Anda di halaman 1dari 28

1

ASUHAN KEPERAWATAN OVERDOSIS DAN KERACUNAN

Disusun Oleh Kelompok 3


Lokal 6A Keperawatan

Afriawatri Yodelvi 1914201005


Annisa Khairani 1914201010
Fadila Putri 1914201015
Mentari Fadia Sari 1914201020
Nisma Khairani 1914201025
Rizky yola Nofita 1914201037
Vella Febrina Afita 1914201042
Qorri Hartanto 1914201031

Dosen Pengampu :
Ns. Revi Neini Ikbal,M.Kep

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKes ALIFAH PADANG
2022 / 2023
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan nikmat, rahmat, nikmat serta petunjuk-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN
OVERDOSIS DAN KERACUNAN

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Gawat Darurat. yang telah membimbing penulis dalam
mengerjakan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman mahasiswa yang telah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan tak lupa penulis mohon
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah yang akan penulis
untuk selanjutnya.

Padang, 6 Juni 2022

Penulis
3

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………
Latar Belakang……………………………………………………………..
Rumusan Masalah…………………………………………………………..
Manfaat Penulisan…………………………………………………………
BAB II TINJAUAN TEORITIS……………………………………………..
A. Agar mahasiswa mampu mengetahui anatomi fisiologi…………
B. Agar mahasiswa mampu mengetahui etiologi keracunan………..
C. Agar mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi keracunan…….
D. Agar mahasiswa mampu mengetahui pathways keracunan……….
E. Agar mahasiswa mampu mengetahui manifestasi keracunan……..
F. Agar mahasiwa mampu mengetahui komplikasi keracunan………
G. Agar mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan keracunan….
H. Agar mahasiwa dapat mengetahui asuhan keperawatan keracunan….
BAB III ASKEP KASUS……………………………………………………..
BAB IV PEMBAHASAN ASKEP TEORI DAN ASKEP KASUS……..
BAB V PENUTUP………………………………………………………
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………
A. Kesimpulan………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………….
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun
haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baikanya.Pertolongan yang keliru atau
secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun 
merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai
penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya dapat
dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa
keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana
dan kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera dan
juga mengamati efek dan gejala keracunan yang timbul.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan
sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.Pada kenyataannya bukan
hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan.
Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan
dan hewan.Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di
daerah tropis dan subtropis.Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis, 95%
gigitan ular terjadi pada anggota badan sehingga tindakan pertolongan pertama
dapat mudah dilakukan.
Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan penyebab utama
kematian anak-anak .Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang
dilaporkan, kejadian pada anak berumur <6 tahun, dengan kematian <4%. Di
RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami keracunan
setiap tahunnya, sedangkan di RS dr. Soetomo Surabaya 15-30 penderita anak
yang datang untuk mendapatkan pengobatan Karen setiap tahun yang sebagian
besar karena kercunan hidrokarbon (45-60%), keracunan makanan, keracunan
5

obat-obatan, detergen dan bahan-bahan rumah tangga yang lain. Meskipun


keracunan dapat terjadi melalui saluran cerna, saluran nafas, kulit dan mukosa
atau parental tetapi yang terbanyak racun masuk melalui saluran cerna (75%)
dan inhalasi (14%).Keracunan merupakan suatu keadaan gawat darurat medis
yang membutuhkan tindakan segera, keterlibatan dalam memberikan
pertolongan dapat membawa akibat yang fatal.
Pada dasarnya keracunan pada anak tidaklah berbeda akibat dari tingkat
perkembangan fisik yang masih sedang tumbuh, kepribadian dan emosi yang
sedang berkembang, sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam kejadian,
jenis, motif dari keracunan.Mengingat resiko keracunan yang sangat berbahaya
dan bahkan dapat menyebabkan kematian dan mengingat bahwa keracunan
pada anak sebagian besar adalah karena kecelakaan dan dapat dicegah, maka
usaha-usaha pencegahan hendaknya mendapat perhatian dan prioritas utama
dalam penanggulangan keracunan pada anak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah yang menunjukkan rendahnya tingkat
penderitaKista ovarium .Maka kelompok merumuskan masalah pada makalah
ini yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan Asuhan
Keperawatan kegawat daruratan keracunan.

2. Tujuan Khusus :
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui defenisi keracunan
b. Agar mahasiswa mampu mengetahui anatomi fisiologi
c. Agar mahasiswa mampu mengetahui etiologi keracunan
d. Agar mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi keracunan
6

e. Agar mahasiswa mampu mengetahui pathways keracunan


f. Agar mahasiswa mampu mengetahui manifestasi keracunan
g. Agar mahasiwa mampu mengetahui komplikasi keracunan
h. Agar mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan keracunan
i. Agar mahasiwa dapat mengetahui asuhan keperawatan keracunan

D. Metode Penulisan
1. Metode Kepustakaan
Yaitu dengan mengumpulkan referensi dari beberapa buku seperti buku
keracunan ,Keperawatan kegawat daruratan, dan nanda nic-noc.
2. Media Internet
Yaitu bersumber dari karya tulis ilmiah di internet yang relevan dengan
asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan.

E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pengembangan ilmu keperawatan
Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan tentang Asuhan
keperawatan Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan, sehingga
menambah wawasan dalam pengembangan ilmu keperawatan.
2. Bagi Pembaca
Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca
terutama berkaitan dengan asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan
kegawat daruratan keracunan.
F. Sistematika Penulisan
Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini, disini kelompok membuat
sistematika penulisan yang dimulai dari:
1. BAB I : PENDAHULUAN
Yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, metode
penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II: TINJAUAN TEORI
7

Yang terdiri dari defenisi,etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, ,


komplikasi,penatalaksanaan dan asuhan keperawatan padakista ovarium.
3. BAB III: TINJAUAN KASUS
Yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan ,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
4. BAB IV: PENUTUP
Yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP DASAR MEDIK


A. Definisi
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan
akibat obat. OD sering terjadi bila mengg keracunan akibat obat. OD sering
terjadi bila menggunakan narkoba dalam unakan narkoba dalam jumlah
banyak dengan rentang waktu terlalu singkat, biasanya digunakan secara
bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan bersama alkohol. secara
bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan bersama alkohol. Atau
menelan obat tidur seperti golongan barbiturat (luminal) atau obat Atau
menelan obat tidur seperti golongan barbiturat (luminal) atau obat
 penenang (valium, xanax, mogadon/BK)
Racun adalah zat yang ketika ditelan, terhisap diabsorpsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah relaktif kecil menyebabkan
cedera tubuh dengan adanyareaksi kimia (Smeltzer suzana dalam nurarif
kusuma, 2015).
Keracuanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat
terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi.
( Brunner & Suddarth, 2015).

B. Anatomi fisiologi sistem pencernaan


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi
ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
9

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),


kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian
awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah
oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang
lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan
dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut
secara otomatis.

2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan.Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema
melintang mulut, hidung, faring, dan laring

3. Laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, didepan ruas tulang belakang.
10

4. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung.Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan
proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso
– “membawa”, dan phagus – “memakan”). Esofagus bertemu dengan
faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus
dibagi menjadi tiga bagian:
a. bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
b. bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
c. serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

5. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Kardia
b. Fundus
c. Antrum.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
11

3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).

6. Usus halus (usus kecil)


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus)
dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan
lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum),
usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

7. Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
a. Kolon asendens (kanan)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri)
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari
usus.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan
12

pada bakteri-bakteri didalam usus besar.Akibatnya terjadi iritasi yang


bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
8. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan
serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.

9. Umbai Cacing (Appendix)


Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam
orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa
bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap,
lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

10. Rektum dan anus


Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan
tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan
13

anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

11. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin.Pankreas terletak pada bagian posterior
perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).

12. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan
dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan
memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat.Dia juga memproduksi bile,
yang penting dalam pencernaan.

13. Kandung empedu


Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang
kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap –
bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan
empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan
usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi
penting yaitu:
a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
14

b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama


haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah
dan kelebihan kolesterol.
C. Etiologi
Keracunan dan Overdosis dapat menyebabkan perubahan fisik dan mental
pada seseorang, penyebab keracunan dan overdosis yaitu :
1. Jamu-jamu
2. Alkohol
3. Obat-obatan
4. Racun serangga
5. Inhalasi
Sampai sekarang kira-kira 95% kasus keracunan dan overdosis tidak
dikenal antidotumnya. Pengobatan simptomatik cukup sering efektif.

D. Patofisiologi

Keracunan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor

bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi

vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam

tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare,

perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan

hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah di

karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat .

Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat

( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal

enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan

mengikat Akh – KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih
15

tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi

penumpukan Akh di tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala

rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik,

nikotinik, dan ssp ( menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP ).


16

E. Patwayskeracunan

F. Manifestasi Klinis
17

Beberapa tanda dan gejala menurut Nurarif dan Kusuma (2015) diantaranya:

1. Gejala yang paling menonjol meliputi

a. Kelainan visus

b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat

c. Gangguan saluran pencernaan

d. Kesukaran bernafas

2. Keracunan ringan

a. Anoreksia

b. Nyeri kepala

c. Rasa lemah

d. Rasa takut

e. Pupil miosis

f. Tremor pada lidah dan kelopak mata

3. Keracunan sedang

a. Nausea, muntah-muntah

b. Kejang, dan kram perut

c. Hipersalifa

d. Fasikulasi otot

e. Bradikardi

4. Keracunan berat
18

a. Diare

b. Reaksi cahaya negative

c. Sesak napas, sianosis, edema paru

d. Inkontinensia urin

e. Kovulasi

f. Koma, blockade jantung dan akhirnya meninggal

G. Komplikasi

a. Kejang

b. Koma

c.  Henti jantung

d. Henti napas (Apneu)

e. Syok

H. Penatalaksanaan
1) Penanganan pertama pada keracunan makanan
a) Kurangi kadar racun yang masih ada didalam lambung dengan
memberi korban minum air putih atau susu sesegera mungkin.
b) Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan merangsang korban
untuk muntah.
c) Usahakan korban untuk muntah dengan wajah menghadap ke bawah
dengan kepala menunduk lebih rendah dari badannya agar tidak
tersedak.
d) Bawa segera ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat.
19

e) Jangan memberi minuman atau berusaha memuntahkan isi perut


korban bila ia dalam keadaan pingsan. Jangan berusaha
memuntahkannya jika tidak tahu racun yang di telan.
f) Jangan berusaha memuntahkan korban bila menelan bahan-bahan
seperti anti karat, cairan pemutih, sabun cuci, bensin, minyak tanah,
tiner, serta pembersih toilet.
2) Penanganan di rumah sakit
a) Tindakan emergency
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan
inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat
dan perbaiki perfusi jaringan.
b) Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan
nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit,nafas
buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-
obatan depresan saluran nafas, Jikaperlurespirator pada kegagalan
nafas berat.Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun
organo fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong.Pernafasan buatan
hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag
– valve – mask.
3) Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang
setelah 20 menit bilatidak berhasil.Katarsis( intestinal lavage ), dengan
pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan
besar.Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang
kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif.
20

Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam


setelah keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh
dengan sabun. Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya
dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam pada koma derajat
sedang hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan
dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah
aspirasi pnemonia.
4) Antidotum (penawar racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akhir
pada tempat penumpukan.
a) Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b) Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsampai
timbulgejala-gejala atropinisasi ( muka
merah,mulutkering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c) Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit
selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d) Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian
yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema
paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
21

I. Discharge Planning Keracunan

Tata cara mencegah  atau menghentikan penyerapan racun:


a.  Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1)   Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau
norit)
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan
cara:
a) Dimuntahkan:
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi:
Cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa
kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
b) Bilas lambung:
1. Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
2. Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat
5 %, atau asam asetat 5 %.
3. Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
4. Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau
gliserin).
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
1)  Pakaian yang terkena racun dilepas
2) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat
penetralisir (asam cuka / bicnat encer).
3)  Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.
c.    Racun melalui inhalasi
1)  Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
22

2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang


terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d.  Racun melalui suntikan
1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri
bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
2)   Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3)  Beri kompres dingin di tempat suntikan
e.  Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara:
1) Diuretic: lasix, manitol
2)  Dialisa
3)   Transfusi exchange

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
A (Airway) : Terjadi hambatan jalan nafas karena terjadi
hipersaliva
B (Breathing) : Terjadi kegagalan dalam pernafasan, nafas
cepat dan dalam
C (Circulation) : Apabila terjadi keracunan karena zat korosif
maka percernaan akan mengalami
perdarahan dalam terutama lambung.
D (Dissability) : Bisa menyebabkan pingsan atau hilang
kesadaran apabila keracunan dalam dosis
yang banyak.
E (Eksposure) : Nyeri perut, perdarahan saluran
pencernaan, pernafasan cepat, kejang,
hipertensi, aritmia, pucat, hipersaliva
23

F (Fluid / Folley Catheter) : Jika pasien tidak sadarkan diri kateter


diperlukan untuk pengeluaran urin

2. Pengkajian Sekunder
a) Data Subjektif
- Riwayat kesehatan sekarang : Nafas yang cepat, mual muntah,
perdarahan saluran cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar di
tenggorokan dan lambung.
- Riwayat kesehatan sebelumnya : Riwayat keracunan, bahan racun
yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah
lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan
dan kapan terjadinya.

b) Data Objektif
a.   Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan
perdarahan saluran pencernaan.
b.     Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus,
disorientasi, delirium, kejang sampai koma.
c.         BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
d.    Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam
jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
e. Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan
trombositopenia.
f.         Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau
hipokalsemia

c) Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium

Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.


24

2) Pemeriksaan khusus seperti : kadar kholinesterase plasma sangat

membantu diagnosis keracunan IFO (kadarnya menurun sampai di


bawah 50 %. Kadar meth- Hb darah : keracunan nitrit. Kadar
barbiturat plasma : penting untuk penentuan derajat keracunan
barbiturate.
3) Pemeriksaan toksikologi :

-          Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk “visum et


repertum”
-           Bahan diambil dari :
a.       Muntuhan penderita / bahan kumbah lambung yang pertama (100
ml)
b.      Urine sebanyak 100 ml
c.       darah tanpa antikoagulan sebanyak 10 ml.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan hipersaliva
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan distress pernafasan
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hipoksia
jaringan
5. Ketidakefaktifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipoventilasi, emboli paru
25

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
N TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI TTD
O

1. Ketidakefektifan bersihan jalan


1. Monitor vital sign
napas berhubungan dengan
2. Pelihara kepatenan jalan nafas
hipersaliva
3. Lakukan suction untuk menghilangkan hipersaliva
4. Berikan bronkodilator bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6. Monitor respirasi dan status O2
7. Berikan infus dextrose 5 %

2. Ketidakefektifan pola napas


1. Buka jalan napas menggunakan tekhnik jaw thrust
berhubungan dengan disstres
2. Berikan oksigen therapy 4-6 liter menggunakan
pernafasan
nasal kanul atau sesuai instruksi
3. Monitor aliran oksigen
4. Monitor vital sign
5. Auskultasi suara napas
26

2. Kekurangan volume cairan


1. Monitor TTV
berhubungan dengan mual, muntah
2. Lakukan kumbah lambung apabila keracunan
bukan disebabkan zat korosif
3. Berikan antidot untuk menghilangkan efek racun
4. Berikan penggantian nasogastrik sesuai output
5. Kolaborasikan pemberian cairan IV
27

27
28

28

Anda mungkin juga menyukai