Anda di halaman 1dari 180

Penulis

Windy Christine Sesa Agung Cahya Pratama

Diki Pranatal Ramba Sibannang Kurniawan Syam

Gita Dewi Nurul Amelya Amsyar

Multazam Eko Putra Syarifah Ayu Rahmanisa

Euniche Kamase Singkali Margaretha Alatinge

Hendra Kuganda

2 | Belajar Dari Yang Normal


Dokter Pembimbing

dr. I Nyoman Widajadnja, M.Kes

dr. Rahma Badaruddin

3 | Belajar Dari Yang Normal


DAFTAR ISI

Bagian 1 Dinamika membran....................................................................................................... 5


Bagian 2 Metabolisme Energi...................................................................................................... 11
Praktikum: 2.1 Suhu basal tubuh.......................................................................................... 20

Bagian 3 Sistem Digestif............................................................................................................. 22


Praktikum: 3.1 Saliva & pencernaan.................................................................................... 33
Bagian 4 Sistem Reproduksi........................................................................................................ 36

Praktikum: 4.1 Tes strip......................................................................................................... 46


4.2 Tes Galli mainini.......................................................................................... 47
Bagian 5 Sistem Kardiovaskuler.................................................................................................. 48
Praktikum: 5.1 Harvard step-up test..................................................................................... 59
5.2 Tes lari 12 menit & lari 2,4 Km................................................................... 60
5.3 Blood pressure.............................................................................................. 63
5.4 Cold Pressure Test........................................................................................ 65
5.4 Elektrokardiogram (EKG) ........................................................................... 66
5.5 Hematokrit & hemoglobin............................................................................ 75
5.6 Clotting time & bleeding time...................................................................... 76
Bagian 6 Sistem Respirasi............................................................................................................ 78
Praktikum: 6.1 Tes fungsi paru.............................................................................................. 83
Bagian 7 Sistem Endokrin............................................................................................................ 85
Bagian 8 Sistem Saraf Pusat, fisiologi sensorik & motorik......................................................... 108
Praktikum: 8.1 Tes refleks.................................................................................................... 137
Bagian 9 Sense Organ.................................................................................................................. 140
Praktikum: 9.1 Vision........................................................................................................... 147
9.2 Cutaneus sensation....................................................................................... 159
9.3 Tes pendengaran........................................................................................... 165
Bagian 10 Sistem Imun................................................................................................................ 168

4 | Belajar Dari Yang Normal


DINAMIKA MEMBRAN

5 | Belajar Dari Yang Normal


DINAMIKA MEMBRAN
Membran merupakan struktur yang sangat tipis dan merupakan tepi atau batas yang memisahkan
sel hidup dari sekelilingnya, dimana membrane ini bersifat selektif permeabel yaitu membrane hanya dapat
ditembus dengan lebih mudah oleh substansi tertentu. Membrane itu sendiri terdapat dalam 3 kategori
yakni membrane plasma, membrane sitoplasma,dan membrane nucleus.

Gambar. 1.1 Struktur membrane

Adapun komponen yang terkandung dalam membrane sel yakni


- Lipid = terdiri dari 3 kelas lipid amphipathic : fosfolipida, glikolipid, dan kolesterol
- Protein = protein peripheral, integral, transmembran, serta protein yang berikatan dengan lipid
- Karbohidrat = karbohidrat yang terkandung dalam membrane sel disini telah berikatan dengan
komponen lain yakni lipid dan protein (glikolipid dan glikoprotein)

Kerangka membrane atau disebut juga sitoskeleton mempunyai tiga macam jenis yaitu mikrotubulus,
mikrofilamen, dan filamen intermediet.
a. Mikrofilamen (Filamen aktin)
Bersifat fleksibel, filamen aktin biasanya berbentuk jarring atau gel. Aktin berfungsi membentuk
permukaan membran.
b. Mikrotubula
Mikrotubula atau mikrotubulus adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin.
c. Filamen Intermediet
Berbentuk serat mirip tali, filamen intermediet member kekuatan mekanis pada membran sel .

Fungsi dari membrane sel


a. Kompertemenisasi
Membran sel menyelubungi isi seluruh sel, selain itu ada juga membrane yang membatasi nukleus
dan ruang-ruang di sitoplasma. Ini kita ibaratkan sebagai ruang-ruang yang ada di dalam
gedung(kompertemen). ruang-ruang tersebut perlu di batasi oleh partisi atau tembok. Sehingga kegiatan di
masingmasing di satu ruangan dengan ruang yang lain. Di dalam sel kompertemenisasi mutlak perlu ada,

6 | Belajar Dari Yang Normal


karena ruang-ruang di dalam sel berisi cairan dan adanya percampuran cairan dari ruang-ruang tersebut
merupakan malapetaka bagi sel tersebut.

b. Interaksi Antar Sel


Pada organisme bersel banyak, membran sel bertanggung jawab terhadap interksi antara sel satu
dengan yang lainnya. Alat tubuh pada umumnya terdiri dari macam sel yang berbeda yang harus bekerja
sama untuk melaksanakan fungsi keseluruhan. Membran sel menyilahkan sel untuk saling mengenal
kemudian saling bertukar substansi dan informasi dengan tidak memandang apakah sel sudah terpakai di
tempat tertentu, seperti dari jaringan.

c. Perubahan Energi
Perubahan satu bentuk energi menjadi bentuk energi lain merupakan hal yang sangat penting dalam
proses hidup, dan membran sel sangat terlibat dalam proses ini. Hal yang sangat andasar bagi semua
kehidupan adalah kemampuan sel tumbuh-tumbuhan untuk mengubah energi cahaya matahari menjadi
energi kimia yang terkandung dalam karbohidrat. Sel hewan maupun tumbuh-tumbuhan juga mampu untuk
mengubah energi kimia dari karbohidrat tersebut manjadi ATP atau senyawa lain berenergi tinggi. Proses
pengikatan energi ini terjadi di dalam mambran dari mitokondria dan kloroplas. Energi cahaya, termal,
makanikal diubah oloeh reseptor dari sistem saraf menjadi implus saraf yang merupakan cara kumunikasi
dalam sistem saraf tersebut. Meskipun mekanisme pengubahan ini belum diketahui secara pasti, namun
demikian membran sangat terlibat dalam proses ini.

d. Transfer Informasi
Membran mempunyai peranan mentransfer informasi dari satu sel ke sel yang lain. Di dalam
membran teradapt reseptor yang mampu mengkombinasi dengan mulekul tertentu dengan bentuk yang
sesuai, seperti yang selalu berkombinasi dengan suatu subtrat yang sesuai. Sel yang berbeda mempunyai
membran yang memiliki reseptor yang juga berbeda, sehingga bermacam-macan reseptor akan
berkombinasi dengan bermacam-macam “ligand”. Ligand adalah molekul atau ion yang dapat
berkombinasi dengan reseptor yang terdapat dalam membran. Ligand yang paling banyak dipelajari adalah
hormon, faktor tumbuh dan neurotrasmitter, semuanya terikat pada membran sel tampa menembusnya.
Interaksi antara reseptor yang terdapat di membran sel dengan ligand yang terdapat di luar sel dapat
menimbulkan stimulus baru yang terlibat dalam pengaturan bermacam-macam kejadian dalam sel.
Berbeda, sehingga bermacam-macan reseptor akan berkombinasi dengan bermacam-macam “ligand”.
Ligand adalah molekul atau ion yang dapat berkombinasi dengan reseptor yang terdapat dalam membran.
Ligand yang paling banyak dipelajari adalah hormon, faktor tumbuhdan neurotrasmitter, semuanya terikat
pada membran sel tampa menembusnya. Interaksi antara reseptor yang terdapat di membran sel dengan
ligand yang terdapat di luar sel dapat menimbulkan stimulus baru yang terlibat dalam pengaturan
bermacam-macam kejadian dalam sel. Sistem enzim dalam membran pada umumnya disebut adenilsiklase
yang terdapat pada hampir semua jaringan mamalia kecuali sel darah merah. Aktivasi terhadap
adenilsiklase menimbulkan perubahan ATP menjadi adenosin monofosfat siklik (cAMP) didalam sel.
Meningkatnya jumlah cAMP didalam sel selanjutnya membawa pengaruh terhadap respons fisiologik dari
sel, misalnya:sistem enzim menjadi aktif, terjadi perubahan permeabilitas membran terhadap substansi
tertentu, terjadi sintesa atau sekresi hormon, sintesa protein.

f. Membran Sel Sebagai Perantara


Membran sel merupakan perantara bagi keluar masuknya zat terlarut. Kemampuan membran
plasma meluluskan substansi tertentu masuk ke atau keluar dari sel, tetapi membatasi pergerakan substansi

7 | Belajar Dari Yang Normal


tertentu disebut permeabilitas selektif. Suatu membran dikatakan permeabel terhadap suatu substansi
tersebut. Permeabilitas membran Plasma tergantung dari :

1) Ukuran Sel
Molekul berukuran besar tidak dapat menembus membrane plasma. Molekul air dan asam
amino berukuran kecil dengan mudah dapat menembus membran plasma, tetapi kebanyakan protein
yang merupakan gabungan dari banyak asam amino tergolong molekul besar dan tidak dapat
menembus membran plasma.
2) Kelarutan Dalam Lemak
Substansi yang larut dalam menembus membran plasma dengan lebih mudah dibandingkan
dengan substansi lain. Hal ini sebabkan karena membran plasma terdiri lapisan lemak. Contoh
substansi yanglarut dalam lemak : O2, CO2 dan hormon steroid.
3) Muatan Ion
Muatan ion yang akan menumbus membran plasma sangat menentukan susah mudahnya ion
tersebut masuk ke atau keluar dari sel. Zat yang mempunyai muatan berlawanan dengan muatan
membrane plasma akan di tarik ke arah membran plasma sehingga lebih muda menembus membran
plasma,tetapi bila ion mempunyai muatan sama dengan muatan membran plasma akan di tolak oleh
membran plasma dan pergerakan ion menembus mambran plasma sangat terbatas. Gejala ini seuai
dengan hukum fisika yang menyatakan bahwa dua muatan yang sama akan saling tolak menolak
dan dua muatan yang berbeda saling tarik menarik.
4) Ada atau Tidak Adanya Mulekul Pengangkut
Beberapa protein yang disebut “carrier” maupun untuk mengikat dan mengangkut substansi
melintasi membran plasma.

g. Pergerakam Substansi Melintasi Membran


Mekanisme bagaimana suatu substansi bergerak menembus membran sel adalah sangat penting bagi hidup
matinya sel. Substansi tertentu misalnya harus bergerak masuk ke dalam seluntuk menyokong agar sel itu
hidup, namun sebaliknya zat-zat buangan yang di hasilkan oleh metabolisme sel harus di keluarkan dari
dalam sel untuk selanjutnya di buang keluar tubuh. Pergerakan substansi dapat dilakukan dengan cara pasif
maupun aktif.
Transport pasif & aktif sebagai berikut:
1) Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya.
Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi merupakan contoh dari
transport pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan entropi atau ketidakteraturan
sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler
yang mengonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang
arah perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke
hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam transpor pasif karena zat terlarut
berpindah menurut gradien konsentrasinya. Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif
ialah air dan glukosa. Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan transport pasif glukosa
terfasilitasi transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.
2) Transpor aktif
Transpor aktif merupakan faktor utama yang menentukan kemampuan suatu sel untuk
mempertahankan konsentrasi internal molekul kecil yang berbeda dari konsentrasi lingkungannya.
Oleh karena itu, ia memerlukan tenaga (yang terdiri daripada Adenosine Trifosfat atau ‘ATP’)
untuk menggerakkan bahan-bahan melalui membran plasma. Umumnya, bahan-bahan ini terdiri

8 | Belajar Dari Yang Normal


daripada molekulmolekul berukuran besar seperti protein-protein tertentu dan mikroorganisme.
Bahan-bahan ini bergerak melintasi membran sel melalui salah satu dari 2 bentuk utama transpor
aktif,yaitu endositosis, atau eksositosis. Transpor aktif merupakan pemompaan zat terlarut melawan
gradiennya.Disamping membantu protein transpor, difusi yang dipermudah masih dianggap
transpor pasif karena zat terlarutnya berpindah menuruni gradien konsentrasinya.Definisi transport
aktif, pertama kali dicetuskan oleh Rosenberg sebagai sebuah proses yang menyebabkan
perpindahan suatu substansi dari sebuah area yang mempunyai potensial elektrokimiawi lebih
rendah menuju ke tempat dengan potensial yang lebih tinggi. Proses tersebut dikatakan,
memerlukan asupan energi dan suatu mekanisme kopling agar dapat digunakan demi menjalankan
proses perpindahan substansi. Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat
tidak spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif
membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif
ialah channel protein dan carrier protein, serta ionofor. Ionofor merupakan antibiotik yang
menginduksi transpor ion melalui membrane sel maupun membran buatan. Yang termasuk transpor
aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light driven pumps. Dalam transpor
menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu simporter dan antiporter. Simporter ialah
suatu protein yang nentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan antiporter mentransfer
kedua substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump merupakan suatu siklus transpor Na+/K+
ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan
energi cahaya dan contohnya terjadi pada Bakteriorhodopsin. Hormon tri-iodotironina yang dikenal
sebagai activator enzim fosfatidil inositol-3 kinase dengan mekanisme dari dalam sitoplasma
dengan bantuan integrin alfavbeta3. Lintasan enzim
fosfatidil inositol-3 kinase, lebih lanjut akan memicu transkripsi genetic dari Na+ ATP sintase, K+
ATP sintase, dll, beserta penyisipan ATP sintase tersebut pada membran plasma, berikut regulasi
dan modulasi aktivitasnya.

Gambar 1.2

9 | Belajar Dari Yang Normal


3) Fagositosis
Proses aktif lain dimana sel memasukan substansi melintasi membran disebut fagositosis
atau disebut juga makan sel. Pada proses ini uluran sitoplasma yang disebut psedopodia mendekap
(melingkari) partikel padat disebelah luar sel. Sekali partikel dilingkari, membrane melekuk
kedalam, membentuk kantung yang berisi partikel tersebut. Kantung yang terbentuk ini disebut
vakuola fagositik yang kemudian memisahkan diri dari membran sel. Pada waktu bersamaan terjadi
pencernaan partikel yang terdapat di dalam vakuola fagositik. Partikel yang tidak tercerna dan zat
ampas hasil metabolisme sel di singkirkan dari dalam sel dengan fagositik terbalik.
4) Pinositosis
Pada pinositosis atau dikenal juga sebagai minum sel, substansi yang di dekap lebih
merupakan larutan dari pada partikel padat . disini tidak nampak ada uluran sitoplasma sehingga
caranya adalah dengan menarik larutan ke permukaan membran, dan membrane melekukkearah
dalam dan melingkari larutan dan akhirnya terpisah dari membran. Hanya beberapa sel saja yang
melakukan fagositosis, sedangkan kebanyakan sel lainnya melakukan pinositosis. Pergerakan
substrat ke dalam sel dengan cara fagositosis atau pinisitosis disebut endositosis, langkah
pergerakan substansi kearah luar sel disebut eksositosis.

10 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
METABOLISME ENERGI

11 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
METABOLISME ENERGI
Definisi
Metabolisme bertujuan untuk menghasilkan energi yang berguna bagi kelangsungan hidup, baik
tingkat seluler (pembelahan sel, transpor molekul ke luar dan ke dalam sel) maupun tingkat individu
(membaca, menulis, berjalan, berlari, dsb). Sedangkan energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha.
Semua zat makanan berenergi (karbohidrat, lemak dan protein) dapat dioksidasi di dalam sel, dan
selama proses ini berlangsung, sejumlah besar energy dibebaskan. Energy yang diperlukan oleh proses
fisiologi sel bukan berbentuk panas, tetapi sebagai energi untuk menimbulkan pergerakan mekanik,
misalnya untuk fungsi otot, untuk memekatkan zat zat terlarut dalam sekresi kelenjar, dan untuk
mempengaruhi fungsi lainnya.

Tabel 1.1 Jenis.


Anabolisme Katabolisme
reaksi kimia untuk membentuk kompleks Reaksi kimia untuk memecahkan kompleks
molekul yang dibutuhkan untuk pertumbuhan molekul menjadi molekul yang berukuran lebih
dan pertahanan kehidupan, disintesis dari zat kecil disertai pelepasan energi.
yang lebih simpel yang disertai dengan
penggunaan energi
Energi yang diperlukan tidak dibuang, Energi kimia yang terikat akan lepas sehingga
melainkan disimpan dalam bentuk ikatan – dihasilkan energi
ikatan kimia pada senyawa kompleks yang
baru terbentuk.
Menggunakan ATP Menghasilkan ATP
Beberapa contoh hasil anabolisme adalah Contoh tahapan katabolisme
glikogen, lemak, dan protein berguna sebagai - Glikolisis
bahan bakar cadangan untuk katabolisme, serta - Dekarboksilasi oksidatif
molekul protein, protein-karbohidrat, dan - Daur krebs
protein lipid yang merupakan komponen - Trasfer elektron
struktural yang esensial dari organisme, baik
ekstrasel maupun intrasel.

Metabolisme karbohidrat
Makanan (karbohidrat) --> monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa(galaktosa dengan cepat dirubah
menjadi fruktosa di dalam hati)) --> glukosa ditraspor melalui membrane sel dengan mekanisme difusi
terfasilitasi (kecepatan pemakaian karbohidrat oleh sebagian besar sel diatur oleh kecepatan sekresi insulin
dari pankreas) --> kemudian glukosa mengalami fosforilasi (enzim glukokinase) sehingga glukosa yang
berikatan dengan fosfat tidak akan berdifusi keluar sel kecuali dari sel-sel khusus terutama sel hati
dikarenakan mengandung enzim fosfatase --> setelah diabsorbsi kedalam sel glukosa dapat segera dipakai
untuk melepaskan energy ke sel atau dapat disimpan dalam bentuk glikogen(glikogenesis) -->
glikogenolisis (enzim fosforilase[dapat dipecepat oleh hormone epinefrin dan glukogon]) --> glukosa -->
glikolisis --> dekarboksilasi oksidatif (as. Piruvat -> Koenzim A) --> siklus as. Sitrat (siklus krebs) -->
transfer electron.
(cat: ada pula pembentukan glukosa dari protein dan lemak disebut glukoneogenesis)

12 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Namun ketika tidak tersedia oksigen makan untuk memberikan energy tambahan dengan cara glikolisis
anaerob namun ketika menggunakan metabolisme ini mengakibatkan jumlah glukosa yg dibutuhkan lebih
banyak dengan menghasilkan energy yang sedikit sehingga dikatakan mubazir, mekanisme ini digunakan
untuk mempertahankan kehidupan selama beberapa menit ketika tidak tersedia oksigen, namun harus
diketahui bahwa ketika tubuh melakukan metabolism anaerob maka akan membentuk asam laktat.

Metabolisme lipid
Klasifikasi lipid dalam tubuh yang penting :
- Lemak netral/trigliserida
- Fosfolipid
- Kolesterol

Trigliserida dipakai dalam tubuh terutama untuk menyediakan energi bagi berbagai proses metabolik. Akan
tetapi, beberapa lipid, terutama kolesterol, fosfolipid dan sejumlah kecil trigliserida, dipakai untuk
membentuk semua membran sel dan untuk melakukan fungsi-fungsi sel lainnya.
Jenis asam lemak yang paling sering terdapat dalam trigliserida di tubuh

- As. Stearat, 18 rantai karbon dan sangat jenuh dengan atom hidrogennya
- As. Oleat, 18 rantai karbon tetapi mempunyai satu ikatan ganda dibagian tengah rantai
- As. Palmitat, 16 atom karbon dan sangat jenuh

Transpor lipid dalam cairan tubuh


Selama pencernaan, sebagian besar trigliserida dipecah menjadi monogliserida dan as. Lemak.
Kemudian, sewaktu melalui sel epitel usus, monogliseridan dan as.lemak disintesis kembali menjadi
molekul trigliserida baru yang masuk kedalam limfe dalam bentuk droplet kecil yang tersebar yang disebut
kilomikron. Kilomikron kemudian ditranspor ke atas melalui duktus torasikus dan masuk kedalam darah
vena yang bersirkulasi pada pertemuan vena jugularis dan subklavia.

13 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Pengeluaran kilomikron dalam darah dengan cara hidrolisis trigliserida oleh lipase lipoprotein
dalam sel lemak dan sel hati. Enzim ini terutama aktif di endotel kapiler tempat enzim menghidrolisis
trigliserida dari kilomikron begitu trigliserida melekat pada dinding endotel, sehingga as. Lemak dan
gliserol dapar dilepaskan. As.lemak yangmenyatu dengan membrane sel, segera berdifusi kedalam sel
lemak jar.adiposa dan kedalam sel hati, kemudia as. Lemak disintesis kembali menjadi trigliserida dengan
gliserol. Lipase juga menyebabkan hidrolisis fosfolipid yang juga melepaskan as.lemak untuk disimpan di
sel melalui cara yang sama.
Bila lemak yang telah disimpan dalam jaringan adipose hendak digunakan dalam tubuh untuk
menghasilkan energi pertama lemak di transport ke jaringan lain dalam bentuk as. Lemak bebas yang di
capai dengn hidrolisis trigliserida kembali sehingga menjadi as.lemak dan gliserol. Sewaktu meninggalkan
as.lemak, as.lemak mengalami ionisasi kuat dalam plasma dan gugus ioniknya segera bergabung dengan
molekul albumin protein plasma sehingga disebut as.lemak bebas atau as.lemak tidak teresterifikasi.
Pada keadaan setelah penyerapan, setelah semua kilomikron dikeluarkan dari darah, lebih dari 95%
seluruh lipid didalam plasma disimpan dalam bentuk lipoprotein. Konsentrasi total lipoprotein dalam
plasma rata-rata sekitar 700 mg per 100 mg plasma. Lipoprotein dapat dipecah menjadi unsure tunggal
penyusunnya sebagai berikut : a. koleterol 180mg/dl; b. fosfolipid 160 mg/dl ; c. trigliserida 160 mg/dl ; d.
protein 200 mg/ dl.

Jenis lipoprotein berdasarkan densitas yang diukur oleh ultrasentrifugasi


- Very Low density lipoprotein (VLDL), mengandung konsentrasi trigliserida yang tinggi dan
konsentrasi sedang kolesterol dan fosfolipid
- Intermediate density lipoprotein konsentrasi trigliserida menurun dan meningkat pada konsentrasi
kolesterol dan fosfolipid
- Low density lipoprotein (LDL) konsentrasi kolesterol sangat tinggi dan fosfolipid cukup tinggi
untuk trigliserida hampir semua terlah digunakan
- High density Lipoprotein (HDL) mengandung protein berkonsentrasi tinggi dengan konsentrasi
kolesterol dan fosfolipid yang jauh lebih kecil

Deposit lemak

Jaringan adipose, fungsi utamanya untuk menyimpan trigliserida sampai diperlukan untuk
membentuk energi dalam tubuh. Fungsi tambahan adalah untuk menyediakan penyekat panas untuk tubuh.
Sel lemak dari jaringan adipose merupakan modifikasi fibroblast yang menyimpan trigliserida yang hampir
murni sebesar 80-95% dari keseluruhan volume sel.
Lipid Hati, fungsi utama hati dalam metabolism lipid adalah untuk (1) memecahkan as.lemak
menjadi senyawa kecil yang dapat dipakai untuk energi, (2) menyintesis trigliserida, terutama dari
karbohidrat tetapi juga dari protein dalam jumlah yang lebih sedikit, dan (3) menyintesis lipid lain dalam
as.lemak, terutama kolesterol dan fosfolipid.
Karbohidrat lebih berperan penting sebagai sumber energi ketimbang lemak bila kelebihan
karbohidrat tersedia. Jika terdapat sejumlah karbohidrat yang berlebihan dalam tubuh, karbohidrat lebih
dipilih sebagai sumber energy dari pada trigliserida. Ada beberapa alasan untuk efek “hemat lemak” dari
karbohidrat ini. Salah satunya yang terpenting adalah sebagai berikut : lemak dalam sel jaringan adipose
terdapat dalam 2 bentuk :trigliserida yang disimpan dan sejumlah kecil asam lemak bebas. Keduanya
berada dalam keseimbangan yang konstan satu sama lain. Bila terdapat jumlah α-gliserofosfat yang
berlebihan (yang terjadi bila terdapat kelebihan karbohidrat), α-gliserofosfat akan mengikat asam lemak

14 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
bebas dalam bentuk trigliserida yang disimpan. Akibatnya, keseimbangan antara asam lemak bebas dan
trigliserida bergeser kearah trigliserida ; yang menyebabkan, hanya sejumlah kecil asam lemak yang
tersedia untuk digunakan sebagai energi. Karena α-gliserofosfat merupakan produk yang penting dari
metabolism glukosa, ketersediaan sejumlah besar glukosa secara otomatis menghambat pemakaian asam
lemak untuk energi.

Kedua, bila karbohidrat tersedia dalam jumlah berlebihan, asam lemak dibentuk lebih cepat
daripada pemecahannya. Pengaruh ini sebagian disebabkan oleh sejumlah besar asetil-koA yang dibentuk
dari karbohidrat dan oleh konsentrasi asam lemak bebas yang rendah dijaringan adipose. Dengan demikian,
timbul keadaan yang sesuai untuk konversi aselti-KoA menjadi as.lemak.
Suatu efek yang bahkan lebih penting yang membantu konversi karbohidrat menjadi lemak adalah
sebagai berikut: langkah pertama, yang merupakan langkah pembatas kecepatan, dalam pembentukan
as.lemak adalah karboksilasi asetil-KoA untuk membentuk malonil-KoA. Kecepatan reaksi ini terutama
diatur oleh aktivitas enzim asetil-KoA karboksilase, yang dipercepat dengan adanya perantaraan siklus
as.sitrat. bila kelebihan jumlah karbohidrat yang dipakai, perantaraan ini meningkat, yang secara otomatis
menyebabkan peningkatan pembentukan as.lemak.
Tipe utama dari fofolipid tubuh adalah lesitin, sefalin, dan spingomielin. Beberapa fungsi khusus
fosfolipidadalah sebagai berikut :

1. Fosfolipid adalah unsure penting lipoprotein dalam darah dan penting untuk pembentukan serta
fungsi sebagaian besar dari lipoprotein. Bila fosfolipid tidak ada, dapat terjadi gangguan
transport kolesterol dan lipid lainnya yang serius.
2. Tromboplastin, yang diperlukan untuk memulai proses pembekuan darah, tersusun terutama
dari salah satu sefalin.
3. Sejumlah besar spingomielin terdapat dalam sistem saraf. Saat ini bekerja sebagai insulartor
listrik dalam selubung myelin disekeliling serabut saraf.
4. Fosfolipid merupakan donor radikal fosfat ketika radikal tersebut diperlukan untuk sebagai
reaksi kimia di jaringan.
5. Mungkin fungsi terpenting dari semua fungsi fosfolipid adalah keikut sertaannya dalam
pembentukan elemen striktural- terutama membrane-di seluruh sel tubuh.

Kolesterol adalah prekursor hormon steroid dan asam empedu dan merupakan unsur pokok yang
penting dalam membran sel. Zat ini hanya ditemukan pada hewan. Sterol yang serupa ditemukan
pada tumbuhan, tetapi sterol tumbuhan normalnya tidak diabsorpsi dari saluran cerna. Kebanyakan
kolesterol dalam diet terkandung di dalam kuning telur dan lemak hewani (Ganong, 2008).

Kolesterol diabsorpsi dari usus dan dimasukkan ke dalam kilomikron yang dibentuk di dalam
mukosa usus. Setelah kilomikron melepaskan trigliseridanya di jaringan adiposa, kilomikron
sisanya menyerahkan kolesterolnya ke hati. Hati dan jaringan lain juga menyintesis kolesterol.
Sebagian kolesterol di hati diekskresi di empedu, baik dalam bentuk bebas maupun asam empedu.
Sebagian kolesterol empedu direabsorpsi dari usus.

Kebanyakan kolesterol di hati digabungkan ke dalam VLDL, dan semuanya bersirkulasi dalam
kompleks lipoprotein. Biosintesis kolesterol dari asetat dan juga kolesterol memberikan umpan
balik untuk menghambat sintesisnya sendiri dengan menghambat HMG-KoA reduktase, enzim
yang mengubah 3-hidroksi-3-metilglutaril-Koenzim A (HMG-KoA) menjadi asam mevalonat.
Dengan demikian, kalau asupan kolesterol dari makanan tinggi, sintesis kolesterol oleh hati
menurun, dan demikian pula sebaliknya. Namun, kompensasi umpan balik ini tidak sempurna,
15 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
karena diet yang rendah kolesterol dan lemak jenuh hanya menyebabkan penurunan kolesterol yang
bersirkulasi dalam plasma darah dengan jumlah sedang (Ganong, 2008).

Kadar kolesterol plasma menurun oleh hormon tiroid dan estrogen. Kedua hormon ini
meningkatkan jumlah reseptor LDL ( low density lipoprotein) di hati. Estrogen juga meningkatkan
kadar HDL ( high density lipoprotein) plasma. Obat-obat yang meningkatkan jumlah reseptor LDL
di hati saat ini sedang diujicobakan pada hewan. Kolesterol plasma meningkat kalau ada obstruksi
empedu dan pada diabetes melitus yang tidak diobati. Jika reabsorpsi asam empedu di usus
menurun akibat resin seperti kolestipol, lebih banyak kolesterol dibelokkan untuk membentuk asam
empedu.

Namun, penurunan kolesterol plasma relatif kecil karena terjadi kompensasi peningkatan sintesis
kolesterol. Obat lain yang sering digunakan untuk menurunkan kolesterol plasma adalah vitamin
niasin, yang dalam dosis besar menghambat mobilisasi asam lemak bebas dari simpanan lemak
perifer sehingga menurunkan pembentukan VLDL di hati. Namun, obat yang paling manjur dan
luas digunakan untuk menurunkan kolesterol adalah lovastatin dan statin lainnya, yang mengurangi
pembentukan kolesterol dengan menghambat HMG-KoA (Ganong, 2008).

Faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi kolesterol plasma seperti peningkatan jumlah
kolesterol yang dicerna setiap hari , diet lemak yang sangat jenuh, pencernaan lemak yang mengandung
asam lemak tak jenuh yang sangat tinggi, atau bias juga Karena kekurangan insulin atau hormone tiroid.
Sehingga apanila terjadi peningkatan kolesterol dalam plasma disebutlah hiperkolesterolemia yang mana
jika tidak di tangani secara baik dapat mengakibatkan aterosklerosis. Selain dari kolesterol itu sendiri faktor
risiko utama dari aterosklerosis ialah kekurangan aktivitas fisik dan obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
hiperlipidemi, dan merokok.

Metabolisme Protein
Protein tersusun ata sejumlah asam amino yang membentuk suatu untaian dengan ikatan peptida.
Selain itu, protein juga memiliki gugus amina (NH2) dan gugus karboksil (COOH). Beberapa jenis protein
antara lain yakni glikoprotein (protein yang mengandung karbohidrat), dan lipoprotein (protein yang
mengandung lipid).
Protein dalam tubuh digunakan untuk keperluan pembentukan jaringan baru, mengganti jaringan
yang rusak, mengganti asam amino yang hilang, mensintesis asam amino nonesensial, serta mensintesis
molekul fungsional seperti hormone,enzim. Adapun asam amino esensial (harus tersedia dalam diet karena
tidak dapat disintesi oleh tubuh) seperti Isoleusin, Leusin, Lisin, Phenilalanin, Trheonin, Triptofan, Valine,
Methionin, histidin dimana asam amino jenis ini dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan sehingga
ketika terjadi kekurangan pada asam amino ini akan mengakibatkan kwashiorkor dan untuk asam amino
nonesensial (dapat disintesi oleh tubuh yakni dalam hati) seperti alanin, arginin, asparagin, asam aspartat,
cystein, asam glitamik, selenocystein, serine, taurine,tyrosine, dan ornithin.
Proses mencernaan protein
a. Mulut : Mekanis (mastikasi)
b. Lambung : HCL = denaturasi protein -> ensim pepsin = menghidrolisis protein yang rusak menjadi
peptide sederhana
c. Usus halus : enzim tripsin dan chymotrypsin memecah polipeptida menjadi peptide sederhana - >
enzim peptidase (erepsin) peptide sederhana dipecah menjadi asam amino
Enzim nuclease memecah asam nukleat menjadi nukleotida
16 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
*cat: enzim peptidase ada 2 jenis yakni: aminopeptidaseyang berfungsi untuk memecah polipeptida
menjadi asama amina dan karboksipeptidase memecah polipeptida menjadi gugus karboksil
Kemudian asam amino akan di absorbs dengan cara difusi terfasilitasi melalui mukosa jejunum dan
ileum kemudian asam amino akan masuk ke sirkulasi darah sehingga asam amino akan disebar ke
seluruh tubuh. Kemudian asam amino mengalami biosintesi didalam ribosom untuk diubah sesuai
dengan fungsi protein bahkan dapat dirubah menjadi sumber energy jika diperlukan. Protein yang
akan digunakan sebagai sumber energy akan mengalami deaminasi (proses pemecahan asam amino)
yang disebut sebagai mekanisme glukoneogenesis.

Adapun ganguan yang dapat terjadi ketika terdapat gangguan metabolism protein seperti
- Phenylketonuria
- Sickle cell anemia
- Maple syrup urine disease

Tingkat metabolisme
Tingkat keseluruhan di mana reaksi metabolik menggunakan energi disebut tingkat metabolisme. Beberapa
dari Energi digunakan untuk menghasilkan ATP, dan beberapa dilepaskan sebagai panas. Karena banyak
faktor yang mempengaruhi tingkat metabolisme, diukur di bawah kondisi standar, dengan tubuh yang
relative santai, beristirahat, dan berpuasa kondisi disebut basal state. Pengukuran diperoleh dalam kondisi
seperti ini adalah tingkat metabolisme basal (basal metabolic rate / BMR). Cara yang paling umum untuk
menentukan BMR adalah dengan mengukur jumlah oksigen yang digunakan per kilokalori makanan
dimetabolisme. Bila tubuh menggunakan 1 liter oksigen untuk mengoksidasi makanan khas campuran
trigliserida, karbohidrat, dan protein, kira-kira 4,8 Cal energi dilepaskan. BMR adalah 1200-1800 Cal / hari
pada orang dewasa, atau sekitar 24 kal / kg massa tubuh pada pria dewasa dan 22 kal / kg pada perempuan
dewasa tambahan kalori dibutuhkan untuk dukung aktivitas setiap hari, seperti pencernaan dan jalan kaki,
berkisar antara 500 Cal Orang kecil yang relatif tidak banyak duduk dengan lebih dari 3000 Cal untuk
seseorang dalam pelatihan untuk kompetisi olahraga.

17 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Homeostasis Temperatur Tubuh
Meski berfluktuasi luas dalam suhu lingkungan, mekanisme homeostatik dapat mempertahankan rentang
normal untuk tubuh internal suhu. Jika tingkat produksi panas tubuh sama dengan laju. Kehilangan panas,
tubuh mempertahankan suhu inti konstan di dekat 37 C (98,6 F). Suhu inti adalah suhu dalam tubuh
struktur jauh ke kulit dan lapisan subkutan. Suhu kulit (permukaan) adalah suhu di dekat permukaan tubuh
- di kulit dan lapisan subkutan. Bergantung pada suhu lingkungan, suhu kulit adalah 1-6 C lebih rendah dari
suhu inti. Suhu inti yang terlalu tinggi membunuh protein tubuh denaturasi; Sebuah Suhu inti yang terlalu
rendah menyebabkan aritmia jantung itu mengakibatkan kematian.

Produksi panas tubuh sebanding dengan laju metabolisme dimana bila laju metabolisme meningkat maka
suhu tubuh juga akan meningkat. Beberapa faktor mempengaruhi tingkat metabolisme dan dengan
demikian laju panas produksi:
• Olahraga. Selama latihan berat, tingkat metabolisme mungkin terjadi meningkat sampai 15 kali tingkat
basal.

• Hormon. Hormon tiroid (thyroxine dan triiodothyronine) adalah regulator utama BMR; BMR meningkat
sebanyak kadar hormon tiroid darah meningkat. Tanggapan terhadap Namun, perubahan kadar hormon
tiroid lambat terjadi beberapa hari muncul. Hormon tiroid meningkatkan BMR di bagian dengan
merangsang pernapasan seluler aerobik. Sebagai sel digunakan lebih banyak oksigen untuk menghasilkan
ATP, lebih banyak panas yang dilepaskan, dan tubuh suhu naik Hormon lain memiliki efek ringan BMR.
Testosteron, insulin, dan hormon pertumbuhan manusia bisa meningkatkan tingkat metabolisme sebesar 5-
15%.

• Sistem saraf. Selama latihan atau dalam situasi stres, Pembagian simpatik dari sistem saraf otonom
dirangsang. Neuron postganglioniknya melepaskan norepinephrine (NE), dan juga merangsang pelepasan
hormon epinefrin dan norepinephrine oleh medula adrenal. Baik epinefrin dan norepinephrine
meningkatkan tingkat metabolisme sel tubuh.

18 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
• Suhu tubuh. Semakin tinggi suhu tubuh, semakin tinggi tingkat metabolisme. Setiap kenaikan 1 C dalam
suhu inti meningkat laju reaksi biokimia sekitar 10%. Hasil dari, Tingkat metabolisme dapat meningkat
secara substansial saat demam.
• Ingesti makanan. Menelan makanan meningkatkan metabolisme tingkat 10-20% karena energi untuk
mencerna, menyerap, dan menyimpan nutrisi. Efek thermogenesis yang diinduksi makanan, terbesar
setelah makan makanan berprotein tinggi dan sedang setelahnya makan karbohidrat dan lipid.
• Usia. Tingkat metabolisme anak, dalam kaitannya dengan ukurannya, adalah sekitar dua kali lipat dari
orang tua karena tingginya tingkat reaksi yang berhubungan dengan pertumbuhan.

• Faktor lainnya. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat metabolisme adalah jenis kelamin (lebih rendah
pada wanita, kecuali selama kehamilan dan menyusui), iklim (rendah di daerah tropis), tidur (lebih rendah),
dan gizi buruk (menurunkan).

19 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
SUHU BASAL TUBUH

Tujuan:
Untuk mengetahui kondisi suhu basal tubuh pada aktivitas manusia dalam 24 jam.

Alat dan Bahan


1. Termometer suhu (Manual/Digital)
2. Stopwatch
Prosedur
1. Mempersiapkan alat dan bahan.
2. Lakukan pemeriksaan suhu axial pada fossa axillaris dengan termometer dalam posisi duduk, pada
kondisi sebagai berikut:

Waktu/aktivitas Hasil
Pagi hari jam 5 (segera setelah bangun) (..............)
Sarapan pagi Sebelum (..............) Sesudah (..............)
Aktivitas jam 9 pagi (..............)
Siang hari jam 12 (..............)
Makan siang Sebelum (..............) Sesudah (..............)
Aktivitas jam 3 sore (..............)
Sore jam 6 (..............)
Makan malam Sebelum (..............) Sesudah (..............)
Aktivitas jam 9 malam (..............)
Sebelum tidur malam hari (..............)

3. Lakukan pemeriksaan denyut nadi a.radialis selama 1 menit bersamaan dengan pengukuran suhu.
4. Masukan data pada lembar kerja.

20 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Hasil Yang Di Harapkan.
a. Suhu
Waktu/aktivitas Hasil
Pagi hari jam 5 (segera setelah bangun) (↓)
Sarapan pagi Sebelum (↓ atau
Sesudah (↑)
normal)
Aktivitas jam 9 pagi (↑)
Siang hari jam 12 (↑)
Makan siang Sebelum (↓ atau
Sesudah (↑)
tetap meningkat)
Aktivitas jam 3 sore (↑)
Sore jam 6 (↑)
Makan malam Sebelum (↓ atau
Sesudah (↑)
normal)
Aktivitas jam 9 malam (↓)
Sebelum tidur malam hari (↓)

b. Denyut nadi
Waktu/aktivitas Hasil
Pagi hari jam 5 (segera setelah bangun) (↓ atau normal)
Sarapan pagi Sebelum (↓ atau
Sesudah (↑)
normal)
Aktivitas jam 9 pagi (↑ atau normal)
Siang hari jam 12 (↑)
Makan siang Sebelum (↓ atau
Sesudah (↑)
tetap meningkat)
Aktivitas jam 3 sore (↑)
Sore jam 6 (↑)
Makan malam Sebelum (↓ atau
Sesudah (↑)
normal)
Aktivitas jam 9 malam (↓)
Sebelum tidur malam hari (↓)

21 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM DIGESTIF
(Gastroenterohepatologi)

22 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SALIVA
Fisiologi Sistem Digestif
Saliva adalah sekresi yang berkaitan dengan mulut, dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva
utama yang terletak di rongga mulut
Sekresi saliva normal yaitu 800-1500 mL/hari
Ph normal 6,0-7,0
Kandungan saliva :
a. 99,5% H2O
b. 0,5% elektrolit dan protein : Glikoprotein musin, IgA, Lisozim, Laktoferin, Protein kaya prolin

Jalur parasimpatis dan simpatis untuk mengatur pengeluaran saliva. Sistem parasimpatis
meningkatkan sekresi saliva sedangkan system simpatis menurunkan sekresi saliva

1. ANATOMI

23 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
2. KLASIFIKASI GLANDULA SALIVARIUS

PAROTIS

MAJOR SUBMANDIBULA

SUBLINGUALIS
KELENJAR
SALIVA GLOSSOPALATINA
L
LABIAL

MINOR BUCCAL

PALATINA

LINGUAL

3. GLANDULA SALIVA MAJOR


Gl. Parotis Gl. Sublingual Gl. submandibula

Letak Di bawah telinga antara Di antara dasar mulut Di bawah ramus


proc. Mastoideus dan dan m. Mylohyoid mandibula meluas
ramus Mandibula ke leher di permu-
kaan m. Mylohyoid

Saluran Duktus Stensen Duktus Bhartolin Duktus Wharton

Muara Vestibulum oris setinggi Caruncula sublingualis Frenulum lidah di


dens molar II superior belakang gigi seri
bawah

Hasil Serosa serosa dan mukus mukus dan serosa


sekresi (dominan) (dominan)

Jumlah 25 % 5% 70%

24 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
4. FUNGSI SALIVA
a. Mempermudah proses menelan
b. Melisiskan atau menghancurkan bakteri
c. Sebagai bahan pelarut yang merangsang kuncup kecap
d. Membantu berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah
e. Menjaga kebersihan mulut dan gigi

5. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKRESI SALIVA


1. Menghambat sekresi
Dehidrasi
Stress emosional
2. Stimulasi sekresi
Tipe kelenjar
Waktu
Derajat dan tipe stimulasi ( menghidu, melihat, memikirkan makanan, mengunyah
paraffin)
Saliva laki-laki > perempuan

Mekanisme Mastikasi dan Deglutisi


Adanya bolus makanan dalam mulut dapat menghambat reflex otot untuk mengunyah, yang
menyebabkan rahang turun kebawah. Hal ini menyebabkan reflex regang pada otot rahang bawah
sehingga terjadi kontraksi rebound sehingga terjadi penutupan mulut dan gigi terjadi proses
penghancuran makanan secara mekanik dan kimiawi oleh enzim amylase saliva dan lingual lipase.

Deglutisi yaitu proses perpindahan bolus makanan dari mulut menuju ke gaster. Deglutisi
difasilitasi oleh sekresi saliva dan mucus pada mulut, faring dan esophagus. Proses menelan terbagi
atas 3 tahap yaitu Tahap Volunter yang dimana bolus memasuki orofaring, tahap faringeal jalur
involunter yang dimana bolus dari faring menuju esophagus, dan tahap esophageal, jalur involunter
bolus dari esophagus menuju gaster.

25 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Tahapan deglutisi Aktivitas Hasil

Tahap volunter dimana bolus Makanan masuk keorofaring


Tahap Volunter makanan dari cavitas oral untuk konstitusi tahap faringeal
menuju ke orofaring

Tahap faringeal, bolus Perpindahan bolus dari orofaring


stimulasi reseptor pada menuju laringofaring dan masuk
orofaring dan mengantar ke esophagus
impuls pada pusat pengaturan
Tahap faringeal deglutisi di medulla oblongata
yang dimana akan terjadi
penutupan jalur pernapasan
oleh epiglottis

26 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Relaksasi UES (Upper Pemasukan bolus dari
Esophageal Sphincter) laringofaring ke esofagus

Tahap esophageal dari Mendorong bolus turun ke


peristaltic bagian bawah esophagus
Tahap esophageal Relaksasi dari LES (Lower Pemasukan bolus kedalam
Esophageal Sphincter) gaster

Sekresi mucus Lubrikasi esophagus agar jalur


lebih halus dan dapat dilewati
oleh bolus makanan

Aktivitas Digestif pada Gaster


Struktur Aktivitas Hasil

Sekresi Mukus Penghalang yang protektif yang


menjaga digesti dari dinding
Mukosa gaster

Surface mucous cells & Mucous Absorbsi Kuantitas yang sedikit dari air,
neck cells ion, rantai pendek asam lemak,
dan kebanyakan obat via
pembuluh darah (Sistemik)

Sekresi faktor intrinsik Dibutuhkan untuk absorbsi


vitamin B12 ( digunakan untuk
formasi pembentukan sel darah
atau erythropoiesis)
Sel Parietal
Sekresi asam hydrochloric Mematikan mikroba pada
makanan, denaturasi protein,
konversi pepsinogen menjadi
pepsin

Sekresi pepsinogen Pepsin (bentuk aktif) memecah


protein menjadi peptida
Sel Chief
Sekresi gastric lipase Mengubah trigliserida menjadi
asam lemak dan monogliserida

Sekresi gastrin Stimulasi sel parietal untuk


sekresi HCL dan Sel Chief untuk
sekresi pepsinogen
Sel G
Kontraksi LES
Meningkatkan motilitas gaster

27 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
pencernaan)

Migrating Motility Complex (MMC) Peristaltik (untuk memindahkan kimus pada sphinter
ileocaecal)

Aktivitas Digestif pada Intestinum Crassum


Struktur Aktivitas Fungsi/Hasil

Aktivitas bakterial Memecah karbohidrat yang belum


tercerna diawal, protein, dan asam
amino yang akan dibuang
Lumen
bersama feses atau di absorbsi dan
didetoksifikasi oleh hepar,
Sintesis Vit B & Vit K

Sekresi Mukus Lubrikasi kolon, dan proteksi


mukosa
Mukosa
Absrobsi Absorbsi air, dan keseimbangan
nutrisi & elektrolit

Haustral churning Memindahkan dari haustrum


dengan kontraksi muscularis

Peristaltik Pemindahan bahan dari kolon


dengan kontraksi otot longitudinal
Muscularis dan sirkular

Massa peristaltic Pemindahan dari kolon sigmoid


ke rectum

Refleks defekasi Eliminasi feses dari kontraksi


kolon sigmoid dan rectum

29 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
dengan garam
empedu

NUKLEASE

Ribonuclease Sel acinar pankreas RNA Nukleotida

Deoxyribonuclease Sel acinar pankreas DNA Nukleotida

ENZIM BRUSH-BORDER PADA MIKROVILI MEMBRAN PLASMA

α-Dextrinase Intestinum tenue α-Dextrin Glukosa


Maltase Intestinum tenue Maltosa Glukosa

Sukrase Intestinum tenue Sukrosa Glukosa dan fruktosa


Laktase Intestinum tenue Laktosa Glukosa dan galaktosa
Enterokinase Intestinum tenue Tripsinogen Tripsin

PEPTIDA

Aminopeptidase Intestinum tenue Asam amino Asam amino dan peptide


Dipeptidase Intestinum tenue Dipeptida Asam amino
Nucleosidase dan Intestinum tenue Nukleotida Basa nitrogen, pentosa, dan fosfat
phosphatase

Fase-fase pada proses Digesti


1. Fase sefalik : tahap digesti, penciuman aroma, atau rasa dari makanan akan mengaktivasi pusat
pengaturan pada korteks serebral, hipotalamus dan batak otak. Selanjutnya mengaktivasi N.VII(
facialis) & IX (glossopharingeus) (stimulasi glandula saliva untuk produksi saliva ) N. X (Vagus)
(untuk stimulasi glandula gaster menghasilkan enzim pada gaster)

2. Fase gastric : Makanan memasuki gaster terjadi regulasi neural dimana peningkatan pH gaster
membantu regang dari dinding gaster sehingga kemoreseptor dan reseptor regang pada gaster
mendeteksi peningkatan pH, aferennya menuju pusat pengaturan oleh plexus submukosa dan
eferennya pengiriman impuls secara parasimpatis sehingga hasilnya sel parietal sekresi HCL dan
Otot Polos dari dinding gaster kontraksi untuk pencampuran bolus dengan enzim untuk menjadi
kimus sehingga terjadi pengosongan lambung

*Regulasi hormonal dibantu oleh gastrin yang diproduksi oleh sel G fungsinya untuk stimulasi
asam lambung dan meningkatkan motilitas gaster. Sehingga terjadi konstraksi sphincter esophageal
dan relaksasi sphincter pyloric (peningkatan pengosongan lambung)
3. Fase intestinal : Makanan memasuki intestinum tenue. Terjadi regulasi neural dimana sejak
masuknya kimus akan membuat reflex enterogastric. Reseptor regang pada dinding duodenum
mengirim impuls ke medulla oblongata untuk stimulasi simpatis dan inhibisi parasimpatis. Terjadi
penurunan motilitas lambung dan peningkatan kontaksi sphincter pylorus sehingga terjadi
penurunan pengosongan lambung.

31 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
*Untuk regulasi hormonal dibantu CCK dihasilkan oleh sel CCK pada kripta Lieberkuhn (fungsi
sebagai stimulasi peningkatan asam lambung dan inhibisi pengosongan lambung) dan sekretin oleh
sel S pada kripta Lieberkuhn (fungsi inhibisi asam lambung akibat produksi bikarbonat untuk
keseimbangan asam-basa)

Destruksi RBC terhadap Bilirubin Indirek & Bilirubin Direk

Prehepatik

Intrahepatik

Posthepatik

32 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
Saliva & Pencernaan
a. Tujuan
1. Untuk mengetahui pH dan viskositas saliva
2. Untuk menguji adanya protein dalam saliva
3. Untuk menentukan adanya karbohidrat dalam saliva
4. Untuk mengetahui adanya aktivitas enzim α amylase
5. Untuk menguji adanya kaitan aktivitas enzim α amylase dengan hidrolisis karbohidrat
6. Untuk menentukan adanya kalsium dalam saliva

b. Metode dan Hasil Percobaan


Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
1. Indikator Ph 1. Saliva 10. Aquades
2. Tabung reaksi 2. Larutan asam asetat 11. Paraffin bersih
3. Gelas beaker 3. Larutan kalium 12. Tissue
4. Plat tetes oksalat 13. Kertas lakmus
5. Rak tabung 4. Larutan iodine
6. Pemanas listrik 5. Larutan benedict
7. Pembakar bunsen 6. Larutan amilum 1%
8. Stopwatch 7. Air mendidih
9. Penjepit tabung 8. HCl 1N
10. Label 9. NaOH 1N

Prosedur
VISKOSITAS DAN PH
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Membersihkan mulut
3. Mengunyah paraffin
4. Menampung saliva di gelas beaker
5. Menentukan pH saliva dengan menggunakan kertas lakmus yang dicelupkan di saliva
6. Menentukan viskositasnya dengan menuangkan saliva dari gelas beaker ke tabung reaksi
7. Mencatat hasilnya

Hasil:
Viskositas = kental
Ph= 6,0-7,0

33 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PROTEIN
1. Memasukkan 5mL saliva ke dalam tabung reaksi
2. Menambahkan beberapa tetes asam asetat
3. Mengamati presipitat

Hasil:
Ada presipitat = protein +

KARBOHIDRAT
1. Memasukkan 2 mL saliva ke dalam tabung reaksi
2. Menambahkan 2 tetes HCl
3. Memanaskan larutan selama 10 menit
4. Menambahkan 2 tetes NaOH
5. Menambahkan 10mL reagen benedict dan panaskan beberapa menit
6. Mengamati dan mencatat hasilnya

Hasil = perubahan larutan dari biru ke hijau

ENZIM AMILASE
1. Memasukkan 25 mL larutan amilum 1% ke dalam tabung reaksi
2. Menambahkan 10 mL saliva dan diaduk 3 menit
3. Meneteskan sedikit larutan ke plat tetes
4. Meneteskan larutan iodine di plat tetes dengan interval 1 menit
5. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi
6. Mengambil 5mL larutan saliva ke dalam pipet bersih
7. Menambahkan 10mL larutan benedict
8. Mengamati dan mencatat hasilnya

Hasil = positif warna merah bata

AKTIVITAS ENZIM AMILASE DENGAN HIDROLISIS KARBOHIDRAT


1. Memasukkan 25 mL larutan amilum 1% ke dalam tabung reaksi
2. Memanaskan saliva selama 10 menit
3. Menambahkan 10 mL saliva dan diaduk 3 menit
4. Meneteskan sedikit larutan ke plat tetes
5. Meneteskan larutan iodine di plat tetes dengan interval 1 menit
6. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi
7. Mengambil 5mL larutan saliva ke dalam pipet bersih
8. Menambahkan 10mL larutan benedict
9. Mengamati dan mencatat hasilnya

34 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
KALSIUM
1. Memasukkan 5mL saliva ke dalam tabung reaksi
2. Menambahkan 3 tetes asam asetat
3. Menambahkan 3 tetes potassium oksalat
4. Mengamati dan mencatat hasilnya

Positif : putih keruh

35 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM REPRODUKSI

36 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
β-hCG
β-hCG adalah molekul glikoprotein yang memiliki kerja biologis mirip dengan luteinizing hormone
(LH), melalui reseptor LH-hCG pada membran plasma. β-hCG diproduksi di plasenta juga pada ginjal
fetus dan beberapa jaringan fetus dapat memproduksi molekul hCG subunit β atau unit lengkap. Hormon
ini juga diproduksi oleh tumor malignan. Adanya hCG dalam darah dan urine wanita usia reproduktif
hampir selalu mengindikasikan adanya trofoblast fetus pada kondisi kehamilan atau penyakit neoplastik. β-
hCG terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit pada glandula pituitari anterior pria dan wanita tidak hamil.

Sifat kimia & biosintesis


hCG terdiri dari dua subunit, α dan β. Bioaktivitas hanya terjadi bila kedua unit tergabung dan
terikat pada reseptor LH. hCG secara struktural identik dengan 3 hormon glikoprotein lain: LH,
FSH, dan TSH; namun susunan asam amino hCG subunit β sangat tidak mirip dengan LH, FSH,
dan TSH.
Kadar plasma subunit β bebas meningkat perlahan hingga minggu ke-36 gestasi dan mencapai
plateau hingga akhir kehamilan. GnRH plasenta, yang diproduksi dalam sitotrofoblas, bekerja
secara parakrin pada sinsitiotrofoblas untuk menstimulasi produksi hCG. Zat lainnya yang
dipercayai mempengaruhi sekresi hcG pada trofoblas: interleukin-6, epidermal growth factor,
cyclic-AMP.

Konsentrasi β-hCG dalam serum dan urine


Molekul hCG intak (utuh/lengkap) dapat dideteksi dalam plasma wanita hamil pada hari ke-7
sampai ke-9 setelah siklus LH yang mendahului ovulasi. hCG masuk ke darah ibu pada saat implantasi
blastokista. Kadanya dalam darah meningkat cepat, menjadi dua kali lipat tiap 2 hari. Kadar maksimal
dicapai pada sekitar minggu ke-8 sampai ke-10 masa gestasi. Antara hari ke 60-80 setelah haid terakhir
kadar puncaknya mencapai sekitar 100.000 mIU/mL.

37 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Fungsi biologis hCG
1. Mempertahankan fungsi corpus luteum (produksi progesteron)

Jangka waktu produksi progesteron saat menstruasi dapat diperpanjang selama 2 minggu dengan
pemberian hCG. Sekitar hari ke-8 ssetelah ovulasi atau 1 hari setelah implantasi, hCG mengambil
alih corpus luteum. Keberlangsungan fungsi corpus luteum sepenuhnya bergantung pada hCG.
Keberlangsungan kehamilan dependen pada progesteron corpus luteum hingga minggu ke-7
kehamilan. Sintesis progesteron luteum mulai menurun pada sekitar 6 minggu walaupun produksi
hCG terus terjadi dan meningkat kadarnya.

2. Stimulasi sekresi testosteron pada testis fetus

Sebelum hari ke-110, pituitari anterior fetus belum memproduksi LH. Pada waktu krisis diferensiasi
seksual fetus laki-laki, hCG masuk ke plasma fetus dari sinsitiotrofoblas bekerja sebagai pengganti
LH dan menstimulasi replikasi sel Leydig testis dan sintesis testosteron untuk mendukung
diferensiasi seksual pria.
3. Stimulasi aktivitas tiroid maternal

hCG memiliki aktivitas tiroid intrinsik dan merupakan zat tirotropik plasenta kedua. hCG dapat
berikatan dengan reseptor TSH pada sel tiroid. Reseptor LH-hCG juga diekspresikan pada tiroid.
Sehingga memungkinkan stimulasinya pada tiroid melalui reseptor tersebut.

4. Membantu sekresi relaksin oleh corpus luteum

5. Membantu vasodilatasi vaskular uterus dan relaksasi otot polos myometrium via reseptor LH-hCG

38 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Menstruasi
Siklus menstruasi merupakan stimulasi hormonal pertumbuhan jaringan endometrium secara
berkala. Siklus ini berlangsung selama 28 hari (kisaran: 21-35 hari) dan dibagi menjadi 3 fase: folikular,
ovulasi dan luteal

39 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Fase folikular Ovulasi Fase luteal
Durasi fase bervariasi Konsentrasi tinggi dari estrogen Durasi fase cukup konstan (12-16 hari,
Suhu basal tubuh rendah merangsang lebih sering biasanya 12 hari)
Perkembangan folikel pelepasan GnRH dari Suhu basal tubuh meningkat (>98°F
ovarium hipotalamus. Hal ini merangsang atau 36,6°C)
Peningkatan jumlah sel gonadotropin di hipofisis anterior Glandula endometrium lebih berliku
stroma dan glandula pada untuk mensekresikan LH . Edema pada stroma endometrium
endometrium ● GnRH mempromosikan Peningkatan sekresi progesteron oleh
Pertumbuhan vaskular pelepasan FSH dan LH tambahan ovarium
endometrium oleh hipofisis anterior
Sekresi estrogen dari ovarium ● LH menyebabkan pecahnya
folikel matur(Graafian) akibat
enzim kolagenase dan
pengeluaran oosit sekunder
sekitar 9 jam setelah puncak LH
tercapai.

Hormon yang berperan dalam siklus menstruasi

Hormon Tempat produksi Fungsi


GnRH Hipotalamus Stimulasi sekresi FSH dan LH pada pituitari anterior

Perkembangan lanjut folikel ovarium


FSH Pituitari anterior Sekresi estrogen & inhibin pada ovarium
Memulai perkembangan folikel ovarium
Perkembangan lanjut folikel ovarium
LH Pituitari anterior Sekresi estrogen & inhibin pada ovarium
Sekresi progesteron, estrogen, relaksin, dan inhibin oleh corpus luteum
Bekerja pada proses ovulasi
Mendukung perkembangan dan pemeliharaan struktur reproduksi wanita, ciri
Ovarium, corpus seksual feminin sekunder, dan payudara
Estrogen Meningkatkan anabolisme protein
luteum
Menurunkan kolesterol darah
Menghambat pelepadan GnRH, FSH, dan LH (dalam jumlah sedang)
Ovarium, corpus Bekerja dengan estrogen mempersiapkan endometrium untuk implantasi
Progesteron Mempersiapkan glandula mammae untuk mensekresi ASI
luteum
Menghambat pelepasan GnRH dan LH
Menghambat kontraksi otot polos uterus
Relaxin Corpus luteum Meningkatkan fleksibilitas symphysis pubis dan dilatasi cervix uterus saat
persalinan
Ovarium, corpus
Inhibin Menghambat pelepasan FSH, LH (inhibisi lemah)
luteum

40 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Embriologi minggu pertama

Istilah dalam periode prenatal


1. Zigot: sel yang dihasilkan dari fertilisasi ovum oleh sperma
2. Morula: pembelahan zigot mencapai 16 blastomer (sel saudara, yang bersifat totipoten atau
multipoten)
3. Blastokista (blastula): pembentukan rongga/cavity pada morula
4. Embryo: tahap perkembangan dari bilaminar embryonic disc hingga seluruh struktur utama
terbentuk (minggu ke 2-7)
5. Fetus: periode prenatal setelah periode embrionik (minggu ke-8 hingga lahir)
6. Konseptus: hasil konsepsi/fertilisasi meliputi seluruh struktur yang berkembang dari zigot hingga
jaringan embronik dan ekstra-embrionik.

41 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Fertilisasi

Hasil fertilisasi
Pengembalian jumlah kromosom menjadi diploid
Variasi spesies
Determinasi seks
Inisiasi pembelahan/cleavage

42 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Zigot mengalami pembelahan menjadi beberapa blastomer saat melewati tuba uterina. Sekitar 3 hari
setelah fetilisasi, zigot membelah menjadi 16 blastomer yang disebut morula, masuk ke uterus.

Sebuah rongga terbentuk dalam morula, disebut blastokista yang terdiri dari:
Inner mass cell (embryoblast), akan menjadi embryo
Rongga blastokista, akan mennjadi primitive yolk sac
Outer layer cell (trophoblast), akan membungkus inner mass cell dan rongga blastokista

Pada hari ke 4 atau 5 zona pellucida mengalami degradasi dan menghilang, dan pada hari ke-6 blastula
menempel pada epitel endometrium. Sel trofoblastik menginvasi epitel dan stroma endometrium (7).
Trofoblast secara perlahan terbagi menjadi dua lapisan: cytotrophoblast di bagian dalam, dan
syncytiotrophoblast di bagian luar (7-8).
Pada hari ke-7 endoderm embrionik mulai membentuk permukaan ventral pada inner mass cell,
menjadi lapisan germinal primer pertama. Serta blastokista mulai implantasi pada endometrium dan
menetap pada uterus.
Lanjutan: Minggu ke-2

a. Lacunae tampak pada syncytiotrophoblast (8-9)


b. Blastokista tertanam pada permukaan epitel endometrium (9-10)
c. Jaringan lacuna terbentuk (10-11)
d. Trofoblast menginvasi sinusoid endometrium, dan membentuk sirkulasi uteroplasenta (11-12)
e. Epitel endometrium terbentuk kembali di atas blastokista yang telah implantasi (12-13)
f. Reaksi decidua terjadi pada endometrium (13-14)

43 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Perkembangan Genitalia Interna

Tahap bipotensial janin berusia 5-6 minggu. Organ-organ reproduksi internal berpotensi untuk
berkembang menjadi struktur laki-laki atau perempuan.

Jika Perempuan Jika Laki-Laki

Gonad (Bagian korteks) membentuk Gonad (bagian korteks) beregresi


ovarium Gonad (medulla) membentuk testis
Gonad (medulla) mengalami regresi Duktus wolfii membentuk epididymis, vas
Duktus Wolfii (Ductus mesonephricus) deferens, dan vesicular seminalis akibat
mengalami regresi akibat tidak adanya adanya testosterone
testosterone
Duktus Mulleri (Ductus Paramesonephricus) Duktus Mulleri (Ductus paramesonephricus)
menjadi tuba fallopi, uterus, serviks, dan ½ bagian beregresi
atas vagina Note : Hal ini disebabkan oleh AMH
Note: Hal ini disebabkan tidak adanya AMH (Anti-
Mulleri Hormone)
Usia janin 10 minggu : Usia janin 10 minggu :
1. Dengan tidak adanya protein SRY dan 1. Protein SRY pada embrio laki-laki membuat
dibawah pengaruh gen spesifik wanita, medulla gonad bipotensial berkembang
korteks gonad telah menjadi ovarium menjadi testis
2. Tidak adanya testosterone menyebabkan 2. AMH dari testis menyebabkan duktus
duktus Wolfii mengalami regresi Mulleri beregresi
Pada saat mendekati lahir : Pada saat mendekati lahir :
Ketiadaan hormone anti Mullerian memungkinkan Testosteron dari testis mengkonversi duktus Wolfii
duktus mulleri menjadi tuba fallopi, uterus dan menjadi vesikula seminalis, vas deferens, dan
bagian atas vagina. epididymis.
Note : DHT mengendalikan perkembangan prostat

44 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Perkembangan Genitalia externa

45 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
I. TES STRIP
A. Tujuan
Sebagai uji diagnostik dugaan kehamilan, untuk menentukan apakah seorang wanita hamil atau
tidak
B. Alat dan Bahan
1. Pregnancy test strip: strip dilapisi oleh anti-hCG kelinci dan konjugat koloid emas berwarna dan
anti-hCG tikus monoklonal yang dikeringkan pada pad/membran bantalan.
2. Sampel urine (wanita hamil & wanita tidak hamil)

C. Prinsip
Tes strip hCG adalah immunnoassay two-site sandwich untuk menentukan hCg dalam urine secara
kualitatif. Membran sebelumnya telah dilapisi dengan anti-hCG kelinci pada daerah pita uji. Selama
pengujian, urine pasien dibiarkan bereaksi dengan konjugat koloid emas berwarna dan anti-hCG
monoklonal yang dikeringkan pada strip uji. Campuran ini kemudian bergerak naik pada membran
melalui kapilaritas.
D. Prosedur
1. Keluarkan test strip dari wadah kering. Beri label identifikasi pasien atau kontrol pada strip.
2. Celupkan strip ke dalam urine dengan ujung panah mengarah ke urine. Jangan celupkan
melewati garis MAX (maksimum). Strip dapat dibiarkan dalam urine atau dikeluarkan seelah
minimal 3 detik dan letakkan strip pada permukaan yang bersih, kering, dan tidak menyerap
(misalnya, mulut wadah urnie)
3. Tunggu hingga pita warna muncul. Bergantung pada kadar hCG dalam spesimen, hasil positif
dapat diamati paling singkat 40-90 detik. Namun, untuk mengonfirmasi hasil negatif, waktu
reaksi lengkap harus dipenuhi (5 menit). Jangan interpretasikan hasil setelah 10 menit.

E. Hasil
1. Negatif: hanya satu pita warna yang muncul pada bagian kontrol. Tidak tampak pita warna pada
bagian uji.
2. Positif: pita warna jelas tampak pada daerah kontrol dan uji. Instensitas warna dapat bervariasi.
3. Invalid: tidak tampak pita warna sama sekali atau tidak tampak pita warna pada daerah kontrol;
ulangi pengujian.

46 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
II. TES GALLI MAININI
A. Tujuan
Untuk menentukan apakah seorang wanita hamil atau tidak
B. Alat dan Bahan
1. Katak (Buffo vulgaris) jantan
2. Gelas beker
3. Mikroskop
4. Kaca preparat
5. Sampel urine wanita hamil
6. Syringe
7. Kapas
8. Stopwatch

C. Prosedur
1. Mengambil katak dengan tenang agaar katak tidak stress
2. Memberi stimulasi pada kloaka katak dengan kapas
3. Menarik kulit punggung katak. Kemudian injeksikan 3 mL urine wanita hamil secara subkutan
dengan syringe

4. Pindahkan katak ke dalam gelas beker dan tunggu selama 10 menit. Tempatkan wadah berisi
katak pada ruang yang gelap dan sunyi
5. Mengambil sperma katak yang keluar
6. Meletakkan sperma katak pada kaca preparat dan amati di bawah mikroskop

D. Hasil
Positif : Jika tampak pada mikroskop gambaran sperma
Negatif : Jika tidak tampak pada mikroskop gambaran sperma

47 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM KARDIOVASKULAR

48 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Fisiologi Kardiovaskular
Anatomi Jantung

49 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Sirkulasi darah
Sistem sirkulasi darah terbagi atas 3 yaitu :
1. Sirkulasi Sitemik
2. Sirkulasi Pulmonal
3. Sirkulasi Coroner

Sirkulasi Sistemik dan pulmonal


Dari aorta, darah terbagi menjadi aliran yang terpisah, memasuki arteri sistemik (arteriola) yang membawa
oksigen ke semua organ di seluruh tubuh. Dari arteriol darah yang kaya oksigen akan terjadi pertukaran
nutrisi dan gas pada kapiler darah. Darah membongkar O2 (oksigen) dan mengambil CO2 (karbon
dioksida). Darah mengalir melalui satu kapiler kemudian memasuki venula sistemik. Venula membawa
darah terdeoksigenasi (Miskin oksigen) dari jaringan dan bergabung untuk membentuk vena sistemik yang
lebih besar.

*Darah terdeoksigenasi yang berasal dari vena cava superior et inferior dan sinus coronaries mengalir ke
atrium dexter.Valva tricuspidalis terbuka akibat kontraksi dari atrium sehingga darah akan menuju ke
ventrikel dexter. Terjadinya kontraksi ventrikel Valva tricuspidalis menutup, Valva Trunci Pulmonalis
Terbuka Darah akan mengalir pada valva trunci pulmonalis menuju ke A. Pulmonalis dexter et sinister
(Darah CO2) menuju ke paru-paru untuk pertukaran CO2 dengan O2

*Darah oksigenasi dari pulmo melalu V. Pulmonalis dexter et sinister menuju atrium sinister
valve bikuspidalis terbuka (kontraksi atrium) darah mengalir menuju ke ventrikel sinister penutupan
valve bicuspid dan terbukanya valve aortica (kontraksi ventrikel) darah kaya oksigen menuju aorta melalui
valve aortica untuk menuju ke arteriola dan kapiler (seluruh tubuh)

50 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Sirkulasi koroner
Nutrisi tidak dapat berdifusi cukup cepat dari darah di bilik jantung untuk memasok semua lapisan sel yang
membentuk dinding otot jantung. Untuk itu, miokardium memiliki sirkulasi tersendiri yaitu sirkulasi
koroner. Sementara jantung berkontraksi, darah mengalir di arteri coroner. Adanya tekanan tinggi darah di
aorta mendorong darah melalui arteri koroner, menuju kapiler, dan kemudian ke pembuluh darah koroner

Arteri koroner
Dua arteri koroner, dexter et sinister merupakan cabang dari aorta ascendens pasokan darah
mengandung oksigen ke miokardium

*Arteri coronaria sinistra melewati auricula cordis sinistra dan membagi ke dalam R. interventrikular
anterior
dan R. sirkumfleksa. R. Anterior interventricular atau left anterior descending (LAD) artery dalam sulkus
interventrikular anterior memberi pasokan darah beroksigen ke dinding ventrikel. R. sirkumfleksa terletak
pada sulkus koroner dan mendistribusikan darah beroksigen ke dinding ventrikel sinsitra dan atrium
sinistra.

*Arteri coronaria dexter memasok darah pada cabang arteri menuju ke atrium kanan. Hal ini berlanjut ke
aurikula cordis dexter dan akhirnya membagi ke dalam R. interventrikular posterior dan R. marginal.

51 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Cardiac cycle
Tahapan dalam siklus jantung :
Sistol atrium
Dimulainya kontraksi atrium (tekanan pada atrium > tekanan pada ventrikel) Valva atrioventrikular
dexter et sinister terbuka
Atrium mengejeksikan darah ke ventrikel
Dimulainya pengisian di ventrikel
Akhir sistol atrium
Terjadinya end diastolic volume (ventrikel mencapai volume maksimum) Katup atrioventrikular dexter
et sinister akan tertutup
Sistol ventrikel
Terjadi peningkatan tekanan di ventrikel (tekanan pada ventrikel > tekanan pada atrium) sehingga terjadinya
kontraksi isovolumetrik (penutupan katup atrioventrikular dexter et sinister dan pembukaan katup semilunar)
Ejeksi ventrikel
Terbukanya katup semilunaris darah akan mengalir menuju valve trunci pulmonalis dan valve aorticus
(Stroke Volume = 60 % EDV)
Tekanan ventrikel turun
Akan terjadinya relaksasi isovolumetrik. Ventrikel mengalami end systolic volume yang dimana sekitar 40
% dari end diastolic volume
Diastol ventrikel
Terjadinya relaksasi isovolumetrik (penutupan katup semilunar dan valve av)
Tekanan atrium tinggi dari tekanan ventrikular
Valva atroventrikular terbuka dan terjadi pengisian pasif pada atrium dan ventrikel dan terjadinya akhir dari
sklus jantung

52 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Cardiac Output
Cardiac Output adalah volume darah yang dipompa oleh ventrikel per menit. Rumus dari Cardiac
Output yaitu hasil kali dari isi sekuncup jantung (Stroke Volume) dan frekuensi jantung (Heart Rate).

CURAH JANTUNG

Frekuensi denyut Volume Sekuncup


jantung

Ditentukan oleh Ditentukan oleh

Kecepatan depolarisasi Kuat kontraksi di miokardium


sel autoritmik ventrikel, Preload , dan afterload

Dipengaruhi
oleh Menurun akibat Meningkat akibat
persarafan persarafan
parasimpatis simpatis dan
epinefrin Kontraktilitas End Diastolic
Volume

Konstriksi Arus balik vena


Vena

Dibantu pompa
otot rangka dan
respirasi

53 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Bunyi Jantung

Bunyi jantung pertama (S1)

bunyi “lub” yang dikaitkan dengan penutupan


katup atrioventrikel (A - V) pada permulaan sistol.
Berhubungan dengan upstroke karotis, terdengar
jelas di apex cordis dan mendahului sistol

Bunyi jantung kedua (S2)

bunyi “dub” yang dikaitkan dengan penutupan


katup semilunaris (aorta dan pulmonalis) pada
akhir sistol. Terdengar jelas di basis cordis;
mendahului distole

Bunyi jantung ketiga

Bunyi lemah permulaan masa diastolic, terdengar


jelas di apex cordis

*Menunjukkan gangguan fungsi ventrikel pada


orang dewasa

Bunyi jantung keempat

Bunyi lemah terdengar pada diastolic lanjut


(presistol), terdengar jelas diapex.

*Menunjukkan distensi ventrikel oleh kontraksi


atrium

Pusat Pengaturan Kardiovaskular

54 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding pembuluh arteri ketika jantung memompa
darah ke seluruh tubuh. Pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer dan hasilnya dinyatakan
dalam mmHg.
sistolik → tekanan tertinggi di aorta dan arteri ketika kontraksi ventrikel kiri. Bunyi sistolik (korotkoff 1)
terjadi karena tekanan turbulensi arteri yang sebelumnya tidak teraliri darah mulai mengalirkan darah
kembali.
diastolik → tekanan terendah di aorta dan arteri ketika relaksasi ventrikel kiri. Bunyi diastolik (korotkoff V)
terjadi karena arteri tidak lagi mendapatkan tekanan (tekanan manset telah turun dibawah tekanan pembuluh
darah sehingga tidak ada tahanan lagi → bunyi denyut menghilang).

Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 8

Target Tekanan darah menurut JNC 8

55 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Hormon Pengatur Tekanan Darah :
Renin Angiotensin Aldosterone System

Epinefrin dan norepinefrin : Hormon yang dihasilkan oleh medulla adrenal yang berkerja pada
system
simpatis dan parasimpatis
Antidiuretic hormone (ADH) : Diproduksi di hipotalamus dan pengeluaran dari hipofisis posterior
yang
berfungsi dalam dehidrasi atau penurunan volum darah. Mekanisme
aksinya berupa vasokonstriksi pembuluh darah. Biasa disebut
dengan
vasopressin
Atrial Natriuretic peptide : Disekresikan pada sel miokardium atrium yang mekanisme aksinya
dalam vasodilatasi pembuluh darah (penurunan BP)

56 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Regulasi Sistem Saraf dalam Pengaturan Tekanan Darah
Regulasi system saraf dalam pengaturan tekanan darah melalui umpan balik negative terbagi atas 2
tipe refleks yaitu :
Refleks baroreseptor
Refleks kemoreseptor

Refleks baroreseptor
Refleks baroreseptor adalah mekanisme jangka pendek untuk mengatur tekanan darah. Refleks ini akan
terpicu jika terjadi perubahan pada tekanan arteri rerata. Baroreseptor terdapat di sinus karotikus dan arcus aorta.

Vasokonstri Medulla Adrenal :


Norepinefrin ↑,
ksi Epinefrin ↓

Medulla Adrenal:
Norepinefrin ↓,
epinefrin ↑

57 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Refleks Kemoreseptor
Kemoreseptor merupakan reseptor sensorik yang memantau komposisi kimia darah, yang terletak
dekat dengan baroreseptor dari sinus karotis dan arcus aorta dalam struktur kecil yang disebut corpus
carotis dan aorta.

Kemoreseptor ini mendeteksi perubahan kimia dalam darah berupa O2 , CO2 , dan H+ .
Pada kondisi hipoksia (penurunan O2), asidosis (peningkatan konsentrasi H+), atau hiperkapnia
(kelebihan CO2) membuat terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga merangsang
kemoreseptor untuk mengirim impuls ke pusat kardiovaskular pusat cardiovaskular
meningkatkan stimulasi simpatis ke arteriol dan vena terjadi vasokonstriksi dan peningkatan
tekanan darah.
Kemoreseptor ini juga memberikan masukan ke pusat pernapasan di batang otak untuk
menyesuaikan laju pernapasan.

Bahan Kimia yang memperantarai Vasokonstriksi dan vasodilatasi


Bahan Kimia Efek fisiologis Sumber Jenis
Vasokonstriksi
Norepinefrin (Reseptor α) Refleks baroreseptor Medula adrenal, Neuron Neurotransmitter
simpatis
Serotonin Agregasi trombosit, Neuron, tract. digestif, Parakrin, Neurotransmitter
kontraksi otot polos trombosit
Endotelin Kontrol local aliran darah Endotel vascular Parakrin
Vasopresin Meningkatkan tekanan darah Hipofisis posterior Neurohormon
pada perdarahan
Angiotensin II Meningkatkan tekan darah Hormon plasma Hormon
Vasodilatasi
Epinefrin (Reseptor β2) Meningkatkan aliran darah Medula adrenal Neurohormon
ke otot rangka, jantung, hati
Asetilkolin Refleks ereksi Neuron parasimpatis Neurotransmitter
Nitrat Oksida(NO) Pengaturan local aliran Endotel Parakrin
darah
Bradikinin Meningkatkan aliran darah Berbagai jaringan Parakrin
Adenosin Meningkatkan aliran darah Sel hipoksik Parakrin
untuk menyesuaikan
metabolism
+
Peningkatan ion CO2, H , Meningkatkan aliran darah Metabolisme sel Parakrin
K+ dan penurunan O2 untuk menyesuaikan
metabolism
Histamin Meningkatkan aliran darah Sel mast Parakrin
Peptida natriuretic Menurunkan tekanan darah Miokardium atrium, otak Hormon,neurotransmitter
Peptida intestine Sekresi pencernaan, relaks Neuron Neurotransmitter,
vasoaktif otot polos neurohormon

58 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM

I. UJI FITNESS (HARVARD STEP-UP TEST)


Tujuan
Tujuan dari tes ini adalah untuk memantau kemampuan sistem kardiovaskular pada subjek.

Alat dan Bahan


1. Bangku standar gym (Harvard Step) dengan tinggi 40 cm
2. Stopwatch
3. Metronom

Prosedur
Tes Langkah Harvard dilakukan sebagai berikut:
1. Subjek duduk selama 5 menit, menghitung detak jantung
2. Subjek melangkah keatas dan kebawah pada bangku harvard dengan kecepatan 30
langkah per menit selama 5 menit atau sampai kelelahan
3. Meminta seseorang untuk membantu subjek menjaga kecepatan yang diperlukan
4. Kelelahan didefinisikan ketika subjek tidak dapat mempertahankan laju loncatan
selama 15 detik

5. Subjek segera duduk setelah menyelesaikan tes selama satu menit dan mengukur detak
jantung selama 30 detik (P)
6. Hitung estimasi tingkat kebugaran

59 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Analisis
Untuk estimasi tingkat kebugaran Anda:

100 x durasi tes dalam detik


Skor kebugaran = --------------------------------------------
5,5 x P

INTERPRETASI SKOR :
≥90 : Sangat baik
80-89 : Baik
65-79 : Cukup baik
55-64 : rata-rata
<54 : Buruk

II. Tes Lari 12 menit dan Lari 2,4 Km


Tujuan

Tes ini pada dasarnya untuk mengukur kapasitas aerobic. Tes ini adalah suatu cara yang sangat
baik untuk menentukan fitmess seseorang (General firness) dan kemampuan fisiknya.

Alat dan Bahan

1. Lintasan lari (rata/tidak berbukit-bukit), terukur


2. Stopwatch
3. Nomor star atau balok kayu atau bendera
4. Peluit
5. Naracoba
6. Konsumsi

Prosedur

A. Tes Lari 12 menit


1. Naracoba berdiri di tempat star, diberi balok kayu/bendera
2. Penguji memberikan aba-aba start bersamaan dengan menghidupkan stopwatch
3. Segera setelah terdengar aba-aba start, naracoba mulai berlari sambil membawa
balok kayu/bendera
4. Naracoba harus berlari sejauh mungkin selama 12 menit, apabila merasa tidak kuat
berlari, boleh berjalan, asalkan tidak meniggalkan lintasan lari
5. Pada saat tepat waktu berlangsung 12 menit, tester menyembunyikan peluit tanda tes
berakhir
6. Pada saat dibunyikan peluit tanda tes berakhir, naracoba meletakkan balok/bendera
kecil yang dibawanya
7. Penguji menentukan/mengukur jarak yang ditempuh oleh naracoba

60 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
8. Tester menentukan tingkat kebugaran jasmani naracoba dengan mencocokkan hasil
tes dengan table cooper

B. Tes lari 2,4 km


1. Naracoba berdiri di tempat start
2. Penguji memberikan aba-aba start bersamaan dengan menghidupkan stopwatch
3. Segera setelah terdengar aba-aba start, naracoba mulai berlari
4. Naracoba harus menempuh jarak 2,4 Km, apabila merasa tidak kuat berlari, boleh berjalan,
asalkan tidak meniggalkan lintasan lari
5. Pada saat naracoba mencapai jarak 2,4 km, penguji menghentikan stop watch/ menentukan
waktu yang dipergunakan oleh naracoba untuk menyelesaikan jarak 2,4 km tersebut
6. Penguji menentukan tingkat kebugaran jasmani naracoba dengan mencocokkan hasil tes dengan
table cooper

61 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Analisis

>3,0

Tabel 2. Kategori Kebugaran Kardiorespi berdasarkan tes lari 2,4 Km

62 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Blood Pressure
*REFLEKS BARORESEPTOR Refleks baroreseptor adalah mekanisme jangka pendek untuk mengatur
tekanan darah. Refleks ini akan terpicu jika terjadi perubahan pada tekanan arteri rerata. Baroreseptor
terdapat di sinus karotikus dan arcus aorta. a) jika tekanan darah ↑→ baroreseptor meningkatkan frekuensi
lepas muatan di neuron-neuron aferennya → pusat kardiovaskular yang sudah menerima informasi bahwa
tekanan darah terlalu tinggi berespon mengurangi aktivitas simpatis dan meningkatkan aktivitas
parasimpatis → kecepatan jantung ↓, isi sekuncup ↓ , dan vasodilatasi arteriol dan vena → penurunan curah
jantung dan resistensi perifer total→ tekanan darah kembali normal. b) jika tekanan arteri rerata ↓ →
aktivitas baroreseptor menurun → pusat kardiovaskular meningkatkan aktivitas simpatis sekaligus
menurunkan impuls parasimpatis → peningkatan kecepatan jantung & isi sekuncup, serta vasokonstriksi
arteriol dan vena → curah jantung dan resistensi perifer total ↑ → tekanan darah naik ke arah normal **

PRAKTIKUM
Blood Pressure
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh faktor perubahan posisi terhadap pengukuran tekanan darah.

Metode dan Hasil Percobaan

Alat dan Bahan :


- sphygmomanometer
- stetoskop

- stopwatch

Prosedur :
A. Pada Saat Berbaring
1. meminta probandus berbaring diatas meja, kemudian mengukur tekanan darah
2. mengukur tekanan darah sebanyak tiga kali setiap 5 menit
3. mecatat hasilnya

Catatan : Pada saat bebaring, gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran
darah horizontal sehingga tidak perlu melawan gravitasi dan jantung tidak terlalu memompa sehingga hasil
pengukuran tekanan darah tidak tinggi

63 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
B. Pada Saat Duduk
1. meminta probandus duduk diatas kursi dengan tangan yang menggantung, kemudian mengukur tekanan
darah.
2. mengukur tekanan darah sebanyak tiga kali setiap 5 menit 3. mencatat hasilnya

Catatan : pada saat duduk, darah mulai mengalir ke ekstremitas bawah sehingga pada saat darah kembali
ke jantung membutuhkan peningkatan tekanan arteri karena harus melawan gravitasi. Jadi, tekanan darah
saat duduk sedikit lebih tinggi daripada saat berbaring .

C. Pada Saat Berdiri


1. meminta probandus berdiri , kemudian mengukur tekanan darah
2. mengukur tekanan darah sebanyak tiga kali setiap 5 menit 3. mencatat hasilnya

Catatan : Pada saat berdiri terjadi perlawanan gravitasi sehingga tekanan darah saat berdiri lebih tinggi
daripada saat berbaring dan duduk

D. Pada Saat Berbaring dan Tiba-Tiba Berdiri


1. meminta probandus berbaring diatas meja

2. mengukur tekanan darah dan mencatat hasilnya


3. setelah itu meminta probandus untuk segera berdiri dan langsung diukur tekanan darahnya
4. mencatat hasilnya

64 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
COLD PRESSURE TEST

Tujuan:
1. Untuk mengetahui dan menunjukkan adanya pengaruh stimulus suhu dingin terhadap tekanan
2. Untuk menentukan kemungkinan terjadinya hipertensi pada seseorang

Alat dan Bahan:


1. Sphymomanometer
2. Stetoskop
3. Baskom
4. Air
5. Es batu

Prosedur:
1. Menyediakan di dalam wadah air es dengan suhu 50c
2. Mengukur tekanan darah
3. Merendam tangan probandus di dalam air es sampai di atas pergelangan tangan
4. Setelah 15-20 detik, mengukur tekanan darah tiap 20 detik selama 2 menit
5. Mencatat hasil

65 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
EKG

DEFINISI
Elektrocardiogram : Hasil rekaman dari electrocardiography
Elektrocardiography : alat dan metode yang dipakai untuk mengukur potensial listrik otot jantung

SISTEM KONDUKSI JANTUNG


Impuls dicetuskan dari nodus sinoatrial (SA node) yg terletak di crista terminalis atrium dexter
(laju 60-100x/menit)→kontraksi atrium ↓ Impuls diteruskan ke nodus Atrioventricular (AV node) yg
terletak diantara sinus koronarius dan cuspis septalis valva tricuspidalis (laju 40- 60 x/menit ↓ Berlanjut ke
berkas HIS yg terletak di septum Interventricular. Berkas ini terbagi 2 yaitu crus detrum dan sinistrum ↓
Selanjutnya impuls dihantarkan ke ventrikel jantung oleh serabut purkinje (laju 20-40 x/menit)→
kontraksi ventrikel

Keterangan
-Gelombang P : depolarisasi atrium , defleksi positif (naik) di lead II dan negatif (turun) di aVR. Nilai
normal : tinggi <3mm (2,5 mm) dan lebar <3mm (0,06- 0,11 detik)
- kompleks QRS : depolarisasi ventrikel
- Interval PR : waktu dari mulai depolarisasi atrium sampai awal depolarisasi ventrikel. PR interval
normal 0,12 – 0,20 detik (3-5 mm atau kotak kecil)
- Segmen ST : waktu akhir depolarisasi ventrikel sampai awal repolarisasi ventrikel Normal : isoelektris
(berkisar -0,5 mm sampai +2mm)

-Gelombang T : repolarisasi ventrikel Normalnya : < 10 mm di sadapan dada < 5 mm di sadapan


ekstremitas Min. 1 mm

66 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
Tujuan: untuk memahami cara pemasangan alat EKG dan dapat melakukan interpretasi hasil EKG

Metode Percobaan Alat dan Bahan :


- Alat EKG lengkap
-Gel ( konduktor yg menghantar arus listrik dai permukaan tubuh ke elektroda)

-Kapas & alkohol

Prosedur :
1. menjelaskan kepada probandus mengenai tindakan yang akan dilakukan (inform consent)

2. meminta probandus untuk tidur terlentang


3. Membuka dan melonggarkan pakaian probandus serta meminta probandus melepaskan jam tangan,
kalung, dan logam lainnya.

4. Membersihkan daerah dada , kedua pergelangan tangan, dan kedua tungkai kaki dilokasi pemasangan
manset elektroda menggunakan kapas alkohol
5. Mengoleskan jelly EKG pada permukaan elektroda

6. Memasang manset elektroda yang benar pada kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai
-lengan kanan : warna merah
-lengan kiri : warna kuning

-kaki kiri : warna hijau


-kaki kanan : warna hitam
7. memasang elektroda dada untuk perekaman precordial lead

* CI : garis parasternal kanan , SIC IV


* C2 : garis parasternal kiri , SIC IV
* C3 : titik tengah antara C2 dan C4
* C4 : garis mid-clavicula kiri, SIC 5
* C5 : garis aksila anterior , sejajar dengan C4
* C6 : garis aksila tengah , sejajar dengan C4 dan C5

8. Membuat rekaman secara berurutan sesuai dengan pilihan lead yang terdapat pada mesin EKG (mode
manual) atau menggunakan mode automatic

9. Memberikan identitas probandus pada hasil rekaman EKG : nama , umur, tanggal, jam rekaman, dan
nama pembuat rekaman EKG
10. Membersihkan gel dari tubuh probandus

11. Menginterpretasi hasil dari perekaman EKG

67 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Catatan:
Kecepatan gerak kertas 25 mm/detik
Lead l : merekam potensial listrik antara tangan kiri (exploring electroda) dan tangan kanan (indifferent
electrode)
Lead ll : merekam potensial listrik antara kaki kiri (exploring electrode) dan tangan kanan (indifferent
electrode)

Lead lll : merekam beda potensial listrik antar kaki kiri (exploring electrode) dan tangan kiri (indifferent
electrode)
Lead aVR : merekam potensial listrik antara tangan kanan (exploring electrode) dan tangan kiri bersama
kaki kiri (indifferent electrode) Lead aVL : merekam beda potensial listrik antara tangan kiri (exploring
electrode) dan tangan kanan bersama kaki kiri (indifferent electrode)
Lead aVF : merekam beda potensial listrik antara kaki kiri (exploring electrode) dan tangan kanan bersama
tangan kiri (indifferent electrode)

68 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Tata Urutan Interpretasi Hasil EKG :
1. Irama Irama jantung yang normal adalah irama sinus, yaitu suatu pola penjalaran impuls listrik yang
teratur dan berasal dari nodus SA Syarat-syarat suatu EKG dikatakan berirama sinus adalah:
1) Setiap 1 gelombang P diikuti 1 kompleks QRS
2) Interval PR 0,12-0,20 detik (3-5 mm)

3) P di lead II positif, P di lead aVR negatif


4) FDJ antara 60-100x/menit, reguler

2. Kecepatan Denyut Jantung Hitung jarak (berapa kotak) dari R pertama dan kedua. 300/jumlah
kotak besar atau 1500/jumlah kotak kecil.
-FDJ normal : 60 – 100 x/menit
-Takikardi : > 100 x / menit

- Bradikardi : < 60 x / menit


- Takikardi abnormal : 140 – 250 x / menit
- Flutter : 250 – 350 x / menit

- Fibrilasi : > 350 x / menit


3. Aksis Jantung Aksis normal adalah -300 sampai +900 ketika Lead l (+) dan aVF (+)

Gelombang P Gelombang P dari sinus normal tidak lebih lebar dari 0,11 detik dan tingginya tidak
melebihi 2,5 mm
6. Interval PR PR interval normal 0,12 – 0,20 detik (3-5 mm)
7. QRS kompleks Menilai konfigurasi (normal/tidak) dan durasi interval QRS ( normalnya 0,07-0,10
detik)
8. ST-segmen Menilai apakah ST segmen normal atau abnormal (elevasi atau depresi). Normal : isoelektris
(berkisar -0,5 mm sampai +2mm).

69 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
CONTOH HASIL INTERPRETASI REKAMAN EKG

Keterangan
* Irama : Sinus
* Heart rate : 75x/menit
* Axis : 300

* Gelombang P : normal
* Interval PR : 0,16
* QRS kompleks

Konfigurasi : Normal
Durasi : 0,06
*ST segmen : normal

70 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Darah
Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume rerata 5 liter pada wanita
dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari 45% komponen sel dan 55% plasma .komponen darah terdiri dari
eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keping darah), Plasma terdiri dari 90%
air dan 10% protein plasma (albumin & globulin) , elektrolit, gas terlarut, nutrien , vitamin, dan hasil
metabolisme.

71 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
HEMATOPOIESIS

** ERITROSIT Konsentrasi eritrosit (sel darah merah) normal dalam darah sekitar 3,9-5,5 juta/μl pada
wanita dan 4,1-6 juta/μl pada pria. Usia hidup eritrosit yaitu 120 hari.
** LEUKOSIT Jumlah leukosit dalam darah bervariasi sesuai umur,jenis kelamin, dan keadaan fisiologis.
Pada orang dewasa normal terdapat sekitar 6.000-11.000/μl darah.

** TROMBOSIT Trombosit atau keping darah mempunyai peran dalam proses pembekuan darah .Jumlah
trombosit normal berkisar dari 150.000 – 450.000/mikroliter
HEMOGLOBIN Hemoglobin adalah pigmen darah yang berfungsi membawa oksigen untuk diedarkan ke
seluruh tubuh. Kadar normalnya pada pria yaitu 14-18 g/dl dan pada wanita 12-16 g/dl. **
HEMATOKRIT Hematokrit adalah persentase eritrosit dalam volume darah total. Kadar normal
hematokrit dalam darah pada pria adalah 42-52 % dan 37-47 % pada wanita. Hematokrit meningkat
pada keadaan dehidrasi, gagal jantung (hipoksia jaringan akan meningkatkan produksi eritrosit), dan pada
keadaan polisitemia sekunder (pada penduduk yang hidup di daerah pegunungan dengan kadar oksigen
yang sangat rendah), sedangkan kadar hematokrit akan menurun pada keadaan anemia.

72 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
** BLEEDING TIME Bleeding time (waktu perdarahan) adalah waktu yang diperlukan untuk darah
berhenti mengalir. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai fungsi trombosit. Waktu perdarahan normal
adalah 2-3 menit atau 1-9 menit, hasil ini berbeda-beda dari tiap laboratorium dan metode yang dilakukan
. Waktu perdarahan meningkat pada keadaan trombositopenia (kadar trombosit menurun). Ada 2 metode
yang dapat dipakai dalam tes ini yaitu metode duke dan metode Ivy. Kepekaan metode Ivy lebih baik
sehingga lebih banyak digunakan. Pada teknik duke, pengambilan darah dilakukan di cuping telinga atau
finger tip sedangkan teknik Ivy pada lengan bawah.
** CLOTTING TIME Clotting time (waktu pembekuan) adalah waktu yang diperlukan darah untuk
membeku (saat terbentuknya benang-benang fibrin). Pemeriksaan ini bertujuan menilai fungsi trombosit
dan faktor koagulasi darah. Normal waktu pembekuan adalah 5-10 menit atau 6-12 menit, dan tidak
melebihi 15 menit. Clotting time akan memanjang pada pasien hemofilia (gangguan faktor koagulasi VIII
dan IX) dan pada pasien yang menerima terapi antikoagulan (heparin).

** KASKADE KOAGULASI

73 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Faktor Pembekuan Darah

No Faktor Nama Sinonim


1 I Fibrinogen -
2 II Prothrombin -
3 III Tissue Factor Tissue Thromboplastin
4 IV Ion Kalsium -
5 V Proaccelerin Labile Factor
6 VI - -
7 VII Proconvertin Stable Factor
8 VIII Antihemophilic factor (AHF) Antihemophilic Globulin (AHG)
9 IX Plasma Thromboplastin Component Christmas Factor
(PTC)
10 X Stuart Factor Prower Factor
11 XI Plasma Thromboplastin Antecedent Antihemophilic Factor C
(PTA)
12 XII Hageman Factor Contact Factor
13 XIII Fibrin Stabilizing Factor (FSF) Fibrinase
Laki Lorand Factor
14 - High Molecular Weight Kininogen Fitzgerald Factor
(HMWK)
15 - Pre Kallikrein (PK) Fletcher Factor

74 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hmt) pada probandus
2. Untuk mengetahui lamanya waktu perdarahan dan pembekuan darah pada probandus
Metode dan Hasil Percobaan

A. Kadar Hemoglobin (Metode Sahli)


Alat dan Bahan : - Pengukur hemoglobin tipe sahli - Aquades - lancet - Darah tepi - pipet kapiler -
Etil Alkohol - HCL - kapas
Prosedur :
1) Mengisi HCL 0,1 M pada tabung reaksi kecil, sampai tanda angka 2 pada tabung.
2) Mensterilkan tangan probandus dengan alkohol menggunakan kapas
3) Mengambil darah probandus pada ujung jari ke-2, ke-3, dan ke-4 dengan menusukkan lancet ke
jari
4)Menghisap darah yang keluar menggunakan pipet kapiler sebanyak 0,2 ml, lalu membersihkan
ujung pipet dengan kertas
5) Memasukkan darah tersebut pada tabung yang berisi HCL 0,1M
6) Memasukkan campuran larutan pada pengukur hemoglobin tipe sahli
7) Menambahkan aquades tetes demi tetes, sambil diaduk hingga larutan berubah warna orange
kecoklatan seperti warna pembanding pada pengukur hemoglobin tipe sahli
8) Mengambil tabung dan membaca volume, kemudian mencatat hasilnya

Hb normal : Pria = 14-18 g/dl Wanita = 12-16 g/dl

B. Kadar Hematokrit
Alat dan Bahan :
-Tabung kapiler heparin
- Heparin
-Sentrifugasi
- Darah tepi
-Lancet
Prosedur :
1) Mengambil darah probandus pada ujung jari ke-2, ke-3, atau ke-4 dengan menusukkan lancet
2) Menghisap darah menggunakan tabung kapiler heparin
3) Menyumbat ujung pipet menggunakan shil
4) Sentrifugasi pipet selama 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm

75 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
5) Mengukur kadar hematokrit menggunakan perhitungan volume persentase

Gambar Hasil Sentrifugasi, dimana akan membentuk 3 lapisan. Lapisan atas adalah supernatan (plasma),
tengah adalah buffy coat (WBC & platelet), dan lapisan bawah adalah hematokrit (eritrosit memiliki massa
jenis yg lebih besar jadi akan mengendap didasar)
Kadar normal hematokrit : L = 42-52 % P = 37-47 % Nb : - Meningkat pada keadaan polisitemia (
peningkatan jumlah eritrosit akibat pembentukan yang berlebihan oleh sumsum tulang) dan dehidrasi
(cairan plasma berkurang sehingga persentase eritrosit meningkat) - Menurun pada keadaan anemia
(keadaan dimana terjadi penurunan kadar eritrosit atau Hb)

C. Bleeding Time & Clotting Time


Alat dan Bahan :
- Lancet
- Stopwatch
-Gelas objek/kaca preparat
- Kertas saring
-Jarum
- Darah tepi
Prosedur :
a. Bleeding Time
1) Mengambil darah probandus pada ujung jari ke-2, ke-3, atau ke-4 menggunakan lancet
2) Menghapus darah yang keluar menggunakan kertas filter setiap 15 detik
3) Mencatat hasil (waktu) ketika darah berhenti mengalir (perdarahan berhenti)

76 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Hasil : Normal BT adalah 2-3 menit atau 1-9 menit (metode Ivy), atau 1-5 menit (metode duke) Nb :
Memanjang pada keadaan trombositopenia

b. Clotting Time
1) Mengambil darah probandus pada ujung jari ke-2, ke-3, dan ke-4 menggunakan lancet
2) Menempatkan darah pada kaca preparat atau object glass

3) Mengangkat darah setiap 2-3 detik menggunakan jarum hingga terbentuk benang fibrin dan catat hasil
(waktu)

Hasil : Normal CT adalah 5-10 menit atau 6-12 menit (tidak lebih dari 15 menit) Nb : memanjang pada
orang dengan gangguan faktor koagulasi darah seperti hemofilia

77 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM RESPIRASI

78 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
LUNG FUNCTION TEST

ORGAN PERNAPASAN

PROSES RESPIRASI:

Inspirasi: otot pernapasan berkontraksi – diafragma mendatar – rongga dada membesar – tekanan
udara dalam paru rendah- udara masuk
Ekspirasi: otot pernapasan berelaksasi- diafragma melengkung- rongga dada mengecil- tekanan
udara dalam paru membesar – udara keluar.

79 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
RESPIRASI MEMILIKI 3 STEPS:
Ventilasi Pulmonar: inspirasi dan ekspirasi udara melalui pertukaran udara antara atmosfer dan
paru-paru
Respirasi eksternal (Pulmonary): pertukaran gas antara alveolus paru dan kapiler darah.
Respirasi internal (jaringan): pertukaran udara antara kapiler darah dan jaringan tubuh.

PUSAT RESPIRASI
Area ritmik medullary: medulla oblongata
Area pneumotaxic: pons
Area apneustic: pons

OTOT INSPIRASI EKSPIRASI

Inspirasi:
1. M. Serratus Posterior Superior
2. M. Intercostalis Eksternus
3. M. Levator Costae
4. M. Scaleni
5. M. Sternocleidomastoideus
6. Diafragma

Ekspirasi :
1. M. Serratus Posterior Inferior
2. M. Intercostalis Internus
3. M. Transversus Thorachicae
4. M. Subcostalis
5. Otot abdomen

VOLUME PARU TERBAGI MENJADI:


Statis
Dinamis

80 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Volume Respirasi dan Kapasitas respirasi (Statis)

Pengukuran Volume Definisi

Volume Respirasi

1. Volume Tidal (TV) 500ml Jumlah udara saat inspirasi dan ekspirasi
normal (bernapas biasa)

2. Volume Cadangan Inspirasi 3000 ml Jumlah udara yang masih bisa dihirup setelah
(IRV) inspirasi normal

3. Volume Cadangan Ekspirasi 1100 ml Jumlah udara yang masih bisa dikeluarkan
(ERV) setelah ekspirasi normal

4. Volume Residu (RV) 1200ml Jumlah udara sisa di paru setelah ekspirasi
maksimum

Kapasitas Respirasi

5. Kapasitas Vital (VC) 4600 ml ERV + TV + IRV. Jumlah udara yang dapat
diekspirasi secara paksa setelah inspirasi
maksimum

6. Kapasitas Inspirasi (IC) 3500ml TV + IRV. Jumlah udara yang dapat dihirup
secara maksimum setelah ekspirasi normal

7. Kapasitas Residual Fungsional 2300 ml RV + ERV. Jumlah udara sisa pada paru
(FRC) setelah ekspirasi normal

8. Kapasitas Paru Total (TLC) 5800ml VC + RV. Jumlah udara maksimum dalam
paru-paru.

Volume Paru Dinamis

9. Volume Ekspirasi Paksa (FEV1) >75% Volume udara yang dikeluarkan paksa
dari FVC selama 1 detik. (FEV1/FVC) digunakan
untuk mendiagnosis penyakit pernapasan.

10. Ventilasi Voluntary Maximal 125-170 FEV1 x 40. Jumlah udara yang dapat masuk
(MVV) L/Menit dan keluar paru dalam 1 menit dengan
voluntary effort

81 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
KERJA SURFAKTAN
Surfaktan merupakan campuran yang mengandung protein dan fosfolipid, seperti
dilpalmitoilfosfatidilkolin yang disekresikan kedalam ruang udara alveoli oleh sel alveolar tipe II.
Kerja surfactant (surface active antigent) memiliki prinsip kerja seperti hukum LaPlace yaitu :

Pada tiap gelembung alveoli mempunyai tegangan permukaan (T) yang sama. Untuk yang alveoli
kecil tekanannya (P) > dari (P) alveoli besar dengan menggunakan persamaan :

P=2T/r

Surfaktan menurunkan tegangan permukaan. Sehingga akan menurunkan kerja pernafasan.

PENYAKIT PARU
Normalnya, FVC 5.0L dan FEV1 4.0L. sehingga perhitungan FEV1/FVC sebesar 80%. Pada penyakit paru
obstruktif nilai FEV1/FVC kurang dari nilai normal. Sedangkan pada penyakit paru restriktif nilai
FEV1/FVC lebih dari nilai normal.
OBSTRUKTIF: adanya hambatan (obstruksi) disebabkan karena bronkokonstriksi. Contoh: Asma,
PPOK
RESTRIKTIF: Hilangnya elastisitas paru dan penggantian alveolus dengan kantong udara besar (air
sacs) sehingga menyebabkan paru-paru tidak dapat berekspansi penuh. Contoh: Emfisema, edema
paru, fibrosis interstisial, asbestosis.

82 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
A. ALAT & BAHAN:
Spirometer Hutchinson
Spirometer Triflow Incentive
Nose Clips
Larutan Alcohol 70%
Kertas Catatan berisi; nama, usia, gender, Berat badan, tinggi badan
Mouth Piece

B. TUJUAN

Mendiagnosis penyakit paru tertentu (seperti asma)


Membantu menentukan penyebab masalah pernapasan
Mengukur fungsi paru pada seseorang yang memiliki penyakit paru
Memonitor keefektifan terapi
Mengidentifikasi seseorang yang beresiko tinggi memiliki penyakit paru(khususnya
perokok)
Mengevaluasi kemampuan seseorang untuk bernapas sebelum operasi
Memonitor fungsi paru seseorang yang terpapar substansi yang menyebabkan kerusakan
paru

C. PROSEDUR
1. Bersihkan mounthpiece spirometer dengan larutan alcohol dan atur pointer pada angka 0.
2. Mendapatkan TV & MVV: probandus bernapas normal pada spirometer.
3. Mendapatkan nilai VC & FEV1: probandus melakukan ekspirasi paksa setelah sebelumnya
telah inspirasi maksimum.
4. Catat hasilnya

83 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
D. PERHITUNGAN
1. Menghitung nilai VC prediksi :
Pria : {27.63 – (0.112 x umur)} x Tinggi badan
Wanita : {21.78 – (0.101 x umur)} x Tinggi badan
2. Menghitung VC: (VC praktikum/VC prediksi) x 100%
Jika hasilnya <80% maka hasilnya abnormal, lanjutkan dengan perhitungan:
=(FEV1/VC praktikum) x 100%
Jika hasilnya > 70% : restriktif
Jika hasilnya <70% : Obstruktif
3. Volume minute = VT x RR probandus
4. MVV Prediksi = FEV1 x 40

84 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM ENDOKRIN

85 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
1. Caraka kimia
Berbagai aktivitas sel, jaringan, dan organ tubuh dikoordinasikan oleh hubungan timbal balik
beberapa jenis sistem caraka kimia:
a. Neurotransmiter.
Dilepaskan oleh ujung akson saraf ke dalam taut sinaps dan bekerja setempat untuk mengatur
fungsi sel saraf.
b. Hormon endokrin
Dilepaskan oleh sel kelenjar atau sel khusus ke dalam sirkulasi dan mempengaruhi fungsi sel
target di tempat lain di tubuh.
c. Hormon neuroendokrin.
Disekresikan oleh sel neuron ke dalam sirkulasi darah dan mempengaruhi fungsi sel target di
tempat lain di tubuh.
d. Parakrin.
Disekresikan oleh sel ke dalam cairan ekstraselular dan mempengaruhi sel target tetangga
dengan jenis yang berbeda.
e. Autokrin.
Disekresikan sel ke dalam cairan ekstraselular dan memengaruhi fungsi sel yang sama yang
menghasilkan zat tersebut.
f. Sitokin.
Merupakan peptida yang disekresikan sel ke dalam cairan ekstraselular dan dapat bertindak
sebagai autokrin, parakrin atau hormon endokrin.

Gambar 1.1.

86 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Tabel 1.1.

2. Struktur kimia & Sintesis hormon


Tiga golongan umum hormon:
a. Protein dan polipeptida/peptida (P), tersusun dari asam amino yang berikatan.
b. Steroid (S), semuanya merupakan turunan kolesterol.
c. Turunan asam amino tirosin (A), merupakan modifikasi dari asam amino tunggal, baik triptofan
maupun tirosin.

Tabel 2.1. Perbandingan Hormon Peptida, Steroid, dan Turunan asam amino.

Hormon
Hormon Steroid Hormon Amina (Turunan Tirosin)
Peptida

Katekolamin Hormon Tiroid

Telah Telah
Disintesis Telah dibentuk,
dibentuk, dibentuk,
Sintesis dan sesuai prekursor
disimpan pada disimpan pada
penyimpanan kebutuhan dari disimpan dalam
vesikel vesikel
prekursornya vesikel sekretori
sekretori sekretori

Pelepasan Difusi
Eksositosis Eksositosis Difusi sederhana
dari sel induk sederhana

Terikat pada
Transpor Terlarut dalam Terlarut dalam Terikat pada
protein
dalam darah plasma plasma protein pembawa
pembawa

Waktu paruh Pendek Panjang Pendek Panjang

Sitoplasma atau
nukleus;
Lokasi beberapa juga
Membran sel Membran sel Nukleus
reseptor memiliki
reseptor
membran

Reseptor Aktivasi Aktivasi gen Aktivasi Aktivasi gen


terhadap sistem caraka untuk sistem caraka untuk transkrpsi

87 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
pengikat kedua; transkripsi dan kedua dan translasi
ligan- mungkin translasi;
reseptor mengaktifkan mungkin
gen memiliki aksi
non-genomik

Modifikasi
protein yang
Respons Modifikasi
telah ada dan Induksi sintesis Induksi protein
umum protein yag
di induksi protein baru baru
sasaran telah ada
sintesis rotein
baru

Insulin, Estrogen,
Epinefrin,
Contoh hormon androgen, Tiroksin (T4)
norepinefrin
paratiroid kortisol

Gambar 2.1.

88 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
3. Kelenjar endokrin, hormon, dan fungsinya

Gambar 3.1.

89 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Tabel 3.1. Sistem hormonal pada manusia.
TARGET
LOKASI HORMON TIPE EFEK UTAMA
PRIMER
Irama sirkardian;
Kelenjar Otak & Jaringan
Melatonin A fungsi imun;
Pineal lain
antioksida
Thyrotropin-releasing Merangsang sekresi
Hipotalamus P
hormon (TRH) TSH & prolaktin
Corticotropin-releasing Menimbulkan
P
hormon (CRH) pelepasan ACTH
Growth hormone- Menimbulkan
releasing hormon P pelepasan growth
(GHRH) hormone
Growth hormon Menghambat
inhibitory hormone P Hipofisis anterior pelepasan growth
(GHIH)(somatostatin) hormone
Menimbulkan
Gonadotropin-releasing
P pelepasan LH &
hormone (GnRH)
FSH
Merangsang
Prolactin releasing
pelepasan hormon
hormon (PRH
prolaktin
Dopamin atau prolactin- Menghambat
A
inhibiting factor (PIF) pelepasan prolaktin
Merangsang sintesis
protein &
Hipofisis Growth Hati & banyak
P pertumbuhan
Anterior hormone/Somatotropin jaringan
sebagian besar sel &
jaringan
Merangsang sintesis
Thyroid-stimulating & sekresi hormon
P Kelenjar tiroid
hormone (TSH) tiroid (tiroksin &
triiodotironin)
Merangsang sintesis
Adrenocorticotropic
P Korteks adrenal & sekresi hormon
hormon (ACTH)
adrenokortikal

90 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
(kortisol, androgen,
& aldosteron)
Meningkatkan
pembentukan
Prolaktin P Payudara payudara
perempuan &
sekresi susu
Menimbulkan
pertumbuhan folikel
Follicle-stimulating
P Gonad di ovarium dan
hormon (FSH)
pematangan sperma
di sel sertoli testis
Merangsang sintesis
testosteron di sel
leydig testis;
merangsang ovulasi,
Lutenizing hormone
P Gonad pembentukan
(LH)
korpus luteum, &
sintesis estrogen &
progesteron di
ovarium
Meningkatkan
reabsorpsi air oleh
ginjal dan
Hipofisis Hormon antidiuretik
P Ginjal menimbulkan
Posterior (ADH)(Vasopresin)
vasokonstriksi serta
peningkatan tekanan
darah
Merangsang ejeksi
air susu dari
Oksitosin P Payudara & uterus
payudara dan
kontraksi rahim
Meningkatkan
Kelenjar Tiroksin (T4) & kecepatan reaksi
A Berbagai jaringan
Tiroid Triiodotironin (T3) kimia di sebagian
besar sel sehingga

91 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
meningkatkan laju
metabolisme tubuh
Menambah deposit
kalsium di tulang
dan mengurangi
Kalsitonin P Tulang
konsentrasi ion
kalsium di cairan
ekstraselular
Memiliki berbagai
fungsi metabolik
untuk mengatur
metabolsime
Korteks
Kortisol S Berbagai jaringan protein, karbohidrat,
Adrenal
dan lemak; juga
memiliki efek anti-
inflamasi serta
Respon stress.
Meningkatkan
reabsorpsi natrium
Aldosteron S Ginjal ginjal, sekresi
kalium, dan sekresi
ion hidrogen
Gairah seksual pada
Androgen S Berbagai jaringan
wanita
Memiliki efek yang
Medula
Epinefrin, norepinefrin A Berbagai jaringan sama seperti efek
Adrenal
perangsang simpatis
Meningkatkan
ambilan glukosa di
banyak sel, dan
Pankreas Insulin (sel β) P Berbagai jaringan dengan cara ini juga
mengatur
metabolsime
karbohidrat
Meningkatkan
Glukagon (sel α) P Berbagai jaringan
sintesis & pelepasan

92 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
glukosa dari hati ke
dalam cairan tubuh
Mengatur
konsentrasi ion
kalsium serum
dengan cara
Kelenjar Hormon paratiroid
P Tulang & ginjal meningkatkan
Paratiroid (PTH)
absorpsi kalsium
oleh usus dan ginjal
serta melepaskan
kalsium dari tulang
Memacu
perkembangan
sistem reproduksi
Testis Testosteron/androgen S Berbagai jaringan
laki-laki & ciri
seksual sekunder
laki-laki
Menghambat sekresi
Inhibin P Hipofisis anterior
FSH
Memacu
pertumbuhan dan
perkembangan
Ovarium Estrogen S Banyak jaringan
sistem reproduksi,
payudara, dan ciri
sekunder perempuan
Merangsang sekresi
“getah uterus” oleh
kelenjar
Progesteron S Banyak jaringan endometrium uterus
dan perkembangan
alat penyekresi di
payudara
Menghambat sekresi
Inhibin P Hipofisis anterior
FSH
Relaksin (kehamilan) P Otot uterus Merelaksasi otot
Plasenta Human chorionic P Korpus luteum Meningkatkan

93 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
gonadotropin (HCG) pertumbuhan korpus
luteum serta sekrsi
estrogen dan
progesteron
Kemungkinan
membantu
meningkatkan
Human
P Berbagai jaringan pertumbuhan
somatomammotropin
jaringan janin dan
payudara
perempuan
Memacu
pertumbuhan dan
perkembangan
Estrogen S Berbagai jaringan
sistem reproduksi,
payudara, dan ciri
sekunder perempuan
Merangsang sekresi
“getah uterus” oleh
kelenjar
Progesteron S Berbagai jaringan endometrium uterus
dan perkembangan
alat penyekresi di
payudara
Mengkatalisis
perubahan
Hati & jaringan angiotensinogen
Ginjal Renin P
lain menjadi angiotensin
1 (bertindak sebegai
enzim)
Meningkatkan
1,25-
S Usus absorpsi kalsium
Dihidroksikolekalsiferol
dan mineral tulang
Meningktkan
Eritropoetin P Sumsum tulang
produksi eritrosit
Jantung Peptida natriuretik P Ginjal Meningkatkan

94 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
atrium (ANP) ekskresi natrium
oleh ginjal,
menurunkan
tekanan darah
Saluran cerna & Merangsang sekresi
Lambung Gastrin P
pankreas HCl oleh sel parietal
Merangsang sel
Saluran cerna & asinar pankreas
Usus Halus Sekretin P
pankreas untuk melepaskan
bikarbonat & air
Merangsang
kontraksi kandung
Saluran cerna &
Kolesistokinin P empedu &
pankreas
melepaskan enzim
pankreas
Menghambat nafsu
Jaringan Leptin, Adiponektin, Hipotalamus &
P makan, merangsang
Adiposit Resistin jaringan lainnya
termogenesis
Prekursor 1,25
Bentuk antara
Kulit Vitamin D3 S dihidroksi-vitamin
hormon
D3
Sekresi aldosteron;
Korteks adrenal &
Hati Angiotensinogen P meningkatkan
pembuluh darah
tekanan darah
Insulin-like growth
P Berbagai jaringan Pertumbuhan
factor
Kelenjar Perkembangan
Timosin, timopoetin P Limfosit
Timus limfosit

95 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
4. Klasifikasi Hormon berdasarkan struktur kimia

Tabel 4.1. Untuk mekanisme kerja lipid soluble & water soluble dapat di lihat pada gambar 2.1.

96 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
5. Aksis hormon pada manusia
Sekresi hormon di atur oleh (1) signal oleh sistem nervus, (2) perubahan kimia dalam darah,
(3) hormon lain. Contohnya impuls saraf pada medulla adrenal mengatur pelepasan epinephrine;
level 𝐶𝑎2+ dalam darah mengatur sekresi hormon paratiroid; dan hormon dari anterior pituitary
menstimulasi pelepasan kortisol oleh adrenal cortex. Regulasi paling sering melalui negatif
feedback atau positif feedback.

5.1 Hipotalamus – Pituitary (HP Axis)


Pituitary atau hipofisis merupakan suatu organ yang di sebut “master endocrine gland”.
Terbagi menjadi 2 bagian (1) anterior pituitary; disebut adenohypophysis karena organ ini
tersusun atas 75% kelenjar & jaringan epitel, (2) posterior pituitary; disebut neurohypophysis
karena tersusun atas jaringan neural.

A. Hipotalamus – Pituitary anterior


Pada aksis ini di pengaruhi oleh hormon lain atau di kontrol oleh hasil produksi hormon dari
hipotalamus.

Grafik 5.1 Hipotalamus – pituitary anterior (P.A). Fungsi hormon dapat di lihat pada tabel 3.1.

97 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Tabel 5.1.

98 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Mekanisme negatif feedback Hipotalamus-Pituitary anterior
a. CRH - ACTH

b. GHRH - GH/hGH - GHIH

99 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
c. TRH – TSH - T3 & T4

d. GnRH - FSH & LH (PRIA)

100 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
e. GnRH - FSH & LH (WANITA)

101 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
f. PRH – PIF – Prolaktin

102 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
B. Hipotalamus – Pituitary posterior
Pada aksis ini produksi oksitosin dan ADH di atur oleh sistem neurosensorik.

Grafik 5.2 Hipotalamus – Pituitary posterior (P.P). Fungsi hormon dapat di lihat pada tabel
3.1.

Tabel 5.2.

103 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Mekanisme sekresi Pituitary posterior
a. Antidiuretic hormone (ADH)

b. Oksitosin

104 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
6. Respon stress pada hormonal tubuh.
Beberapa istilah dalam stress:
Eustress, mempersiapkan kita untuk menghadapi tantangan tertentu dan ini sangat
membantu (stress yang memberikan dampak menyenangkan seperti termotivasi, menikmati
tantangan dsb).
Distress, jenis stress yang berbahaya (stress yang memberikan dampak tertekan).
Stressor, semua stimulasi/rangsangan yang menyebabkan respon stress. Stressor hampir
selalu dapat mengganggu tubuh manusia seperti panas atau dingin, lingkungan buruk, toxin dari
bakteri, perdarahan berat pada luka atau pembedahan, atau reaksi emosi. Pada tahun 1936, Hans
elye, seorang peneliti mengenai stress, menunjukan bahwa kondisi stress atau agen berbahaya yang
menghasilkan urutan perubahan tubuh yang serupa. Perubahan ini di sebut respons stress or
general adaptation syndrome (GAS) yang mengkontrol hipotalamus.
Respon stress terjadi dalam 3 tahap:
(1) Respon awal fight or flight
Di inisiasi oleh impuls saraf dari hipotalamus ke sistem saraf otonom divisi simpatik, termasuk
medulla adrenal. Respon berlangsung ini singkat.
(2) Reaksi resistensi lambat / resistance Reaction
Di inisiasi juga oleh impuls saraf dari hipotalamus untuk melepaskan sejumlah hormon dan
respon ini berlasung lama.
(3) Kelelahan / exhaustion
Pada tahap ini sumber daya yang berperan dalam proses stress menjadi habis dan tidak dapat
mempertahan fase resisten sehingga masuk fase kelelahan/exhaustion. Paparan lama terhadap
level kortisol dan hormon lain yang tinggi menyebabkan pada fase resistensi terjadi kelelahan
otot, supresi sistem imun, ulserasi dari saluran pencernaan, dan kerusakan sel beta pankreas.
Stress dapat memicu penyakit yang terkait erat dengan supresi sistem imun. Stress juga
menyebab gastritis, kolitis ulseratif, irritable bowel syndrome (IBS), hipertensi, asma, reumathoid
arthritis, sakit kepala migrain, kecemasan dan depresi.
Interleukin-I, zat yang disekresikan oleh makrofag dari sistem kekebalan tubuh merupakan
penghubungan penting antara stres dan kekebalan tubuh. Salah satu fungsi interleukin-I adalah
untuk merangsang sekresi ACTH, selanjutnya ACTH merangsang produksi kortisol. Kortisol tidak
hanya memberikan efek Reaksi resistance pada stres dan inflamasi, tetapi juga menekan produksi
interleukin lebih lanjut. Dengan demikian, sistem kekebalan tubuh mengaktifkan respons stres, dan
kortisol yang dihasilkan kemudian mematikan satu mediator sistem kekebalan tubuh (interleukin).
Karena aktivitas ini, kortisol dan glukokortikoid lainnya dapat digunakan sebagai obat
imunosupresan untuk penerima transplantasi organ.

105 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
106 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
107 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM SARAF PUSAT, FISIOLOGI SENSORIK &
MOTORIK

108 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
1. SISTEM SARAF PUSAT
A. Susunan sistem saraf manusia.

Gambar 1.1.

Sistem saraf tersusun menjadi sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri atas otak dan korda
spinalis, dan sistem saraf tepi (SST) yang teridiri dari serat-serat saraf yang membawa
informasi antara SSP dan bagian tubuh lain (perifer).
SST di bagi menjadi divisi aferen dan eferen. Divisi aferen membawa informasi ke SSP.
Divisi eferen meneruskan instruksi dari SPP ke organ efektor (otot atau kelenjar).
Divisi eferen dibagi menjadi sistem saraf somatik, yang terdiri dari serat-serat neuron
motorik yang yang menginervasi otot rangka dan sistem saraf autonom, yang terdiri dari serat-
serat yang menginervasi otot polos, otot jantung, dan kelenjar.
Sistem saraf autonom dibagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis.

109 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
B. Perkembangan sistem saraf manusia.
Pada masa awal embrional, sel-sel yang akan menjadi sistem saraf terletak pada suatu
daerah pipih yang di sebut Lempeng saraf (Neural Plate). Ketika perkembangan berlangsung
(pada sekitar hari ke 20 perkembangan manusia), sel-sel di sepanjang tepi lempeng saraf
bermigrasi ke arah garis tengah (a).
Pada hari ke 23 perkembangan manusia, sel-sel lempeng saraf tersebut telah saling
bergabung membentuk tabung saraf (neural tube) (b). Sel-sel neural crest di tepi lateral
lempeng saraf sekarang terletak dorsal terhadap tabung saraf. Lumen tabung saraf akan tetap
berongga dan menjadi rongga sentral SSP.
Sel-sel yang melapisi tabung saraf akan berdiferensiasi menjadi epitel ependima atau
tetap akan sebagai sel punca saraf yang tidak berdeferensiasi. Sel-sel dilapisan luar tabung saraf
akan menjadi neuron dan glia SSP. Sel-sel neural crest akan menjadi neuron sensorik dan
motorik sistem saraf tepi (SST).
Pada minggu ke 4 perkembangan manusia, bagian anterior tabung saraf telah mulai
berkembang secara khusus menjadi regio-regio otak (c). Tiga divisi yang jelas terlihat: otak
depan(forebrain), otak tengah(midbrain), dan otak belakang (hindbrain). Tabung posterior
akan menjadi korda spinalis. Pada tahap ini, bagian otak depan akan yang menjadi serebrum
tidak lebih besar dari pada regio lain pada otak.
Pada minggu ke 6, SSP membentuk 7 divisi utama yang ada saat kehamilan. Enam regio
ini berada pada otak: (1) serebrum, (2) diensefalon, (3) otak tengah, (4) serebelum, (5) pons,
(6) medulla oblongata dan (7) korda spinalis. Serebrum dan diensefalon berkembang dari
otak depan. Serebelum, pons, dan medulla oblongata adalah divisi otak belakang. Serta pada
minggu ke 6 rongga sentral tabung telah membesar menjadi ventrikel otak.
Pada minggu ke 11 serebrum tampak jelas membesar (e). Serebrum yang telah
sepenuhnya tumbuh mengelilingi diensefalon, otak tengah, dan pons.

110 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Gambar 1.2.

111 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
C. Tingkatan utama fungsi sistem saraf pusat.

1. Tingkat medula spinalis


Beberapa fungsi pada tingkat ini:
a. Gerakan berjalan & melawan gravitasi
b. Refleks menarik bagian tubuh dari suatu objek
c. Refleks untuk mengatur pembuluh-pembuluh darah lokal, gerakan gastrointestinal &
ekskresi urin.

2. Tingkat otak bagian bawah, atau subkortikal.


Sebagian besar aktivitas bawah sadar tubuh diatur oleh otak bagian bawah, di
medula oblongata, pons, mesensefalon, hipotalamus, talamus, serebelum, dan ganglia
basalis.
Beberapa fungsi pada tingkat ini:
a. Pengaturan bawah sadar dari tekanan arteri dan pernapasan dominan oleh medulla
oblongata & pons.
b. Pengaturan keseimbangan merupakan fungsi gabungan dari bagian serebelum yang lebih
dahulu terbentuk & substansia retikular oblongata, pons, serta mesensefalon.
c. Refleks makan di atur di dalam medula oblongata, pons, mesensefalon, amidala, &
hipotalamus.
d. Pada tingkat ini secara tidak dominan dapat mengatur pola emosi, kegiatan seksual,
reaksi nyeri atau terhadap rasa senang.

3. Tingkat otak bagian atas atau tingkat korteks


Korteks serebri merupakan gudang memori yang sangat besar. korteks tidak pernah
berfungsi sendiri tetapi selalu berhubungan dengan pusat-pusat bagian bawah sistem saraf.
Korteks serebri sanglah penting untuk sebagian besar proses berpikir, tetapi korteks
tidak dapat bekerja sendiri. Pusat-pusat di sistem saraf bagian bawah otaklah, bukan
korteks, yang menimbulkan kesadaran dalam korteks serebri, sehingga membuka
penyimpanan memori menjadi mesin otak untuk berpikir.

112 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
D. Proteksi dan nutrisi sistem saraf pusat (SSP).

Terdapat 4 hal yang membantu melindungi SSP dari cedera:


1. SSP di bungkus oleh struktur yang keras. Kranium (tengkorak) membungkus otak, dan
kolumna vertebralis mengelilingi korda spinalis.
2. Antara tulang pelindung dan jaringan saraf terdapat tiga membran protektif dan nutritif,
yaitu meningen/meningea.
3. Otak “mengapung” dalam suatu bantalan cairan khusus, yaitu cairan serebrospinal (CSS).
4. Terdapat sawar darah-otak sangat selektif yang membatasi akses bahan-bahan didalam
darah masuk ke jaringan otak yang sensitif & rentan.
Terdapat 3 membran meningen, membungkus SSP. Dari lapisan terluar sampai kedalam,
yaitu dura mater, araknoid mater, dan pia mater. (mater artinya “ibu” yang menggambarkan
peran protektif dan suportif membran ini).
1. Dura mater (durare=bertahan + mater=ibu) adalah pembungkus inelastik kuat yang terdiri
dari 2 lapisan. Membran paling tebal & membran ini berhubungan dengan vena-vena yang
berfungsi untuk drainase darah dari otak otak melalui pembuluh-pembuluh atau rongga yang
di sebut sinus venosus.
2. Araknoid mater adalah lapisan halus kaya pembuluh darah dengan penampakan khas
“sarang laba-laba”. Ruang antara lapisan araknoid dan pia mater di bawahnya, ruang sub-
araknoid, terisi oleh CSS.
3. Lapisan terdalam, Pia mater adalah yang paling rapuh & tipis yang melekat pada
permukaan otak & korda spinalis. Arteri yang memvaskularisasi otak terdapat pada lapisan
ini.
Cairan serebrospinal (CSS) adalah larutan yang bersifat asin yang di sekresikan secara
terus menerus oleh plexus koroideus, suatu regio khusus pada dinding ventrikel otak. Plexus
koroideus sangat mirip dengan jaringan ginjal dan terdiri dari kapiler serta epitel transpor yang
berasal dari sel ependim. CCS memiliki densitas yang hampir sama seperti otak itu sendiri,
sehingga otak pada hakikatnya mengapung atau tersuspensi didalam lingkungan cairan khusus
ini. Fungsi utama CSS adalah “sebagai cairan peredam-kejut untuk mencegah otak membentur
bagian interior tengkorak keras ketika kepala mengalami gerakan mendadak yang menggetarkan
dengan keras”. CSS juga berperan penting dalam pertukaran bahan antara sel-sel saraf dan
cairan interstisium di sekitarya.

113 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Gambar 1.3.

Cairan serebrospinal:
1) Dihasilkan oleh plexus koroideus.
2) Beredar di seluruh ventrikel
3) Keluar dari ventrikel keempat di dasar otak
4) Mengalir di ruang sub-araknoid antara lapisan-lapisan meningen, dan Akhirnya direabsorpsi
dari ruang sub-araknoid ke dalam darah vena melewati vilus araknoid

114 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
E. Gambaran umum sistem saraf pusat.
SSP terdiri atas Otak & Korda spinalis. berikut pembagian SSP:
1. Batang otak
2. Serebelum (cerebellum)
3. Otak depan
a. Diensefalon
(1) Hipotalamus
(2) Talamus
b. Serebrum
(1) Nukleus basal
(2) Korteks serebrum
Urutan pencantuman di atas umum mencerminkan lokasi anatomi (dari bawah ke atas)
maupun kerumitan dan kecanggihan fungsi (dari tingkat yang paling tua dan kurang spesifik
hingga ke tingkat terbaru yang paling spesialistik). Perlu di ketahui juga penjalaran sinyal dari
otak ke neuron motorik eferen selalu menyilang.

Gambar 1.4.

115 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
1. KORTEKS SEREBRUM
Bagian terbesar otak manusia, terbagi menjadi Hemisfer serebrum kiri dan Hemisfer
serebrum kanan. Kedua struktur hemisfer di hubungkan oleh korpus kalosum (suatu pita
tebal yang terdiri atas 300 juta akson neuron). (gambar 1.5)

Gambar 1.5.
Korteks serebrum adalah selubung substansia grisea di sebelah luar yang
menutupi substansia alba di bagian dalam.
Substansia grisea dapat di pandang sebagai “komputer-komputer” SSP dan
substansia alba sebagai “kabel” yang menghubungkan komputer-komputer tersebut.
Integrasi masukan saraf dan inisiasi keluaran saraf berlangsung di sinaps di dalam
substansia grisea. Traktus saraf di substansia alba menyalurkan sinyal dari satu bagian
korteks serebrum ke bagian lain atau antara korteks dan bagian lain SSP. (gambar 1.5)
Keempat pasang lobus korteks & fungsi korteks serebrum
Korteks terbagi menjadi 4 pasang lobus, daerah-daerah patokan yang digunakan
dalam pemetaan korteks adalah lipatan-lipatan yang membagi korteks menjadi empat lobus
utama: Lobus Oksipitalis, Lobus Temporalis, Lobus Parietalis, dan Lobus Frontalis.
Lobus oksipitalis, yang terletak di posterior (di belakang kepala). Lobus temporalis, yang
terletak di lateral. Lobus parietalis dan lobus frontalis, yang terletak di kepala bagian atas,
dipisahkan oleh lipatan dalam, sulkus sentralis, yang berjalan kira-kira ke bagian medial
permukaan kedua hemisfer . Lobus parietalis terletak di belakang sulkus sentralis dan
lobus frontalis terletak di depannya. (gambar 1.6)
Informasi spesifik yang di proses pada korteks serebrum adalah sensorik, motorik,
dan signal integratif / gabungan. Secara umum, area sensorik menerima informasi sensori
116 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
dan mengubahnya menjadi persepsi, sehingga mengetahui akan adanya sensasi. Area
motorik mengkontrol gerakan volunter. Area gabungan / asosiasi berurusan dengan fungsi
integratif yang lebih kompleks seperti memori, emosi, pemikiran, hasrat, keputusan,
kepribadian, dan kecerdasan.

Gambar 1.6.

Gambar 1.7.

117 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
A. Area Sensorik
Area primer somatosensorik ( area 1, 2, dan 3), menerima impuls sentuhan, tekanan,
getaran, gatal, suhu ( dingin & panas), nyeri, dan propriosepsi (pergerakan/posisi sendi &
otot), dan Terlibat dalam persepsi sensasi somatik. Secara spesifik fungsi bagian ini di
gambarkan pada homukulus sensorik (gambar 1.8).
Area primer visual (area 17), menerima informasi visual & terlibat dalam persepsi visual.
Area primer auditory (area 41 & 42), menerima informasi suara & terlibat dalam persepsi
suara.
Area primer gustatory (area 43), menerima impulse perasa & terlibat dalam persepsi
gustatori & membedakan rasa
Area primer olfactory (area 28), menerima impulse penciuman & terlibat dalam persepsi
olfactory.

B. Area Motorik
Area primer motorik (area 4), Setiap daerah di dalam area ini mengendalikan kontraksi
volunter dari otot atau kelompok otot tertentu. Secara spesifik dapat di amati pada
homunkulus motorik (gambar 1.8).
Area broca’s speech (area 44 & 55), berbicara dan memahami perkataan adalah kegiatan
kompleks yang melibatkan beberapa daerah sensorik, asosiasi, dan motorik dari korteks
salah satunya melibatkan kerja area broca dan area wernickle. Dari area broca, impulse
nervus menjalar ke regio pre-motor yang mengontrol otot larynx, pharynx, dan mulut.
Impuls dari area pre-motor menghasilkan kontraksi otot yang spesifik dan terkoordinasi.
Bersamaan dengan itu, impuls menyebar dari daerah bicara Broca ke area primer motorik.
Dari sini, impuls nervus juga mengendalikan otot-otot pernapasan untuk mengatur aliran
udara yang tepat melewati pita suara.

C. Association Areas.
Somatosensory association area (area 5 & 7), menerima input dari area somatosensorik
primer, serta dari thalamus dan bagian otak lainnya. Area ini memungkinkan Anda
menentukan bentuk dan tekstur benda dengan tepat dengan merasakannya, untuk
menentukan orientasi satu objek terhadap benda lain sebagaimana adanya, dan merasakan
hubungan satu bagian tubuh dengan bagian tubuh lainnya. Peran lain dari area asosiasi
somatosensori adalah sebagai memori dari pengalaman sensoris somatik masa lalu, yang
memungkinkan Anda untuk membandingkannya Sensasi saat ini dengan pengalaman
sebelumnya. Misalnya, area asosiasi somatosensori memungkinkan anda mengenali benda
seperti pensil dan penjepit kertas hanya dengan menyentuhnya.
Visual association area (area 18 & 19), menerima impulse sensory dari area visual primer
dan talamus. Ini berhubungan dengan pengalaman visual masa kini dan masa lalu dan sangat
penting untuk mengenali dan mengevaluasi apa yang dilihat. Misalnya, area asosiasi visual
memungkinkan Anda mengenali benda seperti sendok hanya dengan melihatnya.
Facial recognition area (area 20, 21, dan 37 pada lobus temporal inferior), menerima
impulse nervus dari visual association area. Area ini menyimpan informasi tentang wajah,
dan ini memungkinkan Anda mengenali wajah orang-orang. Area pengenalan wajah di
hemisfer kanan biasanya lebih dominan dari pada daerah yang di hemisfer kiri.

118 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Auditory association area (area 22), memampukan anda mengenali suara Pidato/bahasa, musik
atau kebisingan.
Orbitofrontal cortex (area 11 sepanjang bagian lateral lobus frontalis), menerima impulse sensory
dari area primer olfactory. Daerah ini memungkinkan anda untuk mengidentifikasi bau dan
membedakan bau. Selama proses olfactory, korteks orbitofrontal pada hemisfer kanan menunjukkan
aktivitas yang lebih besar dari pada daerah hemisfer kiri.
Wernickle area (bagian posterior area bahasa; area 22, 39 dan 40), area untuk mengartikan
percakapan atau memahami percakapan dengan cara mencocokan kata-kata yang diucapkan. Area
wernickle terletak di hemisphere kiri akan aktif bersamaan dengan area broca di hemisphere kanan
saat komunikasi verbal dengan menambahkan emosi seperti, kemarahan atau kegembiraan. Orang
yang terkena penyakit stroke pada daeerah wernickle masih bisa bicara tapi kata-katanya tidak
teratur.
Area integatif umum (area 5, 7, 39 dan 40), Berbatasan dengan area asosiasi
somatosensori, visual, dan pendengaran. Area ini menerima impuls nervus dari area primer
gustatory, area primer olfactorius, thalamus, dan bagian dari batang otak. Daerah ini
mengintegrasikan interpretasi sensorik dari daerah asosiasi dan impuls dari daerah lain, yang
memungkinkan terbentuknya pemikiran berdasarkan berbagai input sensoris. Area ini
kemudian mentransmisikan sinyal ke bagian lain otak untuk merespons rangsangan
sensorik.
Area prefrontal korteks / asosiasi area frontal (area 9, 10, 11 dan 12), area ini memiliki
banyak hubungan dengan korteks serebral, talamus, hipotalamus, sistem limbik, dan
serebelum. Area prefrontal korteks berkaitan dengan kepribadian seseorang, intelektual,
kemampuan belajar yang kompleks, mengingat informasi, inisiatif, penilaian, kemampuan
prediksi, penalaran, hati nurani, intuisi, mood, perencanaan masa depan, dan pengembangan
ide abstrak atau baru. Seseorang yang mengalami kerusakan bilateral pada area prefrontal
korteks biasanya akan memberikan manifestasi bersikap kasar, tidak pengertian, tidak
mampu menerima nasehat, tidak sabar, kurang perhatian, kurang kreatif, tidak dapat
merencanakan masa depan, dan tidak mampu mengantisipasi atau memprediksi konsekuensi
dari kata-kata atau perilaku yang ceroboh. Salah satu contoh penyebab kerusakan pada
daerah ini adalah pada penggunaan obat-obatan terlarang dan juga pada orang dengan
trauma pada kepala.
Area premotor (area 6), Area premotor berhubungan dengan aktivitas motorik yang
dipelajari atau di peroleh, contohnya seperti pergerakan kontraksi otot saat menulis.

119 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Gambar 1.8.

2. NUKLEUS BASAL (Substansia Grisea)


Nukleus basal atau di kenal jugal ganglia basal. Di SSP nukleus basal adalah
kelompok fungsional badan sel neuron. Nukles basal terdiri atas 4 bagian: (1) nukleus
kaudatus, (2) putamen, (3) globus palidus, dan (4) klaustrum. Nukleus basal memiliki peran
yang kompleks dalam mengontrol gerakan.
Nukleus basal menerima masukan dari serebral korteks dan memberikan keluaran ke
bagian motorik korteks melalui inti kelompok medial dan ventral talamus. Fungsi utama
nukleus basal adalah membantu mengatur inisiasi dan penghentian gerakan. Aktivitas
neuron di putamen mendahului atau mengantisipasi pergerakan tubuh; Aktivitas neuron
pada nukleus kaudatus terjadi sebelum gerakan mata. Globus palidus membantu mengatur
ritme kontraksi otot yang dibutuhkan untuk gerakan tubuh tertentu. nukleus basal juga
mengendalikan kontraksi bawah sadar otot rangka/skeletal. Contohnya termasuk ayunan
lengan yang otomatis saat berjalan dan tertawa terbahak-bahak sebagai respons terhadap
lelucon. (gambar 1.9)

120 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Gambar 1.9.

3. TALAMUS
Talamus berfungsi sebagai “stasiun pemancar” untuk pemprosesan awal semua
masukan sensorik. Semua masukan sensorik bersinaps ditalamus dalam perjalanannya ke
korteks. Bagian ini menyaring signal tak-signifikan dan meneruskan impuls sensorik penting
ke daerah korteks somatosensorik yang sesuai, serta bagian lain otak.
Terdapat 7 bagian utama talamus (gambar 1.10):
(1) nukleus anterior, terkait dengan emosi dan memori.
(2) nukleus medial, terkait dengan emosi, belajar,memori, dan kognitif.
(3) kelompok nukleus lateral: nukleus lateral dorsal (terkait ekpresi emosi), nukleus lateral
posterior dan nukleus pulvinar (terkait membantu integrasi informasi sensorik).
(4) kelompok nukleus ventral: Nukleus anterior ventral (terkait kontrol pergerakan), nukleus
lateral ventral (terkait kontrol pergerakan), nukleus posterior ventral (menyampaikan
impuls sensasi somatik seperti sentuhan, tekanan, getaran, gatal, gelitik, suhu, nyeri, dan
propriosepsi dari wajah dan Tubuh menuju korteks serebral), nukleus lateral genikulatus
(menyampaikan impuls visual penglihatan dari retina menuju area visual utama di korteks
serebral), nukleus medial genikulatus (menyampaikan impuls auditori pendengaran dari
telinga menuju area primer auditori di korteks serebral).
(5) Nukleus intralaminar, terkait dengan gairah (aktivasi korteks serebral dari formasi
reticular batang otak) dan integrasi informasi sensorik dan motorik.
(6) nukleus midline, fungsinya terkait dengan memori dan penciuman.
(7) nukleus retikular, berfungsi memonitor, menyaring, dan mengintegrasikan aktivitas
nukleus talamus lainnya.

121 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Gambar 1.10.

4. HIPOTALAMUS
Hipotalamus adalah kumpulan nukleus-nukleus spesifik dan serat-serat terkaitnya
yang terletak di bawah talamus. Hipotalamus memiliki 4 bagian utama: (1) regio
mammillary, (2) regio tuberal, (3) regio supraoptik, dan (4) regio preoptik. (gambar 1.11)
Fungsi hipotalamus:
(1) Mengontrol SSP.
Hipotalamus mengendalikan dan mengintegrasikan aktivitas sistem saraf otonom, yang
mengatur kontraksi otot polos dan otot jantung dan juga sekresi banyak kelenjar. Pada
sistem saraf otonom, hipotalamus merupakan organ mayor dalam mengatur aktivitas
viscera termasuk regulasi denyut jantung, gerak peristaltik gastrointestinal saat
mengolah makanan, dan kontraksi kandung kemih.
(2) Produksi Hormon.
(lihat bagian endokrin)
(3) Regulasi emosi dan pola perilaku.
Bersama dengan sistem limbik, hipotalamus berpartisipasi dalam ekspresi kemarahan,
agresif, nyeri, dan kesenangan serta perilaku yang berhubungan dengan gairah seksual.
(4) Regulasi makan dan minum.
Hipotalamus mengatur pola makan. Terdapat feeding center(pusat makan), yang akan
menginduksi nafsu makan dan satiety center (pusat kenyang), yang akan menyebabkan
sensasi kenyang dan menghentikan makan.
Hipotalamus juga memiliki thirst center (pusat haus), Ketika sel-sel tertentu di
hipotalamus dirangsang oleh tekanan osmotik yang meningkat dari cairan ekstraselular,

122 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
hal ini akan menyebabkan sensasi haus. Asupan air dengan minum mengembalikan
tekanan osmotik ke normal, menghilangkan rangsangan dan rasa haus.
(5) Mengontrol suhu tubuh
Hipotalamus juga berfungsi sebagai termostat tubuh, yang akan mempertahankan suhu
tubuh pada batas normal atau pada setpoint yang di inginkan.
(6) Regulasi ritme Circadian dan kesadaran
Nukleu suprachiasmatik hipotalamus (merupakan bagian dari regio supraoptic)
berfungsi sebagai jam biologis internal tubuh karena membentuk ritme sirkadian, dan
aktivitas bangun-tidur dalam 24 jam.

Gambar 1.11.

5. SEREBELUM (cerebellum)
Serebelum merupakan organ yang penting dalam keseimbangan serta perencanaan dan
eksekusi gerakan. Serebelum terbagi menjadi 3 bagian dengan fungsi yang berbeda (gambar
1.12):
1. Vestibuloserebelum.
Untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol gerak bola mata.
2. Spinoserebelum.
Berfungsi meningkatkan tonus otot dan mengordinasikan gerakan volunter. Bagian otak
ini sangat penting dalam memastikan waktu yang tepat bagi kontraksi berbagai otot
untuk mengordinasikan gerakan yang melibatkan banyak sendi.
3. Serebroserebelum.
Berperan dalam perencanaan dan inisiasi aktivitas volunter dengan memberikan
masukan ke daerah motorik korteks. Serebroserebelum juga merupakan bagian yang
menyimpan ingatan prosedural.
Serebelum dan nukleus basal memantau dan menyesuaikan aktivitas motorik yang
diperintah dari korteks motorik, dan seperti nukleus basal, serebelum tidak secara langsung
memengaruhi neuron motorik eferen. Meskipun mereka melakukan peran yang berbeda-
beda (misalnya, serebelum meningkatkan tonus Otot, sementara nukleus basal

123 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
menghambatnya), keduanya berfungsi secara tak langsung dengan memodifikasi keluaran
sistem-sistem motorik utama di otak.

Gambar 1.12.

124 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
6. BATANG OTAK
Batang otak terdiri dari medula oblongata, pons, dan otak tengah. Batang otak
merupakan jalur penghubung penting antara bagian otak dan korda spinalis.
Fungsi batang otak mencakup:
1) Sebagian besar dari 12 pasang nervus kranial berasal dari batang otak.
2) Di batang otak terkumpul kelompok neuron atau pusat yang mengontrol fungsi jantung
dan pembuluh darah, pernapasan, dan aktivitas pencernaan.
3) Mengatur refleks otot yang terlibat dalam keseimbangan dan postur.
4) Terdapat RAS (reticular activating system) yang berperan dalam kemampuan
mengarahkan perhatian/konsentrasi.
Tempat keluarnya 12 pasang nervus kranial terbagi menjadi beberapa bagian yaitu (gambar
1.13):

- Medula Oblongata (5 pasang nervus):


a. N. Vestibulokoklearis (VIII)
b. N. Glosofaringeus(IX)
c. N. Vagus(X)
d. N. Aksesorius(XI)
e. N. Hipoglosus(XII)
- Pons (4 pasang nervus):
a. N. Trigeminus(V)
b. N. Abducens(VI)
c. N. Fasialis(VII)
d. N. Vestibulokoklearis(VIII)
- Otak tengah/Midbrain (2 pasang nervus)
a. N. Okulomotorius(III)
b. N. Troklearis(IV)

125 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Gambar 1.13.

126 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Gambar 1.14.

Gambar 1.15.

127 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
2. FISIOLOGI SENSORIK
A . Reseptor Sensorik – Umum

Merupakan sel-sel epitel atau neuron dengan sifat khusus yang menghantar sinyal sinyal lingkungan
menjadi sinyal sinyal saraf.
Sinya sinyal lingkungan yang dapat dideteksi meliputi gaya mekanis , cahaya , bunyi , kimia dan
suhu

1. Tipe tipe transduser sensorik


1). Mekanoreseptor
a) Korpuskel pacinii
b) Reseptor sendi
c) Reseptor regangan dalam otot
d) Sel sel rambut dalam sistem auditorius dan vestibulum
e) Baroreseptor dalam Sinus karotis
2). Fotoreseptor
a) Sel sel batang dan kerucut pada Retina
3). Kemoreseptor
a) Reseptor olfactorius
b) Reseptor Pengecap
c) Osmoreseptor
d) Reseptor O2 dalam Bentuk karotis
4). Nosiseptor
a) Suhu dan rasa Nyeri yang ekstrim

2. Tipe-tipe Serat dan kecepatan hantaran

128 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
3. Medan reseptif
Merupakan bagian tubuh yang ketika distimulasi mengubah lagu pencetusan (firing rate) sebuah
neuron sensorik . jika laju pencetusan neuron sensorik tersebut meningkat , maka medan reseptifnya
bersifat eksitasi . jika laju pencetusan neuron sensorik tersebut menurun, maka medan reseptifnya
bersifat inhibisi.

4. Tahap-Tahap dalam transduksi sensorik


a. Stimulus tiba pada reseptor sensorik . stimulus dapat berupa foton cahaya pada
retina, sebuah molekul NaCl pada lidah , lekukan kulit dan seterusnya.
b. Stimulus ion terbuka dalam reseptor sensorik yang memunginkan aus itu mengalir.
- Biasanya arusmengalir ke arah dalam yang menghasilkan Depolarisasi reseptor
- Pengecualiannya adalah Fotoreseptor dimana cahaya menyebabkan
berkurangnya arus ke dalam dan hiperpolarisasi.
c. Perubahan pada potensial membran yang dihasilkan oleh stimulus merupakan
potensial reseptor atau potensial generator.

- Jika potensial resetor mengalami depolarisasi, maka keadaan ini membuat


potensial membran tersebut lebih dekat dengan potensial ambang.jika potensial
reseptornya cukup besar , potensial membran akan melampaui ambang dan
potensial aksi akan tercetus didalam neuron sensorik.
- Potensial reseptor ditentukan derajat ukurannya dan tergantung besarnya
stimulus.

5. Adaptasi reseptor sensorik


a. Reseptor yang Beradaptasi Lambat atau bersifat tonik (kumparan otot;tekanan;nyeri yang
lambat).
- Memberian respon repetif terhadap stimulus yang berlangsung lama
- Mendeteksi stimulus yang teratur konstan.
b. reseptor yang beradaptasi cepat atau bersifat fasik (korpuskel pacinii ; Sentuhan Ringan)
- memperlihatkan penurunan frekuensi potensial aksi bersamaan dengan berjalannya waktu
sebagai respon terhadap stimulus yang konstan.
- Terutama mendeteksi awal (onset) dan berhentinya (offset) stimulus.

6. Lintasan sensorik darireseptor sensorik ke korteks serebri


a. Reseptor sensorik
- Diaktifkan oleh stimulus lingkungan .

129 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
- Dapat berupa sel – sel sepitel yang bersifat khusus (misalnya fotoreseptor, reseptor
pengecap , sel-sel rambut auditorius).
- Dapat berupa neuron aferen primer ( misalnya kemoreseptor olfactorius)
- Mentransduksi stimulus menjadi energi elektris (yaitu potensial reseptor)
b. Neuron urutan-pertama
- merupakan neuron aferen primer yang menerima sinyal yang ditransduksi
dan mengerimkan informasi kepada SSP. Badan sel neuron aferen primer berada dalam atau
ganglion medula spinalis.
c. Neuron urutan-kedua
- Terletak dalam medula spinalis atau batanga otak.
- menerima informasi dari satu atau lebih neuron aferen premier dalam nukleus pemancar
(relay nucleus) dan mentransmisikannya ke talamus.
- Akson neuron urutan-kedua dapat menyilang garis-tengah dalam nukleus pemancar
didalam medula spinalis sebelum akson tersebut berjalan naik ke dalam talamus . jadi ,
Informasi sensorik yang bermula pada salah satu sisi tubuh akan berjalan naik ke
dalam talamus yang kontralateral.
d. Neuron urutan-ketiga
- Terletak dalam nukleus pemancar pada talamus . dari sana, informasi sensorik yang sudah
dikode berjalan naik ke korteks serebri.
e. Neuron urutan-keempat
- Terletak dalam area sensorik yang sesuai pada korteks serebri . indormasi yang diterima
menghasilkan persepsi yang disadari (conscious perception)

B. Sistem Somatosensoik
Meliputi sensasi sentuhan , gerakan, suhu dan nyeri.

1. Lintasan Sistem somatosensorik


1) Sistem kolumna dorsalis
mengolah sensasi sentuhan halus, tekanan , diskriminasi dua-titik,vibrasi dan
propriosepsi (reseptor posisi)
- Terutama terdiri serabut saraf grup II
- Jaras PCLMS : menjalarkan sinyal dalam kolumna dorsalis medula spinalis → sinyal
bersinaps pada nukleus gracilis dan nukleus kuneatus dan menyilang ke sisi berlawanan
didalam kolumna dorsalis→ sinyal akan naik melalui lemniskus medialis dibatang otak
menuju thalamus → di thalamus serabut lemniskus medialis berakhir pada daerah
penyiaran sensorik thalamus yang dikenal sebagai kompleks ventrobasal → penjalaran
berlanjut menuju gyrus postcentralis dari cortex cerebri (area somatosensorik).
2) Sistem Anterolateral
- Mengelolah suhu,nyeri dan sentuhan ringan
- Terutama terdiri dari serabut saraf grup III dan IV yang memasuki medula spinalis dan
terakhir pada kornu dorsalis.
- Jaras ALS : menjalarkan sinyal melalui serabut-serabut anterolateral yang akan menyilang
tepat pada komisura anterior dan lateral sisi berlawanan → serabut naik ke otak melalui
jalur traktus spinotalamikus anterior dan spinotalamikus lateral→ berakhir pada ujung
traktus spinotalamikus di nukleus reticularis batang otak dan kompleks ventrobasal.

130 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
2. Tipe-Tipe mekanoreseptor

3. Talamus
- Informasi dari berbagai-bagian tubuh disusun secara somatopsis
- Destruksi nukleus di dalam talamus mengakibatkan hilangnya sensasi pada sis
kontralateral tubuh.

4. Korteks somatosensorik-Homunkulus sesnsotik.


- Area somatosesnsotik yang utama pada korteks serebri adalah SI dan SII.
- SI memiliki reprensentasi somatotopik yang serupa dengan yangg ada di dalam talamus.
- “PETA” tubuh ini dinamakan homunkulus Sensorik.
- Area yang terbesar merepresentasikan wajah , tangan dan jari-jari tangan dimana yang
paling penting adalah penentuan lokasi yang tepat.

5. Nyeri
- Berikatan dengan deteksi dan presepsi stimulus yang berbahaya (nosisepsi)
- Reseptor untuk rasa nyeri berupa ujung saraf bebas (free nerve ending) didalam kulit ,
otot dan visera
- Neurotransmiter untuk nosireseptor meliputi senyawa P. Inhibisi pelepasan Senyawa P
merupakan dasar pembebasan rasa nyeri yang dihasilkan oleh senyawa senyawa opioid.

A. Serabut saraf untuk implus nyeri cepat dan lambat


Nyeri yang cepat dibawa oleh serabut saraf grup III . implus nyeri ini memiliki
awal (onset) serta berhenti (offset) yang cepat dan bersifat terlokalisasi.
Nyeri yang Lambat dibawa oleh serabut C . Implus Nyeri ini ditandai oleh rasa
pegal. Terbakar untuk menusuk dengan lokasi yang sukar ditemukan.
B. Nyeri Alih (Reffered pain)
Nyeri berasal dari visera beralih ke tempat-tempat pada kulit dan mengikuti
kaidah dermatom. Tempat–tempat ini dipersarafi oleh serabut saraf yang muncul
dari segmen medula spinalis yang sama.
Sebagai Contoh, Nyeri Jantung iskemik beralih ke dada dan bahu.

131 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
3. FISIOLOGI MOTORIK

A. Unit Motorik
Terdiri dari motoneuron dan serabut otot yang dipersarafinya olehnya. Untuk kontrol
yang halus (misalnya otot-otot mata), sebuah motoneuron yang tunggal hanya
mempersarafi beberapa serabut otot. Untuk gerakan yang lebih kasar (misalnya otot-otot
postural), sebuah motoneuron yang tunggal dapat mempersarafi ribuan serabut otot.
Motoneuron Pool merupakan kelompok motoneuron yang mempersarafi serabut dalam otot
yang sama.
Derajat kekuatan kontraksi otot ditentukan oleh rekruitmen unit motorik tambahan (prinsip
ukuran). Prinsip ukuran (size principle) mengatakan ketika unit motorik tambahan direkruit,
maka ada lebih banyak motoneuron yang terlibat dan ada lebih banyak tegangan (tension)
yang dihasilkan.
1) Motoneuron kecil.
- Mempersarafi sedikit serabut otot
- Memiliki ambang yang paling rendah dan dengan demikian mencetuskan implus
yang pertama
- Menghasilkan gaya atau kekuatan yang paling kecil.
2) Motoneuron yang besar.
-Mempersarafi banyak serabut otot
- Memiliki ambang yang paling tinggi dan dengan demikian mencetuskan implus
paling akhir
- Menghasilkan gaya atau kekuatan yang paling besar.

B. Sensor Otot
1) Tipe-tipe sensor otot.
a. Kumparan otot/Muscle Spindles (serabut aferen group Ia dan II) berjalan paralel
dengan serabut ekstrafusal . kumparan otot mendeteksi baik perubahan statik maupun
dinamik panjang otot.
b. Organ tendon golgi (serabut aferen group Ib) tersusun dalam sejumlah seri bersama
serabut otot ekstrafusal. Organ ini mendeteksi tegangan otot.
c. Korpuskel pacinii (serabut aferen group II) tersebar di seluruh otot. Korpuskel ini
mendeteksi Vibrasi.
d. Ujung saraf bebas/ Free Never Ending ( Serabut Aferen Group III dan IV)
Mendeteksi Stimulus Nyeri (noxious)

2) Tipe-tipe serabut otot.


a. Serabut ekstrafusal
- Membentuk massa otot
- Dipersarafi oleh α-motoneuron
- Memberikan kekuatan untuk kontraksi otot

b. Serabut intrafustal
- Berukuran lebih kecil daripada serabut otot ekstrafusal
- Dipersarafi oleh ϒ-motoneuron
- Dibungkus dalam selubung untuk membentuk kumparan otot
- Berjalan paralel bersama serabut ekstrafusal tetapi tidak diseluruh panjang otot.
132 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
- Berukuran terlalu kecil untuk menghasilkan kekuatan yang signifikan.

3) Kumparan otot (muscle spindles)


- Tersebar di seluruh otot
- Terdiri dari serabut infrafustal yang kecil , terselubung dan terkoneksi secara paralel
bersama serabut ekstrafusal yang besar (yang menghasilkan kekuatan)
- Semakin halus gerakan yang diperlukan, semakin besar jumlah kumparan otot di dalam otot

a. Tipe-tipe serabut intrafusal dalam kumparan otot.


Nuclear bag fibers
- Mendeteksi laju perubahan pada panjang otot (perubahan cepat, dinamik)
- Dipersarafi oleh serabut aferen grup Ia
- Memiliki sejumlah nukleus yang terkumpul di “central bag region”
(regio kantong sentral).
Nuclear chain fibers
- Mendeteksi perubahan titik pada panjang otot
- Dipersarafi oleh serabut aferen grup II
- Memilii nukleus yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan nukelar bag fibers
- Memiliki nukleus yang tersusun dalam barisan

b. Bagaimana kumparan otot bekerja.

Refleks kumparan otot melawan (mengoreksi)peningkatan panjang otot


(regangan)
(1) Informasi sensorik tentang panjang otot diterima oleh serabut aferen grup Ia
(kecepatan) dan II (statik)
(2) Ketika sebuah otot diregangkan (diperpanjang ), kumparan otot juga
teregang dengan menstimulasi serabut aferen grup Ia dan grup IIa
(3) Stimulasi serabut aferen grup Ia menstimulasi α-motoneuron dalam medula
spinalis . stimulasi ini selanjutnya menyebabkan kontraksi dan pemendekan
otot.

133 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
c. Fungsi ϒ-motoneuron.
Mempersarafi serabut otot intrafusal
Menyusuaikan sensivitas kumparan otot sehingga kumparan ini akan
memberikan respon yang tepat pada saat kontaksi otot
α-motoneuron dan ϒ-motoneuron mengalami ko-aktivasi sehingga kumparan
otot tetap sensitif terhadap perubahan pada panjang otot selama kontraksi

Rangkuman refleks otot.

134 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Refleks

DEFINISI : gerakan yang cepat dan involunter sebagai respon terhadap suatu stimulus.

FUNGSI REFLEKS: suatu mekanisme pertahanan tubuh dan dapat dipakai dalam pemeriksaan fisik
untuk mengetahui abnormalitas tubuh manusia

JENIS-JENSI REFLEKS

JALUR REFLEKS
a. Monosinaptik: Reseptor sensorik → neuron aferen (sensorik) → pusat integrasi → neuron eferen
(motorik) → efektor (Ex : refleks trisep & bisep, refleks patella,dan refleks Achilles)

135 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
b. Polisinaptik : Reseptor sensorik → neuron aferen (sensorik) → pusat integrasi →interneuron → neuron
eferen (motorik) → efektor (Ex : refleks withdrawal &
refleks pupil)

136 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM

Tujuan untuk mengetahui bagaimana cara pemeriksaan refleks-refleks fisiologis pada manusia.
Alat & Bahan :
- palu perkusi
- Kapas
- Applicator stick

Metode dan Hasil Percobaan

A. Refleks Superfisial
a) Refleks Kornea
1. Subjek membuka mata dan mengarahkan pandangan ke titik jauh
2. Menyentuh permukaan kornea mata kanan subjek dari samping dengan ujung kapas
3. Mengamati gerak refleks yang terjadi

Normalnya mata tertutup cepat

b) Refleks Plantar
1. Subjek menekuk kaki kiri pada kursi dan kaki kanan tetap berpijak pada lantai
2. Merangsang telapak kaki dengan ujung applicator stick sepanjang tepi lateral telapak
kaki 3. Mengamati gerak refleks yang terjadi

Normal : Ibu jari kaki mengalami plantar fleksi


Jika babinski + : ibu jari dorsofleksi dan jari-jari lainnya menegang (seperti mekar)→ pada orang
yang cedera spinal cord dan stroke. Namun normal pada bayi < 6 bulan

137 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
B. Refleks Tendon (Proprioceptive)
a) Refleks Bisep
1. Subjek melemaskan lengannya dan melakukan pronasi lengan bawah
2. Penguji meletakkan ibu jari dengan kuat pada tendon bisep
3. Mengetuk ibu jari dengan palu dan amati gerak refleks yang terjadi

Normal : fleksi articulatio cubiti (siku)


b) Refleks Trisep 1. Subjek membengkokkan lengan kanan secara pasif 2. Mengetuk palu refleks
pada tendon trisep dan amati gerak refleks yang terjadi

Normal : ekstensi articulatio cubiti (siku)


c) Refleks Patella
1. Subjek duduk diatas meja dengan posisi kaki menggantung (lakukan manuver jendrassik :
tujuannya agar perhatian subjek teralihkan dan hasil refleks baik)
2. Meletakkan tangan penguji pada M. quadricep femoris
3. Mengetuk tendon patella dengan palu dan amati gerak refleks yang terjadi.

Manuver Jendrassik
Normal : ekstensi articulatio genu (lutut)
138 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
d) Refleks Achilles
1. Subjek menekuk kaki kirinya dikursi dan kaki kanannya tetap berpijak pada lantai
2. Mengetuk tendon achilles (calcaneus) dengan palu dan amati gerak refleks yang terjadi .

Normal : Plantar fleksi


e) Refleks Mandibulae
1. Subjek diminta membuka mulut
2. Jari pemeriksa diletakkan pada rahang subjek
3. Mengetuk jari pemeriksa dengan palu dan amati gerak refleks yang terjadi

Normal : mulut menutup perlahan

139 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SENSE ORGAN

140 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
VISION

DEFINISI : Tajam penglihatan dikenal dengan tajam penglihatan perifer merupakan penglihatan tepi yang
dilaksanakan terutama oleh sel batang yang menempati retina pada bagian perifer. Tajam penglihatan
perifer merupakan kemampuan menangkap adanya benda, gerakan, atau warna objek diluar garis langsung
penglihatan. Tajam penglihatan didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk membaca tes pola
standar pada jarak tertentu. Pada umumnya hasil pengukuran dibandingkan dengan penglihatan orang
normal

141 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
FUNGSI KOMPONEN UTAMA FUNGSI
MATA STRUKTUR
Sklera Jaringan ikat protektif (membentuk bagian putih mata)
Lensa Variasi Kemampuan refraksi selama akomodasi
Kornea Sangat berperan dalam kemampuan refraksi mata
Iris Mengatur ukuran pupil dengan kontraksi ; berperan
menentukan warna mata
Pupil Mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata
Retina Mengandung fotoreseptor a. sel kerucut (conus) : penglihatan
warna ; penglihatan siang hari (3 juta per retina) b. sel batang
(rod): penglihatan hitam putih ; penglihatan malam hari (100
juta per retina)
Koroid Mengandung pembuluh darah (nutrisi untuk retina)
Otot siliaris Berperan dalam akomodasi
Fovea centralis Daerah dengan ketajaman tinggi , disekitarnya terdapat
makula lutea yang mengandung banyak sel kerucut
Diskus optikus (titik buta) Jalan keluar N.opticus dan pembuluh darah ( tidak
mengandung fotoreseptor)
Humor aquosus Cairan encer jernih yang berfungsi membawa nutrien untuk
kornea dan lensa
Humor vitreus Mempertahankan bentuk bola mata

JARAS PENGLIHATAN Cahaya → masuk retina (reseptor) → n. optikus → pada kiasma optikum
semua serabut menyilang ke sisi yang lain →membentuk traktus optikus → bersinaps di nukleus
genikulatum lateralis dorsalis pada thalamus → fissura calcarina lobus occipitalis (korteks penglihatan
primer).

142 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
AKOMODASI MATA Akomodasi adalah
kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa. kekuatan
lensa ini dikendalikan oleh otot siliaris yang melekat ke
lensa melalui ligamentum suspensorium. Stimulasi
parasimpatis menyebabkan otot siliaris berkontraksi
dan stimulasi simpatis menyebabkan relaksasi. ciliary ciliary
ganglion ganglion
Ketika kita melihat benda yang jauh, otot siliaris
RETINA
melemah dan lig.Suspensorium akan menegang
sehingga lensa menjadi gepeng dan kurang
retraktif. CN 3 CN 2
CHIASM
Ketika kita melihat benda yang dekat, otot
siliaris berkontraksi yang menyebabkan
regangan lig. Suspensorium berkurang sehingga
lensa menjadi lebih bulat. PRETECTAL PRETECTAL
NUCLEUS NUCLEUS
Trias akomodasi : Lensa mencembung, miosis pupil,
konvergensi

EDINGER EDINGER
WESTPHAL WESTPHAL
NUCLEUS NUCLEUS

REFLEKS PUPIL Jika mata disinari oleh cahaya,


pupil akan mengecil (konstriksi), reaksi ini disebut refleks cahaya pupil.Fungsi refleks ini adalah
membantu mata untuk beradaptasi secara cepat terhadap perubahan cahaya. Pupil akan berkonstriksi
(miosis) bila mendapat cahaya (aktivasi parasimpatis, relaksasi simpatis) dan sebaliknya berdilatasi
(midriasis) dalam keadaan gelap ( aktivasi simpatis, relaksasi parasimpatis).

Refleks Konsensual Mata


Bila sinar diarahkan ke salah satu mata, maka pupil akan berkonstriksi (Refleks cahaya pupil). Pupil mata
yang lain juga berkontriksi (refleks cahaya konsensual). Serat-serat nervus optikus yang membawa impuls
untuk respon pupil ini memisahkan diri dari nervus optikus dekat korpus genikulatum lateralis. Dikedua
sisi serat ini masuk keotak tengah melalui brakium kolikulum superior dan berakhir di nukleus pretektal.
Dari nukleus ini, neuron ordo kedua menuju nucleus Edinger-Westphal ipsilateral dan kontralateral.
Neuron ordo ketiga berjalan dari nucleus ini ke ganglion siliaris di nervus okulomotorius, dan neuron ordo
keempat berjalan dari ganglion ini menuju ke korpus siliaris. Jaras ini terletak sebelah dorsal dari jaras
respon dekat. Dengan demikian, respon cahaya dapat menghilang sedangkan respon akomodasi tetap utuh

143 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
ADAPTASI GELAP DAN TERANG (Fototransduksi)
Sinyal listrik sel disebabkan oleh pergerakan ion antara kompartemen intraseluler dan ekstraseluler.
Batang mengandung tiga kanal ion utama yaitu : cyclic nucleotide-gated channel (kanal CNG) yang
memungkinkan Na+ dan Ca2+ memasuki batang, kanal K+ akan keluar dari batang dan kanal Ca2+
membantu mengatur eksositosis neurotransmitter

Adaptasi Gelap seseorang berada ditempat gelap dalam waktu lama


→ retinal dan opsin yang ada dalam sel batang dan kerucut diubah
kembali menjadi pigmen yang peka terhadap cahaya→ vitamin A
diubah kembali menjadi retinal untuk terus menyediakan lebih banyak
pigmen peka cahaya → mata dapat melihat dalam kegelapan.
Bila berada dalam kegelapan rhodopsin tidak aktif sehingga GMP
siklik (cGMP) dikerucut adalah tinggi sehingga kanal CNG dan K+
terbuka sehingga Ca2+ dan Na2+ masuk dan K+ keluar. Karena dalam
posisi terdepolarisasi maka kanal Ca2+ terjadi pelepasan tonik
neurotransmitter glutamate yang akan bersinaps ke sel bipolar

Adaptasi Terang Seseorang berada ditempat terang dalam waktu yang


lama →banyak fotokimiawi yang terdapat di sel batang dan kerucut
diubah menjadi retinal dan opsin→ sebagian besar retinal dalam sel
batang dan kerucut akan diubah menjadi vitamin A→ bahan kimiawi
fotosensitif yang menetap dalam sel batang dan kerucut akan sangat
banyak berkurang → sensitivitas mata terhadap cahaya turut berkurang

Ketika cahaya mengaktifkan rhodopsin, kaskade caraka kedua


diinisiasi melalui protein G transdusin. Kaskade caraka kedua transdusin akan mengurangi konsentrasi
cGMP sehingga memuat menutupnya kanal CNG. Akibatnya influks kation yang turun dan tetap
berlangsungnya efluks K+ bagian dalam batang akan terhiperpolarisasi sehingga pelepasan glutamate ke
neuron bipolar berkurang. Cahaya terang menutup semua kanal CNG dan menghentikan semua pelepasan
neurotransmitter.

Pelepasan neurotransmitter berfungsi sebagai inhibitor sehingga tidak timbulnya potensial aksi disel
ganglion sehingga tidak terjadinya perambatan potensial aksi menuju korteks penglihatan pada kondisi
gelap. Sedangkan pada kondisi terang karena terjadinya penurunan pelepasan neurotransmitter inhibitor
akibatnya proses inhibisi akan menghilang sehingga sel bipolar tidak dihambat akan terjadi potensial aksi
pada sel ganglion yang membuat perambatan potensial aksi menuju korteks penglihatan dilobus oksipitalis
otak untuk proses penglihatan

Siklus Fotopigmen
Ketika cis-retinal menyerap foton cahaya, cis- retinal akan ke bentuk yang disebut trans - retinal.
Konversi cis ke trans disebut isomerisasi dan merupakan langkah pertama transduksi visual. Setelah
isomerisi retina, beberapa stabil akan membentuk intermediet kimia. Dalam sekitar satu menit, trans-retinal
akan memisahkan diri dari opsin
Produk akhir terlihat tidak berwarna, jadi ini bagian dari siklus yang disebut pemutihan fotopigmen.
Sebuah enzim yang disebut retina isomerase akan mengubah trans– retinal kembali ke bentuk cis-retina.
Cis-retina kemudian dapat mengikat opsin, untuk reformasi fungsional dari fotopigmen dan merupakan
siklus resintesis fotopigmen
144 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Gangguan Refraksi
1. AMETROPIA
Ametropia dalam keadaan tanpa akomodasi atau dalam keadaan istirahat memberikan bayangan
sinar sejajar pada fokus yang tidak terletak pada retina. Pada keadaan ini bayangan pada selaput jala
tidak sempurna terbentuk. Dikenal berbagai bentuk ametropia, seperti :
1) Ametropia aksial yaitu ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih
panjang, atau lebih pendek sehingga bayangan benda difokuskan didepan atau
dibelakang retina. Pada Miopia aksial fokus akan terletak didepan retina karena bola
mata lebih panjang dan pada hipermetropia aksial fokus bayangan terletak dibelakang
retina.
2) Ametropia refraktif yaitu ametropia akibat kelainan sistem pembiasan sinar didalam
mata. Bila daya bias kuat maka bayangan benda terletak didepan retina (miopia) atau
bila daya bias kurang maka bayangan benda akan terletak dibelakan retina
(hipermetropia refraktif).
Ametropia dapat disebabkan kelengkungan kornea atau lensa yang tidak normal (ametropia
kurvatur) atau indeks bias abnormal di dalam mata (ametropia indeks). Ametropia dapat ditemukan dalam
bentuk kelainan seperti, miopia, hipermetropia, astigmatisma.

Astigmatisma merupakan kelainan refraksi mata yang menyebabkan bayangan penglihatan pada
satu bidang difokuskan pada jarak yang berbeda dari bidang yang tegak lurus terhadap bidang tersebut. Hal
ini paling sering disebabkan oleh terlalu besarnya kelengkungan kornea pada salah satu bidang mata. Pada
astigmastisma berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2
garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea

145 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
2. Presbiopia
Presbiopia adalah gangguan penglihatan dekat yang terjadi pada orang tua. Hal ini dapat dibagi
menjadi 2 jenis : presbiopia fungsional dan presbiopia objektif. Presbiopia fungsional menggambarkan
situasi dimana seseorang memiliki visus < N8 ( yaitu, < 6/18 ketajaman visual) yang dapat dikembalikan
dengan lensa tambahan , tetapi tidak termasuk dalam miopia moderat yang bisa membaca tanpa bantuan
kacamata
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat kelemahan otot akomodasi dan lensa
mata tidak kenyal atau berkurangnya elastisitasnya akibat sclerosis lensa. Akibat gangguan ini maka pasien
berusia 40 tahun akan memberi keluhan setelah membaca yaitu mata lelah, berair dan sering terasa pedas.

146 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM

Tujuan Untuk mengetahui cara-cara pemeriksaan mata meliputi tes akomodasi, refleks cahaya, visual
acuity, bintik buta, astigmatisme, dan buta warna .

Metode dan Hasil Percobaan


Alat dan Bahan :
- senter
- snellens chart
- Mistar
- gambar uji astigmatisme
- ishihara book
-Lensa koreksi set

Akomodasi
1. Memfokuskan satu mata pada pin

2. Pin dipegang tegak pada jarak terpanjang lengan


3. Secara bertahap membawa pin lebih dekat dengan mata, terus fokus pada pin tersebut
4. Mengatur jarak dititik mana pin tidak lagi terlihat jelas (kabur)

Normal (emetropia): Titik dekat (punctum proximum) ± 25 cm Titik jauh (punctum remotum) tak
terhingga

Abnormal :
1. miopia : kelainan akibat bayangan difokuskan di depan retina (rabun jauh), hal ini biasanya pada
keadaan bola mata yang terlalu panjang→ koreksi lensa cekung (konkaf ; lensa - ).
2. Hiperopia (hipermetropia) : kelainan akibat bayangan difokuskan di belakang retina (rabun dekat), hal
ini biasanya pada keadaan bola mata terlalu pendek dan lensa terlalu lemah→ koreksi lensa cembung
(konveks ; lensa +)
3. Presbiopia (mata tua): kelainan berkurangnya akomodasi mata (↓elastisitas lensa) seiring meningkatnya
usia →koreksi lensa ganda (bifokus ;gabungan lensa + dan -)

4. Astigmatisme (mata silinder): kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis pandang oleh mata
tanpa akomodasi dibiaskan lebih dari satu titik yang disebabkan terlalu besarnya lengkung kornea atau
kornea tidak rata→koreksi lensa silindris.
147 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Refleks Cahaya Pupil
1. Menghadapkan senter ke wajah dengan mata tertutup. Setelah 30 detik, membuka satu mata dan mata
yang lainnya tetap menutup.
2. Amati perubahan pupil mata (refleks pupil)

Normal : konstriksi pupil . jika mata yang tidak disinari ikut berkonstriksi disebut refleks
konsensual

C. Blind Spot (Bintik Buta)


1. Membuat tanda + dan • terpisah 6 cm pada sebuah kertas
2.Menutup mata kiri dan memegang gambar dengan jarak 30 cm dari mata kanan. Fokus pada
gambar +. Gambar • akan terlihat dengan penglihatan langsung .
3. Membawa kertas perlahan-lahan mendekat ke mata sampai gambar • menghilang dari
penglihatan. Lalu ukur jarak tersebut.

Normal : bintik buta terjadi ketika bayangan jatuh tepat pada discus nervi optici (tidak memliki
fotoreseptor)

Visual Acuity (Ketajaman Penglihatan)


1. Meletakkan snellen’s chart sejajar dengan mata
2. subjek berdiri 6 m dari snellen’s chart
3. menutup satu mata dan membaca dari baris demi baris sampai huruf dapat dengan jelas dibaca
148 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
4. Mengukur dan mencatat visus subjek

6 →jarak subjek
Normal: visus mata normal atau 20/20 (jarak kaki)
6 → jarak mata normal

Abnormal:jika visus 6/12 artinya subjek dapat membaca dengan jelas pada jarak 6 m sedangkan pada mata
normal dapat membaca dengan jelas pada jarak 12 m

Nb: mata akan melihat suatu objek dengan sangat jelas ketika cahaya tepat jatuh di fovea centralis yang
terdapat macula lutea (penglihatan sentral)

Buta Warna ( Color Blindness)


1. Menyediakan ishihara book
2. Meminta subjek membaca angka-angka yang ada
3. Identifikasi hasil yang diperoleh dengan melihat buku pentunjuk yang ada dibelakang untuk menentukan
apakah hasil positif atau negatif buta warna

Normal : Angka yang dibaca subjek sama dengan buku petunjuk


Abnormal : akhiran “anomali” menandakan kelemahan warna, sedangkan akhiran “anopia” menandakan
buta warna. Ex: -protanopia artinya seseorang buta warna merah, jika -protanomali artinya seseorang
memiliki kelemahan warna merah dalam penglihatan.
Nb: tiga warna utama yaitu merah (prot), hijau (deuter), dan biru (tri)

149 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Uji Astigmatisme
1. Menentukan status mata subjek dengan melihat grafik untuk mendereteksi astigmatisme
2. Mencatat hasil yang didapatkan , apakah subjek astigmatisme atau tidak

Normal : subjek melihat 3 garis secara terpisah


Abnormal: subjek melihat 3 garis sebagai 1 garis . Hal ini terjadi karena berkas sinar paralel yang masuk
tidak akan difokuskan pada satu titik tetapi pada beberapa titik yang membentuk satu garis. → koreksi
lensa silindris

150 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Cutaneus Sensation

DEFINISI Integumen atau kulit adalah organ yang berfungsi sebagai barier protektif yang memberikan
respon terhadap rangsangan eksternal maupun internal serta berperan dalam homeostasis. Secara lebih
spesifik kulit menjalani fungsi proteksi, regulasi suhu, sensasi stimulus ekterna, pembentukan vit D, dan
eliminasi air & garam mineral. Sensasi kutaneus berasal dari berbagai macam sense organ yang tersebar
diseluruh permukaan tubuh manusia.

Histologi Kulit

151 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
JENIS-JENIS RESEPTOR
Rangsangan (stimulus ) adalah perubahan yang terdeteksi oleh tubuh. Reseptor adalah neuron-neuron
aferen (sensorik) yang berespon terhadap rangsangan dari luar maupun dalam.

FISIK KIMIA NYERI


1) Mekanik: Sentuhan 1) olfaktorius : membau, 1) Fisik: tekanan kuat
taktil (corpus meisnner), molekul gas → ,temperatur, regangan,
tekanan (corpus paccini) kemoreseptor jejas/injury → nosiseptor Nb :
regangan, vibrasi → 2) Gustatorius : reseptor rangsangan nyeri
mekanoreseptor Ex : pengecapan → adalah ujung saraf bebas (free
baroreseptor pada arcu kemoresptor nerve ending)
aorta dan sinus caroticus
yang berfungsi mendeteksi
perubahan tekanan darah
Nb: Propriosepsi: sikap,
posisi → proprioseptor
pada otot, tendon , dan
sendi
2)Temperatur: Panas 3) mendeteksi konsentrasi 2) kimia : zat asam, Histamin
(corpus Ruffini) dan O2 dan CO2 dalam → nosiseptor
dingin (corpus krause) → darah→ kemoreseptor
termoreseptor
3) Visual (gelombang 4) mendeteksi perubahan
cahaya tampak : konsentrasi zat terlarut
Fotoreseptor) dan dlm tubuh →osmoreseptor
Auditoris (gelombang
getaran udara) →
Fisikoreseptor

152 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
153 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
JARAS SENSORIS

PCLMS ( Postero Column Lemniscus Medial System)

PCLMS menjalarkan sinyal dalam kolumna dorsalis medula spinalis → sinyal bersinaps pada nukleus
gracilis dan nukleus kuneatus dan menyilang ke sisi berlawanan didalam kolumna dorsalis→ sinyal akan
naik melalui lemniskus medialis dibatang otak menuju thalamus → di thalamus serabut lemniskus medialis
berakhir pada daerah penyiaran sensorik thalamus yang dikenal sebagai kompleks ventrobasal →
penjalaran berlanjut menuju gyrus postcentralis dari cortex cerebri (area somatosensorik).
Jenis sinyal :posisi, sentuhan halus, tekanan, dan getaran

154 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
ALS (Anterolateral System) / Traktus Spinothalamicus
ALS menjalarkan sinyal melalui serabut-serabut anterolateral yang akan menyilang tepat pada komisura
anterior dan lateral sisi berlawanan → serabut naik ke otak melalui jalur traktus spinotalamikus anterior
dan spinotalamikus lateral→ berakhir pada ujung traktus spinotalamikus di nukleus reticularis batang otak
dan kompleks ventrobasal.
Jenis sinyal : nyeri, suhu (panas & dingin), raba kasar, geli, gatal, dan sensasi seksual

155 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Traktus Trigeminothalamicus.
Impuls suntuk sebagian besar sensasi somatik (taktil, termal, dan nyeri) dari wajah, rongga hidung, rongga
mulut, dan gigi naik Korteks serebral di sepanjang jalur trigeminothalamic. Neuron orde pertama meluas
dari somatik reseptor sensorik di wajah, rongga hidung, rongga mulut, dan gigi ke dalam pons melalui saraf
trigeminal (V). Badan sel neuron orde satu ini ada di ganglion trigeminal. Terminal akson dari beberapa
neuron orde pertama bersinaps dengan neuron orde kedua di pons. Akson orde pertama serat neuron
lainnya turun ke medula oblongata untuk bersinaps dengan neuron akson orde kedua dari neuron orde
kedua bersilangan ke sisi lain medulla dan pons kemudian naik sebagai traktus trigeminotalamus ke
nukleus ventral posterior thalamus. Pada thalamus, terminal akson dari neuron orde kedua bersinaps
dengan neuron orde ketiga, yang memproyeksikan akson ke daerah somatosensori utama pada sisi yang
sama dengan korteks serebral sebagai thalamus.

156 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
ADAPTASI TUBUH TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR LINGKUNGAN
A) Terhadap Pajanan Dingin Penurunan temperatur lingkungan → termoreseptor perifer (corpus krause)
→ Hipotalamus (pusat termoregulasi) → respon meningkatkan suhu tubuh dengan :
1. Vasokonstriksi
2. Merinding (ereksi rambut untuk menahan panas →tidak efektif karena pada manusia kepadatan rambut
rendah),
3. Peningkatan Kontraksi tonus otot (↑ produksi panas ).
B) Terhadap Pajanan Panas Peningkatan temperatur lingkungan → termoreseptor perifer (corpus ruffini)
→Hipotalamus → respon menurunkan suhu tubuh dengan :
1. Vasodilatasi,
2. Stimulasi kelenjar keringat untuk berkeringat,

3. Penurunan tonus otot (↓ poduksi panas)

157 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
TWO POINT DISCRIMINATION Dua titik diskriminasi adalah jarak dimana dua garis yang terpisah
dirasakan sebagai satu garis. Kemampuan untuk membedakan dua titik sangat dipengaruhi oleh inhibisi
lateral dimana sinyal akan menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan menghambat neuron yang berdekatan .
Fungsi pemeriksan ini adalah untuk mengetahui adanya penyakit jaras sensorik pada seseorang yang
ditandai dengan peningkatan ambang batas dua titik yang dirasakan.

158 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM

Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana respon tubuh terhadap suatu stimulus yang diberikan meliputi tes sentuhan,
intensitas sensasi, sensitivitas pada bagian berambut dan tidak berambut, temperatur, adaptasi suhu, dan
two point discrimination.
Metode dan Hasil Percobaan
Alat dan Bahan:
- Cap untuk pemetaan area kulit ( 12x12) atau (10x10)
- Jarum pentul
- Rambut kuda/bulu ijuk
- Mistar
- Batang metal
- Kapas
- Gelas untuk air panas dan dingin
- Air panas & es
A. Sentuhan
1. Cap daerah pada telapak telapak, punggung tangan, bagian dorsal lengan bawah, dan bagian
ventral lengan bawah.
2. Cap stempel pada kertas untuk mencatat hasilnya
3. Menguji tiap kotak kecil dengan menggunakan rambut kuda/ bulu ijuk
4. Menggunakan tekanan yang cukup sampai membengkokkan bulu ijuk
5. Mencatat semua area yang merasakan sensasi sentuhan.

et : berikan tanda • jika terasa sentuhan x jika tidak merasakan sentuhan

159 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Temperatur
1. Menggunakan daerah yang dicap sama seperti pada praktikum tes sentuhan

2. Meletakkan metal rods pada gelas air panas, sebaiknya sering digantikan untuk mecegah agar tidak
dingin
3. Menguji tiap kotak kecil dengan metal rods yang panas lalu catat hasilnya

4. Mengulangi praktikum ini dengan memakai metal rods yang dicelupkan ke dalam air dingin, tetapi
sebelumnya dikeringkan terlebih dahulu.

Ket : berikan tanda • jika terasa dingin/panas x jika tidak merasakan dingin/panas Hasil : normalnya
reseptor dingin (krause) 3-10 x lebih banyak daripada reseptor panas (ruffini). Hal ini sebagai mekanisme
tubuh untuk mencegah keadaan hipotermia (↓ suhu tubuh) yang dapat mengakibatkan kematian.

Nb : Pengaturan suhu tubuh terletak di hipotalamus . normal suhu tubuh yaitu 36,5 – 37,5 0C

Intensitas Sensasi
1. Menggoreskan daerah ventral dan dorsal lengan bawah dengan metal rods yang dingin.
2. Membandingkan intensitas sensasi dingin pada setiap daerah yang bebeda

Hasil : Pada bagian ventral lengan akan lebih terasa dingin terutama pada area articulatio cubiti .

Nb : Semakin ke arah distal, intesitas sensasi dingin semakin berkurang terasa

160 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Adaptasi Suhu
1. Mengisi gelas untuk air panas sampai batas yang dapat ditoleransi
2. Memasukkan jari telunjuk ke dalam air panas dalam beberapa menit
3. Setelah itu masukkan jari telunjuk yang lainnya ke dalam air panas yang sama
4. Membandingkan sensasi yang tejadi

Hasil : ketika jari telunjuk kedua dimasukkan akan terasa lebih panas daripada jari yang pertama. Hal
tersebut terjadi karena reseptor suhu pada jari pertama telah beradaptasi terhadap rangsangan panas

E. Sensitivitas Dari Daerah Yang Berambut Dan Tidak Berambut


1. Menggoreskan kapas pada daerah yang berambut (dorsal lengan bawah)
2. Mengulangi pada daerah yang tidak berambut ( ventral lengan bawah)
3. Mencatat perbedaan sensasi yang dirasakan

Hasil : pada bagian dorsal lengan bawah akan merasakan sensasi sentuhan lebih besar daripada bagian
ventral, hal ini dikarenakan terdapat ujung saraf disekitar folikel-folikel rambut.

161 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
F. Two Point Discrimination
1. Meletakkan jarum pentul pada dua titik yang berada dalam satu garis
2. Memajukan kedua titik tersebut secara bersamaan
3. Menanyakan pada subjek berapa titik yang dirasakan, apabila merasakan satu titik ,ukur jarak titik
tersebut
4. Mencatat hasilnya dan pengukurannya dinyatakan dalam mm

Hasil : jarak tekecil pada ujung lidah sedangkan jarak terbesar pada punggung

162 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
TES PENDENGARAN

A. Gelombang suara
Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu fase
pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi secara bergantian mengenai membran timpani.
B. Anatomi telinga

Telinga luar
Telinga luar menyalurkan gelomang suara ke meatus auditorius eksterna.
Teinga tengah
Telinga tengah adaah rongga yang berisi udara di dalam Os temporalis yang terbuka melalui tuba
auditorius (eusthacius)ke nasofaring dan melalui nasofaring menuju keluar. 3 tulang pendengaran yaitu
maleus, inkus dan stapes terletak di telinga tengah.
Telinga dalam
Telinga dalam (labirin, rumah siput) terdiri dari : koklea(terdiri dari 3 tuba yang meingkar : skala
vetibuli, skala media dan skala timpani), organ korti (merupakan organ reseptor yang membangkitkan
impuls saraf sebagai respons terhadap getaran membran basilar), kanalis semisirkularis, kurtikulus dan
sakulus.

163 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
C. Jaras pendengaran
1. Fase mekanik

2. Fase listrik

164 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM

Tujuan
Tes pendengaran ini bertujuan untuk mengevaluasi fungsi pendengaran seseorang. Tes ini
terdiri atas :

a. Tes rinne, bertujuan untuk membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada telinga
seseorang
b. Tes weber, bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang pada kedua telinga subjek
c. Tes schwabach, bertujuan untuk membandingkan antara pengantaran tulang antara telinga
pemeriksa dan telinga subjek.

Metode dan hasil percobaan


ALAT DAN BAHAN :
- Garpu Tala 512 Hz
- Ruangan yang tidak bising suara

a. Tes rinne

Tes Rinne's membandingkan konduksi udara dan konduksi tulang telinga. Masing-masing
diuji secara terpisah.
1. Menyiapkan garpu tala 512 Hz
2. Tempatkan garpu tala pada tulang mastoid probandus

3. Menanyakan pada probandus apakah ia mendengarkan adanya suara atau tidak


4. Meminta probandus untuk memberi tanda jika suara tidak terdengar lagi
5. Ketika probandus tidak lagi mendengar adanya suara, pindahkan garpu tala di depan meatus
auditory externus
6. Menanyakan pada probandus apakah ia masih mendengarkan adanya suara.

Normal : konduksi udara ≥ konduksi tulang.

165 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
b. Tes weber

Membandingkan konduksi tulang di kedua telinga dan menentukan apakah penurunan


monoaural terkait saraf atau konduktif.
1. Menyiapkan garpu tala 512 Hz

2. Tempatkan garpu tala pada bagian tengah dahi probandus


3. Menanyakan pada probandus apakah suara yang didengarkan berada pada telinga kanan/
telinga kiri / pada tengah dahi.

c. Tes Schwabach

Merupakan pemeriksaan subyektif karena membandingkan pendengaran antara pemeriksa


dan pasien.
1. Menyiapkan garpu tala 512 Hz

2. Tempatkan garpu tala pada tulang mastoid probandus


3. Menanyakan pada probandus apakah ia mendengarkan adanya suara atau tidak
4. Meminta probandus untuk memberi tanda jika suara tidak terdengar lagi

5. Ketika probandus tidak mendengar adanya suara, pindahkan garpu tala ke tulang mastoid
pemeriksa

6. Pemeriksa merasakan apakah terdengar adanya suara

166 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
7. Lakukan sebaliknya, tempatkan garpu tala pada tulang mastoid pemeriksa lalu pada tulang
mastoid probandus

8. Menanyakan pada probandus apakah ia masih mendengarkan adanya suara.

167 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM IMUN

168 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM IMUN
A. PENGERTIAN SISTEM IMUN
Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua jenis organisme atau toksin
yang cenderung merusak jaringan dari organ tubuh kemampuan ini disebut imunitas (Guyton ,2014)
Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem
imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul dan bahan lainnya terhadap mikroba disebut
respons imun (Baratawidjaja, 2014)

B. KLASIFIKASI SISTEM IMUN


Sistem imun dibagi menjadi :
1. Sistem imun alamiah atau nonspesifik/natural/innate/native/non adatif
2. Sistem imun didapat atau spesifik/adatif/acquired

SISTEM IMUN

NONSPESIFIK SPESIFIK

FISIK LARUT SELULAR HUMORAL SELULAR

Kulit, selaput biokimia( fagosit ( Sel B (IgG, sel T ( Th1,


lendir, silia, lisozim, mononuklear IgA,IgM,IgE, Th2, Th17,
batuk, bersin sekresi dan IgD) ,sitokin Treg, Tdth,
sebaseus, polimorfonukl CTL,/Tc, NKT
asam ear), sel NK,
lambung, sel mast,
laktoferin , basofil,
asam eusinofil , SD
neuraminik)
dan humoral(
komplemen,
APP, mediator
asal lipid,
sitokin)

Gambar 1.1 Gambaran Umum sistem Imun (Baratawidjaja, 2014)

169 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Imunitas non-spesifik
Negatif : Imunitas spesifik
- dapat berlebihan Negatif :
- kekurangan memori -tidak siap sampai
terpajan alergen
Positif :
- respon lambat
- selalu siap
Positif :
- respons cepat
- Respons intens
tidak perlu ada pajanan
sebelumnya - perlindungan lebih baik
pada pajanan berikut

Gambar 1.2 Perbedaan Utama Imunitas Nonspesifik dan Spesifik (Baratawidjaja, 2014)

Tabel 1. 1 Perbedaan sifat-sifat sistem imun nonspesifik dan spesifik


Non Spesifik Spesifik
Resistensi Tidak berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi
berulang (memori)
Spesifitas Umumnya efektif terhadap Spesifik untuk mikroba yang
mikroba, spesifik untuk sudah mensensitasi
molekul dan pola molekular sebelumnya, sangat
berhubungan dengan spesisfik, mampu
patogen, dapat menjadi membedakan perbedaan
berlebihan minor dalam struktur
molekul, detil struktur
mikroba atau nonmikroba
dikenali dengan spesifitas
tinggi
Sel yang penting Fagosit, sel NK, Th, Tdth, Tc, Ts/Tr/Th3, sel
monosit/makrofag, neutrofil, B
basofil, sel mast, eosinofil,
sel dendritik
Molekul yang penting Lisozim, sitokin, Antibodi, sitokin, mediator,
komplemen, APP Lisozim, molekul adhesi
CRP, kolektin, molekul
adhesi
Waktu respons Menit/jam, selalu siap Hari (lambat), tidak sampai
terpajan alergen
Pajanan Tidak perlu Harus ada pajanan
sebelumnya
Diversitas Jumlah reseptor terbatas Reseptor sangat bervariasi,
jumlahnya banyak,
terbentuk oleh rekombinasi
genetik dari gen reseptor
170 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Respons memori Tidak bawaan Memori menetap, respons
lebih cepat atau lebih besar
pada infeksi serupa
berikutnya sehingga
perlindungan lebih baik
pada pajanan ulang
Diskriminasi self / nonself Sempurna, tidak ada pola Sangat baik, adakalanya
spesifik mikroba pada hasil diskriminasi
pajamu selfinonself gagal (pada
penyakit autoimun)
Komponen cairan darah atau Banyak peptida Antibodi
jaringan yang larut antimikrobial dan protein
Protein darah Komplemen, lain-lain Antibodi
(Baratawidjaja, 2014)

C. Tipe-tipe Dasar Imunitas didapat


Dalam tubuh dapat dijumpai dua tipe dasar imunitas didapat yang berhubungan erat satu sama lain.
1. Tipe pertama tubuh akan membentuk antibodi yang bersirkulasi, yaitu molekul globulin dalam
plasma darah yang mampu menyerang agen yang masuk kedalam tubuh. Tipe imunitas ini
disebut imunitas humoral atau imunitas sel B (karena limfosit B memproduksi antibodi).
2. Tipe kedua diperoleh melalui pembentukan limfosit T teraktivasi dalam jumlah besar yang
secara khusus dirancang untuk menghancurkan benda asing. jenis imunitas ini disebut imunitas
yang diperantarai sel atau imunitas sel T (karena limfosit yang teraktivasi merupakan limfosit
T).

Setiap toksin atau setiap jenis organisme hampir selalu mengandung satu atau lebih senyawa kimia
spesifik yang membuatnya berbeda dengan seluruh senyawa lainnya. Pada umumnya, senyawa
tersebut adalah protein atau polisakarida besar dan senyawa inilah yang memicu imunitas didapat.
Bahan-bahan ini disebut antigen (antibodi generation).
Imunitas didapat merupakan produk limfosit tubuh. Limfosit paling banyak ditemukan dalam nodus
limfe, namun dapat juga dijumpai dalam jaringan limfoid khusus, seperti limpa, daerah submukosa
saluran cerna,timus dan sum-sum tulang. Jaringan limfoid tersebar dilokasi-lokasi yang sangat
menguntungkan didalam tubuh untuk menahan invasi organisme atau toksin sebelum menyebar lebih
luas.

D. Pengolahan awal terhadap limfosit T dan B


Setelah pembentukannya disum-sum tulang, awalnya limfosit T bermigrasi ke kelenjar timus.
Disini limfosit T membelah secara tepat dan pada waktu yang bersamaan membentuk
keanekaragaman yang ekstrem untuk bereaksi melawan berbagai antigen spesifik.
Timus juga memastikan bahwa setiap limfosit T yang meninggalkan timus tidak akan
bereaksi terhadap protein atau antigen lain yang berasal dari jaringan tubuh sendiri. Jika tidak
limfosit T akan bersifat mematikan bagi jaringan tubuh.
Limfosit B diolah lebih dulu dihati dan sumsum tulang. Limfosit B dan limfosit T berbeda
dalam dua hal. Pertama, pada limfosit T seluruh sel membentuk reaktivitas terhadap antigen,
limfosit B secara aktif menyekresi antibodi yang merupakan bahan reaktif. Kedua, limfosit B

171 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
memiliki banyak keaneka ragaman daripada limfosit T. Limfosit B akan membentuk banyak
bahkan sampai berjuta-juta antibodi tipe limfosit B dengan berbagai reaktivitas yang spesifik.

E. Antibodi
Antibodi merupakan gamma globulin yang disebut imunoglobulin (disingkat Ig), dan berat
molekulnya antara 160.000 sampai 970.000. imunoglobulin biasanya mencakup dari sekitar 20% dari
seluruh protein plasma.
a. Penggolongan antibodi
Terdapat lima golongan umum antibodi, masing-masing diberi nama IgM, IgG, IgA, IgD, dan
IgE. Ada dua golongan antibodi yang sangat penting, IgG yang merupakan antibodi bivalen dan
mencakup kira-kira 75% dari seluruh antibodi orang normal, dan IgE yang merupakan antibodi
dalam jumlah kecil tetapi terutama terlihat pada peristiwa alergi. Golongan IgM juga penting
sebab sebagian besar antibodi yang terbentuk selama respons primer adalah antibodi jenis ini.
b. Mekanisme kerja antibodi
Antibodi bekerja terutama melalui dua cara untuk melindungi tubuh terhadap agen yang
menginvasi :
1. Dengan langsung menyerang penyakit tersebut.
2. Dengan mengaktifkan “sistem komplemen” yang kemudian dengan berbagai cara yang
dimiliknya akan mengahncurkan penyebab penyakit tersebut

172 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM URINARIA

173 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
STRUKTUR DAN FUNGSI GINJAL
Ginjal adalah organ berpasangan yang terletak pada dinding posterior abdomen. Pada orang dewasa,
masing-masing ginjal memiliki berat sekitar 115-170 g dan panjang kira-kira 11 cm, lebar 6 cm, dan tebal 3
cm.
Aliran darah pada kedua ginjal setara dengan 25% dari cardiac output pada saat istirahat. Ateri renalis
bercabang menjadi arteri interlobaris, arteri arcuata, arteri interlobular, dan arteriola afferent, yang
kemudian menjadi kapiler glomerulus. Kapiler glomerulus berkumpul membentuk arteriola efferent, yang
kemudian menjadi kapiler peritubular yang meyuplai darah untuk ginjal.

Nefron adalah unit fungsional dari ginjal. Masing-masing ginjal memiliki sekitar 1,2 juta nefron. Nefron
terdiri dari corpusculum renal, tubulus proksimal, lengkung henle, tubulus distal, dan duktus pengumpul.
Nervus renalis berjalan sepanjang pembuluh darah renal. Nervus renalis banyak mengandung serat efferen
postganglionik. Salain itu juga terdapat innervasi oleh N.Vagus, namun fungsinya belum jelas.

Sirkulasi Renal
Pada orang dewasa saat beristirahat, ginjal menerima 1,2-1,3 L darah setiap menit, atau sekitar 25% dari
cardiac output.
Pada saat rata-rata tekanan arteri sistemik 100 mmHg, tekanan kapiler glomerulus adalah sekitar 45 mmHg.
Penurunan tekanan sepanjang glomerulus hanya berkisar 1-3 mmHg, namun penurunan tekanan lebih
lanjut terjadi pada arteriola efferent sehingga tekanan pada kapiler peritubular berkisar 8 mmHg.
Stimulasi pada nervus renal meningkatkan sekresi renin melalui pelepasan norepinefrin pada reseptor beta
adrenergik di sel-sel juxtaglomerular dan meningkatkan reabsorpsi natrium. Terdapat banyak saraf pada
tubulus distal dan proximal serta lengkung henle ascenden. Saat tekanan darah sistemik menurun, respons
vasokonstriktor dihasilkan oleh penurunan discharge pada saraf baroreseptor termasuk vasokonstriksi renal.

174 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Saat ginjal mendapat suplai pada tekanan moderat, resistensi pembuluh ginjal bervariasi agar aliran darah
relatif konstan. Autoregulasi ginjal dihambat oleh administrasi obat-obatan yang dapat melumpuhkan otot
polos. Pada tekanan perfusi yang rendah, angiotensin II juga berperan dengan konstriksi arteriol efferen,
yang akan mempertahankan laju filtrasi glomerulus.

Filtrasi Glomerulus
Laju Filtrasi Glomerulus atau Glomerulus Filtration Rate (GFR) pada ginjal sebanding dengan total laju
filtrasi pada semua nefron. Sehingga dapat menggambarkan fungsi dari ginjal. Penurunan LFG pada
umumnya menunjukkan progresifitas penyakit ginjal.
Faktor yang mengatur filtrasi kapiler glomerulus sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi filtrasi
pada kapiler-kapiler lain, contohnya lapisan kapiler, permeabilitas kapiler, serta tekanan hidrostatik dan
osmotik.

Tahap pertama pada pembentukan urine adalah ultrafiltrasi plasma oleh glomerulus. Pada orang dewasa,
GFR bervariasi dari 90 hingga 140 ml/menit pada pria dan 80 hingga 125 ml/menit pada wanita. Dalam
kurun 24 jam sebanyak 180 L plasma di filtrasi oleh ginjal. Konsentrasi garam dan molekul organik seperti
glukosa dan asam amino sama pada plasma dan ultrafiltrat.

FUNGSI TUBULAR
Protein kecil dan beberapa hormon peptida direabsorpsi di tubulus proximal melalui endositosis. Substansi
lainnya disekresi maupun direabsorpsi di tubulus melalui difusi pasif antar sel, maupun transpor aktif.
Seperti sistem transport lainnya, transpor aktif ginjal memiliki batas maksimum.

175 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
176 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Sinyal dari tubulus renalis pada masing-masing nefron memberikan umpan balik untuk mempengaruhi
filtrasi glomerulus. Saat aliran melalui lengkung henle ascenden meningkat, filtrasi glomerulus pada nefron
yang sama menurun, dan sebaliknya. Sensor untuk respons ini adalh macula densa. Jumlah cairan yang
memasuki tubulus distal bergantung pada jumlah Na dan Cl di dalamnya.
Normalnya, 180 L cairan difiltrasi melalui glomerulus setiap harinya, sedangkan volume rata-rata urin
setiap hari adalah 1 L.

177 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Banyak substansi secara aktif ditransportasikan keluar dari cairan pada tubulus proximal. Sehingga, pada
tubulus proximal, air bergerak secara pasif meninggalkan tubulus sepanjang gradien osmotik.

Bagian descenden dari lengkung henle permeabel terhadap air, sedangkan bagian ascenden tidak. Na, K,
dan Cl ditransportasikan meninggalkan dindinng tebal dari lengkung ascenden. Sehingga cairan pada
lengkung henle descenden menjadi hipertonik saat air bergerak menuju interstitium yang hipertonik.

Tubulus distal relatif permeabel terhadap air, sekitar 5% dari air yang terfiltrasi dipindahkan pada bagian
ini.
Tubulus kolektivus memiliki dua bagian: kortikal dan medular. Perubahan pada osmolalitas dan volume
pada tubulus kolektivus bergantung pada jumlah vasopresin yang berperan pada duktus. Vasopresin

178 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
menyebabkan [pemasukan cepat dari vesikel berisi aquaporin-2. Efek ini dimediasi via reseptor vasopresin
V2, cyclic AMP, protein kinase A, dan dyneins.

KESEIMBANGAN ASAM-BASA
pH dari cairan tubuh diatur oleh koordinasi antara fungsi ginjal dan paru-paru. Kedua organ ini menjaga
keseimbangan asam-basa dengan menyeimbangkan sekresi asam dan basa dengan jumlah yang masuk dan
termetabolisme.
Tubuh memiliki tiga lini pertahanan untuk meminimalisir efek dari ketidakseimbangan asam-basa pada
cairan tubuh: (1) Bufer extraselular dan intraselular, (2) Kompensasi respiratori, (3) kompensasi ginjal.
Ginjal menjaga keseimbangan asam-basa melalui eksresi asam yang seimbang dengan jumlah asam
nonvolatile yang diproduksi oleh metabolisme. Ginjal juga mencegah kehilangan HCO 3-di urin.

KELAINAN KESEIMBANGAN ASAM-BASA

179 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Referensi:
Barrett, K., Barman,S., Boitano,S., Brooks, H, 2010. Ganong’s Review of Medical Physiology. 23rd Edition.
McGraw Hill Companies, Inc. USA
Despopoulos A & Silbernagi S. 2003. Color astlas of physiology Ed. 5. Germany : Thieme.
FK UGM, 2014. Block 3 Biomedical Science III. Faculty of Medicine UGM. Yogyakarta
FK UGM, 2014. Block 4 Biomedical Science III. Faculty of Medicine UGM. Yogyakarta
FK UGM, 2015. Block 12 Circulation & Respiration. Faculty of Medicine UGM. Yogyakarta
Hall E. John. 2014. Guyton & Hall: Buku ajar fisiologi kedokteran Ed.12. Singapore : Saunder Elsevier.

Sherwood lauralee. 2014. Human physiology: from cells to system Ed. 9. USA : Cengage Learning.
Silverthorn unglaub dee. 2013. Human physiology: an integrated approach Ed. 5. New york : Pearson.
Skills Laboratory Manual. 2015. History taking and Ear, Nose and Throat Examination. Faculty of
Medicine UGM. Yogyakarta.
Tortora Gerard J & Derrickson bryan. 2014. Principles of anatomy & physiology Ed. 14. Danvers : Wiley.

180 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l

Anda mungkin juga menyukai