BLOK 10
SISTEM INDERA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
Visi
Pada tahun 2030 Program Studi Profesi Dokter FK Untad : “Unggul
dalam Pengabdian kepada Masyarakat terutama di bidang Penyakit
Tropis dan Traumatologi melalui pengembangan Pendidikan &
Penelitian Kedokteran
Misi
1. Melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Pengajaran yang bermutu
untuk menghasilkan lulusan yang bermoral dan professional
terutama di bidang Penyakit Tropis dan Traumatologi.
2. Mengembangkan Penelitian kedokteran dan kesehatan terutama
bidang Penyakit Tropis dan Traumatologi baik di tingkat lokal,
nasional maupun internasional.
3. Melaksanakan Pengabdian masyarakat dalam membantu
pemecahan masalah kedokteran dan kesehatan terutama di bidang
penyakit tropis dan traumatologi baik lokal, nasional dan
internasional.
4. Menjalin kerjasama lintas sektor di bidang kedokteran dan
kesehatan serta bidang lainnya di tingkat nasional dan
internasional.
5. Menyelenggarakan tata kelola yang efektif, efisien, transparan,
akuntabel dan berkelanjutan
BLOK 10
SISTEM INDERA
Dr.dr.M.Sabir, M.Si
Andi Nur Asrinawati
Departemen Mikrobiologi
DAFTAR ISI
PENUNTUN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
Tim Penyusun
DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
Saluran pernafasan
Bagian yang ditemukan bakteri komensal adalah mulut, faring dan
tonsil. Laring, bronkus, alveolus dan nasal sinusbiasanya
steril.Mikrorganisme yang sering ditemukan pada daerah ini adalah
Candidaalbicans, Streptococcus penunomiae, Neisseria meningitides,
Haemophylus influenza, Streptococcus viridans, Moraxella sp.dan
bakteri anaerobic nonpatogen
Mulut
Kelembapan yang tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan
dan juga partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan
yang baik untuk pertumbuhan mikroba. Flora normal bergantung pada
kesehatan masing-masing individu dan berubah berdasrkan usia dan
jenis makanan.saliva mengandung 108/ml mikroba. Mikroorganisme
yang ditemukan anatara lain Streptococcus sannguis dan streptococcu
mutans yang melekata pada gigi.
Saluran gastrointestinal
Daerah geografis, pola makan, kebiasan dan sanitasi merupakan
factor yang mempengaruhi jumlah dan jenis mikroflora pada saluran
gastrointestinal. Pada lambung dan bagian proksimal usus kecil hanya
ditemukan sejumlah kecil mikroorganisme. Bakteri yang umumnya
ditemukan pada intestinal antara lain Bacterioides sp., Clostridium sp. E.
Coli, Pseudomonas sp. Candida sp. Bifidobacterium sp. Lactobacillus
sp. dan Streptococcus. Mikroorganisme paling banyak ditemuakan pada
kolon dan kebanyakan merupakan bakteri anaerobic. Pada feses
diperikirakan terdapat mikoba sekitar 1012 /gram
Saluran genitourinari
Pada orang sehat, ginjal, ureter dan kandung emih bebeas dari
mikroba, namun bakteri dapat ditemukan pada uretra bagian bawah baik
pda pria maupun wanita.Jumlah dan jenis mikoorganisme pada vagina
FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020
BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 13
PROSEDUR
1. Swab tenggorokan disekitar daerah tonsil menggunakan swab steril.
Gunakan penekan lidah yang steril untuk menjaga lidah agar tidk
mengenai swab.
2. Swab membran mukosa mulut, nasal cavitis, conjungtiva
3. Ambil swab yang telah diberi larutan saline, kemudian oleskan pada
lengan
4. Sentuhkan swab pada permukaan agar darah dan mac conkey agar
dan goreskan menggunakan ose loop
5. Inkubasi pada suhu 37OC selama 18-24 jam
DAFTAR PUSTAKA
Harley−Prescott, 2002, Laboratory Exercises in Microbiology 5 th ed, The
McGraw-Hill Companies. New york
Jawtz E. Melnick JL, Adelberg EA. 1989. Review of medical
microbiology. 18th ed. Los altos: lange medical publication,
Lenette EH.Balows A, Hausler WJ, Shadomy HJ. 1995. Manual of
clinical microbiology. 4th ed. American society for microbiology.
Washington
Ryan and Ray, 2004, Sherris Medical Microbiology An Introduction To
Infectious Diseases. The McGraw-Hill Companies, Inc
MORFOLOGI FUNGI
TUJUAN
1. Untuk mengetahui bentuk makroskopis dan mikroskopis yeast
(khamir) dan mold (kapang)
2. Untuk mengetahui cara kultur dan metode pewarnaan fungi
LATAR BELAKANG
Fungi merupakan organisme eukariotik nonfotosintesis.Ilmu yang
mempelajari fungi disebut mikologi.Fungi dapat uniseluler ataupun
berbentuk filament, bersifat saprofit atau parasite.Sebagai parasite, fungi
dapat menimbulkan penyakit termasuk pada manusia.Akan tetapi,
diantara 500.000 spesies fungi, hanya sekitar 100 yang pathogen pada
terhadap manusia.
Kematian karena infeksi fungi selain penyakit kulit sangat tinggi.Hal
ini dapat disebabkan oleh diagnosis yang terlambat atau yang salah
selama penyakit menginfeksi atau karena tidak tersedianya obat-obat
nontoksik yang secara medis tepat guna.
Infeksi yang disebabkan oleh fungi disebut mikosis.Kebanyakan
fungi yang pathogen bersifat exogenous, secara alami ditemukan pada
air, tanah dan sisa bahan oranik.Mikosis dapat dibedakan menjadi
mikosis superfisial, mikosis kutaneus, mikosis subkutaneus, mikosis
sitemik, dan mikosis opurtunistik.Infeksi dapat dipengaruhi oleh factor-
faktor seperti barrier fisik, pH, suhu, sistem imun dan nutrisi.
Fungi dapat tumbuh dalam dua bentuk yaitu yeast (khamir) dan
mold (kapang). Mold merupakan jamur multiseluler yang berbentuk
filament. Elemen yang terkecil disebut hifa, yaitu benang-benang filamen
yang terdiri dari sel-sel yang memiliki dinding, protoplasma, inti dan
biasanya bersekat.Hifa yang menyerupai tabung silindris dengan ukuran
PROSEDUR
Pemeriksaan langsung sampel dari kulit, rambut, dan kuku
1. Kulit: bahan diambil dari bagian lesi yang aktif yaitu daerah pinggir.
Terlebih dahulu dibersihkan dengan alcohol 70% lalu kerok dengan
scalpel hingga memperoleh skuama yang cukup. Usahakan tidak
FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020
BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 18
Kultur fungi
1. Masukkan spesimen pada medium Sabouroud’s dextrose agar
2. Inkubasi selama 3-5 hari pada suhu 25-30OC
3. Amati bentuk koloni yang tumbuh dan warna koloninya.
DAFTAR PUSTAKA
Benson, 2001, Microbiological Applications Lab Manual 8 th , The
McGraw-Hill company, New york
Brooks GF., Butel JS., and Morse SA, 2001, Jawetz, melnick, dan
adelberg’s.medical microbiology 22nd ed. Lange medical books.
McGraw-Hill, New york
Cappuccino JG., dan Sherman N. 2001, Microbiology a laboratory
manual 6th ed. Benjamin Cummings, san fransisco.
Harley−Prescott, 2002, Laboratory Exercises in Microbiology, 5 th Ed. The
Mc Grew-Hill
Siregar, 2002, Penyakit Jamur Kulit, edisi 2.EGC. Jakarta
PENUNTUN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI
Tim Penyusun
DEPARTEMEN FARMAKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
SISTEM PENILAIAN
Tujuan
Setelah melakukan kegiatan ini, para siswa diharapkan dapat:
1. Memahami jenis bentuk sediaan topikal
2. Memilih dan menentukan bentuk sediaan farmasi yang tepat yang
akan digunakan dalam penulisan resep
Pendahuluan
Pilihan bentuk sediaan farmasi dalam resep rasional
memperhitungkan hal-hal seperti keamanan tindakan obat yang optimal,
dan harga yang terjangkau. Ada saat ketika dokter juga
mempertimbangkan rasa kepatuhan pasien dalam menentukan bentuk
sediaan farmasi.Tidak kalah penting, bagaimanapun, adalah faktor-
faktor lain seperti karakteristik obat, bioavailabilitas, dan kondisi sosial
ekonomi pasien. Faktor lain yang layak diperhatikan ketika memilih
bentuk sediaan farmasi untuk lesi kulit yang luas dan kondisi lesi (lesi
basah atau kering). Oleh karena itu diperlukan bahwa spesifikasi dan
jenis bentuk sediaan farmasi dipelajari dan dipahami denganbaik,
terutama ketika menyangkut dengan penyakit kulit. Pemberian bentuk
sediaan farmasi dapat diberikan secara oral seperti tablet, sirup, dan
sebagainya, kapsul dan topikal seperti krim, salep, gel dan lain-lain
Sebelum menulis resep, dokter harus memahami karakteristik,
kelebihan dan kekurangan, penyimpanan, dan regulasi / aturan bentuk
sediaan farmasi untuk memilih dan menetapkan bentuk sediaan farmasi
yang sesuai untuk pasien.
Bahan
Berbagai jenis bentuk sediaan farmasi, yang dapat diberikan
secara topikal atau tidak melalui mekanisme kerja enteral dan parenteral
Prosedur
1. Para siswa harus mengamati bentuk sediaan farmasi dan kemudian
membahas tentang
A.karakteristiknya (kelebihan dan kekurangan), penyimpanan,
peraturan / aturan klasifikasi obat
B.rejimen dosis termasuk dosis, frekuensi, waktu, dan durasi
pemberian untuk kasus yang disediakan
C.bagaimana menulis resep untuk bentuk sediaan farmasi
2. Para siswa harus mengisi dan melengkapi bentuk kosong sediaan
farmasi seperti di bawah ini
Contoh kasus
Bogi (15 tahun, 70kg) telah menerima krim Myconazol untuk
menyembuhkan tinea corporisnya. Hal ini diketahui bahwa: dosis
myconazol sebagai antijamur adalah 2%, diterapkan secara lokal di kulit
sekali waktu sehari.Persiapan yang tersedia adalah 10 g myconazol per
tabung.
Satu gram krim memadai akan mencakup kira-kira 100 cm 2 daerah kulit
Menulis resep obat ketika diberikan selama dua minggu dan
daerah yang terkena dampak penyakit ini adalah sekitar 120 cm 2.
Jawaban:
Karena daerah yang terkena adalah 120 cm 2, sehingga perlu 1,2 g krim
per hari.
Selama dua minggu atau 14 hari dibutuhkan 14x 1,2 g = 16,8 g yang
sama dengan 2 tabung.
Dosis 2%
Frekuensi Sekali sehari
Waktu pemberian Pagi
Cara pemberian Obat tersebar pada lesi kulit
Klasifikasi berdasarkan Obat kuat, huruf K hitam pada latar
peraturan / hukum belakang merah
Penyimpanan obat Perlu tempat sejuk dan kering,
hindari dari cahaya dan kelembaban
Turbuhaler :
1. Batukkan dahak sebanyak mungkin
2. Tempatkan kapsul obat pada inhaler sesuai dengan petunjuk
produsennya
3. Buang napas perlahan-lahan, hembuskan udara paru-paru sebanyak
mungkin
4. Katupkan bibir rapat-rapat pada ujung inhaler
Salep Mata :
1. Cuci tangan
2. Jagalah agar ujung tube salep mata tidak menyentuh apapun
3. Tengadahkan kepala sedikit
4. Pegang tube dengan satu tangan dan tarik kelopak mata bawah ke
bawah dengan tangan yang lain untuk membentuk cekungan
5. Dekatkan tube sedekat mungkin ke cekungan
6. Bubuhkan salep sejumlah yang dianjurkan
7. Pejamkan mata selama 2 menit
8. seka saisa salep dengan kertas tisu
9. bersihkan ujung tube dengan tisu lain
Tablet Vagina :
1. Cucilah tangan
2. Buka pembungkus tablet
3. Letakkan tablet di ujung aplikator yang terbuka
4. Berbaringlah terlentang, tekuk lutut sedikit dan mengangkanglah
5. Perlahan-lahan masukkan aplikator ke dalam vagina sejauh mungkin
tabletnya di bagian depan. Jangan mendorongnya dengan paksa
6. Tekan alat pendorong sehingga tablet terlepas
7. Keluarkan aplikator
8. Buang aplikator (untuk kemasan sekali pakai)
9. Bersihkan dengan cermat kedua bagian aplikator dengan sabun dan
air matang yang hangat-hangat kuku (jika bukan kemasan sekali
pakai)
10. Cucilah tangan
1. Cucilah tangan
2. Buka tutup kemasan dari wadah obat
3. Pasang aplikator pada wadah
4. Tekan wadah sampai sejumlah obat yang dianjurkan masuk ke dalam
aplikator
5. Lepaskan aplikator dari wadah obat (pegang pipanya)
6. Bubuhkan sedikit krim di bagian luar aplikator
7. Berbaringlah terlentang, tekuk lutut dan mengangkanglah
8. Perlahan-lahan masukkan aplikator ke dalam vagina sejauh mungkin,
jangan dipaksa
9. Pegang pipa aplilator dan, dengan tangan yang lain, tekan alat
pendorong untuk memasukkan obat ke dalam vagina
10. Keluarkan aplikator dari vagina
11. Buang aplikator untuk kemasan sekali pakai, atau bersihkan
dengan air matang jika bukan kemasan sekali pakai.
12. Cucilah tangan
PUSTAKA
Indikasi
Keuntungan dari
bentuk sediaan
farmasi (PDF)
Kelemahan dari
bentuk sediaan
farmasi (PDF)
Rejimen dosis:
Rute pemberian
Dosis
Frekuensi
Waktu pemberian
Cara pemberian
Klasifikasi
berdasarkan
peraturan / hokum
Penyimpanan obat
PENDAHULUAN
Sistem kardiovaskular dan beberapa sistem lain dalam tubuh
dikendalikan oleh sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom juga
dikenal sebagai sistem visceral saraf vegetatif, atau tidak
diperintah.Pada saraf perifer di perantarai oleh nervus, ganglia, dan
pleksus yang menyediakan persarafan ke jantung, pembuluh darah,
kelenjar, organ visceral lainnya dan otot polos nonvascular.
Sistem saraf otonom terdiri dari dua bagian yang berbeda
fungsional yang sering mengerahkan efek antagonis pada organ target
mereka.Ini disebut sebagai simpatis dan sistem parasimpatis.
Sistem simpatis sebagian besar muncul dari sumsum tulang
belakang. Ini juga memiliki neuron relay di ganglia perifer (terhubung
satu sama lain yang disebut `rantai simpatis', yang terletak di kedua sisi
tulang belakang). Saraf simpatik keluar dari sumsum tulang belakang
thoracolumbar (TI-L3) dan bersinaps di ganglia Para vertebral atau
ganglia prevertebral dan pleksus di daerah abdomen.
Neurotransmitter yang dilepaskan dari ujung saraf simpatik adalah
noradrenalin.Beberapa serat simpatis preganglionik berasal langsung ke
medula adrenal yang dapat melepaskan adrenalin ke dalam sirkulasi.
Nor adrenalin dan adrenalin mestimulasi organ efektor
Pada sistem parasimpatis, serat preganglionik meninggalkan
sistem saraf pusat melalui saraf kranial (terutama III, VII, IX, dan X) dan
segmen S3-S4melewati perjalanan didalam tubuh menuju serat simpatis
sebelum bersinaps dalam ganglia. Ujung saraf dari asetilkolin pada
serabut postganglionik parasimpatis, yang menghasilkan tindakan
a. Tujuan percobaan:
Memahami pengaruh obat simpatik.
b. Probandus:
Manusia sehat
c. Peralatan:
1) Spekulum hidung
2) Lampu kepala
3) Pinset bayonet
4) Nieurbeken (bengkok)
5) Gunting kapas
d. Bahan & Obat
1) Ephedrine
2) Lidocain
3) Kapas
4) Alkohol
e. Prosedur
1) Setiap kelompok bekerja berpasangan
2) Perhatikan dengan seksama, ukuran / besar dari konka inferior
pada kedua rongga hidung dengan menggunakan spekulum
hidung dan lampu kepala dan dicatat dengan gambar ( diambil
gambar )
3) Mengambil kapas yang telah digunting sesuai ukuran, di rendam
dalam larutan ephedrin kemudian dengan bantuan pinset
bayonet diaplikasikan kedalam rongga hidung 1 sisi.
4) Ditunggu 10 menit, kapas dilepaskan
5) Evaluasi ukuran konka inferior rongga kanan dan kiri , gambarkan
/ ambil gambar
6) Isilah tabel di lembar laporan laboratorium kerja dan menjawab
pertanyaan.
LEMBAR KERJA
GAMBAR KETERANGAN
PRETEST
POST
TEST
PENUNTUN PRAKTIKUM
PARASITOLOGY
Tim Penyusun
DEPARTEMEN PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
SISTEM PENILAIAN
MATA KULIAH PARASITOLOGI
BLOK 10 TAHUN AJARAN 2019/2020
Mengetahui,
Kepala Bagian Parasitologi
2. Burgia malayi
Cacing dewasa umumnya mirip dengan W.bancrofti, hanya saja
cacing B.malayi lebih kecil. Panjang cacing betina 43-55mm dan
panjang cacing jantan 13-23mm. Cacing dewasa dapat memproduksi
mikrofilaria di dalam tubuh manusia. Mikrofilaria memiliki lebar 5-7
μm dan panjang 130-170 μm. Vektor yang berperan daam
penyebaran B.malayi adalah nyamuk Mansonia dan Aedes.
3. Burgia timori
Bentuk cacing dewasa B.malayi dan B.timori hampir mirip, sehingga
sulit untuk dibedakan. Panjang cacing betina B.timori 39 mm dan
cacing jantan 23mm. Mikrofilaria B.timori mempunyai selubung
dengan panjang 310 mikron. Cacing ini ditularkan melalui nyamuk
Anopheles di dalam tubuh nyamuk betina.
Tugas Praktikum
1. Amati dan gambar cacing filaria dewasa
Stadium Jantan Dewasa Figure
Amati : curve tail
W. bancrofti
Pangjang: 29 mm
Lebar: 0,1 mm
W. bancrofti
Length (mm) : 61
Ovejector length (μm) : 190
Length : 117-230 μm
Cepalic space : length = 2 x
width
Terminal nuclei : 2 nuclei
separated
Nuclei : irregularly spaced
Sheath : present
Microfilaria
c. B. timori Pembesaran 10×40
Length : 265-323 μm
Cepalic space : length = 3 x width
Terminal nuclei : 2 nuclei separated
Nuclei : irregularly spaced
Sheath : present
A. PEDICULOSIS
Tujuan Pembelajaran
Memahami tentang ekstoparasit yang dapat menyebabkan infeksi
Pediculosis berasal dari ordo Anoplura (Pediculus humanus var.
capitis, Pediculus humanus var. corporis, dan Phtirus pubis)
Pendahuluan
Pediculosis adalah infeksi kulit kepala yang disebabkan oleh
kutu (lice) pada manusia, dengan cara menghisap darah
(hemophagydea) untuk bertahan hidup. Terdapat tiga jenis kutu yang
dapat menginfeksi manusia, yaitu tuma kepala (Pediculus humanus
var. capitis), tungau badan dan pakaian (Pediculus humanus var.
corporis) dan tuma pubis (Phtirus pubis).
kebelakang. Body louse lebih besar dari head louse. Ukuran head
louse jantan kurang lebih 2mm, dan betina 3mm.
2. Phtirus pubis
Pthirus pubis dikenal juga sebagai kutu pubis (Pubic louse), dapat
dikenali secara mudah karena bentuk tubuhnya yang menyerupai
kepiting. Panjang 1.5 sampai 2 mm, lebar tubuh hampir
menyampai panjang tubuh, dan berwarna abu-abu keputihan.
Kaki bagian tengah dan belakang lebih gemuk daripada kaki dari
head louse dan body louse
Body Lice
Body louse memiliki kemiripan dengan head louse. Perbedaannya
adalah body louse ditemukan di tubuh dan baju. Diagnosis
ditentukan berdasarkan tempat ditemukannya telur atau bentuk
dewasanya.
Pubic Lice
Pubic lice menginfeksi area pubis manusia dewasa dan bulu mata
anak-anak.
Spesies Bentuk tubuh Segment Thorax Tangan (claw)
dan ukuran
Pediculus Oval, 3-4 mm Jelas Kecil
humanus var.
capitis ( head
louse)
Pediculus Oval, 2-3 mm Tidak jelas Besar
huuumanus var.
corporis (body
louse)
Pththitus pubis Bulat, 1.5 – 2 Tidak jelas Besar
mm
Tugas Praktikum
1. Belajar untuk mengidentifikasi karakteristik dan morfologi dari:
a. Pediculus humanus
b. Pthirus pubis
B. SCABIES
Tujuan pembelajaran :
1. Memahami tentang morfologi scabies
2. Memahami tentang perbedaan human itch mites dan house dust
mites
Pendahuluan
Scabies merupakan penyakit kulit pada manusia yang disebabkan
tungau Sarcaptes scabei. Penyakit ini umumnya berasosiasi dengan
lingkungan yang padat, dan umumnya penyakit ini akan menjadi
outbreak/wabah bersamaan dengan adanya perang, kelaparan, dan
migrasi manusia.
Pada mula gejala klinis penyakit ini berupa gatal di malam hari
yang biasanya dirasakan pada area-area jari tangan dan kaki, yang
kemudian menyebar ke pergelangan, siku, dan bagian tubuh yang lain.
Area gluteus, mammae wanita, dan genitalia dari pria seringkali juga
menjadi habitat dari tungau ini. Lesi umumnya berada di kutan dan
berbentuk terowongan yang pendek, berliku.
Infeksi dimulai ketika tungau betina dewasa berpindah dari individu
yang terinfeksi melalui kontak langsung. Tungau betina mencari tempat
yang cocok, menggali ke dalam kulit hingga terbentuk terowongan pada
lapisan dermis, lalu meletakkan telur yang fertile ke dalam terowongan
tersebut. Larve berkaki enam (six-legged larva) menetas dari telur,
meninggalkan terowongan, dan berkeliaran pada kulit sebelum pada
akhirnya melakukan invasi dan membentuk terowongan baru lagi. Larva
kemudian melakukan pergantian kulit (molt), dan bertransformasi
menjadi eight-leg nympha (nimpa 1). Larva yang nantinya menjadi
betina dewasa akan melakukan molt kembali menjadi stadium nimpha 2,
sedangkan larva yang nantinya menjadi jantan dewasa akan langsung
melakukan molt dan bertransformasi menjadi bentuk dewasa. Setelah
mengalami fertilisasi, kutu betina dewasa muda kembali membuat
terowongan yang baru. Siklus hidup dari telur menjadi kembali telur
membutuhkan waktu minimal selama 2 minggu. Infeksi atipikal
umumnya melibatkan 10-15 kutu betina dewasa.
Famili Sarcoptidea
Sarcoptidea dikenal sebagai sarcoptes scabiei. Spesies ini berbentuk
oval dengan bagian permukaannya mulutnya menyerupai kepala kura-
kura, tidak memiliki alat pernafasan khusus. Kutu ini memiliki kaki yang
sangat pendek dimana dua pasang kaki anteriornya terpisah sangat
jauh dengan dua pasang kaki posteriornya. Kaki anterior berujung pada
sucking pad (pulvilli), seluruh kaki posterior kutu betina berakhir pada
bulu rambut panjang, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga
berujung pada bulu rambut, sedangkan pasangan yang keempat
berujung pada pulvilli. Ukuran tubuh kutu betina kurang lebih 330-450
Tugas Praktikum
1. Belajar untuk mengidentifikasi karakteristik dan morfologi dari
bentuk dewasa dari kutu :
- Sarcoptes scabiei (itch mites)
- Dermatophagoides pteronyssinus (dust mites)
2. Lihat dan gambar preparat dan berilah keterangan
Kutu Gambar
Pembesaran 10 x 1o
1. Betina Dewasa Sarcoptes
scabiei
Ukuran tubuh: + 0.34 mm
Capittulum dan body sacklike
4 pasang kaki, pendek (2
pasang di anterior, dan 2
pasang di posterior)
Pada pasangan kaki terakhir
tidak didapatkan sucker
2. Jantan Dewasa Sarcoptes
scabiei
Ukuran tubuh: + 0.20 mm
Capittulum dan body sacklike
4 pasang kaki, pendek (2
pasang di anterior, dan 2
pasang di posterior)
Pada pasangan kaki terakhir
didapatkan sucker
3. Dewasa Dermatophagoides
pteronyssinus
Ukuran tubuh: + 0.34 mm
(betina) 0,28 (jantan)
Capittulum dan body sacklike
4 pasang kaki, pendek (2
pasang di anterior, dan 2
pasang di posterior)
Tujuan Pembelajaran
Pendahuluan
kulit manusia yang ditandai dengan adanya erupsi kulit berupa garis
papula kemerahan.
Tugas Praktikum
1. Lihat dan gambar telur dari hookworm
2. Periksan dan gambar buccal capsule and male bursa copulatrix
bentuk dewasa dari
Ancylostoma braziliense
Ancylostoma caninum
HOOKWORMS FIGURE
1. Ancylostoma braziliense adult Magnification 10×10
2 ventral pairs of teeth
The bursa copulatory is small
and almost as broat as long
with sort stubby rays
Telur
HOOKWORMS FIGURE
2. Ancylostoma caninum adult Magnification 10×10
3 ventral pairs of theeth
The bursa copulatory is large
and flaring with long slender
rays
D. TUNGIASIS
Tujuan Pembelajaran
- Xenopsilla cheopis
- Ctenocephalides felis (cat flea)
- Ctenocephalides canis (dog flea)
1. Xenopsylla cheopis
Xenopsylla cheopis merupakan pinjal yang secara taksonomi
termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Insecta, Ordo
Siphonaptera, Family Pulicidae. Xenopsylla cheopis dewasa
berukuran 1.5-4mm dan memiliki tubuh yang terkomprese secara
lateral, tidak memiliki sayap, dan memiliki mata tunggal. Pinjal
dewasa memiliki warna yang bervariasi dari coklat terang ke coklat
gelap untuk dapat digunakan sebagai cara menyamarkan dirinya
pada tubuh host.
2. Ctenocephalis felis
Ctenocephalis felis atau Cat flea merupakan kelompok ekoparasit
yang menggunakan kucing sebagai hospesnya. Ctenocephalis felis
berukuran 1-2 mm, berwarna oklat tua atau hitam, tubuhnya yang
pipih. Tidak memiliki sayap, memiliki tungkai panjang. Kepala dari
Ctenocephalis felis berbentuk bulat dengan ujung yang tumpul dan
telurnya memilki 10 ruas, serta memiliki genal dan prenatal comb.
Ctenocephalis felis jantan memiliki tubuh dengan ujung posterior
seperti tombak yang mengarah ke atas, dan memiliki antena yang
lebih panjang dari betina. Ctenocephalis felis betina memiliki bentuk
tubuh yang bulat dan antena lebih pendek dari jantan.
3. Ctenocephalis canis
Ctenocephalis canis atau dog flea merupakan kelompok ekoparasit
yang menggunakan anjing sebagai hospesnya. Ctenocephalis canis
memiliki bentuk tubuh yang pipih vertikal berwarna coklat kemerahan
atau coklat kehitaman. Ctenocephalis canis juga tidak memiliki
sayap, tetapi memiliki kaki belakang yang kuat sehinggah mampu
untuk melompat dan berlari pada permukaan tubuh anjing.
Ctenocephalis canis memiliki kepala berbentuk membulat pada
permukaan bagian atas dan depan. Pinjal ini memiliki kepala yang
membulat dengan ujung yang lancip. Pinjal ini umumnya memiliki
tiga hingga empat setae pada bagian metepisternum, dimana
spesies lain hanya memiliki satu atau dua setae.
Tugas Praktikum :
1. Belajar untuk mengidentifikasi karakteristik dan morfologi dari
bentuk dewasa pinjal seperti :
- Xenopsilla cheopis
- Ctenocephalides felis (cat flea)
- Ctenocephalides canis (dog flea
2. Lihat dan gambar preparat dan berilah keterangan
Flea Gambar
Pembesaran 10 x 10
1. Xenopsilla cheopis dewasa
Panjang 1.5 – 4 mm
Laterally compressed body
Tidak memiliki sayap
Berwarna coklat terang hingga
coklat gelap
Tidak memiliki genal dan
prenatal comb
X. cheopis betina memiliki alat
kelamin yang disebut
spermatheca, berwarna gelap
yang seringkali menyerupai
kantung kecil.
X.cheopis jantan memiliki alat
genitalia yang kompleks yang
secara mudah dapat dibedakan
dari x.cheopis betina
2. Ctenocephalides felis dewasa
Laterally-flattened
Tidak memiliki sayap
Memiliki genal dan prenatal
comb
Bagian kepala memiliki sudut
landai (shallow curve)
3. Ctenocephalides canis dewasa
Kepala dari pinjal ini berbentuk