbulkan sedangkan jika dosis
ditingkatkan secara bertahap, maka akan timbul efek dengan intensitas
yang juga meningkat. Contohnya, efek obat antipiretik atau hipertensi
dapat dikuantifikasi dengan cara bertingkat, dengan menilai tingkat
penurunan suhu tubuh atau tekanan darah.
Hubungan efek-dosis dapat bervariasi tergantung pada sensitivitas
orang yang menerima obat. Oleh karena itu, untuk menghasilkan efek
yang sama mungkin diperlukan dosis yang berbeda untuk individu yang
berbeda. Variasi sensitivitas antar individu sangat jelas dengan rentang
efek all-or-none.
Hal tersebut dapat diilustrasikan melalui percobaan ekor Straub
(Gambar-A). Tikus bereaksi terhadap morfin dengan melihat bentuk
postur abnormal pada ekor dan anggota badan (eksitasi). Percobaan ini
juga berhasil menggambarkan hubungan peningkatan dosis morfin
dengan efek yang timbul. Pada dosis rendah, hanya tikus yang paling
sensitif yang tereksitasi sedangkan pada dosis tertinggi semua hewan
tereksitasi (Gambar-B).
Terdapat pula hubungan antara frekuensi hewan yang merespons
dengan dosis yang diberikan. Pada 2 mg/kg, hanya satu dari 10 hewan
yang bereaksi sedangkan pada dosis 10 mg/kg terdapat 5 ekor dari 10
ekor yang merespons. Jika frekuensi kumulatif (jumlah total hewan yang
merespons pada dosis yang diberikan) diplot terhadap logaritma dosis,
akan menghasilkan kurva bentuk sigmoid (Gambar-C). Titik belok kurva

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2019


22 BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2

terletak pada dosis di mana setengah dari kelompok merespons.


Rentang dosis yang mencakup hubungan frekuensi-dosis
mencerminkan variasi dalam sensitivitas individu terhadap obat.
Evaluasi hubungan efek-dosis pada subjek manusia juga
dipengaruhi oleh perbedaan sensitivitas antar individu. Untuk menekan
perbedaan tersebut, pengukuran harus dilakukan pada sampel yang
representatif kemudian hasilnya dirata-ratakan. Dengan demikian, dosis
terapi yang direkomendasikan akan sesuai untuk sebagian besar
pasien, tetapi tidak harus untuk setiap individu. Variasi dalam sensitivitas
dapat didasarkan pada perbedaan farmakokinetik (dosis yang sama
dengan level plasma yang berbeda) atau pada perbedaan dalam
sensitivitas organ target (efek yang berbeda pada level plasma yang
sama).

Gambar A. Postur abnormal pada tikus yang diberikan morfin

2019 | FK UNIVERSITAS TADULAKO


BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2 23

Gambar B. Insidensi efek yang timbul berdasarkan dosis pemberian

Gambar C. Hubungan frekuensi dan dosis pemberian


Hubungan Waktu dengan Konsentrasi Obat Plasma dan Efek
Setelah obat masuk ke dalam tubuh, konsentrasinya dalam
plasma akan meningkat, mencapai puncak, dan kemudian menurun
secara bertahap ke tingkat awal, karena proses distribusi dan eliminasi.
Konsentrasi obat dalam plasma pada suatu titik waktu tergantung pada
dosis yang diberikan. Banyak obat menunjukkan hubungan linier antara

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2019


24 BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2

konsentrasi plasma dan dosis dalam rentang terapeutik (Gambar-D;


perhatikan skala yang berbeda pada ordinasi).

Gambar D. Kinetik dosis linear

Gambar E. Hubungan dosis terhadap waktu-efek


Dalam rentang dosis yang lebih rendah (contoh 1), konsentrasi
obat plasma melewati rentang konsentrasi (0  0,9) di mana hubungan
efek konsentrasi adalah kuasi-linear. Kedua grafik menunjukkan masing-
masing konsentrasi dan efek plasma (D dan E, grafik kiri) memiliki
gambaran yang sangat mirip.

2019 | FK UNIVERSITAS TADULAKO


BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2 25

Namun, jika dosis tinggi (100) diterapkan, ada periode waktu yang
lama di mana konsentrasi obat dalam plasma akan tetap dalam kisaran
konsentrasi (antara 90 dan 20) di mana perubahan konsentrasi tidak
menyebabkan perubahan efeknya. Jadi, pada dosis tinggi (100), kurva
efek-waktu menunjukkan semacam dataran tinggi. Efeknya menurun
hanya ketika konsntrasi obat dalam plasma telah kembali (di bawah 20)
ke dalam rentang di mana perubahan konsentrasinya menyebabkan
perubahan intensitas efek.
Pada percobaan ini hubungan dosis-efek ditunjukkan melalui
peningkatan jumlah saliva setelah pemberian Neostigmin dengan dosis
bertingkat.

Percobaan
a. Tujuan
Untuk mengetahui hubungan dosis dengan efek obat

b. Subjek
Tikus

c. Peralatan
 Syringe 1 mL
 Timbangan analitis

d. Bahan dan Obat


Ketamine inj. (100mg/mL)
Neostigmine inj. (0.05 mg/mL)
Kapas
Alkohol 70%

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2019


26 BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2

e. Prosedur
1. Setiap kelompok bekerja dengan 2 tikus
2. Hitung dosis (volume) ketamine dan neostigmine yang
dibutuhkan untuk setiap tikus (berdasarkan berat tikus)
3. Bersihkan area injeksi dengan alkohol 70% (menggunakan
kapas) sebelum menginjeksikan obat.
4. Tikus kemudian dianestesi dengan ketamine (100mg/kg berat
badan, intraperitoneal)
5. Sebelum menginjeksi neostigmine, masukkan absorbent foam
secara sublingual selama 10 detik. Timbang absorbent foam.
Jumlah saliva yang dihasilkan dihitung berdasarkan perubahan
berat absorbent foam.
6. Injeksikan dosis I neostigmine secara intraperitoneal.
7. Sepuluh menit setelah injeksi, masukkan absorbent foam yang
sudah ditimbang secara sublingual selama 10 detik, dan
timbang kembali.
8. Ulangi prosedur no.6 dan 7 dengan dosis II dan III neostigmin.
9. Hitung rerata jumlah saliva tiap pengumpulan dan bandingkan
dengan rerata untuk menilai signifikansi.

2019 | FK UNIVERSITAS TADULAKO


BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2 27

Tabel I. Jumlah saliva yang diproduksi (mg)


No. Tikus Jumlah saliva (mg)

Sebelum After injection of neostigmine at dose


injeksi
Dosis I Dosis II (dosis Dose III (dosis
neostigmi
(0.025µg/gB akumulasi; akumulasi;
n
B) 0.05µg/gBB) 0.1µg/gBB)

Kelom 1
pok 1
2

Kelom 3
pok 2
4

Kelom 5
pok 3
6

Kelom 7
pok 4
8

Rerata

SD

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2019


28 BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2

DAFTAR PUSTAKA

Gennaro A.R. editors. Remington : The Science and Practice of


pharmacy 21 th ed. Philadelphia College of Pharmacy Science 2002
Loyd V. Allen, jr, Nicholas G Popovich and Howard C. Ansel : Ansel's
Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems. 2011.
9th Edition. Baltimore, Md: Lippincott Williams & Wilkins.
Lullman H, Mohr K, Ziegler A, Bieger D. 2005. Color Atlas of
Pharmacology, 3rd ed. Thieme, New York
Takakura, A.C.T, Moreira, T.S., Laitano, S.C., DeLuca, L.A., Renzi, A. &
Menani, J.V., 2003, Central Muscarinic Receptors Signal
Pilocarpine-induced Salivation, J. Dent. Res., 82(12): 993-997.
Vogel, H.G. (Ed.), 2002, Drug Discovery and Evaluation, 2nd ed.,
Springer-Verlag, Berlin

2019 | FK UNIVERSITAS TADULAKO


BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2 29

Pretes Praktikum I Farmakologi

Nama :
NIM :
Tanggal :
ek
di

ni
si
R
o
b

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2019


30 BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2

Pretes Praktikum II Farmakologi

Nama :
NIM :
Tanggal :
ek
di

ni
si
R
o
b

2019 | FK UNIVERSITAS TADULAKO


BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2 31

Pretes Praktikum III Farmakologi

Nama :
NIM :
Tanggal :
ek
di

ni
si
R
o
b

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2019


32 BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM SEMESTER 2

Posttes Praktikum Farmakologi

Nama :
NIM :
Tanggal :
be

ni
di
si
R

k
o

2019 | FK UNIVERSITAS TADULAKO

Anda mungkin juga menyukai