PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi nsokomial atau saat ini sering disebut Healthcare-associated Infections (HAIs)
adalah infeksi yang terjadi pada pasien dan tenaga medis di rumah sakit yang terjadi
selama proses perawatan ataupun selama bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. HAIs
merupakan masalah penting di seluruh dunia dan menjadi isu yang menarik untuk diteliti,
berkembang lebih tinggi dari negara maju (10,1% : 7,6%). Prevalensi HAIs di Indonesia
Negara berpendapatan rendah dan menengah tidak memiliki sistem surveilans infeksi
nosokomial yang baik dan belum melaporkan data atau tidak memiliki data yang
representatif, oleh karena itu prevalensi di negara-negara berpendapatan yang rendah dan
menengah kemungkinan besar tidak menccerminkan data yang sebenarnya (WHO, 2010).
Hasil survey point prevalensi dari 11 Rumah Sakit DKI Jakarta yang dilakukan oleh
Perdalin Jaya dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada
tahun 2003 didapatkan angka infeksi nosokomial untuk Infeksi Luka Operasi (ILO)
18,9%, Infeksi Saluran Kemih (ISK) 15,1%, Infeksi Darah Primer (IADP) 26,4%,
Pneumonia 24,5% dan Infeksi Saluran Napas lain 15,1% sertat infeksi lain 32,1%%.
Menurut Murniati (2013) kejadian HAIs 5-10% dari pasien yang dirawat di RS, 32%
diantaranya dapat dicegah. Sekitar 5-10% infeksi ini dipengaruhi oleh lingkungan, dan 90-
95% dipengaruhi oleh perilaku. Salah satu cara untuk mencegah dan mengendalikan
penularan penyakit dari pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya adalah penerapan
seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangu resiko penyebaran infeksi dan didasarkan
pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik
berasal dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007). Dasar kewaspadaan
universal ini meliputi, pengelolaan alat kesehatan, cuci tangan guna meencegah infeksi
silang, pemakaian alat pelindung diri diantaranya sarung tangan untuk mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksius yang lain, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk
mencegah perlukaan, dan pengelolaan limbah (Depkes RI, 2003). Menurut CDC (Central
Disease Control) 2011, komponen utama kewaspadaan universal meliputi : hand hygiene,
dilingkungan pasien yang potensial terkontaminasi dan respiratory hygiene / etika batuk.
ruang Edelwais RSUD Banyumas dari tanggal 25April 2016 – 14Mei 2016.
C. Peserta
1. Mahasiswa
a. Andri, S.Kep
2. Pembimbing
a. Pembimbing Akademik
b. Pembimbing Lapangan
wawancara.
1. Observasi yaitu dengan melihat dan mengobervasi secara langsung seluruh kegiatan
lisan kepada narasumber seperti kepala ruangan, ketua tim, perawat pelaksana, pasien
1. Pengertian
pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di
Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup
hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. jadi bakteri tidak menyebar ke udara
Mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui udara bebas (Droplets)
melalui udara pernafasan. Penularan penyakit melalui media udara pernafasan disebut
a. Infeksi
Produksi dahak yang sangat banyak karena infeksi saluran pernapasan. Misal : flu,
bronchitis,dan penyakit yang cukup serius meskipun agak jarang pneumoni, TBC,
Kanker paru-paru.
b. Alergi
b. Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung saat
a. Rasa lelah
b. Gangguan tidur
c. Nyeri musculoskeletal
d. Suara serak
e. Mengganggu nafas,dll.
6. Cara Batuk yang Baik dan Benar
a. Lengan baju
b. Tissue
No Variabel Ya Tidak
Jumlah 3
6
No masalah Sub masalah rank Target Uraian kegiatan waktu sasaran pj Yang terkait
1 PPI Belum 2 Perawat 1. Koordinasi dengan 2/5/2016 Perawat Ria amalia Kepala
optimalnya menerapkan prinsip kepala ruangan dan ruang,
pengontrolan PPI dari 33,3% 2. Siapkan materi dan 2/5/2016 mahasiswa perawat
etika batuk meningkat 66,66% bahan yang akan di ruang ruang dan
dengan menjadi 100% diperlukan saat Edelwais mahasiswa
presentase dengan kriteria sosialisasi yang ada
33,3% hasil 3. Siapkan tempat dan 3/5/2016 diruangan
atur waktu Edelwais
1. Memberikan 4. Sosialisasi dengan 3,4/5/201
informasi perawat ruangan 6
mengenai tata 5. Mendemonstrasikan 3,4/5/201
tertib ruangan pencegahan dan 6
pengendalian infeksi
2. Mengajarkan 6. Implementasi 5-6-7-
etika batuk pada penceghan dan 9/8/5/201
pengunjung pengendalian infeksi 6
perawat
7. Evaluasi 9,10/5/
2016
BAB IV
dilakukan mulai tanggal 2-3 – 7-9 Mei 2016 di Ruang Edelwais RSUD Banyumas
a. Implementasi
Untuk meningkatkan pengendalian dan pencegahan infeksi dalam etika batuk dengan
cara batuk yang benar adapun target yang ingin dicapai yaitu dari 33,3% meningkat
menjadi 100%. Penanggung jawab dari kegiatan etika batuk adalah Ria Amalia.
Tabel 4.3
Uraian Kegiatan Pelaksanaan Etika Batuk
Evaluasi X X
7
√ √
100%
Sumber data: perencanaan mahasiswa sitkes muhammadiyah palembang 2016
Keterangan :
X : Perencanaan
√ : Dilakukan
Analisa
Berdasarkan dari hasil tabel bahwa seluruh rencana bisa terlaksana dan tepat waktu
b. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan pengendalian dan pencegahan infeksi (etika batuk) target yang
ingin dicapai yaitu dari 33,3% naik 66,7% menjadi 100% yang telah dilakukan oleh
Ria Amalia sebagai penanggung jawab dan dilakukan evaluasi dari tanggal 9-10 Mei
Tabel 4.4
Penilaian terhadap Etika Batuk di Ruang Edelwais
RSUD Banyumas
No Variabel Ya Tidak
Jumlah 9 0
Analisis
Berdasarkan penilaian terhadap pengendalian pencegahan infeksi tentang etika
batuk persentase sebelumnya adalah 33,3% meningkat menjadi 100%. Hal ini
observasi dilapangan sudah tersedianya media poster tentang etika batuk, dan
keluarga pasien telah mengetahui cara batuk yang benar dan penggunaan masker.
1) Faktor Pendukung
a) Respon dan penerimaan yang baik dari perawat dan keluarga pasien pada saat
2) Faktor Penghambat
Tidak ada faktor penghambat dalam sosialisasi dan kegiatan etika batuk
diruang Edelwais.
d. Kesinambungan
jalannya kegiatan pelaksanaan sosialisasi tentang etika batuk kepada keluarga pasien,
sehingga kegiatan dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai hasil yang optimal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
dari tanggal 25 April – 11 Mei 2016 dalam proses pelaksanaannya berjalan lancar
2. Etika Batuk persentase sebelum 33,3% meningkat menjadi 100% (kenaikan etika
batuk 66,66%) sudah dikategorikan sangat baik dan telah mencapai target.
B. Saran .
1. Penularan penyakit dapat terjadi dari proses batuk, karena pada saat batuk bakteri
keluar dan dapat menyebar ke orang lain, pemahaman keluarga pasien tentang etika
batuk sangat penting jadi perawat diruang Edelwais harus memberikan penyuluhan