Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Alhamdulliah puji dan syukur kami ucapka atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Laporan Kasus Multiple Sclerosis”.Adapun tujuan dari penulisan dari makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Ns. HIDAYATUL RAHMI, M.Kep. pada mata
kuliah Keperawatan Medikla Bedah III.Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari
keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, tidak lepas dari peran berbagai pihak baik moril
maupun spiritual, oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih
sebesarnya kepadasemua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenaitu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermafaat untuk penulis dan pembaca.

Padang, 30 November 2021

PENULIS
DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Tujuan..........................................................................................................
BAB II : TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian....................................................................................................
B. Diagnosa.......................................................................................................
C. Intevensi.......................................................................................................
D. Implementasi.................................................................................................
E. Evaulasi........................................................................................................
BAB III : PERSAMAAN DAN PERBEDAAN
A. Persamaan antara Laporan Kasus dan Artikel....................................................
B. Perbedaan antara Laporan Kasus dan Artikel.....................................................
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sklerosis multipel adalah suatu penyakit oto imun yang ditandai oleh
pembentukan antibody terhadap myelin susunan saraf pusat. System saraf perifer
tidak terkena. Respon peradangan berperan menimbulkan penyakit dengan
menyebabkan pembengkakan dan edema yang merusak neuron neuron dan
menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada mielin. Sklerosis multipel
merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai detik ini belum
ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100 %. Sklerosis
multipel memang merupakan penyakit yang terasa atau kelihatan cukup aneh, bukan
saja bagi orang lain tetapi juga bagi penderitanya sendiri. Gejala gejala yang timbul
terjadi secara tiba tiba dan biasa hilang lagi secara sekejap. Atau menetap selama
berhari hari atau berminggu minggu atau bahkan berbulan bulan.

B. Tujuan
1. Mengetahui Kasus Multiple Sclerosis.
2. Mengetahui Intervensi Multiple Sclerosis
3. Mengetahui Implementasi dan Evaulasi Multiple Sclerosis
BAB II
TINJAUAN KASUS

LAPORAN KASUS MULTIPLE SCLEROSIS


KASUS :
Seorang perempuan berusia 25 tahun, mengeluhkan hilangnya penglihatan mata kiri
selama 48 jam, dengan nyeri sekitar mata kiri saat menggerakan mata. Pada keadaan yang
terburuk, visus mata kiri adalah 6/60 dan mata kanan normal. Pada mata kiri, penglihatan
warna berkurang dan terdapat defek pupil aferen relatif. Dua tahun kemudian, kaki kirinya
mati rasa. Dalam waktu satu minggu, rasa baal menyebar ke kaki kanan dan meluas sampai
pinggang, tidak melibatkan perinium. Pasien juga sulit melakukan aktivitas sehari-hari serta
mudah lelah, lemas dan suka pusing. Pemeriksaan saat itu menunjukan defek pupil aferen
relatif pada mata kiri, walaupun ketajaman penglihatannya normal, dan funduskopi
menunjukan diskus optikus yang pucat. Dari pemeriksaan fisik didapatkan Suhu : 36,5 °C,
Berat Badan : 60 kg, Tinggi Badan : 160 cm, Tekanan Darah : 100/70 mmHg, Nadi : 98
x/mnt, RR : 24 x/mnt
Pengkajian
Tanggal : 5 Mei 2018
Jam : 12.45 WIB
Tempat : RSUD Jombang
Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Kalimas RT/RW 01/01, Ngaliyan Jombang
No. Reg : 0428
Tgl. Mrs : 03 Mei 2018
Diagnosa : Multiple Sklerosis
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan mati rasa pada kaki, sulit melakukan aktivitas sehari-hari serta
mudah lelah
b. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengeluh kaki kirinya mati rasa diikuti oleh kaki kanan dan meluas sampai
pinggang, lalu pasien mengatakan mudah lelah, lemas dan sering pusing serta sulit
untuk melakukan aktivitas sehari- hari, kemudian oleh anggota keluarga dibawa ke
Rumah Sakit.
c. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
2 tahun yang lalu pasien pernah menderita gangguan penglihatan pada mata kiri
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan :
Lingkungan tempat tinggal klien dekat dengan tempat pembuangan sampah dan
sungai.

Pemeriksaan Fisik
a. Tanda – Tanda Vital
Suhu : 36,5 °C
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 98 x/mnt
RR : 24 x/mnt
b. Keadaan umum pasien : pasien tampak lelah dan lemas

Head to toe
a. Sistem Pernapasan
1. Hidung
Inspeksi : tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada secret.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
2. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab
3. Sinus paranasalis
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4. Leher
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
distensi vena jugularis.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
5. Faring
Inspeksi : tidak ada odem
6. Area dada
7. Inspeksi : pola nafas efektif
8. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
9. Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
b. Kardiovaskuler dan limfe
1. Wajah
Inspeksi : konjungtiva merah muda,sklera putih
2. Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : irama denyutan arteri carotis communis normal
3. Dada
Inspeksi : dada terlihat simetris
Palpasi : letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis midklavikula sinistra)
Perkusi : tidak ada tanda - tanda bunyi redup.
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2 tunggal )
c. Persyarafan
1. Pemeriksaan nervus
a) Nervus I olfaktorius (pembau)
Klien bisa membedakan aroma saat diberi kopi dan minyak kayu putih.
b) Nervus II opticus (penglihatan)
Bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.
c) Nervus III oculomotorius
Tidak oedem pada kelopak mata
d) Nervus IV toklearis
Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil
e) Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Saat klien diminta membuka mulut dan bersuara “aaaa” dan diketukkan palu
reflek di garis tengah dagu klien menutupkan mulut dengan tiba – tiba
f) Nervus VI abdusen
Bola mata simetris
g) Nervus VII facialis
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis dengan mata tertutup, bentuk
wajah simetris
h) Nervus VIII auditorius/akustikus
Fungsi pendengaran baik
i) Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit
j) Nervus X vagus
Uvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut dan berkata“ah”.
k) Nervus XI aksesorius
Klien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan melawan
tahanan.
l) Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya
ke segala arah.
2. Pemeriksaan rangsangan selaput otak : Kaku kuduk normal
3. Tingkat kesadaran GCS: 9 (E4V5M0)
d. Perkemihan dan eliminasi urin
1. Genetalia eksterna
Inspeksi : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi maupun varises
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
2. Kandung kemih
Inspeksi : ada pembesaran kandung kemih
Palpasi : ada nyeri tekan
3. Ginjal
Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : tidak ada nyeri ketok.
e. Sistem pencernaan – eliminasi
1. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab , gigi tidak ada plak dan karies. Tidak ada
pembesaran kelenjar karotis. Tidak ada lesi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut
2. Lidah
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada tremor dan lesi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan odem.
3. Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada luka bekas operasi.
Palpasi : abdomen teraba lunak
Perkusi : tidak ada acietes.
f. Sistem muskuloskeletel dan integumen.
1. Ada kelemahan ekstremitas / sendi
2. Warna kulit : kering, tidak mengelupas dan bersisik.
3. Kekuatan otot

5555 5555

0000 0000

g. Sistem endokrin dan eksokrin


1. Anamnesa : Klien merasa lemah, pandangan kabur, berat badan menurun.
2. Kepala
Inspeksi : tidak terlihat moon face, tidak alophesia (botak), rambut rontok
3. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid
Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, dan tidak ada nyeri tekan.
4. Ekstremitas bawah
Palpasi : tidak ada edema non piting.

h. Sistem reproduksi
1. Payudara
Inspeksi : tidak ada luka dan bentuk simetris
Palpasi : tidak ada benjolan abnomal, dan tidak ada nyeri tekan
2. Axila
Inspeksi : tidak ada benjolan abnormal
Palpasi : tidak ada benjolan abnormal
3. Genetalia
Inspeksi : tidak ada odem, benjolan, maupun varises, dan tidak ada tanda infeksi
Palpasi : tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan
i. Persepsi sensori
1. Anamnesa
Ada penurunan tajam penglihatan, mata kabur, tinnitus (berdenging), penurunan
pendengaran.
2. Mata
Inspeksi : bentuk simetris, adanya diskus optikus
Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata
3. Penciuman-(hidung)
Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri saat palpasi fosa kanina
Perkusi : tidak ada reaksi hebat pada regio frontalis, sinus frontalis dan fosa
kanina

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan elektroforesis terhadap CSS
Untuk mengungkapkan adanya ikatan oligoklonal ( beberapa pita imunoglobulin G
( IgG ), yang menunjukkan abnormalitas immunoglobulin.
b. Pemeriksaan potensial bangkitan
Dilakukan untuk memebantu memastikan luasnya proses penyakit dan dan memantau
perubahan penyakit.
c. CT scan
Dapat menunjukkan atrofi serabral
d. MRI
Untuk memperlihatkan plak-plak kecil dan untuk mengevaluasi perjalanan penyakit
dan efek pengobatan
e. Pemeriksaan urodinamik
Untuk mengetahui disfungsi kandung kemih.
f. Pengujian neuropsikologik
Dapat diindikasikan untuk mengkaji kerusakan kognitif
Analisa Data Pasien
No Data Masalah Keperawatan

1 DS : Gangguan mobilitas fisik berhubungan


Pasien mengatakan kaki kirinya mati rasa dengan kekuatan otot
diikuti oleh kaki kanan dan meluas
sampai pinggang.
Pasien enggan melakukan pergerakan
Pasien merasa cemas saat bergerak
DO:
Kaki pasien tampak mati rasa
Kekuatan otot menurun
Pasien tampak lemah
Rentang gerak ROM menurun
Kekuatan otot
5555 5555
0000 0000

2 DS : Intoleransi aktivitas berhubungan


Pasien mengeluh badan mudah lelah dengan kelemahan otot
Pasien mengatakan badan terasa lemas
Pasien mengatakan aktivitas dibantu
keluarga
DO :
Pasien tampak lemah
Pasien tampak lelah
Kebutuhan ADLs pasien dibantu oleh
keluarga
Kekuatan otot :

5555 5555

0000 0000
3 DS : Risiko jatuh berhubungan dengan
Pasien mengatakan 2 tahun yang lalu fungsi sensori
pasien pernah menderita gangguan
penglihatan pada mata kiri.
Pasien mengatakan pandangan mata
kabur
DO :
Pasien tampak ada penurunan ketajaman
penglihatan
Pasien tampak ada gaungguan
penglihatan.

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan otot.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
3. Risiko jatuh berhubungan dengan fungsi sensori.
Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1. Gangguan mobilitas fisik Tujuan : Observasi :
berhubungan dengan kelemahan Setelah dilakukan intervensi keperawatan - Identifikasi adanya nyeri
kekuatan otot selama 1x24 jam maka ekspetasi membaik atau keluhan fisik
dengan Kriteria Hasil : lainnya.
- Pergerakan ekstremitas meningkat. - Identifikasi toleransi fisik
- Kekuatan otot meningkat. melakukan pergerkan.
- Rentang gerak (ROM) meningkat. - Monitor frekuensi
- Kaku sendi menurun. jantung dan tekanan
- Kecemasan menurun darah sebelum memulai
- Gerakan terbatas menurun mobilisasi
- Kelemahan fisik menurun. - Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi.
Terapeutik :
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (mis.pagar tempat
tidur).
- Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu.
- Libatkan keluarga untuk
membentu pasien dalam
meningkatkan
pergerakan.
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi.
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini.
- Anjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan ( duduk
ditempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kusi)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan Tujuan : Observasi :
dengan kelemahan otot Setelah dilakukan intervensi keperawatan - Identifikasi kesiapan dan
1x24 jam maka ekspetasi membaik dengan kemampuan menerima
Kriteria Hasil : informasi.
- Kemudahan dalam melakukan Terapeutik :
aktivitas sehari-hari meningkat. - Sediakan materi dan
- Kecepatan berjalan meningkat. media pengaturan
- Jarak berjalan meningkat aktivitas dan istirahat.
- Kekuatan tubuh bagian atas - Jadwalkan pemberian
meningkat. pendidikan kesehatan
- Kekuatan tubuh bagian bawah sesuai kesepakatan.
meningkat. - Berikan kesempatan
- Keluhan lelah menurun. kepada pasien dan
- Dispnea saat aktivitas menurun. keluarga untuk bertanya.
- Perasaan lemah menurun. Edukasi :
- Tekanan darah membaik. - Jelaskan pentingnya
- Frekuensi nafas membaik. melakukan aktivitas atau
olahraga secara rutin.
- Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok,
aktivitas bermain atau
aktivitas lainya.
- Anjurkan menyusun
jadwal aktivitas dan
istirahat.
- Ajarkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
(kelelahan, sesak nafas
saat aktivitas).
- Ajarkan cara
mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan.
3. Risiko jatuh berhubungan dengan Tujuan : Observasi :
fungsi sensori Setelah dilakukan intervensi keperawatan - Identifikasi gangguan
1x24 jam maka ekspetasi membaik dengan kognitif dan fisik yang
Kriteria Hasil : memungkinkan jatuh.
- Fungsi sensori meningkat. - Periksa kesiapan,
- Tingkat jatuh menurun. kemampuan menerima
- Keseimbangan meningkat. informasi dan persepsi
- Koordinasi pergerakan ekstermitas terhadap resiko jatuh.
membaik. Terapeutik :
- Mobilitas fisik membaik. - Siapkan materi, media
tentang faktor-faktor
penyebab, cara
identifikasi dan
pencegahan risiko jatuh
dirumah sakit maupun
dirumah.
- Jadwalkan waktu yang
tepat untuk memberikan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
dengan pasien dan
keluarga.
Edukasi :
- Ajarkan mengidentifikasi
perilaku dan faktor yang
berkontribusi terhadap
resiko jatuh dan cara
mengurangi semua faktor
risiko.
- Ajarkan mengidentifikasi
kelemahan, cara berjalan
dan keseimbangan.
- Jelaskan pentingnya alat
bantu jalan untuk
mencegah jatuh seperti
tongkat.
- Ajarkan memodifikasi
area-area yang
membahayakan.
Implementasi Dan Evaulasi Keperawatan
No. Hari/Tanggal Diagnosa Jam Implementasi Evaulasi TTD
Keperawatan Petugas
1. - Gangguan - Observasi : S:
mobilitas fisik - Mengidentifikasi adanya - Pasien mengatakan
berhubungan nyeri atau keluhan fisik masi cemas melakukan
dengan lainnya. pergerakan
kelemahan - Mengidentifikasi - Pasien mengatakan
kekuatan otot toleransi fisik melakukan masih enggan untuk
pergerkan. bergerak.
- Memonitor frekuensi - Keluarga pasien
jantung dan tekanan mengatakan kegiatan
darah sebelum memulai masih dibantu oleh
mobilisasi keluarga
- Memonitor kondisi O :
umum selama melakukan - Klien masih tampak
mobilisasi. lemah
- Kegiatan tampak
dibantu sepenuhnya
oleh keluarga
- Kekuatan otot klien
belum meningkat.
A : Gangguan mobilitas fisik
P : Intervensi dilanjutkan

2. - Intoleransi - Observasi : S:
aktivitas - Mengidentifikasi - Pasien mengatakan
berhubungan kesiapan dan kemampuan badannya masih lemas
dengan menerima informasi. - Pasien mengatakan
kelemahan otot - Menjelaskan pentingnya aktivitas dibantu
melakukan aktivitas atau keluarga.
olahraga secara rutin. O:
- Menganjurkan terlibat - Pasien masih tampak
dalam aktivitas lemah, letih
kelompok, aktivitas - Kebutuhan ADLS masi
bermain atau aktivitas dibantu keluarga.
lainya. A : Intoleransi aktivitas
- Menganjurkan menyusun P : Intevensi dilanjutkan
jadwal aktivitas dan
istirahat.
3. - Risiko jatuh - Observasi : S:
berhubungan - Mengidentifikasi - Pasien mengatakan
dengan fungsi gangguan kognitif dan penglihatannya masih
sensori fisik yang kabur.
memungkinkan jatuh. - Pasien mengatakan
- Memeriksa kesiapan, masih takut melakukan
kemampuan menerima kegiatan sendiri.
informasi dan persepsi
terhadap resiko jatuh. O:
- Mengajarkan - Pasien masih terlihat
mengidentifikasi perilaku meraba-raba dalam
dan faktor yang mengambl sesuatu dan
berkontribusi terhadap melakukan kegiatan.
resiko jatuh dan cara A : Resiko Jatuh
mengurangi semua faktor P : Intervensi dilanjutkan
risiko.
- Mengajarkan
mengidentifikasi
kelemahan, cara berjalan
dan keseimbangan.
- Menjelaskan pentingnya
alat bantu jalan untuk
mencegah jatuh seperti
tongkat.
- Mengajarkan
memodifikasi area-area
yang membahayakan.
BAB III
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN LAPORAN KASUS DENGAN ARTIKEL

Persamaan
Artikel Laporan Kasus

a. Didalam artikel dijelaskan kriteria a. Didalam laporan kasus terdapat pula


diagnosis. Dan gejalanya adalah: tanda dan gejala seperti yang terdapat
1. Gangguan penglihatan, meliputi di artikel:
penurunan tajam penglihatan 1. pada pengkajian awal ada di
pada satu mata di sertai nyeri temukan data subjektif yaittu
pada pergerakan mata. pasien mengelukan hilangnya
2. Gangguan keseimbangan dan penglihatan mata kiri selama 48
koordinasi, meliputi hilangnya jam
keseimbangan tubuh, tremor, 2. perepsepsi sensori pasien ada
ketidakstabilan berjalan penunuran tajam penglihatan,
3. Gangguan tonus otot mata kabur. Penurunan
4. Gangguan sensori pendengaran.
b. Pada flesabilitas di jelaskan b. Dari data pengkajian pasien juga di
fisioterapi bisa di gunakan sebagai temukan pasein mengeluhkan kaki
alternatif untuk melemaskan otot, kiri mati rasa. Dalam waktu satu
menguatkan otot dan tuntuk melatih meinggu rasa baal menyebar kekaki
pasien untuk menggunakan alat kanan dan meluas sampai pingganng,
bantu secara tepat untuk tidak melibatkan perenium
mempermudah aktivitas sehari-hari c. Pada intervensi kepada pasien
seperti bejalan, jika ada kelemahan perawat juga melakukan fasilitas
kaki ataupun gangguan koordinasi pergerakan jika perlu
atau keseimbangan . d. Pasien dalam peningkatan pergerakan
c. Pada fleksebaelitas di sebutkan juga dalam dua intervensi ini dapat di
flekswbalitas selama 8 minggu aplikasian fisioterapi yang terdapat
dapat bermanfaat untuk gangguan pada artikel kedalam salah satu
keseimbangan, dan juga melakukan tindakannya.
latihan motorik. e. Dan edukasi anjurkan mobilisasi
sederhana yang harus di lakukan
duduk di tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidr pindah dari tempat tidur
kesisi.

Persamaan
Artikel Laporan Kasus

1. Dijelaskan adanya pemberian obat 1. Tidak dijelaskan mengenai pemberian


yaitu : obat.
a. Golongan obat imunomodulator
atau imunosupresan pada paseien
untuk mengurangi relaps dan
untuk mencegah perubahan tipe
menjadi progresif atau tipe lain.
b. Obat untuk mengurangi gejala
klinis seperrti rasa Lelah
berlebihan, spastisitas, gangguan
pencernaan dan berkemih,
gangguan kognitif dan nyeri.
Golongan obat yang diberikan
berupa Corticosteroid atau muscle
relaxant, benzodiazepine, obat
anti inflamasi dan antikovulsan.
2. Selain pemeriksaan penunjang 2. Hanya dijelaskan pemeriksaan
laboratorium, pada artikel terdapat penunjang berupa pemeriksaan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu penunjang laboratorium
berupa:
a. Babinski sign
b. Ankle clonus
c. Loss of position sense
d. Loss of vibration sense
3. Dijelaskan adanya karakteristik 3. Hanya dijelaskan 1 responden atau
responden secara umum dalam sampel yaitu Ny. A (25 tahun)
rentang usia (dewasa muda 18-50
tahun).
4. Tidak dijelaskan adanya faktor 4. Dijelaskan bahwa adanya faktor MS
peradangan namun dijelaskan merupakan faktor dari peradangan
mengenai faktor lingkungan, seperti yang berperan akktif untuk
defisiensi vitamin D dan kebiasaan menimbulkan penyakit dengan
merokok menyebabkan pembentukan flak
jaringan parut pada mielin.

Inovasi Pembaharuan
Latihan Range Of Motion
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan
persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot. (Potter
& Perry, 2005). Sedangkan Menurut (Ni Made Suarti dkk, 2009:40) Latihan rentang gerak
sendi adalah latihan yang diberikan untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi sendi
yang berkurang karena berbagai macam proses penyakit, kecelakaan, atau tidak digunakan
untuk aktivitas.
Tujuan ROM (Range Of Motion)
Adapun tujuan dari range of motion menurut Ni Made Suarti dkk, (2009:40) yaitu
1) Mempertahankan fungsi mobilitas sendi.
2) Memulihkan atau meningkatkan fungsi sendi dan kekuatan otot.
3) Mencegah komplikasi dari imobilisasi, seperti atropi otot dan kontraktur.
4) Melancarkan peredaran darah.
5) Mempersiapkan latihan lebih lanjut.
Manfaat ROM (Range Of Motion)
Adapun manfaat dari range of motion, yaitu :
1) Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan.
2) Mengkaji tulang, sendi, dan otot.
3) Mencegah terjadinya kekakuan sendi.
4) Memperlancar sirkulasi darah.
5) Memperbaiki tonus otot.
6) Meningkatkan mobilisasi sendi.
7) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan.
Prinsip Latihan ROM (Range Of Motion)
Adapun prinsip latihan range of motion, diantaranya :
1) ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 1 kali sehari
2) ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
3) Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4) Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku,
bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5) ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagianbagian yang di
curigai mengalami proses penyakit.
6) Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.

Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif


Latihan range of motion (ROM) Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan
berasal dari orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian
klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klienpasif). Kekuatan otot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak
dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total
(suratun, dkk, 2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh
persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.

Prosedur Kerja Tahap Kerja


Gerakan rom
l . Leher
Tekuk kepala kebawah dan keatas lalu menoleh kesamping
kanan dan kiri
2. Lengan/pundak
Angkat tangan keatas lalu kembaliu ke bawah, setelah itu ke
saming dan ke bawah lagi
3. Siku
Dengan menekuk lengan, gerakan lengan ke atas dan
kebawah.
4. Pergelangan tangan
Tekuk pergelangan tangan kedalam dan keluar lalu samping
kiri dan kanana
5. Jari Tangan
Tekuk keempat jari tangan ke arah dalam lalu
regangkan kembali.Kepalkan seluruhjari lalu
buka.Tekuk tiap jari satu persatu.
6. Lutut
Angkat kaki keatas lalu lutut ditekuk kemudian diturunkan
Iagi.Gerakan kaki ke sampinG kanan dan kiri lalu putar
kearah dalam dan luar.
7. Pergelangan kaki
Tekuk pergelangan kaki keatas lalu luruskan.Tekukjari kaki
ke atas dan kebawah.
Jika mampu berdiri lakukan gerakan badan membungkuk
kemudian putar pinggang ke samping kanan dan kiri.
INGAT. Tidak dipaksakan dalam latihan, lakukan seringan
mungkin.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sklerosis multipel merupakan penyakit pada sistem Persyarafan yang ditandai
dengan lemah, mati rasa, hilnganya fungsi pendengaran dan penglihatan yang
biasanya terjdi pada umur 18-40 tahun dan kapan saja. Sklerosis multipel timbul
karena pola makan yang tidak teratur, pola diet, penggunaan obat, konsumsi alcohol,
merokok dan kurang beraktifitas. Klien perluh diberikan pendidikan kesehatan
tentang pencegahan,dan pengobatan agar dapat menjaga kesehatannya.
B. Saran
Pada makalah ini penulis menyarankan mahasiswa kesehatan senantiasa
menggunakan metode proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada klien dengan Sklerosis multipel serta memberikan pendidikan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

· Mc. Graw Hill. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Basic Neurologi. Jakarta. PT: Ghanesa
· Clark.1991. Mekanisme Autoimune Manusia. Bandung. Gramedhia
· Mutaqin Arif. 2008. Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system persyarafan ed 6
vol.2. salemba medical. Jakarta
· Brunner & suddarth.2002. keperawatan medikal bedah ed 8 vol.3 EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai