Hendra Kuganda
Kerangka membrane atau disebut juga sitoskeleton mempunyai tiga macam jenis yaitu mikrotubulus,
mikrofilamen, dan filamen intermediet.
a. Mikrofilamen (Filamen aktin)
Bersifat fleksibel, filamen aktin biasanya berbentuk jarring atau gel. Aktin berfungsi membentuk
permukaan membran.
b. Mikrotubula
Mikrotubula atau mikrotubulus adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin.
c. Filamen Intermediet
Berbentuk serat mirip tali, filamen intermediet member kekuatan mekanis pada membran sel .
c. Perubahan Energi
Perubahan satu bentuk energi menjadi bentuk energi lain merupakan hal yang sangat penting dalam
proses hidup, dan membran sel sangat terlibat dalam proses ini. Hal yang sangat andasar bagi semua
kehidupan adalah kemampuan sel tumbuh-tumbuhan untuk mengubah energi cahaya matahari menjadi
energi kimia yang terkandung dalam karbohidrat. Sel hewan maupun tumbuh-tumbuhan juga mampu untuk
mengubah energi kimia dari karbohidrat tersebut manjadi ATP atau senyawa lain berenergi tinggi. Proses
pengikatan energi ini terjadi di dalam mambran dari mitokondria dan kloroplas. Energi cahaya, termal,
makanikal diubah oloeh reseptor dari sistem saraf menjadi implus saraf yang merupakan cara kumunikasi
dalam sistem saraf tersebut. Meskipun mekanisme pengubahan ini belum diketahui secara pasti, namun
demikian membran sangat terlibat dalam proses ini.
d. Transfer Informasi
Membran mempunyai peranan mentransfer informasi dari satu sel ke sel yang lain. Di dalam
membran teradapt reseptor yang mampu mengkombinasi dengan mulekul tertentu dengan bentuk yang
sesuai, seperti yang selalu berkombinasi dengan suatu subtrat yang sesuai. Sel yang berbeda mempunyai
membran yang memiliki reseptor yang juga berbeda, sehingga bermacam-macan reseptor akan
berkombinasi dengan bermacam-macam “ligand”. Ligand adalah molekul atau ion yang dapat
berkombinasi dengan reseptor yang terdapat dalam membran. Ligand yang paling banyak dipelajari adalah
hormon, faktor tumbuh dan neurotrasmitter, semuanya terikat pada membran sel tampa menembusnya.
Interaksi antara reseptor yang terdapat di membran sel dengan ligand yang terdapat di luar sel dapat
menimbulkan stimulus baru yang terlibat dalam pengaturan bermacam-macam kejadian dalam sel.
Berbeda, sehingga bermacam-macan reseptor akan berkombinasi dengan bermacam-macam “ligand”.
Ligand adalah molekul atau ion yang dapat berkombinasi dengan reseptor yang terdapat dalam membran.
Ligand yang paling banyak dipelajari adalah hormon, faktor tumbuhdan neurotrasmitter, semuanya terikat
pada membran sel tampa menembusnya. Interaksi antara reseptor yang terdapat di membran sel dengan
ligand yang terdapat di luar sel dapat menimbulkan stimulus baru yang terlibat dalam pengaturan
bermacam-macam kejadian dalam sel. Sistem enzim dalam membran pada umumnya disebut adenilsiklase
yang terdapat pada hampir semua jaringan mamalia kecuali sel darah merah. Aktivasi terhadap
adenilsiklase menimbulkan perubahan ATP menjadi adenosin monofosfat siklik (cAMP) didalam sel.
Meningkatnya jumlah cAMP didalam sel selanjutnya membawa pengaruh terhadap respons fisiologik dari
sel, misalnya:sistem enzim menjadi aktif, terjadi perubahan permeabilitas membran terhadap substansi
tertentu, terjadi sintesa atau sekresi hormon, sintesa protein.
1) Ukuran Sel
Molekul berukuran besar tidak dapat menembus membrane plasma. Molekul air dan asam
amino berukuran kecil dengan mudah dapat menembus membran plasma, tetapi kebanyakan protein
yang merupakan gabungan dari banyak asam amino tergolong molekul besar dan tidak dapat
menembus membran plasma.
2) Kelarutan Dalam Lemak
Substansi yang larut dalam menembus membran plasma dengan lebih mudah dibandingkan
dengan substansi lain. Hal ini sebabkan karena membran plasma terdiri lapisan lemak. Contoh
substansi yanglarut dalam lemak : O2, CO2 dan hormon steroid.
3) Muatan Ion
Muatan ion yang akan menumbus membran plasma sangat menentukan susah mudahnya ion
tersebut masuk ke atau keluar dari sel. Zat yang mempunyai muatan berlawanan dengan muatan
membrane plasma akan di tarik ke arah membran plasma sehingga lebih muda menembus membran
plasma,tetapi bila ion mempunyai muatan sama dengan muatan membran plasma akan di tolak oleh
membran plasma dan pergerakan ion menembus mambran plasma sangat terbatas. Gejala ini seuai
dengan hukum fisika yang menyatakan bahwa dua muatan yang sama akan saling tolak menolak
dan dua muatan yang berbeda saling tarik menarik.
4) Ada atau Tidak Adanya Mulekul Pengangkut
Beberapa protein yang disebut “carrier” maupun untuk mengikat dan mengangkut substansi
melintasi membran plasma.
Gambar 1.2
10 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
METABOLISME ENERGI
11 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
METABOLISME ENERGI
Definisi
Metabolisme bertujuan untuk menghasilkan energi yang berguna bagi kelangsungan hidup, baik
tingkat seluler (pembelahan sel, transpor molekul ke luar dan ke dalam sel) maupun tingkat individu
(membaca, menulis, berjalan, berlari, dsb). Sedangkan energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha.
Semua zat makanan berenergi (karbohidrat, lemak dan protein) dapat dioksidasi di dalam sel, dan
selama proses ini berlangsung, sejumlah besar energy dibebaskan. Energy yang diperlukan oleh proses
fisiologi sel bukan berbentuk panas, tetapi sebagai energi untuk menimbulkan pergerakan mekanik,
misalnya untuk fungsi otot, untuk memekatkan zat zat terlarut dalam sekresi kelenjar, dan untuk
mempengaruhi fungsi lainnya.
Metabolisme karbohidrat
Makanan (karbohidrat) --> monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa(galaktosa dengan cepat dirubah
menjadi fruktosa di dalam hati)) --> glukosa ditraspor melalui membrane sel dengan mekanisme difusi
terfasilitasi (kecepatan pemakaian karbohidrat oleh sebagian besar sel diatur oleh kecepatan sekresi insulin
dari pankreas) --> kemudian glukosa mengalami fosforilasi (enzim glukokinase) sehingga glukosa yang
berikatan dengan fosfat tidak akan berdifusi keluar sel kecuali dari sel-sel khusus terutama sel hati
dikarenakan mengandung enzim fosfatase --> setelah diabsorbsi kedalam sel glukosa dapat segera dipakai
untuk melepaskan energy ke sel atau dapat disimpan dalam bentuk glikogen(glikogenesis) -->
glikogenolisis (enzim fosforilase[dapat dipecepat oleh hormone epinefrin dan glukogon]) --> glukosa -->
glikolisis --> dekarboksilasi oksidatif (as. Piruvat -> Koenzim A) --> siklus as. Sitrat (siklus krebs) -->
transfer electron.
(cat: ada pula pembentukan glukosa dari protein dan lemak disebut glukoneogenesis)
12 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Namun ketika tidak tersedia oksigen makan untuk memberikan energy tambahan dengan cara glikolisis
anaerob namun ketika menggunakan metabolisme ini mengakibatkan jumlah glukosa yg dibutuhkan lebih
banyak dengan menghasilkan energy yang sedikit sehingga dikatakan mubazir, mekanisme ini digunakan
untuk mempertahankan kehidupan selama beberapa menit ketika tidak tersedia oksigen, namun harus
diketahui bahwa ketika tubuh melakukan metabolism anaerob maka akan membentuk asam laktat.
Metabolisme lipid
Klasifikasi lipid dalam tubuh yang penting :
- Lemak netral/trigliserida
- Fosfolipid
- Kolesterol
Trigliserida dipakai dalam tubuh terutama untuk menyediakan energi bagi berbagai proses metabolik. Akan
tetapi, beberapa lipid, terutama kolesterol, fosfolipid dan sejumlah kecil trigliserida, dipakai untuk
membentuk semua membran sel dan untuk melakukan fungsi-fungsi sel lainnya.
Jenis asam lemak yang paling sering terdapat dalam trigliserida di tubuh
- As. Stearat, 18 rantai karbon dan sangat jenuh dengan atom hidrogennya
- As. Oleat, 18 rantai karbon tetapi mempunyai satu ikatan ganda dibagian tengah rantai
- As. Palmitat, 16 atom karbon dan sangat jenuh
13 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Pengeluaran kilomikron dalam darah dengan cara hidrolisis trigliserida oleh lipase lipoprotein
dalam sel lemak dan sel hati. Enzim ini terutama aktif di endotel kapiler tempat enzim menghidrolisis
trigliserida dari kilomikron begitu trigliserida melekat pada dinding endotel, sehingga as. Lemak dan
gliserol dapar dilepaskan. As.lemak yangmenyatu dengan membrane sel, segera berdifusi kedalam sel
lemak jar.adiposa dan kedalam sel hati, kemudia as. Lemak disintesis kembali menjadi trigliserida dengan
gliserol. Lipase juga menyebabkan hidrolisis fosfolipid yang juga melepaskan as.lemak untuk disimpan di
sel melalui cara yang sama.
Bila lemak yang telah disimpan dalam jaringan adipose hendak digunakan dalam tubuh untuk
menghasilkan energi pertama lemak di transport ke jaringan lain dalam bentuk as. Lemak bebas yang di
capai dengn hidrolisis trigliserida kembali sehingga menjadi as.lemak dan gliserol. Sewaktu meninggalkan
as.lemak, as.lemak mengalami ionisasi kuat dalam plasma dan gugus ioniknya segera bergabung dengan
molekul albumin protein plasma sehingga disebut as.lemak bebas atau as.lemak tidak teresterifikasi.
Pada keadaan setelah penyerapan, setelah semua kilomikron dikeluarkan dari darah, lebih dari 95%
seluruh lipid didalam plasma disimpan dalam bentuk lipoprotein. Konsentrasi total lipoprotein dalam
plasma rata-rata sekitar 700 mg per 100 mg plasma. Lipoprotein dapat dipecah menjadi unsure tunggal
penyusunnya sebagai berikut : a. koleterol 180mg/dl; b. fosfolipid 160 mg/dl ; c. trigliserida 160 mg/dl ; d.
protein 200 mg/ dl.
Deposit lemak
Jaringan adipose, fungsi utamanya untuk menyimpan trigliserida sampai diperlukan untuk
membentuk energi dalam tubuh. Fungsi tambahan adalah untuk menyediakan penyekat panas untuk tubuh.
Sel lemak dari jaringan adipose merupakan modifikasi fibroblast yang menyimpan trigliserida yang hampir
murni sebesar 80-95% dari keseluruhan volume sel.
Lipid Hati, fungsi utama hati dalam metabolism lipid adalah untuk (1) memecahkan as.lemak
menjadi senyawa kecil yang dapat dipakai untuk energi, (2) menyintesis trigliserida, terutama dari
karbohidrat tetapi juga dari protein dalam jumlah yang lebih sedikit, dan (3) menyintesis lipid lain dalam
as.lemak, terutama kolesterol dan fosfolipid.
Karbohidrat lebih berperan penting sebagai sumber energi ketimbang lemak bila kelebihan
karbohidrat tersedia. Jika terdapat sejumlah karbohidrat yang berlebihan dalam tubuh, karbohidrat lebih
dipilih sebagai sumber energy dari pada trigliserida. Ada beberapa alasan untuk efek “hemat lemak” dari
karbohidrat ini. Salah satunya yang terpenting adalah sebagai berikut : lemak dalam sel jaringan adipose
terdapat dalam 2 bentuk :trigliserida yang disimpan dan sejumlah kecil asam lemak bebas. Keduanya
berada dalam keseimbangan yang konstan satu sama lain. Bila terdapat jumlah α-gliserofosfat yang
berlebihan (yang terjadi bila terdapat kelebihan karbohidrat), α-gliserofosfat akan mengikat asam lemak
14 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
bebas dalam bentuk trigliserida yang disimpan. Akibatnya, keseimbangan antara asam lemak bebas dan
trigliserida bergeser kearah trigliserida ; yang menyebabkan, hanya sejumlah kecil asam lemak yang
tersedia untuk digunakan sebagai energi. Karena α-gliserofosfat merupakan produk yang penting dari
metabolism glukosa, ketersediaan sejumlah besar glukosa secara otomatis menghambat pemakaian asam
lemak untuk energi.
Kedua, bila karbohidrat tersedia dalam jumlah berlebihan, asam lemak dibentuk lebih cepat
daripada pemecahannya. Pengaruh ini sebagian disebabkan oleh sejumlah besar asetil-koA yang dibentuk
dari karbohidrat dan oleh konsentrasi asam lemak bebas yang rendah dijaringan adipose. Dengan demikian,
timbul keadaan yang sesuai untuk konversi aselti-KoA menjadi as.lemak.
Suatu efek yang bahkan lebih penting yang membantu konversi karbohidrat menjadi lemak adalah
sebagai berikut: langkah pertama, yang merupakan langkah pembatas kecepatan, dalam pembentukan
as.lemak adalah karboksilasi asetil-KoA untuk membentuk malonil-KoA. Kecepatan reaksi ini terutama
diatur oleh aktivitas enzim asetil-KoA karboksilase, yang dipercepat dengan adanya perantaraan siklus
as.sitrat. bila kelebihan jumlah karbohidrat yang dipakai, perantaraan ini meningkat, yang secara otomatis
menyebabkan peningkatan pembentukan as.lemak.
Tipe utama dari fofolipid tubuh adalah lesitin, sefalin, dan spingomielin. Beberapa fungsi khusus
fosfolipidadalah sebagai berikut :
1. Fosfolipid adalah unsure penting lipoprotein dalam darah dan penting untuk pembentukan serta
fungsi sebagaian besar dari lipoprotein. Bila fosfolipid tidak ada, dapat terjadi gangguan
transport kolesterol dan lipid lainnya yang serius.
2. Tromboplastin, yang diperlukan untuk memulai proses pembekuan darah, tersusun terutama
dari salah satu sefalin.
3. Sejumlah besar spingomielin terdapat dalam sistem saraf. Saat ini bekerja sebagai insulartor
listrik dalam selubung myelin disekeliling serabut saraf.
4. Fosfolipid merupakan donor radikal fosfat ketika radikal tersebut diperlukan untuk sebagai
reaksi kimia di jaringan.
5. Mungkin fungsi terpenting dari semua fungsi fosfolipid adalah keikut sertaannya dalam
pembentukan elemen striktural- terutama membrane-di seluruh sel tubuh.
Kolesterol adalah prekursor hormon steroid dan asam empedu dan merupakan unsur pokok yang
penting dalam membran sel. Zat ini hanya ditemukan pada hewan. Sterol yang serupa ditemukan
pada tumbuhan, tetapi sterol tumbuhan normalnya tidak diabsorpsi dari saluran cerna. Kebanyakan
kolesterol dalam diet terkandung di dalam kuning telur dan lemak hewani (Ganong, 2008).
Kolesterol diabsorpsi dari usus dan dimasukkan ke dalam kilomikron yang dibentuk di dalam
mukosa usus. Setelah kilomikron melepaskan trigliseridanya di jaringan adiposa, kilomikron
sisanya menyerahkan kolesterolnya ke hati. Hati dan jaringan lain juga menyintesis kolesterol.
Sebagian kolesterol di hati diekskresi di empedu, baik dalam bentuk bebas maupun asam empedu.
Sebagian kolesterol empedu direabsorpsi dari usus.
Kebanyakan kolesterol di hati digabungkan ke dalam VLDL, dan semuanya bersirkulasi dalam
kompleks lipoprotein. Biosintesis kolesterol dari asetat dan juga kolesterol memberikan umpan
balik untuk menghambat sintesisnya sendiri dengan menghambat HMG-KoA reduktase, enzim
yang mengubah 3-hidroksi-3-metilglutaril-Koenzim A (HMG-KoA) menjadi asam mevalonat.
Dengan demikian, kalau asupan kolesterol dari makanan tinggi, sintesis kolesterol oleh hati
menurun, dan demikian pula sebaliknya. Namun, kompensasi umpan balik ini tidak sempurna,
15 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
karena diet yang rendah kolesterol dan lemak jenuh hanya menyebabkan penurunan kolesterol yang
bersirkulasi dalam plasma darah dengan jumlah sedang (Ganong, 2008).
Kadar kolesterol plasma menurun oleh hormon tiroid dan estrogen. Kedua hormon ini
meningkatkan jumlah reseptor LDL ( low density lipoprotein) di hati. Estrogen juga meningkatkan
kadar HDL ( high density lipoprotein) plasma. Obat-obat yang meningkatkan jumlah reseptor LDL
di hati saat ini sedang diujicobakan pada hewan. Kolesterol plasma meningkat kalau ada obstruksi
empedu dan pada diabetes melitus yang tidak diobati. Jika reabsorpsi asam empedu di usus
menurun akibat resin seperti kolestipol, lebih banyak kolesterol dibelokkan untuk membentuk asam
empedu.
Namun, penurunan kolesterol plasma relatif kecil karena terjadi kompensasi peningkatan sintesis
kolesterol. Obat lain yang sering digunakan untuk menurunkan kolesterol plasma adalah vitamin
niasin, yang dalam dosis besar menghambat mobilisasi asam lemak bebas dari simpanan lemak
perifer sehingga menurunkan pembentukan VLDL di hati. Namun, obat yang paling manjur dan
luas digunakan untuk menurunkan kolesterol adalah lovastatin dan statin lainnya, yang mengurangi
pembentukan kolesterol dengan menghambat HMG-KoA (Ganong, 2008).
Faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi kolesterol plasma seperti peningkatan jumlah
kolesterol yang dicerna setiap hari , diet lemak yang sangat jenuh, pencernaan lemak yang mengandung
asam lemak tak jenuh yang sangat tinggi, atau bias juga Karena kekurangan insulin atau hormone tiroid.
Sehingga apanila terjadi peningkatan kolesterol dalam plasma disebutlah hiperkolesterolemia yang mana
jika tidak di tangani secara baik dapat mengakibatkan aterosklerosis. Selain dari kolesterol itu sendiri faktor
risiko utama dari aterosklerosis ialah kekurangan aktivitas fisik dan obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
hiperlipidemi, dan merokok.
Metabolisme Protein
Protein tersusun ata sejumlah asam amino yang membentuk suatu untaian dengan ikatan peptida.
Selain itu, protein juga memiliki gugus amina (NH2) dan gugus karboksil (COOH). Beberapa jenis protein
antara lain yakni glikoprotein (protein yang mengandung karbohidrat), dan lipoprotein (protein yang
mengandung lipid).
Protein dalam tubuh digunakan untuk keperluan pembentukan jaringan baru, mengganti jaringan
yang rusak, mengganti asam amino yang hilang, mensintesis asam amino nonesensial, serta mensintesis
molekul fungsional seperti hormone,enzim. Adapun asam amino esensial (harus tersedia dalam diet karena
tidak dapat disintesi oleh tubuh) seperti Isoleusin, Leusin, Lisin, Phenilalanin, Trheonin, Triptofan, Valine,
Methionin, histidin dimana asam amino jenis ini dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan sehingga
ketika terjadi kekurangan pada asam amino ini akan mengakibatkan kwashiorkor dan untuk asam amino
nonesensial (dapat disintesi oleh tubuh yakni dalam hati) seperti alanin, arginin, asparagin, asam aspartat,
cystein, asam glitamik, selenocystein, serine, taurine,tyrosine, dan ornithin.
Proses mencernaan protein
a. Mulut : Mekanis (mastikasi)
b. Lambung : HCL = denaturasi protein -> ensim pepsin = menghidrolisis protein yang rusak menjadi
peptide sederhana
c. Usus halus : enzim tripsin dan chymotrypsin memecah polipeptida menjadi peptide sederhana - >
enzim peptidase (erepsin) peptide sederhana dipecah menjadi asam amino
Enzim nuclease memecah asam nukleat menjadi nukleotida
16 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
*cat: enzim peptidase ada 2 jenis yakni: aminopeptidaseyang berfungsi untuk memecah polipeptida
menjadi asama amina dan karboksipeptidase memecah polipeptida menjadi gugus karboksil
Kemudian asam amino akan di absorbs dengan cara difusi terfasilitasi melalui mukosa jejunum dan
ileum kemudian asam amino akan masuk ke sirkulasi darah sehingga asam amino akan disebar ke
seluruh tubuh. Kemudian asam amino mengalami biosintesi didalam ribosom untuk diubah sesuai
dengan fungsi protein bahkan dapat dirubah menjadi sumber energy jika diperlukan. Protein yang
akan digunakan sebagai sumber energy akan mengalami deaminasi (proses pemecahan asam amino)
yang disebut sebagai mekanisme glukoneogenesis.
Adapun ganguan yang dapat terjadi ketika terdapat gangguan metabolism protein seperti
- Phenylketonuria
- Sickle cell anemia
- Maple syrup urine disease
Tingkat metabolisme
Tingkat keseluruhan di mana reaksi metabolik menggunakan energi disebut tingkat metabolisme. Beberapa
dari Energi digunakan untuk menghasilkan ATP, dan beberapa dilepaskan sebagai panas. Karena banyak
faktor yang mempengaruhi tingkat metabolisme, diukur di bawah kondisi standar, dengan tubuh yang
relative santai, beristirahat, dan berpuasa kondisi disebut basal state. Pengukuran diperoleh dalam kondisi
seperti ini adalah tingkat metabolisme basal (basal metabolic rate / BMR). Cara yang paling umum untuk
menentukan BMR adalah dengan mengukur jumlah oksigen yang digunakan per kilokalori makanan
dimetabolisme. Bila tubuh menggunakan 1 liter oksigen untuk mengoksidasi makanan khas campuran
trigliserida, karbohidrat, dan protein, kira-kira 4,8 Cal energi dilepaskan. BMR adalah 1200-1800 Cal / hari
pada orang dewasa, atau sekitar 24 kal / kg massa tubuh pada pria dewasa dan 22 kal / kg pada perempuan
dewasa tambahan kalori dibutuhkan untuk dukung aktivitas setiap hari, seperti pencernaan dan jalan kaki,
berkisar antara 500 Cal Orang kecil yang relatif tidak banyak duduk dengan lebih dari 3000 Cal untuk
seseorang dalam pelatihan untuk kompetisi olahraga.
17 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Homeostasis Temperatur Tubuh
Meski berfluktuasi luas dalam suhu lingkungan, mekanisme homeostatik dapat mempertahankan rentang
normal untuk tubuh internal suhu. Jika tingkat produksi panas tubuh sama dengan laju. Kehilangan panas,
tubuh mempertahankan suhu inti konstan di dekat 37 C (98,6 F). Suhu inti adalah suhu dalam tubuh
struktur jauh ke kulit dan lapisan subkutan. Suhu kulit (permukaan) adalah suhu di dekat permukaan tubuh
- di kulit dan lapisan subkutan. Bergantung pada suhu lingkungan, suhu kulit adalah 1-6 C lebih rendah dari
suhu inti. Suhu inti yang terlalu tinggi membunuh protein tubuh denaturasi; Sebuah Suhu inti yang terlalu
rendah menyebabkan aritmia jantung itu mengakibatkan kematian.
Produksi panas tubuh sebanding dengan laju metabolisme dimana bila laju metabolisme meningkat maka
suhu tubuh juga akan meningkat. Beberapa faktor mempengaruhi tingkat metabolisme dan dengan
demikian laju panas produksi:
• Olahraga. Selama latihan berat, tingkat metabolisme mungkin terjadi meningkat sampai 15 kali tingkat
basal.
• Hormon. Hormon tiroid (thyroxine dan triiodothyronine) adalah regulator utama BMR; BMR meningkat
sebanyak kadar hormon tiroid darah meningkat. Tanggapan terhadap Namun, perubahan kadar hormon
tiroid lambat terjadi beberapa hari muncul. Hormon tiroid meningkatkan BMR di bagian dengan
merangsang pernapasan seluler aerobik. Sebagai sel digunakan lebih banyak oksigen untuk menghasilkan
ATP, lebih banyak panas yang dilepaskan, dan tubuh suhu naik Hormon lain memiliki efek ringan BMR.
Testosteron, insulin, dan hormon pertumbuhan manusia bisa meningkatkan tingkat metabolisme sebesar 5-
15%.
• Sistem saraf. Selama latihan atau dalam situasi stres, Pembagian simpatik dari sistem saraf otonom
dirangsang. Neuron postganglioniknya melepaskan norepinephrine (NE), dan juga merangsang pelepasan
hormon epinefrin dan norepinephrine oleh medula adrenal. Baik epinefrin dan norepinephrine
meningkatkan tingkat metabolisme sel tubuh.
18 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
• Suhu tubuh. Semakin tinggi suhu tubuh, semakin tinggi tingkat metabolisme. Setiap kenaikan 1 C dalam
suhu inti meningkat laju reaksi biokimia sekitar 10%. Hasil dari, Tingkat metabolisme dapat meningkat
secara substansial saat demam.
• Ingesti makanan. Menelan makanan meningkatkan metabolisme tingkat 10-20% karena energi untuk
mencerna, menyerap, dan menyimpan nutrisi. Efek thermogenesis yang diinduksi makanan, terbesar
setelah makan makanan berprotein tinggi dan sedang setelahnya makan karbohidrat dan lipid.
• Usia. Tingkat metabolisme anak, dalam kaitannya dengan ukurannya, adalah sekitar dua kali lipat dari
orang tua karena tingginya tingkat reaksi yang berhubungan dengan pertumbuhan.
• Faktor lainnya. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat metabolisme adalah jenis kelamin (lebih rendah
pada wanita, kecuali selama kehamilan dan menyusui), iklim (rendah di daerah tropis), tidur (lebih rendah),
dan gizi buruk (menurunkan).
19 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
SUHU BASAL TUBUH
Tujuan:
Untuk mengetahui kondisi suhu basal tubuh pada aktivitas manusia dalam 24 jam.
Waktu/aktivitas Hasil
Pagi hari jam 5 (segera setelah bangun) (..............)
Sarapan pagi Sebelum (..............) Sesudah (..............)
Aktivitas jam 9 pagi (..............)
Siang hari jam 12 (..............)
Makan siang Sebelum (..............) Sesudah (..............)
Aktivitas jam 3 sore (..............)
Sore jam 6 (..............)
Makan malam Sebelum (..............) Sesudah (..............)
Aktivitas jam 9 malam (..............)
Sebelum tidur malam hari (..............)
3. Lakukan pemeriksaan denyut nadi a.radialis selama 1 menit bersamaan dengan pengukuran suhu.
4. Masukan data pada lembar kerja.
20 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Hasil Yang Di Harapkan.
a. Suhu
Waktu/aktivitas Hasil
Pagi hari jam 5 (segera setelah bangun) (↓)
Sarapan pagi Sebelum (↓ atau
Sesudah (↑)
normal)
Aktivitas jam 9 pagi (↑)
Siang hari jam 12 (↑)
Makan siang Sebelum (↓ atau
Sesudah (↑)
tetap meningkat)
Aktivitas jam 3 sore (↑)
Sore jam 6 (↑)
Makan malam Sebelum (↓ atau
Sesudah (↑)
normal)
Aktivitas jam 9 malam (↓)
Sebelum tidur malam hari (↓)
b. Denyut nadi
Waktu/aktivitas Hasil
Pagi hari jam 5 (segera setelah bangun) (↓ atau normal)
Sarapan pagi Sebelum (↓ atau
Sesudah (↑)
normal)
Aktivitas jam 9 pagi (↑ atau normal)
Siang hari jam 12 (↑)
Makan siang Sebelum (↓ atau
Sesudah (↑)
tetap meningkat)
Aktivitas jam 3 sore (↑)
Sore jam 6 (↑)
Makan malam Sebelum (↓ atau
Sesudah (↑)
normal)
Aktivitas jam 9 malam (↓)
Sebelum tidur malam hari (↓)
21 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM DIGESTIF
(Gastroenterohepatologi)
22 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SALIVA
Fisiologi Sistem Digestif
Saliva adalah sekresi yang berkaitan dengan mulut, dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva
utama yang terletak di rongga mulut
Sekresi saliva normal yaitu 800-1500 mL/hari
Ph normal 6,0-7,0
Kandungan saliva :
a. 99,5% H2O
b. 0,5% elektrolit dan protein : Glikoprotein musin, IgA, Lisozim, Laktoferin, Protein kaya prolin
Jalur parasimpatis dan simpatis untuk mengatur pengeluaran saliva. Sistem parasimpatis
meningkatkan sekresi saliva sedangkan system simpatis menurunkan sekresi saliva
1. ANATOMI
23 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
2. KLASIFIKASI GLANDULA SALIVARIUS
PAROTIS
MAJOR SUBMANDIBULA
SUBLINGUALIS
KELENJAR
SALIVA GLOSSOPALATINA
L
LABIAL
MINOR BUCCAL
PALATINA
LINGUAL
Jumlah 25 % 5% 70%
24 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
4. FUNGSI SALIVA
a. Mempermudah proses menelan
b. Melisiskan atau menghancurkan bakteri
c. Sebagai bahan pelarut yang merangsang kuncup kecap
d. Membantu berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah
e. Menjaga kebersihan mulut dan gigi
Deglutisi yaitu proses perpindahan bolus makanan dari mulut menuju ke gaster. Deglutisi
difasilitasi oleh sekresi saliva dan mucus pada mulut, faring dan esophagus. Proses menelan terbagi
atas 3 tahap yaitu Tahap Volunter yang dimana bolus memasuki orofaring, tahap faringeal jalur
involunter yang dimana bolus dari faring menuju esophagus, dan tahap esophageal, jalur involunter
bolus dari esophagus menuju gaster.
25 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Tahapan deglutisi Aktivitas Hasil
26 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Relaksasi UES (Upper Pemasukan bolus dari
Esophageal Sphincter) laringofaring ke esofagus
Surface mucous cells & Mucous Absorbsi Kuantitas yang sedikit dari air,
neck cells ion, rantai pendek asam lemak,
dan kebanyakan obat via
pembuluh darah (Sistemik)
27 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
pencernaan)
Migrating Motility Complex (MMC) Peristaltik (untuk memindahkan kimus pada sphinter
ileocaecal)
29 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
dengan garam
empedu
NUKLEASE
PEPTIDA
2. Fase gastric : Makanan memasuki gaster terjadi regulasi neural dimana peningkatan pH gaster
membantu regang dari dinding gaster sehingga kemoreseptor dan reseptor regang pada gaster
mendeteksi peningkatan pH, aferennya menuju pusat pengaturan oleh plexus submukosa dan
eferennya pengiriman impuls secara parasimpatis sehingga hasilnya sel parietal sekresi HCL dan
Otot Polos dari dinding gaster kontraksi untuk pencampuran bolus dengan enzim untuk menjadi
kimus sehingga terjadi pengosongan lambung
*Regulasi hormonal dibantu oleh gastrin yang diproduksi oleh sel G fungsinya untuk stimulasi
asam lambung dan meningkatkan motilitas gaster. Sehingga terjadi konstraksi sphincter esophageal
dan relaksasi sphincter pyloric (peningkatan pengosongan lambung)
3. Fase intestinal : Makanan memasuki intestinum tenue. Terjadi regulasi neural dimana sejak
masuknya kimus akan membuat reflex enterogastric. Reseptor regang pada dinding duodenum
mengirim impuls ke medulla oblongata untuk stimulasi simpatis dan inhibisi parasimpatis. Terjadi
penurunan motilitas lambung dan peningkatan kontaksi sphincter pylorus sehingga terjadi
penurunan pengosongan lambung.
31 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
*Untuk regulasi hormonal dibantu CCK dihasilkan oleh sel CCK pada kripta Lieberkuhn (fungsi
sebagai stimulasi peningkatan asam lambung dan inhibisi pengosongan lambung) dan sekretin oleh
sel S pada kripta Lieberkuhn (fungsi inhibisi asam lambung akibat produksi bikarbonat untuk
keseimbangan asam-basa)
Prehepatik
Intrahepatik
Posthepatik
32 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
Saliva & Pencernaan
a. Tujuan
1. Untuk mengetahui pH dan viskositas saliva
2. Untuk menguji adanya protein dalam saliva
3. Untuk menentukan adanya karbohidrat dalam saliva
4. Untuk mengetahui adanya aktivitas enzim α amylase
5. Untuk menguji adanya kaitan aktivitas enzim α amylase dengan hidrolisis karbohidrat
6. Untuk menentukan adanya kalsium dalam saliva
Prosedur
VISKOSITAS DAN PH
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Membersihkan mulut
3. Mengunyah paraffin
4. Menampung saliva di gelas beaker
5. Menentukan pH saliva dengan menggunakan kertas lakmus yang dicelupkan di saliva
6. Menentukan viskositasnya dengan menuangkan saliva dari gelas beaker ke tabung reaksi
7. Mencatat hasilnya
Hasil:
Viskositas = kental
Ph= 6,0-7,0
33 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PROTEIN
1. Memasukkan 5mL saliva ke dalam tabung reaksi
2. Menambahkan beberapa tetes asam asetat
3. Mengamati presipitat
Hasil:
Ada presipitat = protein +
KARBOHIDRAT
1. Memasukkan 2 mL saliva ke dalam tabung reaksi
2. Menambahkan 2 tetes HCl
3. Memanaskan larutan selama 10 menit
4. Menambahkan 2 tetes NaOH
5. Menambahkan 10mL reagen benedict dan panaskan beberapa menit
6. Mengamati dan mencatat hasilnya
ENZIM AMILASE
1. Memasukkan 25 mL larutan amilum 1% ke dalam tabung reaksi
2. Menambahkan 10 mL saliva dan diaduk 3 menit
3. Meneteskan sedikit larutan ke plat tetes
4. Meneteskan larutan iodine di plat tetes dengan interval 1 menit
5. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi
6. Mengambil 5mL larutan saliva ke dalam pipet bersih
7. Menambahkan 10mL larutan benedict
8. Mengamati dan mencatat hasilnya
34 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
KALSIUM
1. Memasukkan 5mL saliva ke dalam tabung reaksi
2. Menambahkan 3 tetes asam asetat
3. Menambahkan 3 tetes potassium oksalat
4. Mengamati dan mencatat hasilnya
35 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM REPRODUKSI
36 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
β-hCG
β-hCG adalah molekul glikoprotein yang memiliki kerja biologis mirip dengan luteinizing hormone
(LH), melalui reseptor LH-hCG pada membran plasma. β-hCG diproduksi di plasenta juga pada ginjal
fetus dan beberapa jaringan fetus dapat memproduksi molekul hCG subunit β atau unit lengkap. Hormon
ini juga diproduksi oleh tumor malignan. Adanya hCG dalam darah dan urine wanita usia reproduktif
hampir selalu mengindikasikan adanya trofoblast fetus pada kondisi kehamilan atau penyakit neoplastik. β-
hCG terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit pada glandula pituitari anterior pria dan wanita tidak hamil.
37 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Fungsi biologis hCG
1. Mempertahankan fungsi corpus luteum (produksi progesteron)
Jangka waktu produksi progesteron saat menstruasi dapat diperpanjang selama 2 minggu dengan
pemberian hCG. Sekitar hari ke-8 ssetelah ovulasi atau 1 hari setelah implantasi, hCG mengambil
alih corpus luteum. Keberlangsungan fungsi corpus luteum sepenuhnya bergantung pada hCG.
Keberlangsungan kehamilan dependen pada progesteron corpus luteum hingga minggu ke-7
kehamilan. Sintesis progesteron luteum mulai menurun pada sekitar 6 minggu walaupun produksi
hCG terus terjadi dan meningkat kadarnya.
Sebelum hari ke-110, pituitari anterior fetus belum memproduksi LH. Pada waktu krisis diferensiasi
seksual fetus laki-laki, hCG masuk ke plasma fetus dari sinsitiotrofoblas bekerja sebagai pengganti
LH dan menstimulasi replikasi sel Leydig testis dan sintesis testosteron untuk mendukung
diferensiasi seksual pria.
3. Stimulasi aktivitas tiroid maternal
hCG memiliki aktivitas tiroid intrinsik dan merupakan zat tirotropik plasenta kedua. hCG dapat
berikatan dengan reseptor TSH pada sel tiroid. Reseptor LH-hCG juga diekspresikan pada tiroid.
Sehingga memungkinkan stimulasinya pada tiroid melalui reseptor tersebut.
5. Membantu vasodilatasi vaskular uterus dan relaksasi otot polos myometrium via reseptor LH-hCG
38 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Menstruasi
Siklus menstruasi merupakan stimulasi hormonal pertumbuhan jaringan endometrium secara
berkala. Siklus ini berlangsung selama 28 hari (kisaran: 21-35 hari) dan dibagi menjadi 3 fase: folikular,
ovulasi dan luteal
39 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Fase folikular Ovulasi Fase luteal
Durasi fase bervariasi Konsentrasi tinggi dari estrogen Durasi fase cukup konstan (12-16 hari,
Suhu basal tubuh rendah merangsang lebih sering biasanya 12 hari)
Perkembangan folikel pelepasan GnRH dari Suhu basal tubuh meningkat (>98°F
ovarium hipotalamus. Hal ini merangsang atau 36,6°C)
Peningkatan jumlah sel gonadotropin di hipofisis anterior Glandula endometrium lebih berliku
stroma dan glandula pada untuk mensekresikan LH . Edema pada stroma endometrium
endometrium ● GnRH mempromosikan Peningkatan sekresi progesteron oleh
Pertumbuhan vaskular pelepasan FSH dan LH tambahan ovarium
endometrium oleh hipofisis anterior
Sekresi estrogen dari ovarium ● LH menyebabkan pecahnya
folikel matur(Graafian) akibat
enzim kolagenase dan
pengeluaran oosit sekunder
sekitar 9 jam setelah puncak LH
tercapai.
40 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Embriologi minggu pertama
41 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Fertilisasi
Hasil fertilisasi
Pengembalian jumlah kromosom menjadi diploid
Variasi spesies
Determinasi seks
Inisiasi pembelahan/cleavage
42 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Zigot mengalami pembelahan menjadi beberapa blastomer saat melewati tuba uterina. Sekitar 3 hari
setelah fetilisasi, zigot membelah menjadi 16 blastomer yang disebut morula, masuk ke uterus.
Sebuah rongga terbentuk dalam morula, disebut blastokista yang terdiri dari:
Inner mass cell (embryoblast), akan menjadi embryo
Rongga blastokista, akan mennjadi primitive yolk sac
Outer layer cell (trophoblast), akan membungkus inner mass cell dan rongga blastokista
Pada hari ke 4 atau 5 zona pellucida mengalami degradasi dan menghilang, dan pada hari ke-6 blastula
menempel pada epitel endometrium. Sel trofoblastik menginvasi epitel dan stroma endometrium (7).
Trofoblast secara perlahan terbagi menjadi dua lapisan: cytotrophoblast di bagian dalam, dan
syncytiotrophoblast di bagian luar (7-8).
Pada hari ke-7 endoderm embrionik mulai membentuk permukaan ventral pada inner mass cell,
menjadi lapisan germinal primer pertama. Serta blastokista mulai implantasi pada endometrium dan
menetap pada uterus.
Lanjutan: Minggu ke-2
43 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Perkembangan Genitalia Interna
Tahap bipotensial janin berusia 5-6 minggu. Organ-organ reproduksi internal berpotensi untuk
berkembang menjadi struktur laki-laki atau perempuan.
44 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Perkembangan Genitalia externa
45 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
I. TES STRIP
A. Tujuan
Sebagai uji diagnostik dugaan kehamilan, untuk menentukan apakah seorang wanita hamil atau
tidak
B. Alat dan Bahan
1. Pregnancy test strip: strip dilapisi oleh anti-hCG kelinci dan konjugat koloid emas berwarna dan
anti-hCG tikus monoklonal yang dikeringkan pada pad/membran bantalan.
2. Sampel urine (wanita hamil & wanita tidak hamil)
C. Prinsip
Tes strip hCG adalah immunnoassay two-site sandwich untuk menentukan hCg dalam urine secara
kualitatif. Membran sebelumnya telah dilapisi dengan anti-hCG kelinci pada daerah pita uji. Selama
pengujian, urine pasien dibiarkan bereaksi dengan konjugat koloid emas berwarna dan anti-hCG
monoklonal yang dikeringkan pada strip uji. Campuran ini kemudian bergerak naik pada membran
melalui kapilaritas.
D. Prosedur
1. Keluarkan test strip dari wadah kering. Beri label identifikasi pasien atau kontrol pada strip.
2. Celupkan strip ke dalam urine dengan ujung panah mengarah ke urine. Jangan celupkan
melewati garis MAX (maksimum). Strip dapat dibiarkan dalam urine atau dikeluarkan seelah
minimal 3 detik dan letakkan strip pada permukaan yang bersih, kering, dan tidak menyerap
(misalnya, mulut wadah urnie)
3. Tunggu hingga pita warna muncul. Bergantung pada kadar hCG dalam spesimen, hasil positif
dapat diamati paling singkat 40-90 detik. Namun, untuk mengonfirmasi hasil negatif, waktu
reaksi lengkap harus dipenuhi (5 menit). Jangan interpretasikan hasil setelah 10 menit.
E. Hasil
1. Negatif: hanya satu pita warna yang muncul pada bagian kontrol. Tidak tampak pita warna pada
bagian uji.
2. Positif: pita warna jelas tampak pada daerah kontrol dan uji. Instensitas warna dapat bervariasi.
3. Invalid: tidak tampak pita warna sama sekali atau tidak tampak pita warna pada daerah kontrol;
ulangi pengujian.
46 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
II. TES GALLI MAININI
A. Tujuan
Untuk menentukan apakah seorang wanita hamil atau tidak
B. Alat dan Bahan
1. Katak (Buffo vulgaris) jantan
2. Gelas beker
3. Mikroskop
4. Kaca preparat
5. Sampel urine wanita hamil
6. Syringe
7. Kapas
8. Stopwatch
C. Prosedur
1. Mengambil katak dengan tenang agaar katak tidak stress
2. Memberi stimulasi pada kloaka katak dengan kapas
3. Menarik kulit punggung katak. Kemudian injeksikan 3 mL urine wanita hamil secara subkutan
dengan syringe
4. Pindahkan katak ke dalam gelas beker dan tunggu selama 10 menit. Tempatkan wadah berisi
katak pada ruang yang gelap dan sunyi
5. Mengambil sperma katak yang keluar
6. Meletakkan sperma katak pada kaca preparat dan amati di bawah mikroskop
D. Hasil
Positif : Jika tampak pada mikroskop gambaran sperma
Negatif : Jika tidak tampak pada mikroskop gambaran sperma
47 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM KARDIOVASKULAR
48 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Fisiologi Kardiovaskular
Anatomi Jantung
49 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Sirkulasi darah
Sistem sirkulasi darah terbagi atas 3 yaitu :
1. Sirkulasi Sitemik
2. Sirkulasi Pulmonal
3. Sirkulasi Coroner
*Darah terdeoksigenasi yang berasal dari vena cava superior et inferior dan sinus coronaries mengalir ke
atrium dexter.Valva tricuspidalis terbuka akibat kontraksi dari atrium sehingga darah akan menuju ke
ventrikel dexter. Terjadinya kontraksi ventrikel Valva tricuspidalis menutup, Valva Trunci Pulmonalis
Terbuka Darah akan mengalir pada valva trunci pulmonalis menuju ke A. Pulmonalis dexter et sinister
(Darah CO2) menuju ke paru-paru untuk pertukaran CO2 dengan O2
*Darah oksigenasi dari pulmo melalu V. Pulmonalis dexter et sinister menuju atrium sinister
valve bikuspidalis terbuka (kontraksi atrium) darah mengalir menuju ke ventrikel sinister penutupan
valve bicuspid dan terbukanya valve aortica (kontraksi ventrikel) darah kaya oksigen menuju aorta melalui
valve aortica untuk menuju ke arteriola dan kapiler (seluruh tubuh)
50 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Sirkulasi koroner
Nutrisi tidak dapat berdifusi cukup cepat dari darah di bilik jantung untuk memasok semua lapisan sel yang
membentuk dinding otot jantung. Untuk itu, miokardium memiliki sirkulasi tersendiri yaitu sirkulasi
koroner. Sementara jantung berkontraksi, darah mengalir di arteri coroner. Adanya tekanan tinggi darah di
aorta mendorong darah melalui arteri koroner, menuju kapiler, dan kemudian ke pembuluh darah koroner
Arteri koroner
Dua arteri koroner, dexter et sinister merupakan cabang dari aorta ascendens pasokan darah
mengandung oksigen ke miokardium
*Arteri coronaria sinistra melewati auricula cordis sinistra dan membagi ke dalam R. interventrikular
anterior
dan R. sirkumfleksa. R. Anterior interventricular atau left anterior descending (LAD) artery dalam sulkus
interventrikular anterior memberi pasokan darah beroksigen ke dinding ventrikel. R. sirkumfleksa terletak
pada sulkus koroner dan mendistribusikan darah beroksigen ke dinding ventrikel sinsitra dan atrium
sinistra.
*Arteri coronaria dexter memasok darah pada cabang arteri menuju ke atrium kanan. Hal ini berlanjut ke
aurikula cordis dexter dan akhirnya membagi ke dalam R. interventrikular posterior dan R. marginal.
51 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Cardiac cycle
Tahapan dalam siklus jantung :
Sistol atrium
Dimulainya kontraksi atrium (tekanan pada atrium > tekanan pada ventrikel) Valva atrioventrikular
dexter et sinister terbuka
Atrium mengejeksikan darah ke ventrikel
Dimulainya pengisian di ventrikel
Akhir sistol atrium
Terjadinya end diastolic volume (ventrikel mencapai volume maksimum) Katup atrioventrikular dexter
et sinister akan tertutup
Sistol ventrikel
Terjadi peningkatan tekanan di ventrikel (tekanan pada ventrikel > tekanan pada atrium) sehingga terjadinya
kontraksi isovolumetrik (penutupan katup atrioventrikular dexter et sinister dan pembukaan katup semilunar)
Ejeksi ventrikel
Terbukanya katup semilunaris darah akan mengalir menuju valve trunci pulmonalis dan valve aorticus
(Stroke Volume = 60 % EDV)
Tekanan ventrikel turun
Akan terjadinya relaksasi isovolumetrik. Ventrikel mengalami end systolic volume yang dimana sekitar 40
% dari end diastolic volume
Diastol ventrikel
Terjadinya relaksasi isovolumetrik (penutupan katup semilunar dan valve av)
Tekanan atrium tinggi dari tekanan ventrikular
Valva atroventrikular terbuka dan terjadi pengisian pasif pada atrium dan ventrikel dan terjadinya akhir dari
sklus jantung
52 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Cardiac Output
Cardiac Output adalah volume darah yang dipompa oleh ventrikel per menit. Rumus dari Cardiac
Output yaitu hasil kali dari isi sekuncup jantung (Stroke Volume) dan frekuensi jantung (Heart Rate).
CURAH JANTUNG
Dipengaruhi
oleh Menurun akibat Meningkat akibat
persarafan persarafan
parasimpatis simpatis dan
epinefrin Kontraktilitas End Diastolic
Volume
Dibantu pompa
otot rangka dan
respirasi
53 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Bunyi Jantung
54 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding pembuluh arteri ketika jantung memompa
darah ke seluruh tubuh. Pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer dan hasilnya dinyatakan
dalam mmHg.
sistolik → tekanan tertinggi di aorta dan arteri ketika kontraksi ventrikel kiri. Bunyi sistolik (korotkoff 1)
terjadi karena tekanan turbulensi arteri yang sebelumnya tidak teraliri darah mulai mengalirkan darah
kembali.
diastolik → tekanan terendah di aorta dan arteri ketika relaksasi ventrikel kiri. Bunyi diastolik (korotkoff V)
terjadi karena arteri tidak lagi mendapatkan tekanan (tekanan manset telah turun dibawah tekanan pembuluh
darah sehingga tidak ada tahanan lagi → bunyi denyut menghilang).
55 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Hormon Pengatur Tekanan Darah :
Renin Angiotensin Aldosterone System
Epinefrin dan norepinefrin : Hormon yang dihasilkan oleh medulla adrenal yang berkerja pada
system
simpatis dan parasimpatis
Antidiuretic hormone (ADH) : Diproduksi di hipotalamus dan pengeluaran dari hipofisis posterior
yang
berfungsi dalam dehidrasi atau penurunan volum darah. Mekanisme
aksinya berupa vasokonstriksi pembuluh darah. Biasa disebut
dengan
vasopressin
Atrial Natriuretic peptide : Disekresikan pada sel miokardium atrium yang mekanisme aksinya
dalam vasodilatasi pembuluh darah (penurunan BP)
56 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Regulasi Sistem Saraf dalam Pengaturan Tekanan Darah
Regulasi system saraf dalam pengaturan tekanan darah melalui umpan balik negative terbagi atas 2
tipe refleks yaitu :
Refleks baroreseptor
Refleks kemoreseptor
Refleks baroreseptor
Refleks baroreseptor adalah mekanisme jangka pendek untuk mengatur tekanan darah. Refleks ini akan
terpicu jika terjadi perubahan pada tekanan arteri rerata. Baroreseptor terdapat di sinus karotikus dan arcus aorta.
Medulla Adrenal:
Norepinefrin ↓,
epinefrin ↑
57 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Refleks Kemoreseptor
Kemoreseptor merupakan reseptor sensorik yang memantau komposisi kimia darah, yang terletak
dekat dengan baroreseptor dari sinus karotis dan arcus aorta dalam struktur kecil yang disebut corpus
carotis dan aorta.
Kemoreseptor ini mendeteksi perubahan kimia dalam darah berupa O2 , CO2 , dan H+ .
Pada kondisi hipoksia (penurunan O2), asidosis (peningkatan konsentrasi H+), atau hiperkapnia
(kelebihan CO2) membuat terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga merangsang
kemoreseptor untuk mengirim impuls ke pusat kardiovaskular pusat cardiovaskular
meningkatkan stimulasi simpatis ke arteriol dan vena terjadi vasokonstriksi dan peningkatan
tekanan darah.
Kemoreseptor ini juga memberikan masukan ke pusat pernapasan di batang otak untuk
menyesuaikan laju pernapasan.
58 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
Prosedur
Tes Langkah Harvard dilakukan sebagai berikut:
1. Subjek duduk selama 5 menit, menghitung detak jantung
2. Subjek melangkah keatas dan kebawah pada bangku harvard dengan kecepatan 30
langkah per menit selama 5 menit atau sampai kelelahan
3. Meminta seseorang untuk membantu subjek menjaga kecepatan yang diperlukan
4. Kelelahan didefinisikan ketika subjek tidak dapat mempertahankan laju loncatan
selama 15 detik
5. Subjek segera duduk setelah menyelesaikan tes selama satu menit dan mengukur detak
jantung selama 30 detik (P)
6. Hitung estimasi tingkat kebugaran
59 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Analisis
Untuk estimasi tingkat kebugaran Anda:
INTERPRETASI SKOR :
≥90 : Sangat baik
80-89 : Baik
65-79 : Cukup baik
55-64 : rata-rata
<54 : Buruk
Tes ini pada dasarnya untuk mengukur kapasitas aerobic. Tes ini adalah suatu cara yang sangat
baik untuk menentukan fitmess seseorang (General firness) dan kemampuan fisiknya.
Prosedur
60 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
8. Tester menentukan tingkat kebugaran jasmani naracoba dengan mencocokkan hasil
tes dengan table cooper
61 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Analisis
>3,0
62 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Blood Pressure
*REFLEKS BARORESEPTOR Refleks baroreseptor adalah mekanisme jangka pendek untuk mengatur
tekanan darah. Refleks ini akan terpicu jika terjadi perubahan pada tekanan arteri rerata. Baroreseptor
terdapat di sinus karotikus dan arcus aorta. a) jika tekanan darah ↑→ baroreseptor meningkatkan frekuensi
lepas muatan di neuron-neuron aferennya → pusat kardiovaskular yang sudah menerima informasi bahwa
tekanan darah terlalu tinggi berespon mengurangi aktivitas simpatis dan meningkatkan aktivitas
parasimpatis → kecepatan jantung ↓, isi sekuncup ↓ , dan vasodilatasi arteriol dan vena → penurunan curah
jantung dan resistensi perifer total→ tekanan darah kembali normal. b) jika tekanan arteri rerata ↓ →
aktivitas baroreseptor menurun → pusat kardiovaskular meningkatkan aktivitas simpatis sekaligus
menurunkan impuls parasimpatis → peningkatan kecepatan jantung & isi sekuncup, serta vasokonstriksi
arteriol dan vena → curah jantung dan resistensi perifer total ↑ → tekanan darah naik ke arah normal **
PRAKTIKUM
Blood Pressure
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh faktor perubahan posisi terhadap pengukuran tekanan darah.
- stopwatch
Prosedur :
A. Pada Saat Berbaring
1. meminta probandus berbaring diatas meja, kemudian mengukur tekanan darah
2. mengukur tekanan darah sebanyak tiga kali setiap 5 menit
3. mecatat hasilnya
Catatan : Pada saat bebaring, gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran
darah horizontal sehingga tidak perlu melawan gravitasi dan jantung tidak terlalu memompa sehingga hasil
pengukuran tekanan darah tidak tinggi
63 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
B. Pada Saat Duduk
1. meminta probandus duduk diatas kursi dengan tangan yang menggantung, kemudian mengukur tekanan
darah.
2. mengukur tekanan darah sebanyak tiga kali setiap 5 menit 3. mencatat hasilnya
Catatan : pada saat duduk, darah mulai mengalir ke ekstremitas bawah sehingga pada saat darah kembali
ke jantung membutuhkan peningkatan tekanan arteri karena harus melawan gravitasi. Jadi, tekanan darah
saat duduk sedikit lebih tinggi daripada saat berbaring .
Catatan : Pada saat berdiri terjadi perlawanan gravitasi sehingga tekanan darah saat berdiri lebih tinggi
daripada saat berbaring dan duduk
64 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
COLD PRESSURE TEST
Tujuan:
1. Untuk mengetahui dan menunjukkan adanya pengaruh stimulus suhu dingin terhadap tekanan
2. Untuk menentukan kemungkinan terjadinya hipertensi pada seseorang
Prosedur:
1. Menyediakan di dalam wadah air es dengan suhu 50c
2. Mengukur tekanan darah
3. Merendam tangan probandus di dalam air es sampai di atas pergelangan tangan
4. Setelah 15-20 detik, mengukur tekanan darah tiap 20 detik selama 2 menit
5. Mencatat hasil
65 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
EKG
DEFINISI
Elektrocardiogram : Hasil rekaman dari electrocardiography
Elektrocardiography : alat dan metode yang dipakai untuk mengukur potensial listrik otot jantung
Keterangan
-Gelombang P : depolarisasi atrium , defleksi positif (naik) di lead II dan negatif (turun) di aVR. Nilai
normal : tinggi <3mm (2,5 mm) dan lebar <3mm (0,06- 0,11 detik)
- kompleks QRS : depolarisasi ventrikel
- Interval PR : waktu dari mulai depolarisasi atrium sampai awal depolarisasi ventrikel. PR interval
normal 0,12 – 0,20 detik (3-5 mm atau kotak kecil)
- Segmen ST : waktu akhir depolarisasi ventrikel sampai awal repolarisasi ventrikel Normal : isoelektris
(berkisar -0,5 mm sampai +2mm)
66 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
Tujuan: untuk memahami cara pemasangan alat EKG dan dapat melakukan interpretasi hasil EKG
Prosedur :
1. menjelaskan kepada probandus mengenai tindakan yang akan dilakukan (inform consent)
4. Membersihkan daerah dada , kedua pergelangan tangan, dan kedua tungkai kaki dilokasi pemasangan
manset elektroda menggunakan kapas alkohol
5. Mengoleskan jelly EKG pada permukaan elektroda
6. Memasang manset elektroda yang benar pada kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai
-lengan kanan : warna merah
-lengan kiri : warna kuning
8. Membuat rekaman secara berurutan sesuai dengan pilihan lead yang terdapat pada mesin EKG (mode
manual) atau menggunakan mode automatic
9. Memberikan identitas probandus pada hasil rekaman EKG : nama , umur, tanggal, jam rekaman, dan
nama pembuat rekaman EKG
10. Membersihkan gel dari tubuh probandus
67 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Catatan:
Kecepatan gerak kertas 25 mm/detik
Lead l : merekam potensial listrik antara tangan kiri (exploring electroda) dan tangan kanan (indifferent
electrode)
Lead ll : merekam potensial listrik antara kaki kiri (exploring electrode) dan tangan kanan (indifferent
electrode)
Lead lll : merekam beda potensial listrik antar kaki kiri (exploring electrode) dan tangan kiri (indifferent
electrode)
Lead aVR : merekam potensial listrik antara tangan kanan (exploring electrode) dan tangan kiri bersama
kaki kiri (indifferent electrode) Lead aVL : merekam beda potensial listrik antara tangan kiri (exploring
electrode) dan tangan kanan bersama kaki kiri (indifferent electrode)
Lead aVF : merekam beda potensial listrik antara kaki kiri (exploring electrode) dan tangan kanan bersama
tangan kiri (indifferent electrode)
68 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Tata Urutan Interpretasi Hasil EKG :
1. Irama Irama jantung yang normal adalah irama sinus, yaitu suatu pola penjalaran impuls listrik yang
teratur dan berasal dari nodus SA Syarat-syarat suatu EKG dikatakan berirama sinus adalah:
1) Setiap 1 gelombang P diikuti 1 kompleks QRS
2) Interval PR 0,12-0,20 detik (3-5 mm)
2. Kecepatan Denyut Jantung Hitung jarak (berapa kotak) dari R pertama dan kedua. 300/jumlah
kotak besar atau 1500/jumlah kotak kecil.
-FDJ normal : 60 – 100 x/menit
-Takikardi : > 100 x / menit
Gelombang P Gelombang P dari sinus normal tidak lebih lebar dari 0,11 detik dan tingginya tidak
melebihi 2,5 mm
6. Interval PR PR interval normal 0,12 – 0,20 detik (3-5 mm)
7. QRS kompleks Menilai konfigurasi (normal/tidak) dan durasi interval QRS ( normalnya 0,07-0,10
detik)
8. ST-segmen Menilai apakah ST segmen normal atau abnormal (elevasi atau depresi). Normal : isoelektris
(berkisar -0,5 mm sampai +2mm).
69 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
CONTOH HASIL INTERPRETASI REKAMAN EKG
Keterangan
* Irama : Sinus
* Heart rate : 75x/menit
* Axis : 300
* Gelombang P : normal
* Interval PR : 0,16
* QRS kompleks
Konfigurasi : Normal
Durasi : 0,06
*ST segmen : normal
70 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Darah
Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume rerata 5 liter pada wanita
dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari 45% komponen sel dan 55% plasma .komponen darah terdiri dari
eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keping darah), Plasma terdiri dari 90%
air dan 10% protein plasma (albumin & globulin) , elektrolit, gas terlarut, nutrien , vitamin, dan hasil
metabolisme.
71 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
HEMATOPOIESIS
** ERITROSIT Konsentrasi eritrosit (sel darah merah) normal dalam darah sekitar 3,9-5,5 juta/μl pada
wanita dan 4,1-6 juta/μl pada pria. Usia hidup eritrosit yaitu 120 hari.
** LEUKOSIT Jumlah leukosit dalam darah bervariasi sesuai umur,jenis kelamin, dan keadaan fisiologis.
Pada orang dewasa normal terdapat sekitar 6.000-11.000/μl darah.
** TROMBOSIT Trombosit atau keping darah mempunyai peran dalam proses pembekuan darah .Jumlah
trombosit normal berkisar dari 150.000 – 450.000/mikroliter
HEMOGLOBIN Hemoglobin adalah pigmen darah yang berfungsi membawa oksigen untuk diedarkan ke
seluruh tubuh. Kadar normalnya pada pria yaitu 14-18 g/dl dan pada wanita 12-16 g/dl. **
HEMATOKRIT Hematokrit adalah persentase eritrosit dalam volume darah total. Kadar normal
hematokrit dalam darah pada pria adalah 42-52 % dan 37-47 % pada wanita. Hematokrit meningkat
pada keadaan dehidrasi, gagal jantung (hipoksia jaringan akan meningkatkan produksi eritrosit), dan pada
keadaan polisitemia sekunder (pada penduduk yang hidup di daerah pegunungan dengan kadar oksigen
yang sangat rendah), sedangkan kadar hematokrit akan menurun pada keadaan anemia.
72 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
** BLEEDING TIME Bleeding time (waktu perdarahan) adalah waktu yang diperlukan untuk darah
berhenti mengalir. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai fungsi trombosit. Waktu perdarahan normal
adalah 2-3 menit atau 1-9 menit, hasil ini berbeda-beda dari tiap laboratorium dan metode yang dilakukan
. Waktu perdarahan meningkat pada keadaan trombositopenia (kadar trombosit menurun). Ada 2 metode
yang dapat dipakai dalam tes ini yaitu metode duke dan metode Ivy. Kepekaan metode Ivy lebih baik
sehingga lebih banyak digunakan. Pada teknik duke, pengambilan darah dilakukan di cuping telinga atau
finger tip sedangkan teknik Ivy pada lengan bawah.
** CLOTTING TIME Clotting time (waktu pembekuan) adalah waktu yang diperlukan darah untuk
membeku (saat terbentuknya benang-benang fibrin). Pemeriksaan ini bertujuan menilai fungsi trombosit
dan faktor koagulasi darah. Normal waktu pembekuan adalah 5-10 menit atau 6-12 menit, dan tidak
melebihi 15 menit. Clotting time akan memanjang pada pasien hemofilia (gangguan faktor koagulasi VIII
dan IX) dan pada pasien yang menerima terapi antikoagulan (heparin).
** KASKADE KOAGULASI
73 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Faktor Pembekuan Darah
74 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hmt) pada probandus
2. Untuk mengetahui lamanya waktu perdarahan dan pembekuan darah pada probandus
Metode dan Hasil Percobaan
B. Kadar Hematokrit
Alat dan Bahan :
-Tabung kapiler heparin
- Heparin
-Sentrifugasi
- Darah tepi
-Lancet
Prosedur :
1) Mengambil darah probandus pada ujung jari ke-2, ke-3, atau ke-4 dengan menusukkan lancet
2) Menghisap darah menggunakan tabung kapiler heparin
3) Menyumbat ujung pipet menggunakan shil
4) Sentrifugasi pipet selama 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm
75 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
5) Mengukur kadar hematokrit menggunakan perhitungan volume persentase
Gambar Hasil Sentrifugasi, dimana akan membentuk 3 lapisan. Lapisan atas adalah supernatan (plasma),
tengah adalah buffy coat (WBC & platelet), dan lapisan bawah adalah hematokrit (eritrosit memiliki massa
jenis yg lebih besar jadi akan mengendap didasar)
Kadar normal hematokrit : L = 42-52 % P = 37-47 % Nb : - Meningkat pada keadaan polisitemia (
peningkatan jumlah eritrosit akibat pembentukan yang berlebihan oleh sumsum tulang) dan dehidrasi
(cairan plasma berkurang sehingga persentase eritrosit meningkat) - Menurun pada keadaan anemia
(keadaan dimana terjadi penurunan kadar eritrosit atau Hb)
76 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Hasil : Normal BT adalah 2-3 menit atau 1-9 menit (metode Ivy), atau 1-5 menit (metode duke) Nb :
Memanjang pada keadaan trombositopenia
b. Clotting Time
1) Mengambil darah probandus pada ujung jari ke-2, ke-3, dan ke-4 menggunakan lancet
2) Menempatkan darah pada kaca preparat atau object glass
3) Mengangkat darah setiap 2-3 detik menggunakan jarum hingga terbentuk benang fibrin dan catat hasil
(waktu)
Hasil : Normal CT adalah 5-10 menit atau 6-12 menit (tidak lebih dari 15 menit) Nb : memanjang pada
orang dengan gangguan faktor koagulasi darah seperti hemofilia
77 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM RESPIRASI
78 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
LUNG FUNCTION TEST
ORGAN PERNAPASAN
PROSES RESPIRASI:
Inspirasi: otot pernapasan berkontraksi – diafragma mendatar – rongga dada membesar – tekanan
udara dalam paru rendah- udara masuk
Ekspirasi: otot pernapasan berelaksasi- diafragma melengkung- rongga dada mengecil- tekanan
udara dalam paru membesar – udara keluar.
79 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
RESPIRASI MEMILIKI 3 STEPS:
Ventilasi Pulmonar: inspirasi dan ekspirasi udara melalui pertukaran udara antara atmosfer dan
paru-paru
Respirasi eksternal (Pulmonary): pertukaran gas antara alveolus paru dan kapiler darah.
Respirasi internal (jaringan): pertukaran udara antara kapiler darah dan jaringan tubuh.
PUSAT RESPIRASI
Area ritmik medullary: medulla oblongata
Area pneumotaxic: pons
Area apneustic: pons
Inspirasi:
1. M. Serratus Posterior Superior
2. M. Intercostalis Eksternus
3. M. Levator Costae
4. M. Scaleni
5. M. Sternocleidomastoideus
6. Diafragma
Ekspirasi :
1. M. Serratus Posterior Inferior
2. M. Intercostalis Internus
3. M. Transversus Thorachicae
4. M. Subcostalis
5. Otot abdomen
80 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Volume Respirasi dan Kapasitas respirasi (Statis)
Volume Respirasi
1. Volume Tidal (TV) 500ml Jumlah udara saat inspirasi dan ekspirasi
normal (bernapas biasa)
2. Volume Cadangan Inspirasi 3000 ml Jumlah udara yang masih bisa dihirup setelah
(IRV) inspirasi normal
3. Volume Cadangan Ekspirasi 1100 ml Jumlah udara yang masih bisa dikeluarkan
(ERV) setelah ekspirasi normal
4. Volume Residu (RV) 1200ml Jumlah udara sisa di paru setelah ekspirasi
maksimum
Kapasitas Respirasi
5. Kapasitas Vital (VC) 4600 ml ERV + TV + IRV. Jumlah udara yang dapat
diekspirasi secara paksa setelah inspirasi
maksimum
6. Kapasitas Inspirasi (IC) 3500ml TV + IRV. Jumlah udara yang dapat dihirup
secara maksimum setelah ekspirasi normal
7. Kapasitas Residual Fungsional 2300 ml RV + ERV. Jumlah udara sisa pada paru
(FRC) setelah ekspirasi normal
8. Kapasitas Paru Total (TLC) 5800ml VC + RV. Jumlah udara maksimum dalam
paru-paru.
9. Volume Ekspirasi Paksa (FEV1) >75% Volume udara yang dikeluarkan paksa
dari FVC selama 1 detik. (FEV1/FVC) digunakan
untuk mendiagnosis penyakit pernapasan.
10. Ventilasi Voluntary Maximal 125-170 FEV1 x 40. Jumlah udara yang dapat masuk
(MVV) L/Menit dan keluar paru dalam 1 menit dengan
voluntary effort
81 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
KERJA SURFAKTAN
Surfaktan merupakan campuran yang mengandung protein dan fosfolipid, seperti
dilpalmitoilfosfatidilkolin yang disekresikan kedalam ruang udara alveoli oleh sel alveolar tipe II.
Kerja surfactant (surface active antigent) memiliki prinsip kerja seperti hukum LaPlace yaitu :
Pada tiap gelembung alveoli mempunyai tegangan permukaan (T) yang sama. Untuk yang alveoli
kecil tekanannya (P) > dari (P) alveoli besar dengan menggunakan persamaan :
P=2T/r
PENYAKIT PARU
Normalnya, FVC 5.0L dan FEV1 4.0L. sehingga perhitungan FEV1/FVC sebesar 80%. Pada penyakit paru
obstruktif nilai FEV1/FVC kurang dari nilai normal. Sedangkan pada penyakit paru restriktif nilai
FEV1/FVC lebih dari nilai normal.
OBSTRUKTIF: adanya hambatan (obstruksi) disebabkan karena bronkokonstriksi. Contoh: Asma,
PPOK
RESTRIKTIF: Hilangnya elastisitas paru dan penggantian alveolus dengan kantong udara besar (air
sacs) sehingga menyebabkan paru-paru tidak dapat berekspansi penuh. Contoh: Emfisema, edema
paru, fibrosis interstisial, asbestosis.
82 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
A. ALAT & BAHAN:
Spirometer Hutchinson
Spirometer Triflow Incentive
Nose Clips
Larutan Alcohol 70%
Kertas Catatan berisi; nama, usia, gender, Berat badan, tinggi badan
Mouth Piece
B. TUJUAN
C. PROSEDUR
1. Bersihkan mounthpiece spirometer dengan larutan alcohol dan atur pointer pada angka 0.
2. Mendapatkan TV & MVV: probandus bernapas normal pada spirometer.
3. Mendapatkan nilai VC & FEV1: probandus melakukan ekspirasi paksa setelah sebelumnya
telah inspirasi maksimum.
4. Catat hasilnya
83 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
D. PERHITUNGAN
1. Menghitung nilai VC prediksi :
Pria : {27.63 – (0.112 x umur)} x Tinggi badan
Wanita : {21.78 – (0.101 x umur)} x Tinggi badan
2. Menghitung VC: (VC praktikum/VC prediksi) x 100%
Jika hasilnya <80% maka hasilnya abnormal, lanjutkan dengan perhitungan:
=(FEV1/VC praktikum) x 100%
Jika hasilnya > 70% : restriktif
Jika hasilnya <70% : Obstruktif
3. Volume minute = VT x RR probandus
4. MVV Prediksi = FEV1 x 40
84 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM ENDOKRIN
85 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
1. Caraka kimia
Berbagai aktivitas sel, jaringan, dan organ tubuh dikoordinasikan oleh hubungan timbal balik
beberapa jenis sistem caraka kimia:
a. Neurotransmiter.
Dilepaskan oleh ujung akson saraf ke dalam taut sinaps dan bekerja setempat untuk mengatur
fungsi sel saraf.
b. Hormon endokrin
Dilepaskan oleh sel kelenjar atau sel khusus ke dalam sirkulasi dan mempengaruhi fungsi sel
target di tempat lain di tubuh.
c. Hormon neuroendokrin.
Disekresikan oleh sel neuron ke dalam sirkulasi darah dan mempengaruhi fungsi sel target di
tempat lain di tubuh.
d. Parakrin.
Disekresikan oleh sel ke dalam cairan ekstraselular dan mempengaruhi sel target tetangga
dengan jenis yang berbeda.
e. Autokrin.
Disekresikan sel ke dalam cairan ekstraselular dan memengaruhi fungsi sel yang sama yang
menghasilkan zat tersebut.
f. Sitokin.
Merupakan peptida yang disekresikan sel ke dalam cairan ekstraselular dan dapat bertindak
sebagai autokrin, parakrin atau hormon endokrin.
Gambar 1.1.
86 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Tabel 1.1.
Tabel 2.1. Perbandingan Hormon Peptida, Steroid, dan Turunan asam amino.
Hormon
Hormon Steroid Hormon Amina (Turunan Tirosin)
Peptida
Telah Telah
Disintesis Telah dibentuk,
dibentuk, dibentuk,
Sintesis dan sesuai prekursor
disimpan pada disimpan pada
penyimpanan kebutuhan dari disimpan dalam
vesikel vesikel
prekursornya vesikel sekretori
sekretori sekretori
Pelepasan Difusi
Eksositosis Eksositosis Difusi sederhana
dari sel induk sederhana
Terikat pada
Transpor Terlarut dalam Terlarut dalam Terikat pada
protein
dalam darah plasma plasma protein pembawa
pembawa
Sitoplasma atau
nukleus;
Lokasi beberapa juga
Membran sel Membran sel Nukleus
reseptor memiliki
reseptor
membran
87 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
pengikat kedua; transkripsi dan kedua dan translasi
ligan- mungkin translasi;
reseptor mengaktifkan mungkin
gen memiliki aksi
non-genomik
Modifikasi
protein yang
Respons Modifikasi
telah ada dan Induksi sintesis Induksi protein
umum protein yag
di induksi protein baru baru
sasaran telah ada
sintesis rotein
baru
Insulin, Estrogen,
Epinefrin,
Contoh hormon androgen, Tiroksin (T4)
norepinefrin
paratiroid kortisol
Gambar 2.1.
88 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
3. Kelenjar endokrin, hormon, dan fungsinya
Gambar 3.1.
89 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Tabel 3.1. Sistem hormonal pada manusia.
TARGET
LOKASI HORMON TIPE EFEK UTAMA
PRIMER
Irama sirkardian;
Kelenjar Otak & Jaringan
Melatonin A fungsi imun;
Pineal lain
antioksida
Thyrotropin-releasing Merangsang sekresi
Hipotalamus P
hormon (TRH) TSH & prolaktin
Corticotropin-releasing Menimbulkan
P
hormon (CRH) pelepasan ACTH
Growth hormone- Menimbulkan
releasing hormon P pelepasan growth
(GHRH) hormone
Growth hormon Menghambat
inhibitory hormone P Hipofisis anterior pelepasan growth
(GHIH)(somatostatin) hormone
Menimbulkan
Gonadotropin-releasing
P pelepasan LH &
hormone (GnRH)
FSH
Merangsang
Prolactin releasing
pelepasan hormon
hormon (PRH
prolaktin
Dopamin atau prolactin- Menghambat
A
inhibiting factor (PIF) pelepasan prolaktin
Merangsang sintesis
protein &
Hipofisis Growth Hati & banyak
P pertumbuhan
Anterior hormone/Somatotropin jaringan
sebagian besar sel &
jaringan
Merangsang sintesis
Thyroid-stimulating & sekresi hormon
P Kelenjar tiroid
hormone (TSH) tiroid (tiroksin &
triiodotironin)
Merangsang sintesis
Adrenocorticotropic
P Korteks adrenal & sekresi hormon
hormon (ACTH)
adrenokortikal
90 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
(kortisol, androgen,
& aldosteron)
Meningkatkan
pembentukan
Prolaktin P Payudara payudara
perempuan &
sekresi susu
Menimbulkan
pertumbuhan folikel
Follicle-stimulating
P Gonad di ovarium dan
hormon (FSH)
pematangan sperma
di sel sertoli testis
Merangsang sintesis
testosteron di sel
leydig testis;
merangsang ovulasi,
Lutenizing hormone
P Gonad pembentukan
(LH)
korpus luteum, &
sintesis estrogen &
progesteron di
ovarium
Meningkatkan
reabsorpsi air oleh
ginjal dan
Hipofisis Hormon antidiuretik
P Ginjal menimbulkan
Posterior (ADH)(Vasopresin)
vasokonstriksi serta
peningkatan tekanan
darah
Merangsang ejeksi
air susu dari
Oksitosin P Payudara & uterus
payudara dan
kontraksi rahim
Meningkatkan
Kelenjar Tiroksin (T4) & kecepatan reaksi
A Berbagai jaringan
Tiroid Triiodotironin (T3) kimia di sebagian
besar sel sehingga
91 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
meningkatkan laju
metabolisme tubuh
Menambah deposit
kalsium di tulang
dan mengurangi
Kalsitonin P Tulang
konsentrasi ion
kalsium di cairan
ekstraselular
Memiliki berbagai
fungsi metabolik
untuk mengatur
metabolsime
Korteks
Kortisol S Berbagai jaringan protein, karbohidrat,
Adrenal
dan lemak; juga
memiliki efek anti-
inflamasi serta
Respon stress.
Meningkatkan
reabsorpsi natrium
Aldosteron S Ginjal ginjal, sekresi
kalium, dan sekresi
ion hidrogen
Gairah seksual pada
Androgen S Berbagai jaringan
wanita
Memiliki efek yang
Medula
Epinefrin, norepinefrin A Berbagai jaringan sama seperti efek
Adrenal
perangsang simpatis
Meningkatkan
ambilan glukosa di
banyak sel, dan
Pankreas Insulin (sel β) P Berbagai jaringan dengan cara ini juga
mengatur
metabolsime
karbohidrat
Meningkatkan
Glukagon (sel α) P Berbagai jaringan
sintesis & pelepasan
92 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
glukosa dari hati ke
dalam cairan tubuh
Mengatur
konsentrasi ion
kalsium serum
dengan cara
Kelenjar Hormon paratiroid
P Tulang & ginjal meningkatkan
Paratiroid (PTH)
absorpsi kalsium
oleh usus dan ginjal
serta melepaskan
kalsium dari tulang
Memacu
perkembangan
sistem reproduksi
Testis Testosteron/androgen S Berbagai jaringan
laki-laki & ciri
seksual sekunder
laki-laki
Menghambat sekresi
Inhibin P Hipofisis anterior
FSH
Memacu
pertumbuhan dan
perkembangan
Ovarium Estrogen S Banyak jaringan
sistem reproduksi,
payudara, dan ciri
sekunder perempuan
Merangsang sekresi
“getah uterus” oleh
kelenjar
Progesteron S Banyak jaringan endometrium uterus
dan perkembangan
alat penyekresi di
payudara
Menghambat sekresi
Inhibin P Hipofisis anterior
FSH
Relaksin (kehamilan) P Otot uterus Merelaksasi otot
Plasenta Human chorionic P Korpus luteum Meningkatkan
93 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
gonadotropin (HCG) pertumbuhan korpus
luteum serta sekrsi
estrogen dan
progesteron
Kemungkinan
membantu
meningkatkan
Human
P Berbagai jaringan pertumbuhan
somatomammotropin
jaringan janin dan
payudara
perempuan
Memacu
pertumbuhan dan
perkembangan
Estrogen S Berbagai jaringan
sistem reproduksi,
payudara, dan ciri
sekunder perempuan
Merangsang sekresi
“getah uterus” oleh
kelenjar
Progesteron S Berbagai jaringan endometrium uterus
dan perkembangan
alat penyekresi di
payudara
Mengkatalisis
perubahan
Hati & jaringan angiotensinogen
Ginjal Renin P
lain menjadi angiotensin
1 (bertindak sebegai
enzim)
Meningkatkan
1,25-
S Usus absorpsi kalsium
Dihidroksikolekalsiferol
dan mineral tulang
Meningktkan
Eritropoetin P Sumsum tulang
produksi eritrosit
Jantung Peptida natriuretik P Ginjal Meningkatkan
94 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
atrium (ANP) ekskresi natrium
oleh ginjal,
menurunkan
tekanan darah
Saluran cerna & Merangsang sekresi
Lambung Gastrin P
pankreas HCl oleh sel parietal
Merangsang sel
Saluran cerna & asinar pankreas
Usus Halus Sekretin P
pankreas untuk melepaskan
bikarbonat & air
Merangsang
kontraksi kandung
Saluran cerna &
Kolesistokinin P empedu &
pankreas
melepaskan enzim
pankreas
Menghambat nafsu
Jaringan Leptin, Adiponektin, Hipotalamus &
P makan, merangsang
Adiposit Resistin jaringan lainnya
termogenesis
Prekursor 1,25
Bentuk antara
Kulit Vitamin D3 S dihidroksi-vitamin
hormon
D3
Sekresi aldosteron;
Korteks adrenal &
Hati Angiotensinogen P meningkatkan
pembuluh darah
tekanan darah
Insulin-like growth
P Berbagai jaringan Pertumbuhan
factor
Kelenjar Perkembangan
Timosin, timopoetin P Limfosit
Timus limfosit
95 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
4. Klasifikasi Hormon berdasarkan struktur kimia
Tabel 4.1. Untuk mekanisme kerja lipid soluble & water soluble dapat di lihat pada gambar 2.1.
96 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
5. Aksis hormon pada manusia
Sekresi hormon di atur oleh (1) signal oleh sistem nervus, (2) perubahan kimia dalam darah,
(3) hormon lain. Contohnya impuls saraf pada medulla adrenal mengatur pelepasan epinephrine;
level 𝐶𝑎2+ dalam darah mengatur sekresi hormon paratiroid; dan hormon dari anterior pituitary
menstimulasi pelepasan kortisol oleh adrenal cortex. Regulasi paling sering melalui negatif
feedback atau positif feedback.
Grafik 5.1 Hipotalamus – pituitary anterior (P.A). Fungsi hormon dapat di lihat pada tabel 3.1.
97 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Tabel 5.1.
98 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Mekanisme negatif feedback Hipotalamus-Pituitary anterior
a. CRH - ACTH
99 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
c. TRH – TSH - T3 & T4
100 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
e. GnRH - FSH & LH (WANITA)
101 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
f. PRH – PIF – Prolaktin
102 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
B. Hipotalamus – Pituitary posterior
Pada aksis ini produksi oksitosin dan ADH di atur oleh sistem neurosensorik.
Grafik 5.2 Hipotalamus – Pituitary posterior (P.P). Fungsi hormon dapat di lihat pada tabel
3.1.
Tabel 5.2.
103 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Mekanisme sekresi Pituitary posterior
a. Antidiuretic hormone (ADH)
b. Oksitosin
104 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
6. Respon stress pada hormonal tubuh.
Beberapa istilah dalam stress:
Eustress, mempersiapkan kita untuk menghadapi tantangan tertentu dan ini sangat
membantu (stress yang memberikan dampak menyenangkan seperti termotivasi, menikmati
tantangan dsb).
Distress, jenis stress yang berbahaya (stress yang memberikan dampak tertekan).
Stressor, semua stimulasi/rangsangan yang menyebabkan respon stress. Stressor hampir
selalu dapat mengganggu tubuh manusia seperti panas atau dingin, lingkungan buruk, toxin dari
bakteri, perdarahan berat pada luka atau pembedahan, atau reaksi emosi. Pada tahun 1936, Hans
elye, seorang peneliti mengenai stress, menunjukan bahwa kondisi stress atau agen berbahaya yang
menghasilkan urutan perubahan tubuh yang serupa. Perubahan ini di sebut respons stress or
general adaptation syndrome (GAS) yang mengkontrol hipotalamus.
Respon stress terjadi dalam 3 tahap:
(1) Respon awal fight or flight
Di inisiasi oleh impuls saraf dari hipotalamus ke sistem saraf otonom divisi simpatik, termasuk
medulla adrenal. Respon berlangsung ini singkat.
(2) Reaksi resistensi lambat / resistance Reaction
Di inisiasi juga oleh impuls saraf dari hipotalamus untuk melepaskan sejumlah hormon dan
respon ini berlasung lama.
(3) Kelelahan / exhaustion
Pada tahap ini sumber daya yang berperan dalam proses stress menjadi habis dan tidak dapat
mempertahan fase resisten sehingga masuk fase kelelahan/exhaustion. Paparan lama terhadap
level kortisol dan hormon lain yang tinggi menyebabkan pada fase resistensi terjadi kelelahan
otot, supresi sistem imun, ulserasi dari saluran pencernaan, dan kerusakan sel beta pankreas.
Stress dapat memicu penyakit yang terkait erat dengan supresi sistem imun. Stress juga
menyebab gastritis, kolitis ulseratif, irritable bowel syndrome (IBS), hipertensi, asma, reumathoid
arthritis, sakit kepala migrain, kecemasan dan depresi.
Interleukin-I, zat yang disekresikan oleh makrofag dari sistem kekebalan tubuh merupakan
penghubungan penting antara stres dan kekebalan tubuh. Salah satu fungsi interleukin-I adalah
untuk merangsang sekresi ACTH, selanjutnya ACTH merangsang produksi kortisol. Kortisol tidak
hanya memberikan efek Reaksi resistance pada stres dan inflamasi, tetapi juga menekan produksi
interleukin lebih lanjut. Dengan demikian, sistem kekebalan tubuh mengaktifkan respons stres, dan
kortisol yang dihasilkan kemudian mematikan satu mediator sistem kekebalan tubuh (interleukin).
Karena aktivitas ini, kortisol dan glukokortikoid lainnya dapat digunakan sebagai obat
imunosupresan untuk penerima transplantasi organ.
105 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
106 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
107 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM SARAF PUSAT, FISIOLOGI SENSORIK &
MOTORIK
108 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
1. SISTEM SARAF PUSAT
A. Susunan sistem saraf manusia.
Gambar 1.1.
Sistem saraf tersusun menjadi sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri atas otak dan korda
spinalis, dan sistem saraf tepi (SST) yang teridiri dari serat-serat saraf yang membawa
informasi antara SSP dan bagian tubuh lain (perifer).
SST di bagi menjadi divisi aferen dan eferen. Divisi aferen membawa informasi ke SSP.
Divisi eferen meneruskan instruksi dari SPP ke organ efektor (otot atau kelenjar).
Divisi eferen dibagi menjadi sistem saraf somatik, yang terdiri dari serat-serat neuron
motorik yang yang menginervasi otot rangka dan sistem saraf autonom, yang terdiri dari serat-
serat yang menginervasi otot polos, otot jantung, dan kelenjar.
Sistem saraf autonom dibagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis.
109 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
B. Perkembangan sistem saraf manusia.
Pada masa awal embrional, sel-sel yang akan menjadi sistem saraf terletak pada suatu
daerah pipih yang di sebut Lempeng saraf (Neural Plate). Ketika perkembangan berlangsung
(pada sekitar hari ke 20 perkembangan manusia), sel-sel di sepanjang tepi lempeng saraf
bermigrasi ke arah garis tengah (a).
Pada hari ke 23 perkembangan manusia, sel-sel lempeng saraf tersebut telah saling
bergabung membentuk tabung saraf (neural tube) (b). Sel-sel neural crest di tepi lateral
lempeng saraf sekarang terletak dorsal terhadap tabung saraf. Lumen tabung saraf akan tetap
berongga dan menjadi rongga sentral SSP.
Sel-sel yang melapisi tabung saraf akan berdiferensiasi menjadi epitel ependima atau
tetap akan sebagai sel punca saraf yang tidak berdeferensiasi. Sel-sel dilapisan luar tabung saraf
akan menjadi neuron dan glia SSP. Sel-sel neural crest akan menjadi neuron sensorik dan
motorik sistem saraf tepi (SST).
Pada minggu ke 4 perkembangan manusia, bagian anterior tabung saraf telah mulai
berkembang secara khusus menjadi regio-regio otak (c). Tiga divisi yang jelas terlihat: otak
depan(forebrain), otak tengah(midbrain), dan otak belakang (hindbrain). Tabung posterior
akan menjadi korda spinalis. Pada tahap ini, bagian otak depan akan yang menjadi serebrum
tidak lebih besar dari pada regio lain pada otak.
Pada minggu ke 6, SSP membentuk 7 divisi utama yang ada saat kehamilan. Enam regio
ini berada pada otak: (1) serebrum, (2) diensefalon, (3) otak tengah, (4) serebelum, (5) pons,
(6) medulla oblongata dan (7) korda spinalis. Serebrum dan diensefalon berkembang dari
otak depan. Serebelum, pons, dan medulla oblongata adalah divisi otak belakang. Serta pada
minggu ke 6 rongga sentral tabung telah membesar menjadi ventrikel otak.
Pada minggu ke 11 serebrum tampak jelas membesar (e). Serebrum yang telah
sepenuhnya tumbuh mengelilingi diensefalon, otak tengah, dan pons.
110 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Gambar 1.2.
111 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
C. Tingkatan utama fungsi sistem saraf pusat.
112 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
D. Proteksi dan nutrisi sistem saraf pusat (SSP).
113 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Gambar 1.3.
Cairan serebrospinal:
1) Dihasilkan oleh plexus koroideus.
2) Beredar di seluruh ventrikel
3) Keluar dari ventrikel keempat di dasar otak
4) Mengalir di ruang sub-araknoid antara lapisan-lapisan meningen, dan Akhirnya direabsorpsi
dari ruang sub-araknoid ke dalam darah vena melewati vilus araknoid
114 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
E. Gambaran umum sistem saraf pusat.
SSP terdiri atas Otak & Korda spinalis. berikut pembagian SSP:
1. Batang otak
2. Serebelum (cerebellum)
3. Otak depan
a. Diensefalon
(1) Hipotalamus
(2) Talamus
b. Serebrum
(1) Nukleus basal
(2) Korteks serebrum
Urutan pencantuman di atas umum mencerminkan lokasi anatomi (dari bawah ke atas)
maupun kerumitan dan kecanggihan fungsi (dari tingkat yang paling tua dan kurang spesifik
hingga ke tingkat terbaru yang paling spesialistik). Perlu di ketahui juga penjalaran sinyal dari
otak ke neuron motorik eferen selalu menyilang.
Gambar 1.4.
115 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
1. KORTEKS SEREBRUM
Bagian terbesar otak manusia, terbagi menjadi Hemisfer serebrum kiri dan Hemisfer
serebrum kanan. Kedua struktur hemisfer di hubungkan oleh korpus kalosum (suatu pita
tebal yang terdiri atas 300 juta akson neuron). (gambar 1.5)
Gambar 1.5.
Korteks serebrum adalah selubung substansia grisea di sebelah luar yang
menutupi substansia alba di bagian dalam.
Substansia grisea dapat di pandang sebagai “komputer-komputer” SSP dan
substansia alba sebagai “kabel” yang menghubungkan komputer-komputer tersebut.
Integrasi masukan saraf dan inisiasi keluaran saraf berlangsung di sinaps di dalam
substansia grisea. Traktus saraf di substansia alba menyalurkan sinyal dari satu bagian
korteks serebrum ke bagian lain atau antara korteks dan bagian lain SSP. (gambar 1.5)
Keempat pasang lobus korteks & fungsi korteks serebrum
Korteks terbagi menjadi 4 pasang lobus, daerah-daerah patokan yang digunakan
dalam pemetaan korteks adalah lipatan-lipatan yang membagi korteks menjadi empat lobus
utama: Lobus Oksipitalis, Lobus Temporalis, Lobus Parietalis, dan Lobus Frontalis.
Lobus oksipitalis, yang terletak di posterior (di belakang kepala). Lobus temporalis, yang
terletak di lateral. Lobus parietalis dan lobus frontalis, yang terletak di kepala bagian atas,
dipisahkan oleh lipatan dalam, sulkus sentralis, yang berjalan kira-kira ke bagian medial
permukaan kedua hemisfer . Lobus parietalis terletak di belakang sulkus sentralis dan
lobus frontalis terletak di depannya. (gambar 1.6)
Informasi spesifik yang di proses pada korteks serebrum adalah sensorik, motorik,
dan signal integratif / gabungan. Secara umum, area sensorik menerima informasi sensori
116 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
dan mengubahnya menjadi persepsi, sehingga mengetahui akan adanya sensasi. Area
motorik mengkontrol gerakan volunter. Area gabungan / asosiasi berurusan dengan fungsi
integratif yang lebih kompleks seperti memori, emosi, pemikiran, hasrat, keputusan,
kepribadian, dan kecerdasan.
Gambar 1.6.
Gambar 1.7.
117 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
A. Area Sensorik
Area primer somatosensorik ( area 1, 2, dan 3), menerima impuls sentuhan, tekanan,
getaran, gatal, suhu ( dingin & panas), nyeri, dan propriosepsi (pergerakan/posisi sendi &
otot), dan Terlibat dalam persepsi sensasi somatik. Secara spesifik fungsi bagian ini di
gambarkan pada homukulus sensorik (gambar 1.8).
Area primer visual (area 17), menerima informasi visual & terlibat dalam persepsi visual.
Area primer auditory (area 41 & 42), menerima informasi suara & terlibat dalam persepsi
suara.
Area primer gustatory (area 43), menerima impulse perasa & terlibat dalam persepsi
gustatori & membedakan rasa
Area primer olfactory (area 28), menerima impulse penciuman & terlibat dalam persepsi
olfactory.
B. Area Motorik
Area primer motorik (area 4), Setiap daerah di dalam area ini mengendalikan kontraksi
volunter dari otot atau kelompok otot tertentu. Secara spesifik dapat di amati pada
homunkulus motorik (gambar 1.8).
Area broca’s speech (area 44 & 55), berbicara dan memahami perkataan adalah kegiatan
kompleks yang melibatkan beberapa daerah sensorik, asosiasi, dan motorik dari korteks
salah satunya melibatkan kerja area broca dan area wernickle. Dari area broca, impulse
nervus menjalar ke regio pre-motor yang mengontrol otot larynx, pharynx, dan mulut.
Impuls dari area pre-motor menghasilkan kontraksi otot yang spesifik dan terkoordinasi.
Bersamaan dengan itu, impuls menyebar dari daerah bicara Broca ke area primer motorik.
Dari sini, impuls nervus juga mengendalikan otot-otot pernapasan untuk mengatur aliran
udara yang tepat melewati pita suara.
C. Association Areas.
Somatosensory association area (area 5 & 7), menerima input dari area somatosensorik
primer, serta dari thalamus dan bagian otak lainnya. Area ini memungkinkan Anda
menentukan bentuk dan tekstur benda dengan tepat dengan merasakannya, untuk
menentukan orientasi satu objek terhadap benda lain sebagaimana adanya, dan merasakan
hubungan satu bagian tubuh dengan bagian tubuh lainnya. Peran lain dari area asosiasi
somatosensori adalah sebagai memori dari pengalaman sensoris somatik masa lalu, yang
memungkinkan Anda untuk membandingkannya Sensasi saat ini dengan pengalaman
sebelumnya. Misalnya, area asosiasi somatosensori memungkinkan anda mengenali benda
seperti pensil dan penjepit kertas hanya dengan menyentuhnya.
Visual association area (area 18 & 19), menerima impulse sensory dari area visual primer
dan talamus. Ini berhubungan dengan pengalaman visual masa kini dan masa lalu dan sangat
penting untuk mengenali dan mengevaluasi apa yang dilihat. Misalnya, area asosiasi visual
memungkinkan Anda mengenali benda seperti sendok hanya dengan melihatnya.
Facial recognition area (area 20, 21, dan 37 pada lobus temporal inferior), menerima
impulse nervus dari visual association area. Area ini menyimpan informasi tentang wajah,
dan ini memungkinkan Anda mengenali wajah orang-orang. Area pengenalan wajah di
hemisfer kanan biasanya lebih dominan dari pada daerah yang di hemisfer kiri.
118 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Auditory association area (area 22), memampukan anda mengenali suara Pidato/bahasa, musik
atau kebisingan.
Orbitofrontal cortex (area 11 sepanjang bagian lateral lobus frontalis), menerima impulse sensory
dari area primer olfactory. Daerah ini memungkinkan anda untuk mengidentifikasi bau dan
membedakan bau. Selama proses olfactory, korteks orbitofrontal pada hemisfer kanan menunjukkan
aktivitas yang lebih besar dari pada daerah hemisfer kiri.
Wernickle area (bagian posterior area bahasa; area 22, 39 dan 40), area untuk mengartikan
percakapan atau memahami percakapan dengan cara mencocokan kata-kata yang diucapkan. Area
wernickle terletak di hemisphere kiri akan aktif bersamaan dengan area broca di hemisphere kanan
saat komunikasi verbal dengan menambahkan emosi seperti, kemarahan atau kegembiraan. Orang
yang terkena penyakit stroke pada daeerah wernickle masih bisa bicara tapi kata-katanya tidak
teratur.
Area integatif umum (area 5, 7, 39 dan 40), Berbatasan dengan area asosiasi
somatosensori, visual, dan pendengaran. Area ini menerima impuls nervus dari area primer
gustatory, area primer olfactorius, thalamus, dan bagian dari batang otak. Daerah ini
mengintegrasikan interpretasi sensorik dari daerah asosiasi dan impuls dari daerah lain, yang
memungkinkan terbentuknya pemikiran berdasarkan berbagai input sensoris. Area ini
kemudian mentransmisikan sinyal ke bagian lain otak untuk merespons rangsangan
sensorik.
Area prefrontal korteks / asosiasi area frontal (area 9, 10, 11 dan 12), area ini memiliki
banyak hubungan dengan korteks serebral, talamus, hipotalamus, sistem limbik, dan
serebelum. Area prefrontal korteks berkaitan dengan kepribadian seseorang, intelektual,
kemampuan belajar yang kompleks, mengingat informasi, inisiatif, penilaian, kemampuan
prediksi, penalaran, hati nurani, intuisi, mood, perencanaan masa depan, dan pengembangan
ide abstrak atau baru. Seseorang yang mengalami kerusakan bilateral pada area prefrontal
korteks biasanya akan memberikan manifestasi bersikap kasar, tidak pengertian, tidak
mampu menerima nasehat, tidak sabar, kurang perhatian, kurang kreatif, tidak dapat
merencanakan masa depan, dan tidak mampu mengantisipasi atau memprediksi konsekuensi
dari kata-kata atau perilaku yang ceroboh. Salah satu contoh penyebab kerusakan pada
daerah ini adalah pada penggunaan obat-obatan terlarang dan juga pada orang dengan
trauma pada kepala.
Area premotor (area 6), Area premotor berhubungan dengan aktivitas motorik yang
dipelajari atau di peroleh, contohnya seperti pergerakan kontraksi otot saat menulis.
119 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Gambar 1.8.
120 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Gambar 1.9.
3. TALAMUS
Talamus berfungsi sebagai “stasiun pemancar” untuk pemprosesan awal semua
masukan sensorik. Semua masukan sensorik bersinaps ditalamus dalam perjalanannya ke
korteks. Bagian ini menyaring signal tak-signifikan dan meneruskan impuls sensorik penting
ke daerah korteks somatosensorik yang sesuai, serta bagian lain otak.
Terdapat 7 bagian utama talamus (gambar 1.10):
(1) nukleus anterior, terkait dengan emosi dan memori.
(2) nukleus medial, terkait dengan emosi, belajar,memori, dan kognitif.
(3) kelompok nukleus lateral: nukleus lateral dorsal (terkait ekpresi emosi), nukleus lateral
posterior dan nukleus pulvinar (terkait membantu integrasi informasi sensorik).
(4) kelompok nukleus ventral: Nukleus anterior ventral (terkait kontrol pergerakan), nukleus
lateral ventral (terkait kontrol pergerakan), nukleus posterior ventral (menyampaikan
impuls sensasi somatik seperti sentuhan, tekanan, getaran, gatal, gelitik, suhu, nyeri, dan
propriosepsi dari wajah dan Tubuh menuju korteks serebral), nukleus lateral genikulatus
(menyampaikan impuls visual penglihatan dari retina menuju area visual utama di korteks
serebral), nukleus medial genikulatus (menyampaikan impuls auditori pendengaran dari
telinga menuju area primer auditori di korteks serebral).
(5) Nukleus intralaminar, terkait dengan gairah (aktivasi korteks serebral dari formasi
reticular batang otak) dan integrasi informasi sensorik dan motorik.
(6) nukleus midline, fungsinya terkait dengan memori dan penciuman.
(7) nukleus retikular, berfungsi memonitor, menyaring, dan mengintegrasikan aktivitas
nukleus talamus lainnya.
121 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Gambar 1.10.
4. HIPOTALAMUS
Hipotalamus adalah kumpulan nukleus-nukleus spesifik dan serat-serat terkaitnya
yang terletak di bawah talamus. Hipotalamus memiliki 4 bagian utama: (1) regio
mammillary, (2) regio tuberal, (3) regio supraoptik, dan (4) regio preoptik. (gambar 1.11)
Fungsi hipotalamus:
(1) Mengontrol SSP.
Hipotalamus mengendalikan dan mengintegrasikan aktivitas sistem saraf otonom, yang
mengatur kontraksi otot polos dan otot jantung dan juga sekresi banyak kelenjar. Pada
sistem saraf otonom, hipotalamus merupakan organ mayor dalam mengatur aktivitas
viscera termasuk regulasi denyut jantung, gerak peristaltik gastrointestinal saat
mengolah makanan, dan kontraksi kandung kemih.
(2) Produksi Hormon.
(lihat bagian endokrin)
(3) Regulasi emosi dan pola perilaku.
Bersama dengan sistem limbik, hipotalamus berpartisipasi dalam ekspresi kemarahan,
agresif, nyeri, dan kesenangan serta perilaku yang berhubungan dengan gairah seksual.
(4) Regulasi makan dan minum.
Hipotalamus mengatur pola makan. Terdapat feeding center(pusat makan), yang akan
menginduksi nafsu makan dan satiety center (pusat kenyang), yang akan menyebabkan
sensasi kenyang dan menghentikan makan.
Hipotalamus juga memiliki thirst center (pusat haus), Ketika sel-sel tertentu di
hipotalamus dirangsang oleh tekanan osmotik yang meningkat dari cairan ekstraselular,
122 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
hal ini akan menyebabkan sensasi haus. Asupan air dengan minum mengembalikan
tekanan osmotik ke normal, menghilangkan rangsangan dan rasa haus.
(5) Mengontrol suhu tubuh
Hipotalamus juga berfungsi sebagai termostat tubuh, yang akan mempertahankan suhu
tubuh pada batas normal atau pada setpoint yang di inginkan.
(6) Regulasi ritme Circadian dan kesadaran
Nukleu suprachiasmatik hipotalamus (merupakan bagian dari regio supraoptic)
berfungsi sebagai jam biologis internal tubuh karena membentuk ritme sirkadian, dan
aktivitas bangun-tidur dalam 24 jam.
Gambar 1.11.
5. SEREBELUM (cerebellum)
Serebelum merupakan organ yang penting dalam keseimbangan serta perencanaan dan
eksekusi gerakan. Serebelum terbagi menjadi 3 bagian dengan fungsi yang berbeda (gambar
1.12):
1. Vestibuloserebelum.
Untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol gerak bola mata.
2. Spinoserebelum.
Berfungsi meningkatkan tonus otot dan mengordinasikan gerakan volunter. Bagian otak
ini sangat penting dalam memastikan waktu yang tepat bagi kontraksi berbagai otot
untuk mengordinasikan gerakan yang melibatkan banyak sendi.
3. Serebroserebelum.
Berperan dalam perencanaan dan inisiasi aktivitas volunter dengan memberikan
masukan ke daerah motorik korteks. Serebroserebelum juga merupakan bagian yang
menyimpan ingatan prosedural.
Serebelum dan nukleus basal memantau dan menyesuaikan aktivitas motorik yang
diperintah dari korteks motorik, dan seperti nukleus basal, serebelum tidak secara langsung
memengaruhi neuron motorik eferen. Meskipun mereka melakukan peran yang berbeda-
beda (misalnya, serebelum meningkatkan tonus Otot, sementara nukleus basal
123 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
menghambatnya), keduanya berfungsi secara tak langsung dengan memodifikasi keluaran
sistem-sistem motorik utama di otak.
Gambar 1.12.
124 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
6. BATANG OTAK
Batang otak terdiri dari medula oblongata, pons, dan otak tengah. Batang otak
merupakan jalur penghubung penting antara bagian otak dan korda spinalis.
Fungsi batang otak mencakup:
1) Sebagian besar dari 12 pasang nervus kranial berasal dari batang otak.
2) Di batang otak terkumpul kelompok neuron atau pusat yang mengontrol fungsi jantung
dan pembuluh darah, pernapasan, dan aktivitas pencernaan.
3) Mengatur refleks otot yang terlibat dalam keseimbangan dan postur.
4) Terdapat RAS (reticular activating system) yang berperan dalam kemampuan
mengarahkan perhatian/konsentrasi.
Tempat keluarnya 12 pasang nervus kranial terbagi menjadi beberapa bagian yaitu (gambar
1.13):
125 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Gambar 1.13.
126 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Gambar 1.14.
Gambar 1.15.
127 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
2. FISIOLOGI SENSORIK
A . Reseptor Sensorik – Umum
Merupakan sel-sel epitel atau neuron dengan sifat khusus yang menghantar sinyal sinyal lingkungan
menjadi sinyal sinyal saraf.
Sinya sinyal lingkungan yang dapat dideteksi meliputi gaya mekanis , cahaya , bunyi , kimia dan
suhu
128 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
3. Medan reseptif
Merupakan bagian tubuh yang ketika distimulasi mengubah lagu pencetusan (firing rate) sebuah
neuron sensorik . jika laju pencetusan neuron sensorik tersebut meningkat , maka medan reseptifnya
bersifat eksitasi . jika laju pencetusan neuron sensorik tersebut menurun, maka medan reseptifnya
bersifat inhibisi.
129 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
- Dapat berupa sel – sel sepitel yang bersifat khusus (misalnya fotoreseptor, reseptor
pengecap , sel-sel rambut auditorius).
- Dapat berupa neuron aferen primer ( misalnya kemoreseptor olfactorius)
- Mentransduksi stimulus menjadi energi elektris (yaitu potensial reseptor)
b. Neuron urutan-pertama
- merupakan neuron aferen primer yang menerima sinyal yang ditransduksi
dan mengerimkan informasi kepada SSP. Badan sel neuron aferen primer berada dalam atau
ganglion medula spinalis.
c. Neuron urutan-kedua
- Terletak dalam medula spinalis atau batanga otak.
- menerima informasi dari satu atau lebih neuron aferen premier dalam nukleus pemancar
(relay nucleus) dan mentransmisikannya ke talamus.
- Akson neuron urutan-kedua dapat menyilang garis-tengah dalam nukleus pemancar
didalam medula spinalis sebelum akson tersebut berjalan naik ke dalam talamus . jadi ,
Informasi sensorik yang bermula pada salah satu sisi tubuh akan berjalan naik ke
dalam talamus yang kontralateral.
d. Neuron urutan-ketiga
- Terletak dalam nukleus pemancar pada talamus . dari sana, informasi sensorik yang sudah
dikode berjalan naik ke korteks serebri.
e. Neuron urutan-keempat
- Terletak dalam area sensorik yang sesuai pada korteks serebri . indormasi yang diterima
menghasilkan persepsi yang disadari (conscious perception)
B. Sistem Somatosensoik
Meliputi sensasi sentuhan , gerakan, suhu dan nyeri.
130 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
2. Tipe-Tipe mekanoreseptor
3. Talamus
- Informasi dari berbagai-bagian tubuh disusun secara somatopsis
- Destruksi nukleus di dalam talamus mengakibatkan hilangnya sensasi pada sis
kontralateral tubuh.
5. Nyeri
- Berikatan dengan deteksi dan presepsi stimulus yang berbahaya (nosisepsi)
- Reseptor untuk rasa nyeri berupa ujung saraf bebas (free nerve ending) didalam kulit ,
otot dan visera
- Neurotransmiter untuk nosireseptor meliputi senyawa P. Inhibisi pelepasan Senyawa P
merupakan dasar pembebasan rasa nyeri yang dihasilkan oleh senyawa senyawa opioid.
131 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
3. FISIOLOGI MOTORIK
A. Unit Motorik
Terdiri dari motoneuron dan serabut otot yang dipersarafinya olehnya. Untuk kontrol
yang halus (misalnya otot-otot mata), sebuah motoneuron yang tunggal hanya
mempersarafi beberapa serabut otot. Untuk gerakan yang lebih kasar (misalnya otot-otot
postural), sebuah motoneuron yang tunggal dapat mempersarafi ribuan serabut otot.
Motoneuron Pool merupakan kelompok motoneuron yang mempersarafi serabut dalam otot
yang sama.
Derajat kekuatan kontraksi otot ditentukan oleh rekruitmen unit motorik tambahan (prinsip
ukuran). Prinsip ukuran (size principle) mengatakan ketika unit motorik tambahan direkruit,
maka ada lebih banyak motoneuron yang terlibat dan ada lebih banyak tegangan (tension)
yang dihasilkan.
1) Motoneuron kecil.
- Mempersarafi sedikit serabut otot
- Memiliki ambang yang paling rendah dan dengan demikian mencetuskan implus
yang pertama
- Menghasilkan gaya atau kekuatan yang paling kecil.
2) Motoneuron yang besar.
-Mempersarafi banyak serabut otot
- Memiliki ambang yang paling tinggi dan dengan demikian mencetuskan implus
paling akhir
- Menghasilkan gaya atau kekuatan yang paling besar.
B. Sensor Otot
1) Tipe-tipe sensor otot.
a. Kumparan otot/Muscle Spindles (serabut aferen group Ia dan II) berjalan paralel
dengan serabut ekstrafusal . kumparan otot mendeteksi baik perubahan statik maupun
dinamik panjang otot.
b. Organ tendon golgi (serabut aferen group Ib) tersusun dalam sejumlah seri bersama
serabut otot ekstrafusal. Organ ini mendeteksi tegangan otot.
c. Korpuskel pacinii (serabut aferen group II) tersebar di seluruh otot. Korpuskel ini
mendeteksi Vibrasi.
d. Ujung saraf bebas/ Free Never Ending ( Serabut Aferen Group III dan IV)
Mendeteksi Stimulus Nyeri (noxious)
b. Serabut intrafustal
- Berukuran lebih kecil daripada serabut otot ekstrafusal
- Dipersarafi oleh ϒ-motoneuron
- Dibungkus dalam selubung untuk membentuk kumparan otot
- Berjalan paralel bersama serabut ekstrafusal tetapi tidak diseluruh panjang otot.
132 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
- Berukuran terlalu kecil untuk menghasilkan kekuatan yang signifikan.
133 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
c. Fungsi ϒ-motoneuron.
Mempersarafi serabut otot intrafusal
Menyusuaikan sensivitas kumparan otot sehingga kumparan ini akan
memberikan respon yang tepat pada saat kontaksi otot
α-motoneuron dan ϒ-motoneuron mengalami ko-aktivasi sehingga kumparan
otot tetap sensitif terhadap perubahan pada panjang otot selama kontraksi
134 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Refleks
DEFINISI : gerakan yang cepat dan involunter sebagai respon terhadap suatu stimulus.
FUNGSI REFLEKS: suatu mekanisme pertahanan tubuh dan dapat dipakai dalam pemeriksaan fisik
untuk mengetahui abnormalitas tubuh manusia
JENIS-JENSI REFLEKS
JALUR REFLEKS
a. Monosinaptik: Reseptor sensorik → neuron aferen (sensorik) → pusat integrasi → neuron eferen
(motorik) → efektor (Ex : refleks trisep & bisep, refleks patella,dan refleks Achilles)
135 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
b. Polisinaptik : Reseptor sensorik → neuron aferen (sensorik) → pusat integrasi →interneuron → neuron
eferen (motorik) → efektor (Ex : refleks withdrawal &
refleks pupil)
136 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
Tujuan untuk mengetahui bagaimana cara pemeriksaan refleks-refleks fisiologis pada manusia.
Alat & Bahan :
- palu perkusi
- Kapas
- Applicator stick
A. Refleks Superfisial
a) Refleks Kornea
1. Subjek membuka mata dan mengarahkan pandangan ke titik jauh
2. Menyentuh permukaan kornea mata kanan subjek dari samping dengan ujung kapas
3. Mengamati gerak refleks yang terjadi
b) Refleks Plantar
1. Subjek menekuk kaki kiri pada kursi dan kaki kanan tetap berpijak pada lantai
2. Merangsang telapak kaki dengan ujung applicator stick sepanjang tepi lateral telapak
kaki 3. Mengamati gerak refleks yang terjadi
137 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
B. Refleks Tendon (Proprioceptive)
a) Refleks Bisep
1. Subjek melemaskan lengannya dan melakukan pronasi lengan bawah
2. Penguji meletakkan ibu jari dengan kuat pada tendon bisep
3. Mengetuk ibu jari dengan palu dan amati gerak refleks yang terjadi
Manuver Jendrassik
Normal : ekstensi articulatio genu (lutut)
138 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
d) Refleks Achilles
1. Subjek menekuk kaki kirinya dikursi dan kaki kanannya tetap berpijak pada lantai
2. Mengetuk tendon achilles (calcaneus) dengan palu dan amati gerak refleks yang terjadi .
139 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SENSE ORGAN
140 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
VISION
DEFINISI : Tajam penglihatan dikenal dengan tajam penglihatan perifer merupakan penglihatan tepi yang
dilaksanakan terutama oleh sel batang yang menempati retina pada bagian perifer. Tajam penglihatan
perifer merupakan kemampuan menangkap adanya benda, gerakan, atau warna objek diluar garis langsung
penglihatan. Tajam penglihatan didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk membaca tes pola
standar pada jarak tertentu. Pada umumnya hasil pengukuran dibandingkan dengan penglihatan orang
normal
141 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
FUNGSI KOMPONEN UTAMA FUNGSI
MATA STRUKTUR
Sklera Jaringan ikat protektif (membentuk bagian putih mata)
Lensa Variasi Kemampuan refraksi selama akomodasi
Kornea Sangat berperan dalam kemampuan refraksi mata
Iris Mengatur ukuran pupil dengan kontraksi ; berperan
menentukan warna mata
Pupil Mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata
Retina Mengandung fotoreseptor a. sel kerucut (conus) : penglihatan
warna ; penglihatan siang hari (3 juta per retina) b. sel batang
(rod): penglihatan hitam putih ; penglihatan malam hari (100
juta per retina)
Koroid Mengandung pembuluh darah (nutrisi untuk retina)
Otot siliaris Berperan dalam akomodasi
Fovea centralis Daerah dengan ketajaman tinggi , disekitarnya terdapat
makula lutea yang mengandung banyak sel kerucut
Diskus optikus (titik buta) Jalan keluar N.opticus dan pembuluh darah ( tidak
mengandung fotoreseptor)
Humor aquosus Cairan encer jernih yang berfungsi membawa nutrien untuk
kornea dan lensa
Humor vitreus Mempertahankan bentuk bola mata
JARAS PENGLIHATAN Cahaya → masuk retina (reseptor) → n. optikus → pada kiasma optikum
semua serabut menyilang ke sisi yang lain →membentuk traktus optikus → bersinaps di nukleus
genikulatum lateralis dorsalis pada thalamus → fissura calcarina lobus occipitalis (korteks penglihatan
primer).
142 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
AKOMODASI MATA Akomodasi adalah
kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa. kekuatan
lensa ini dikendalikan oleh otot siliaris yang melekat ke
lensa melalui ligamentum suspensorium. Stimulasi
parasimpatis menyebabkan otot siliaris berkontraksi
dan stimulasi simpatis menyebabkan relaksasi. ciliary ciliary
ganglion ganglion
Ketika kita melihat benda yang jauh, otot siliaris
RETINA
melemah dan lig.Suspensorium akan menegang
sehingga lensa menjadi gepeng dan kurang
retraktif. CN 3 CN 2
CHIASM
Ketika kita melihat benda yang dekat, otot
siliaris berkontraksi yang menyebabkan
regangan lig. Suspensorium berkurang sehingga
lensa menjadi lebih bulat. PRETECTAL PRETECTAL
NUCLEUS NUCLEUS
Trias akomodasi : Lensa mencembung, miosis pupil,
konvergensi
EDINGER EDINGER
WESTPHAL WESTPHAL
NUCLEUS NUCLEUS
143 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
ADAPTASI GELAP DAN TERANG (Fototransduksi)
Sinyal listrik sel disebabkan oleh pergerakan ion antara kompartemen intraseluler dan ekstraseluler.
Batang mengandung tiga kanal ion utama yaitu : cyclic nucleotide-gated channel (kanal CNG) yang
memungkinkan Na+ dan Ca2+ memasuki batang, kanal K+ akan keluar dari batang dan kanal Ca2+
membantu mengatur eksositosis neurotransmitter
Pelepasan neurotransmitter berfungsi sebagai inhibitor sehingga tidak timbulnya potensial aksi disel
ganglion sehingga tidak terjadinya perambatan potensial aksi menuju korteks penglihatan pada kondisi
gelap. Sedangkan pada kondisi terang karena terjadinya penurunan pelepasan neurotransmitter inhibitor
akibatnya proses inhibisi akan menghilang sehingga sel bipolar tidak dihambat akan terjadi potensial aksi
pada sel ganglion yang membuat perambatan potensial aksi menuju korteks penglihatan dilobus oksipitalis
otak untuk proses penglihatan
Siklus Fotopigmen
Ketika cis-retinal menyerap foton cahaya, cis- retinal akan ke bentuk yang disebut trans - retinal.
Konversi cis ke trans disebut isomerisasi dan merupakan langkah pertama transduksi visual. Setelah
isomerisi retina, beberapa stabil akan membentuk intermediet kimia. Dalam sekitar satu menit, trans-retinal
akan memisahkan diri dari opsin
Produk akhir terlihat tidak berwarna, jadi ini bagian dari siklus yang disebut pemutihan fotopigmen.
Sebuah enzim yang disebut retina isomerase akan mengubah trans– retinal kembali ke bentuk cis-retina.
Cis-retina kemudian dapat mengikat opsin, untuk reformasi fungsional dari fotopigmen dan merupakan
siklus resintesis fotopigmen
144 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Gangguan Refraksi
1. AMETROPIA
Ametropia dalam keadaan tanpa akomodasi atau dalam keadaan istirahat memberikan bayangan
sinar sejajar pada fokus yang tidak terletak pada retina. Pada keadaan ini bayangan pada selaput jala
tidak sempurna terbentuk. Dikenal berbagai bentuk ametropia, seperti :
1) Ametropia aksial yaitu ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih
panjang, atau lebih pendek sehingga bayangan benda difokuskan didepan atau
dibelakang retina. Pada Miopia aksial fokus akan terletak didepan retina karena bola
mata lebih panjang dan pada hipermetropia aksial fokus bayangan terletak dibelakang
retina.
2) Ametropia refraktif yaitu ametropia akibat kelainan sistem pembiasan sinar didalam
mata. Bila daya bias kuat maka bayangan benda terletak didepan retina (miopia) atau
bila daya bias kurang maka bayangan benda akan terletak dibelakan retina
(hipermetropia refraktif).
Ametropia dapat disebabkan kelengkungan kornea atau lensa yang tidak normal (ametropia
kurvatur) atau indeks bias abnormal di dalam mata (ametropia indeks). Ametropia dapat ditemukan dalam
bentuk kelainan seperti, miopia, hipermetropia, astigmatisma.
Astigmatisma merupakan kelainan refraksi mata yang menyebabkan bayangan penglihatan pada
satu bidang difokuskan pada jarak yang berbeda dari bidang yang tegak lurus terhadap bidang tersebut. Hal
ini paling sering disebabkan oleh terlalu besarnya kelengkungan kornea pada salah satu bidang mata. Pada
astigmastisma berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2
garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea
145 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
2. Presbiopia
Presbiopia adalah gangguan penglihatan dekat yang terjadi pada orang tua. Hal ini dapat dibagi
menjadi 2 jenis : presbiopia fungsional dan presbiopia objektif. Presbiopia fungsional menggambarkan
situasi dimana seseorang memiliki visus < N8 ( yaitu, < 6/18 ketajaman visual) yang dapat dikembalikan
dengan lensa tambahan , tetapi tidak termasuk dalam miopia moderat yang bisa membaca tanpa bantuan
kacamata
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat kelemahan otot akomodasi dan lensa
mata tidak kenyal atau berkurangnya elastisitasnya akibat sclerosis lensa. Akibat gangguan ini maka pasien
berusia 40 tahun akan memberi keluhan setelah membaca yaitu mata lelah, berair dan sering terasa pedas.
146 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
Tujuan Untuk mengetahui cara-cara pemeriksaan mata meliputi tes akomodasi, refleks cahaya, visual
acuity, bintik buta, astigmatisme, dan buta warna .
Akomodasi
1. Memfokuskan satu mata pada pin
Normal (emetropia): Titik dekat (punctum proximum) ± 25 cm Titik jauh (punctum remotum) tak
terhingga
Abnormal :
1. miopia : kelainan akibat bayangan difokuskan di depan retina (rabun jauh), hal ini biasanya pada
keadaan bola mata yang terlalu panjang→ koreksi lensa cekung (konkaf ; lensa - ).
2. Hiperopia (hipermetropia) : kelainan akibat bayangan difokuskan di belakang retina (rabun dekat), hal
ini biasanya pada keadaan bola mata terlalu pendek dan lensa terlalu lemah→ koreksi lensa cembung
(konveks ; lensa +)
3. Presbiopia (mata tua): kelainan berkurangnya akomodasi mata (↓elastisitas lensa) seiring meningkatnya
usia →koreksi lensa ganda (bifokus ;gabungan lensa + dan -)
4. Astigmatisme (mata silinder): kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis pandang oleh mata
tanpa akomodasi dibiaskan lebih dari satu titik yang disebabkan terlalu besarnya lengkung kornea atau
kornea tidak rata→koreksi lensa silindris.
147 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Refleks Cahaya Pupil
1. Menghadapkan senter ke wajah dengan mata tertutup. Setelah 30 detik, membuka satu mata dan mata
yang lainnya tetap menutup.
2. Amati perubahan pupil mata (refleks pupil)
Normal : konstriksi pupil . jika mata yang tidak disinari ikut berkonstriksi disebut refleks
konsensual
Normal : bintik buta terjadi ketika bayangan jatuh tepat pada discus nervi optici (tidak memliki
fotoreseptor)
6 →jarak subjek
Normal: visus mata normal atau 20/20 (jarak kaki)
6 → jarak mata normal
Abnormal:jika visus 6/12 artinya subjek dapat membaca dengan jelas pada jarak 6 m sedangkan pada mata
normal dapat membaca dengan jelas pada jarak 12 m
Nb: mata akan melihat suatu objek dengan sangat jelas ketika cahaya tepat jatuh di fovea centralis yang
terdapat macula lutea (penglihatan sentral)
149 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Uji Astigmatisme
1. Menentukan status mata subjek dengan melihat grafik untuk mendereteksi astigmatisme
2. Mencatat hasil yang didapatkan , apakah subjek astigmatisme atau tidak
150 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Cutaneus Sensation
DEFINISI Integumen atau kulit adalah organ yang berfungsi sebagai barier protektif yang memberikan
respon terhadap rangsangan eksternal maupun internal serta berperan dalam homeostasis. Secara lebih
spesifik kulit menjalani fungsi proteksi, regulasi suhu, sensasi stimulus ekterna, pembentukan vit D, dan
eliminasi air & garam mineral. Sensasi kutaneus berasal dari berbagai macam sense organ yang tersebar
diseluruh permukaan tubuh manusia.
Histologi Kulit
151 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
JENIS-JENIS RESEPTOR
Rangsangan (stimulus ) adalah perubahan yang terdeteksi oleh tubuh. Reseptor adalah neuron-neuron
aferen (sensorik) yang berespon terhadap rangsangan dari luar maupun dalam.
152 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
153 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
JARAS SENSORIS
PCLMS menjalarkan sinyal dalam kolumna dorsalis medula spinalis → sinyal bersinaps pada nukleus
gracilis dan nukleus kuneatus dan menyilang ke sisi berlawanan didalam kolumna dorsalis→ sinyal akan
naik melalui lemniskus medialis dibatang otak menuju thalamus → di thalamus serabut lemniskus medialis
berakhir pada daerah penyiaran sensorik thalamus yang dikenal sebagai kompleks ventrobasal →
penjalaran berlanjut menuju gyrus postcentralis dari cortex cerebri (area somatosensorik).
Jenis sinyal :posisi, sentuhan halus, tekanan, dan getaran
154 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
ALS (Anterolateral System) / Traktus Spinothalamicus
ALS menjalarkan sinyal melalui serabut-serabut anterolateral yang akan menyilang tepat pada komisura
anterior dan lateral sisi berlawanan → serabut naik ke otak melalui jalur traktus spinotalamikus anterior
dan spinotalamikus lateral→ berakhir pada ujung traktus spinotalamikus di nukleus reticularis batang otak
dan kompleks ventrobasal.
Jenis sinyal : nyeri, suhu (panas & dingin), raba kasar, geli, gatal, dan sensasi seksual
155 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Traktus Trigeminothalamicus.
Impuls suntuk sebagian besar sensasi somatik (taktil, termal, dan nyeri) dari wajah, rongga hidung, rongga
mulut, dan gigi naik Korteks serebral di sepanjang jalur trigeminothalamic. Neuron orde pertama meluas
dari somatik reseptor sensorik di wajah, rongga hidung, rongga mulut, dan gigi ke dalam pons melalui saraf
trigeminal (V). Badan sel neuron orde satu ini ada di ganglion trigeminal. Terminal akson dari beberapa
neuron orde pertama bersinaps dengan neuron orde kedua di pons. Akson orde pertama serat neuron
lainnya turun ke medula oblongata untuk bersinaps dengan neuron akson orde kedua dari neuron orde
kedua bersilangan ke sisi lain medulla dan pons kemudian naik sebagai traktus trigeminotalamus ke
nukleus ventral posterior thalamus. Pada thalamus, terminal akson dari neuron orde kedua bersinaps
dengan neuron orde ketiga, yang memproyeksikan akson ke daerah somatosensori utama pada sisi yang
sama dengan korteks serebral sebagai thalamus.
156 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
ADAPTASI TUBUH TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR LINGKUNGAN
A) Terhadap Pajanan Dingin Penurunan temperatur lingkungan → termoreseptor perifer (corpus krause)
→ Hipotalamus (pusat termoregulasi) → respon meningkatkan suhu tubuh dengan :
1. Vasokonstriksi
2. Merinding (ereksi rambut untuk menahan panas →tidak efektif karena pada manusia kepadatan rambut
rendah),
3. Peningkatan Kontraksi tonus otot (↑ produksi panas ).
B) Terhadap Pajanan Panas Peningkatan temperatur lingkungan → termoreseptor perifer (corpus ruffini)
→Hipotalamus → respon menurunkan suhu tubuh dengan :
1. Vasodilatasi,
2. Stimulasi kelenjar keringat untuk berkeringat,
157 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
TWO POINT DISCRIMINATION Dua titik diskriminasi adalah jarak dimana dua garis yang terpisah
dirasakan sebagai satu garis. Kemampuan untuk membedakan dua titik sangat dipengaruhi oleh inhibisi
lateral dimana sinyal akan menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan menghambat neuron yang berdekatan .
Fungsi pemeriksan ini adalah untuk mengetahui adanya penyakit jaras sensorik pada seseorang yang
ditandai dengan peningkatan ambang batas dua titik yang dirasakan.
158 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana respon tubuh terhadap suatu stimulus yang diberikan meliputi tes sentuhan,
intensitas sensasi, sensitivitas pada bagian berambut dan tidak berambut, temperatur, adaptasi suhu, dan
two point discrimination.
Metode dan Hasil Percobaan
Alat dan Bahan:
- Cap untuk pemetaan area kulit ( 12x12) atau (10x10)
- Jarum pentul
- Rambut kuda/bulu ijuk
- Mistar
- Batang metal
- Kapas
- Gelas untuk air panas dan dingin
- Air panas & es
A. Sentuhan
1. Cap daerah pada telapak telapak, punggung tangan, bagian dorsal lengan bawah, dan bagian
ventral lengan bawah.
2. Cap stempel pada kertas untuk mencatat hasilnya
3. Menguji tiap kotak kecil dengan menggunakan rambut kuda/ bulu ijuk
4. Menggunakan tekanan yang cukup sampai membengkokkan bulu ijuk
5. Mencatat semua area yang merasakan sensasi sentuhan.
159 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Temperatur
1. Menggunakan daerah yang dicap sama seperti pada praktikum tes sentuhan
2. Meletakkan metal rods pada gelas air panas, sebaiknya sering digantikan untuk mecegah agar tidak
dingin
3. Menguji tiap kotak kecil dengan metal rods yang panas lalu catat hasilnya
4. Mengulangi praktikum ini dengan memakai metal rods yang dicelupkan ke dalam air dingin, tetapi
sebelumnya dikeringkan terlebih dahulu.
Ket : berikan tanda • jika terasa dingin/panas x jika tidak merasakan dingin/panas Hasil : normalnya
reseptor dingin (krause) 3-10 x lebih banyak daripada reseptor panas (ruffini). Hal ini sebagai mekanisme
tubuh untuk mencegah keadaan hipotermia (↓ suhu tubuh) yang dapat mengakibatkan kematian.
Nb : Pengaturan suhu tubuh terletak di hipotalamus . normal suhu tubuh yaitu 36,5 – 37,5 0C
Intensitas Sensasi
1. Menggoreskan daerah ventral dan dorsal lengan bawah dengan metal rods yang dingin.
2. Membandingkan intensitas sensasi dingin pada setiap daerah yang bebeda
Hasil : Pada bagian ventral lengan akan lebih terasa dingin terutama pada area articulatio cubiti .
160 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Adaptasi Suhu
1. Mengisi gelas untuk air panas sampai batas yang dapat ditoleransi
2. Memasukkan jari telunjuk ke dalam air panas dalam beberapa menit
3. Setelah itu masukkan jari telunjuk yang lainnya ke dalam air panas yang sama
4. Membandingkan sensasi yang tejadi
Hasil : ketika jari telunjuk kedua dimasukkan akan terasa lebih panas daripada jari yang pertama. Hal
tersebut terjadi karena reseptor suhu pada jari pertama telah beradaptasi terhadap rangsangan panas
Hasil : pada bagian dorsal lengan bawah akan merasakan sensasi sentuhan lebih besar daripada bagian
ventral, hal ini dikarenakan terdapat ujung saraf disekitar folikel-folikel rambut.
161 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
F. Two Point Discrimination
1. Meletakkan jarum pentul pada dua titik yang berada dalam satu garis
2. Memajukan kedua titik tersebut secara bersamaan
3. Menanyakan pada subjek berapa titik yang dirasakan, apabila merasakan satu titik ,ukur jarak titik
tersebut
4. Mencatat hasilnya dan pengukurannya dinyatakan dalam mm
Hasil : jarak tekecil pada ujung lidah sedangkan jarak terbesar pada punggung
162 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
TES PENDENGARAN
A. Gelombang suara
Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu fase
pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi secara bergantian mengenai membran timpani.
B. Anatomi telinga
Telinga luar
Telinga luar menyalurkan gelomang suara ke meatus auditorius eksterna.
Teinga tengah
Telinga tengah adaah rongga yang berisi udara di dalam Os temporalis yang terbuka melalui tuba
auditorius (eusthacius)ke nasofaring dan melalui nasofaring menuju keluar. 3 tulang pendengaran yaitu
maleus, inkus dan stapes terletak di telinga tengah.
Telinga dalam
Telinga dalam (labirin, rumah siput) terdiri dari : koklea(terdiri dari 3 tuba yang meingkar : skala
vetibuli, skala media dan skala timpani), organ korti (merupakan organ reseptor yang membangkitkan
impuls saraf sebagai respons terhadap getaran membran basilar), kanalis semisirkularis, kurtikulus dan
sakulus.
163 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
C. Jaras pendengaran
1. Fase mekanik
2. Fase listrik
164 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
PRAKTIKUM
Tujuan
Tes pendengaran ini bertujuan untuk mengevaluasi fungsi pendengaran seseorang. Tes ini
terdiri atas :
a. Tes rinne, bertujuan untuk membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada telinga
seseorang
b. Tes weber, bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang pada kedua telinga subjek
c. Tes schwabach, bertujuan untuk membandingkan antara pengantaran tulang antara telinga
pemeriksa dan telinga subjek.
a. Tes rinne
Tes Rinne's membandingkan konduksi udara dan konduksi tulang telinga. Masing-masing
diuji secara terpisah.
1. Menyiapkan garpu tala 512 Hz
2. Tempatkan garpu tala pada tulang mastoid probandus
165 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
b. Tes weber
c. Tes Schwabach
5. Ketika probandus tidak mendengar adanya suara, pindahkan garpu tala ke tulang mastoid
pemeriksa
166 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
7. Lakukan sebaliknya, tempatkan garpu tala pada tulang mastoid pemeriksa lalu pada tulang
mastoid probandus
167 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM IMUN
168 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM IMUN
A. PENGERTIAN SISTEM IMUN
Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua jenis organisme atau toksin
yang cenderung merusak jaringan dari organ tubuh kemampuan ini disebut imunitas (Guyton ,2014)
Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem
imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul dan bahan lainnya terhadap mikroba disebut
respons imun (Baratawidjaja, 2014)
SISTEM IMUN
NONSPESIFIK SPESIFIK
169 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Imunitas non-spesifik
Negatif : Imunitas spesifik
- dapat berlebihan Negatif :
- kekurangan memori -tidak siap sampai
terpajan alergen
Positif :
- respon lambat
- selalu siap
Positif :
- respons cepat
- Respons intens
tidak perlu ada pajanan
sebelumnya - perlindungan lebih baik
pada pajanan berikut
Gambar 1.2 Perbedaan Utama Imunitas Nonspesifik dan Spesifik (Baratawidjaja, 2014)
Setiap toksin atau setiap jenis organisme hampir selalu mengandung satu atau lebih senyawa kimia
spesifik yang membuatnya berbeda dengan seluruh senyawa lainnya. Pada umumnya, senyawa
tersebut adalah protein atau polisakarida besar dan senyawa inilah yang memicu imunitas didapat.
Bahan-bahan ini disebut antigen (antibodi generation).
Imunitas didapat merupakan produk limfosit tubuh. Limfosit paling banyak ditemukan dalam nodus
limfe, namun dapat juga dijumpai dalam jaringan limfoid khusus, seperti limpa, daerah submukosa
saluran cerna,timus dan sum-sum tulang. Jaringan limfoid tersebar dilokasi-lokasi yang sangat
menguntungkan didalam tubuh untuk menahan invasi organisme atau toksin sebelum menyebar lebih
luas.
171 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
memiliki banyak keaneka ragaman daripada limfosit T. Limfosit B akan membentuk banyak
bahkan sampai berjuta-juta antibodi tipe limfosit B dengan berbagai reaktivitas yang spesifik.
E. Antibodi
Antibodi merupakan gamma globulin yang disebut imunoglobulin (disingkat Ig), dan berat
molekulnya antara 160.000 sampai 970.000. imunoglobulin biasanya mencakup dari sekitar 20% dari
seluruh protein plasma.
a. Penggolongan antibodi
Terdapat lima golongan umum antibodi, masing-masing diberi nama IgM, IgG, IgA, IgD, dan
IgE. Ada dua golongan antibodi yang sangat penting, IgG yang merupakan antibodi bivalen dan
mencakup kira-kira 75% dari seluruh antibodi orang normal, dan IgE yang merupakan antibodi
dalam jumlah kecil tetapi terutama terlihat pada peristiwa alergi. Golongan IgM juga penting
sebab sebagian besar antibodi yang terbentuk selama respons primer adalah antibodi jenis ini.
b. Mekanisme kerja antibodi
Antibodi bekerja terutama melalui dua cara untuk melindungi tubuh terhadap agen yang
menginvasi :
1. Dengan langsung menyerang penyakit tersebut.
2. Dengan mengaktifkan “sistem komplemen” yang kemudian dengan berbagai cara yang
dimiliknya akan mengahncurkan penyebab penyakit tersebut
172 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
SISTEM URINARIA
173 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
STRUKTUR DAN FUNGSI GINJAL
Ginjal adalah organ berpasangan yang terletak pada dinding posterior abdomen. Pada orang dewasa,
masing-masing ginjal memiliki berat sekitar 115-170 g dan panjang kira-kira 11 cm, lebar 6 cm, dan tebal 3
cm.
Aliran darah pada kedua ginjal setara dengan 25% dari cardiac output pada saat istirahat. Ateri renalis
bercabang menjadi arteri interlobaris, arteri arcuata, arteri interlobular, dan arteriola afferent, yang
kemudian menjadi kapiler glomerulus. Kapiler glomerulus berkumpul membentuk arteriola efferent, yang
kemudian menjadi kapiler peritubular yang meyuplai darah untuk ginjal.
Nefron adalah unit fungsional dari ginjal. Masing-masing ginjal memiliki sekitar 1,2 juta nefron. Nefron
terdiri dari corpusculum renal, tubulus proksimal, lengkung henle, tubulus distal, dan duktus pengumpul.
Nervus renalis berjalan sepanjang pembuluh darah renal. Nervus renalis banyak mengandung serat efferen
postganglionik. Salain itu juga terdapat innervasi oleh N.Vagus, namun fungsinya belum jelas.
Sirkulasi Renal
Pada orang dewasa saat beristirahat, ginjal menerima 1,2-1,3 L darah setiap menit, atau sekitar 25% dari
cardiac output.
Pada saat rata-rata tekanan arteri sistemik 100 mmHg, tekanan kapiler glomerulus adalah sekitar 45 mmHg.
Penurunan tekanan sepanjang glomerulus hanya berkisar 1-3 mmHg, namun penurunan tekanan lebih
lanjut terjadi pada arteriola efferent sehingga tekanan pada kapiler peritubular berkisar 8 mmHg.
Stimulasi pada nervus renal meningkatkan sekresi renin melalui pelepasan norepinefrin pada reseptor beta
adrenergik di sel-sel juxtaglomerular dan meningkatkan reabsorpsi natrium. Terdapat banyak saraf pada
tubulus distal dan proximal serta lengkung henle ascenden. Saat tekanan darah sistemik menurun, respons
vasokonstriktor dihasilkan oleh penurunan discharge pada saraf baroreseptor termasuk vasokonstriksi renal.
174 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Saat ginjal mendapat suplai pada tekanan moderat, resistensi pembuluh ginjal bervariasi agar aliran darah
relatif konstan. Autoregulasi ginjal dihambat oleh administrasi obat-obatan yang dapat melumpuhkan otot
polos. Pada tekanan perfusi yang rendah, angiotensin II juga berperan dengan konstriksi arteriol efferen,
yang akan mempertahankan laju filtrasi glomerulus.
Filtrasi Glomerulus
Laju Filtrasi Glomerulus atau Glomerulus Filtration Rate (GFR) pada ginjal sebanding dengan total laju
filtrasi pada semua nefron. Sehingga dapat menggambarkan fungsi dari ginjal. Penurunan LFG pada
umumnya menunjukkan progresifitas penyakit ginjal.
Faktor yang mengatur filtrasi kapiler glomerulus sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi filtrasi
pada kapiler-kapiler lain, contohnya lapisan kapiler, permeabilitas kapiler, serta tekanan hidrostatik dan
osmotik.
Tahap pertama pada pembentukan urine adalah ultrafiltrasi plasma oleh glomerulus. Pada orang dewasa,
GFR bervariasi dari 90 hingga 140 ml/menit pada pria dan 80 hingga 125 ml/menit pada wanita. Dalam
kurun 24 jam sebanyak 180 L plasma di filtrasi oleh ginjal. Konsentrasi garam dan molekul organik seperti
glukosa dan asam amino sama pada plasma dan ultrafiltrat.
FUNGSI TUBULAR
Protein kecil dan beberapa hormon peptida direabsorpsi di tubulus proximal melalui endositosis. Substansi
lainnya disekresi maupun direabsorpsi di tubulus melalui difusi pasif antar sel, maupun transpor aktif.
Seperti sistem transport lainnya, transpor aktif ginjal memiliki batas maksimum.
175 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
176 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Sinyal dari tubulus renalis pada masing-masing nefron memberikan umpan balik untuk mempengaruhi
filtrasi glomerulus. Saat aliran melalui lengkung henle ascenden meningkat, filtrasi glomerulus pada nefron
yang sama menurun, dan sebaliknya. Sensor untuk respons ini adalh macula densa. Jumlah cairan yang
memasuki tubulus distal bergantung pada jumlah Na dan Cl di dalamnya.
Normalnya, 180 L cairan difiltrasi melalui glomerulus setiap harinya, sedangkan volume rata-rata urin
setiap hari adalah 1 L.
177 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Banyak substansi secara aktif ditransportasikan keluar dari cairan pada tubulus proximal. Sehingga, pada
tubulus proximal, air bergerak secara pasif meninggalkan tubulus sepanjang gradien osmotik.
Bagian descenden dari lengkung henle permeabel terhadap air, sedangkan bagian ascenden tidak. Na, K,
dan Cl ditransportasikan meninggalkan dindinng tebal dari lengkung ascenden. Sehingga cairan pada
lengkung henle descenden menjadi hipertonik saat air bergerak menuju interstitium yang hipertonik.
Tubulus distal relatif permeabel terhadap air, sekitar 5% dari air yang terfiltrasi dipindahkan pada bagian
ini.
Tubulus kolektivus memiliki dua bagian: kortikal dan medular. Perubahan pada osmolalitas dan volume
pada tubulus kolektivus bergantung pada jumlah vasopresin yang berperan pada duktus. Vasopresin
178 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
menyebabkan [pemasukan cepat dari vesikel berisi aquaporin-2. Efek ini dimediasi via reseptor vasopresin
V2, cyclic AMP, protein kinase A, dan dyneins.
KESEIMBANGAN ASAM-BASA
pH dari cairan tubuh diatur oleh koordinasi antara fungsi ginjal dan paru-paru. Kedua organ ini menjaga
keseimbangan asam-basa dengan menyeimbangkan sekresi asam dan basa dengan jumlah yang masuk dan
termetabolisme.
Tubuh memiliki tiga lini pertahanan untuk meminimalisir efek dari ketidakseimbangan asam-basa pada
cairan tubuh: (1) Bufer extraselular dan intraselular, (2) Kompensasi respiratori, (3) kompensasi ginjal.
Ginjal menjaga keseimbangan asam-basa melalui eksresi asam yang seimbang dengan jumlah asam
nonvolatile yang diproduksi oleh metabolisme. Ginjal juga mencegah kehilangan HCO 3-di urin.
179 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l
Referensi:
Barrett, K., Barman,S., Boitano,S., Brooks, H, 2010. Ganong’s Review of Medical Physiology. 23rd Edition.
McGraw Hill Companies, Inc. USA
Despopoulos A & Silbernagi S. 2003. Color astlas of physiology Ed. 5. Germany : Thieme.
FK UGM, 2014. Block 3 Biomedical Science III. Faculty of Medicine UGM. Yogyakarta
FK UGM, 2014. Block 4 Biomedical Science III. Faculty of Medicine UGM. Yogyakarta
FK UGM, 2015. Block 12 Circulation & Respiration. Faculty of Medicine UGM. Yogyakarta
Hall E. John. 2014. Guyton & Hall: Buku ajar fisiologi kedokteran Ed.12. Singapore : Saunder Elsevier.
Sherwood lauralee. 2014. Human physiology: from cells to system Ed. 9. USA : Cengage Learning.
Silverthorn unglaub dee. 2013. Human physiology: an integrated approach Ed. 5. New york : Pearson.
Skills Laboratory Manual. 2015. History taking and Ear, Nose and Throat Examination. Faculty of
Medicine UGM. Yogyakarta.
Tortora Gerard J & Derrickson bryan. 2014. Principles of anatomy & physiology Ed. 14. Danvers : Wiley.
180 | B e l a j a r D a r i Y a n g N o r m a l