Anda di halaman 1dari 73

BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 1

BLOK 10

SISTEM INDERA

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

Modul ini digunakan hanya untuk proses pendidikan

Di Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO

2021

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 2

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

© 2021 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako


di print di Palu

Dipublikasikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako


All rights reserved

Compiled by : dr.Ayu Sekarani D.P,M.Biomed

Copyright 2021 © FK Untad

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 3

VISI MISI FK UNIVERSITAS TADULAKO

Visi
Pada tahun 2030 Program Studi Profesi Dokter FK Untad : “Unggul
dalam Pengabdian kepada Masyarakat terutama di bidang Penyakit
Tropis dan Traumatologi melalui pengembangan Pendidikan &
Penelitian Kedokteran

Misi
1. Melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Pengajaran yang bermutu
untuk menghasilkan lulusan yang bermoral dan professional
terutama di bidang Penyakit Tropis dan Traumatologi.
2. Mengembangkan Penelitian kedokteran dan kesehatan terutama
bidang Penyakit Tropis dan Traumatologi baik di tingkat lokal,
nasional maupun internasional.
3. Melaksanakan Pengabdian masyarakat dalam membantu
pemecahan masalah kedokteran dan kesehatan terutama di bidang
penyakit tropis dan traumatologi baik lokal, nasional dan
internasional.
4. Menjalin kerjasama lintas sektor di bidang kedokteran dan
kesehatan serta bidang lainnya di tingkat nasional dan
internasional.
5. Menyelenggarakan tata kelola yang efektif, efisien, transparan,
akuntabel dan berkelanjutan

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 4

BLOK 10

SISTEM INDERA

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

Dr.dr.M.Sabir, M.Si
Andi Nur Asrinawati
Departemen Mikrobiologi

dr. Vera Diana, M.Sc


dr. Ayu Sekarani D.P, M.Biomed
Nur Indang, S.Si, M.Sc
Departemen Parasitologi

dr. Christin Rony Nayoan, Sp.THT-KL


dr. Nur Syamsi, M.Sc
dr. Asrawati Sofyan, Sp.KK.,M.Kes
dr.Andi Alfia Muthmainah,M.Biomed
dr.Junjun Fitriani
Departemen Farmakologi

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 5

DAFTAR ISI

Penuntun Praktikum Mikrobiologi 6

Penuntun Praktikum Farmakologi 20

Penuntun Praktikum Parasitologi 56

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 6

PENUNTUN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

Tim Penyusun

Dr. dr. M.Sabir, M.Si

Andi Nur Asrinawaty, S.Si, M.Si

DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 7

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan (mahasiswa peserta praktikum) wajib hadir 5 menit sebelum


acara praktikum berlangsung. Keterlambatan lebih dari dari 5 menit tidak
diperkenankan mengikuti pretest. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti
praktikum apabila keterlambatan lebih dari 15 menit.
2. Praktikan diharuskan memakai jas praktikum berwarna putih yang bersih
(sebelum memasuki laboratorium), memakai nametag, alat pelindung
berupa sarung tangan (handscoon) dan masker (pada saat pengambilan
dan penimbangan media, inokulasi mikroba, isolasi mikroba dan perlakuan
yang berhubungan dengan mikroba. Pemakaian jas praktikum dan masker
juga diwajibkan saat melakukan pengamatan hasil di luar jam praktikum).
3. Praktikan membawa kartu kontrol.
4. Setiap praktikan harus mempelajari dan memahami teori dan prosedur
kerja sebelum praktek berlangsung.
5. Praktikan bekerja secara berkelompok sesuai pengelompokan yang telah
ditentukan dan diharapkan proaktif untuk belajar.
6. Tiap-tiap kelompok bekerja bersama-sama dalam satu meja untuk tiap
praktikum.
7. Praktikan diharuskan bekerja secara terencana, hati-hati dan teliti. Setelah
selesai praktikum, alat-alat maupun bahan yang digunakan harus
dikembalikan dalam kondisi bersih dan utuh. Semua praktikan
bertanggung jawab terhadap kebersihan dan keamanan ruang praktikum,
serta alat-alat yang digunakan.
8. Praktikan yang memecahkan, merusakkan dan atau menghilangkan alat
diharuskan melapor ke dosen/asisten jaga dan mengganti alat tersebut
secepatnya. Praktikan yang merusakkan, memecahkan atau
menghilangkan alat diwajibkan menuliskan pada blangko yang telah
disediakan di lab di bawah pengawasan dosen/assisten koordinator.

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 8

9. Praktikan diharuskan menjaga kemurnian bahan-bahan yang dipakai dan


menjauhkan segala macam kontaminan yang dapat mengganggu
kevalidan hasil praktikum.
10. Tidak ada inhal. Bagi praktikan yang berhalangan hadir karena alasan
sakit atau tugas prodi/fakultas/universitas diberi kesempatan untuk
mengikuti praktikum kelompok lainnya (dengan catatan praktikum
kelompok lain belum berlangsung). Praktikan terlebih dulu meminta ijin
kepada koordinator praktikum dengan membawa surat keterangan sakit
atau surat tugas dari prodi/fakultas/universitas kemudian koordinator
praktikum memberikan surat ijin mengikuti praktikum kelompok lain.
Setelah selesai pelaksanaan dan pengamatan praktikum, praktikan wajib
membuat laporan.
11. Pengamatan praktikum yang dilakukan di luar jam praktikum harus
didampingi oleh assisten/dosen. Praktikan bisa membuat kesepakatan
dengan assisten/dosen sesuai kebutuhan dan waktu yang diperlukan.
12. Laporan Praktikum dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah praktikum.
Bila tidak menyerahkan laporan, nilai laporan sama dengan NOL.
13. Bila praktikan yang berhalangan dan tidak dapat mengikuti acara
praktikum yang menyebabkan nilai-nilainya kosong, maka nilai akhir
adalah seluruh nilai yang ada dan kemudian dikonversi berdasar standar
nilai yang telah ditetapkan.
1. 6

Kepala Bagian Mikrobiologi

Dr.dr.M. Sabir, M.Si


Nip. 197305262008011011

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 9

SISTEM PENILAIAN PRAKTIKUM


MIKROBIOLOGI

1. Nilai praktikum (40%)


a. Pre tes : 30%
b. Post tes : 50 %
c. Laporan : 20%
2. Jika nilai praktikum <60 maka dilaksanakan ujian inhal untuk perbaikan
3. Nilai akhir (setelah akumulasi) yang akan diserahkan ke bagian assessment

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 10

ISOLASI FLORA NORMAL


Tujuan
Mengetahui berbagai jenis mikroorganisme yang berperan sebagai flora
normal tubuh dan mengetahui beberapa teknik isolasi flora normal
Latar belakang
Flora normal digunakan urnuk mikroorganisme yang ditemukan
pada bagian tubuh yang normal pada orang sehat. Komponen dan
jumlah flora normal bervariasitergantung pada bagian tubuh, usia,
tempat tinggal, keadaan kesehatan individu, nutrisi, kegiatan hormone,
pH, potensial redoks, dan resistensi bakteri terhadap susbtansi tertentu .
Umumnya flora normal yang ada pada tubuh bersifat komensal ataupun
mutuaisme dengan hostnya. Keuntungan bagi host dengan adanya
flora normal antara lain:
1. Mikroorganisme merupakan pemakan sisa
2. Beberapa bakteri usus mensisntesis vitamin-vitamin tertentu
3. Dapat berfungsi sebagai pertahanan terhadap mikroorganisme
pathogen
Beberapa flora normal dapat menetap ataupun hanya sementara pada
tubuh.Resident merupakan anggota flora normal yang menetap pada
salah satu bagian tertentu tubuh.Transient merupakan flora normal yang
didapat dari lingkungan dan dapat hilang karena adanya kompetisi
dengan flora normal yang residen.Karier merupakan flora normal yang
dapat bersifat pathogen, meskipun implikasinya tidak selalu ada seperti
Streptococcus penunomia dan Neisseria meningitidis.Yang dapat
ditemukan sekitar 5-40% pada pasien sehat.
Penentuan mikroorganisme sebagai penyebab infeksi harus
berdasarkan jumlah mikroorganisme di lokasi infeksi, keberdaaan
mikroorganisme selain flora normal dan mekanisme transmisinya.

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 11

Sekitar 1000 spesies flora normal dapat ditemukan pada


tubuh.Mikroba flora normal biasanya ditemukan pada saluran
pernafasan bagian atas, saluran pencernaan, saluran genitourinary,
kulit, hidung, throat, telinga, mata dan mulut.Pada kondisi normal darah,
lymph, urin, otak, spinal cord, dan jaringan endothelial bebas dari
mikroorganisme.Fetus steril dari mikroorganisme hingga lahir.
Beberapa faktor yang berhubungan dengan penentuan
mikroorganisme yang menyebabkan penyakit antara lain:
1. Spesimen untuk pemeriksaan laboratorium harus diambil dari bagian
yang terinfeksi
2. Pengambilan spesimen harus dilakukan secara aseptis
3. Informasi mengenai kondisi host dan variasi mikroflora harus
adatersedia
4. Latar belakang sosial ekonomi dan pola makan, iklim dan factor
lainnya mempengaruhi kondisi host.
Mikrooganisme biasanya ditemukan pada hewan liar atau
peliharaan, tanah, dan tanaman yang mungkin bersifat pathogen pada
manusia.Beberapa bakteri non paotgen seperti Bacillus sp. tidak
menimbulkan infeksi pada mata. Pada pasien yang lemah
mikroorganisme dapat menyebabkan meningitis dan bakterimia. Bakteri
ini dapat pula menyebabkan keracunan makanan dan memperlama
penyembuhan luka
Kulit, telinga, hidung dan mata
Mikroorganisme yang umum ditemukan pada bagian ini antara lain
Staphylococcusaureus, Staphylococcusepidermidis,
Streptococcusviridans, Corynebacterium sp. Neisseria sp. Peptococcus
sp. Bacillus sp.

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 12

Saluran pernafasan
Bagian yang ditemukan bakteri komensal adalah mulut, faring dan
tonsil. Laring, bronkus, alveolus dan nasal sinusbiasanya
steril.Mikrorganisme yang sering ditemukan pada daerah ini adalah
Candidaalbicans, Streptococcus penunomiae, Neisseria meningitides,
Haemophylus influenza, Streptococcus viridans, Moraxella sp.dan
bakteri anaerobic nonpatogen
Mulut
Kelembapan yang tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan
dan juga partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan
yang baik untuk pertumbuhan mikroba. Flora normal bergantung pada
kesehatan masing-masing individu dan berubah berdasrkan usia dan
jenis makanan.saliva mengandung 108/ml mikroba. Mikroorganisme
yang ditemukan anatara lain Streptococcus sannguis dan streptococcu
mutans yang melekata pada gigi.
Saluran gastrointestinal
Daerah geografis, pola makan, kebiasan dan sanitasi merupakan
factor yang mempengaruhi jumlah dan jenis mikroflora pada saluran
gastrointestinal. Pada lambung dan bagian proksimal usus kecil hanya
ditemukan sejumlah kecil mikroorganisme. Bakteri yang umumnya
ditemukan pada intestinal antara lain Bacterioides sp., Clostridium sp. E.
Coli, Pseudomonas sp. Candida sp. Bifidobacterium sp. Lactobacillus
sp. dan Streptococcus. Mikroorganisme paling banyak ditemuakan pada
kolon dan kebanyakan merupakan bakteri anaerobic. Pada feses
diperikirakan terdapat mikoba sekitar 1012 /gram
Saluran genitourinari
Pada orang sehat, ginjal, ureter dan kandung emih bebeas dari
mikroba, namun bakteri dapat ditemukan pada uretra bagian bawah baik
pda pria maupun wanita.Jumlah dan jenis mikoorganisme pada vagina
FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020
BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 13

berubah-ubah bergantung pada umur, kebiasan seksual dan hormon.


Mikroorganisme ditemukan pada bagian luar saluran genital biasanya
sama dengan yang ditemukan pada kulit. Mikroorganisme yang
ditemukan antara lain Lactobacillus, candida albicans dan sejumlah
besar bakteri anaerobik

ALAT DAN BAHAN


1. Mac conkey agar
2. Blood agar
3. Swab steril
4. Incubator
5. Larutan pewarnaan gram
6. Mikroskop
7. Larutan saline
8. Minyak emersi
9. Ose loop dan Bunsen

PROSEDUR
1. Swab tenggorokan disekitar daerah tonsil menggunakan swab steril.
Gunakan penekan lidah yang steril untuk menjaga lidah agar tidk
mengenai swab.
2. Swab membran mukosa mulut, nasal cavitis, conjungtiva
3. Ambil swab yang telah diberi larutan saline, kemudian oleskan pada
lengan
4. Sentuhkan swab pada permukaan agar darah dan mac conkey agar
dan goreskan menggunakan ose loop
5. Inkubasi pada suhu 37OC selama 18-24 jam

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 14

6. Amati karakteristik pertumbuhan bakteri pada permukaan agar. Catat


bentuk, ukuran dan warna koloni, aktivitas hemolitik pada medium
blood agar
7. Ambil beberapa koloni kemudian lakukan pewarnaan gram dan
lakukan pemeriksaan mikroskop.
8. Identifikasi jenis koloni bakteri

DAFTAR PUSTAKA
Harley−Prescott, 2002, Laboratory Exercises in Microbiology 5 th ed, The
McGraw-Hill Companies. New york
Jawtz E. Melnick JL, Adelberg EA. 1989. Review of medical
microbiology. 18th ed. Los altos: lange medical publication,
Lenette EH.Balows A, Hausler WJ, Shadomy HJ. 1995. Manual of
clinical microbiology. 4th ed. American society for microbiology.
Washington
Ryan and Ray, 2004, Sherris Medical Microbiology An Introduction To
Infectious Diseases. The McGraw-Hill Companies, Inc

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 15

MORFOLOGI FUNGI
TUJUAN
1. Untuk mengetahui bentuk makroskopis dan mikroskopis yeast
(khamir) dan mold (kapang)
2. Untuk mengetahui cara kultur dan metode pewarnaan fungi

LATAR BELAKANG
Fungi merupakan organisme eukariotik nonfotosintesis.Ilmu yang
mempelajari fungi disebut mikologi.Fungi dapat uniseluler ataupun
berbentuk filament, bersifat saprofit atau parasite.Sebagai parasite, fungi
dapat menimbulkan penyakit termasuk pada manusia.Akan tetapi,
diantara 500.000 spesies fungi, hanya sekitar 100 yang pathogen pada
terhadap manusia.
Kematian karena infeksi fungi selain penyakit kulit sangat tinggi.Hal
ini dapat disebabkan oleh diagnosis yang terlambat atau yang salah
selama penyakit menginfeksi atau karena tidak tersedianya obat-obat
nontoksik yang secara medis tepat guna.
Infeksi yang disebabkan oleh fungi disebut mikosis.Kebanyakan
fungi yang pathogen bersifat exogenous, secara alami ditemukan pada
air, tanah dan sisa bahan oranik.Mikosis dapat dibedakan menjadi
mikosis superfisial, mikosis kutaneus, mikosis subkutaneus, mikosis
sitemik, dan mikosis opurtunistik.Infeksi dapat dipengaruhi oleh factor-
faktor seperti barrier fisik, pH, suhu, sistem imun dan nutrisi.
Fungi dapat tumbuh dalam dua bentuk yaitu yeast (khamir) dan
mold (kapang). Mold merupakan jamur multiseluler yang berbentuk
filament. Elemen yang terkecil disebut hifa, yaitu benang-benang filamen
yang terdiri dari sel-sel yang memiliki dinding, protoplasma, inti dan
biasanya bersekat.Hifa yang menyerupai tabung silindris dengan ukuran

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 16

bervariasi antara 2-10 mm. Benang-benang hifa ini bercabang-cabang


dan bila membentuk anyaman disebut miselium.
Secara makroskopis, mold tampak seperti kapas berua benang-
benang halus pada permukaan dan pinggir tidak rata dan menonjol di
atas permukaan media.Secara mikroskopis tampak sebagai hifa sejati,
yyaitu benang-benang yang berkontur ganda, berinti dan memiliki sekat.
Yeast merupakan fungi yang uniseluler, biasanya berbentuk bulat
hingga lonjong dengan ukuran 3-15 mm (5-10 kali lebih besar
disbanding bakteri). kebanyakan yeast bereproduksi secara aseksual
melalui proses budding (pertunasan), dimana sel baru terbentuk dari sel
induk dari protuberance yang disebut bud . berbeda dengan mold, yeast
tidak memiliki hifa, tetapi beberapa dapat membentuk pesudohifa.
Secara makroskopis, koloni tampak bundar, lunak atau lembek
dengan permukaan halus atau rata, mengkilat, tidak berpigmen, warna
kekuningan, seperti koloni bakteri. Bila dilihat secara mikroskopis hanya
didapati sel-sel ragi berupa sel yang bulat dan tampak seolah-olah
memiliki dua dinding dan kadang-kadang ada tunas. aktifitas metabolism
juga digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi spesies pada jamur
Selain dari gejala klinis yang ditimbulkan, diagnosis suatu infeksi
harus dibantu dengan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan
praparat langsung, pembiakan, reaksi imunologis, biopsy atau
pemeriksaan dengan sinar wood.
1. Pemeriksaan mikroskopis: fungi dapat dilihat denga cara :
pemeriksaan langsung menggunakan saline atau KOH 10-20%, dan
pewarnaan. Pewarnaan yang umum dilakukan pada laboratorium
mikrobiologi salah satunya adalah lactophencol catton blue (LPCB)
2. Pembiakan fungi: medium yang umum digunakan adalah
sabouroud’s dextrose agar dan sabouroud’s dextrose agar
+chloramphenicol 0.5 g/L pada suhu 25-30OC. Berbeda dengan
FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020
BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 17

bakteri, fungi tumbuh lebih lambat, kadang beberapa hari hingga


minggu untuk dapat diamati secara makroskopis.
Penyiapan spesimen sangat menentukan hasil laboratorium.
Spesimen mikosis superficial dapat diambil dengan cara kerokan kulit,
kuku, dan rambut. Spesimen lainnya dapat diambil dari pus, aspirasi dan
biopsy. Pada kasus mikosis sitemik, spesimen dapat diambil dari feses,
swab rectum, swab mulut, sputum, bilasan bronkus, biopsy, swab
vagina, dan cairan cerebrospinal.

ALAT DAN BAHAN


1. Pisau bedah
2. Kaca objek
3. Cawan petri
4. Degglas
5. Loop
6. Forcep
7. Bunsen
8. Mikroskop
9. Etanol 95%
10. Alcohol 70%
11. KOH 10%
12. Lactophenol cotton blue (LPCB)
13. Minyak immersi

PROSEDUR
Pemeriksaan langsung sampel dari kulit, rambut, dan kuku
1. Kulit: bahan diambil dari bagian lesi yang aktif yaitu daerah pinggir.
Terlebih dahulu dibersihkan dengan alcohol 70% lalu kerok dengan
scalpel hingga memperoleh skuama yang cukup. Usahakan tidak
FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020
BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 18

memotong kulit. letakkan kerokan pada kaca objek kemudian beri


larutan KOH 10%
2. Rambut: rambut yang dipilliha dalah rambut yang terputus-putus atau
rambut yang warnanya tidak mengilat lagi. Potong rambut menjadi
bagian-bagian kecil. Letakkan pada kaca objek kemudian tetes
dengan KOH 20%. Lihat adanya infeksi endo atau ektotrik
3. Kuku: bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku
yang sudah rusak atau dari bahan kukunya sendiri. Keruk permukaan
bagian bawah kuku (permukaan bagian dalam kuku) dari bagian
distal, dan bagian proksimal kuku (dasar kuku) menggunakan pisau
bedah mengikis permukaan bawah (permukaan bagian dalam kuku)
dari bagian distal dari kuku, dan juga bagian proksimal kuku (dasar
kuku) terutama bagian yang tertutup oleh kulit. letakkan pada kaca
objek kemudian beri KOH 20-40%
4. Tutup dengan kaca penutup.
5. Diamkan selama 10 menit atau panaskan diatas Bunsen (20 cm),
tanpa mendidih
6. Amati morfologi fungi menggunakan mikroskop

Kultur fungi
1. Masukkan spesimen pada medium Sabouroud’s dextrose agar
2. Inkubasi selama 3-5 hari pada suhu 25-30OC
3. Amati bentuk koloni yang tumbuh dan warna koloninya.

Pewarnaan lactophenol cotton blue


1. Ambil koloni pada medium +chloramphenicol 0.5g/L menggunakan
loop steril
2. Tempat koloni pada kaca objek
3. Tetaskan 1 tetes alcohol 96%, hilangkan gelembung yang terbentuk
FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020
BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 19

4. Usahakan koloni pada kaca objek setipis mungkin


5. Teteskan 1 tetes Larutan lactophenol catton blue
6. Tutup dengan degglass
7. Amati morfologi

DAFTAR PUSTAKA
Benson, 2001, Microbiological Applications Lab Manual 8 th , The
McGraw-Hill company, New york
Brooks GF., Butel JS., and Morse SA, 2001, Jawetz, melnick, dan
adelberg’s.medical microbiology 22nd ed. Lange medical books.
McGraw-Hill, New york
Cappuccino JG., dan Sherman N. 2001, Microbiology a laboratory
manual 6th ed. Benjamin Cummings, san fransisco.
Harley−Prescott, 2002, Laboratory Exercises in Microbiology, 5 th Ed. The
Mc Grew-Hill
Siregar, 2002, Penyakit Jamur Kulit, edisi 2.EGC. Jakarta

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 20

PENUNTUN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI

Tim Penyusun

dr. Christin Rony Nayoan, Sp.THT-KL


dr. Nur Syamsi, M.Sc
dr. Asrawati Sofyan, Sp.KK.,M.Kes
dr.Andi Alfia Muthmainah,M.Biomed
dr.Junjun Fitriani
Departemen Farmakologi

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 21

TATA TERTIB LABORATORIUM FARMAKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
TADULAKO

1. Mahasiswa harus hadir sepuluh menit sebelum pretest , Bagi yang


memiliki nilai hasil akumulasi pretes, posttes, dan laporan
praktikum <60 (standar) dianggap INHAL.
2. Mahasiswa harus hadir sepuluh menit sebelum praktikum
3. Mahasiswa yang terlambat lebih dari 15 menit tidak
diperkenanakan mengikuti kegiatan praktikum
4. Selama mengikuti kegiatan praktikum, mahasiswa/i wajib
berpakaian sopan :
a. Memakai kemeja berkerah dan sepatu tertutup
b. Laki-laki dilarang menggunakan celana jeans
c. Perempuan memakai rok, Paling pendek ± 5 cm di bawah lutut,
tidak ketat.
5. Menyiapkan workplan yang dibutuhkan dalam praktikum yang
diikuti
6. Bersedia jika ditunjuk menjadi probandus untuk contoh sampel
yang akan digunakan saat praktikum dengan menandatangani
informed consent yang disediakan
7. Memakai jas praktikum dan name tag sesuai saat memasuki ruang
praktikum
8. Menanda tangani daftar hadir praktikum
9. Wajib menyerahkan kartu control praktikum dan workplan
10. Mengikuti praktikum dengan tertib dan tidak membuat gaduh
11. Menjaga dan menggunakan peralatan praktikum dengan sebaik-
baiknya, sesuai dengan aturan penggunaannya. Bagi yang

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 22

merusak peralatan praktikum, harus menggantinya paling lambat 1


minggu setelah praktikum
12. Mohon ijin pada dosen pembimbing praktikum, bila akan
meninggalkan praktikum karena keperluan penting
13. Menjaga kebersihan ruang praktikum
14. Tidak merokok, makan, minum dan mencoret-coret didalam ruang
praktikum
15. Mengikuti post test dan membuat laporan tertulis mengenai
kegiatan praktikum
16. Mereka yang tidak menjalankan praktikum pada harinya karena
alasan yang diperbolehkan berdasarkan panduan akademik harus
melapor dan mengikuti praktikum kelompok berikutnya.
17. Sebelum meninggalkan ruang praktikum, mahasiswa harus
merapikan, membersihkan, mengecek, dan mengembalikan alat-
alat dan bahan praktikum di ruang praktikum.

Kepala Bagian Farmakologi

dr. Nur Syamsi, M.Sc

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 23

SISTEM PENILAIAN

1. Komponen penilaian untuk mahasiswa:


Pretes 40 %
Postes 40 %
Laporan praktikum 20 %

2. Bagi yang memiliki nilai hasil akumulasi pretes, posttes, ujian


praktikum dan laporan praktikum < 60 (standar) dianggap INHAL.
3. Mahasiswa yang berhak mengikuti inhal adalah :
a. Mahasiswa yang telah menempuh ujian praktikum tetapi nilai
akumulasi akhir tidak mencapai75.
b. Mahasiswa yang belum mengikuti keseluruhan praktikum karena
alasan berikut :
1) menderita sakit yang dibuktikan dengan surat sakit dari
dokter dan diserahkan paling lambat 1 x 24 jam setelah hari
ujian.
2) mendapat kemalangan (orang tua/saudara kandung
meninggal dunia)
3) mendapat tugas dari fakultas atau universitas yang dibuktikan
dengan surat tugas.
4. Bagi mahasiswa yang mengikuti ujian perbaikan nilai maksimal
adalah 74,99.

Kepala Bagian Farmakologi

dr. Nur Syamsi, MSc

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 24

BENTUK SEDIAAN OBAT TOPIKAL

Tujuan
Setelah melakukan kegiatan ini, para siswa diharapkan dapat:
1. Memahami jenis bentuk sediaan topikal
2. Memilih dan menentukan bentuk sediaan farmasi yang tepat yang
akan digunakan dalam penulisan resep

Pendahuluan
Pilihan bentuk sediaan farmasi dalam resep rasional
memperhitungkan hal-hal seperti keamanan tindakan obat yang optimal,
dan harga yang terjangkau. Ada saat ketika dokter juga
mempertimbangkan rasa kepatuhan pasien dalam menentukan bentuk
sediaan farmasi.Tidak kalah penting, bagaimanapun, adalah faktor-
faktor lain seperti karakteristik obat, bioavailabilitas, dan kondisi sosial
ekonomi pasien. Faktor lain yang layak diperhatikan ketika memilih
bentuk sediaan farmasi untuk lesi kulit yang luas dan kondisi lesi (lesi
basah atau kering). Oleh karena itu diperlukan bahwa spesifikasi dan
jenis bentuk sediaan farmasi dipelajari dan dipahami denganbaik,
terutama ketika menyangkut dengan penyakit kulit. Pemberian bentuk
sediaan farmasi dapat diberikan secara oral seperti tablet, sirup, dan
sebagainya, kapsul dan topikal seperti krim, salep, gel dan lain-lain
Sebelum menulis resep, dokter harus memahami karakteristik,
kelebihan dan kekurangan, penyimpanan, dan regulasi / aturan bentuk
sediaan farmasi untuk memilih dan menetapkan bentuk sediaan farmasi
yang sesuai untuk pasien.

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 25

Bahan
Berbagai jenis bentuk sediaan farmasi, yang dapat diberikan
secara topikal atau tidak melalui mekanisme kerja enteral dan parenteral

Prosedur
1. Para siswa harus mengamati bentuk sediaan farmasi dan kemudian
membahas tentang
A.karakteristiknya (kelebihan dan kekurangan), penyimpanan,
peraturan / aturan klasifikasi obat
B.rejimen dosis termasuk dosis, frekuensi, waktu, dan durasi
pemberian untuk kasus yang disediakan
C.bagaimana menulis resep untuk bentuk sediaan farmasi
2. Para siswa harus mengisi dan melengkapi bentuk kosong sediaan
farmasi seperti di bawah ini

Contoh kasus
Bogi (15 tahun, 70kg) telah menerima krim Myconazol untuk
menyembuhkan tinea corporisnya. Hal ini diketahui bahwa: dosis
myconazol sebagai antijamur adalah 2%, diterapkan secara lokal di kulit
sekali waktu sehari.Persiapan yang tersedia adalah 10 g myconazol per
tabung.
Satu gram krim memadai akan mencakup kira-kira 100 cm 2 daerah kulit
Menulis resep obat ketika diberikan selama dua minggu dan
daerah yang terkena dampak penyakit ini adalah sekitar 120 cm 2.

Jawaban:
Karena daerah yang terkena adalah 120 cm 2, sehingga perlu 1,2 g krim
per hari.

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 26

Selama dua minggu atau 14 hari dibutuhkan 14x 1,2 g = 16,8 g yang
sama dengan 2 tabung.

CONTOH DARI FORMULIR DOSIS FARMASI

Nama obat Myconazol


Jenis Bentuk Sediaan Farmasi Cream
(PDF) diamati
Komposisi & kemasan Myconazol 2% (masing-masing
gram berisi 20 mg myconazol), 10 g
per tabung
Indikasi Antijamur
Keuntungan dari bentuk sediaan Mudah dicuci air
farmasi (PDF) Kurang berminyak dibandingkan
dengan salep
Lebih mudah untuk menerapkan,
meliputi bagian dari kulit
Kelemahan dari bentuk sediaan Tidak dipertahankan pada kulit
farmasi (PDF) untuk waktu yang lama
Rejimen dosis:
Rute pemberian Topikal

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 27

Dosis 2%
Frekuensi Sekali sehari
Waktu pemberian Pagi
Cara pemberian Obat tersebar pada lesi kulit
Klasifikasi berdasarkan Obat kuat, huruf K hitam pada latar
peraturan / hukum belakang merah
Penyimpanan obat Perlu tempat sejuk dan kering,
hindari dari cahaya dan kelembaban

TEMPAT PENYIMPANAN BENTUK SEDIAAN OBAT


ISTILAH PENGERTIAN
Tempat sejuk Suhu 8-25C
Tempat dingin Suhu tidak melebihi 8C,
biasanya 2-8C
Tempat hangat Suhu 30-40C
Tempat sangat panas Suhu lebih dari 40C
Freezer Suhu -25 sampai -10C
Suhu kamar Suhu umum di tempat kerja
(20-25C)
Tempat kering Kelembaban tidak melebihi
40%
Jangan simpan pada Disimpan di kulkas (2-8C)
suhu lebih 8C
Jangan simpan pada Disimpan di suhu kamar
suhu lebih 30C
Jangan disimpan di Simpan di kulkas (2-8 C)
freezer
Tidak di tempat lembab Simpan di kelembaban
normal dan suhu kamar
Jauhkan dari sinar Simpan dalam almari
matahari

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 28

PETUNJUK PEMAKAIAN BEBERAPA SEDIAAN FARMASI YANG


BEREDAR

Obat Semprot Hidung :


1. Bersihkan hidung
2. Duduk dan tundukkan kepala sedikit
3. Kocok wadah obat semprot
4. Masukkan ujung penyemprot ke dalam satu lubang hidung
5. Tutup mulut dan lubang hidung sebelahnya
6. Semprotkan obat dengan memencet vial (wadah, tabung) dan hirup
perlahan-lahan
7. Keluarkan ujung penyemprot dari hidung dan tundukkan kepala
serendah mungkin (letakkan kepala diantara kedua lutut)
8. Sesudah beberapa detik, duduk tegak, obat akan mengalir ke dalam
kerongkongan
9. Bernapaslah melalui mulut
10. Ulangi langkah-langkah ini untuk lubang hidung sebelahnya, jika
perlu
11. Bersihkan ujung penyemprot dengan air matang.

Obat Tetes Hidung :


1. Bersihkan hidung
2. Duduk dan tengadahkan kepala atau berbaringlah dengan bantal di
bawah bahu, usakahakan agar kepala tetap lurus
3. Masukkan alat penetes sejauh 1 cm ke dalam lubang hidung
4. Teteskan obat sejumlah yang dianjurkan
5. Segera tundukkan kepala serendah mungkin (letakkan kepala
diantara lutut)

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 29

6. Setelah beberapa detik, duduk tegak, cairan akan menetes ke dalam


kerongkongan
7. Ulangi langkah-langkah ini untuk lubang hidung sebelahnya, jika
perlu
8. Bersihkan alat penetes dengan air matang

Inhaler & Diskhaler :


1. Batukkan dahak sebanyak mungkin
2. Kocok botol aerosol sebelum digunakan
3. Pegang botol aerosol seperti yang tercantum pada petunjuknya
(biasanya dalam posisi terbalik)
4. Katupkan bibir rapat-rapat pada mulut aerosol
5. Tengadahkan kepala sedikit
6. Buang napas perlahan-lahan, hembuskan udara paru-paru sebanyak
mungkin
7. Tarik napas dalam-dalam dan tekan aerosol, usakahan agar lidah
tetap di bawah
8. Tahan napas elama 10 – 15 detik
9. Hembuskan napas melalui hidung
10. Bersihkan mulut aerosol dengan air hangat

Turbuhaler :
1. Batukkan dahak sebanyak mungkin
2. Tempatkan kapsul obat pada inhaler sesuai dengan petunjuk
produsennya
3. Buang napas perlahan-lahan, hembuskan udara paru-paru sebanyak
mungkin
4. Katupkan bibir rapat-rapat pada ujung inhaler

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 30

5. Tengadahkan kepala sedikit


6. Tarik napas panjang melalui inhaler
7. Tahan napas selama 10 – 15 detik
8. Hembuskan napas melalui hidung
9. Bersihkan ujung inhaler dengan air hangat

Obat Tetes Mata :


1. Cuci tangan
2. Jangan menyentuh lubang penetes
3. Tengadahkan kepala
4. Tarik kelopak mata bawah ke bawah, agar terbentuk
semacamcekungan
5. Dekatkan alat penetes sedekat mungkin ke cekungan tanpa
menyentuhnya atau menyentuh mata
6. Teteskan obat sebanyak yang dianjurkan ke dalam cekungan
7. Pejamkan mata selama kira-kira 2 menit. Jangan memejamkannya
terlalu kuat
8. Bersihkan kelebihan cairan dengan kertas tisu
9. Jika menggunakan lebih dari satu jenis obat tetes mata, tunggu
sedikitnya 5 minit sebelum meneteskan obat tetes berikutnya
10. Obat tetes mata mungkin menimbulkan rasa terbakar, tetapi ini
hanya akan berlangsung beberapa menit. Jika terasa lebih lama,
bertanyalah ke dokter atau apoteker.

Meneteskan obat tetes mata pada anak-anak :


1. Baringkan anak terlentang dengan kepala lurus
2. Mintalah si anak memejamkan matanya
3. Teteskan sejumlah yang dianjurkan ke sudut mata

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 31

4. Jaga agar kepala tetap lurus


5. Bersihkan cairan yang berlebihan

Salep Mata :
1. Cuci tangan
2. Jagalah agar ujung tube salep mata tidak menyentuh apapun
3. Tengadahkan kepala sedikit
4. Pegang tube dengan satu tangan dan tarik kelopak mata bawah ke
bawah dengan tangan yang lain untuk membentuk cekungan
5. Dekatkan tube sedekat mungkin ke cekungan
6. Bubuhkan salep sejumlah yang dianjurkan
7. Pejamkan mata selama 2 menit
8. seka saisa salep dengan kertas tisu
9. bersihkan ujung tube dengan tisu lain

Obat Tetes Telinga :


1. Hangatkan obat tetes telinga dengan menggenggamnya atau
mengempitnya di ketiak selama beberapa menit. Jangkan gunakan
air panas dari kran kaena suhuknya sukar dikendalikan
2. Mieingkan kepala ke satu sisi atau berbaringlah miring, telinga yang
akan diobati harus berada di sebelah atas
3. Tarik daun telinga perlahan untuk membuka liang telinga
4. Teteskan obat sejumlah yang dianjurkan
5. Tunggu selama 5 minit sebelum beralih ke telinga yang lainnya
6. Gunakan kapas untuk menutup liang telinga setelah ditetesi obat.
Hanya jika perintah ini nyata-nyata dianjurkan olehj produsennya
Catatan : rasa terbakar atau perih hanya akan terasa beberapa menit.

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 32

Tablet Vagina :
1. Cucilah tangan
2. Buka pembungkus tablet
3. Letakkan tablet di ujung aplikator yang terbuka
4. Berbaringlah terlentang, tekuk lutut sedikit dan mengangkanglah
5. Perlahan-lahan masukkan aplikator ke dalam vagina sejauh mungkin
tabletnya di bagian depan. Jangan mendorongnya dengan paksa
6. Tekan alat pendorong sehingga tablet terlepas
7. Keluarkan aplikator
8. Buang aplikator (untuk kemasan sekali pakai)
9. Bersihkan dengan cermat kedua bagian aplikator dengan sabun dan
air matang yang hangat-hangat kuku (jika bukan kemasan sekali
pakai)
10. Cucilah tangan

Tablet Vagina Tanpa Aplikator :


1. Cucilah tangan
2. Buka kemasan tablet
3. Celupkan tablet ke dalam air hangat-hangat kuku, sekedar untuk
membasahkannya
4. Berbaringlah terlentang, tekuk lutut dan mengangkanglah
5. Perlahan-lahan masukkan tablet ke dalam vagina sejauh mungkin,
jangan dipaksa
6. Cucilah tangan

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 33

Krim, Salep dan Jel Vagina :


(Kebanyakan obat-obat ini dilengkapi dengan aplikator)

1. Cucilah tangan
2. Buka tutup kemasan dari wadah obat
3. Pasang aplikator pada wadah
4. Tekan wadah sampai sejumlah obat yang dianjurkan masuk ke dalam
aplikator
5. Lepaskan aplikator dari wadah obat (pegang pipanya)
6. Bubuhkan sedikit krim di bagian luar aplikator
7. Berbaringlah terlentang, tekuk lutut dan mengangkanglah
8. Perlahan-lahan masukkan aplikator ke dalam vagina sejauh mungkin,
jangan dipaksa
9. Pegang pipa aplilator dan, dengan tangan yang lain, tekan alat
pendorong untuk memasukkan obat ke dalam vagina
10. Keluarkan aplikator dari vagina
11. Buang aplikator untuk kemasan sekali pakai, atau bersihkan
dengan air matang jika bukan kemasan sekali pakai.
12. Cucilah tangan

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 34

PUSTAKA

Swettman, S.C. 2009. Martindal the Complete Drug Reference. Thirty-


sixth edition.

Suharmi, S dan Murini, T. 2009. Bentuk Sediaan Obat. Bagian Farmasi


Kedokteran, FakultasKedokteran, Universitas Gadjah Mada

Syarif, R. A., Murini, T., Wahyuningsih, M. S. H. 2012.Pedoman


DasarPenulisan Resep Dokter untuk Anak. Bagian Farmakologi dan
Terapi Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 35

FORMULIR DOSIS FARMASI


Nama obat Myconazol
Jenis Bentuk Sediaan
Farmasi (PDF)
diamati
Komposisi &
kemasan

Indikasi

Keuntungan dari
bentuk sediaan
farmasi (PDF)

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 36

Kelemahan dari
bentuk sediaan
farmasi (PDF)

Rejimen dosis:
Rute pemberian
Dosis
Frekuensi
Waktu pemberian
Cara pemberian
Klasifikasi
berdasarkan
peraturan / hokum
Penyimpanan obat

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 37

OBAT YANG BERTINDAK PADA


SISTEM SARAF OTONOM

PENDAHULUAN
Sistem kardiovaskular dan beberapa sistem lain dalam tubuh
dikendalikan oleh sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom juga
dikenal sebagai sistem visceral saraf vegetatif, atau tidak
diperintah.Pada saraf perifer di perantarai oleh nervus, ganglia, dan
pleksus yang menyediakan persarafan ke jantung, pembuluh darah,
kelenjar, organ visceral lainnya dan otot polos nonvascular.
Sistem saraf otonom terdiri dari dua bagian yang berbeda
fungsional yang sering mengerahkan efek antagonis pada organ target
mereka.Ini disebut sebagai simpatis dan sistem parasimpatis.
Sistem simpatis sebagian besar muncul dari sumsum tulang
belakang. Ini juga memiliki neuron relay di ganglia perifer (terhubung
satu sama lain yang disebut `rantai simpatis', yang terletak di kedua sisi
tulang belakang). Saraf simpatik keluar dari sumsum tulang belakang
thoracolumbar (TI-L3) dan bersinaps di ganglia Para vertebral atau
ganglia prevertebral dan pleksus di daerah abdomen.
Neurotransmitter yang dilepaskan dari ujung saraf simpatik adalah
noradrenalin.Beberapa serat simpatis preganglionik berasal langsung ke
medula adrenal yang dapat melepaskan adrenalin ke dalam sirkulasi.
Nor adrenalin dan adrenalin mestimulasi organ efektor
Pada sistem parasimpatis, serat preganglionik meninggalkan
sistem saraf pusat melalui saraf kranial (terutama III, VII, IX, dan X) dan
segmen S3-S4melewati perjalanan didalam tubuh menuju serat simpatis
sebelum bersinaps dalam ganglia. Ujung saraf dari asetilkolin pada
serabut postganglionik parasimpatis, yang menghasilkan tindakan

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 38

terhadap organ efektor dengan mengaktifkan reseptor muscarinic.


Asetilkolin dirilis pada sinapsis tidak aktif oleh enzim asetil kolinesterase.
Semua serabut saraf preganglionik (simpatis dan parasimpatis)
yang bermielin dan terminal saraf, dapat melepaskan asetil kolin untuk
mengaktifkan reseptor nicotinic. Ganglia parasimpatik dan simpatik
berada di luar sistem saraf pusat, dan karena itu mudah diakses oleh
obat-obatan yang tidak melewati sawar darah otak. Jaringan target yang
dikendalikan oleh neuron sekunder (yang berasal dari ganglia) meliputi:
Sekretori sel dalam berbagaikelenjar, baik eksokrin dan endokrin
sistem konduksi dan sel-sel otot jantung
Sel otot polos di usushalus, organ berongga lainnya (bronkus,
saluran kemih, organ seksual, dll) dan di pembuluh darah.

Neuron mencapai syaraf tepi, yang diberi nama ganglia (tunggal:


ganglion), di mana mereka memicu aktivitas di neuron sekunder yang
akan menstimulasi organ target. Beberapa reseptor neurotransmitter
yang ditemukan dalam sistem saraf otonom:
Asetilkolin nikotinat reseptor di ganglia simpatis dan parasimpatis.
Reseptor ditemukan di sinaps neuromuscular adalah dari jenis
nicotinic juga. Namun, subtipe yang berbeda, dan karena itu pilihan
obat yang bekerja selektif mungkin.
Reseptor acetylcholine muscarinic terjadi pada jaringan target.
Mereka sebagian besar ditemukan di sinapsis parasimpatis, tetapi
mereka juga terjadi pada kelenjar keringat simpatik
Reseptor adrenergik selalu berhubungan dengan aktivitas simpatis,
baik dalam sinapsis atau difus didistribusikan untuk distimulasi
epinefrin yang beredar.
Reseptor Dopamin D1 kurang tersebar dibandingkan reseptor
adrenergik. Contohnya pada arteri ginjal. Agonis dopamin

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 39

digunakan dalam pengobatan perawatan intensif dari gagal ginjal


akut untuk meningkatkan perfusi ginjal.

Sangat umum, sebuah jaringan target akan dirangsang oleh


sistem simpatis dan dihambat oleh sistem parasimpatis, atau
sebaliknya.Contohnya stimulasi otot polos di bronkus, dan relaksasi otot
polos di arteriol, keduanya dimediasi oleh reseptor acetylcholine
muscarinic. Di sini, mekanisme efektor beragam dipicu dari reseptor
yang sama. Demikian pula, reseptor adrenergik dapat beroperasi switch
intraseluler yang berbeda sesuai kebutuhan.
Ephedrin adalah salah satu contoh obat yang bekerja sebagai
simpatomimetik , dengan cara melepaskan nor epinefrin dari ujung saraf
dan mampu bekerja memacu langsung di reseptor alfa dan beta. Efek
simpatomimetik ini dapat terjadi ada organ efektor lainnya seperti
pembuluh darah , bronkus , jantung dan saraf pusat. Ephedrin juga
dapat digunakan secara topikal pada gangguan di daerah hidung. Peran
ephedrine sebagai obat topikal untuk vasokonstriksi pembuluh darah
hidung dan seringkali di gunakan untuk membantu pemeriksaan hidung.
Beberapa penelitian membandingkan peran beberapa obat
vasokonstriktor topikal untuk hidung antara lain xylometazoline ,
lidocaine 1 % atau kombinasi keduanya .

a. Tujuan percobaan:
Memahami pengaruh obat simpatik.
b. Probandus:
Manusia sehat
c. Peralatan:
1) Spekulum hidung
2) Lampu kepala

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 40

3) Pinset bayonet
4) Nieurbeken (bengkok)
5) Gunting kapas
d. Bahan & Obat
1) Ephedrine
2) Lidocain
3) Kapas
4) Alkohol
e. Prosedur
1) Setiap kelompok bekerja berpasangan
2) Perhatikan dengan seksama, ukuran / besar dari konka inferior
pada kedua rongga hidung dengan menggunakan spekulum
hidung dan lampu kepala dan dicatat dengan gambar ( diambil
gambar )
3) Mengambil kapas yang telah digunting sesuai ukuran, di rendam
dalam larutan ephedrin kemudian dengan bantuan pinset
bayonet diaplikasikan kedalam rongga hidung 1 sisi.
4) Ditunggu 10 menit, kapas dilepaskan
5) Evaluasi ukuran konka inferior rongga kanan dan kiri , gambarkan
/ ambil gambar
6) Isilah tabel di lembar laporan laboratorium kerja dan menjawab
pertanyaan.

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 41

LEMBAR KERJA

GAMBAR KETERANGAN
PRETEST

POST
TEST

1. Mengapa terjadi perubahan ukuran konka inferior ?

2. Bagaimana mekanisme kerja nya ?

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 42

PENUNTUN PRAKTIKUM
PARASITOLOGY

Tim Penyusun

dr. Vera Diana, M.Sc

dr. Ayu Sekarani D.P,M.Biomed

Nur Indang, S.Si,M.Sc

DEPARTEMEN PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 43

TATA TERTIB PRAKTIKUM PARASITOLOGI

1. Datang 5 menit sebelum kuliah, praktikum, dan semua kegiatan


laboratorium
2. Selama mengikuti kegiatan praktikum, mahasiswa wajib berpakaian
sopan:
a. Memakai kemeja berkerah dan sepatu tertutup
b. Laki-laki dilarang menggunakan celana jeans
c. Perempuan memakai rok, paling pendek ± 5 cm di bawah lutut, tidak
ketat, Memakai jas praktikum dan name tag saat mengikuti
praktikum.
3. Selama mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa WAJIB mengenakan
jas praktikum, name tag, membawa pensil warna, penuntun praktikum,
kartu kontrol dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan praktikum
tersebut. Bagi yang tidak melengkapi persyaratan dianggap INHAL.
4. Pretest akan dilaksanakan pada sepuluh menit (10 menit) pertama
kegiatan praktikum atau terjadwalkan sesuai aturan dari setiap bagian.
Bagi yang memiliki nilai hasil akumulasi pretest dan posttest < 60
(standard) dianggap INHAL. INHAL di lakukan maksimal 2x, dengan
kententuan, nilai > 60 -
5. Tidak meninggalkan ruangan tanpa izin dosen ataupun asisten dosen
yang bersangkutan.
6. Tidak minum ataupun makan dalam ruangan.
7. Tidak membuat kegaduhan didalam laboratorium.
8. Merapikan, membersihkan, mengecek, dan mengembalikan alat – alat,
preparat ataupun bahan yang digunakan pada ruang perkuliahan dan
laboratorium.
9. Mengumpul laporan praktikum tepat waktu.
10. Mengikuti asistensi dan responsi praktikum sesuai jadwal.

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 44

11. Bersedia bertanggung jawab dan mengganti alat, bahan, ataupun


preparat yang dipergunakan dalam kegiatan laboratorium jika merusak.
Aturan penggantian akan ditetapkan sesuai kebijakan masing-masing
bagian Laboratorium.
12. Hal – hal yang tidak tertuang dalam peraturan ini, akan diambil
kebijaksanaan kemudian.

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 45

SISTEM PENILAIAN
MATA KULIAH PARASITOLOGI
BLOK 10 TAHUN AJARAN 2019/2020

Mahasiswa akan dinilai berdasarkan akumulasi nilai akhir. Pokok


penilaian harus termasuk:
1. Dosen koordinator merekap semua nilai yang sudah terkumpul selama
1 semester yang terdiri dari:
a. Nilai Praktikum
 nilai pretest: 10%
 Nilai posttest: 15%
 Nilai Laporan: 15%
 Nilai ujian praktikum (Tentamen): 60%
2. Hal – hal lain yang menjadi pertimbangan nilai: Attitude
3. Ujian perbaikan mata kuliah Parasitologi akan dilaksanakan 1 kali dan
sebelumnya akan dilakukan pembimbingan. Dan inhal maksimal
diadakan 1 kali
4. Mahasiswa wajib mengikuti pembimbingan
5. Nilai akhir (setelah akumulasi) yang akan diserahkan ke bagaian
assessment adalah nilai terbaik.

Mengetahui,
Kepala Bagian Parasitologi

dr. Vera Diana,M.Sc

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 46

NEMATODA JARINGAN PADA MANUSIA


(FILARIASIS LYMPHATIC)
Pendahuluan
Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging desease, yaitu
penyakit yang dulunya sempat ada, kemudian tidak ada, dan sekarang
muncul kembali. Filariasis disebabkan oleh cacing filaria yang
merupakan cacing nematoda berbentuk panjang seperti benang yang
hidup di dalam jaringan, dan akan menghasilkan microfilaria. Terdapat
tiga jenis cacing filaria yang sering menginfeksi manusia, yaitu
Wuchereria bancrofti, Burgia malayi, dan Burgia timori.
1. Wuchereria bancrofti
Jenis cacing ini ditularkan oleh nyamuk Culex, yang dapat ditemukan
di daerah perkotaan pada malam hari. Wuchereria bancrofti yang
ditemukan di pedesaan dengan endemis tinggi terutama di Irian Jaya
(Papua) yang ditularkan melalui Anopheles, Culex dan
Aedes.Mikrifilaria W.bancrofti berukuran 250μ, cacing betina dewasa
berukuran panjang 65-100mm dan cacing jantan dewasa berukuran
40mm. Bagian kepala membesar pada ujungnya dan memiliki mulut
berupa lubang tanpa bibir.

2. Burgia malayi
Cacing dewasa umumnya mirip dengan W.bancrofti, hanya saja
cacing B.malayi lebih kecil. Panjang cacing betina 43-55mm dan
panjang cacing jantan 13-23mm. Cacing dewasa dapat memproduksi
mikrofilaria di dalam tubuh manusia. Mikrofilaria memiliki lebar 5-7
μm dan panjang 130-170 μm. Vektor yang berperan daam
penyebaran B.malayi adalah nyamuk Mansonia dan Aedes.

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 47

3. Burgia timori
Bentuk cacing dewasa B.malayi dan B.timori hampir mirip, sehingga
sulit untuk dibedakan. Panjang cacing betina B.timori 39 mm dan
cacing jantan 23mm. Mikrofilaria B.timori mempunyai selubung
dengan panjang 310 mikron. Cacing ini ditularkan melalui nyamuk
Anopheles di dalam tubuh nyamuk betina.

Tugas Praktikum
1. Amati dan gambar cacing filaria dewasa
Stadium Jantan Dewasa Figure
Amati : curve tail
W. bancrofti
 Pangjang: 29 mm
 Lebar: 0,1 mm

Stadium Jantan Dewasa Figure


Amati: curve tail
B. malayi
 Panjang : 18 mm
Lebart : 0,09 mm

Stadium Jantan Dewasa Figure


Amati : curve tail Loupe
B. timori
 Length : 17 mm
 Widht : 0,08 mm
Stadiun Betina Dewasa Figure
Amati : ujung posteriornya lurus Loupe

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 48

W. bancrofti
 Length (mm) : 61
 Ovejector length (μm) : 190

Stadiun Betina Dewasa Figure


Amati : ujung posteriornya lurus Loupe
B. malayi
 Length (mm) : 48
 Ovejector length (μm) : 19

Stadiun Betina Dewasa Figure


Amati : ujung posteriornya lurus Loupe
B. timori
 Length (mm) : 27
 Ovejector length (μm) : 160

1. Amati dan gambar stadium microfilaria dari cacing fialriasis ini


Mikrofilaria Magnification 10×40
a. W. bancrofti Figure
Length : 224-296 μm
Cepalic space : length = width
Terminal nuclei : none
Nuclei : regularly spaced
Sheath : present
Microfilaria Pembesaran 10×40
b. B. malayi Figure

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 49

Length : 117-230 μm
Cepalic space : length = 2 x
width
Terminal nuclei : 2 nuclei
separated
Nuclei : irregularly spaced
Sheath : present
Microfilaria
c. B. timori Pembesaran 10×40
Length : 265-323 μm
Cepalic space : length = 3 x width
Terminal nuclei : 2 nuclei separated
Nuclei : irregularly spaced
Sheath : present

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 50

PARASIT PENYEBAB PEDICULOSIS, SCABIES DAN


CUTANEOUS LARVA MIGRANS (CLM)

A. PEDICULOSIS
Tujuan Pembelajaran
Memahami tentang ekstoparasit yang dapat menyebabkan infeksi
Pediculosis berasal dari ordo Anoplura (Pediculus humanus var.
capitis, Pediculus humanus var. corporis, dan Phtirus pubis)

Pendahuluan
Pediculosis adalah infeksi kulit kepala yang disebabkan oleh
kutu (lice) pada manusia, dengan cara menghisap darah
(hemophagydea) untuk bertahan hidup. Terdapat tiga jenis kutu yang
dapat menginfeksi manusia, yaitu tuma kepala (Pediculus humanus
var. capitis), tungau badan dan pakaian (Pediculus humanus var.
corporis) dan tuma pubis (Phtirus pubis).

1. Pediculus humanus var. capitis (head louse) dan Pediculus


humanus var. corporis (body louse)
Secara morfologi head louse dan body louse adalah mirip. Body
louse berwarna keabu-abuan, tidak bersayap dan dengan tubuh
yang terkompresi secara dorso-ventral. Kepala berbentuk ovoid
bersudut (rectangular-ovoidal) pada sisi dorsal. Thorax terdiri dari
tiga segment yang sulit untuk dibedakan secara external. Area
permukaan dorsal dan ventral dilapisi dengan kitin tipis namun
pada area lateral terlapisi dengan baik. Masing-masing dari
keenam kaki memiliki lima segment yang merupakan karakter dari
insekt. Bagian abdomen terdiri dari 9 segment. Abdomen dari
jantan lebih kecil dari betina, dan abdomen berbentuk membulat

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 51

kebelakang. Body louse lebih besar dari head louse. Ukuran head
louse jantan kurang lebih 2mm, dan betina 3mm.
2. Phtirus pubis
Pthirus pubis dikenal juga sebagai kutu pubis (Pubic louse), dapat
dikenali secara mudah karena bentuk tubuhnya yang menyerupai
kepiting. Panjang 1.5 sampai 2 mm, lebar tubuh hampir
menyampai panjang tubuh, dan berwarna abu-abu keputihan.
Kaki bagian tengah dan belakang lebih gemuk daripada kaki dari
head louse dan body louse
Body Lice
Body louse memiliki kemiripan dengan head louse. Perbedaannya
adalah body louse ditemukan di tubuh dan baju. Diagnosis
ditentukan berdasarkan tempat ditemukannya telur atau bentuk
dewasanya.
Pubic Lice
Pubic lice menginfeksi area pubis manusia dewasa dan bulu mata
anak-anak.
Spesies Bentuk tubuh Segment Thorax Tangan (claw)
dan ukuran
Pediculus Oval, 3-4 mm Jelas Kecil
humanus var.
capitis ( head
louse)
Pediculus Oval, 2-3 mm Tidak jelas Besar
huuumanus var.
corporis (body
louse)
Pththitus pubis Bulat, 1.5 – 2 Tidak jelas Besar
mm

Tugas Praktikum
1. Belajar untuk mengidentifikasi karakteristik dan morfologi dari:

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 52

a. Pediculus humanus
b. Pthirus pubis

Lihat dan gambar preparat dan berilah keterangan


Ordo Anoplura Gambar
Pembesaran 10 x 10
1. Pediculus humanus dewasa
 Panjang 1.5 – 4 mm
 Kepala berbentuk ovoid bersudut
(rectangular-ovoidal)
 Thorax terdiri dari tiga segment
Area permukaan dorsal dan
ventral dilapisi dengan kitin tipis
namun pada area lateral terlapisi
dengan baik.
 Masing-masing dari keenam kaki
memiliki lima segment yang
merupakan karakter dari insekt.
 Bagian abdomen terdiri dari 9
segment.
 Abdomen dari jantan lebih kecil
dari betina, dan abdomen
 Ukuran head louse jantan kurang
lebih 2mm, dan betina 3mm.
 Terminal tarsus tidak terhubung
dan terdiri dari conspicuous,
articulated, hooked claw which is
apposed to a thumb-loke
extension of tibia

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 53

2. Pthirus pubic dewasa


 Bentuk tubuhnya yang
menyerupai kepiting.
 Panjang 1.5 sampai 2 mm
 Lebar tubuh hampir menyampai
panjang tubuh, dan berwarna
abu-abu keputihan.
 Kaki bagian tengah dan
belakang lebih gemuk daripada
kaki dari head louse dan body
louse.

B. SCABIES

Tujuan pembelajaran :
1. Memahami tentang morfologi scabies
2. Memahami tentang perbedaan human itch mites dan house dust
mites
Pendahuluan
Scabies merupakan penyakit kulit pada manusia yang disebabkan
tungau Sarcaptes scabei. Penyakit ini umumnya berasosiasi dengan
lingkungan yang padat, dan umumnya penyakit ini akan menjadi
outbreak/wabah bersamaan dengan adanya perang, kelaparan, dan
migrasi manusia.
Pada mula gejala klinis penyakit ini berupa gatal di malam hari
yang biasanya dirasakan pada area-area jari tangan dan kaki, yang
kemudian menyebar ke pergelangan, siku, dan bagian tubuh yang lain.
Area gluteus, mammae wanita, dan genitalia dari pria seringkali juga

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 54

menjadi habitat dari tungau ini. Lesi umumnya berada di kutan dan
berbentuk terowongan yang pendek, berliku.
Infeksi dimulai ketika tungau betina dewasa berpindah dari individu
yang terinfeksi melalui kontak langsung. Tungau betina mencari tempat
yang cocok, menggali ke dalam kulit hingga terbentuk terowongan pada
lapisan dermis, lalu meletakkan telur yang fertile ke dalam terowongan
tersebut. Larve berkaki enam (six-legged larva) menetas dari telur,
meninggalkan terowongan, dan berkeliaran pada kulit sebelum pada
akhirnya melakukan invasi dan membentuk terowongan baru lagi. Larva
kemudian melakukan pergantian kulit (molt), dan bertransformasi
menjadi eight-leg nympha (nimpa 1). Larva yang nantinya menjadi
betina dewasa akan melakukan molt kembali menjadi stadium nimpha 2,
sedangkan larva yang nantinya menjadi jantan dewasa akan langsung
melakukan molt dan bertransformasi menjadi bentuk dewasa. Setelah
mengalami fertilisasi, kutu betina dewasa muda kembali membuat
terowongan yang baru. Siklus hidup dari telur menjadi kembali telur
membutuhkan waktu minimal selama 2 minggu. Infeksi atipikal
umumnya melibatkan 10-15 kutu betina dewasa.

Famili Sarcoptidea
Sarcoptidea dikenal sebagai sarcoptes scabiei. Spesies ini berbentuk
oval dengan bagian permukaannya mulutnya menyerupai kepala kura-
kura, tidak memiliki alat pernafasan khusus. Kutu ini memiliki kaki yang
sangat pendek dimana dua pasang kaki anteriornya terpisah sangat
jauh dengan dua pasang kaki posteriornya. Kaki anterior berujung pada
sucking pad (pulvilli), seluruh kaki posterior kutu betina berakhir pada
bulu rambut panjang, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga
berujung pada bulu rambut, sedangkan pasangan yang keempat
berujung pada pulvilli. Ukuran tubuh kutu betina kurang lebih 330-450

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 55

microns dan kutu jantan berukuran 200-240 microns. Untuk


mengidentifikasi sarcoptei scabiei memerlukan pemeriksaan kerokan
kulit yang diambil dari area yang dicurigai terinfeksi dan dilanjutkan
dengan pemeriksaan mikroskopis.

Tugas Praktikum
1. Belajar untuk mengidentifikasi karakteristik dan morfologi dari
bentuk dewasa dari kutu :
- Sarcoptes scabiei (itch mites)
- Dermatophagoides pteronyssinus (dust mites)
2. Lihat dan gambar preparat dan berilah keterangan

Kutu Gambar
Pembesaran 10 x 1o
1. Betina Dewasa Sarcoptes
scabiei
 Ukuran tubuh: + 0.34 mm
 Capittulum dan body sacklike
 4 pasang kaki, pendek (2
pasang di anterior, dan 2
pasang di posterior)
 Pada pasangan kaki terakhir
tidak didapatkan sucker
2. Jantan Dewasa Sarcoptes
scabiei
 Ukuran tubuh: + 0.20 mm
 Capittulum dan body sacklike
 4 pasang kaki, pendek (2
pasang di anterior, dan 2

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 56

pasang di posterior)
 Pada pasangan kaki terakhir
didapatkan sucker
3. Dewasa Dermatophagoides
pteronyssinus
 Ukuran tubuh: + 0.34 mm
(betina) 0,28 (jantan)
 Capittulum dan body sacklike
 4 pasang kaki, pendek (2
pasang di anterior, dan 2
pasang di posterior)

C. CUTANEOUS LARVA MIGRANS (CLM)

Tujuan Pembelajaran

1. Memahami perbedaan cacing tambang yang menyebabkan


creeping eruption-produksi hookworms (Ancylostoma braziliense
and Ancylostoma caninium).

Pendahuluan

Cutaneous Larva Migrans adalah salah satu penyakit kulit


akibat parasit yang disebabkan oleh migrasi dari larva cacing
tambang. Cacing ini hidup dan bertelur di dalam usus hewan, seperti
kucing dan anjing yang merupakan hospesnya, dan dapat
menyebabkan Creeping Eruption pada manusia. Cutaneous Larva
Migrans merupakan peradangan berbentuk linear atau berkelok-
kelok, menimbul dan progresif. Larva cacing akan beredar di bawah

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 57

kulit manusia yang ditandai dengan adanya erupsi kulit berupa garis
papula kemerahan.

Telur cacing akan keluar bersama kotoran hewan, kemudian


menetas dan berkembang menjadi larva di tanah atau di pasir. Larva
cacing dapat memasuki tubuh manusia ketika kulit berkontak
langsung dengan tanah atau pasir yang terkontaminasi larva cacing
tambang. Dua spesies cacing tambang yang dapat menginfeksi yaitu,
Ancylostoma braziliense and Ancylostoma caninium.

Ancylostoma braziliense mempunyai dua pasang gigi yang


tidak sama panjang, cacing jantang memiliki panjang 4,7-6,3mm dan
cacing betina memiliki panjang 6,1-8,4mm, dan dapat mengeluarkan
telur 4000 butir setiap hahrinya. Ancylostoma caninium mempunyai
tiga pasang gigi, dengan panjang cacing jantan 10 mm, cacing betina
memiliki panjang 14 mm, dan dapat mengeluarkan telur 16.000 biji
setiap harinya.

Telurnya memiliki ujung yang tumpul dan bundar dan


cangkang hialin tunggal yang tipis. Telur ini tidak tersegmentasi saat
oviposisi dan berbagai tahap pembagian dapat diamati di dalam
kotoran. Telur dari beberapa spesies hampir tidak bisa dibedakan,
yang berbeda hanyalah ukurannya; A. braziliense 55-60 x 35-40 μm,
A. caninium 60-75 x 38-45 μm.

Bursa dari A. braziliense kecil dan hampir sama lebar dan


panjangnya serta memiliki ekor yang pendek dan gemuk, dan bursa
dari A. caninium besar dan lebar dengan ekor yang panjang dan
ramping.

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 58

Tugas Praktikum
1. Lihat dan gambar telur dari hookworm
2. Periksan dan gambar buccal capsule and male bursa copulatrix
bentuk dewasa dari
 Ancylostoma braziliense
 Ancylostoma caninum

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 59

HOOKWORMS FIGURE
1. Ancylostoma braziliense adult Magnification 10×10
 2 ventral pairs of teeth
 The bursa copulatory is small
and almost as broat as long
with sort stubby rays

Telur

 Ovoid bluny rounded ends


 Single thin transparent hyaline
shell
 Unsegmented at
oviposition/various stages

HOOKWORMS FIGURE
2. Ancylostoma caninum adult Magnification 10×10
 3 ventral pairs of theeth
 The bursa copulatory is large
and flaring with long slender
rays

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 60

D. TUNGIASIS

Tungiasis adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh


infeksi Tungau penetrans (Jingger fleas) berasal dari ordo
Siphonaptera. Tungau penetrans umumnya ditemukan di daerah
beriklim tropis, seperti Afrika, Karibia, Amerika Tengah dan selatan,
dan India bagian barat. Tungau penetrans adalah kutu yang
berukuran 1 mm. Pinjal betina dewasa masuk melalui permukaan
tubuh/daging manusia terutama di kaki. Pinjal akan tetap tertanam di
permukaan tubuh. Tubuh pinjal akan membesar seukuran kacang
ketuka ovarium membesar dan telur diproduksi.

Tujuan Pembelajaran

Memahami morfologi dari pinjal (flea) penyebab penyakit Tungiasis


dari ordo Siphonaptera, yaitu:

- Xenopsilla cheopis
- Ctenocephalides felis (cat flea)
- Ctenocephalides canis (dog flea)

1. Xenopsylla cheopis
Xenopsylla cheopis merupakan pinjal yang secara taksonomi
termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Insecta, Ordo
Siphonaptera, Family Pulicidae. Xenopsylla cheopis dewasa
berukuran 1.5-4mm dan memiliki tubuh yang terkomprese secara
lateral, tidak memiliki sayap, dan memiliki mata tunggal. Pinjal
dewasa memiliki warna yang bervariasi dari coklat terang ke coklat
gelap untuk dapat digunakan sebagai cara menyamarkan dirinya
pada tubuh host.

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 61

Xenopsylla cheopis dewasa tidak memiliki genal maupun


prenatal comb. Pinjal jantan dan betina dimorfik secara seksual.
Xenopsylla cheopis betina memiliki alat kelamin yang merupakan
penanda khas disebut (spermatheca) berwarna gelap yang
seringkali menyerupai kantung kecil. Xenopsylla cheopis jantan
memiliki alat genitalia yang kompleks, sehinggah mudah untuk
dibedakan dari Xenopsylla cheopis betina.
Stadium larva memiliki ukuran panjang 4mm dan berbentuk
menyerupai cacing yakni ramping, berwarna putih, tidak memiliki
mata dan kaki. Setiap stase larva memilki empat belas segment
bulu. Pada larva stadium lanjut, larva akan membentuk kepompong
yang memiliki bulu halus dan diselimuti dengan debris di area
sekitarnya. Xenopsylla cheopis memiliki metamorfosis yang
sempurna, yaitu dari telur-larva-pupa-dewasa.

2. Ctenocephalis felis
Ctenocephalis felis atau Cat flea merupakan kelompok ekoparasit
yang menggunakan kucing sebagai hospesnya. Ctenocephalis felis
berukuran 1-2 mm, berwarna oklat tua atau hitam, tubuhnya yang
pipih. Tidak memiliki sayap, memiliki tungkai panjang. Kepala dari
Ctenocephalis felis berbentuk bulat dengan ujung yang tumpul dan
telurnya memilki 10 ruas, serta memiliki genal dan prenatal comb.
Ctenocephalis felis jantan memiliki tubuh dengan ujung posterior
seperti tombak yang mengarah ke atas, dan memiliki antena yang
lebih panjang dari betina. Ctenocephalis felis betina memiliki bentuk
tubuh yang bulat dan antena lebih pendek dari jantan.

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 62

3. Ctenocephalis canis
Ctenocephalis canis atau dog flea merupakan kelompok ekoparasit
yang menggunakan anjing sebagai hospesnya. Ctenocephalis canis
memiliki bentuk tubuh yang pipih vertikal berwarna coklat kemerahan
atau coklat kehitaman. Ctenocephalis canis juga tidak memiliki
sayap, tetapi memiliki kaki belakang yang kuat sehinggah mampu
untuk melompat dan berlari pada permukaan tubuh anjing.
Ctenocephalis canis memiliki kepala berbentuk membulat pada
permukaan bagian atas dan depan. Pinjal ini memiliki kepala yang
membulat dengan ujung yang lancip. Pinjal ini umumnya memiliki
tiga hingga empat setae pada bagian metepisternum, dimana
spesies lain hanya memiliki satu atau dua setae.

Tugas Praktikum :
1. Belajar untuk mengidentifikasi karakteristik dan morfologi dari
bentuk dewasa pinjal seperti :
- Xenopsilla cheopis
- Ctenocephalides felis (cat flea)
- Ctenocephalides canis (dog flea
2. Lihat dan gambar preparat dan berilah keterangan

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 63

Flea Gambar
Pembesaran 10 x 10
1. Xenopsilla cheopis dewasa
 Panjang 1.5 – 4 mm
 Laterally compressed body
 Tidak memiliki sayap
 Berwarna coklat terang hingga
coklat gelap
 Tidak memiliki genal dan
prenatal comb
 X. cheopis betina memiliki alat
kelamin yang disebut
spermatheca, berwarna gelap
yang seringkali menyerupai
kantung kecil.
 X.cheopis jantan memiliki alat
genitalia yang kompleks yang
secara mudah dapat dibedakan
dari x.cheopis betina
2. Ctenocephalides felis dewasa
 Laterally-flattened
 Tidak memiliki sayap
 Memiliki genal dan prenatal
comb
 Bagian kepala memiliki sudut
landai (shallow curve)
3. Ctenocephalides canis dewasa
 Kepala dari pinjal ini berbentuk

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 64

membulat pada permukaan


bagian atas dan depan
 Pinjal ini memiliki kepala yang
membulat dengan ujung yang
lancip.
 Umumnya memiliki tiga hingga
empat setae pada bagian
metepisternum, dimana spesies
lain hanya memiliki satu atau
dua setae.

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 65

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 66

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 67

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 68

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 69

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 70

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 71

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 72

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020


BLOK 10 - PENUNTUN PRAKTIKUM SISTEM INDERA 73

FK UNIVERSITAS TADULAKO | 2020

Anda mungkin juga menyukai