Anda di halaman 1dari 53

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 1

BLOK 1

MUSKULOSKELETAL

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

Modul ini digunakan hanya untuk proses pendidikan

Di Prodi Pendidikan Dokter FK Universitas Tadulako

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 2


VISI MISI FK UNIVERSITAS TADULAKO

Visi
Pada tahun 2030 Program Studi Profesi Dokter FK Untad : “Unggul dalam
Pengabdian kepada Masyarakat terutama di bidang Penyakit Tropis dan
Traumatologi melalui pengembangan Pendidikan & Penelitian Kedokteran

Misi
1. Melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Pengajaran yang bermutu untuk
menghasilkan lulusan yang bermoral dan professional terutama di bidang
Penyakit Tropis dan Traumatologi.
2. Mengembangkan Penelitian kedokteran dan kesehatan terutama bidang
Penyakit Tropis dan Traumatologi baik di tingkat lokal, nasional maupun
internasional.
3. Melaksanakan Pengabdian masyarakat dalam membantu pemecahan
masalah kedokteran dan kesehatan terutama di bidang penyakit tropis dan
traumatologi baik lokal, nasional dan internasional.
4. Menjalin kerjasama lintas sektor di bidang kedokteran dan kesehatan serta
bidang lainnya di tingkat nasional dan internasional.
5. Menyelenggarakan tata kelola yang efektif, efisien, transparan, akuntabel
dan berkelanjutan

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 3


BLOK 1
MUSKULOSKELETAL

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

dr. Gina Andyka Hutasoit, M.Biomed


dr. Puspita Sari, M.Biomed
dr. Kadek Rupawan, M.Biomed
Departemen Patologi Anatomi

Andi Nur Asrinawaty, S.Si.,M.Kes


Dr. dr. M.Sabir, M.Si
Departemen Mikrobiologi

dr. Christin R. Nayoan, Sp.THT-KL


dr. Nur Syamsi, MSc
dr. Alfiah Muthaminnah Tanra, MBiomed
dr. Asrawati Sofyan, Sp.KK
dr. Junjun Fitriani, MBiomed
Departemen Farmakologi

Editor
dr. Ayu Sekarani D.P.,M.Biomed

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 4


DAFTAR ISI

Penuntun Praktikum Mikrobiologi 5

Penuntun Praktikum Patologi Anatomi 20

Penuntun Praktikum Farmakologi 31

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 5


PENUNTUN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

Tim Penyusun

Dr. dr. M.Sabir, M.Si

Andi Nur Asrinawaty, S.Si, M.Si

BAGIAN MIKROBIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 6


TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan (mahasiswa peserta praktikum) wajib hadir 5 menit sebelum


acara praktikum berlangsung. Keterlambatan lebih dari dari 5 menit tidak
diperkenankan mengikuti pretest. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti
praktikum apabila keterlambatan lebih dari 15 menit.
2. Praktikan diharuskan memakai jas praktikum berwarna putih yang bersih
(sebelum memasuki laboratorium), memakai nametag, alat pelindung
berupa sarung tangan (handscoon) dan masker (pada saat pengambilan dan
penimbangan media, inokulasi mikroba, isolasi mikroba dan perlakuan yang
berhubungan dengan mikroba. Pemakaian jas praktikum dan masker juga
diwajibkan saat melakukan pengamatan hasil di luar jam praktikum).
3. Praktikan membawa kartu kontrol.
4. Setiap praktikan harus mempelajari dan memahami teori dan prosedur
kerja sebelum praktek berlangsung.
5. Praktikan bekerja secara berkelompok sesuai pengelompokan yang telah
ditentukan dan diharapkan proaktif untuk belajar.
6. Tiap-tiap kelompok bekerja bersama-sama dalam satu meja untuk tiap
praktikum.
7. Praktikan diharuskan bekerja secara terencana, hati-hati dan teliti. Setelah
selesai praktikum, alat-alat maupun bahan yang digunakan harus
dikembalikan dalam kondisi bersih dan utuh. Semua praktikan bertanggung
jawab terhadap kebersihan dan keamanan ruang praktikum, serta alat-alat
yang digunakan.
8. Praktikan yang memecahkan, merusakkan dan atau menghilangkan alat
diharuskan melapor ke dosen/asisten jaga dan mengganti alat tersebut
secepatnya. Praktikan yang merusakkan, memecahkan atau menghilangkan
alat diwajibkan menuliskan pada blangko yang telah disediakan di lab di
bawah pengawasan dosen/assisten koordinator.

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 7


9. Praktikan diharuskan menjaga kemurnian bahan-bahan yang dipakai dan
menjauhkan segala macam kontaminan yang dapat mengganggu kevalidan
hasil praktikum.
10. Tidak ada inhal. Bagi praktikan yang berhalangan hadir karena alasan sakit
atau tugas prodi/fakultas/universitas diberi kesempatan untuk mengikuti
praktikum kelompok lainnya (dengan catatan praktikum kelompok lain
belum berlangsung). Praktikan terlebih dulu meminta ijin kepada
koordinator praktikum dengan membawa surat keterangan sakit atau surat
tugas dari prodi/fakultas/universitas kemudian koordinator praktikum
memberikan surat ijin mengikuti praktikum kelompok lain. Setelah selesai
11. Pelaksanaan dan pengamatan praktikum, praktikan wajib membuat
laporan.Pengamatan praktikum yang dilakukan di luar jam praktikum harus
didampingi oleh assisten/dosen. Praktikan bisa membuat kesepakatan
dengan assisten/dosen sesuai kebutuhan dan waktu yang diperlukan.
12. Laporan Praktikum dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah praktikum.
Bila tidak menyerahkan laporan, nilai laporan sama dengan NOL.
13. Bila praktikan yang berhalangan dan tidak dapat mengikuti acara
praktikum yang menyebabkan nilai-nilainya kosong, maka nilai akhir
adalah seluruh nilai yang ada dan kemudian dikonversi berdasar standar
nilai yang telah ditetapkan.
1. 6
Kepala Bagian Mikrobiologi

Dr.dr.M. Sabir, M.Si


NIP.195407031983121001

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 8


SISTEM PENILAIAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI

1. Nilai praktikum (40%)


a. Pre tes : 30%
b. Post tes : 50 %
c. Laporan : 20%
2. Jika nilai praktikum <60 maka dilaksanakan ujian inhal untuk perbaikan
3. Nilai akhir (setelah akumulasi) yang akan diserahkan ke bagian assessment.

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 9


METODE UNTUK ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ANAEROB
PENYEBAB MYONECROSIS

Gas gangren (myonecrosis) dapat ditemukan pada beberapa luka terbuka


berat seperti patah tulang terbuka atau luka tembak, terutama ketika lesi yang
melibatkan kerusakan otot dan terkontaminasi dengan kotoran, pakaian atau benda
lainnya. Pada kondisi tersebut, Clostridia dapat menyebabkan gas gangren
(terutama Clostridium perfringens type A) yang mungkin mengkontaminasi luka.
Selain C. perfringens, beberapa Clostridia lainnya seperti C. novyi, C. septicum, C.
histotyticum; C. bifermentans, dan C. soedelliare juga dapat menyebabkan gas
gangren (Allen et. al.,2003). Clostridia lainnya seperti C. tertium, C. fallax, dan C.
sporogenes telah diisolasi pada pasien dengan myonecrosis, tetapi hubungannya
dengan terjadinya gas gangren belum jelas.
Lesi yang berkembang menjadi myonecrosis selalu melibatkan infeksi
campuran. Selain Clostridia, sejumlah bakteri fakultatif juga berkontribusi membuat
lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan Clostridia. Pada kondisi tersebut, spora
C. perfringens dapat bertunas kemudian berberkembang biak dengan cepat. C.
perfingens memproduksi sejumlah toksin.
C. perfingens merupakan penyebab utama gas gangren (Clostridial
myonecrosis) (Bryant, 2003). Bakteri memproduksi sejumlah toksin, diantaranya
alpha, beta, gamma, delta, theta, lambda dan enterotoksin. Clostridial myonecrosis
melibatkan gangguan dari jaringan otot yang sebabnya diutamakan oleh protein
toksin extra seluler yang diproduksi oleh bakteri, khususnya toksin alpha
(Phospholipase C) dan toksin theta (Cytolysin). Toksin alpha dapat masuk ke
dalame otot, membunuh semua sel termasuk sel-sel inflamasi, membentuk daerah
nekrotik, dimana bakteri bisa tumbuh. Selama pertumbuhannya, bakteri
memfermentasi karbohidrat di otot menghasilkan gas (terutama hydrogen larut dan
nitrogen). Pada jaringan subcutan, gas dapat dirasakan ketika dipalpasi. Gas juga
dapat dideteksi dengan radiografi. Produksi toksin theta oleh C. perfingens bersama-
sama dengan kurangnya oksigen (akibat aktifitas metabolisme) memberikan
kontribusi terhadap peningkatan pemeabilitas vaskuler, dan dapat menyebabkan
shock.

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 10


Gas gangren juga dapat terjadi pada uterus, biasanya disebabkan oleh aborsi
ilegal atau aborsi yang dilakukan sendiri (self-induced abortion). Hal ini juga dapat
terjadi pada aborsi spontan, persalinan normal, Caesar atau amniocentesis.

Deskripsi genus Clostridia


Sebagian besar spesies dalam bentuk vegetatif yang berbentuk batang dan
lurus atau melengkung, panjangnya bervariasi mulai dari batang pendek hingga
berbentuk filamen. Sel-sel berbentuk batang dengan ujung bulat, meruncing atau
tumpul. Sel tersusun tunggal, berpasangan atau membentuk rantai panjang.
Kebanyakan spesies bersifat gram positif selama pertumbuhan awal, tetapi
beberapa spesies (misal C. ramosum, C. clostridioforme) bersifat gram negative
setelah dikultur selama semalam. Beberapa (misal C. tetani ) bersifat gram negatif
dengan adanya spora. Kebanyakan spesies non motil, termasuk spesies dari sampel
klinis seperti C. perfringens and C. ramosum.

Toksin yang dihasilkan oleh Clostridium


C. perfringens menghasilkan sejumlah protein toxin yang berperan dalam
patogenisitas spesies ini. Setidaknya 5 toksin telah teridentifikasi,salah satu yang
penting adalah alpha toksin yang berperan sangat penting dalam myeonecrosis.
Alpha toksin merupakan phospholipase dan juga aktif terhadap membrane sel otot,
leukosit dan trombosit. Aktivitas nekrosis dapat menyebabkan kematian berbagai sel
inang dan jaringan. Beberapa strain C. perfringens (strain C. perfringens tipe B),
selain menghasilkan alpha toksin, juga memproduksi beta (hemolisis) yang
mematikan dan toksin epsilon (hemolisis). Strain lainnya (C. perfingens tipe E ) juga
memproduksi iota dan alpha toksin. Toksin lain yang telah dilaporkan termasuk
lambda toksin (protease), kappa toksin (kolagenase a), mutoxin (hyaluronidase), dan
enterotoksin (mengubah permeabilitas epitel intestinal).
Berikut ini adalah beberapa penyakit penting yang disebabkan oleh
Clostridium yang melibatkan gas gangrene.
1. Myonecrosis
C. perfingens merupakan spesies yang paling sering diisolasi dari
spesimen klinis pada manusia kecuali dari feses. C. perfingens ditemukan pada
berbagai keadaan, mulai dari kontaminasi pada myonecrosis traumatis atau
nontrauma, Clostridial cellulites, sepsis intra-abdominal, chole-cystitis

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 11


gangrenous, infeksis pasca aborsi, hemolysis intravascular dan abses otak
(Gorbach, 1998).
2. Cellulitis
Clostridia, terutama C. perfringens juga dapat menyebabkan infeksi yang
menghasilkan gas tanpa melibatkan myonecrosis. Cellulitis crepitant disebabkan
oleh Clostridium (Cellulit anaerobic). Meskipun dapat berkembang menjadi
penyakit sistemik fulminan, otot-otot tidak terlibat.
3. Infeksi lntra abdominal
Spesies Clostridium sangat umum ditemui di berbagai infeksi polimikroba
yang berkaitan dengan perut. Termasuk abses intra-abdominal, septicemia pada
penderita dengan obstruktif atau perforasi lesi ileum terminal atau usus besar
4. Enteritis Necrotican
Penyakit ini disebabkan oleh C. perfringens tipe C, yang menghasilkan beta
toksin. Penyakit ini berbahaya, ditandai dengan nekrosis iskemik dari usus kecil.
Pada kasus yang parah, mungkin ada gas gangren di seluruh usus kecil yang
berkaitan dengan bagian proksimal dari usus besar.

Identifikasi
Gangren membutuhkan diagnosis klinis yang cepat. Diagnosis biasanya
didasarkan terutama pada temuan klinis. Namun, pemeriksaan langsung pada luka
menggunakan pewarnaan gram, dapat berguna dan penting dalam menegakkan
diagnosis.
Clostridia merupakan bakteri anaerob, sehingga pemilihan, koleksi dan
pengiriman spesimen klinis sangat penting. Beberapa jaringan spesimen harus
diambil dari bagian yang aktif ketika diduga sebagai gangrene, karena Clostridia
sering tidak terdistirbusi pada seluruh bagian lesi. Standar aspirasi dan jaringan
harus ditetapkan. Selain itu, peroses pengiriman spesimen harus dilakukan dalam
kondisi anaerob.

Pewarnaan gram
Pada pemeriksaan pewarnaan Gram, jika ditemukan batang Gram-positif, maka
perhatian yang khusus harus diberikan. Sporulasi C. perfringens dan C. ramosum
umumnya tidak ditemui pada luka dan abses. C. perfringens merupakan gram
positif, berbentuk batang, besar dan pendek. Jika spesimen berasal dari luka, kapsul

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 12


kadang ditemukan dan kadang tidak. Kapsul biasanya ditemukan pada pewarnaan
spesimen yang berasal dari endometrium pasca aborsi. Pewarnaan khusus untuk
melihat spora tidak memberikan hasil yang cukup baik.

Kultur
Clostridia biasanya dapat tumbuh baik pada media agar darah anaerob dan
Phenylethyl Alcohol Blood Agar (PEA) setelah di inkubasi selama 1-2 hari. Dapat
pula menggunakan media lain seperti Brucella dengan agar domba 5%. Karakteristik
koloni berbeda pada setiap media. Jika koloni yang terbentuk diduga sebagai
Clostridia, maka dianjurkan untuk menggunakan egg yolk agar selain media di atas.
Setelah inkubasi, kultur dari media agar darah dan PEA harus diperiksa
menggunakan mikroskop. Pengamatan dilakukan terhadap pola hemolisis, struktur
koloni dan motil atau nonmotil. Pada media egg yolk agar, yang diperhatikan adalah
Lecithinase atau produski lipase, dan proteolitis. Aktifitas lecithinase dapat dilihat
dari buram, dan endapan putih pada agar. Aktifitas lipase ditandai dengan
terbentuknya lapisan minyak pada air (lapisan mutiara) yang terdapat pada
permukaan koloni. Proteolisis ditandai dengan adanya zona transparan pada
medium di sekitar koloni.

Identifikasi Clostridia
Terdapat 12 spesies Clostridia yang paling sering ditemui pada spesimen
klinis. Sebuah flowchart sederhana dikembangkan untuk identifikasi dari spesies,
tanpa menggunakan sumber daya yang mahal. Berdasarkan pada kemampuan
Clostridia untuk menghidrolisis gelatin, 12 spesies tersebut dibagi menjadi dua
kelompok yaitu proteolitik (hidrolisis gelatin positif) dan non-proteolitik (hidrolisis
gelatin negatif).

Berikut adalah karakteristik kelompok proteolitik:


1. C. Perfringens: zona ganda hemolisis, boxcar-shaped rods, spora jarang,
lechitinase positif.
2. C. difficile: koloni krem kuning hingga putih, struktur internal mosaik, permukaan
kusam, spora sub terminal, hidrolisis gelatin lambat, manitol positif.

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 13


3. C. cadaveris: koloni putih, tidak teratur, sedikit cembung, spora terminal
berbentuk oval, indol positif, DNase positif.
4. C. sporogenes: koloni krem-kuning hingga putih, struktur internal mosaik,
permukaan kusam, spora subterminal, hidrolisis gelatin lambat, manitol positif
5. C. bifermentans: koloni putih keabu-abuan, tidak teratur, tepi bergigi, banyak
spora, urease negatif, indol dan lesithinasae positif.
6. C. septicum: koloni berkumpul, spora subterminal, DNase positif, sukrosa negatif.

Berikut merupakan kelompok dan karakteristik spesies non-proteolitik:


1. C. clostridioforme: koloni tidak teratur, gram negative, bentuk seperti bola, spora
jarang,
2. C. innocuum: koloni putih sampai kehijauan, belang kasar untuk mosaik struktur
internal, spora terminal, mannitol positive, laktosa dan maltosa negatif.
3. C. ramosum: pinggiran tidak teratur, batang ramping, non-motil, manitol positif.
4. C. butyricum: sangat besar dan tidak teratur dengan belang untuk mosaik
struktur internal, spora subterminal, memfermentasi semua karbohidrat (glukosa,
maltosa, laktosa, sukrosa)
5. C. tertium: aerotolerant dan spora terminal dari media yang diinkubasi anaerob.
6. C. glycolicum: koloni putih abu-abu, tepi bergerigi, cembung, spora sub-terrninal,
DNase positif.
Untuk menentukan spesies Clostridia yang biasa ditemukan pada sampel klinis,
maka dilakukan uji biokimia, berdasarkan pada kemampuan untuk memproduksi
atau menghidrolisis bahan tertentu, untuk fermentasi karbohidrat. Tabel berikut
adalah perbedaan karakteristik Clostridia.

Spesies Hidrolisis Milk Indol Fermentasi Karbohidrat


gelatin digestion glukosa maltosa laktosa sukrosa salisin manitol
C. perfringens + + - + + + + - -
C. difficile + - - + - - - -/w +/-
C. cadaveris + + + + - - - - -
C. sporogenes + + - + -/w - - - -
C.bifermentans + + + + w/- - - - -
C. septicum + + - + + + - v -

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 14


C.clostridioforme - - -/+ + +/- +/- - +/- -
C. innocuum - - - + - - + + +
C. ramosum - - - + + + + + +/-
C. butyricum - - - + + + + + -/+
C. tertium - - - + + + + + +/w

Catatan: +, reaksi positive; -, reaksi negative; v , reaksi variable; W, reaksi lemah ;


Untuk membedakan C. rumosum C. butyicum C.tertium, dibutuhkan tes tambahan
misalnya dengan melihat lokasi spora dan kemampuan untuk tumbuh pada agar
darah aerob.
C. tertium dapat tumbuh pada agar darah aerob . spora C. butyricum berbentuk
oval pada bagian subterimal. Spora C. ramosum berbetuk bulat atau oval pada
bagian terminal

Percobaan Laboratorium
Tujuan : Untuk identifikasi bakteri anaerob penyebab myonecrosis.

Bahan dan metode


Pengambilan spesimen: dibutuhkan prosedur khusus dalam pengambilan
spesimen ketika diduga bakteri anaerob sebagai agen penyebab infeksi (Thomson
dan Miller, 2003). Berikut ini adalah prosedur yang disarankan:
- Kumpulkan spesimen dari situs yang dicurigai, dengan prosedur sebagai berikut:
- Spesiemn dikoleksi dengan cara: i) aspirasi (menggunakan jarum suntik,
mengosongkan jarum suntik dari udara untuk meminimalkan kontak antara
spesimen dan O2, atau ii) irigasi dengan cairan garam steril nonbakteriostatik
diikuti oleh aspirasi, atau iii) biopsi
- Pada sesi ini, spesimen disediakan.
- Berikut ini adalah metode yang dianjurkan/diterima untuk pengumpulan
spesimen ketika diduga bakteri anaerobik (Thompson dan Miller, 2003):
1. Sumsum tulang: aspirasi (menggunakan jarum suntik)
2. Urine: aspirasi suprapubik
3. Pleura: thoracosynthesis.
4. Paru-paru / transtracheal: aspirasi

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 15


5. Nasal sinus: aspirasi (suntik dengan kateter)
7. Uterus: aspirasi
8. Abses: aspirasi (menggunakan jarum suntik)
9. Cairan tuba falopi / jaringan: aspirasi/biopsi
- Berikut ini adalah beberapa metode yang tidak dapat digunakan untuk koleksi
spesimen yang diduga bakteri anaerob: swab nashofaring, swab perineal,
sputum (ekspoktorasi atau induksi), tinja atau swab rektal, swab vagina, sekresi
uretra, urine (voided atau kateter).
Pewarnaan Gram
- Pewarnaan Gram dapat dilakukan langsung dari spesimen. Kehadiran bakteri
anaerob dapat didiuga dari ditemukannya bakteri polimorfik. Beberapa bakteri
anaerob gram positif dapat menjadi gram negatif saat penyiapan pulasan yang
langsung dari spesimen.
- Pilih koloni yang diduga bakteri anaerob, membuat pewarnaan (disarankan:
Pewarnaan tetap menggunakan 95% etanol).
- Pewarnaan Gram seperti yang dijelaskan di blok sebelumnya (i. tetesi preparat
menggunakan Gram A (setidaknya selama 15 detik atau sampai dengan 3 menit,
cuci dengan air, kemudian tetesi menggunakan Gram B (hingga semua bagian
pulasan tertutup) selama 15 detik, cuci dengan air selama 15 detik. Tetasi
dengan Gram C untuk dekolorasi, kemudian segera dicuci, selanjutnya tetesi
dengan Gram D selama minimal 15 detik. cuci slide dengan air dan biarkan
kering).
- Amati hasil pewarnaan menggunakan mikroskop cahaya (perbesaran 1000x)
- Catat hasil pengamatan (morfologi bakteri, dll).
- Pewarnaan gram juga harus digunakan untuk pemeriksaan kultur (setelah
diinkubasi)

Kultur
Penyiapan kultur spesimen sebagai berikut:
1. Kultur menggunakan Brucella agar (dengan penambahan darah).
- Isolasikan spesimen menggunakan ose loop steril pada medium Brucella agar
(2 cawan petri).

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 16


- gunakan 2 jenis disk antibiotic secara terpisah (gentamicin dan
metronidazole). Hampir semua bakteri anaerob sensitive terhadap
metronidazole tetapi resistensi terhadap gentamisin
- tempatkan cawan petri pada anaerobic Jar (kondisi anaerob dibuat
menggunakan gas kit)
- Inkubasi pada suhu 37OC, selama 48 jam.
- satu cawan petri diinkubasi aerobic sebagai control.
2. Kultur pada GAM (Gifu anaerobic medium) semi solid
- medium GAM semi solid (atau thioglycolate broth) ditambahkan dengan
kanamycin 0,1 mg/ml.
- Tumbuhkan spesimen pada medium.
- inkubasi secara anaerob pada suhu 37 OC selama 2-3 hari.
- Amati hasil pertumbuhannya
- Analisis hasil.
Hasil uji metronidazol:
a. Sensitif: kemungkinan besar adanya bakteri anaerob dalam spesimen.
b. Resisten: bakteri anaerob yang resisten terhadap metronidazole (sangat jarang),
atau bakteri aerobik (dilanjutkan dengan inkubasi pada kondisi aerob).
Kultur dari kultur anaerob harus:
1. Pemeriksaan menggunakan pewarnaan Gram
2. Subkultur, diinkubasi secara anaerob untuk analisis lebih lanjut seperti: uji
biokimia (identifikasi spesies) dan melakukan uji kepekaan antibiotik.
Spesimen klinis dapat langsung dikultur pada media yang sesuai. Jika diduga
bakteri anaerob, perlakuan spesimen sebagai berikut:
Panaskan pada suhu 80OC atau pemberian etanol (Dowell dan Hawkins, 1981;
Koransky at al 1975) yang banyak digunakan instansi kesehatan atau laboratorium
mikrobiologi klinik untuk isolasi C. botulinum dan C. perfingens dari fekal atau
makanan (CDC, 1998). Dapat juga menggunakan isolasi Clostridia dari spesimen
lainnya, seperti abses (Konem et al, 1997).
1. Metode pemanasan
Panaskan tabung berisi medium chooped-meat-glucose-strach pada 80OC
selama 5 menit. Tambahakn 1 ml spesimen dan diamkan selama 10 menit,
kemudian dinginkan menggunakan air dingin. Spesimen diinokulasikan pada
media kultur yang sesuai

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 17


2. Penggunaan alkohol
1 ml spesimen dalam tabung ditambahkan etanol absolut (95%) dengan
volume yang sama. Campur selama 1 jam kemudian disubkultur atau inokulasi
pada media yang sesuai.
Daftar pustaka
Allen S. D., C. L. Emery and D. M. Learly. 2003. Clostridium. In P. R. MurPray, E. J.
Baron, J. H.Jorgensen, M. A. Pfaller, and R. H. Yolken (ed.): Manual of Clinical
Microbiology, 8,h ed. ASM press, Washington D. C.
Bryant, A. E. 2003. Biology and Pathogenesis of Thrombosis and Procoagulant
activity in lnfection Caused by Group A Streptococci and Clostridium perfringens.
Clin. Microb. Rev. 2003. p:451- 462.
Centre for Diseases Control and prevention. 1998. Botulism in the United States
18gg-1996: Handbook for Epidemiologists, Clinicians and laboratory workers.
Central for Diseases Control and Preventian, Atlanta, Ga.
Dowell, V. R. Jr., and T. M. Hawkins. 1981. Laboratory Methods in Anaerobic
Bacteriology. CDC Laboratory Manuals, HHS publication no. (CDC) 81-
8272.Government Printing Office, Washington, D. C.
Gorbach, S. L. 1998. Clostridium perfringens and other Clostridia. P: 1925-1933.ln S.
L. Gorbach, J. G. Bartlett, and N. R. Blacklow (ed.) lnfectious Disease, 2nd ed.
W. B. Sauderss Company, Philadelphia,Pa.
Koransky, J. R., S. D. Allen, and V. R. Dowell, Jr. 1978. Use of ethanol for elective
isolation of sporeforming microorganism. Appl. Environ. Microbiol. 35. 7 G2-7 65.
Thomson R. B. and J. M. Miller.2003. Spesimen collection, transport and processing:
bacteriology. In P. R. Murray, E. J. Baron, J. H. Jorgensen, M. A. Pfaller, and R.
H. Yolken (ed.): Manual of Clinical Microbiology, 8h ed. ASM press, Washington
D. C.

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 18


CATATAN

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 19


PENUNTUN PRAKTIKUM
PATOLOGI ANATOMI

Tim Penyusun

dr. Gina Andyka Hutasoit, M.Biomed

dr. Puspita Sari, M.Biomed

dr. Kadek Rupawan, M.Biomed

Materi Praktikum

Sinovial Sarkoma

Osteoma

Osteosarcoma

Fibrous Displasia

Osteomyelitis

DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 20


TATA TERTIB LABORATORIUM

1. Datang 10 menit sebelum kuliah, praktikum dan semua kegiatan


laboratorium
2. Selama mengikuti kegiatan praktikum, mahasiswa wajib berpakaian rapi
dan sopan
3. Selama mengikuti praktikum dan kegiatan lainnya di laboratorium
mahasiswa wajib mengenakan jas praktikum, nama tag, membawa pensil
warna, penuntun praktikum, kartu kontrol, workplan dan peralatan yang
digunakan dalam kegiatan praktikum tersebut. Bagi yang tidak melengkapi
persyaratan dianggap tidak diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum.
4. Pretest akan dilaksanakan pada sepuluh (10 menit) pertama kegiatan
pratikum atau terjadwalkan sesuai aturan dari setiap bagian.
5. Tidak meninggalkan ruanggan tanpa izin dosen ataupun asisten dosen yang
bersangkutan.
6. Tidak minum atau makan dalam ruangan.
7. Tidak membuat kegaduhan di dalam laboratorium.
8. Merapikan, membersihkan, mengecek dan mengembalikan alat-alat
preparat atau pun bahan yang digunakan pada ruang perkuliahan dan
laboratorium.
9. Mengumpul laporan praktikum tepat waktu.
10. Mengikuti asistensi dan responsi pratikum sesuai jadwal.
11. Bersedia bertanggung jawab dan mengganti alat, bahan ataupun preparat
yang dipergunakan dalam kegiatan laboratorium jika merusak. Aturan
penggantian akan ditetapkan sesuai kebijakan masing –masing bagian
laboratorium.
12. Hal-hal yang tidak tertuang dalam aturan ini akan diambil kebijaksanaan
kemudian.

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 21


SISTEM PENILAIAN

Pre-test Praktikum : 10%


Post-test Praktikum : 15%
Laporan Praktikum : 15%
Ujian Tentamen : 60%

Kepala Bagian Patologi Anatomi

dr. Gina Andyka Hutasoit


Nip. 198705252015042002

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 22


PATOLOGI ANATOMI
BLOK MUSKULOSKELETAL

1. Sinovial Sarkoma
Gambaran klinis
Seorang pria berusia 34 tahun dengan benjolan pada punggung kaki
kiri. Benjolan dirasakan sejak setengah tahun yang lalu disertai dengan nyeri.
Kemudian dilakukan tindakan operasi terhadap benjolan tersebut, dan
spesimen dikirim ke laboratorium patologi anatomi.

Gambaran mikroskopis
Sinovial sarkoma, tipe biphasic, dengan epitel yang melapisi kelenjar
yang mengandung massa eosinofilik amorf. Pada bagian lain tampak
hyalinized dengan sel spindle dalam kelompok fasikula di daerah yang lebih
gelap dan lebih ringan. Mitosis dapat ditemukan.

Perbesaran lemah Perbesaran kuat

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 23


Osteoma
Gambaran klinis

Seorang pria berusia 25 tahun, dengan massa, keras, tanpa rasa sakit,
yang tumbuh dengan perlahan-lahan di bagian depan kepala sejak 3 tahun
yang lalu. Benjolan exophytic dan melekat pada permukaan tulang.

Gambaran mikroskopis

Tumor terdiri dari dense, matur, woven bone dan lamellar bone, yang
mungkin sulit dibedakan dari tulang yang normal. Tidak ada invasi tumor
atau mitosis abnormal pada spesimen ini.

Perbesaran lemah Perbesaran kuat

3.

Osteosarcoma
3.Osteosarcome
Gambaran klinis
Seorang pria berusia 17 tahun menderita kerusakan tulang distal
femur bagian kiri, setelah mengalami kecelakaan 2 minggu yang lalu. Nyeri
dan bengkak pada daerah yang mengalami trauma dan menyebabkan
keterbatasan gerak dari sendi di dekatnya. Pasien mengalami penurunan
berat badan dan juga anemia. Pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan
alkali fosfatase. Pada pemeriksaan foto rontgen tampak destruksi tulang

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 24


dengan penetrasi sampai ke korteks, dan elevasi subperiosteal (Codman’s
triangle dan infiltrasi dari jaringan lunak di dekatnya).

Gambaran makroskopis
Tumor tampak berukuran besar dengan area nekrotik dan area
perdarahan. Tumor yang dimulai pada metaphysic tulang panjang dan
menginvasi korteks yang berdekatan.
Gambaran mikroskopis
Tumor terdiri dari sel stroma dengan banyak osteoid serta
pembentukan tulang (yang diproduksi langsung oleh tumor). Gambaran khas
Osteoid tampak dari kualitas pewarnaan eosinophylic, glassy appearance,
kontur tidak teratur (irregular) dan dikelilingi oleh rim osteoblas.
Stroma menunjukkan sel pleomorfik aneh yang hyperchromatic, inti
tidak teratur dan mitosis berlimpah. Multinucleated giant cells terlihat paling
sering di dekat area nekrosis dan kalsifikasi. Ada banyak pembuluh darah
dan terkadang tampak dengan dilatasi.

Perbesaran lemah Perbesaran kuat

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 25


4. Fibrous Displasia
Gambaran klinis
Seorang wanita berusia 25 tahun, tampak lesi di tibia. Lesi tampak
multilocular karena scalloping kortikal endosteal.
Gambaran mikroskopis
Sempit, melengkung dan misshaped trabecula tulang, seringkali memiliki
karakteristik seperti fishhook configuration, yang diselingi dengan jaringan
fibrosa dari cellularity variabel. Serat kasar (woven bone) tulang tidak
pernah ditransformasikan ke tulang pipih, hal ini menunjukkan bahwa
displasia fibrosa merupakan defek pematangan sehingga proses
pembentukan tulang pada tahap awal pengerasan menyerupai membran.

Perbesaran lemah Perbesaran kuat

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 26


5. Osteomyelitis
Gambaran klinis
Seorang pria berusia 18 tahun dengan benjolan, terasa nyeri dan
kemerahan pada daerah distal tulang paha kiri. Demam, malaise, dan
leukositosis juga ditemukan pada pasien ini. Radiografi menunjukkan diffuse
irregular, dan radiolusensi dari femur bagian distal.

Gambaran mikroskopis
Pada gambaran osteomyelitis dapat ditemukan campuran dari sel-sel
inflamasi termasuk neutrofil, limfosit dan sel plasma, serta tampak juga
fibrosis, nekrosis tulang dan pembentukan tulang baru. Osteomyelitis kronis
terjadi akibat infeksi yang menetap dan dapat menyebabkan kematian tulang.
Tulang mati dikelilingi oleh jaringan granulasi.

Perbesaran lemah Perbesaran kuat

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 27


6. Chondroma

Gambaran klinis

Seorang pria berusia 23 tahun dengan benjolan yang solid,


berdiameter 1 cm, dengan batas tegas di jempol kanan, sejak 5 tahun yang
lalu. Radiografi menunjukkan radiolusensi dengan fokus radiopak. Lesi
dimulai pada spogiosa dari diaphysis.

Gambaran mikroskopis

Chondroma terdiri dari lobulus mature, cartilago hialin dengan


kondrosit normal. Kadang-kadang dapat juga ditemukan fokus dari myxoid,
degenerasi, dan kalsifikasi.

Perbesaran lemah Perbesaran kuat

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 28


DAFTAR PUSTAKA

C. Stevens, A., Lowe, J., 1995, Pathology, 2nd. Ed., Mosby, London
Kumar, V., Cotran, R.S., and Robin, S.L., 1997, Basic Pathology, 6th. Ed., W.B.
Saunders, Philadelphia
Price,S., Wilson, L., Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, 2006,
Edisi 6, EGC, Penerbit Buku Kedokteran.

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 29


CATATAN

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 30


PENUNTUN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI

Tim Penyusun

dr. Christin R. Nayoan, Sp.THT-KL


dr. Nur Syamsi, MSc
dr. Alfiah Muthaminnah Tanra, MBiomed
dr. Asrawati Sofyan, Sp.KK
dr. Junjun Fitriani, MBiomed
Departemen Farmakologi

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 31


TATA TERTIB LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

1. Mahasiswa harus hadir sepuluh menit sebelum praktikum


2. Mahasiswa yang terlambat hingga 15 menit tidak diizinkan mengikuti
pretes tetapi diperkenankan mengikuti praktikum
3. Mahasiswa yang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenanakan
mengikuti kegiatan praktikum
4. Selama mengikuti kegiatan praktikum, mahasiswa/i wajib berpakaian
sopan :
a. Memakai kemeja berkerah dan sepatu tertutup
b. Laki-laki dilarang menggunakan celana jeans
c. Perempuan memakai rok, Paling pendek ± 5 cm di bawah lutut, tidak
ketat.
5. Menyiapkan workplan yang dibutuhkan dalam praktikum yang diikuti
6. Bersedia jika ditunjuk menjadi probandus untuk contoh sampel yang akan
digunakan saat praktikum dengan menandatangani informed consent
yang disediakan
7. Memakai jas praktikum dan name tag yang sesuai saat memasuki ruang
praktikum
8. Menanda tangani daftar hadir praktikum
9. Wajib menyerahkan kartu control praktikum dan workplan
10. Mengikuti pre test yang akan dilaksanakan sesuai jadwal. Bagi yang
memiliki nilai hasil akumulasi pretes, posttes, dan laporan praktikum <60
(standar) dianggap INHAL.
11. Mengikuti praktikum dengan tertib dan tidak membuat gaduh
12. Menjaga dan menggunakan peralatan praktikum dengan sebaik-baiknya,
sesuai dengan aturan penggunaannya. Bagi yang merusak peralatan
praktikum, harus menggantinya paling lambat 1 minggu setelah

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 32


praktikum
13. Mohon ijin pada dosen pembimbing praktikum, bila akan meninggalkan
praktikum karena keperluan penting
14. Menjaga kebersihan ruang praktikum
15. Tidak merokok, makan, minum dan mencoret-coret didalam ruang
praktikum
16. Mengikuti post test dan membuat laporan tertulis mengenai kegiatan
praktikum
17. Mereka yang tidak menjalankan praktikum pada harinya karena alasan
yang diperbolehkan berdasarkan panduan akademik harus melapor dan
mengikuti praktikum kelompok berikutnya.
18. Sebelum meninggalkan ruang praktikum, mahasiswa harus merapikan,
membersihkan, mengecek, dan mengembalikan alat-alat dan bahan
praktikum di ruang praktikum.

Kepala Bagian Farmakologi

dr. Nur Syamsi, MSc

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 33


SISTEM PENILAIAN

1. Komponen penilaian untuk mahasiswa:


Pretes 40 %
Postes 40 %
Laporan praktikum 20 %

2. Bagi yang memiliki nilai hasil akumulasi pretes, posttes, dan laporan
praktikum < 60 (standar) dianggap INHAL.
3. Mahasiswa yang berhak mengikuti inhal adalah :
a. Mahasiswa yang telah menempuh ujian praktikum tetapi nilai akumulasi
akhir tidak mencapai75.
b. Mahasiswa yang belum mengikuti keseluruhan praktikum karena alasan
berikut :
1) menderita sakit yang dibuktikan dengan surat sakit dari dokter dan
diserahkan paling lambat 1 x 24 jam setelah hari ujian.
2) mendapat kemalangan (orang tua/saudara kandung meninggal
dunia)
3) mendapat tugas dari fakultas atau universitas yang dibuktikan
dengan surat tugas.
4. Bagi mahasiswa yang mengikuti ujian perbaikan nilai maksimal adalah 74,99.

Kepala Bagian Farmakologi

dr. Nur Syamsi, MSc

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 34


ANALGESIK

Pendahuluan

Analgesik adalah istilah kolektif untuk kelompok obat yang digunakan


untuk meringankan nyeri. Obat yang termasuk analgesik adalah nonsteroid anti-
inflammatory drugs(NSAID) (seperti salisilat); obat narkotika(seperti morfin);
dan obat-obatan sintetis dengan sifat narkotika(seperti tramadol).

NSAID seperti aspirin, parasetamol (juga disebut acetaminophen) dan


ibuprofen tidak hanya menghilangkan rasa sakit tetapi juga mengurangi demam
dan inflamasi. Analgesik narkotik dan obat-obatan sintetis seperti morfin
menekan sistem saraf pusat (CNS) dan mengubah persepsi nyeri (nosiseptor).
Analgesik narkotik digunakan untuk menghilangkan nyeri yang tidak dapat
dihilangkan dengan NSAID.

Analgesik sering digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri non-


persepsi. Dapat ditemukan dalam kombinasi dengan obat vasokonstriktor
seperti pseudoefedrin untuk pengobatan sinus ,atau dengan obat anti-histamin
untuk penderita alergi.

Ibuprofen

Indikasi: nyeri dan inflamasi pada penyakit rematik (termasuk juvenile arthritis
dan gangguan muskuloskeletal lainnya, nyeri ringan sampai sedang termasuk
dismenorea, analgesia pascaoperasi, migrain, demam dan nyeri pada anak.

Dosis: 1,2-1,8 g/hari yang dibagi menjadi 3-4 dosis diminum setelah makan,
dosis maksimal 2,4 g/hari. Dosis pemeliharaan 0,6-1,2 g/hari sudah adekuat.

Juvenile rheumatoid arthritis, anak dengan berat badanlebih dari 7 kg 30-40


mg/kg/hari dalam dosis 3-4 kali.

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 35


Demam dan nyeri pada anak, anak dengan berat badanlebih dari 7 kg 20-
30mg/kg/hari, atau 1-2 tahun 50 mg 3-4 kali sehari,3-7 tahun 100 mg 3-4 kali
sehari,8-12 tahun 200 mg 3-4 kali sehari.

Parasetamol
Indikasi : nyeri ringan sampai sedang, pireksia
Perhatian : gangguan hati dan ginjal, ketergantungan alkohol
Efek samping : efek samping jarangtimbul namun bisa menyebabkan ruam,
gangguan darah. Penting : kerusakan hati (dan kerusakan ginjal lebih jarang)
serta overdosis.
Dosis: peroral, 0,5-1 g setiap 4-6 jam, maksimal 4 g/hari;

Anak usia 2 bulan 60 mg untuk demam pasca imunisasi; jika di bawah 3 bulan
(dengan saran dokter), 10 mg/kg (5 mg/kg jika penyakit kuning);3 bulan -
1tahun 60-120 mg, 1-5 tahun 120-250 mg, 6-12 tahun 250-500 mg;dosis ini
dapat diulang setiap 4-6 jam bila diperlukan (maksimal4 dosis dalam 24 jam).

Natrium Diklofenak

Deskripsi
obat yang di gunakan sebagai pereda nyeri, mengurangi gangguan inflamasi,
dismenore, nyeri ringan sampai sedang pasca operasi khususnya ketika pasien
mengalami peradangan. Merupakan golongan non steroid anti inflamasi (NSAID),
dengan cara kerja adalah menghambat kerja enzim siklooksigenase. Enzim ini
berfungsi untuk membantu pembentukan prostaglandin saat terjadinya luka
dang menyebabkan rasa sakit dan peradangan. dengan menghalangi kerja enzim
COX, prostaglandin lebih sedikit di produksi yang berarti rasa sakit dan
peradangan akan mereda.

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 36


Indikasi Umum
Meredakan nyeri dan mengurangi inflamasi pada pasien Rematoid Atritis akut
dan kronis, nyeri pada tulang, spondilitis ankilosa. Meredakan nyeri ringan
sampai sedang pada saat dismenore atau pasca operasi. Meredakan nyeri gigi

Dosis
Dewasa dan Anak diatas 12 tahun : 1 tablet, 2 sampai 3 kali per hari.

BSO : tablet 50 mg

Eksperimen
Tujuan eksperimen
untuk mengamati dan memahami respon analgesik setelah pemberian analgesik
non-narkotik.

Subyek
4 probandus sehat (per kelompok), pria dan wanita, usia antara 20-40
tahun yang telah menyetujui informed consent akan berpartisipasi dalam
eksperimen ini. Semua subjek harus berada dalam kondisi baik dilihat dari
riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
Masing-masing subjek menerima dosis oral : ibuprofen (400 mg) atau
parasetamol(500 mg) atau Natrium diklofenak 50 mg atau plasebo (glukosa)
dengan 200mL air.

Alat
1. Sphygmomanometer
2. stetoskop
3. Stopwatch

Obat
a. Ibuprofen 400 mg

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 37


b. Paracetamol 500 mg
c. Glucose 500 mg
d. Natrium diklofenak 50 mg

Prosedur eksperimen
a. Setiap kelompok mahasiswa memilih 4 probandus
b. Anamnesis dan history taking harus dilakukan sebelum eksperimen untuk
memastikan probandus dalam keadaan sehat (tanda vital normal) dan tidak
mempunyai riwayat alergi pada obat yang digunakan dalam eksperimen
c. Informed consent harus ditandatangani oleh probandus untuk menunjukkan
kesediaan mereka untuk terlibat dalam eksperimen
d. Semua probandusdipakaikan manset spygmomanometer di lengan kiri dan
dipompa sampai 180mmHg. Catat waktu sejak tekanan mencapai 180 mmHg
sampaisensasi nyeri konstan dilaporkan oleh probandus (pain latency)
e. Kemudian, setiap probandus diberikan salah satu obat.Probandus tidak
bolehtahu obat apa yang mereka ambil
f. Tiga puluh menit setelah konsumsi obat atau plasebo, eksperimen di atas
diulang dan dicatat. Ulangi eksperimen setiap 20 menit
g. Bandingkan hasil pengamatan antara sensasi rasa sakit setelah dan
sebelumkonsumsi obat atau plasebo. Buatlah grafik yang menunjukkan efek
analgesik obat dengan waktu.

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 38


SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
(Informed Consent)

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama :.....................................................................................

Umur :.....................................................................................

Alamat :......................................................................................

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa saya telah mendapat penjelasan dan


kesempatan untuk menyatakan hal-hal yang belum saya mengerti tentang
praktikum “Respon terhadap Analgesik Sesudah Pemberian Analgetik pada
Sukarelawan Sehat”. Penjelasan tersebut meliputi kegunaan analgetik dalam
tubuh, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tata cara penelitian dan efek
samping yang mungkin timbbul sehubungan dengan penelitian tersebut.

Adapun prosedur praktikum yang saya jalani meliputi:

1. Menjalani pemeriksaan klinik oleh dokter untuk memeriksa status kesehatan


saya
2. Menjawab pertanyaan-pertanyaan (wawancara) yang meliputi; riwayat
penyakit yang pernah diderita, riwayat alergi terhadap obat, kesehatan
anggota keluarga, kebiasaan makan, dll.
3. Menjalani pemeriksaan ambang rasa sakit dengan manset atau dengan obat
(plasebo atau Paracetamol 500 mg atau Ibuprofen 400 mg atau natrium
diklofenak 50 mg) diminum dengan air putih 200 ml. Pada waktu yang telah
ditentukan yaitu sesaat sebelum minum obat (jam ke nol), 30; 50; 70; 90
menit setelah minum obat, akan dilakukan pengukuran tekanan darah, nadi

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 39


dan respirasi serta penelitian subyektif terhadap efek pengurangan rasa sakit
setelah minum obat.
4. Untuk mencegah dan mengatasi segala risiko yang mungkin terjadi selama
percobaan, penanggung jawab praktikum telah mempersiapkan tindakan
perlindungan.
5. Dengan penuh kesadaran dan sukarela dengan ini saya menyatakan bersedia
bertindak sebagai sukarelawan.
6. Sesudah berlangsungnya praktikum, saya tidak akan menuntut apa pun dari
pimpinan praktikum, karena saya sadar sepenuhnya bahwa keterlibatan saya
ini sangat diperlukan dalam pendidikan dokter.
Demikian pernyataan saya, agar dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Palu, ...........................................
Disaksikan oleh: Yang menyatakan,

(......................................................) (...............................................)
No. Mhs
Pengawas praktikum

(......................................................)

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 40


EFEK ANALGESIK IBUPROFEN/PARACETAMOL/PLASEBO
PADA PROBANDUS SEHAT

Nama : No. Identitas :

Umur : Jenis kelamin : Berat badan Tinggi badan


(kg) : (cm) :
Laki-
laki/Perempuan

Alamat :

Riwayat

1. Reaksi alergi Ya/ Tidak


2. Asma Ya/ Tidak
3. Syok anafilaktik Ya/ Tidak
Obat : Dosis : Oral :

Ya/Tidak

Laju pernapasan : Tekanan darah sistolik


x/menit mmHg

Nadi : x/menit Tekanan darah sistolik


mmHg

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 41


Tekanan
Darah Laju
Menit Nadi Efek
No Sistol/Diastol (x/menit) Pernapasan Nyeri
ke- Samping
(x/menit)
(mmHg)

1 0

2 30

3 50

4 70

5 90

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 42


ANTIPIRETIK

Pendahuluan
Demam merupakan respon alami tubuh yang membantu dalam melawan
zat asing, seperti mikroorganisme, racun, dll. Suhu tubuh diatur oleh pusat
termoregulasi, terletak di sebuah daerah di otak yang disebut hipotalamus. Suhu
tubuh tidak konstan sepanjang hari, suhuterendah pada pukul 6 pagidan
tertinggi sekitar pukul 4-6 sore. Selain itu, suhu bervariasi diberbagai daerah
tubuh; misalnya, rektal dan urin suhu sekitar 1 derajat Fahrenheit lebih tinggi
dari suhu oral dan suhu rektal lebih tinggi dari urin. Juga penting untuk diketahui
bahwa kondisi normal tertentu dapat mempengaruhi suhu tubuh, seperti
kehamilan, konsumsi makanan, usia, dan perubahan hormonal tertentu.
Zat yang dapat menyebabkan demam dikenal sebagai " pirogen ". Ada 2
jenis pirogen, yaitu Eksogen dan Endogen. Zat yang berasal dari luar tubuh,
seperti racun bakteri, disebut pirogen "eksogen". Pirogen yang dibentuk oleh sel-
sel tubuh itu sendiridalam merespon stimulus luar ( seperti racun bakteri )
disebut pirogen "Endogen".
Para peneliti telah menemukan bahwa ada beberapapirogen "endogen"
yang terdiri dari kelompok - kelompok kecil asam amino dan protein blok.
Pirogenini disebut "sitokin". Ketika sitokin disuntikkan kemanusia, demam dan
menggigil akanmuncul dalam waktu satu jam. Interferon, faktor nekrosis tumor,
dan berbagai interleukin adalah sitokin yang dapatmenginduksidemam.
Produksi demam adalah proses yang sangat kompleks; tidak tahu
bagaimana, sitokinini menyebabkan pusat termoregulasi di hipotalamus
mengatur ulang tingkat suhu normal. Respon awal tubuh adalah
mempertahankan panas dengan vasokonstriksi, sebuah proses di mana
pembuluh darah menyempit yang dapat mencegah hilangnya panas dari kulit
dan tempat lain. Prosesini saja akan menaikkan suhu 2 sampai 3 derajat.
Aktivitas tubuh tertentu, seperti memakai lebih banyak pakaian, lingkungan

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 43


yang lebih hangat, dll juga dapat mempengaruhi proses ini.Jika hipotalamus
membutuhkan lebih banyak panas, makaakan terjadi proses menggigil.
Demam merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh. Hal ini terjadi
karena salah satu efek peningkatan suhuadalah memperlambat pertumbuhan
bakteri. Namun, demam juga memiliki beberapa kelemahan sepertipeningkatan
metabolisme tubuh yang menyebabkan konsumsi oksigen meningkat. Hal ini
dapatmemberikan dampak buruk pada orang-orang dengan sirkulasi yang buruk.
Selain itu,demamjuga dapat menyebabkan kejang.

Eksperimen
Tujuan
Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk mengetahui efek antipiretik suatu
senyawa.

Probandus
Tikus albino

Alat
1. termometer rektal
2. Syringe
3. sonde Oral
4. Tikus fixator

Bahan & obat


1.Aquadest
2. Vaksin DPT
3. Parasetamol 1%

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 44


Prosedur
 Tikus 1 : berikan 3 mL aquadest peroral (untukkelompok kontrol)
 Tikus 2 : Injeksi IM 0,2 mL Vaksin DPT i.m. 2 jam sebelum
eksperimen,kemudianberikan 3 ml aquadest per oral ( Kelompok terapi I)
 Tikus 3 : injeksi 0,2 ml vaksin DPT i.m. 2jam sebelum
eksperimen,kemudianberikan 3 ml paracetamol 1% (Kelompok terapi II)

1. Masukkan tiap tikus ke fixator.Masing masing fixator diberi tanda nama


kelompok eksperimen
2. Sebelum memulai,catat suhu rektal tikus selama 2 menit
3. Keluarkan tikus dari fixator dan berikan perlakuan sesuai kelompok
terapinya.setelah itu, masukkan lagi tikus ke dalam fixator
4. Catat suhu rektal tikus pada 15, 30, 45, 60, 75, dan 90 menit setelah
pemberian terapi

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 45


No. Temperatur pada menit ke-
Tikus
0 15 30 45 60 75 90

Rerata

SD

No. Temperatur pada menit ke-


Tikus
0 15 30 45 60 75 90

Rerata

SD

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 46


(Parasetamol)

No. Temperatur pada menit ke-


Tikus
0 15 30 45 60 75 90

Rerata

SD

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 47


DAFTAR PUSTAKA

Faculty of Medicine UGM. (2012) Block 8 Laboratory Manual : Immunology and


Infection. Yogyakarta: Faculty of Medicine UGM.

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 48


LEMBAR PRE TEST

NAMA

NO STAMBUK

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 49


LEMBAR PRE TEST

NAMA

NO STAMBUK

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 50


LEMBAR POST TEST

NAMA

NO STAMBUK

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 51


LEMBAR POST TEST

NAMA

NO STAMBUK

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 52


CATATAN

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM BLOK 1 MUSKULOSKELETAL 53

Anda mungkin juga menyukai