BLOK 1
MUSKULOSKELETAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
Visi
Pada tahun 2030 Program Studi Profesi Dokter FK Untad : “Unggul dalam
Pengabdian kepada Masyarakat terutama di bidang Penyakit Tropis dan
Traumatologi melalui pengembangan Pendidikan & Penelitian Kedokteran
Misi
1. Melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Pengajaran yang bermutu untuk
menghasilkan lulusan yang bermoral dan professional terutama di bidang
Penyakit Tropis dan Traumatologi.
2. Mengembangkan Penelitian kedokteran dan kesehatan terutama bidang
Penyakit Tropis dan Traumatologi baik di tingkat lokal, nasional maupun
internasional.
3. Melaksanakan Pengabdian masyarakat dalam membantu pemecahan
masalah kedokteran dan kesehatan terutama di bidang penyakit tropis dan
traumatologi baik lokal, nasional dan internasional.
4. Menjalin kerjasama lintas sektor di bidang kedokteran dan kesehatan serta
bidang lainnya di tingkat nasional dan internasional.
5. Menyelenggarakan tata kelola yang efektif, efisien, transparan, akuntabel
dan berkelanjutan
Editor
dr. Ayu Sekarani D.P.,M.Biomed
MIKROBIOLOGI
Tim Penyusun
BAGIAN MIKROBIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
Identifikasi
Gangren membutuhkan diagnosis klinis yang cepat. Diagnosis biasanya
didasarkan terutama pada temuan klinis. Namun, pemeriksaan langsung pada luka
menggunakan pewarnaan gram, dapat berguna dan penting dalam menegakkan
diagnosis.
Clostridia merupakan bakteri anaerob, sehingga pemilihan, koleksi dan
pengiriman spesimen klinis sangat penting. Beberapa jaringan spesimen harus
diambil dari bagian yang aktif ketika diduga sebagai gangrene, karena Clostridia
sering tidak terdistirbusi pada seluruh bagian lesi. Standar aspirasi dan jaringan
harus ditetapkan. Selain itu, peroses pengiriman spesimen harus dilakukan dalam
kondisi anaerob.
Pewarnaan gram
Pada pemeriksaan pewarnaan Gram, jika ditemukan batang Gram-positif, maka
perhatian yang khusus harus diberikan. Sporulasi C. perfringens dan C. ramosum
umumnya tidak ditemui pada luka dan abses. C. perfringens merupakan gram
positif, berbentuk batang, besar dan pendek. Jika spesimen berasal dari luka, kapsul
Kultur
Clostridia biasanya dapat tumbuh baik pada media agar darah anaerob dan
Phenylethyl Alcohol Blood Agar (PEA) setelah di inkubasi selama 1-2 hari. Dapat
pula menggunakan media lain seperti Brucella dengan agar domba 5%. Karakteristik
koloni berbeda pada setiap media. Jika koloni yang terbentuk diduga sebagai
Clostridia, maka dianjurkan untuk menggunakan egg yolk agar selain media di atas.
Setelah inkubasi, kultur dari media agar darah dan PEA harus diperiksa
menggunakan mikroskop. Pengamatan dilakukan terhadap pola hemolisis, struktur
koloni dan motil atau nonmotil. Pada media egg yolk agar, yang diperhatikan adalah
Lecithinase atau produski lipase, dan proteolitis. Aktifitas lecithinase dapat dilihat
dari buram, dan endapan putih pada agar. Aktifitas lipase ditandai dengan
terbentuknya lapisan minyak pada air (lapisan mutiara) yang terdapat pada
permukaan koloni. Proteolisis ditandai dengan adanya zona transparan pada
medium di sekitar koloni.
Identifikasi Clostridia
Terdapat 12 spesies Clostridia yang paling sering ditemui pada spesimen
klinis. Sebuah flowchart sederhana dikembangkan untuk identifikasi dari spesies,
tanpa menggunakan sumber daya yang mahal. Berdasarkan pada kemampuan
Clostridia untuk menghidrolisis gelatin, 12 spesies tersebut dibagi menjadi dua
kelompok yaitu proteolitik (hidrolisis gelatin positif) dan non-proteolitik (hidrolisis
gelatin negatif).
Percobaan Laboratorium
Tujuan : Untuk identifikasi bakteri anaerob penyebab myonecrosis.
Kultur
Penyiapan kultur spesimen sebagai berikut:
1. Kultur menggunakan Brucella agar (dengan penambahan darah).
- Isolasikan spesimen menggunakan ose loop steril pada medium Brucella agar
(2 cawan petri).
Tim Penyusun
Materi Praktikum
Sinovial Sarkoma
Osteoma
Osteosarcoma
Fibrous Displasia
Osteomyelitis
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
1. Sinovial Sarkoma
Gambaran klinis
Seorang pria berusia 34 tahun dengan benjolan pada punggung kaki
kiri. Benjolan dirasakan sejak setengah tahun yang lalu disertai dengan nyeri.
Kemudian dilakukan tindakan operasi terhadap benjolan tersebut, dan
spesimen dikirim ke laboratorium patologi anatomi.
Gambaran mikroskopis
Sinovial sarkoma, tipe biphasic, dengan epitel yang melapisi kelenjar
yang mengandung massa eosinofilik amorf. Pada bagian lain tampak
hyalinized dengan sel spindle dalam kelompok fasikula di daerah yang lebih
gelap dan lebih ringan. Mitosis dapat ditemukan.
Seorang pria berusia 25 tahun, dengan massa, keras, tanpa rasa sakit,
yang tumbuh dengan perlahan-lahan di bagian depan kepala sejak 3 tahun
yang lalu. Benjolan exophytic dan melekat pada permukaan tulang.
Gambaran mikroskopis
Tumor terdiri dari dense, matur, woven bone dan lamellar bone, yang
mungkin sulit dibedakan dari tulang yang normal. Tidak ada invasi tumor
atau mitosis abnormal pada spesimen ini.
3.
Osteosarcoma
3.Osteosarcome
Gambaran klinis
Seorang pria berusia 17 tahun menderita kerusakan tulang distal
femur bagian kiri, setelah mengalami kecelakaan 2 minggu yang lalu. Nyeri
dan bengkak pada daerah yang mengalami trauma dan menyebabkan
keterbatasan gerak dari sendi di dekatnya. Pasien mengalami penurunan
berat badan dan juga anemia. Pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan
alkali fosfatase. Pada pemeriksaan foto rontgen tampak destruksi tulang
Gambaran makroskopis
Tumor tampak berukuran besar dengan area nekrotik dan area
perdarahan. Tumor yang dimulai pada metaphysic tulang panjang dan
menginvasi korteks yang berdekatan.
Gambaran mikroskopis
Tumor terdiri dari sel stroma dengan banyak osteoid serta
pembentukan tulang (yang diproduksi langsung oleh tumor). Gambaran khas
Osteoid tampak dari kualitas pewarnaan eosinophylic, glassy appearance,
kontur tidak teratur (irregular) dan dikelilingi oleh rim osteoblas.
Stroma menunjukkan sel pleomorfik aneh yang hyperchromatic, inti
tidak teratur dan mitosis berlimpah. Multinucleated giant cells terlihat paling
sering di dekat area nekrosis dan kalsifikasi. Ada banyak pembuluh darah
dan terkadang tampak dengan dilatasi.
Gambaran mikroskopis
Pada gambaran osteomyelitis dapat ditemukan campuran dari sel-sel
inflamasi termasuk neutrofil, limfosit dan sel plasma, serta tampak juga
fibrosis, nekrosis tulang dan pembentukan tulang baru. Osteomyelitis kronis
terjadi akibat infeksi yang menetap dan dapat menyebabkan kematian tulang.
Tulang mati dikelilingi oleh jaringan granulasi.
Gambaran klinis
Gambaran mikroskopis
C. Stevens, A., Lowe, J., 1995, Pathology, 2nd. Ed., Mosby, London
Kumar, V., Cotran, R.S., and Robin, S.L., 1997, Basic Pathology, 6th. Ed., W.B.
Saunders, Philadelphia
Price,S., Wilson, L., Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, 2006,
Edisi 6, EGC, Penerbit Buku Kedokteran.
Tim Penyusun
DEPARTEMEN FARMAKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2. Bagi yang memiliki nilai hasil akumulasi pretes, posttes, dan laporan
praktikum < 60 (standar) dianggap INHAL.
3. Mahasiswa yang berhak mengikuti inhal adalah :
a. Mahasiswa yang telah menempuh ujian praktikum tetapi nilai akumulasi
akhir tidak mencapai75.
b. Mahasiswa yang belum mengikuti keseluruhan praktikum karena alasan
berikut :
1) menderita sakit yang dibuktikan dengan surat sakit dari dokter dan
diserahkan paling lambat 1 x 24 jam setelah hari ujian.
2) mendapat kemalangan (orang tua/saudara kandung meninggal
dunia)
3) mendapat tugas dari fakultas atau universitas yang dibuktikan
dengan surat tugas.
4. Bagi mahasiswa yang mengikuti ujian perbaikan nilai maksimal adalah 74,99.
Pendahuluan
Ibuprofen
Indikasi: nyeri dan inflamasi pada penyakit rematik (termasuk juvenile arthritis
dan gangguan muskuloskeletal lainnya, nyeri ringan sampai sedang termasuk
dismenorea, analgesia pascaoperasi, migrain, demam dan nyeri pada anak.
Dosis: 1,2-1,8 g/hari yang dibagi menjadi 3-4 dosis diminum setelah makan,
dosis maksimal 2,4 g/hari. Dosis pemeliharaan 0,6-1,2 g/hari sudah adekuat.
Parasetamol
Indikasi : nyeri ringan sampai sedang, pireksia
Perhatian : gangguan hati dan ginjal, ketergantungan alkohol
Efek samping : efek samping jarangtimbul namun bisa menyebabkan ruam,
gangguan darah. Penting : kerusakan hati (dan kerusakan ginjal lebih jarang)
serta overdosis.
Dosis: peroral, 0,5-1 g setiap 4-6 jam, maksimal 4 g/hari;
Anak usia 2 bulan 60 mg untuk demam pasca imunisasi; jika di bawah 3 bulan
(dengan saran dokter), 10 mg/kg (5 mg/kg jika penyakit kuning);3 bulan -
1tahun 60-120 mg, 1-5 tahun 120-250 mg, 6-12 tahun 250-500 mg;dosis ini
dapat diulang setiap 4-6 jam bila diperlukan (maksimal4 dosis dalam 24 jam).
Natrium Diklofenak
Deskripsi
obat yang di gunakan sebagai pereda nyeri, mengurangi gangguan inflamasi,
dismenore, nyeri ringan sampai sedang pasca operasi khususnya ketika pasien
mengalami peradangan. Merupakan golongan non steroid anti inflamasi (NSAID),
dengan cara kerja adalah menghambat kerja enzim siklooksigenase. Enzim ini
berfungsi untuk membantu pembentukan prostaglandin saat terjadinya luka
dang menyebabkan rasa sakit dan peradangan. dengan menghalangi kerja enzim
COX, prostaglandin lebih sedikit di produksi yang berarti rasa sakit dan
peradangan akan mereda.
Dosis
Dewasa dan Anak diatas 12 tahun : 1 tablet, 2 sampai 3 kali per hari.
BSO : tablet 50 mg
Eksperimen
Tujuan eksperimen
untuk mengamati dan memahami respon analgesik setelah pemberian analgesik
non-narkotik.
Subyek
4 probandus sehat (per kelompok), pria dan wanita, usia antara 20-40
tahun yang telah menyetujui informed consent akan berpartisipasi dalam
eksperimen ini. Semua subjek harus berada dalam kondisi baik dilihat dari
riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
Masing-masing subjek menerima dosis oral : ibuprofen (400 mg) atau
parasetamol(500 mg) atau Natrium diklofenak 50 mg atau plasebo (glukosa)
dengan 200mL air.
Alat
1. Sphygmomanometer
2. stetoskop
3. Stopwatch
Obat
a. Ibuprofen 400 mg
Prosedur eksperimen
a. Setiap kelompok mahasiswa memilih 4 probandus
b. Anamnesis dan history taking harus dilakukan sebelum eksperimen untuk
memastikan probandus dalam keadaan sehat (tanda vital normal) dan tidak
mempunyai riwayat alergi pada obat yang digunakan dalam eksperimen
c. Informed consent harus ditandatangani oleh probandus untuk menunjukkan
kesediaan mereka untuk terlibat dalam eksperimen
d. Semua probandusdipakaikan manset spygmomanometer di lengan kiri dan
dipompa sampai 180mmHg. Catat waktu sejak tekanan mencapai 180 mmHg
sampaisensasi nyeri konstan dilaporkan oleh probandus (pain latency)
e. Kemudian, setiap probandus diberikan salah satu obat.Probandus tidak
bolehtahu obat apa yang mereka ambil
f. Tiga puluh menit setelah konsumsi obat atau plasebo, eksperimen di atas
diulang dan dicatat. Ulangi eksperimen setiap 20 menit
g. Bandingkan hasil pengamatan antara sensasi rasa sakit setelah dan
sebelumkonsumsi obat atau plasebo. Buatlah grafik yang menunjukkan efek
analgesik obat dengan waktu.
Nama :.....................................................................................
Umur :.....................................................................................
Alamat :......................................................................................
(......................................................) (...............................................)
No. Mhs
Pengawas praktikum
(......................................................)
Alamat :
Riwayat
Ya/Tidak
1 0
2 30
3 50
4 70
5 90
Pendahuluan
Demam merupakan respon alami tubuh yang membantu dalam melawan
zat asing, seperti mikroorganisme, racun, dll. Suhu tubuh diatur oleh pusat
termoregulasi, terletak di sebuah daerah di otak yang disebut hipotalamus. Suhu
tubuh tidak konstan sepanjang hari, suhuterendah pada pukul 6 pagidan
tertinggi sekitar pukul 4-6 sore. Selain itu, suhu bervariasi diberbagai daerah
tubuh; misalnya, rektal dan urin suhu sekitar 1 derajat Fahrenheit lebih tinggi
dari suhu oral dan suhu rektal lebih tinggi dari urin. Juga penting untuk diketahui
bahwa kondisi normal tertentu dapat mempengaruhi suhu tubuh, seperti
kehamilan, konsumsi makanan, usia, dan perubahan hormonal tertentu.
Zat yang dapat menyebabkan demam dikenal sebagai " pirogen ". Ada 2
jenis pirogen, yaitu Eksogen dan Endogen. Zat yang berasal dari luar tubuh,
seperti racun bakteri, disebut pirogen "eksogen". Pirogen yang dibentuk oleh sel-
sel tubuh itu sendiridalam merespon stimulus luar ( seperti racun bakteri )
disebut pirogen "Endogen".
Para peneliti telah menemukan bahwa ada beberapapirogen "endogen"
yang terdiri dari kelompok - kelompok kecil asam amino dan protein blok.
Pirogenini disebut "sitokin". Ketika sitokin disuntikkan kemanusia, demam dan
menggigil akanmuncul dalam waktu satu jam. Interferon, faktor nekrosis tumor,
dan berbagai interleukin adalah sitokin yang dapatmenginduksidemam.
Produksi demam adalah proses yang sangat kompleks; tidak tahu
bagaimana, sitokinini menyebabkan pusat termoregulasi di hipotalamus
mengatur ulang tingkat suhu normal. Respon awal tubuh adalah
mempertahankan panas dengan vasokonstriksi, sebuah proses di mana
pembuluh darah menyempit yang dapat mencegah hilangnya panas dari kulit
dan tempat lain. Prosesini saja akan menaikkan suhu 2 sampai 3 derajat.
Aktivitas tubuh tertentu, seperti memakai lebih banyak pakaian, lingkungan
Eksperimen
Tujuan
Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk mengetahui efek antipiretik suatu
senyawa.
Probandus
Tikus albino
Alat
1. termometer rektal
2. Syringe
3. sonde Oral
4. Tikus fixator
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
NAMA
NO STAMBUK
NAMA
NO STAMBUK
NAMA
NO STAMBUK
NAMA
NO STAMBUK